Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok 11

Teori dan Perilaku Organisasi

1. Budaya Organisasi
1.1. Pengertian Budaya Organisasi
1.1.1. Secara Umum
Budaya Organisasi terdiri dari dua kata yakini ‘Budaya’ dan ‘Organisasi’ ,
dimana diambil dari (Organisasi & Furqon, 2002) budaya adalah karakteristik dari
sikap, budi pekerti serta keyakinan seseorang dan menjadi dasar serta landasan
bagi seseorang untuk berperilaku dalam lingkungannya, sedangkan untuk
organisasi diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai struktur dan
saling bekerjasama melakukan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwasanya budaya
organisasi merupakan karakteristik anggota organisasi baik itu yang berkaitan
dengan sikap, budi pekerti dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi
tersebut dan diterapkan dalam lingkungannya.

1.1.2. Menurut Ahli


Beberapa pendapat ahli mengenai budaya organisasi dari (Arifin Tahir,
2014) adalah:
Menurut Andre Laurent, budaya organisasi merupakan gambaran
mengenai asumsi-asumsi yang berkaitan dengan pelanggan, karyawan, misi,
produk, serta kegiatan-kegiatan dan dijadikan norma/aturan tingkah laku, cara
berpikir ataupun bertindak yang diharapkan.
Menurut Gareth R.Jones (1994), budaya organisasi adalah dukungan
orang-orang terhadap nilai-nilai dimana nilai tersebut mengatur bagaimana antar
anggota organisasi saling berkomunikasi dan berinteraksi.
Sedangkan menurut Mangkunegara, (2005:113) mengemukakan budaya
organisasi sebagai kumpulan keyakinan atau nilai yang diimplementasikan dalam
organiasi dan dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggotanya.
1.2. Fungsi Budaya Organisasi
1.2.1. Secara Umum
Berikut adalah beberapa fungsi organisasi:
a. Sebagai aturan untuk membatasi apa saja yang diperbolehkan dalam
organisasi.
b. Memudahkan mengatur organisasi dalam mencapai tujuan/menjalankan
fungsinya.
c. Untuk mengatur sikap dan tingkah laku anggota organisasi.
d. Menanamkan nilai dan norma organisasi kepada para karyawannya.

1.2.2. Menurut Ahli


Dikutip dari (Ambarwati & Hangtuah, 2019) fungsi budaya organisasi
menurut Kinicki (2001) dalam (Brahmasari & Suprayetno, 2009) adalah sebagai
berikut:
a. Identitas organisasi (organization identity).
b. Komitmen kolektif (collective commitment).
c. Stabilitas sistem sosial (social system stability).
d. Pembinaan yang dipahami.

Sedangkan menurut Robbin (2003) fungsi budaya organisasi dijabarkan


menjadi:
a. Peran tapal batas (boundary-defining role), yang berarti bahwa adanya
perbedaan antara sebuah organisasi dengan organisasi lain.
b. Mekanisme pembuat makna (sensemaking and control mechanism), dimana
hal tersebut akan memberikan batasan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh para anggota organisasi.

1.3. Teori Budaya Organisasi


Beberapa pandangan yang terkait dengan budaya organisasi dikemukakan sebagai
berikut :
a. Karyawan yang menjadi bagian dari organisasi menjaga keadaan organisasi dengan
saling memahami tehadap perasaan sesama karyawan.
b. Dalam penerapannya, budaya organisasi kadangkala menggunakan alternatif seperti
simbol yang bertujuan agar mudah dipahami oleh seluruh anggota.
c. Karena terdapat perbedaan dalam suatu budaya organisasi dengan budaya organisasi
lainnya, maka dalam penerapannya juga bermacam-macam.

1.4. Karakteristik Budaya Organisasi


Berdasarkan sumber dari (Organisasi & Furqon, 2002) setiap organisasi memiliki
karakteristiknya masing-masing yang perlu diketahui dan dimengerti dimana
karakteristik atau ciri-cirinya adalah:
a. Inovasi dan pengambilan resiko
Pada karakteristik ini mencerminkan bagaimana seorang melakukan inovasi dalam
pekerjaannya dan berani mengambil resiko tapi tetap secara garis besar masih dalam
kemampuan dan kesanggupan orang tersebut.
b. Perhatian ke rincian
Maksudnya adalah setiap anggota organisasi harus memberikan perhatian mereka
secara rinci ataupun mendetail terhadap apa yang mereka kerjakan.
c. Orientasi hasil
Dimana para anggota ataupun karyawan memiliki orientasi terhadap hasil dan
manfaatnya bagi pihak lain.
d. Orientasi orang
Setiap kesepakatan yang terjadi dalam organisasi harus memperhatikan dampaknya
terhadap anggota lainnya.
e. Orientasi tim
Tugas yang ada dalam suatu organisasi hendaknya dilakukan dalam satu kesatuan
sebgai tim bukan individu.
f. Keagresifan
Adanya budaya organisasi hendaknya dapar menjadikan anggotanya lebih
bersemangat untuk bekerja dan mencapai tujuannya.
g. Kemantapan
Ukuran terhadap keterlibatan anggota organisasi mempertahankan status quo nya.

1.5. Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi


Berikut ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap budaya organisasi
secara umumnya:

1.5.1. Kinerja Anggota


Kinerja anggota maupun karyawan terhadap organisasinya akan
berpengaruh terhadap budaya organisasi, karena positif atau negatifnya suatu
budaya organisasi berasal dari kebiasaan kinerja anggota organisasi itu sendiri.

1.5.2. Organisasi
Untuk budaya organisasi terbagi lagi kedalam beberapa factor yang dapat
mempengaruhinya, diantara lain adalah:
a. Ukuran organisasi.
b. Usia organisasi.
c. Angka perputaran karyawan.
d. Kekuatan dari budaya asli.
e. Kejelasan nilai dan keyakinan budaya.

1.6. Dimensi Budaya Organisasi


Dari (Mochammad Fattah, 2017) dimensi budaya organisasi terdiri atau dibagi menjadi:

1.6.1. Sistem Imbalan


Terdapat dua macam sistem imbalan, yaitu:
a. Sistem imbalan langsung, merupakan suatu imbalan/balasan terhadap apa
yang dilakukan anggota/karyawan kepada organisasi yang biasanya diberikan
langsung atau biasa disebut secara tunai. Contohnya adalah gaji pokok
seorang anggota ataupun bonus.
b. Sistem imbalan tidak langsung, adalah suatu bayaran diluar gaji pokok
seorang anggota atau karyawan. Contohnya adalah pembayaran BPJS oleh
organisasi dan pembayaran gaji meskipun dalam keadaan cuti.

1.6.2. Jaminan Sosial


Sebaliknya jaminan sosial merupakan imbalan secara tidak langsung,
dimana biasanya berupa rewards yang diberikan kepada karyawan ataupun
anggota dimana rewards tersebut tidak dalam cakupan pekerjaan.

1.7. Tipe Budaya Organisasi


Seperti yang dikutip dari (Mochammad Fattah, 2017) , menurut Kreitner et al.
(2003:87) terdapat tiga implementasi budaya dalam organisasi, yaitu:

1.7.1. Budaya Konstruktif


Merupakan tipe budaya dimana para karyawan dan anggota
berkomunikasi dan menjalankan tugasnya secara bersama dan memiliki
dukungan terhadap nilai dalam pencapaian tujuan organisasi.

1.7.2. Budaya Pasif-Defensif


Budaya dimana para anggota dan karyawan berkomunikasi secara bersama
dan memiliki keyakinan terhadap nilai dalam organisasi dengan adanya
persetujuan.

1.7.3. Budaya Agresif-Defensif


Adalah sebuah tipe budaya organisasi yang memungkinkan karyawan dan
anggota menjadi terdorong untuk segera menyelesaikan pekerjaannya sesuai
dengan keyakinan terhadap nilai-nilai yang ada.

1.8. Jenis Jenis Budaya Organisasi


Terdapat empat jenis budaya menurut Deal dan Kennedy (Mochammad Fattah,
2017), seperti yang dikutip oleh Wirawan:
a. The though person or macho culture (Budaya keras atau budaya macho)
Pada jenis budaya ini kerjasama bukanlah hal yang penting, karena yang diutamakan
adalah para anggota dan karyawan yang berani mengambi resiko yang tinggi dan
mempertaruhkan karir mereka demi mendapatkan imbalan yang banyak dan cepat.
Contohnya terdapat pada industri hiburan.
b. Work hard or play hard culture (Budaya kerja keras atau bermain keras)
Berbeda dengan budaya sebelumnya dimana budaya ini lebih mengutamakan kepada
pengambilan resiko yang rendah serta dengan harapan kembali yang lebih cepat dan
biasanya lebih berfokus terhadap penjualan. Contohnya adalah perusahaan yang
bergerak pada bidang real estate.
c. Bet your company culture (Budaya pertaruhkan perusahaan anda)
Sebuah budaya dimana memiliki resiko yang cukup tinggi dikarenakan keputusan
harus diambil terlebih dahulu sebelum mengetahui bagaimana hasil yang akan
didapatkan nantinya. Contohnya adalah perusahaan pesawat terbang.
d. Process culture (Budaya proses)
Budaya ini tidak terlalu mementingkan kepada hasil, namun lebih kepada bagaimana
jalannya sebuah proses, dapat dibilang untuk budaya ini resikonya rendah dan akan
mempengaruhi terhadap pengembalian yang rendah juga nantinya.

1.9. Sumber Budaya Organisasi


1.9.1. Pengaruh Umum dari Luar
Maksudnya adalah sumber budaya organisasi yang didapatkan dari
pengaruh sejarah ataupun lingkungan luar organisasi, dimana hal ataupun faktor
tersebut tidak dapat dikendalikan oleh organisasi.

1.9.2. Pengaruh dari Nilai Masyarakat


Merupakan norma-norma ataupun nilai ajaran yang terdapat dan
berkembang dalam masyarakat luas, seperti kesopanan dan kebersihan.

1.9.3. Faktor Spesifik dari Organisasi


Dalam prosesnya sebuah organisasi pasti menemui kesulitan berupa
masalah yang ada, baik itu berasal dari dalam organisasi ataupun dari luar
organisasi tersebut. Seiring berjalannya masalah itu, pastilah organisasi
menemukan sebuah jalan untuk mengatasinya, dimana jalan keberhasilan tersebut
dapat menjadi dasar budaya organisasi.

1.10. Cara Karyawan Mempelajari Budaya Organisasi


1.10.1. Cerita
Seorang anggota atau karyawan suatu organisasi dapat mempelajari dan
mengetahui budaya organisasi mereka dari cerita oleh karayawan lainnya, dimana
cerita tersebut secara garis besarnya berisi tentang awal mula perjuangan
organisasi hingga mencapai titiknya saat ini serta jatuh bangun yang telah
dialaminya dan diharapakan dengan hal tersebut timbullah kesadaran dalam diri
karyawan sendiri untuk mampu bekerja lebih giat lagi.

1.10.2. Ritual
Setiap daerah memiliki tradisi atau ritualnya masing-massing, hal itulah
yang juga mendorong organisasi memiliki upacara atau ritual tersendiri yang
dipelihara dan menjadi bagian dari organisasi tersebut.

1.10.3. Simbol Simbol Materi


Simbol juga menjadi bagian penting dari budaya organisassi yang
menjadikannya berbeda dengan organisasi lainnya, dikarenakan para anggota
dapat mengidentifikasi simbol tersebut dengan mudah, contohnya seperti seragam
kerja dan atribut lainnya yang mencerminkan nilai dan norma dari organisasi itu
sendiri.

1.10.4. Bahasa
Tiap organisasi memiliki bahasa yang berbeda, bahkan tiap bagian
didalamnya pun juga beragam. Bahasa yang dimaksud disini adalah istilah-istilah
yang dipakai oleh suatu organisasi dan bagian-bagian dari organisasi tersebut,
sehingga hendaknya setiap anggota memahami bahasa yang ada dalam organisasi.

1.11. Fase Fase Budaya Organisasi


1.11.1. Fase Kelahiran
Merupakan suatu struktur awal yang menjadi dasar budaya organisasi
yang berisikan tujuan, visi, misi dan hal lainnya.

1.11.2. Fase Pertumbuhan


Adalah fase ketika mulai dikembangkannya organisasi baik dari teknologi
aupun kebijakan serta mulai direkrut anggota ataupun karyawan yang telah
berpengalaman dan mulai diberlakukannya budaya organisasi.

1.11.3. Fase Dewasa


Fase ini ditandai dengan penerapan budaya organisasi yang seimbang dan
diterapkan dalam seluruh bagian maupun bidang organisasi dalam mencapai
tujuannya.

1.11.4. Fase Fluktuasi


Merupakan fase dimana terjadi atau timbulnya masalah dalam suatu
organisasi, yang biasanya disebabkan oleh faktor berikut:
a. Terjadinya proses akuisisi atau merger pada perusahaan.
b. Kalah saingnya produk yang dihasilkan, sehinggan pelanggan berkurang dan
produk semakin ketinggalan.
c. Pemimpin dalam organisasi tidak lagi memiliki semangat untuk berkembang
atau terjadi karena pergantian pemimpin.
d. Adanya konflik dan persaingan yang tidak sehat dalam organisasi.

1.12. Contoh Budaya Organisasi


1.12.1. Budaya Administrasi
Budaya administrasi biasanya berkaitan dengan surat menyurat ataupun
pengelolaan keuangan dimana hal tersebut merupakan salah satu poin penting
dalam sebuah organisasi, oleh karena itu dalam budaya ini diharapkan adanya
ketelitian dan kerapian yang perlu diperhatikan oleh para anggotanya.
1.12.2. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan bentuk tanggung jawab dari seorang karyawan
terhadap pekerjaannya baik itu yang berkaitan dengan kelompok ataupun secara
individu. Contohnya adalah datang tepat waktu dan menyelesaikan tugas sesuai
dengan waktu yang telah diberikan.

1.12.3. Inovasi
Budaya inovasi merupakan suatu budaya yang beniat memajukan
organisasinya dengan menanamkan dan memberikan pelatihan kepada
anggotanya untuk menciptakan ide kreatif dan inovasi terbaru.

1.12.4. Pembagian Wewenang yang Jelas


Budaya ini menjadi penentu keberhasilan dari sebuah organisasi, dengan
adanya pembagian wewenang dan tugas yang jelas maka para anggota akan
fokkus terhadap apa yang menjadi pekerjaan mereka, sedangkan jika tidak ada
pembagian wewenang yang jelas maka pasti para karyawan tidak mengetahui apa
yang menjadi tugas mereka sehingga tugas menjadi tidak terselesaikan dan akan
berdampak kepada tidak tercapainya tujuan dari organisasi.
2. Komitmen Organisasi
2.1. Defenisi Komitmen
Berdasarkan bacaan dari (Utara, 2009) menurut Meyer dan Allen(1991, dalam
Soekidjan, 2009), komitmen merupakan penerimaan seseorang terhadap norma
ataupun tujuan dalam sebuah organisasi dan mereka memilih untuk tetap berdedikasi
terhadap suatu organisasi. Sedangkan menurut Quest (1995, dalam Soekidjan, 2009)
komitmen adalah pusat dari norma untuk mewujudkan rasa kebersamaan dalam suatu
organisasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya komitmen
merupakan suatu sikap dimana seseorang menerima norma dan tujuan secara sadar dan
berdedikasi penuh terhadap apa yang mereka lakukan.

2.2. Teori/Defenisi dari Komitmen Organisasi


Disebutkan pada (Sapitri, 2016) bahwasanya menurut Stephen P Robbins dan
Judge menafsirkan komitmen organisasi sebagai seseorang yang berada dalam keadaan
berdedikasi pada suatu organisasi dan tujuan hal tersebut dilakukan untuk
mempertahankan dirinya di organisasi.
Sedangkan dalam (Nurandini et al., 2014), komitmen organisasi merupakan suatu
keinginan kuat seorang anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya
dalam suatu organisasi, dengan memiliki penerimaan terhadap nilai dan tujuan pada
organisasi serta berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut (Luthan, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya komitmen organisasi merupakan suatu sikap
seorang anggota organisasi yang mencerminkan dedikasinya serta loyalitas pada
organisasi tersebut dengan adanya penerimaan terhadap nilai dan norma serta berusaha
mencapai tujuan yang ada dalam organisasi.

2.3. Proses Komitmen Organisasi


Garry Dessler (1999) menyebutkan bahwasaya terdapat beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menciptakan komitmen anggota pada suatu organisasi, yaitu:
2.3.1. Make it Charismatic
Merupakan cara dengan menjadikan suatu visi dan misi organisasi sebagai
landasan bagi anggotanya untuk bersikap dan bertindak sebagai sesusatu yang
karismatik.

2.3.2. Build the tradition


Menciptakan suatu tradisi yang berasal dari tindakan-tindakan positif pada
organisasi dan secara terus menerus dijaga.

2.3.3. Have comperhensive grievance procedures


Adanya seperangkat procedural aturan secara menyeluruh jika terjadinya
hal berupa keluhan dari anggota organisasi ataupun pihak luar lainnya.

2.3.4. Provide extensive two-way communications


Mulai berkomunikasi dengan para anggota organisasi secara dua arah dan
tidak memandang anggota dengan posisi yang rendah.

2.3.5. Create a sense of community


Menjadikan nilai-nilai seperti rasa kebersamaan menjadi satu komunitas
ataupun kesatuan dalam sebuah organisasi.

2.3.6. Build value-based homogeneity


Menciptakan dan membangun nilai dalam organisasi berlandaskan rasa
kebersamaan serta saling memiliki.

2.3.7. Share and share a like


Organisasi menciptakan sebuah aturan dimana antar anggota dengan posisi
tiap tingkatannya tidak terlalu berbeda antara satu sama lainnya, missal dari
penampilan ataupun kompensasinya.

2.3.8. Emphasize barnraising, cross-utilization, and teamwork


Organisasi sebagai sebuah satu kesatuan harus mempunyai rasa saling
berbagi, bekerjasama ataupun semua anggota memungkinkan untuk memiliki
kesempatan yang sama.

2.3.9. Get together


Dalam prosesnya organisasi mengadakan dan menciptakan sebuah acara
dimana ditujukan terhadap keikutsertaan semua anggota organisasi, sehingga akan
lebih terbentuk rasa kekeluargaan, kebersamaan dan sebagainya.

2.3.10. Support employee development


Sebuah organisasi hendaknya melihat dan memperhatikan perkembangan
anggotanya , agar para anggota dengan menyadari bahwa mereka diperhatikan
maka memreka pun diharapkan dapat memiliki komitmen yang lebih lagi untuk
organisasi.

2.3.11. Commit to Actualizing


Dalam suatu organisasi, setiap anggota ataupun karyawannya pasti
memiliki kelebihan dan kemampuan/kecakapan masing-masing, karena itu
organisasi terutamanya pemimpin dan manajer diharapkan untuk dapat
memberikan kesempatan yang sama bagi semua anggota dan karyawannya dalam
mengaktualisasi dan mengekspresikan diri mereka.

2.3.12. Provide first-year job challenge


Bagaimana sebuah organisasi membantu karyawan baru untuk
menyediakan kebutuhannya, agar nantinya mereka dapat berkempang potensinya
dan meraih tujuan.
2.3.13. Enrich and empower
Suatu organisasi hendaknya dapat membentuk sebuah kondisi ataupun
suasana kerja yang tidak itu-itu saja, namun bervarian agar para anggota tidak
merasa bosan terhadap tugas dan suasana yang saat itu mereka hadapi.

2.3.14. Promote from within


Dalam proses perekrutan karyawan, dimana jika terdapat kekosongan
posisi tertentu atau promosi hendaknya organisasi mengutamakan para anggota
yang berada dalam lingkungan daripada merekrut anggota dari luar.

2.3.15. Provide development activities


Para anggota organisasi akan selalu memiliki semangat untuk berkembang
dan tumbuh jika organisasi lebih memprioritaskan mereka baik dari promosi atau
pengisian jabatan tertentu dalam organisasi mereka.

2.3.16. The question of employee security


Seorang anggota akan memiliki komitmen terhadap organisasi apabila
organisasi tersebut menyediakan rasa keamanan bagi mereka baik keamanan
melalui anggota fisik ataupun yang ada dari dalam diri mereka.

2.3.17. Commit to people-first values


Hal yang perlu diperhatikan dan disadari adalah untuk membangun dan
menciptakan suatu komitmen anggota terhadap organisasi, maka perlu melalui
waktu yang cukup lama dan dalam prosesnya pun tidak akan mudah.

2.3.18. Put it in writing


Sebaiknya hal-hal yang mengenai filosofi, visi, misi, nilai dan sebagainya
dalam suatu organisasi hendaknya diimplementasikan menjadi tulisan bukan
hanya diucapkan saja dan tidak terlaksanakan.

2.3.19. Hire “Right-Kind” managers


Dalam memberikan norma , aturan ataupun kebijakan dalam suatu
organisasi hendaknya pemimpin terlebih dahulu telah menunjukkan
keteladanannya dalam keseharian sehingga anggota dapat dengan mudah
menerima norma, aturan ataupun kebijakan tersebut.

2.3.20. Walk the talk


Sebuah pernyataan yang mengatakan bahwasanya sebuah tindakan akan
lebih bermakna daripada hanya sebuah ucapan.

2.4. Faktor Faktor Komitmen Organisasi


Dalam implementasinya komitmen seorang anggota terhadap organisasi tidak
terbentuk secara mudah, namun melalui suatu proses yang panjang dan bertahap.
Menurut David (dalam Minner, 1997) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
dapat memengaruhi komitmen anggota terhadap organisasi, yaitu:

2.4.1. Faktor Personal


Faktor personal ini memungkinkan terbentuk atau terciptanya awal dari
komitmen. Faktor ini meliputi kepribadian, usia anggota, pendidikan dan
sebagainya.

2.4.2. Faktor Organisasi


Faktor organisasi akan membentuk dan menciptakan rasa tanggung jawab,
dimana yang termasuk faktor organisasi contohnya adalah lingkup pekerjaan dan
pengalaman bekerja.

2.4.3. Non-Orgazational Factors


Faktor yang berasal dari luar organisasi dimana anggota akan
meninggalkan suatu organisasi jika terdapat alternatif lain dan dirasa lebih baik.

2.5. Bentuk dan Indikator Komitmen Organisasi


Dikutip dari (Sapitri, 2016) dimana David (dalam Minner, 1997) memaparkan
beberapa hal yang dapat memengaruhi komitmen seorang anggota terhadap organisasi,
diantaranya:

2.5.1. Affective Commitment


Komitmen ini lebih berasal dari perasaan seorang anggota organisasi,
dimana anggota tersebut secara emosionalnya telah terikat sehingga seorang
anggota organisasi yang memiliki komitmen efektif yang lebih besar maka akan
tetap bertahan dalam organisasi tersebut karena hal itu berasal dari perasaan
dirinya sendiri.

2.5.2. Continuance Commitment


Suatu komitmen pada anggota organisasi metuskan bahwa mereka tetap
menetap. Hal tersebut terjadi karena mereka menganggapnya sebagai cara untuk
memenuhi kebutuhan dalam hidupnya seperti gaji dan hal lain berdasarkan atas
pertimbangan ketika mereka harus meninggalkan organisasi.

2.5.3. Normative Commitment


Merupakan sebuah komitmen yang berasal dari dalam diri anggota,
mereka merasa bertanggung jawab terhadap organisasi dan memiliki komitmen
sehingga menjadikannya sebagai hal yang memang patut untuk dilakukan.

2.6. Pemberdayaan Komitmen Organisasi


Ada beberapa pemberdayaan yang dapat dilakukan dengan tujuannya tidak lain
adalah memperkuat komitmen anggota terhadap organisasi, diantaranya adalah :

2.6.1. Lama Bekerja (Time)


Merupakan banyaknya ataupun intensitas waktu yang diberikan oleh
seorang anggota untuk organisasinya, dimana jika semakin banyak waktu yang
diberikan seorang anggota untuk organisasi, maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut memiliki komitmen yang tinggi.
2.6.2. Kepercayaan (Trust)
Seorang pemimpin ataupun manajer dalam suatu organisasi hendaknya
dapat membangun suatu kepercayaan dengan anggotanya, sehingga dalam proses
seperti bertukar informasi atau semacamnya tidak akan terjadi kecanggungan.
Kepercayaaan tersebut dapat diciptakan dengan :
a. Mengadakan pelatihan untuk kebutuhan anggota.
b. Menerima terhadap perbedaaan ide dan pendapat.
c. Menyediakan kebutuhan anggota atau hal lainnya dalam melakukan
pekerjaan.

2.6.3. Rasa Percaya Diri (Confident)


Seorang anggota hendaknya memiliki rasa percaya diri, hal tersebut dapat
dibangun melalui peran pemimpin ataupun manajer yaitu dengan menghargai apa
yang dimiliki dan dilakukan oleh para anggota, sehingga komitmen anggota
terhadap organisasi pun akan meningkat. Keyakinan anggota dapat dibentuk
dengan :
a. Meminta ide dan gagasan dari anggota organisasi.
b. Memberikan atau menyerahkan beberapa tugas penting kepada anggota
organisasi.
c. Menyediakan instruksi tugas yang diberikan kepada anggota organisasi
dengan baik.

2.6.4. Kredibilitas (Credibility)


Cara meningkatkan kredibilitas adalah dengan melakukan inovasi
terhadap lingkungan pekerjaan para anggota dan adanya penghargaan sehingga
akan meningkatkan perlombaan bagi tiap anggota dan meningkatkan kinerja dari
organisasi.
2.6.5. Pertanggungjawaban (Accountability)
Merupakan sebuah bagian adanya evaluasi dan penilaian terhadap
pekerjaan ataupun tugas yang diberikan, apakah anggota tersebut
bertanggungjawab dan meyelesaikan wewenang yang diberikan atau tidak.

2.7. Aspek Aspek Komitmen Organisasi


Menurut (Unika, 2007) dimana Steers (1985, h.53) mengatakan bahwa
komitmen organisasi memilik itiga aspek utama, yaitu :

2.7.1. Identifikasi
Identifikasi ditunjukkan oleh adanya rasa pecaya anggota terhadap
organisasi, sebagai contohnya dalam tujuan organisasi, hendaknya terdapat tujuan
pribadi dari anggota juga sehingga akan terdapat saling mendukung dan
membantu terhadap tujuan organisasi karena para anggota percaya pula bahwa
tujuan tersebut dipenuhi juga untuk kebutuhan mereka juga.

2.7.2. Keterlibatan
Keterlibatan seorang anggota terhadap suatu proses dalam organisasi
dinilai cukup penting dan perlu diperhatikan, karena dengan adanya keterlibatan
tersebut akan menjadikan mereka bersemangat untuk bekerjasama baik dengan
pimpinan ataupun dengan anggota lainnya. Salah catu cara membuat keterlibatan
anggota adlah dengan menetapkan suatu keputusan yang melibatkan mereka,
karena mereka merasa sepeti dibutuhkan oleh organisasi tersebut.

2.7.3. Loyalitas
Loyalitas berarti kesediaan seorang anggota untuk meluangkan waktunya
dan mendahulukan kepentingan organisasi daripada dirinya sendiri tanpa ia
mendapat atau mengharapkan suatu balasan dari organisasi. Hal tersebut dapat
diciptakan melalui lingkungan kerja organisasi yang aman dan akan menimbulkan
rasa kepuasan tersendiri bagi para anggotanya.
2.8. Cara Membangun Komitmen Organisasi
Setiap organisasi pasti memiliki keinginan yang mana para anggotanya memiliki
komitmen yang tinggi terhadap organisasi tersebut, dimana Martin dan Nicholls (dalam
Armstrong, 1991) menyebutkan terdapat 3 cara membangun komitmen anggota terhadap
organisasi, yaitu:
a. Membentuk rasa kepemilikan bagi anggota terhadap organisasi, dimana hal tersebut
juga meliputi penerimaan mereka secara keseluruhan menjadi bagian dari organisasi.
b. Membentuk dan membangun semangat anggota dalam menjalankan tugasnya, hal ini
dapat diperoleh dari motivasi yang diberikan terhadap mereka oleh pimpinan
ataupun sesama anggota.
c. Keyakinan terhadap manajemen organisasi, bagaimana seorang karyawan dapat
mengetahui bahwa manajemen dalam organisasinya tahu arah dari organisasi dan
mencapai kesuksesan.

2.9. Strategi Komitmen Organisasi


Terdapat 10 hal menurut Armstrong (1991) yang menjadi strategi bagi manajemen
dalam meningkatkan komitmen organisasinya:
a. Menjelaskan dan memaparkan mengenai visi, misi serta tujuan dari organisasi.
b. Meningkatkan pemahaman anggota terhadap tujuan organisasi dan mengajak mereka
untuk mengimplementasikannya kedalam strategi.
c. Mengajak anggota organisasi untuk menafsirkan masalah yang ada.
d. Memberikan arahan kepada anggota organisasi dalam ide-ide mereka.
e. Memanfaatkan media komunikasi agar pesan dapat disampaikan secara tepat.
f. Memberikan contoh serta mengadakan pelatihan terhadap anggota organisasi.
g. Membangun suatu proses yang akan meningkatkan keterampilan anggota organisasi.
h. Mengajarkan kepada anggota mengenai profit organisasi dan profit yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang.
i. Mengadakan pelatihan terhadap anggota baru.
j. Menggunakan jenis pelatihan yang membiarkan para anggota organisasi
megeluarkan dan mencurahkan pendapat serta mengembangkan ide yang mereka
punya.

2.10. Manfaat Komitmen Organisasi


a. Anggota organisasi yang memiliki komitmen yang lebih dari anggota lainnya, juga
akan memperlihatkan loyalitas yang lebih besar pula terhadap organisasinya.
b. Anggota akan mempunyai rasa untuk tetap bekerja pada organisasinya dan
memberikan kemampuan terbaik mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Tiap anggota akan fokus dan memaksimalkan pekerjaan mereka, karena hal tersebut
adalah salah satu cara bagaimana mereka berpartisipasi dalam membantu mencapai
tujun dari organisasi itu sendiri.
d. Dengan adanya komitmen organisasi akan meningkatkan pula terhadap efektivitas
organisasi tersebut.

2.11. Dampak Komitmen Organisasi


Setiap anggota organisasi memiliki tingkat komitmen yang berbeda-beda terhadap
organisasinya dimana ada yang rendah sampai ke tingkat yang tinggi. Pada organisasi
sendiri, anggota yang memiliki komitmen rendah berdampak kepada turn over
(Koch,1978), lambat dalam menyelesaikan pekerjaan, absensi yang tingi dan kurangnya
ketertarikan untuk berada dalam organisasi itu. Sedangkan untuk anggota yang memiliki
komitmen yang tinggi akan berdampak pada prospek pekerjaannya sendiri.
Maka dapat dikatakan bahwasanya tinggi rendahnya komitmen seorang anggota
akan berdampak kepada diri anggota itu sendiri seperti bagaimana prospek karirnya pada
masa yang akan datang serta tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh juga
terhadap organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A., & Hangtuah, U. (2019). Perilaku Dan Teori Organisasi (Issue April 2018).
Arifin Tahir. (2014). Buku Ajar Perilaku Organisasi. In Buku Ajar Perilaku Organisasi.
www.deepublish.co.id
Mochammad Fattah, P. P. (2017). Manajemen Industri Perikanan. 1–214.
Nurandini, A., Lataruva, E., Prof, J., & Sh, S. (2014). Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pegawai Perum Perumnas Jakarta). 11(1), 78–
91. https://doi.org/10.14710/jsmo.v11i1.13164
Organisasi, B., & Furqon, C. (2002). Budaya organisasi. 1–13.
Unika, P. (2007). Perpustakaan Unika 1. 12, 1–6.
Utara, U. S. (2009). BAB II Tinjauan Pustaka Budaya Organisasi . 21.
Vol, J. O. M. F. (n.d.). JOM Fisip Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 1. 3(2), 1–9.

ANGGOTA KELOMPOK 11
1. MUHAMMAD FARHAN. A (1911521020)
2. UFA AURORA GUCIANO (1911522018)
3. ZAKIAH MAULANA (1911522020)

Anda mungkin juga menyukai