Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

OPTIMALISASI KONSULTASI GIZI PASIEN PENYAKIT DALAM


DI RUANG RAWAT INAP RAFFLESIA RSUD RUPIT
KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

DISUSUN OLEH :

MONA AFRIANI, S.Gz


NIP. 19930423 201902 2 005

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN VI
PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

OPTIMALISASI KONSULTASI GIZI PASIEN PENYAKIT DALAM


DI RUANG RAWAT INAP RAFFLESIA RSUD RUPIT
KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

Disusun Oleh :

MONA AFRIANI, S.Gz


NIP. 19930423 2019 2 005

TELAH DISETUJUI, 15 APRIL 2020

COACH, MENTOR, PESERTA,

RISKA PUSPITA, S.IP., M.Si dr. ETIEK KUSUMAWATI MONA AFRIANI, S.Gz
NIP. 19861225 201001 2 018 NIP. 19850530 201504 2 002 NIP. 19930423 201902 2 005

II
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
OPTIMALISASI KONSULTASI GIZI PASIEN PENYAKIT DALAM
DI RUANG RAWAT INAP RAFFLESIA RSUD RUPIT
KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

Disusun Oleh :

MONA AFRIANI, S.Gz


NIP. 19930423 201902 2 005

Telah diseminarkan pada Hari Rabu tanggal 01 Juli 2020


secara daring menggunakan Zoom Meeting

PENGUJI, MENTOR, COACH,

DEVI ULVA SARYOSA, M.A.P dr. ETIEK KUSUMAWATI RISKA PUSPITA, S.IP., M.Si
NIP. 19800705 200312 2 005 NIP. 19850530 201504 2 002 NIP. 19861225 201001 2 018

Mengesahkan,
an. Kepala BKPSDM Kota Lubuklinggau
Plt. Kepala UPT Diklat

DENY NOFRIANSYAH, S.IP., M.Si


Penata Tingkat I
NIP. 19841127 200903 1 001

III
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas kegiatan aktualisasi dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kegiatan aktualisasi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat pelatihan dasar
CPNS Golongan III Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara. Dalam kegiatan ini
terdapat beberapa kegiatan yang penulis lakukan dengan menerapkan nilai - nilai dasar
dan peran kedudukan ASN.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Zulpikar, S.Sos selaku Kepala BKPSDM Kota Lubuklinggau
2. Drs. Ralin Jufri, MM selaku Kepala BKPSDM Kabupaten Musi Rawas Utara
3. Deny Nofriansyah, S.IP., M.Si selaku Kepala UPT Diklat BKPSDM Kota Lubuklinggau
4. Devi Ulva Saryosa, M.A.P Kabid Pengembangan Kompetensi ASN UPT Diklat
BKPSDM Kota Lubuklinggau selaku Penguji
5. Riska Puspita, S.IP., M.Si selaku Widyaiswara Pembimbing (Coach)
6. dr. Etiek Kusumawati Kasubbag TU RSUD Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara
selaku Mentor
7. Anggota Latsar ASN Muratara Angkatan IV,V, VI, dan VII
8. Kedua orangtua dan rekan – rekan di RSUD Rupit serta semua pihak yang telah
membantu, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang melimpah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kegiatan aktualisasi ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga laporan kegiatan aktualisasi
ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi serta inspirasi untuk para pembaca.

Lubuklinggau, 2020
Penulis

Mona Afriani, S.Gz


NIP. 19930423 201902 2 005

IV
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMANPERSETUJUAN .................................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... III
KATA PENGANTAR ............................................................................... IV
DAFTAR ISI ............................................................................................ V
DAFTAR TABEL ..................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ VII

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 4
C. Manfaat ................................................................................. 5
D. Ruang Lingkup Aktualisasi (Habituasi) ............................. 5
E. Gambaran Umum Organisasi ............................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI


A. Agenda ANEKA ................................................................... 12
B. Agenda Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI ............. 28

BAB III LAPORAN AKTUALISASI


A. Rancangan Aktualisasi ....................................................... 38
B. Jadwal Aktualisasi .............................................................. 50
C. Capaian Aktualisasi ............................................................ 52
D. Kendala dan Solusi ............................................................. 78

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 80
B. Saran .................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
CATATAN BIMBINGAN OLEH MENTOR
CATATAN BIMBINGAN OLEH COACH
SURAT PERSETUJUAN MENTOR
RENCANA AKSI AKTUALISASI
LAMPIRAN OUTPUT KEGIATAN
BIODATA PESERTA

V
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

Tabel 1 Jenis & Jumlah Tenaga Kerja 7


di RSUD Rupit
Tabel 2 Rancangan Aktualisasi 38

Tabel 3 Jadwal Kegiatan 50

VI
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

Gambar 1.1 Bangunan RSUD Rupit 7

Gambar 1.2 Struktur organisasi RSUD Rupit 11

Gambar 3.1 Dokumentasi koordinasi dengan mentor 53

Gambar 3.2 Dokumentasi koordinasi dengan Karu 54


dan Ahli Gizi Rawat Inap
Gambar 3.3 Dokumentasi membuat surat keputusan 54

Gambar 3.4 Dokumentasi referensi SOP 57

Gambar 3.5 Dokumentasi menyiapkan materi SOP 57

Gambar 3.6 Dokumentasi penyusunan SOP 58

Gambar 3.7 Dokumentasi konsultasi SOP dengan 58


mentor
Gambar 3.8 Dokumentasi konsultasi SOP dengan 59
Karu
Gambar 3.9 Dokumentasi mencetak SOP 59

Gambar 3.10 Dokumentasi meminta persetujuan 59


atasan
Gambar 3.11 Dokumentasi materi leaflet 62

Gambar 3.12 Dokumentasi konsultasi materi leaflet 63


dengan atasan
Gambar 3.13 Dokumentasi membuat leaflet 63

Gambar 3.14 Dokumentasi mencetak leaflet 64

Gambar 3.15 Leaflet diet Diabetes Melitus 64

Gambar 3.16 Leaflet diet penyakit jantung 64

Gambar 3.17 Leaflet diet rendah garam 65

Gambar 3.18 Leaflet diet penyakit gagal ginjal kronik 65


dengan hemodialisa
VII
Gambar 3.19 Leaflet diet rendah protein 65

Gambar 3.20 Leaflet diet penyakit hati 65

Gambar 3.21 Dokumentasi meminta persetujuan dan 68


waktu pasien
Gambar 3.22 Dokumentasi membangun dasar – 69
dasar konseling
Gambar 3.23 Dokumentasi menggali permasalahan 69
pasien
Gambar 3.24 Dokumentasi diagnosis gizi 70

Gambar 3.25 Dokumentasi intervensi gizi 70

Gambar 3.26 Dokumentasi konseling gizi 70

Gambar 3.27 Dokumentasi evaluasi pemahaman 71


informasi
Gambar 3.28 Dokumentasi mencatat hasil konseling 71
di rekam medis
Gambar 3.29 Surat persetujuan pelaksanaan 74
monitoring dan evaluasi
Gambar 3.30 Dokumentasi jadwal konsultasi pasien 75

Gambar 3.31 Dokumentasi laporan konsultasi gizi 75

VIII
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting untuk mewujudkan
cita – cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang –
Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut mewujudkan perdamaian kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karenanya, diperlukan ASN yang
bekerja dengan profesional, senantiasa melayani masyarakat, cepat tanggap
dalam menyelesaikan masalah, bebas dari kegiatan politik serta bersih dari
korupsi, kolusi dan nepotisme. Demi membentuk pribadi ASN yang berdedikasi
dan berkarakter, maka perlu dilaksanakan pembinaan dan pelatihan bagi
CPNS seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan merujuk pada ketentuan Pasal 63 ayat (3)
dan ayat (4) UU ASN, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi untuk membangun moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, serta memperkuat
profesionalisme dan kompetensi bidang.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa diperlukan pelatihan terintegrasi
untuk menciptakan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik dan bersih dari KKN. Pendidikan dan
Pelatihan terintegrasi tersebut merupakan proses pelatihan untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab,
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang bagi calon PNS pada
masa percobaan selama satu tahun.
Lembaga Administrasi Negara menerjemahkan amanat Undang –
Undang tersebut dalam bentuk Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan yang
1
tertuang dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. Dalam pelaksanaannya, pelatihan ini memadukan metode
pembelajaran klasikal dan non – klasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja, sehingga memungkinkan peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan dan mengaktualisasi, serta menjadi kebiasaan (habituasi) dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas dan jabatannya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa.
Pada proses penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS golongan III
terdapat kompetensi yang dibangun yaitu CPNS mampu bertugas dengan
menerapkan prinsip nilai – nilai bela negara, mewujudkan sikap akuntabilitas,
mengedepankan jiwa nasionalisme, menjunjung nilai etika publik, selalu
berusaha menjamin komitmen mutu dan mampu menjadi PNS yang terhindar
dari korupsi. Selain itu, juga dapat mengaktualisasikan peran dan kedudukan
PNS serta bekerja dengan kompetensi yang mumpuni dan sesuai jabatannya.
Berdasarkan kompetensi tersebut, CPNS diberikan pemaparan materi,
pendalaman, penghayatan dan penguasaan nilai – nilai dasar agar peserta
dapat menguasai dan mengaplikasikan konsep pembelajaran tersebut dalam
kehidupan sehari – hari dan tiap proses kegiatan di satuan/unit kerja yang
disebut dengan aktualisasi.
Proses aktualisasi pada peserta pelatihan dasar CPNS dilakukan
dengan cara mengidentifikasi berbagai isu yang ada di tempat kerja yaitu
RSUD Rupit, lalu menganalisa sesuai kriteria dengan menggunakan indikator
analisis AKPK (Aktual, Problematika, Kekhalayakan dan layak) dan USG
(Urgency, Seriousness and Growth). Berdasarkan kriteria tersebut, diambil satu
isu penting yaitu belum optimalnya konseling gizi pasien rawat inap di RSUD
Rupit.
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan salah satu layanan yang
penting untuk dilakukan karena menjadi salah satu faktor penunjang untuk
membantu mempercepat penyembuhan pasien, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
2
Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Untuk
mencapai status gizi pasien yang baik, diperlukan upaya pelayanan optimal
dan paripurna dengan memberikan asuhan medis, asuhan keperawatan dan
asuhan gizi (Depkes RI, 2003). Salah satu kegiatan asuhan gizi yang penting
untuk diberikan baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan adalah
konsultasi gizi.
Secara umum, definisi konseling gizi adalah suatu proses komunikasi
2 (dua) arah antara konselor dan klien untuk membantu mengatasi dan
membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi.
Ada dua unsur yang terlibat yaitu konselor dan klien. Konselor gizi adalah Ahli
Gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali dan mengatasi
masalah gizi yang dihadapi serta mendorong klien untuk mencari dan memilih
cara pemecahan masalah gizi secara efektif dan efisien. Sedangkan klien
adalah orang yang ingin mendapat bantuan dari seorang konselor dalam hal
mengenali, mengatasi, membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masalah yang dihadapi. Klien terdiri dari atas anak – anak, remaja, orang
dewasa dan lanjut usia (Supariasa, 2013).
Sebagai seorang konselor, Ahli Gizi berperan dalam menggali
informasi terkait masalah gizi yang dihadapi klien/pasien, memilih solusi
dengan menegakkan diagnosis, memilih rencana terapi gizi pemecahan
masalah dengan melibatkan klien/pasien mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi intervensi yang dilaksanakan (Persagi, 2010).
Konsultasi gizi perlu diberikan untuk membantu klien/pasien dalam
upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga status gizi dan
kesehatan klien/pasien menjadi lebih baik. Perilaku yang diubah meliputi ranah
pengetahuan, sikap dan keterampilan di bidang gizi. Dalam melaksanakan
konseling, Ahli Gizi dibantu dengan menggunakan media yaitu leaflet dan/atau
food model sebagai contoh bahan makanan yang terbuat dari bahan sintesis
dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan satuan penukar agar
klien/pasien lebih mengerti dan paham (Supariasa, 2013).
Saat ini, pelaksanaan konseling gizi pada pasien rawat inap di RSUD
Rupit kurang optimal, masih banyak pasien yang belum dapat melaksanakan
3
program pengaturan diet dengan benar dan kurangnya pemahaman pasien
serta keluarga mengenai diet yang dianjurkan. Dapat dilihat dari banyaknya
makanan yang tidak termakan oleh pasien, rata – rata sisa makanan masih di
atas standar yang ditetapkan oleh Depkes RI 2008 (≤ 20%). Makanan yang
tersisa di piring atau alat makan adalah suatu data kuantitatif yang bisa
digunakan untuk evaluasi apakah program konseling gizi sudah efektif dan diit
yang diterima pasien sudah memadai atau belum (Mifisoni, 2009).
Hal tersebut dapat disebabkan oleh ; 1) pelayanan asuhan gizi rawat
inap yang dilakukan Ahli Gizi sebagian besar hanya sampai edukasi saja, 2)
terbatasnya media konsultasi gizi, 3) belum adanya laporan dan evaluasi
tentang pelaksanaan konseling gizi, sehingga pasien yang sudah atau belum
mendapatkan konsultasi gizi tidak terdata. Untuk memecahkan masalah
tersebut, maka penulis mengangkat isu Optimalisasi Konsultasi Gizi Pasien
Rawat Inap di RSUD Rupit, agar kedepannya pelaksanaan konseling gizi dapat
berjalan dengan optimal, efektif dan efisien.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan aktualisasi ini bertujuan agar peserta dapat menerapkan dan
menginternalisasi nilai – nilai dasar profesi PNS yang meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Selain itu, peserta juga diharapkan mampu mengimplementasikan
pemahaman tentang pelayanan publik, manajemen ASN dan Whole of
Government di unit kerja sesuai kualifikasi jabatan sehingga dapat
berkontribusi dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan solusi dan menyelesaikan isu yang diangkat sehingga dapat
meningkatkan pelayanan gizi di RSUD Rupit.
b. Memberikan pelayanan bermutu serta meningkatkan kinerja CPNS
sehingga visi dan misi organisasi dapat tercapai.

4
C. MANFAAT
1. Bagi Peserta Diklat
Peserta diklat mampu menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selalu
menjalankan nilai – nilai ANEKA dalam melaksanakan setiap kegiatan
sesuai tugas dan fungsi, sehingga mampu menjadi ASN yang terampil dan
profesional di bidangnya.
2. Bagi RSUD Rupit
Organisasi mampu menciptakan pelayanan prima dan bermutu, yang dapat
memenuhi harapan publik. Sehingga pelayanan gizi di RSUD Rupit menjadi
lebih baik.
3. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan pelayanan gizi yang optimal dan bermutu sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit serta
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan pelayanan prima dan bermutu khususnya layanan
gizi.

D. RUANG LINGKUP AKTUALISASI


Laporan rancangan aktualisasi ini menjelaskan tentang isu aktual yang
terjadi dan rencana kegiatan penyelesaian isu yang akan dilaksanakan dalam
unit kerja tempat peserta bertugas, yaitu RSUD Rupit. Kegiatan yang dilakukan
pada aktualisasi ini meliputi pelayanan konsultasi gizi pasien penyakit dalam di
ruang rawat inap rafflesia dengan mempertimbangkan rincian kegiatan yang
terdapat dalam Satuan Kinerja Pegawai (SKP) dan mengimplementasikan nilai
– nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) serta menimbang aspek
Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan Whole of Government. Kegiatan
aktualisasi dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2020 sampai dengan 14 April
2020.

5
E. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
1. Profil Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rupit Kabupaten Musi Rawas
Utara ditetapkan sebagai Rumah Sakit Milik Pemerintah Kabupaten Musi
Rawas melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
65/Menkes/SK/I/2005 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Musi Rawas
Milik Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
RSUD Rupit terletak di desa Lawang Agung, Jl. Kesehatan No. 1
Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara.
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yaitu meliputi pelayanan Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif. Rumah Sakit Umum Daerah Rupit yang baru berkembang
merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Musi Rawas (Kabupaten
Induk) dan berstatus Rumah Sakit kelas D dengan SK Bupati Nomor 3
Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Musi Rawas. Dengan Nomor Registrasi : 16.05.043,
Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 30 tahun 2008 tentang penjabaran
tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
Pada tahun 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Rupit ditetapkan
sebagai Satuan Kerja Perangkat Darah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-PBLUD)
dengan status BLUD secara penuh berdasarkan Keputusan Bupati Musi
Rawas Nomor 646/KPTS/RS.RUPIT/2013. Dengan disahkannya
Kabupaten Musi Rawas Utara sebagai daerah otonomi baru berdasarkan
Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2013, maka RSUD Rupit yang berada
di wilayah kabupaten Musi Rawas Utara menjadi Rumah sakit milik
pemerintah kabupaten Musi Rawas Utara.

6
Gambar 1.1 Bangunan RSUD Rupit

Saat ini, RSUD Rupit telah memiliki sumber daya manusia yang
memadai terdiri dari PNS, CPNS dan Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Berikut
ini data sumber daya manusia yang dimiliki RSUD Rupit :

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Rupit


No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Spesialis 6
2 Dokter Umum 13
3 Dokter Gigi 2
4 S 1 Analis Kesehatan 1
5 S 1 Ekonomi 10
6 S 1 Farmasi, Apoteker 14
7 S 1 Gizi 3
8 S 1 Keperawatan 10
9 S 1 Keperawatan + Ners 21
10 S 1 Kesehatan Masyarakat 13
11 S 1 Sanitarian 5
12 S 1 Teknologi Informatik 4
13 D IV Bidan 8
14 D III Administrasi 2
15 D III Analis Kesehatan 11
16 D III Bidan 61

7
17 D III Farmasi 14
18 D III Fisioterapi 4
19 D III Gizi 3
20 D III Keperawatan 62
21 D III Perawat Gigi 3
22 D III Perawat Mata 4
23 D III Radiologi 15
24 D III Rekam Medis 7
25 D III Sanitarian 5
26 D III Teknologi Informatik 4
27 D 1 Keperawatan 1
28 SPK 2
29 SMF 1
30 SMA 74
31 SMK 7
32 SMP 5
33 SD 5
Jumlah 400
Sumber : Data Kepegawaian RSUD Rupit

2. Visi, Misi dan Nilai Organisasi


RSUD Rupit memiliki visi yaitu menjadikan RSUD Rupit sebagai
pilihan pertama dan utama bagi masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara
dalam hal pelayanan Rumah Sakit. Visi tersebut akan diwujudkan melalui
Misi RSUD Rupit :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan bermutu
serta terjangkau untuk semua lapisan masyarakat;
b. Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan
kesehatan lanjutan sesuai dengan kelas Rumah Sakit dan
standar yang telah ditetapkan ;
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana rumah
sakit.

8
Dalam melaksanakan tugas untuk melayani masyarakat, seluruh
petugas yang bekerja di RSUD Rupit wajib menerapkan nilai – nilai
organisasi yaitu profesionalisme dan bermutu.

3. Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas


Berdasarkan Kepmenpan Nomor 23 Tahun 2001 tentang Jabatan
Fungsional Nutrisionis, definisi Nutrisionis adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat maupun rumah
sakit.
Nutrisionis Ahli adalah Jabatan Fungsional Nutrisionis Keahlian yang
pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan pengetahuan, penerapan konsep, teori, ilmu dan seni untuk
mengelola kegiatan pelayanan gizi, makanan dan dietetik serta pemberian
pengajaran dengan cara sistematis dan tepat guna di bidang pelayanan gizi
makanan dan dietetik.
Tugas pokok Nutrisionis adalah melaksanakan pelayanan di bidang
gizi, makanan dan dietetik yang meliputi pengamatan, penyusunan
program, pelaksanaan penilaian gizi bagi perorangan kelompok di
masyarakat dan rumah sakit.
Kegiatan yang tertuang dalam unsur pelayanan gizi meliputi :
a. Mempersiapkan perangkat lunak pelayanan gizi, makanan dan dietetik;
b. Melaksanakan pengamatan masalah gizi, makanan dan dietetik;
c. Menyiapkan penanggulangan masalah gizi, makanan dan dietetik;
d. Melaksanakan pelayanan gizi, makanan dan dietetik;
e. Memantau pelaksanaan pelayanan gizi makanan dan dietetik;
f. Melakukan evaluasi di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik.
Beberapa uraian kegiatan yang merupakan tugas Nutrisionis Ahli di
Rumah Sakit, yaitu :
a. Menganalisis data gizi, makanan, dietetik dan penunjangnya secara
deskriptif;

9
b. Menyusun rancangan standar gizi, makanan dan dietetik;
c. Menganalisis data pengamatan keadaan gizi, makanan dan dietetik
secara deskriptif;
d. Melakukan inventarisasi fisik bahan, materi, pangan, peralatan dan
sarana pelayanan gizi;
e. Melakukan penilaian hasil pengumpulan data pelayanan gizi;
f. Melakukan konseling gizi dan dietetik;
g. Melakukan penyuluhan gizi / diet kelompok;
h. Memantau pelayanan penyelenggaraan diet;
i. Melaksanakan rujukan terhadap kasus gizi;
j. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggung jawaban
kepada Pimpinan.

10
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat telah
ditetapkan Struktur Organisasi RSUD.
DIREKTUR

dr. Hj. Herlinah

JABATAN FUNGSIONAL

1. KOMITE MEDIK
2. KOMITE KEPERAWATAN KA. SUBBAG TATA USAHA
3. KOMITE NAKES LAINNYA dr. Etiek Kusumawati
4. KOMITE MUTU
5. KOMITE PPI

ASET RUMAH SAKIT


KASI PELAYANAN KASI PROGRAM DAN
Atika Septarini, Amd.Kep
PENUNJANG MEDIK PERENCANAAN
dr. Rosidah Wahid Budi Nugroho, S.Farm., Apt

KEUANGAN
BINA REKAM MEDIK Meilia, Amd.Kep
KEPERAWATAN M. Al Amin. Amd.Fk

BINA SARANA INFORMASI DAN TEKNOLOGI

M. Simpani, ST Rezza Satria, Amd.Fk

IGD FARMASI RAWAT JALAN RAWAT INAP RONTGEN LABORATORIUM IBS ICU GIZI SARAF
Azhar Suryadinata, dr. Shahcoga Murtini, dr. Fardin
Kurniawati, M. Rozaq Ilmi Marisa Elvin, Am.Ak Husni Tamrin, Meri Indriyani,
S.Farm., Apt dr. Defi Kartika
S.Kep Lutfi Utama, A.Md.Rad Amd., Kep Amd. Kep Amd.Gz Suradi, Sp.N

Gambar 1.2. Struktur Organisasi RSUD Rupit

11
BAB II
LANDASAN TEORI

Berdasarkan Peraturan Kepala LAN Nomor 21 Tahun 2016 Penyelenggaraan


Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil bertujuan agar peserta mampu
menginternalisasi, menerapkan dan mengaktualisasi nilai – nilai dasar profesi ASN
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi
(ANEKA) serta keterkaitan dengan materi Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan
Whole of Government (WoG).
A. Agenda ANEKA
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas seringkali disamakan dengan responsibilitas atau
tanggungjawab. Namun kedua konsep tersebut berbeda maknanya, dimana
responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggungjawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggungjawab yang menjadi amanahnya, dimana dalam
hal ini amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Demi terciptanya akuntabilitas, maka perlu memperhatikan aspek -
aspek sebagai berikut :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Merupakan hubungan yang bertanggungjawab antara individu/
kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Disamping itu, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab
untuk memenuhi semua kewajibannya sehingga hubungan yang terjadi
yaitu hubungan yang bertanggung jawab antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is result-oriented)
Merupakan perilaku aparat pemerintah yang bertanggungjawab, adil
dan inovatif. Setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta

12
selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan konstribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability required
reporting)
Laporan kinerja sebagai perwujudan dari akuntabilitas. Adapun
wujudnya untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Institusi Pemerintah), sedangkan untuk individu yaitu laporan yang
didasarkan pada kontrak kerja.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Kewajiban menunjukkan tanggung jawab dapat berupa penghargaan
atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Akuntabilitas bertujuan untuk memperbaiki kinerja PNS dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pendekatan akuntabilitas
yang proaktif merupakan sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Proses
setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban
secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus
peningkatan kinerja.

Akuntabilitas mengacu pada harapan implisit atau eksplisit bahwa


keputusan atau tindakan seseorang akan di evaluasi oleh pihak lain dan hasil
evaluasinya dapat berupa reward atau punishment. Akuntabilitas yang
dilakukan oleh PNS akan teruji ketika PNS tersebut mengalami
permasalahan dalam transparansi dan akses informasi, penyalahgunaan
kewenangan, penggunaan sumber daya milik negara dan konflik
kepentingan. Seorang PNS dapat dikatakan akuntabel apabila mampu
mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam artian mampu mengambil
pilihan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam

13
politik praktis, melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas memiliki tingkatan yaitu dimulai dari akuntabilitas
personal, individu, kelompok, organisasi dan stakeholder, yang
mekanismenya terdiri atas akuntabilitas kejujuran dan hukum (kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan), akuntabilitas proses
(prosedur pemberian pelayanan publik), akuntabilitas program (pencapaian
terhadap tujuan yang ditetapkan) dan akuntabilitas kebijakan
(pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil).
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel maka perlu
memperhatikan nilai – nilai dasar akuntabilitas, yaitu :
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dapat melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang
baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga
dengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat
dijadikan sebagai solusi.

14
b. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi. Tujuan
adanya transparansi adalah :
1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
c. Integritas
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan hati dalam menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-Undang,
kontrak, kebijakan dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholder.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah memberikan kesadaran bahwa ada
konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan, karena ada tuntutan
untuk bertanggungjawab keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas
dibagi menjadi responsibilitas persorangan dan responsibilitas institusi.
1) Responsibilitas Perseorangan
a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dillakukan;
b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan
keputusan;
c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan.
2) Responsibilitas Institusi
a) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya;
b) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan;
15
c) Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya;
d) Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
fungsinya untuk melindungi sumber daya dan organisasi.
e. Keadilan
Keadilan merupakan landasan utama dari akuntabilitas yang harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal – hal yang tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus
dapat menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja.
Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan
kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya
harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan
Kejelasan yang merupakan salah satu elemen untuk menciptakan
dan mempertahankan akuntabilitas. Pelaksanaan wewenang dan
tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama
untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan
sistem pelaporan kerja baik individu maupun organisasi.

16
i. Konsistensi
Konsitensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir. Konsistensi menjamin
stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan,
prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya
lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan
kredibilitas anggota organisasi.

Akuntabilitas harus memiliki alat akuntabilitas yang berupa


Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja :
a. Perencanaan Strategis
(Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional atau Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional atau Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Nasional atau Daerah, Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai
(SKP) untuk setiap PNS.
b. Kontrak Kinerja
Semua PNS tanpa terkecuali, mulai 1 Januari 2014 menerapkan
adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun
ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya.
Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
PNS.
c. Laporan
Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada
tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta
akuntabilitas keuangan.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan
yang menjadi tolak ukur dalam menilai kecintaan individu terhadap

17
bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme
adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila oleh
setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.
Dalam arti sempit, Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sementara secara arti luas, nasionalisme berarti pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus
menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan
atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah air
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
merupakan hal yang lebih penting.Diharapkan dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara.Nilai-nilai yang berorientasi pada
kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN.Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Nilai ini mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini
menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa religius yang
mengakui adanya Tuhan. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan karakter dan
kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan
diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.

18
b. Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
Nilai ini mengandung arti adanya kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya.
c. Sila 3 (Persatuan Indonesia)
Sila ini mengandung nilai bahwa persatuan Indonesia mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam
keberagaman dan terbagi dalam beberapa golongan. Selain kehendak
hidup bersama, kebersamaan bangsa Indonesia juga didukung oleh
semangat gotong-royong. Dengan gotong – royong itulah, Indonesia
mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan
hanya membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian
tertentu dari teritorial Indonesia. Tujuan nasionalisme yang didasari dari
semangat gotong royong yaitu ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti
kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang
mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal
negatif dan sebagai suatu ancaman. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi
secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya
khazanah budaya dan pengetahuan. Ke luar berarti memuliakan
kemanusiaan secara universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan,
perdamaian dan keadilan antar umat manusia.
d. Sila 4 (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan).
Sila ini mengandung makna pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga
perwakilan. Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang demokratis,
yaitu : (1) kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah; (2)
kekuasaan itu harus dibatasi; dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya
harus cukup kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif
dan efisien.

19
Secara garis besar, terdapat dua model demokrasi, yaitu : majoritarian
democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan
consensus democracy ( demokrasi yang mengutamakan konsensus atau
musyawarah). Oleh karena itu, pilihan demokrasi konsensus berupa
demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa
kemaslahatan bagi bangsa Indonesia.
e. Sila 5 (Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
Sila ini mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahiriah dan batiniah.
Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperative etis dari amanat
Pancasila dan UUD 1945.
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang
menentukan baik atau buruk, benar atau salah suatu perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggungjawab pelayanan publik. Etika dapat dipahami sebagai sistem
penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan apakah suatu
perbuatan itu pantas dilakukan, guna menjamin adanya perlindungan hak –
hak individu, mencakup cara – cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal – hal yang baik dan buruk serta mengarahkan
apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai – nilai yang dianut.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu, perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki
kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan
bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah
yang tidak beruntung.
Adapun nilai – nilai dasar dari etika publik, antara lain sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai – nilai ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 19445;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
20
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n. Meningkatkan efetivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
Etika Publik merupakan landasan dasar bagi penuntun perilaku,
norma etika justru sangat menentukan perumusan kebijakan maupun pola
tindakan yang ada didalam organisasi publik. Jika aparat pemerintah
maupun masyarakat sudah memiliki dasar norma etika yang kuat, ketaatan
terhadap norma hukum akan mengikuti dan biasanya korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan lain akan
dapat dicegah sejak dini.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
21
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan,
dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan
netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015). Ketiga
dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik
yang beretika.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tiap tindakan yang kita lakukan untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap
produk atau jasa berupa ukuran baik atau buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggung jawab PNS harus dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Indikator komitmen mutu antara
lain:
a. Orientasi mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/ jasa yang diberikan
kepada pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan
salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau
pembandingan dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan
bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan
melampaui harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara
terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk

22
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan. Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar
dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi,
pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan
bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan.Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini
masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-
undangan.
Adapun Nilai – Nilai Dasar yang terkandung dalam Komitmen Mutu
adalah sebagai berikut :
a. Tepat waktu
b. Sesuai SOP
c. Akurasi
d. Kerja sama
e. Cepat dan tepat
f. Tanggap
g. Evaluasi
h. Cermat
i. Melakukan yang terbaik
j. Profesional
k. Menerima pembaharuan
l. Tidak mempersulit kondisi

b. Efisien
Efisiensi organisasi adalah berdaya-guna, dapat menjalankan
tugas dan mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat
waktu. Efisiensi organisasi ditentukan oleh beberapa banyak bahan
baku, uang dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya

23
yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Efisiensi diukur
dari ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya
pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
Tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga dan
pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Oleh karena itu, Jika dalam
pelaksanaan tugas tidak memperhatikan efisiensi maka akan berdampak
ketidaktercapaian target kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat
kerja, dan bahkan akan meimbulkan kerugian.
c. Efektif
Efektifitas adalah berhasil-guna, menunjukkan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu
hasil kerja. Efektifitas organisasi berati memberikan barang atau jasa
yang dihargai oleh pelanggan. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur
dari performan untuk mencapai target (rencana), mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan (customer).
Karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur
tingkat efektifitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberi kepuasan. Oleh karena itu, jika dalam pelaksanaan tugas tidak
memperhatikan efektifitas maka akan berdampak ketidaktercapaian
target kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat kerja, dan bahkan
akan meimbulkan kerugian.
d. Inovatif
Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide kreativitas
untuk meningkatkan mutu pelayanan. Proses inovasi dapat terjadi
secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat
(bersifat revolusioner). Hal ini bergantung pada kecepatan proses
berpikir, ketersediaan sarana pendukung, kelancaran proses
implementasi, dan keberanian untuk mengungkapkan inovasi tersebut.
24
Inovasi dilandasi oleh keberanian berinisiatif untuk menampilkan
kreatifitas, sehingga inovasi akan menjadi faktor yang membuat
organisasi tumbuh, berubah, berkembang, dan berhasil. Inovasi akan
menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan
persaingan.
Inovasi bisa muncul dari dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga inovasi muncul karena ada
desakan kebutuhan dari pihak eksternal, misalnya permintaan pasar.
Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang - orang kreatif, dan lahirnya
kreatifitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk keluar dari
rutinitas yang membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreatifitas,
dan inovasi dilatar belakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah
pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Merujuk definisi dari Goetsch dan Davis (2006:6), manajemen mutu


terpadu (Total Quality Management atau disingkat TQM) terdiri atas kegiatan
perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi
melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja
pada setiap level organisasi.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen
mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh
komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan mutu agar
dapat memuaskan pelanggan.
Fluktuasi merupakan hal yang biasa terjadi dalam hal mencapai target
mutu kinerja pegawai. Ketika mutu kinerja pegawai menurun, pemimpin
berkewajiban untuk mengingatkan serta menyemangati pegawainya.
Sebaliknya, apabila mutu kinerja pegawai naik atau meningkat, maka
pemimpin wajib untuk menetapkan reward system yang bisa memotivasi
pegawai untuk terus mempertahankan mutu kinerjanya.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi juga sering dikatakan

25
sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena
dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Sebagai PNS, dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara, namun juga dapat menimbulkan kerusakan kehidupan
yang tidak hanya bersifat jangka pendek, namun juga secara jangka panjang.
Sadar diri akan anti korupsi bisa dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia dan
selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu dalam hidup ini harus
dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai dasar anti korupsi penting untuk
mencegah terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan kontrol
kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan baik serta, untuk mencegah
faktor eksternal penyebab korupsi.
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri
dari nilai-nilai anti korupsi antara lain:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang
dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi
diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Kepedulian
Kepedulian kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

26
c. Kemandirian
Sifat kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkan untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat;
d. Kedisiplinan
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi
diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya
dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan
cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang sadar bahwa segala tindakan dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja keras
Individu yang memiliki etos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan
publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan
sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk tidak hidup
boros. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup
dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
27
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta
tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Keberanian
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun
semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang
menyimpang.
i. Keadilan
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Bila dia seorang pimpinan
maka dia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya
sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu


organisasi mencapai tujuannya secara berintegritas, diantaranya kebijakan
perekrutan dan promosi; pengukuran kinerja; sistem dan kebijakan
pengembangan SDM; pengadaan barang dan jasa; kode etik dan pedoman
perilaku; laporan harta kekayaan penyelenggaan negara; program
pengendalian gratifikasi; dan lain-lain. Menanamkan integritas dan
membangun sistem integritas merupakan suatu kerja yang simultan sampai
terbentuk budaya integritas di organisasi.

B. Agenda Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN
28
lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai
ASN berfungsi sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik;
b. Pelayan publik; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa.

Berdasarkan jenisnya pegawai ASN antara lain Pegawai Negeri Sipil


(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS
merupakan Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk
pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan kehadiran PPPK tersebut
dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak semua pegawai yang
bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat berstatus
sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN terbagi menjadi Manajemen PNS dan Manajemen
PPPK. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan.
Sementara, Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi,
pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan
perlindungan.
Berdasarkan konsep Manajemen ASN, terdapat fungsi dan tugas
yang mendukung peran ASN untuk menjalankan kedudukannya baik dalam
29
pelayanan kebijakan publik maupun sebagai pemersatu bangsa. Peran ASN
itu sendiri yaitu sebagai : perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. ASN harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. ASN berfungsi,
bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, ASN
dituntut untuk profesional dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
ASN wajib untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang berkualitas secara
profesional, serta juga wajib mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hak dan Kewajiban PNS dan PPPK telah
diatur dalam UU ASN.
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun
umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak
diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur
dalam UU ASN adalah sebagai berikut:
a. PNS berhak memperoleh:
1) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
30
2) Cuti;
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) Perlindungan; dan
5) Pengembangan kompetensi.
b. Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) Gaji dan tunjangan;
2) Cuti;
3) Perlindungan; dan
4) Pengembangan kompetensi.

Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan


perlindungan berupa Jaminan kesehatan, Jaminan kecelakaan kerja,
Jaminan kematian dan Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sudah
sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU
ASN adalah:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

31
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan perilaku. Kode
etik dan perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN, salah satunya dengan menerapkan sistem merit. Sistem Merit adalah
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;

32
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.

Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Kode etik dan
kode perilaku ini memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting dalam birokrasi
untuk menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi-fungsi tersebut, antara lain:
a. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;
b. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya.

2. Whole of Government (WoG)


Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. WoG kemudian tumbuh sebagai pendekatan
yang mendapatkan perhatian dari pemerintah karena adanya faktor-faktor
eksternal seperti dorongan publik, program pembangunan dan pelayanan,
perkembangan teknologi informasi. Faktor-faktor internal dengan adanya
fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya
nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Selain itu, khususnya
dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat
istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrasi bangsa.
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan
oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
a. Penguatan koordinasi lembaga

33
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga
yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam
prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional akan
sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikannya.
c. Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan yang dilakuka diluar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam
koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi.
d. Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus
dalam koordinasi ini. Di Australia dalam masa pemerintahan Howard
melakukan hal ini dengan mendorong inisiatif koalisi sosial antar aktor
pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini mendorong
adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal, sehingga pada
akhirnya akan terjadi koordinasi alamiah.

3. Pelayanan Publik
Sebagaimana termuat dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

34
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah sebagai berikut :
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar- besarnya
untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka
merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak
hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen.
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti: status sosial,
pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi
seksual, difabel, dan sejenisnya.
35
e. Mudah dan murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh
layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah, artinya
berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah
untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat
untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi
dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan
cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang
sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan,
dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan
biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara
melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak
hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang
lebih tinggi secara vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus

36
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui
media publik baik cetak maupun elektronik. Mekanisme
pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social
accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik
harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan
mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.

Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya


memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etiket pelayanan yang
perlu diperhatikan oleh ASN terhadap pengguna jasa pada umumnya adalah
sebagai berikut: Sikap atau perilaku; Ekspresi wajah; Penampilan; Cara
berpakaian; Cara berbicara; Cara mendengarkan; dan Cara bertanya.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah
serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas
yang dibebankan kepadanya.

37
BAB III
LAPORAN AKTUALISASI

A. RANCANGAN AKTUALISASI

Unit Kerja : Rumah Sakit Umum Daerah Rupit


Identifikasi Isu : 1. Kurang optimalnya administratif penyimpanan
bahan makanan di unit gizi RSUD Rupit
2. Kurang optimalnya konseling gizi pasien rawat
inap di RSUD Rupit
3. Kurangnya pengetahuan tenaga pemasak dan
pramusaji terhadap higiene sanitasi di unit gizi
RSUD Rupit
4. Lemahnya penerapan standar diet dan standar
porsi pada menu pasien rawat inap RSUD Rupit
Isu Yang Diangkat : Kurang optimalnya konseling gizi pasien rawat inap
di RSUD Rupit
Gagasan Pemecahan : Optimalisasi konsultasi gizi pasien rawat inap di
Isu RSUD Rupit

38
Tabel 2. Rancangan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan /Kegiatan Output/Hasil Nilai – Nilai Dasar Kontribusi Penguatan Nilai
Kegiatan Terhadap Visi Organisasi
Misi
1 2 3 4 5 6 7
1 Koordinasi 1. Melakukan Output Keterkaitan dengan agenda Dengan adanya Dengan
dengan pihak koordinasi dengan Adanya koordinasi ANEKA adalah: koordinasi dengan melaksanakan
internal Mentor dengan pihak  Akuntabilitas pihak internal koordinasi pihak
2. Rapat koordinasi internal RSUD Adanya kejelasan tentang maka dapat internal maka nilai
dengan Ahli Gizi Rupit rencana kegiatan yang mewujudkan visi profesional dan
rawat inap dan Hasil akan dilaksanakan RS sebagai pilihan bermutu dapat
Kepala Ruangan pertama dan terwujud.
 SK tentang  Nasionalisme
3. Menindaklanjuti utama dalam
konsultasi gizi Adanya kerjasama antar
kegiatan sesuai pelayanan
 Daftar hadir pimpinan dan pegawai
hasil koordinasi kesehatan dan
 Dokumentasi
 Etika Publik
perencanaan
Bersikap sopan santun
daerah berkualitas.
saat melaksanakan
kegiatan

 Komitmen Mutu

39
Bekerja sama antar
pegawai agar kegiatan
berlangsung dengan baik
dan tepat waktu

 Anti Korupsi
Berpartisipasi dan peduli
terhadap permasalahan
atau isu di unit kerja

Keterkaitan dengan Agenda


Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
 WoG
Melakukan koordinasi
dengan pimpinan dan
pegawai lainnya

 Pelayanan Publik
Berpartisipasi terhadap
permasalah atau isu di unit
kerja

40
 Manajemen ASN
Melakukan koordinasi agar
kegiatan terlaksana dan
mendapatkan hasil yang
baik
2 Menyusun SOP 1. Mencari referensi Output : Keterkaitan dengan agenda Dengan menyusun Dengan
tentang SOP Tersedianya SOP ANEKA adalah: SOP maka menyusun SOP
konsultasi gizi 2. Menyiapkan materi Hasil  Akuntabilitas pelaksanaan maka nilai
SOP Adanya kejelasan tahapan konsultasi gizi profesional dan
 Rancangan
3. Menyusun SOP kegiatan konsultasi gizi lebih terarah dan bermutu dapat
SOP
4. Mengkonsultasikan melalui SOP sesuai prosedur diperkuat
 SOP tentang
SOP kepada sehingga dapat
konsultasi gizi  Nasionalisme
atasan meningkatkan
Menghargai pendapat
5. Mencetak SOP kualitas sarana
atasan dan kerjasama
6. Meminta dan prasarana
untuk pengesahan SOP
persetujuan atasan serta memberikan
 Etika Publik
pelayanan
Bersikap sopan santun
kesehatan
kepada atasan dan
profesionalisme
bertanggung jawab tentang
dan bermutu

41
pengadaan SOP

 Komitmen Mutu
Dengan tersedianya SOP
maka pelayanan konsultasi
gizi akan terlaksana
dengan efektif, efisien dan
bermutu

 Anti Korupsi
Bertanggung jawab
tentang pengadaan SOP
dan besikap jujur

Keterkaitan dengan Agenda


Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
 WoG
Berkoordinasi dengan
atasan untuk menyusun
SOP

 Pelayanan Publik

42
Dengan adanya SOP maka
layanan konsultasi gizi
terhadap pasien akan
terlaksana secara efektif
dan efisien

 Manajemen ASN
Melaksanakan kegiatan
dengan penuh tanggung
jawab
3 Membuat media 1. Menyusun materi Output Keterkaitan dengan agenda Membuat media Dengan adanya
konsultasi leaflet Tersedianya ANEKA adalah: konsultasi gizi media konsultasi
2. Mengkonsultasikan media konsultasi  Akuntabilitas maka dapat maka dapat
materi konsultasi gizi Bertanggung jawab dalam memberikan memperkuat
kepada atasan Hasil membuat media agar informasi yang pelayanan
untuk dikoreksi materi konsultasi yang mudah dipahami menjadi lebih
 Materi
3. Membuat leaflet disampaikan jelas pasien dan profesional
konsultasi
4. Mencetak leaflet mendukung misi
 Leaflet  Nasionalisme
RS meningkatkan
Menghargai pendapat
kualitas dan
atasan
kuantitas sarana

43
 Etika Publik dan prasarana
Cermat dalam membuat serta memberikan
leaflet pelayanan
kesehatan yang
 Komitmen Mutu
profesionalisme
Adanya kreatifitas untuk
dan bermutu
meningkatkan kualitas
pelayanan

 Anti Korupsi
Membuat media konsultasi
dengan bekerja sama dan
jujur

Keterkaitan dengan Agenda


Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
 WoG
Berkoordinasi dengan
atasan

 Pelayanan Publik
Media konsultasi membuat

44
informasi yang
disampaikan mudah
dipahami pasien

 Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan
dengan penuh
tanggungjawab dan
profesional
4 Melaksanakan 1. Meminta Output Keterkaitan dengan agenda Pelaksanaan Pelaksanaan
konsultasi gizi persetujuan dan Terlaksananya ANEKA adalah: konsultasi gizi konsultasi gizi
waktu pasien konsultasi gizi  Akuntabilitas dapat memberikan dapat
2. Membangun dasar Hasil Mempertanggungjawabkan pelayanan memperkuat nilai
– dasar konseling kegiatan konseling gizi kesehatan yang profesional dan
 Form
3. Menggali agar dapat terlaksana dan profesional dan bermutu
konsultasi
permasalahan bermanfaat bagi pasien bermutu sehingga
 Dokumentasi
4. Memilih solusi dapat mewujudkan
(foto/video)  Nasionalisme
dengan visi misi RS
Kerjasama antar Ahli Gizi,
menegakkan menjadikan RS
perawat dan dokter
diagnosis sebagai pilihan
 Etika Publik
pertama dan

45
5. Intervensi memilih Melakukan konseling utama dalam hal
rencana dengan benar, bersikap pelayanan
6. Evaluasi santun, ramah dan kesehatan
pemahaman terkait komunikatif dengan pasien
informasi yang
 Komitmen Mutu
disampaikan
Melaksanakan konsultasi
7. Mencatat di rekam
gizi secara efektif dan
medis pasien
efisien
sebagai bukti telah
memberikan  Anti Korupsi

informasi kepada Melaksanakan konsultasi

pasien sesuai kemampuan secara


jujur

Keterkaitan dengan Agenda


Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
 WoG
Berkolaborasi dengan Ahli
Gizi, perawat dan dokter

46
 Pelayanan Publik
Membimbing dan
mengarahkan pasien
dalam memahami masalah
gizi yang dialami dan
bagaimana mengatasinya

 Manajemen ASN
Melaksanakan kegiatan
dengan tanggung jawab,
profesional dan sesuai
kompetensi
5 Monitoring dan 1. Meminta Output Keterkaitan dengan agenda Dengan Dengan
Evaluasi persetujuan atasan Adanya ANEKA adalah: melakukan monitoring dan
terkait monitoring dan  Akuntabilitas monitoring dan evaluasi dapat
pelaksanaan evaluasi kegiatan Mempertanggungjawabkan evaluasi maka memperkuat nilai
monitoring dan Hasil hasil dari konsultasi dapat melihat hasil profesional dan
evaluasi dengan memonitor dan konsultasi gizi bermutu
 Jadwal
2. Membuat jadwal mengevaluasi agar pasien pasien dalam
konsultasi
konsultasi pasien mendapatkan informasi memberikan
pasien
selanjutnya pelayanan

47
3. Membuat laporan  Laporan yang benar dan transparan kesehatan yang
konsultasi gizi per mingguan profesional dan
 Nasionalisme
minggu konsultasi gizi bermutu
Menghargai kerja keras
 Dokumentasi Ahli Gizi dan Peduli
selama kegiatan
terhadap hasil evaluasi
tentang konseling pasien
 Etika Publik
Menjaga rahasia pasien

 Komitmen Mutu
Memonitor dan
mengevaluasi apakah
konsultasi yang
dilaksanakan sudah efektif
dan efisien

 Anti Korupsi
Mengolah data konsultasi
secara jujur

48
Keterkaitan dengan Agenda
Peran dan Kedudukan PNS
adalah:
 WoG
Berkoordinasi dengan
atasan dan Ahli Gizi

 Pelayanan Publik
Ahli Gizi melakukan
kegiatan tindak lanjut yaitu
membuat jadwal layanan
konsultasi gizi lanjutan bagi
pasien yang kontrol di poli
atau dirawat kembali

 Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan
dengan tanggung jawab
dan sesuai dengan tupoksi
serta kompetensi

49
B. JADWAL AKTUALISASI
Tabel 3. Jadwal Kegiatan
Rincian Jadwal Implementasi Kegiatan
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
No Tahapan Kegiatan (30 Mar –
Kegiatan (09 – 14 Mar 2020) (16 – 21 Mar 2020) (23 – 28 Mar 2020) 4 Apr 2020) (06 – 11 Apr 2020)
S S R K J S S S R K J S S S R K J S S S R K J S S S R K J S
Koordinasi 1. Melakukan koordinasi
dengan pihak dengan Mentor
internal 2. Rapat koordinasi
dengan Ahli Gizi rawat
1 inap dan Kepala
Ruangan
3. Menindaklanjuti
kegiatan sesuai hasil
koordinasi
Menyusun SOP 1. Mencari referensi SOP
tentang konsultasi 2. Menyiapkan materi
gizi SOP
3. Menyusun SOP
2 4. Mengkonsultasikan
SOP kepada atasan
5. Mencetak SOP
6. Meminta persetujuan
atasan
Membuat media 1. Menyusun materi leaflet
konsultasi 2. Mengkonsultasikan
materi konsultasi
3
kepada atasan untuk
dikoreksi
3. Membuat leaflet

50
4. Mencetak leaflet
Melaksanakan 1. Meminta persetujuan
konsultasi gizi dan waktu pasien
2. Membangun dasar –
dasar konseling
3. Menggali
permasalahan
4. Memilih solusi dengan
menegakkan diagnosis
5. Intervensi memilih
4
rencana
6. Evaluasi pemahaman
terkait informasi yang
disampaikan
7. Mencatat di rekam
medis pasien sebagai
bukti telah memberikan
informasi kepada
pasien
Monitoring dan 1. Meminta persetujuan
Evaluasi atasan terkait
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi
2. Membuat jadwal
5 konsultasi pasien
selanjutnya
3. Membuat laporan
konsultasi gizi per
minggu
: Kegiatan
: Libur

51
C. CAPAIAN AKTUALISASI
Kegiatan aktualisasi yang dilakukan adalah konseling gizi, untuk
melaksanakan aktualisasi ini dibutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik
dari berbagai pihak. Seorang Ahli Gizi diharapkan dapat memberikan
pengetahuan gizi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien melalui diet. Kegiatan konseling gizi perlu dilaksanakan
sebagai salah satu upaya agar pasien memahami benar diet yang harus
dijalaninya serta peran keluarga sangat penting untuk mendukung pasien
melakukan diet sesuai anjuran gizi. Kekeliruan orang awam mengenai diet
menjadi masalah yang cukup krusial saat ini, begitu juga kepatuhan pasien
dalam melaksanakan diet untuk penyakit tertentu sangat dibutuhkan. Apabila
terus dibiarkan, hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kesalahpahaman
pasien dalam menerima informasi sehingga akan menimbulkan kekambuhan
penyakit yang lebih parah dari sebelumnya karena pasien tidak memulai diet
dengan baik atau mengubah pola makan sesuai anjuran gizi.
Tujuan dari aktualisasi yaitu direalisasikan, berdasarkan rancangan
aktualisasi yang telah dibuat dengan menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Kegiatan
aktualisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
pada masyarakat di kabupaten Musi Rawas Utara serta merupakan salah satu
dari kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.
Aktualisasi direalisasikan dengan adanya isu strategis di lokasi kerja tentang
kurang optimalnya konseling gizi pasien rawat inap di RSUD Rupit. Oleh karena
itu, penulis memiliki gagasan pemecahan isu yaitu optimalisasi konsultasi gizi
pasien rawat inap di RSUD Rupit. Diharapkan dengan gagasan tersebut dapat
berkontribusi dan memberikan manfaat bagi rumah sakit, masyarakat dan
pasien yang dirawat di RSUD Rupit.
Dalam mewujudkan gagasan tersebut, ada beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh penulis sebagai Ahli Gizi dalam rangka mengoptimalkan
pelayanan konsultasi gizi di RSUD Rupit, yaitu:

52
1. Koordinasi dengan pihak internal
Koordinasi dengan pihak internal merupakan sarana komunikasi terkait
kondisi instansi unit kerja yang akan digunakan sebagai tempat habituasi.
agar terjalin persamaan persepsi mengenai isu dan rancangan inovasi
dengan mentor, kepala ruangan gizi dan ahli gizi rawat inap. Kegiatan ini
dilakukan pada tanggal 9 – 16 Maret 2020. Adapun tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahapan kegiatan
1) Melakukan koordinasi dengan mentor
Penulis melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Kasubbag
TU RSUD Rupit selaku mentor tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Konsultasi dan koordinasi dengan mentor merupakan
sarana komunikasi dengan atasan terkait kondisi instansi unit kerja
yang akan digunakan sebagai tempat habituasi, sehingga terjalin
persamaan persepsi mengenai isu dan rancangan program inovasi
dengan mentor. Selanjutnya mentor memberikan persetujuan untuk
melaksanakan kegiatan, serta saran agar mempersiapkan secara
maksimal tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan selalu
melakukan koordinasi dengan mentor sehingga proses kegiatan
dapat berjalan dengan lancar.

Gambar 3.1
Dokumentasi koordinasi dengan mentor

2) Rapat koordinasi dengan kepala ruangan gizi dan ahli gizi rawat inap
Koordinasi dengan kepala ruangan gizi dan rekan sesama ahli
gizi rawat inap merupakan sarana komunikasi untuk meminta

53
pendapat dan jalinan kerjasama tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan. Melalui koordinasi akan terjalin persamaan persepsi
sehingga akan terjadi sinergitas dalam pelaksanaan kegiatan
aktualisasi. Penulis memperoleh arahan dari kepala ruangan gizi dan
rekan ahli gizi untuk membuat Surat Keputusan (SK) dan SOP
tentang konseling gizi yang diketahui oleh Direktur RSUD Rupit
selaku atasan, agar tupoksi ahli gizi dan prosedur konseling gizi
pasien rawat inap lebih jelas.

Gambar 3.2
Dokumentasi koordinasi dengan Karu dan Ahli Gizi

3) Menindaklanjuti kegiatan sesuai hasil koordinasi


Penulis menindaklanjuti kegiatan sesuai dengan saran dan
masukan dari mentor, kepala ruangan gizi dan rekan ahli gizi rawat
inap yaitu membuat Surat Keputusan tentang konseling gizi yang
diketahui oleh Direktur RSUD Rupit.

Gambar 3.3
Dokumentasi Membuat Surat Keputusan

54
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah adanya koordinasi untuk
melaksanakan kegiatan dengan pihak terkait sehingga tersedianya surat
kebijakan tentang konsultasi gizi, daftar hadir dan dokumentasi kegiatan
(dokumen terlampir).

c. Nilai – Nilai Dasar


Nilai – nilai dasar yang termuat dalam kegiatan 1 (satu) ini adalah :
1) Akuntabilitas
Mengadakan rapat koordinasi dengan atasan dan ahli gizi terkait
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab penulis untuk
mendiskusikan kejelasan kegiatan yang dilaksanakan.
2) Nasionalisme
Dengan adanya koordinasi yang baik dengan atasan dan ahli gizi
terkait maka akan terwujud kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan
aktualisasi.
3) Etika Publik
Dalam melakukan koordinasi mengedepankan etika (sopan santun)
dalam berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja.
4) Komitmen Mutu
Adanya kerjasama antar pegawai merupakan salah satu upaya agar
pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan baik dan tepat waktu.
5) Anti Korupsi
Terwujud partisipasi (kerja sama) dan kepedulian terhadap
permasalahan atau isu yang ada di unit kerja.

d. Keterkaitan dengan Agenda Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1) Whole of Government (WoG)
Melakukan koordinasi dengan atasan dan pegawai lainnya
(kolaborasi).
2) Pelayanan Publik
Berpartisipasi terhadap permasalah atau isu di unit kerja.
3) Manajemen ASN
55
Melakukan koordinasi agar kegiatan terlaksana dan mendapatkan
hasil yang baik.

e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai


Organisasi
Dengan adanya koordinasi dengan atasan dan ahli gizi terkait dapat
mewujudkan visi rumah sakit yaitu menjadikan rumah sakit sebagai
pilihan pertama dan utama dalam pelayanan kesehatan dan
perencanaan daerah berkualitas. Selain itu, juga dapat mewujudkan nilai
rumah sakit yang profesional dan bermutu.

f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas ; tidak adanya kordinasi yang baik dengan atasan dan
ahli gizi terkait sehingga akan terjadi ketidakjelasan kegiatan yang
dilaksanakan.
2) Nasionalisme
Tidak ada jalinan kerjasama antar pimpinan dengan pegawai, maka
tidak akan terjadi sinergitas dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi.
3) Etika Publik
Tidak ada komunikasi yang baik dengan pimpinan dan rekan kerja,
jika tidak mengedepankan etika (sopan santun).
4) Komitmen Mutu
Kegiatan aktualisasi tidak akan berlangsung dengan baik dan tepat
waktu, jika tidak ada kerjasama antar pegawai.
5) Anti Korupsi
Tidak terwujudnya partisipasi dan kepedulian terhadap permasalahan
atau isu yang ada di unit kerja.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak adanya koordinasi dengan pimpinan dan pegawai lainnya.
7) Pelayanan Publik
Tidak ada partisipasi terhadap permasalahan di unit kerja.

56
8) Manajemen ASN
Tidak adanya koordinasi sehingga pelaksanaan kegiatan akan
mendapatkan hasil yang tidak baik.

2. Menyusun SOP tentang konsultasi gizi


Kegiatan menyusun SOP merupakan alat agar pelaksanaan konsultasi
gizi lebih terarah, sesuai prosedur rumah sakit dan mencapai hasil yang
optimal. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 17 - 23 Maret 2020. Adapun
tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahapan Kegiatan
1) Mencari referensi SOP
Sebelum membuat SOP sangat perlu untuk mencari referensi
untuk mengumpulkan informasi tentang konseling gizi sehingga
prosedur operasional yang dibuat memiliki landasan teori yang
akurat dan sesuai dengan tupoksi ahli gizi.

Gambar 3.4 Dokumentasi Referensi SOP

2) Menyiapkan materi SOP


Persiapan materi perlu dilakukan agar efektif dan efisien saat
menyusun SOP dan prosedur yang dibuat akan terstruktur.

Gambar 3.5 Dokumentasi Menyiapkan Materi SOP

57
3) Menyusun SOP
Tahap ini ditujukan untuk menyusun SOP sesuai dengan
materi yang telah disiapkan yaitu dengan menulis dan membuat
draft SOP sesuai dengan ketentuan metode dan teknik penulisan
SOP rumah sakit. Materi yang disiapkan yaitu pengertian tujuan dan
prosedur konsultasi gizi.

Gambar 3.6 Dokumentasi penyusunan SOP

4) Mengkonsultasikan SOP kepada atasan


Setelah menyusun SOP, penulis berkonsultasi kepada mentor
dan kepala ruangan gizi terkait SOP yang telah dibuat. Penulis
memperoleh saran agar seluruh ahli gizi rawat inap dapat
menerapkan SOP konseling gizi dengan maksimal dan atasan
menyetujui prosedur yang telah disusun.

Gambar 3.7 Konsultasi SOP dengan mentor

58
Gambar 3.8 Konsultasi SOP dengan Karu

5) Mencetak SOP
Tahapan kegiatan ini yaitu mencetak SOP. Kegiatan ini
dilakukan setelah berkonsultasi dengan atasan tentang SOP yang
telah disusun.

Gambar 3.9 Dokumentasi mencetak SOP

6) Meminta persetujuan atasan


Tahapan kegiatan ini yaitu meminta persetujuan atasan untuk
menyetujui pemberlakuan SOP agar ahli gizi rawat inap dapat
menerapkan SOP tersebut sebagai panduan konseling gizi.

Gambar 3.10
Dokumentasi meminta persetujuan atasan

59
b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya SOP tentang
konsultasi gizi (dokumen terlampir).

c. Nilai – Nilai Dasar


Nilai – nilai dasar yang termuat dalam kegiatan 2 (dua) ini adalah :
1) Akuntabilitas
Dengan adanya SOP akan memperjelas tahapan kegiatan konsultasi
gizi.
2) Nasionalisme
Adanya saran dan masukan serta kerjasama dengan atasan
sehingga pelaksanaan kegiatan akan berjalan maksimal dan sesuai
dengan kebutuhan unit kerja.
3) Etika Publik
a) Mengedepankan etika (sopan santun) kepada atasan dalam
penyusunan SOP.
b) Bertanggung jawab terhadap segala materi, penyusunan dan
pengadaan SOP sehingga SOP yang dibuat dapat meningkatkan
pelayanan konseling gizi untuk masyarakat.
4) Komitmen Mutu
Dengan tersedianya SOP maka pelayanan konsultasi gizi akan
terlaksana dengan efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan gizi.
5) Anti Korupsi
Dengan bersikap jujur dan bertanggung jawab, maka pengadaan
SOP akan maksimal dan tepat waktu.

d. Keterkaitan dengan Agenda Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1) Whole of Government (WoG)
Berkoordinasi dengan atasan untuk menyusun SOP agar sesuai
dengan kebutuhan unit kerja.
2) Pelayanan Publik

60
Dengan adanya SOP, maka pelayanan konsultasi gizi pada pasien
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
3) Manajemen ASN
Bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan agar berjalan
maksimal dan tepat waktu.

e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai


Organisasi
Dengan adanya SOP maka memperjelas tahapan konseling gizi
sehingga dapat mewujudkan visi rumah sakit yaitu meningkatkan sarana
dan prasarana serta memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
dan bermutu.

f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Tidak ada kejelasan tentang tahapan konsultasi gizi.
2) Nasionalisme
Tidak adanya saran dan masukan serta kerjasama dari atasan
sehingga kurang maksimal dalam inovasi terkait pelaksanaan
kegiatan aktualisasi.
3) Etika Publik
a) Penyusunan SOP akan kurang maksimal, jika tidak
mengedepankan sopan santun kepada atasan.
b) Pengadaan SOP kurang maksimal, jika tidak ada
pertanggungjawaban.
4) Komitmen Mutu
Pelaksanaan konseling gizi tidak akan efektif dan efisien, jika SOP
tidak tersedia sehingga dapat menurunkan mutu pelayanan gizi.
5) Anti Korupsi
Pengadaan SOP tidak maksimal dan tepat waktu, jika tidak bersikap
jujur dan bertanggung jawab.

61
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan sehingga SOP yang disusun
tidak sesuai dengan kebutuhan unit kerja.
7) Pelayanan Publik
Pelayanan konseling gizi tidak efektif dan efisien, jika SOP tidak
tersedia.
8) Manajemen ASN
Kegiatan tidak berjalan maksimal dan tepat waktu, jika tidak
bertanggung jawab.

3. Membuat Media Konsultasi


Media merupakan alat bantu konseling agar klien/pasien mudah
menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Media yang dibuat
untuk konseling gizi ini adalah leaflet. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal
24 - 31 Maret 2020. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Tahapan Kegiatan
1) Menyusun materi leaflet
Tahapan kegiatan ini adalah menyusun materi leaflet yang
akan digunakan sebagai media konseling gizi. Materi leaflet tersebut
yaitu tentang pengertian, tujuan dan syarat diet serta pengaturan
dan pembagian makanan beberapa penyakit seperti penyakit
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal dan
hati.

Gambar 3.11 Dokumentasi materi leaflet

62
2) Mengkonsultasikan materi konsultasi kepada atasan untuk dikoreksi
Setelah menyusun materi, penulis berkonsultasi kepada
atasan yaitu kepala ruangan gizi terkait materi leaflet yang telah
disusun. Penulis memperoleh saran yaitu untuk mengurangi
penggunaan bahasa medis agar mudah dipahami oleh pasien.

Gambar 3.12. Dokumentasi Konsultasi materi dengan Atasan

3) Membuat leaflet
Tahapan kegiatan selanjutnya yaitu membuat leaflet. Penulis
membuat leaflet sesuai dengan materi yang telah disusun dan
semenarik mungkin agar pasien tertarik untuk membaca dan mudah
memahami isi dari leaflet tersebut.

Gambar 3.13. Dokumentasi membuat leaflet

4) Mencetak leaflet
Tahap akhir dari kegiatan ini adalah mencetak leaflet, sehingga
dapat segera digunakan sebagai media konsultasi gizi.

63
Gambar 3.14. Dokumentasi mencetak leaflet

b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya media konsultasi
gizi yaitu leaflet.

Gambar 3.15. Leaflet Diet Diabetes Melitus

Gambar 3.16. Leaflet Diet Penyakit Jantung

64
Gambar 3.17. Leaflet Diet Rendah Garam

Gambar 3.18. Leaflet Diet Penyakit Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa

Gambar 3.19. Leaflet Diet Rendah Protein

Gambar 3.20. Leaflet Diet Penyakit Hati

65
c. Nilai – Nilai Dasar
Nilai – nilai dasar yang termuat dalam kegiatan 3 (tiga) ini adalah :
1) Akuntabilitas
Mempelajari aturan-aturan dan materi konsultasi agar isi leaflet yang
dibuat dapat dipertanggungjawabkan.
2) Nasionalisme
Dengan menghargai pendapat, saran dan masukan dari atasan maka
penyusunan materi dan pembuatan leaflet dapat berjalan dengan
maksimal.
3) Etika Publik
Materi konsultasi yang disusun akan mudah dipahami, apabila cermat
dalam membuat leaflet.
4) Komitmen Mutu
Terwujudnya media konsultasi gizi sehingga dapat meningkatkan
kualitas mutu dan sarana prasarana pelayanan gizI.
5) Anti Korupsi
Nilai anti korupsi yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini yaitu
bekerja sama dan jujur. Membuat media konsultasi dengan bekerja
sama antar ahli gizi, sehingga pelaksanaanya akan maksimal dan
selesai tepat waktu serta bersikap jujur dalam pengadaan media
konseling.

d. Keterkaitan dengan Agenda Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1) Whole of Government (WoG)
Berkordinasi dengan atasan agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan baik.
2) Pelayanan Publik
Dengan membuat media konsultasi maka informasi yang
disampaikan mudah dipahami pasien.
3) Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan profesional
agar dapat berjalan maksimal dan tepat waktu.

66
e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai
Organisasi
Dengan tersedianya media konseling gizi maka dapat memberikan
informasi yang mudah dipahami klien/pasien sehingga dapat mendukung
visi dan misi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana serta mewujudkan nilai rumah sakit profesional dan bermutu.

f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Isi materi dalam leaflet yang dibuat tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Nasionalisme
Penyusunan materi dan pembuatan leaflet tidak dapat berjalan
dengan maksimal, jika tidak menghargai pendapat, saran dan
masukan dari atasan.
3) Etika Publik
Materi konsultasi yang disusun kurang dipahami, apabila tidak cermat
dalam membuat leaflet.
4) Komitmen Mutu
Tidak terwujudnya media konseling, sehingga tidak dapat
meningkatkan kualitas mutu, sarana dan prasarana pelayanan gizi
5) Anti Korupsi
Pembuatan dan pengadaan media konseling akan terhambat dan
tidak selesai tepat waktu, apabila tidak menerapkan kerja sama dan
sifat jujur.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan sehingga pelaksanaan kegiatan
tidak dapat berjalan baik.

67
7) Pelayanan Publik
Tidak tersedianya media konsultasi sehingga informasi yang
disampaikan tidak mudah dipahami pasien.
8) Manajemen ASN
Kegiatan tidak dapat berjalan maksimal dan tepat waktu, jika tidak
bertanggung jawab dan profesional dalam menjalankannya.

4. Melaksanakan Konsultasi Gizi


Kegiatan ini merupakan bagian dari prosedur yang dilakukan pada
pasien rawat inap yang mengalami resiko malnutrisi, kondisi khusus
dan/atau atas permintaan DPJP, yaitu memberikan konseling gizi sesuai
dengan penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta terapi diet selama dirawat
di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 7 April 2020.
Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Kegiatan
1) Meminta persetujuan dan waktu pasien
Sebelum melakukan konseling gizi, terlebih dahulu meminta
kesediaan pasien agar mendapat persetujuan untuk diberikan
konseling gizi.

Gambar 3.21 Dokumentasi meminta persetujuan dan waktu pasien

2) Membangun dasar – dasar konseling


Membangun dasar – dasar konseling agar terjalin rasa saling
percaya, keterbukaan dan kejujuran antara ahli gizi dengan
pasien/keluarga. Cara membangun dasar – dasar tersebut ahli gizi
memperkenalkan diri, lalu menyapa pasien/keluarga dengan
memberikan salam, mengkonfirmasi identitas pasien, dan membuat

68
kondisi menyenangkan agar pasien merasa nyaman. Setelah itu,
ahli gizi menjelaskan tujuan konseling yang akan diberikan.

Gambar 3.22 Dokumentasi membangun dasar – dasar konseling

3) Menggali permasalahan
Menggali permasalahan pasien, yaitu dengan mengumpulkan
data melalui wawancara dan mencatat apa yang disampaikan
pasien/keluarga. Data yang dikumpulkan adalah data antropometri,
biokimia, fisik klinis, riwayat gizi dan personal pasien.

Gambar 3.23. Dokumentasi Menggali permasalah pasien

4) Memilih solusi dengan menegakkan diagnosis


Setelah menganalisa masalah gizi, lalu ahli gizi menegakkan
diagnosa pasien untuk memilih alternatif solusi mengatasi masalah
gizi pasien. Diagnosa gizi berdasarkan problem, etiologi,
sign/symtoms (PES), selanjutnya ahli gizi menentukan diagnosa
dengan domain asupan dan klinik.

69
Gambar 3.24. Dokumentasi Diagnosis Gizi

5) Intervensi memilih rencana


Tahap selanjutnya adalah menegakkan diagnosa gizi, lalu ahli
gizi menentukan intervensi dengan menetapkan preskripsi diet yaitu
jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian. Selain itu, ahli gizi
menghitung kebutuhan gizi dan melakukan konseling gizi.

Gambar 3.25. Dokumentasi Intervensi Gizi

Gambar 3.26. Dokumentasi Konseling Gizi

6) Evaluasi pemahaman terkait informasi yang disampaikan


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan konseling maka ahli
gizi melakukan evaluasi pemahaman terkait informasi yang

70
disampaikan dengan cara menanyakan kembali apakah ada
pertanyaan atau meminta menyatakan kembali apa kesimpulan dari
informasi yang disampaikan.

Gambar. 3.27. Dokumentasi Evaluasi Pemahaman Informasi

7) Mencatat di rekam medis pasien sebagai bukti telah memberikan


informasi kepada pasien.
Tahapan akhir dari kegiatan konseling adalah mencatat hasil
konseling gizi di rekam medis pasien dalam form CPPT dan KIE.

Gambar. 3.28. Dokumentasi Mencatat Hasil Konseling di RM

b. Output/Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah terlaksananya konseling gizi
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
gizi sesuai dengan penyakit yang diderita (Dokumen terlampir).

c. Nilai – Nilai Dasar


Nilai – nilai dasar yang termuat dalam kegiatan 4 (keempat) ini adalah :
1) Akuntabilitas

71
Mempertanggung jawabkan kegiatan konseling agar dapat terlaksana
dan bermanfaat bagi pasien.
2) Nasionalisme
Nilai yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini adalah kerjasama.
Dengan bekerja sama antar rekan kerja yaitu ahli gizi, perawat dan
dokter maka akan terjalin sinergitas dalam merawat pasien sehingga
pasien mendapatkan pelayanan yang maksimal.
3) Etika Publik
Nilai – nilai etika publik yang diaktualisasikan pada kegiatan konseling
yaitu bersikap santun dan ramah dalam menyampaikan materi
konseling dan menjawab pertanyaan pasien. Memakai pakaian yang
sopan selama konseling dan menggunakan bahasa yang tidak
menyinggung pasien.
4) Komitmen Mutu
Nilai – nilai komitmen mutu yang diaktualisasikan dalam kegiatan ini
adalah efektif dan efisien. Efektif dan efisien dalam melaksanakan
konseling gizi dengan memilih materi dan bahasa yang digunakan
sehingga pasien dapat mudah mengerti isi materi yang disampaikan.
5) Anti Korupsi
Melaksanakan konseling sesuai kemampuan dan jujur, dengan
memberikan informasi sesuai porsinya, tidak dilebih-lebihkan dan
tidak dikurang – kurangi merupakan nilai anti korupsi yang
diaplikasikan dalam kegiatan ini.

d. Keterkaitan dengan Agenda Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1) Whole of Government (WoG)
Dengan adanya kolaborasi antar ahli gizi, perawat dan dokter maka
pasien akan mendapatkan pelayanan yang maksimal.
2) Pelayanan Publik
Membimbing dan mengarahkan pasien sehingga dapat memahami
dan mengatasi masalah gizi yang dihadapinya.

72
3) Manajemen ASN
Bertanggung jawab penuh dan profesional dalam melaksanakan
kegiatan agar dapat berjalan dengan baik.

e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai


Organisasi
Dengan terlaksananya konseling gizi pada pasien rawat inap
diharapkan dapat berkontribusi terhadap visi misi rumah sakit yaitu
menjadikan rumah sakit sebagai pilihan pertama dan utama dalam hal
pelayanan kesehatan yang profesional dan bermutu.

f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Kegiatan konseling gizi tidak dapat terlaksana apabila tidak ada yang
bertanggung jawab.
2) Nasionalisme
Pasien tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal jika tidak ada
kerja sama antar ahli gizi, perawat dan dokter.
3) Etika Publik
Kegiatan konseling tidak diterima dengan baik oleh pasien, apabila
tidak mengedepankan sikap sopan, santun dan ramah.
4) Komitmen Mutu
Kegiatan konseling gizi tidak berjalan dengan efektif dan efisien
sehingga pasien tidak paham terhadap isi materi yang disampaikan.
5) Anti Korupsi
Kegiatan konseling gizi dilaksanakan tidak sesuai kemampuan dan
jujur sehingga informasi yang disampaikan tidak sesuai porsi, dilebih
– lebihkan dan dikurang – kurangi.
6) Whole of Government (WoG)
Tidak ada kolaborasi antar ahli gizi, perawat dan dokter sehingga
pasien tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal.

73
7) Pelayanan Publik
Tidak ada bimbingan dan arahan sehingga pasien tidak memahami
dan mengatasi masalah gizi yang dihadapinya.
8) Manajemen ASN
Tidak ada tanggung jawab dan profesionalisme saat melaksanakan
kegiatan konseling.

5. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengawasi dan
mengetahui dampak dari dilaksanakannya kegiatan konseling gizi. Kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 8 - 11 April 2020. Adapun tahapan kegiatan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahapan Kegiatan
1) Meminta persetujuan atasan terkait pelaksanaan monitoring dan
evaluasi
Pada tahapan kegiatan ini, penulis menyampaikan rencana
kegiatan monitoring dan evaluasi yang akan dilaksanakan dan
meminta persetujuan dari mentor untuk melaksanakan kegiatan.

Gambar 3.29. Surat Persetujuan Pelaksanaan Monev

74
2) Membuat jadwal konsultasi pasien selanjutnya
Tahapan selanjutnya adalah membuat jadwal konsultasi
pasien. Jadwal tersebut menyesuaikan dengan waktu kontrol pasien
di poli. Dengan adanya jadwal konsultasi lanjutan, ahli gizi dapat
memonitoring dan mengevaluasi apakah terdapat perubahan pola
makan yang lebih baik atau sebaliknya, sesuai dengan hasil
konseling pada saat pasien di rawat inap.

Gambar 3.30. Dokumentasi Jadwal Konsultasi Pasien

3) Membuat laporan konsultasi gizi per minggu


Tahapan akhir dari kegiatan monitoring dan evaluasi adalah
membuat laporan konseling gizi. Terlebih dahulu ahli gizi
mengumpulkan data daftar pasien yang diberikan konseling gizi.
Data tersebut berupa identitas pasien, diagnosa medis dan terapi
diet. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan
jumlah pasien yang diberikan konseling gizi.

Gambar 3.31 Dokumentasi Laporan Konsultasi Gizi

75
b. Output / Hasil Kegiatan
Output/hasil dari kegiatan ini adalah adanya monitoring dan evaluasi
konseling gizi sehingga tersedianya jadwal konsultasi pasien dan laporan
mingguan konsultasi gizi pasien rawat inap (dokumen terlampir).

c. Nilai – Nilai Dasar


1) Akuntabilitas
Bertanggung jawab terhadap hasil konseling gizi dengan mengawasi
dan menilai dari kegiatan tersebut agar pasien mendapatkan
informasi yang benar serta transparan.
2) Nasionalisme
a) Menghargai kerja keras ahli gizi lainnya sehingga dapat
meningkatkan hubungan yang baik sesama rekan kerja.
b) Peduli terhadap hasil evaluasi agar kegiatan konseling
selanjutnya lebih baik.
3) Etika Publik
Menjaga rahasia pasien untuk melindungi hak dan privasinya
sehingga tidak semua orang tahu permasalahan yang dihadapi
pasien tersebut.
4) Komitmen Mutu
Dengan adanya monitoring dan evaluasi kegiatan maka dapat
mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan tersebut.
5) Anti Korupsi
Jujur dalam mengolah data sehingga mendapatkan laporan yang
sesuai dengan apa yang diharapkan.

d. Keterkaitan dengan Agenda Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1) Whole of Government (WoG)
Adanya koordinasi dengan atasan dan ahli gizi dapat menjalin kerja
sama dan persamaan persepsi serta kejelasan target yang ingin
dicapai.

76
2) Pelayanan Publik
Dengan adanya layanan konseling lanjutan maka pasien dapat
menerima informasi terkait gizi tidak hanya dirawat inap tapi juga
bisa saat kontrol di rawat jalan (responsif).
3) Manajemen ASN
Menjalankan kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan bekerja
sesuai tupoksi serta kompetensi maka pelayanan konseling gizi
akan maksimal.

e. Kontribusi Terhadap Pencapaian Visi dan Misi serta Penguatan Nilai


Organisasi
Dengan melakukan monitoring dan evaluasi maka dapat mengetahui
data pasien rawat inap yang diberikan konseling gizi, sehingga dapat
mewujudkan visi misi rumah sakit yaitu memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional dan bermutu.

f. Analisis Dampak
Apabila nilai dasar ANEKA dan agenda kedudukan dan peran PNS
tidak dilaksanakan maka :
1) Akuntabilitas
Tidak ada yang bertanggung jawab pada hasil konseling gizi
sehingga pasien tidak mendapatkan informasi yang benar dan
transparan.
2) Nasionalisme
a) Tidak menghargai kerja keras ahli gizi lainnya sehingga
hubungan sesama rekan kerja tidak baik.
b) Tidak peduli dengan hasil evaluasi maka kegiatan konseling
selanjutnya tidak berjalan dengan baik.
3) Etika Publik
Tidak menjaga rahasia pasien sehingga semua orang tahu hak dan
privasi pasien tersebut.

77
4) Komitmen Mutu
Tidak dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
kegiatan konseling gizi.
6) Anti Korupsi
Tidak jujur dalam mengolah data sehingga mendapatkan laporan
yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
7) Whole of Government (WoG)
Tidak ada koordinasi dengan atasan dan ahli gizi sehingga tidak
terjalin kerja sama, perbedaan persepsi dan ketidakjelasan target
yang ingin dicapai.
8) Pelayanan Publik
Tidak ada layanan konseling gizi lanjutan untuk pasien yang sudah
tidak dirawat inap lagi.
9) Manajemen ASN
Tidak bertanggung jawab, bekerja tidak sesuai tupoksi dan
kompetensi, sehingga pelayanan konseling gizi tidak maksimal.

D. KENDALA DAN SOLUSI


Dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi terdapat beberapa kendala
dan solusi yang dihadapi yaitu :
1. Koordinasi dengan pihak internal
Saat melaksanakan koordinasi dengan mentor, kepala ruangan
instalasi gizi dan ahli gizi rawat inap tidak terdapat kendala. Kegiatan
berjalan dengan lancar dan terjalin komunikasi serta kerja sama yang baik
antar atasan dengan staf.

2. Menyusun SOP tentang konsultasi gizi


Kendala yang dihadapi saat membuat SOP yaitu kesulitan menyusun
prosedur kegiatan konseling agar mudah dipahami dan diaplikasikan. Untuk
mengatasi hal tersebut, penulis membuat prosedur yang disesuaikan
dengan kemampuan staf dan rumah sakit.

78
3. Membuat media konsultasi
Saat membuat media konseling kendala yang dihadapi yaitu kesulitan
menyusun materi agar mudah dipahami oleh pasien. Solusi untuk mengatasi
kendala tersebut dengan cara memilih kata/kalimat yang bisa dipahami oleh
masyarakat pada umumnya dengan cara mengurangi penggunaan istilah
medis/kesehatan.

4. Melaksanakan kegiatan konsultasi gizi


Saat melakukan konseling gizi kendala yang dihadapi yaitu kondisi
pasien yang tidak memungkinkan untuk komunikasi 2 (dua) arah dengan
konselor. Untuk mengatasi hal tersebut, konselor melibatkan keluarga dan
kerabat lainya pada saat konseling.
Selain itu, Penulis tidak bisa melakukan kegiatan konseling gizi secara
maksimal, karena adanya perubahan jadwal kerja menjadi sistem shift (3
hari kerja, 3 hari libur). Hal tersebut disebabkan oleh adanya pandemi
Covid19 yang mengharuskan social distancing dan physical distancing untuk
mengurangi penyebarannya. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut yaitu
kerja sama dengan kepala ruangan dan ahli gizi lainnya, agar melakukan
visite dan konseling gizi kepada pasien saat penulis tidak masuk kerja.
Dengan demikian pasien yang menjadi tanggung jawab penulis tetap
mendapatkan asuhan dan konseling gizi.

5. Monitoring dan Evaluasi


Saat melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan, kendala yang
dihadapi yaitu kesulitan membuat laporan konsultasi mingguan karena
terbatasnya data harian pasien yang diberikan konsultasi. Untuk mengatasi
hal tersebut, penulis membuat form laporan harian gizi rawat inap agar diisi
oleh Ahli Gizi yang bertugas sehingga data pasien dapat terkumpul setiap
harinya.

79
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rancangan aktualisasi yang dibuat merupakan rancangan kegiatan
untuk mengatasi dan menyelesaikan isu yang diangkat di unit kerja dengan
identifikasi isu yang telah dirumuskan berdasarkan tugas pokok Nutrisionis Ahli
Pertama serta diskusi bersama coach dan mentor selaku atasan di RSUD
Rupit. Aktualisasi telah dilaksanakan pada tanggal 9 maret – 14 April di RSUD
Rupit Kabupaten Musi Rawas Utara. Isu yang diangkat yaitu kurang optimalnya
konseling gizi pasien rawat inap di RSUD Rupit. Berdasarkan isu tersebut
muncul gagasan pemecahan isu yang terdapat dalam 5 kegiatan. Adapun
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan pihak internal
2. Menyusun SOP tentang konsultasi gizi
3. Membuat media konsultasi
4. Melaksanakan konsultasi gizi
5. Monitoring dan evaluasi

Pada setiap kegiatan yang dilaksanakan, penulis menerapkan nilai –


nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi. Selain itu, penulis juga menerapkan peran dan
kedudukan ASN yang harus dimiliki agar dapat menjalankan tugas dan
perannya dengan maksimal sehingga dapat menjadi ASN yang profesional dan
berintegritas tinggi. Semua kegiatan yang dilaksanakan mendapat dukungan
penuh dari atasan dan bukti konkret. Total capaian semua kegiatan adalah
100%.
Sebelum dilakukan kegiatan aktualisasi, konseling gizi pada pasien
rawat inap RSUD Rupit kurang optimal dikarenakan pelayanan asuhan gizi
rawat inap yang dilakukan Ahli Gizi sebagian besar hanya sampai edukasi saja,
terbatasnya media konsultasi gizi dan belum adanya laporan dan evaluasi
tentang pelaksanaan konseling gizi.

80
Setelah kegiatan ini dilakukan, konseling gizi pada pasien rawat inap
menjadi lebih optimal. Ahli gizi rawat inap melakukan pelayanan asuhan gizi
sampai dengan edukasi dan konseling, tersedianya media konseling serta
adanya laporan dan evaluasi pelakasanaan konseling gizi sehingga dapat
mengetahui jumlah pasien yang diberikan konseling gizi. Kegiatan aktualisasi
ini dapat mewujudkan visi dan misi RSUD Rupit dalam meningkatkan mutu
pelayanan.

B. Saran
Setelah kegiatan ini selesai, diharapkan agar kegiatan konseling tetap
berlanjut dan selalu diterapkan pada pelayanan asuhan gizi pasien. Sehingga
pasien rawat inap RSUD Rupit mendapatkan solusi untuk mengatasi masalah
gizi yang dihadapi dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya.
Selain itu, tetap dilakukan koordinasi sesama rekan ahli gizi agar
kegiatan pelayanan asuhan gizi khususnya konseling dapat berjalan dengan
lancar dan maksimal.

81
DAFTAR PUSTAKA

Basseng., Sammy Ferrijana., dan Syam Wahidin. 2019. “Wawasan Kebangsaan


dan Nilai – Nilai Bela Negara” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan II dan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Departemen Kesehatan RI. 2013. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman PGRS. Jakarta : Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.

Fatimah, Elly., dan Erna Irawati. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Ferrijana, Sammy., Bambang Suhartono., dan Sandra Erawanto. 2019.


“Kesiapsiagaan Bela Negara” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan II dan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Idris, Irfan dkk. 2019. “Analisis Isu Kontemporer” Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan II dan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 65/Menkes/SK/1/2005 tentang RSUD Musi


Rawas Milik Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.

Keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 23 Tahun 2001


tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. “Anti Korupsi” Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Kumorotomo, Wahyudi., Nana Rukmana D. Wirapradja., dan Amir Imbaruddin.


2015. “Etika Publik” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Kusumasari, Bevaola., Septiana Dwi Putrianti., dan Enda Layuk Allo. 2015.
“Akuntabilitas” Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Latief, Yudi., Adi Suryanto., dan Abdul Aziz Muslim. 2015. “Nasionalisme” Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.

Mifisoni, S. 2009. Nutritional Habits of the Inhabitants of the Island of Vis. CoU.
Antropol, 33 (4): 1273-1279.

Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas
Pokok dan Fungsi Rumah Sakit.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Kepala LAN Nomor 21 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelatihan


Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan


Gizi Rumah Sakit.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri


Sipil.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta :
Penerbit PT. Abadi.

Purwanto, Erwan Agus dkk. 2017. “Pelayanan Publik” Modul Pelatihan Dasar Calon
PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2013. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Surat Keputusan Bupati Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Musi Rawas.

Suwarno, Yogi., dan Tri Atmojo Sejati. 2017. “Whole of Government” Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Utomo, Tri Widodo W., Basseng., dan Bayu Hikmat Purwana. 2017. “Aktualisasi”
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Yuniarsih, Tjuju., dan Muhammad Taufiq. 2015. “Komitmen Mutu” Modul


Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Bukti persetujuan laporan aktualisasi (Coach)
RENCANA AKSI AKTUALISASI

No Kegiatan / Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar Tehnik Aktualisasi


1.
2.
3.
Dst.

Menyetujui Lawang Agung,


Mentor, Peserta,

(dr. Etiek Kusumawati) (Mona Afriani, S.Gz)


NIP. 19850530 201504 2 002 NIP. 19930423 201902 2 005

Mengetahui Coach,

(Riska Puspita, S.IP., M.Si)


NIP. 19861225 201001 2 018
LAMPIRAN
OUTPUT KEGIATAN
Lampiran Kegiatan 1

Daftar Hadir Rapat Koordinasi Ahli Gizi


Notulen Rapat Koordinasi Ahli Gizi
Surat Keputusan Direktur RSUD Rupit
tentang Kebijakan Pelayanan Konsultasi Gizi
Koordinasi dengan Mentor

Koordinasi dengan Kepala Ruangan dan Ahli Gizi Rinap

Proses Meminta Penomoran dan Persetujuan Dokumen (SK)


Lampiran Kegiatan 2
SOP tentang Konsultasi Gizi Pasien Rawat Inap
Surat Persetujuan Penyusunan dan Pemberlakuan SOP
Konsultasi SOP dengan Mentor

Konsultasi SOP dengan Kepala Ruangan Gizi

Koordinasi SOP dengan Ahli Gizi Rinap


Lampiran Kegiatan 3

Leaflet Diet Diabetes Melitus


Leaflet Diet Jantung
Leaflet Diet Rendah Garam
Leaflet Diet Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis
Leaflet Diet Rendah Protein
Leaflet Diet Hati
Lampiran Kegiatan 4

Formulir Asuhan Gizi Pasien


Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
Formulir Bukti Melakukan Edukasi dan Konseling Gizi Pasien Rinap
Formulir Permintaan Konseling Gizi dari DPJP
Konseling Gizi di Ruang Rawat Inap Rafflesia (Dewasa)

Konseling Gizi di Ruang Rawat Inap Sakura (Bedah)

Konseling Gizi di Ruang Rawat Inap Cendana (Anak)

Dokumentasi Penulisan CPPT di Rekam Medis


Lampiran Kegiatan 5

Surat Persetujuan Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan


Jadwal Konsultasi Pasien di Poli Gizi
Laporan Mingguan Konsultasi Gizi Pasien Rawat Inap

JUMLAH PASIEN BULAN APRIL MINGGU – 1


BERDASARKAN KELAS PERAWATAN

50 45
40
Jumlah

30

20

10
2 3 3
0
VIP Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Kelas Perawatan

Grafik Jumlah Pasien Berdasarkan Kelas Perawatan

JUMLAH PASIEN BULAN APRIL MINGGU - 1


BERDASARKAN KONDISI PASIEN

18 17
16
14
12 11
10
10 9
8
6
4 3
2
2 1
0
Non Malnutrisi Anak DM HT Pasca Gangguan
Malnutrisi bedah Ginjal

Grafik Jumlah Pasien Berdasarkan Kriteria


Non Malnutrisi, Malnutrisi dan Kondisi Khusus
JUMLAH PASIEN KONSULTASI GIZI
BULAN APRIL MINGGU – 1 TAHUN 2020

No Jenis diet Total

1 ASI 8

2 Saring 1

3 Biasa 5

4 Cair 1

5 DL 3

6 DM ++ 3

7 Rgaram 1

8 Roks 2

9 Rprotein 1

10 Rserat 3

11 T.Fe 1

12 TKTP 15

Jumlah 44
BIODATA PESERTA

Nama : Mona Afriani, S.Gz


NIP : 19930423 201902 2 005
Tempat, Tanggal Lahir : OKU Timur, 23 April 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Pangkat / Golongan : Penata Muda / III a
TMT CPNS : 01 Februari 2019
Agama : Islam
Alamat : Griya Lawang Agung No. 86, Rupit, Musi Rawas Utara,
Sumatera Selatan 31654
Nomor HP : 081328784192
E-mail : monaafri2@gmail.com
Satuan Kerja : RSUD Rupit
Riwayat Pendidikan : 2011 – 2015 S-1 Ilmu Gizi Universitas Respati
Yogyakarta
2008 – 2011 SMA Negeri 2 Lubuk Raja
Riwayat Pekerjaan : Feb 2019 – sekarang CPNS di RSUD Rupit
2016 – Feb 2019 Nutrisionis di Jojga Internasional
Hospital (RS JIH)

Anda mungkin juga menyukai