MAKALAH Glikosida
MAKALAH Glikosida
KELOMPOK III
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga pada saat ini kami bisa mengerjakan dan
menyelesaikan tugas “Makalah: Golongan Glikosida” . Mata kuliah Kimia Bahan Alam Laut
Dosen Hesty Setawaty., S.Farm., M.Si.
Makalah ini berisikan pembahasan tentang Golongan Fenolat. Di makalah ini, kami
berusaha semaksimal mungkin dan sangat berharap agar pembaca mengerti, paham dan
menambah informasi tentang Golongan Fenolat. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan Terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin..
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Glikosida................................................................................................... 3
B. Sifat-Sifat Glikosida.................................................................................. 3
C. Klasifikasi Glikosida................................................................................. 4
A. Kesimpulan............................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim dengan kawasan laut yang sangat luas dengan
panjang garis pantai lebih kurang 81.000 km. hal ini menjadikan perairan Indonesia memiliki
potensi kekayaan alam yang besar dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi, di dalamnya
terdapat berbagai jenis organisme laut. Pemanfaatan organisme laut tidak hanya terbatas
sebagai bahan makanan. Tetapi juga sebagai sumber kimia alam yang berpotensi sebagai
obat.
Senyawa bioaktif dari lingkungan laut yang secara umum berupa senyawa metabolit
sekunder sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan obat. Senyawa bioaktif dari
lingkungan laut juga dapat dijadikan sebagai senyawa pemandu (lead compound) dalam
Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah
glikosida. Glikosida adalah zat aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder.
Dalam dunia industri senyawa glikosida yang sering dipakai memiliki aglikon berupa
flavonoid atau steroid. Selain itu senyawa glikosida biasa dipakai untuk menyimpan senyawa
aktif agar tidak bereaksi sehingga tidak rusak sebelum dipakai. Secara umum, arti penting
glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa
diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan
1
penurunan tegangan permukaan. Oleh karena itu disusun makalah ini untuk mengetahui
definisi, sifat dan pembagian glikosida serta glikosida yang berkhasiat sebagai obat dan
tanaman penghasilnya.
Glikosida merupakan suatu senyawa kimia bahan alam yang apabila dihidrolisis
menghasilkan satu atau lebih gula (glikon) dan senyawa bukan gula. Jika gula yang
menyusunnya glukosa maka disebut dengan glukosida. Sedangkan jika senyawa gula yang
membentuk selain glukosa seperti ramnosa, digitoksa, simarosa dan gula lainnya disebut
mikroskopik yang ditemukan di lingkungan perairan dan laut (Demirbas & Demirbas, 2010).
aktivitas biologi sebagai antialga, antivirus, antifungi, antioksidan dan antibakteri. Salah satu
B. Tujuan
Untuk mengetahui golongan fenolat dari kimia bahan alam laut
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Glikosida
Menurut Michael Henrich dkk (2010), glikosida adalah istilah generik untuk bahan
alam yang secara kimia berikatan dengan gula. Oleh karena itu glikosida terdiri atas dua
Menurut Midian Sirait (2007) glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan
terurai menjadi gula (glikon ) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida yang gulanya
berupa glukosa disebut glukosida. Gula pada umumnya berupa glukosa, fruktosa, laktosa,
galaktosa, dan manosa, tetapi dapat juga berupa gula khusus seperti sarmentosa
(genin) adalah senyawa yang mempunyai gugus OH dalam bentuk alkoholis dan fenolis
Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa
gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem hidup
3
suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia dalam bentuk
glikosida yang tidak aktif. Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat kembali aktif dengan
bantuan enzim hydrolase yang menyebabkan bagian gula putus, menghasilkan senyawa
kimia yang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam tumbuhan digunakan dalam
pengobatan.
B. Sifat-sifat Glikosida
4. Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asa Pembagian glikosida
C. Klasifikasi Glikosida
Glikosida diklasifikasikan berdasarkan jenis glikon, jenis aglikon dan jenis ikatan
glikosidanya
dinamakan sebagai glukosida, Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah fruktosa
maka molekulnya dinamakan sebagai fruktosida, Apabila gugus glikon suatu glikosida
sebagainya. Dalam tubuh, senyawa racun seringkali terikat oleh asam glukuronat untuk
4
Berdasarkan letak ikatan glikosida, di bawah atau di atas dari struktur datar
molekul gula, maka glikosida dapat diklasifikasikan sebagai alfa-glikosida (bawah) atau
ikatan-alfa.
Klasifikasi ini banyak digunakan untuk tujuan keilmuan biokimia dan farmakologi.
flavonoid.
h) Saponin
k) Thioglikosida
(Julianto, 2019).
5
D. Mikroalga (Tetraselmis chuii)
Mikroalga adalah jenis rumput laut atau alga yang berukuran mikroskopis. Mikroalga
mikroalga disebut sebagai produsen primer dengan waktu pertumbuhan yang cepat yaitu
Mikroalga juga mudah dibudidayakan, tidak memerlukan area yang terlalu luas, dan
pemanenan bisa dilakukan setiap hari. Salah satu spesies dari mikroalga yang berpotensi
untuk dibudidayakan adalah Tetraselmis chuii. Tetraselmis chuii mempunyai prospek cerah
di masa mendatang karena mengandung nilai gizi yang tinggi. Penelitian yang telah
protein sebesar 48.42%, karbohidrat 12.10% dan lemak 9.70% [3]. Ekstrak Tetraselmis chuii
mempunyai aktivitas antioksidan berkisar antara 2.55-31.29 mg/mL dan total klorofil
berkisar antara 3.65-19.20 mg/g [4]. Ekstrak juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap
bakteri E. coli dan S. aureus, serta jamur C. albicans dan A. flavus [5]. Tetraselmis chuii juga
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorodendrophyceae
Ordo : Volvocales
6
Genus : Tetraselmis
Budidaya dilakukan dengan cara stok kultur Tetraselmis chuii ditambahkan pada air laut
steril. Perbandingan antara kultur yang ditambahkan dengan air laut steril yaitu 1 : 10
(v/v). Kultur dan air laut tersebut ditambahkan pupuk chlorophyceae sebanyak 1%
mendukung pertumbuhan mikroalga dengan penerangan cahaya lampu sebesar 6000 lux
dan aerasi sebesar 1.40 L/menit selama 7 hari. Setelah 7 hari, kultur dipanen
biomassanya dan sebagian kultur dijadikan sebagai stok kultur untuk budidaya
berikutnya.
kebutuhan dan ditambah dengan pelarut etanol 70% dengan rasio biomassa sel : pelarut
adalah 1:5 (b/v). Campuran biomassa dan pelarut tersebut diekstrak dengan gelombang
7
ultrasonik pada frekuensi 50 kHz selama 15 menit. Hasil ekstraksi tersebut disaring
menggunakan rotary vacuum evaporator suhu 400 C, kecepatan 60 rpm, dan tekanan
menotolkan ekstrak sebanyak 5 µL pada silika gel. Masing-masing silika gel dielusi
dengan fase gerak berupa campuran pelarut yang sesuai dengan polaritas senyawa
fitokimia yang dianalisis. Silika gel hasil Kromatografi Lapis Tipis dibaca dengan
penampak noda yang spesifik dengan sifat senyawa fitokimia yang dianalisis [7].
akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang
menggunakan pelarut etanol 70% dengan frekuensi sebesar 50 kHz selama 15 menit
adalah 3.97 gram dari 10 gram biomassa sel (30.97%). Rendemen yang cukup
tinggi ini diperoleh karena pada metode sonikasi, terjadi kavitasi saat diberi
perlakuan gelombang ultrasonik untuk memecah dinding sel bahan. Kavitasi adalah
8
meningkatnya tekanan pada saat ekstraksi sebagai akibat dari adanya gelombang
gelembung tersebut mencapai volume yang tidak cukup lagi menyerap energi.
menghasilkan efek panas yang membantu kontak antara pelarut dan bahan dalam
Pelarut juga berperan dalam menghasilkan rendemen yang tinggi karena pelarut
yang digunakan (etanol 70%) memiliki sifat kepolaran yang sama dengan sebagian
besar komponen yang terdapat pada biomassa sel Tetraselmis chuii seperti protein,
karbohidrat dan klorofil. Asam amino, gula, beberapa senyawa fitokimia seperti
alkaloid, flavonoid, dan glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam pelarut
polar sehingga senyawa yang terekstrak dengan pelarut etanol 70% ini cukup
banyak dan menghasilkan rendemen yang tinggi. Hal ini didukung oleh ekstrak
b) Skrining Fitokimia
9
Pada pengujian senyawa golongan alkaloid, plat silika gel hasil uji KLT
berwarna coklat atau jingga. Pada uji alkaloid, warna yang dihasilkan adalah
berwarna jingga yang menandakan uji positif pada golongan alkaloid. Mikroalga
laut memiliki metabolit sekunder berupa alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Salah
Pada pengujian senyawa flavonoid, plat silika gel hasil uji KLT disemprot
dengan amonia. Timbul noda berwarna kuning (cepat memudar) yang menandakan
memberikan warna kuning ketika disemprot dengan penampak noda uap ammonia.
Untuk memastikan terdapat senyawa flavonoid pada plat KLT, plat KLT dilihat
dengan sinar UV. Sinar UV yang biasa digunakan adalah sinar UV dengan panjang
sehingga pada pengamatan terlihat noda yang memancarkan cahaya. Pada sinar UV
365 nm, noda pada plat silika gel akan berfluoresensi yaitu memancarkan cahaya
tampak saat dikenai sinar UV karena senyawa tersebut akan mengadsorpsi sinar
UV, sedangkan silika gel yang tidak berfluoresensi pada UV 365 nm akan berwarna
gelap sehingga noda yang tampak pada sinar UV 365 nm terlihat terang dan silika
Hasil pengamatan pada UV 365 nm, plat KLT menghasilkan fluoresensi kuning.
Senyawa flavonoid jenis flavonol akan berfluoresensi kuning, kuning redup atau
10
jingga apabila diamati pada sinar UV 365 nm . Senyawa golongan flavonoid
merupakan jenis tanaman hijau karena ia memiliki pigmen klorofil dan termasuk
merupakan senyawa yang bersifat polar dan larut pada pelarut polar seperti etanol,
metanol, aseton, air, dan lain-lain. menunjukkan bahwa flavonoid terdapat pada
nm dan akan menghasilkan fluoresensi biru. Ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol
tanaman ditemukan dalam bentuk glikosida yang artinya unit flavonoid terikat pada
suatu gula. Glikosida flavonoid terbentuk karena gugus hidroksil dalam molekul
flavonoid (aglikon) berikatan dengan gugus karbonil dari gula (glikon). Pada
tanaman, glikosida flavonoid ini memiliki fungsi sebagai cadangan gula karena ia
tidak dapat diangkut oleh sel tanaman karena adanya bagian aglikon (gugus selain
gula).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil ekstraksi metode sonikasi pada frekuensi 50 Khz selama 45 menit dengan
pelarut etanol 70% diperoleh rendemen ekstrak sebesar 30.97%. Hasil skrining fitokimia
metode Kromatografi Lapis Tipis menunjukkan bahwa ekstrak etanol mikroalga Tetraselmis
chuii mengandung 3 senyawa fitokimia yaitu senyawa alkaloid, flavonoid dan glikosida
flavonoid yang ditunjukkan dengan timbulnya noda warna spesifik pada silika gel hasil
KLT.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis
12
DAFTAR PUSTAKA
Heinrich, Dkk, 2010. Farmakognosi dan fitoterapi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Julianto S.T, 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia. Jogjakarta.
Penerbit: Universitas Islam Indonesia.
Sani Nasrul, R. Dkk., 2014. Analisis Rendemen Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Mikroalga Laut (Tetraselmis chuii). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2 No.2 p.121-
126.
Sirait, Midian, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
13