TINJAUAN PUSTAKA
berada pada posisi penyakit ginjal stadium lima atau End Stage Renal
Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
dari 3 bulan, dan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) sama atau lebih dari
darah (Muttaqin & Sari, 2014). CKD stadium lima atau end stage
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25%
beresiko lebih beban cairan seiring dengan output urin yang semakin
dan kreatinin dalam darah disebut azotemia yang merupakan salah satu
tekanan darah akibat overload cairan dan sodium serta kesalahn fungsi
B. Konsep Edema
1. Definisi Edema
menjadi kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah melalui
yang pada satu atau kedua tungkai. Karakteristik udema tungkai yang
pedis
2. Patofisiologi Udema
kapiler dekat vena, tekanan osmotik lebih tinggi maka akan menarik
interstisial. Kedua, tekanan pada ujung kapiler vena masih cukup tiggi
adalah kadar albumin dalam serum terlalu rendah. Jika kadar albumin
3. Pengukuran Udema
udema (pitting udema) meliputi nilai 0 tidak ada udema, nilai 1 jika
agak lebih dalam pitting (4 mm), niai 3 jika pitting edema terasa lebih
dalam (6 mm) dengan ekstremitas tergantug penuh dan bengkak, dan
1. Pengkajian
a. Identitas
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (biasanya lebih
sering terjadi pada pria dikarenakan pola makan dan pola kebiasaan
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
kering, rasa lelah, nafas bau (uremia), gatal pada kulit, dan
perubahan warna kulit, terdapat gatal pada kulit dan kulit pucat
(Smeltzer C, 2014).
2019).
sakit yang sama seperti klien yaitu gagal ginjal maupun penyakit
2014).
6) Pola Nutrisi/Metabolisme
a) Pola makan
2014).
b) Pola minum
(Saputra, 2013 dalam Sari, 2016). Selain itu, rasa haus yang
7) Pola Eliminasi
a) BAB
b) BAK
warna urin (Price dan Wilson, 2014). Hal ini terjadi karena
8) Pola Aktivitas/Latihan
b) Kekuatan otot
nyeri panggul, sakit kepala, dan kram pada otot atau kaki
renal, gangguan nafas saat tidur dan kantuk di siang hari yang
(Sari, 2016).
2018).
dilakukan oleh Hudak & Gallo (2010), hal ini terjadi karena
fungsi struktur tubuh klien, seperti nafas berbau gas atau bau
2016).
Bakar, 2013).
16) Pemeriksaan Fisik
Gambaran
Tanda Vital Suhu : biasanya meningkat (>37oC),
Lokasi : axilla
Nadi : biasanya meningkat (60-100x/i)
Irama : biasanya teratur
Pulsasi : biasanya kuat
TD : biasanya meningkat (>120/80
mmHg)
Lokasi : lengan atas
RR : biasanya meningkat (>24x/i)
Irama : biasanya cepat
(Tarwoto, 2012)
Tinggi Sesuai dengan pengukuran tinggi pasien
badan
Berat badan Biasanya terjadi peningkatan berat badan
karena adanya udema (Smeltzer, 2013)
LILA Sesuai dengan pengukuran LILA
Kepala :
Rambut Rambut berwarna hitam, rambut bersih dan
tidak ada ketombe dan rambut tidak mudah
rontok
Mata Konjungtiva anemis, sklera terlihat tidak
ikterik/ikterik (apabila metastase kehepar),
terdapat edema pada palpebra, dan
penglihatan kabur
Hidung Biasanya terdapat pernapasan cuping
hidung, hidung simetris kiri dan kanan,
tidak ada polip, terdapat pernapasan
kusmaul
Mulut Mukosa bibir kering dan terlihat pucat, dan
nafas berbau ureum
Telinga Telinga simetris kiri dan kanan, adanya
sedikit serumen dan tidak ada gangguan
pendengaran
(Suyono, 2009)
Leher
Trakea Biasanya tidak ada deviasi trakea
JVP Biasanya normal (5-2 CmH2O)
Tiroid Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
Nodus Limfe Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
(Muttaqin, 2011)
Dada I : Biasanya simetris kiri dan kanan,
Paru tampak adanya penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal
P : Biasanya fremitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya sonor atau redup jika terdapat
udem paru
A : Biasanya terdengar suara nafas
tambahan pada paru (ronchi)
(Suyono, 2009)
Jantung I : Biasanya iktus cordis tidak terlihat
P : Biasanya ictus cordis teraba di RIC V
midclavicula
P : Biasanya batas jantung normal
A : Biasanya S1 dan S2 normal, irama
reguler
(Suyono, 2009)
Abdomen I : Biasanya terjadi distensi abdomen,
asites, dan penumpukan cairan
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya teraba adanya pembesaran
pada lien dan hepar (hepatomegali)
P : Biasanya timpani
(Suyono, 2009)
Ekstremitas Kekuatan otot : pasien mengalami
Muskuloskel penurunan kekuatan otot, pasien terlihat
etal/Sendi lemah, dan terdapat adanya kram otot
Inspeksi : tampak adanya edema
Palpasi : Biasanya tidak ditemukan atropi
otot
Vaskular Perifer : meningkat (>3 detik)
(Suyono, 2009)
Integumen Inspeksi : Pasien CKD akan ditemukan
kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan
ureum, gatal-gatal akibat toksik, kulit
kering, bersisik, kuku tipis dan rapuh.
(Margareth, 2012).
Palpasi : Biasanya turgor kulit jelek, kulit
terasa sedikit kering dan tidak lembab
(Black & Hawks, 2014).
Neurologi
Status Biasanya kesadaran composmentis
mental/GCS Biasanya dalam batas normal
Saraf cranial Biasanya saraf cranial pasien normal
dengan pemeriksaan 12 nervus cranial
Reflek Biasanya reflek fisiologis pasien positif
fisiologi tetapi tergantung kondisi pasien
Reflek Biasanya reflek patologis pasien negatif
patologis tetapi masih tergantung kondisi pasien
(Smeltzer C. 2009)
Payudara Biasanya tidak ada masalah
Genitalia Biasanya terpasang kateter
Rectal Biasanya tidak ada kelainan
a) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Urine
(2) Darah
(3) AGD
Biasanya pH menurun, terjadi asidosis metabolik
(4) Kalium
perpindahan seluler
b) Pemeriksaan Diagnostik
hipokalsemia).
18) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan CKD
terjadi.
keseimbangan cairan.
ginjal.
farmakologis.
2014). :
tubulus distal
Mardhiyah, 2017).
2016).
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
3. Kolaborasi pemberian
continous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu
Manajemen Hemodialisi
Observasi :
Terapeutik :
1. Siapkan peralatan
hemodialisis (mis.
Bahan habis pakai,
blood line
hemodialisis)
2. Lakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
aseptik
3. Atur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
4. Atasi hipotensi selama
dialisis
5. Hentikan hemodialisis
jika mengalamu
kondisi yang
membahayakan (mis.
Syok)
6. Ambil sampel darah
untuk mengevaluasi
keefektifan
hemodialisis
Edukasi :
1. jelaskan tentang
prosedur hemodialisis
2. Ajarkan pembatasan
cairan, penanganan
insomnia, pencegahan
infeksi akses HD, dan
pengenalan tanda
perburukan kondisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
heparin pada blood line,
sesuai indikasi
Edukasi Hemodialisis
Observasi :
1. Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi
Terapeutik :
4. Lakukan modifikasi
proses pendidikan
kesehatan sesuai
kebutuhan
5. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga untuk
bertanya dan
mengemukakan
perasaannya
Edukasi :
1. Jelaskan pengertian,
tanda dan gejala,
dampak, diet, hal-hal
yang harus
diperhatikan pasien
gagal ginjal
2. Jelaskan pengertian,
kelebihan dan
kekurangan terapi
hemodialisis serta
prosedur hemodialisis
3. Jelaskan manfaat
memonitor intake dan
output cairan
4. Ajarkan cara
memantau kelebihan
volume cairan (mis.
Pitting edema,
kenaikan BB)
5. Jelaskan pentingnya
dukungan keluarga
Pengaturan Posisi
Observasi :
1. Monitor status
oksigenasi sebelum
dan sesudah
mengubah posisi
2. Monitor alat traksi
agar selalu tepat
Terapeutik :
Manajemen Jalan
Nafas
Observasi:
1. Monitor
posisi selang
endotrakeal (ETT),
terutama setelah
mengubah posisi
2. Monitor
tekanan balon ETT
setiap 4-8 jam
3. Monitor
kulit araea stoma
trakestoma
Traupetik :
2. Pasang oropharingeal
airway (OPA) untuk
mencegah ett tergigit
3. Berikan volume
Preoksigenasis
4. Lakukan pengisapan
lendir kurang dari 15
detik jika diperlukan
7. Lakukan perawatan
mulut
8. Lakukan perawatan
stoma trakestoma
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi intubasi
ulang jika batuk
mucons plug yang
tidak dapat
dilakukan
penghisapan
Terapeutik :
1. Posisikan pasien
semifowler atau
fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Terapeutik :
Observasi :
1. Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
2. Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, pakaian
3. Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
4. Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
5. Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
6. Monitor terjadinya
parastesia, jika perlu
7. Monitor perubahan
kulit
8. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik :
1. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
Edukasi :
1. Anjurkan penggunan
termometer untuk
menguji suhu
2. Anjurkan
penggunaan sarung
tangan termal saat
memasak
3. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgesik
2. Kolaborasi pemberian
kortosteroid
1. Anjurkan posisi
Berat Badan duduk
2. Ajarkan diet yang di
Kriteria Hasil: programkan
Terapeutik :
1. Berikan perawatan
mulut sebelum
memberikan makanan
2. Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien
3. Hidangkan makanan
secara menarik
4. Berikan suplemen
Edukasi :
1. Jelaskan makanan
yang bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
2. Elaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan.
Manajemen
Gangguan Makan
Observasi :
Terapeutik
1. Timbang BB secara
rutin
2. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktifitas fisik
3. Lakukan kontrak
perilaku
4. Berikan penguatan
positif terhadap
kebersihasilan target
dan perubahan
perilaku
5. Berikan konsekuensi
jika tidak mencapai
target sesuai kontrak
Edukasi :
1. Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
2. Ajarkan
keterampilan koping
untuk penyelesaian
masalah perilaku
maka
Kolaborasi :
1. Kolaboras
i dengan ahli gizi
tentang BB,
kebutuhan kalori
dan pilihan
makanan.
Edukasi :
1. An
jurkan menggunakan
pelembab
2. An
jurkan minumair yang
cukup
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
kelima dan fase terakhir dri proses keperawatan. Dalam konteks ini,
disease (CKD) stadium lima atau end stage renal disease (ESRD)
adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price &
CKD di rumah sakit yang ada selama ini masih sebagian besar berfokus
pada pengobatan konvensional yang telah diprogramkan oleh dokter, tanpa
2007).
exercise dan latihan contrast bath (Toya & Sasano, 2016 dalam Fatchur
dkk, 2020).
proses oksidasi natrium dan kalium didorong dalam vena dan dialirkan
(Fatchur, 2020).
dengan air dingin, dimana suhu air hangat antara 36,6ºC-43,3ºC dan suhu
contrast bath yaitu dengan merendam kaki sebatas betis secara bergantian
dilakukan oleh perawat, mengingat tidak diperlukan energi dan biaya yang
kedalaman edema pre test didapatkan rerata 5,55 mm dan nilai rerata pada
berjudul “Ankle pumpling exercise and leg elevation in 30o Has The same
sebelum ankle pumping exercise adalah 3,33 mm, dengan nilai minimum 2
tentang “Pengaruh terapi contrast bath (rendam air hangat dan air dingin)
kaki setelah dilakukan latihan terapi contrast bath adalah 3,44 dan nilai
kontrol adalah 5,00 dengan p-value 0,034. Hal ini berarti bahwa ada
untuk otot betis dan pergelangan kaki. Ankle pump dapat dilakukan
dan biarkan pasien rileks. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam
2003).
menurut Potter and Perry (2006) ada beberapa hal yang perlu
1) Nyeri
Udema
otot yang kuat, otot akan menekan vena dan cairan edema dapat
dibawa vena ikut dalam peredaran darah sehingga dapat
selama 3 hari
bergantian direndam dalam air panas dan air dingin dalam suhu,
waktu dan durasi untuk mengurangi bengkak, kekakuan, dan rasa
2013).
4) Letakkan baskom yang berisi air dingin dan air hangat di dekat
kaki klien
menit
hari