DISUSUN OLEH :
Disusun Oleh :
RISKA PUSPITA, S.IP., M.Si dr. ETIEK KUSUMAWATI MONA AFRIANI, S.Gz
NIP. 19861225 201001 2 018 NIP. 19850530 201504 2 002 NIP. 19930423 201902 2 005
II
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
OPTIMALISASI KONSULTASI GIZI PASIEN PENYAKIT DALAM
DI RUANG RAWAT INAP RAFFLESIA RSUD RUPIT
KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
Disusun Oleh :
DEVI ULVA SARYOSA, M.A.P dr. ETIEK KUSUMAWATI RISKA PUSPITA, S.IP., M.Si
NIP. 19800705 200312 2 005 NIP. 19850530 201504 2 002 NIP. 19861225 201001 2 018
Mengesahkan,
an. Kepala BKPSDM Kota Lubuklinggau
Plt. Kepala UPT Diklat
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas kegiatan aktualisasi dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kegiatan aktualisasi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat pelatihan dasar
CPNS Golongan III Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara. Dalam kegiatan ini
terdapat beberapa kegiatan yang penulis lakukan dengan menerapkan nilai - nilai dasar
dan peran kedudukan ASN.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Zulpikar, S.Sos selaku Kepala BKPSDM Kota Lubuklinggau
2. Drs. Ralin Jufri, MM selaku Kepala BKPSDM Kabupaten Musi Rawas Utara
3. Deny Nofriansyah, S.IP., M.Si selaku Kepala UPT Diklat BKPSDM Kota Lubuklinggau
4. Devi Ulva Saryosa, M.A.P Kabid Pengembangan Kompetensi ASN UPT Diklat
BKPSDM Kota Lubuklinggau selaku Penguji
5. Riska Puspita, S.IP., M.Si selaku Widyaiswara Pembimbing (Coach)
6. dr. Etiek Kusumawati Kasubbag TU RSUD Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara
selaku Mentor
7. Anggota Latsar ASN Muratara Angkatan IV,V, VI, dan VII
8. Kedua orangtua dan rekan – rekan di RSUD Rupit serta semua pihak yang telah
membantu, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang melimpah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kegiatan aktualisasi ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga laporan kegiatan aktualisasi
ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi serta inspirasi untuk para pembaca.
Lubuklinggau, 2020
Penulis
IV
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMANPERSETUJUAN .................................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... III
KATA PENGANTAR ............................................................................... IV
DAFTAR ISI ............................................................................................ V
DAFTAR TABEL ..................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ VII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 4
C. Manfaat ................................................................................. 5
D. Ruang Lingkup Aktualisasi (Habituasi) ............................. 5
E. Gambaran Umum Organisasi ............................................. 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 80
B. Saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
CATATAN BIMBINGAN OLEH MENTOR
CATATAN BIMBINGAN OLEH COACH
SURAT PERSETUJUAN MENTOR
RENCANA AKSI AKTUALISASI
LAMPIRAN OUTPUT KEGIATAN
BIODATA PESERTA
V
DAFTAR TABEL
VI
DAFTAR GAMBAR
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting untuk mewujudkan
cita – cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang –
Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut mewujudkan perdamaian kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karenanya, diperlukan ASN yang
bekerja dengan profesional, senantiasa melayani masyarakat, cepat tanggap
dalam menyelesaikan masalah, bebas dari kegiatan politik serta bersih dari
korupsi, kolusi dan nepotisme. Demi membentuk pribadi ASN yang berdedikasi
dan berkarakter, maka perlu dilaksanakan pembinaan dan pelatihan bagi
CPNS seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan merujuk pada ketentuan Pasal 63 ayat (3)
dan ayat (4) UU ASN, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi untuk membangun moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, serta memperkuat
profesionalisme dan kompetensi bidang.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa diperlukan pelatihan terintegrasi
untuk menciptakan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik dan bersih dari KKN. Pendidikan dan
Pelatihan terintegrasi tersebut merupakan proses pelatihan untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab,
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang bagi calon PNS pada
masa percobaan selama satu tahun.
Lembaga Administrasi Negara menerjemahkan amanat Undang –
Undang tersebut dalam bentuk Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan yang
1
tertuang dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. Dalam pelaksanaannya, pelatihan ini memadukan metode
pembelajaran klasikal dan non – klasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja, sehingga memungkinkan peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan dan mengaktualisasi, serta menjadi kebiasaan (habituasi) dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas dan jabatannya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa.
Pada proses penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS golongan III
terdapat kompetensi yang dibangun yaitu CPNS mampu bertugas dengan
menerapkan prinsip nilai – nilai bela negara, mewujudkan sikap akuntabilitas,
mengedepankan jiwa nasionalisme, menjunjung nilai etika publik, selalu
berusaha menjamin komitmen mutu dan mampu menjadi PNS yang terhindar
dari korupsi. Selain itu, juga dapat mengaktualisasikan peran dan kedudukan
PNS serta bekerja dengan kompetensi yang mumpuni dan sesuai jabatannya.
Berdasarkan kompetensi tersebut, CPNS diberikan pemaparan materi,
pendalaman, penghayatan dan penguasaan nilai – nilai dasar agar peserta
dapat menguasai dan mengaplikasikan konsep pembelajaran tersebut dalam
kehidupan sehari – hari dan tiap proses kegiatan di satuan/unit kerja yang
disebut dengan aktualisasi.
Proses aktualisasi pada peserta pelatihan dasar CPNS dilakukan
dengan cara mengidentifikasi berbagai isu yang ada di tempat kerja yaitu
RSUD Rupit, lalu menganalisa sesuai kriteria dengan menggunakan indikator
analisis AKPK (Aktual, Problematika, Kekhalayakan dan layak) dan USG
(Urgency, Seriousness and Growth). Berdasarkan kriteria tersebut, diambil satu
isu penting yaitu belum optimalnya konseling gizi pasien rawat inap di RSUD
Rupit.
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan salah satu layanan yang
penting untuk dilakukan karena menjadi salah satu faktor penunjang untuk
membantu mempercepat penyembuhan pasien, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
2
Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Untuk
mencapai status gizi pasien yang baik, diperlukan upaya pelayanan optimal
dan paripurna dengan memberikan asuhan medis, asuhan keperawatan dan
asuhan gizi (Depkes RI, 2003). Salah satu kegiatan asuhan gizi yang penting
untuk diberikan baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan adalah
konsultasi gizi.
Secara umum, definisi konseling gizi adalah suatu proses komunikasi
2 (dua) arah antara konselor dan klien untuk membantu mengatasi dan
membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi.
Ada dua unsur yang terlibat yaitu konselor dan klien. Konselor gizi adalah Ahli
Gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali dan mengatasi
masalah gizi yang dihadapi serta mendorong klien untuk mencari dan memilih
cara pemecahan masalah gizi secara efektif dan efisien. Sedangkan klien
adalah orang yang ingin mendapat bantuan dari seorang konselor dalam hal
mengenali, mengatasi, membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masalah yang dihadapi. Klien terdiri dari atas anak – anak, remaja, orang
dewasa dan lanjut usia (Supariasa, 2013).
Sebagai seorang konselor, Ahli Gizi berperan dalam menggali
informasi terkait masalah gizi yang dihadapi klien/pasien, memilih solusi
dengan menegakkan diagnosis, memilih rencana terapi gizi pemecahan
masalah dengan melibatkan klien/pasien mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi intervensi yang dilaksanakan (Persagi, 2010).
Konsultasi gizi perlu diberikan untuk membantu klien/pasien dalam
upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga status gizi dan
kesehatan klien/pasien menjadi lebih baik. Perilaku yang diubah meliputi ranah
pengetahuan, sikap dan keterampilan di bidang gizi. Dalam melaksanakan
konseling, Ahli Gizi dibantu dengan menggunakan media yaitu leaflet dan/atau
food model sebagai contoh bahan makanan yang terbuat dari bahan sintesis
dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan satuan penukar agar
klien/pasien lebih mengerti dan paham (Supariasa, 2013).
Saat ini, pelaksanaan konseling gizi pada pasien rawat inap di RSUD
Rupit kurang optimal, masih banyak pasien yang belum dapat melaksanakan
3
program pengaturan diet dengan benar dan kurangnya pemahaman pasien
serta keluarga mengenai diet yang dianjurkan. Dapat dilihat dari banyaknya
makanan yang tidak termakan oleh pasien, rata – rata sisa makanan masih di
atas standar yang ditetapkan oleh Depkes RI 2008 (≤ 20%). Makanan yang
tersisa di piring atau alat makan adalah suatu data kuantitatif yang bisa
digunakan untuk evaluasi apakah program konseling gizi sudah efektif dan diit
yang diterima pasien sudah memadai atau belum (Mifisoni, 2009).
Hal tersebut dapat disebabkan oleh ; 1) pelayanan asuhan gizi rawat
inap yang dilakukan Ahli Gizi sebagian besar hanya sampai edukasi saja, 2)
terbatasnya media konsultasi gizi, 3) belum adanya laporan dan evaluasi
tentang pelaksanaan konseling gizi, sehingga pasien yang sudah atau belum
mendapatkan konsultasi gizi tidak terdata. Untuk memecahkan masalah
tersebut, maka penulis mengangkat isu Optimalisasi Konsultasi Gizi Pasien
Rawat Inap di RSUD Rupit, agar kedepannya pelaksanaan konseling gizi dapat
berjalan dengan optimal, efektif dan efisien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan aktualisasi ini bertujuan agar peserta dapat menerapkan dan
menginternalisasi nilai – nilai dasar profesi PNS yang meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Selain itu, peserta juga diharapkan mampu mengimplementasikan
pemahaman tentang pelayanan publik, manajemen ASN dan Whole of
Government di unit kerja sesuai kualifikasi jabatan sehingga dapat
berkontribusi dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan solusi dan menyelesaikan isu yang diangkat sehingga dapat
meningkatkan pelayanan gizi di RSUD Rupit.
b. Memberikan pelayanan bermutu serta meningkatkan kinerja CPNS
sehingga visi dan misi organisasi dapat tercapai.
4
C. MANFAAT
1. Bagi Peserta Diklat
Peserta diklat mampu menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selalu
menjalankan nilai – nilai ANEKA dalam melaksanakan setiap kegiatan
sesuai tugas dan fungsi, sehingga mampu menjadi ASN yang terampil dan
profesional di bidangnya.
2. Bagi RSUD Rupit
Organisasi mampu menciptakan pelayanan prima dan bermutu, yang dapat
memenuhi harapan publik. Sehingga pelayanan gizi di RSUD Rupit menjadi
lebih baik.
3. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan pelayanan gizi yang optimal dan bermutu sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit serta
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan pelayanan prima dan bermutu khususnya layanan
gizi.
5
E. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
1. Profil Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rupit Kabupaten Musi Rawas
Utara ditetapkan sebagai Rumah Sakit Milik Pemerintah Kabupaten Musi
Rawas melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
65/Menkes/SK/I/2005 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Musi Rawas
Milik Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
RSUD Rupit terletak di desa Lawang Agung, Jl. Kesehatan No. 1
Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara.
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yaitu meliputi pelayanan Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif. Rumah Sakit Umum Daerah Rupit yang baru berkembang
merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Musi Rawas (Kabupaten
Induk) dan berstatus Rumah Sakit kelas D dengan SK Bupati Nomor 3
Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Musi Rawas. Dengan Nomor Registrasi : 16.05.043,
Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 30 tahun 2008 tentang penjabaran
tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
Pada tahun 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Rupit ditetapkan
sebagai Satuan Kerja Perangkat Darah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-PBLUD)
dengan status BLUD secara penuh berdasarkan Keputusan Bupati Musi
Rawas Nomor 646/KPTS/RS.RUPIT/2013. Dengan disahkannya
Kabupaten Musi Rawas Utara sebagai daerah otonomi baru berdasarkan
Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2013, maka RSUD Rupit yang berada
di wilayah kabupaten Musi Rawas Utara menjadi Rumah sakit milik
pemerintah kabupaten Musi Rawas Utara.
6
Gambar 1.1 Bangunan RSUD Rupit
Saat ini, RSUD Rupit telah memiliki sumber daya manusia yang
memadai terdiri dari PNS, CPNS dan Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Berikut
ini data sumber daya manusia yang dimiliki RSUD Rupit :
7
17 D III Farmasi 14
18 D III Fisioterapi 4
19 D III Gizi 3
20 D III Keperawatan 62
21 D III Perawat Gigi 3
22 D III Perawat Mata 4
23 D III Radiologi 15
24 D III Rekam Medis 7
25 D III Sanitarian 5
26 D III Teknologi Informatik 4
27 D 1 Keperawatan 1
28 SPK 2
29 SMF 1
30 SMA 74
31 SMK 7
32 SMP 5
33 SD 5
Jumlah 400
Sumber : Data Kepegawaian RSUD Rupit
8
Dalam melaksanakan tugas untuk melayani masyarakat, seluruh
petugas yang bekerja di RSUD Rupit wajib menerapkan nilai – nilai
organisasi yaitu profesionalisme dan bermutu.
9
b. Menyusun rancangan standar gizi, makanan dan dietetik;
c. Menganalisis data pengamatan keadaan gizi, makanan dan dietetik
secara deskriptif;
d. Melakukan inventarisasi fisik bahan, materi, pangan, peralatan dan
sarana pelayanan gizi;
e. Melakukan penilaian hasil pengumpulan data pelayanan gizi;
f. Melakukan konseling gizi dan dietetik;
g. Melakukan penyuluhan gizi / diet kelompok;
h. Memantau pelayanan penyelenggaraan diet;
i. Melaksanakan rujukan terhadap kasus gizi;
j. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggung jawaban
kepada Pimpinan.
10
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat telah
ditetapkan Struktur Organisasi RSUD.
DIREKTUR
JABATAN FUNGSIONAL
1. KOMITE MEDIK
2. KOMITE KEPERAWATAN KA. SUBBAG TATA USAHA
3. KOMITE NAKES LAINNYA dr. Etiek Kusumawati
4. KOMITE MUTU
5. KOMITE PPI
KEUANGAN
BINA REKAM MEDIK Meilia, Amd.Kep
KEPERAWATAN M. Al Amin. Amd.Fk
IGD FARMASI RAWAT JALAN RAWAT INAP RONTGEN LABORATORIUM IBS ICU GIZI SARAF
Azhar Suryadinata, dr. Shahcoga Murtini, dr. Fardin
Kurniawati, M. Rozaq Ilmi Marisa Elvin, Am.Ak Husni Tamrin, Meri Indriyani,
S.Farm., Apt dr. Defi Kartika
S.Kep Lutfi Utama, A.Md.Rad Amd., Kep Amd. Kep Amd.Gz Suradi, Sp.N
11
BAB II
LANDASAN TEORI
12
selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan konstribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability required
reporting)
Laporan kinerja sebagai perwujudan dari akuntabilitas. Adapun
wujudnya untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Institusi Pemerintah), sedangkan untuk individu yaitu laporan yang
didasarkan pada kontrak kerja.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Kewajiban menunjukkan tanggung jawab dapat berupa penghargaan
atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Akuntabilitas bertujuan untuk memperbaiki kinerja PNS dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pendekatan akuntabilitas
yang proaktif merupakan sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Proses
setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban
secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus
peningkatan kinerja.
13
politik praktis, melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas memiliki tingkatan yaitu dimulai dari akuntabilitas
personal, individu, kelompok, organisasi dan stakeholder, yang
mekanismenya terdiri atas akuntabilitas kejujuran dan hukum (kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan), akuntabilitas proses
(prosedur pemberian pelayanan publik), akuntabilitas program (pencapaian
terhadap tujuan yang ditetapkan) dan akuntabilitas kebijakan
(pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil).
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel maka perlu
memperhatikan nilai – nilai dasar akuntabilitas, yaitu :
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dapat melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang
baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga
dengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat
dijadikan sebagai solusi.
14
b. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi. Tujuan
adanya transparansi adalah :
1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
c. Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan hati dalam menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-Undang,
kontrak, kebijakan dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholder.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah memberikan kesadaran bahwa ada
konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan, karena ada tuntutan
untuk bertanggungjawab keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas
dibagi menjadi responsibilitas persorangan dan responsibilitas institusi.
1) Responsibilitas Perseorangan
a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dillakukan;
b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan
keputusan;
c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan.
2) Responsibilitas Institusi
a) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya;
b) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan;
15
c) Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya;
d) Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
fungsinya untuk melindungi sumber daya dan organisasi.
e. Keadilan
Keadilan merupakan landasan utama dari akuntabilitas yang harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal – hal yang tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus
dapat menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja.
Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan
kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya
harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Kejelasan yang merupakan salah satu elemen untuk menciptakan
dan mempertahankan akuntabilitas. Pelaksanaan wewenang dan
tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama
untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan
sistem pelaporan kerja baik individu maupun organisasi.
16
i. Konsistensi
Konsitensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir. Konsistensi menjamin
stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya
lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan
kredibilitas anggota organisasi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan
yang menjadi tolak ukur dalam menilai kecintaan individu terhadap
17
bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme
adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila oleh
setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.
Dalam arti sempit, Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sementara secara arti luas, nasionalisme berarti pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus
menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan
atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah air
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
merupakan hal yang lebih penting.Diharapkan dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara.Nilai-nilai yang berorientasi pada
kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN.Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Nilai ini mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini
menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa religius yang
mengakui adanya Tuhan. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan karakter dan
kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan
diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
18
b. Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
Nilai ini mengandung arti adanya kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya.
c. Sila 3 (Persatuan Indonesia)
Sila ini mengandung nilai bahwa persatuan Indonesia mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam
keberagaman dan terbagi dalam beberapa golongan. Selain kehendak
hidup bersama, kebersamaan bangsa Indonesia juga didukung oleh
semangat gotong-royong. Dengan gotong – royong itulah, Indonesia
mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan
hanya membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian
tertentu dari teritorial Indonesia. Tujuan nasionalisme yang didasari dari
semangat gotong royong yaitu ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti
kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang
mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal
negatif dan sebagai suatu ancaman. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi
secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya
khazanah budaya dan pengetahuan. Ke luar berarti memuliakan
kemanusiaan secara universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan,
perdamaian dan keadilan antar umat manusia.
d. Sila 4 (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan).
Sila ini mengandung makna pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga
perwakilan. Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang demokratis,
yaitu : (1) kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah; (2)
kekuasaan itu harus dibatasi; dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya
harus cukup kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif
dan efisien.
19
Secara garis besar, terdapat dua model demokrasi, yaitu : majoritarian
democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan
consensus democracy ( demokrasi yang mengutamakan konsensus atau
musyawarah). Oleh karena itu, pilihan demokrasi konsensus berupa
demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa
kemaslahatan bagi bangsa Indonesia.
e. Sila 5 (Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
Sila ini mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahiriah dan batiniah.
Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperative etis dari amanat
Pancasila dan UUD 1945.
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang
menentukan baik atau buruk, benar atau salah suatu perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggungjawab pelayanan publik. Etika dapat dipahami sebagai sistem
penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan apakah suatu
perbuatan itu pantas dilakukan, guna menjamin adanya perlindungan hak –
hak individu, mencakup cara – cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal – hal yang baik dan buruk serta mengarahkan
apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai – nilai yang dianut.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu, perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki
kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan
bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah
yang tidak beruntung.
Adapun nilai – nilai dasar dari etika publik, antara lain sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai – nilai ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 19445;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
20
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n. Meningkatkan efetivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
Etika Publik merupakan landasan dasar bagi penuntun perilaku,
norma etika justru sangat menentukan perumusan kebijakan maupun pola
tindakan yang ada didalam organisasi publik. Jika aparat pemerintah
maupun masyarakat sudah memiliki dasar norma etika yang kuat, ketaatan
terhadap norma hukum akan mengikuti dan biasanya korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan lain akan
dapat dicegah sejak dini.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
21
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan,
dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan
netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015). Ketiga
dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik
yang beretika.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tiap tindakan yang kita lakukan untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap
produk atau jasa berupa ukuran baik atau buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggung jawab PNS harus dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Indikator komitmen mutu antara
lain:
a. Orientasi mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/ jasa yang diberikan
kepada pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan
salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau
pembandingan dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan
bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan
melampaui harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara
terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
22
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan. Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar
dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi,
pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan
bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan.Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini
masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-
undangan.
Adapun Nilai – Nilai Dasar yang terkandung dalam Komitmen Mutu
adalah sebagai berikut :
a. Tepat waktu
b. Sesuai SOP
c. Akurasi
d. Kerja sama
e. Cepat dan tepat
f. Tanggap
g. Evaluasi
h. Cermat
i. Melakukan yang terbaik
j. Profesional
k. Menerima pembaharuan
l. Tidak mempersulit kondisi
b. Efisien
Efisiensi organisasi adalah berdaya-guna, dapat menjalankan
tugas dan mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat
waktu. Efisiensi organisasi ditentukan oleh beberapa banyak bahan
baku, uang dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya
23
yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Efisiensi diukur
dari ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya
pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
Tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga dan
pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Oleh karena itu, Jika dalam
pelaksanaan tugas tidak memperhatikan efisiensi maka akan berdampak
ketidaktercapaian target kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat
kerja, dan bahkan akan meimbulkan kerugian.
c. Efektif
Efektifitas adalah berhasil-guna, menunjukkan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu
hasil kerja. Efektifitas organisasi berati memberikan barang atau jasa
yang dihargai oleh pelanggan. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur
dari performan untuk mencapai target (rencana), mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan (customer).
Karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur
tingkat efektifitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberi kepuasan. Oleh karena itu, jika dalam pelaksanaan tugas tidak
memperhatikan efektifitas maka akan berdampak ketidaktercapaian
target kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat kerja, dan bahkan
akan meimbulkan kerugian.
d. Inovatif
Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide kreativitas
untuk meningkatkan mutu pelayanan. Proses inovasi dapat terjadi
secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat
(bersifat revolusioner). Hal ini bergantung pada kecepatan proses
berpikir, ketersediaan sarana pendukung, kelancaran proses
implementasi, dan keberanian untuk mengungkapkan inovasi tersebut.
24
Inovasi dilandasi oleh keberanian berinisiatif untuk menampilkan
kreatifitas, sehingga inovasi akan menjadi faktor yang membuat
organisasi tumbuh, berubah, berkembang, dan berhasil. Inovasi akan
menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan
persaingan.
Inovasi bisa muncul dari dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga inovasi muncul karena ada
desakan kebutuhan dari pihak eksternal, misalnya permintaan pasar.
Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang - orang kreatif, dan lahirnya
kreatifitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk keluar dari
rutinitas yang membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreatifitas,
dan inovasi dilatar belakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah
pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi juga sering dikatakan
25
sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena
dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Sebagai PNS, dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara, namun juga dapat menimbulkan kerusakan kehidupan
yang tidak hanya bersifat jangka pendek, namun juga secara jangka panjang.
Sadar diri akan anti korupsi bisa dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia dan
selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu dalam hidup ini harus
dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai dasar anti korupsi penting untuk
mencegah terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan kontrol
kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan baik serta, untuk mencegah
faktor eksternal penyebab korupsi.
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri
dari nilai-nilai anti korupsi antara lain:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang
dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi
diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Kepedulian
Kepedulian kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
26
c. Kemandirian
Sifat kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkan untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat;
d. Kedisiplinan
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi
diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya
dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan
cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang sadar bahwa segala tindakan dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja keras
Individu yang memiliki etos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan
publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan
sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk tidak hidup
boros. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup
dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
27
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta
tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Keberanian
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun
semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang
menyimpang.
i. Keadilan
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Bila dia seorang pimpinan
maka dia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya
sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
31
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan perilaku. Kode
etik dan perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN, salah satunya dengan menerapkan sistem merit. Sistem Merit adalah
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
32
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Kode etik dan
kode perilaku ini memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting dalam birokrasi
untuk menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi-fungsi tersebut, antara lain:
a. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;
b. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya.
33
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga
yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam
prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional akan
sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikannya.
c. Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan yang dilakuka diluar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam
koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi.
d. Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus
dalam koordinasi ini. Di Australia dalam masa pemerintahan Howard
melakukan hal ini dengan mendorong inisiatif koalisi sosial antar aktor
pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini mendorong
adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal, sehingga pada
akhirnya akan terjadi koordinasi alamiah.
3. Pelayanan Publik
Sebagaimana termuat dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
34
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah sebagai berikut :
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar- besarnya
untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka
merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak
hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen.
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti: status sosial,
pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi
seksual, difabel, dan sejenisnya.
35
e. Mudah dan murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh
layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah, artinya
berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah
untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat
untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi
dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan
cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang
sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan,
dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan
biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara
melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak
hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang
lebih tinggi secara vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus
36
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui
media publik baik cetak maupun elektronik. Mekanisme
pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social
accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik
harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan
mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
37
BAB III
LAPORAN AKTUALISASI
A. RANCANGAN AKTUALISASI
38
Tabel 2. Rancangan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan /Kegiatan Output/Hasil Nilai – Nilai Dasar Kontribusi Penguatan Nilai
Kegiatan Terhadap Visi Organisasi
Misi
1 2 3 4 5 6 7
1 Koordinasi 1. Melakukan Output Keterkaitan dengan agenda Dengan adanya Dengan
dengan pihak koordinasi dengan Adanya koordinasi ANEKA adalah: koordinasi dengan melaksanakan
internal Mentor dengan pihak Akuntabilitas pihak internal koordinasi pihak
2. Rapat koordinasi internal RSUD Adanya kejelasan tentang maka dapat internal maka nilai
dengan Ahli Gizi Rupit rencana kegiatan yang mewujudkan visi profesional dan
rawat inap dan Hasil akan dilaksanakan RS sebagai pilihan bermutu dapat
Kepala Ruangan pertama dan terwujud.
SK tentang Nasionalisme
3. Menindaklanjuti utama dalam
konsultasi gizi Adanya kerjasama antar
kegiatan sesuai pelayanan
Daftar hadir pimpinan dan pegawai
hasil koordinasi kesehatan dan
Dokumentasi
Etika Publik
perencanaan
Bersikap sopan santun
daerah berkualitas.
saat melaksanakan
kegiatan
Komitmen Mutu
39
Bekerja sama antar
pegawai agar kegiatan
berlangsung dengan baik
dan tepat waktu
Anti Korupsi
Berpartisipasi dan peduli
terhadap permasalahan
atau isu di unit kerja
Pelayanan Publik
Berpartisipasi terhadap
permasalah atau isu di unit
kerja
40
Manajemen ASN
Melakukan koordinasi agar
kegiatan terlaksana dan
mendapatkan hasil yang
baik
2 Menyusun SOP 1. Mencari referensi Output : Keterkaitan dengan agenda Dengan menyusun Dengan
tentang SOP Tersedianya SOP ANEKA adalah: SOP maka menyusun SOP
konsultasi gizi 2. Menyiapkan materi Hasil Akuntabilitas pelaksanaan maka nilai
SOP Adanya kejelasan tahapan konsultasi gizi profesional dan
Rancangan
3. Menyusun SOP kegiatan konsultasi gizi lebih terarah dan bermutu dapat
SOP
4. Mengkonsultasikan melalui SOP sesuai prosedur diperkuat
SOP tentang
SOP kepada sehingga dapat
konsultasi gizi Nasionalisme
atasan meningkatkan
Menghargai pendapat
5. Mencetak SOP kualitas sarana
atasan dan kerjasama
6. Meminta dan prasarana
untuk pengesahan SOP
persetujuan atasan serta memberikan
Etika Publik
pelayanan
Bersikap sopan santun
kesehatan
kepada atasan dan
profesionalisme
bertanggung jawab tentang
dan bermutu
41
pengadaan SOP
Komitmen Mutu
Dengan tersedianya SOP
maka pelayanan konsultasi
gizi akan terlaksana
dengan efektif, efisien dan
bermutu
Anti Korupsi
Bertanggung jawab
tentang pengadaan SOP
dan besikap jujur
Pelayanan Publik
42
Dengan adanya SOP maka
layanan konsultasi gizi
terhadap pasien akan
terlaksana secara efektif
dan efisien
Manajemen ASN
Melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung
jawab
3 Membuat media 1. Menyusun materi Output Keterkaitan dengan agenda Membuat media Dengan adanya
konsultasi leaflet Tersedianya ANEKA adalah: konsultasi gizi media konsultasi
2. Mengkonsultasikan media konsultasi Akuntabilitas maka dapat maka dapat
materi konsultasi gizi Bertanggung jawab dalam memberikan memperkuat
kepada atasan Hasil membuat media agar informasi yang pelayanan
untuk dikoreksi materi konsultasi yang mudah dipahami menjadi lebih
Materi
3. Membuat leaflet disampaikan jelas pasien dan profesional
konsultasi
4. Mencetak leaflet mendukung misi
Leaflet Nasionalisme
RS meningkatkan
Menghargai pendapat
kualitas dan
atasan
kuantitas sarana
43
Etika Publik dan prasarana
Cermat dalam membuat serta memberikan
leaflet pelayanan
kesehatan yang
Komitmen Mutu
profesionalisme
Adanya kreatifitas untuk
dan bermutu
meningkatkan kualitas
pelayanan
Anti Korupsi
Membuat media konsultasi
dengan bekerja sama dan
jujur
Pelayanan Publik
Media konsultasi membuat
44
informasi yang
disampaikan mudah
dipahami pasien
Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan
dengan penuh
tanggungjawab dan
profesional
4 Melaksanakan 1. Meminta Output Keterkaitan dengan agenda Pelaksanaan Pelaksanaan
konsultasi gizi persetujuan dan Terlaksananya ANEKA adalah: konsultasi gizi konsultasi gizi
waktu pasien konsultasi gizi Akuntabilitas dapat memberikan dapat
2. Membangun dasar Hasil Mempertanggungjawabkan pelayanan memperkuat nilai
– dasar konseling kegiatan konseling gizi kesehatan yang profesional dan
Form
3. Menggali agar dapat terlaksana dan profesional dan bermutu
konsultasi
permasalahan bermanfaat bagi pasien bermutu sehingga
Dokumentasi
4. Memilih solusi dapat mewujudkan
(foto/video) Nasionalisme
dengan visi misi RS
Kerjasama antar Ahli Gizi,
menegakkan menjadikan RS
perawat dan dokter
diagnosis sebagai pilihan
Etika Publik
pertama dan
45
5. Intervensi memilih Melakukan konseling utama dalam hal
rencana dengan benar, bersikap pelayanan
6. Evaluasi santun, ramah dan kesehatan
pemahaman terkait komunikatif dengan pasien
informasi yang
Komitmen Mutu
disampaikan
Melaksanakan konsultasi
7. Mencatat di rekam
gizi secara efektif dan
medis pasien
efisien
sebagai bukti telah
memberikan Anti Korupsi
46
Pelayanan Publik
Membimbing dan
mengarahkan pasien
dalam memahami masalah
gizi yang dialami dan
bagaimana mengatasinya
Manajemen ASN
Melaksanakan kegiatan
dengan tanggung jawab,
profesional dan sesuai
kompetensi
5 Monitoring dan 1. Meminta Output Keterkaitan dengan agenda Dengan Dengan
Evaluasi persetujuan atasan Adanya ANEKA adalah: melakukan monitoring dan
terkait monitoring dan Akuntabilitas monitoring dan evaluasi dapat
pelaksanaan evaluasi kegiatan Mempertanggungjawabkan evaluasi maka memperkuat nilai
monitoring dan Hasil hasil dari konsultasi dapat melihat hasil profesional dan
evaluasi dengan memonitor dan konsultasi gizi bermutu
Jadwal
2. Membuat jadwal mengevaluasi agar pasien pasien dalam
konsultasi
konsultasi pasien mendapatkan informasi memberikan
pasien
selanjutnya pelayanan
47
3. Membuat laporan Laporan yang benar dan transparan kesehatan yang
konsultasi gizi per mingguan profesional dan
Nasionalisme
minggu konsultasi gizi bermutu
Menghargai kerja keras
Dokumentasi Ahli Gizi dan Peduli
selama kegiatan
terhadap hasil evaluasi
tentang konseling pasien
Etika Publik
Menjaga rahasia pasien
Komitmen Mutu
Memonitor dan
mengevaluasi apakah
konsultasi yang
dilaksanakan sudah efektif
dan efisien
Anti Korupsi
Mengolah data konsultasi
secara jujur
48
Keterkaitan dengan Agenda
Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
WoG
Berkoordinasi dengan
atasan dan Ahli Gizi
Pelayanan Publik
Ahli Gizi melakukan
kegiatan tindak lanjut yaitu
membuat jadwal layanan
konsultasi gizi lanjutan bagi
pasien yang kontrol di poli
atau dirawat kembali
Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan
dengan tanggung jawab
dan sesuai dengan tupoksi
serta kompetensi
49
B. JADWAL AKTUALISASI
Tabel 3. Jadwal Kegiatan
Rincian Jadwal Implementasi Kegiatan
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
No Tahapan Kegiatan (30 Mar –
Kegiatan (09 – 14 Mar 2020) (16 – 21 Mar 2020) (23 – 28 Mar 2020) 4 Apr 2020) (06 – 11 Apr 2020)
S S R K J S S S R K J S S S R K J S S S R K J S S S R K J S
Koordinasi 1. Melakukan koordinasi
dengan pihak dengan Mentor
internal 2. Rapat koordinasi
dengan Ahli Gizi rawat
1 inap dan Kepala
Ruangan
3. Menindaklanjuti
kegiatan sesuai hasil
koordinasi
Menyusun SOP 1. Mencari referensi SOP
tentang konsultasi 2. Menyiapkan materi
gizi SOP
3. Menyusun SOP
2 4. Mengkonsultasikan
SOP kepada atasan
5. Mencetak SOP
6. Meminta persetujuan
atasan
Membuat media 1. Menyusun materi leaflet
konsultasi 2. Mengkonsultasikan
materi konsultasi
3
kepada atasan untuk
dikoreksi
3. Membuat leaflet
50
4. Mencetak leaflet
Melaksanakan 1. Meminta persetujuan
konsultasi gizi dan waktu pasien
2. Membangun dasar –
dasar konseling
3. Menggali
permasalahan
4. Memilih solusi dengan
menegakkan diagnosis
5. Intervensi memilih
4
rencana
6. Evaluasi pemahaman
terkait informasi yang
disampaikan
7. Mencatat di rekam
medis pasien sebagai
bukti telah memberikan
informasi kepada
pasien
Monitoring dan 1. Meminta persetujuan
Evaluasi atasan terkait
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi
2. Membuat jadwal
5 konsultasi pasien
selanjutnya
3. Membuat laporan
konsultasi gizi per
minggu
: Kegiatan
: Libur
51
C. CAPAIAN AKTUALISASI
Kegiatan aktualisasi yang dilakukan adalah konseling gizi, untuk
melaksanakan aktualisasi ini dibutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik
dari berbagai pihak. Seorang Ahli Gizi diharapkan dapat memberikan
pengetahuan gizi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien melalui diet. Kegiatan konseling gizi perlu dilaksanakan
sebagai salah satu upaya agar pasien memahami benar diet yang harus
dijalaninya serta peran keluarga sangat penting untuk mendukung pasien
melakukan diet sesuai anjuran gizi. Kekeliruan orang awam mengenai diet
menjadi masalah yang cukup krusial saat ini, begitu juga kepatuhan pasien
dalam melaksanakan diet untuk penyakit tertentu sangat dibutuhkan. Apabila
terus dibiarkan, hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kesalahpahaman
pasien dalam menerima informasi sehingga akan menimbulkan kekambuhan
penyakit yang lebih parah dari sebelumnya karena pasien tidak memulai diet
dengan baik atau mengubah pola makan sesuai anjuran gizi.
Tujuan dari aktualisasi yaitu direalisasikan, berdasarkan rancangan
aktualisasi yang telah dibuat dengan menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Kegiatan
aktualisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
pada masyarakat di kabupaten Musi Rawas Utara serta merupakan salah satu
dari kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.
Aktualisasi direalisasikan dengan adanya isu strategis di lokasi kerja tentang
kurang optimalnya konseling gizi pasien rawat inap di RSUD Rupit. Oleh karena
itu, penulis memiliki gagasan pemecahan isu yaitu optimalisasi konsultasi gizi
pasien rawat inap di RSUD Rupit. Diharapkan dengan gagasan tersebut dapat
berkontribusi dan memberikan manfaat bagi rumah sakit, masyarakat dan
pasien yang dirawat di RSUD Rupit.
Dalam mewujudkan gagasan tersebut, ada beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh penulis sebagai Ahli Gizi dalam rangka mengoptimalkan
pelayanan konsultasi gizi di RSUD Rupit, yaitu:
52
1. Koordinasi dengan pihak internal
Koordinasi dengan pihak internal merupakan sarana komunikasi terkait
kondisi instansi unit kerja yang akan digunakan sebagai tempat habituasi.
agar terjalin persamaan persepsi mengenai isu dan rancangan inovasi
dengan mentor, kepala ruangan gizi dan ahli gizi rawat inap. Kegiatan ini
dilakukan pada tanggal 9 – 16 Maret 2020. Adapun tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahapan kegiatan
1) Melakukan koordinasi dengan mentor
Penulis melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Kasubbag
TU RSUD Rupit selaku mentor tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Konsultasi dan koordinasi dengan mentor merupakan
sarana komunikasi dengan atasan terkait kondisi instansi unit kerja
yang akan digunakan sebagai tempat habituasi, sehingga terjalin
persamaan persepsi mengenai isu dan rancangan program inovasi
dengan mentor. Selanjutnya mentor memberikan persetujuan untuk
melaksanakan kegiatan, serta saran agar mempersiapkan secara
maksimal tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan selalu
melakukan koordinasi dengan mentor sehingga proses kegiatan
dapat berjalan dengan lancar.
Gambar 3.1
Dokumentasi koordinasi dengan mentor
2) Rapat koordinasi dengan kepala ruangan gizi dan ahli gizi rawat inap
Koordinasi dengan kepala ruangan gizi dan rekan sesama ahli
gizi rawat inap merupakan sarana komunikasi untuk meminta
53
pendapat dan jalinan kerjasama tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Melalui koordinasi akan terjalin persamaan persepsi
sehingga akan terjadi sinergitas dalam pelaksanaan kegiatan
aktualisasi. Penulis memperoleh arahan dari kepala ruangan gizi dan
rekan ahli gizi untuk membuat Surat Keputusan (SK) dan SOP
tentang konseling gizi yang diketahui oleh Direktur RSUD Rupit
selaku atasan, agar tupoksi ahli gizi dan prosedur konseling gizi
pasien rawat inap lebih jelas.
Gambar 3.2
Dokumentasi koordinasi dengan Karu dan Ahli Gizi
Gambar 3.3
Dokumentasi Membuat Surat Keputusan
54
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah adanya koordinasi untuk
melaksanakan kegiatan dengan pihak terkait sehingga tersedianya surat
kebijakan tentang konsultasi gizi, daftar hadir dan dokumentasi kegiatan
(dokumen terlampir).
f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas ; tidak adanya kordinasi yang baik dengan atasan dan
ahli gizi terkait sehingga akan terjadi ketidakjelasan kegiatan yang
dilaksanakan.
2) Nasionalisme
Tidak ada jalinan kerjasama antar pimpinan dengan pegawai, maka
tidak akan terjadi sinergitas dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi.
3) Etika Publik
Tidak ada komunikasi yang baik dengan pimpinan dan rekan kerja,
jika tidak mengedepankan etika (sopan santun).
4) Komitmen Mutu
Kegiatan aktualisasi tidak akan berlangsung dengan baik dan tepat
waktu, jika tidak ada kerjasama antar pegawai.
5) Anti Korupsi
Tidak terwujudnya partisipasi dan kepedulian terhadap permasalahan
atau isu yang ada di unit kerja.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak adanya koordinasi dengan pimpinan dan pegawai lainnya.
7) Pelayanan Publik
Tidak ada partisipasi terhadap permasalahan di unit kerja.
56
8) Manajemen ASN
Tidak adanya koordinasi sehingga pelaksanaan kegiatan akan
mendapatkan hasil yang tidak baik.
57
3) Menyusun SOP
Tahap ini ditujukan untuk menyusun SOP sesuai dengan
materi yang telah disiapkan yaitu dengan menulis dan membuat
draft SOP sesuai dengan ketentuan metode dan teknik penulisan
SOP rumah sakit. Materi yang disiapkan yaitu pengertian tujuan dan
prosedur konsultasi gizi.
58
Gambar 3.8 Konsultasi SOP dengan Karu
5) Mencetak SOP
Tahapan kegiatan ini yaitu mencetak SOP. Kegiatan ini
dilakukan setelah berkonsultasi dengan atasan tentang SOP yang
telah disusun.
Gambar 3.10
Dokumentasi meminta persetujuan atasan
59
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya SOP tentang
konsultasi gizi (dokumen terlampir).
60
Dengan adanya SOP, maka pelayanan konsultasi gizi pada pasien
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
3) Manajemen ASN
Bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan agar berjalan
maksimal dan tepat waktu.
f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Tidak ada kejelasan tentang tahapan konsultasi gizi.
2) Nasionalisme
Tidak adanya saran dan masukan serta kerjasama dari atasan
sehingga kurang maksimal dalam inovasi terkait pelaksanaan
kegiatan aktualisasi.
3) Etika Publik
a) Penyusunan SOP akan kurang maksimal, jika tidak
mengedepankan sopan santun kepada atasan.
b) Pengadaan SOP kurang maksimal, jika tidak ada
pertanggungjawaban.
4) Komitmen Mutu
Pelaksanaan konseling gizi tidak akan efektif dan efisien, jika SOP
tidak tersedia sehingga dapat menurunkan mutu pelayanan gizi.
5) Anti Korupsi
Pengadaan SOP tidak maksimal dan tepat waktu, jika tidak bersikap
jujur dan bertanggung jawab.
61
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan sehingga SOP yang disusun
tidak sesuai dengan kebutuhan unit kerja.
7) Pelayanan Publik
Pelayanan konseling gizi tidak efektif dan efisien, jika SOP tidak
tersedia.
8) Manajemen ASN
Kegiatan tidak berjalan maksimal dan tepat waktu, jika tidak
bertanggung jawab.
62
2) Mengkonsultasikan materi konsultasi kepada atasan untuk dikoreksi
Setelah menyusun materi, penulis berkonsultasi kepada
atasan yaitu kepala ruangan gizi terkait materi leaflet yang telah
disusun. Penulis memperoleh saran yaitu untuk mengurangi
penggunaan bahasa medis agar mudah dipahami oleh pasien.
3) Membuat leaflet
Tahapan kegiatan selanjutnya yaitu membuat leaflet. Penulis
membuat leaflet sesuai dengan materi yang telah disusun dan
semenarik mungkin agar pasien tertarik untuk membaca dan mudah
memahami isi dari leaflet tersebut.
4) Mencetak leaflet
Tahap akhir dari kegiatan ini adalah mencetak leaflet, sehingga
dapat segera digunakan sebagai media konsultasi gizi.
63
Gambar 3.14. Dokumentasi mencetak leaflet
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya media konsultasi
gizi yaitu leaflet.
64
Gambar 3.17. Leaflet Diet Rendah Garam
Gambar 3.18. Leaflet Diet Penyakit Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa
65
c. Nilai – Nilai Dasar
Nilai – nilai dasar yang termuat dalam kegiatan 3 (tiga) ini adalah :
1) Akuntabilitas
Mempelajari aturan-aturan dan materi konsultasi agar isi leaflet yang
dibuat dapat dipertanggungjawabkan.
2) Nasionalisme
Dengan menghargai pendapat, saran dan masukan dari atasan maka
penyusunan materi dan pembuatan leaflet dapat berjalan dengan
maksimal.
3) Etika Publik
Materi konsultasi yang disusun akan mudah dipahami, apabila cermat
dalam membuat leaflet.
4) Komitmen Mutu
Terwujudnya media konsultasi gizi sehingga dapat meningkatkan
kualitas mutu dan sarana prasarana pelayanan gizI.
5) Anti Korupsi
Nilai anti korupsi yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini yaitu
bekerja sama dan jujur. Membuat media konsultasi dengan bekerja
sama antar ahli gizi, sehingga pelaksanaanya akan maksimal dan
selesai tepat waktu serta bersikap jujur dalam pengadaan media
konseling.
66
e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai
Organisasi
Dengan tersedianya media konseling gizi maka dapat memberikan
informasi yang mudah dipahami klien/pasien sehingga dapat mendukung
visi dan misi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana serta mewujudkan nilai rumah sakit profesional dan bermutu.
f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Isi materi dalam leaflet yang dibuat tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Nasionalisme
Penyusunan materi dan pembuatan leaflet tidak dapat berjalan
dengan maksimal, jika tidak menghargai pendapat, saran dan
masukan dari atasan.
3) Etika Publik
Materi konsultasi yang disusun kurang dipahami, apabila tidak cermat
dalam membuat leaflet.
4) Komitmen Mutu
Tidak terwujudnya media konseling, sehingga tidak dapat
meningkatkan kualitas mutu, sarana dan prasarana pelayanan gizi
5) Anti Korupsi
Pembuatan dan pengadaan media konseling akan terhambat dan
tidak selesai tepat waktu, apabila tidak menerapkan kerja sama dan
sifat jujur.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan sehingga pelaksanaan kegiatan
tidak dapat berjalan baik.
67
7) Pelayanan Publik
Tidak tersedianya media konsultasi sehingga informasi yang
disampaikan tidak mudah dipahami pasien.
8) Manajemen ASN
Kegiatan tidak dapat berjalan maksimal dan tepat waktu, jika tidak
bertanggung jawab dan profesional dalam menjalankannya.
68
kondisi menyenangkan agar pasien merasa nyaman. Setelah itu,
ahli gizi menjelaskan tujuan konseling yang akan diberikan.
3) Menggali permasalahan
Menggali permasalahan pasien, yaitu dengan mengumpulkan
data melalui wawancara dan mencatat apa yang disampaikan
pasien/keluarga. Data yang dikumpulkan adalah data antropometri,
biokimia, fisik klinis, riwayat gizi dan personal pasien.
69
Gambar 3.24. Dokumentasi Diagnosis Gizi
70
disampaikan dengan cara menanyakan kembali apakah ada
pertanyaan atau meminta menyatakan kembali apa kesimpulan dari
informasi yang disampaikan.
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah terlaksananya konseling gizi
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
gizi sesuai dengan penyakit yang diderita (Dokumen terlampir).
71
Mempertanggung jawabkan kegiatan konseling agar dapat terlaksana
dan bermanfaat bagi pasien.
2) Nasionalisme
Nilai yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini adalah kerjasama.
Dengan bekerja sama antar rekan kerja yaitu ahli gizi, perawat dan
dokter maka akan terjalin sinergitas dalam merawat pasien sehingga
pasien mendapatkan pelayanan yang maksimal.
3) Etika Publik
Nilai – nilai etika publik yang diaktualisasikan pada kegiatan konseling
yaitu bersikap santun dan ramah dalam menyampaikan materi
konseling dan menjawab pertanyaan pasien. Memakai pakaian yang
sopan selama konseling dan menggunakan bahasa yang tidak
menyinggung pasien.
4) Komitmen Mutu
Nilai – nilai komitmen mutu yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini
adalah efektif dan efisien. Efektif dan efisien dalam melaksanakan
konseling gizi dengan memilih materi dan bahasa yang digunakan
sehingga pasien dapat mudah mengerti isi materi yang disampaikan.
5) Anti Korupsi
Melaksanakan konseling sesuai kemampuan dan jujur, dengan
memberikan informasi sesuai porsinya, tidak dilebih-lebihkan dan
tidak dikurang – kurangi merupakan nilai anti korupsi yang
diaplikasikan dalam kegiatan ini.
72
3) Manajemen ASN
Bertanggung jawab penuh dan profesional dalam melaksanakan
kegiatan agar dapat berjalan dengan baik.
f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Kegiatan konseling gizi tidak dapat terlaksana apabila tidak ada yang
bertanggung jawab.
2) Nasionalisme
Pasien tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal jika tidak ada
kerja sama antar ahli gizi, perawat dan dokter.
3) Etika Publik
Kegiatan konseling tidak diterima dengan baik oleh pasien, apabila
tidak mengedepankan sikap sopan, santun dan ramah.
4) Komitmen Mutu
Kegiatan konseling gizi tidak berjalan dengan efektif dan efisien
sehingga pasien tidak paham terhadap isi materi yang disampaikan.
5) Anti Korupsi
Kegiatan konseling gizi dilaksanakan tidak sesuai kemampuan dan
jujur sehingga informasi yang disampaikan tidak sesuai porsi, dilebih
– lebihkan dan dikurang – kurangi.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada kolaborasi antar ahli gizi, perawat dan dokter sehingga
pasien tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal.
73
7) Pelayanan Publik
Tidak ada bimbingan dan arahan sehingga pasien tidak memahami
dan mengatasi masalah gizi yang dihadapinya.
8) Manajemen ASN
Tidak ada tanggung jawab dan profesionalisme saat melaksanakan
kegiatan konseling.
74
2) Membuat jadwal konsultasi pasien selanjutnya
Tahapan selanjutnya adalah membuat jadwal konsultasi
pasien. Jadwal tersebut menyesuaikan dengan waktu kontrol pasien
di poli. Dengan adanya jadwal konsultasi lanjutan, ahli gizi dapat
memonitoring dan mengevaluasi apakah terdapat perubahan pola
makan yang lebih baik atau sebaliknya, sesuai dengan hasil
konseling pada saat pasien di rawat inap.
75
b. Output / Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah adanya monitoring dan evaluasi
konseling gizi sehingga tersedianya jadwal konsultasi pasien dan laporan
mingguan konsultasi gizi pasien rawat inap (dokumen terlampir).
76
2) Pelayanan Publik
Dengan adanya layanan konseling lanjutan maka pasien dapat
menerima informasi terkait gizi tidak hanya dirawat inap tapi juga
bisa saat kontrol di rawat jalan (responsif).
3) Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan bekerja
sesuai tupoksi serta kompetensi maka pelayanan konseling gizi
akan maksimal.
f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Tidak ada yang bertanggung jawab pada hasil konseling gizi
sehingga pasien tidak mendapatkan informasi yang benar dan
transparan.
2) Nasionalisme
a) Tidak menghargai kerja keras ahli gizi lainnya sehingga
hubungan sesama rekan kerja tidak baik.
b) Tidak peduli dengan hasil evaluasi maka kegiatan konseling
selanjutnya tidak berjalan dengan baik.
3) Etika Publik
Tidak menjaga rahasia pasien sehingga semua orang tahu hak dan
privasi pasien tersebut.
77
4) Komitmen Mutu
Tidak dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
kegiatan konseling gizi.
6) Anti Korupsi
Tidak jujur dalam mengolah data sehingga mendapatkan laporan
yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
7) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan dan ahli gizi sehingga tidak
terjalin kerja sama, perbedaan persepsi dan ketidakjelasan target
yang ingin dicapai.
8) Pelayanan Publik
Tidak ada layanan konseling gizi lanjutan untuk pasien yang sudah
tidak dirawat inap lagi.
9) Manajemen ASN
Tidak bertanggung jawab, bekerja tidak sesuai tupoksi dan
kompetensi, sehingga pelayanan konseling gizi tidak maksimal.
78
3. Membuat media konsultasi
Saat membuat media konseling kendala yang dihadapi yaitu kesulitan
menyusun materi agar mudah dipahami oleh pasien. Solusi untuk mengatasi
kendala tersebut dengan cara memilih kata/kalimat yang bisa dipahami oleh
masyarakat pada umumnya dengan cara mengurangi penggunaan istilah
medis/kesehatan.
79
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rancangan aktualisasi yang dibuat merupakan rancangan kegiatan
untuk mengatasi dan menyelesaikan isu yang diangkat di unit kerja dengan
identifikasi isu yang telah dirumuskan berdasarkan tugas pokok Nutrisionis Ahli
Pertama serta diskusi bersama coach dan mentor selaku atasan di RSUD
Rupit. Aktualisasi telah dilaksanakan pada tanggal 9 maret – 14 April di RSUD
Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara. Isu yang diangkat yaitu kurang optimalnya
konseling gizi pasien rawat inap di RSUD Rupit. Berdasarkan isu tersebut
muncul gagasan pemecahan isu yang terdapat dalam 5 kegiatan. Adapun
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan pihak internal
2. Menyusun SOP tentang konsultasi gizi
3. Membuat media konsultasi
4. Melaksanakan konsultasi gizi
5. Monitoring dan evaluasi
80
Setelah kegiatan ini dilakukan, konseling gizi pada pasien rawat inap
menjadi lebih optimal. Ahli gizi rawat inap melakukan pelayanan asuhan gizi
sampai dengan edukasi dan konseling, tersedianya media konseling serta
adanya laporan dan evaluasi pelakasanaan konseling gizi sehingga dapat
mengetahui jumlah pasien yang diberikan konseling gizi. Kegiatan aktualisasi
ini dapat mewujudkan visi dan misi RSUD Rupit dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
B. Saran
Setelah kegiatan ini selesai, diharapkan agar kegiatan konseling tetap
berlanjut dan selalu diterapkan pada pelayanan asuhan gizi pasien. Sehingga
pasien rawat inap RSUD Rupit mendapatkan solusi untuk mengatasi masalah
gizi yang dihadapi dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya.
Selain itu, tetap dilakukan koordinasi sesama rekan ahli gizi agar
kegiatan pelayanan asuhan gizi khususnya konseling dapat berjalan dengan
lancar dan maksimal.
81
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2013. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman PGRS. Jakarta : Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
Fatimah, Elly., dan Erna Irawati. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Idris, Irfan dkk. 2019. “Analisis Isu Kontemporer” Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan II dan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Kusumasari, Bevaola., Septiana Dwi Putrianti., dan Enda Layuk Allo. 2015.
“Akuntabilitas” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Latief, Yudi., Adi Suryanto., dan Abdul Aziz Muslim. 2015. “Nasionalisme” Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Mifisoni, S. 2009. Nutritional Habits of the Inhabitants of the Island of Vis. CoU.
Antropol, 33 (4): 1273-1279.
Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas
Pokok dan Fungsi Rumah Sakit.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta :
Penerbit PT. Abadi.
Purwanto, Erwan Agus dkk. 2017. “Pelayanan Publik” Modul Pelatihan Dasar Calon
PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Surat Keputusan Bupati Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Musi Rawas.
Suwarno, Yogi., dan Tri Atmojo Sejati. 2017. “Whole of Government” Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Utomo, Tri Widodo W., Basseng., dan Bayu Hikmat Purwana. 2017. “Aktualisasi”
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Mengetahui Coach,
50 45
40
Jumlah
30
20
10
2 3 3
0
VIP Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Kelas Perawatan
18 17
16
14
12 11
10
10 9
8
6
4 3
2
2 1
0
Non Malnutrisi Anak DM HT Pasca Gangguan
Malnutrisi bedah Ginjal
1 ASI 8
2 Saring 1
3 Biasa 5
4 Cair 1
5 DL 3
6 DM ++ 3
7 Rgaram 1
8 Roks 2
9 Rprotein 1
10 Rserat 3
11 T.Fe 1
12 TKTP 15
Jumlah 44
BIODATA PESERTA