Bab Iv Perencanaan Penataan Ketenagaan
Bab Iv Perencanaan Penataan Ketenagaan
PERENCANAAN
A. Penataan Ketenagaan
Dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan serta untuk
mendapatkan pengalaman dalam menerapkan manajemen keperawatan di
Ruang HCU, maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai
berikut:
Ketua : Ni Putu Yunitasari, S.Kep
Penanggung jawab MPKP : Putu Yuda Sudiastika, S.Kep
Sekretaris : Ni Luh Sri Handayani, S.Kep
Bendahara : Komang Triayusmila, S.Kep
Seksi Humas : I Dewa Ngakan Putu Ardikayana, S.Kep
Seksi Prasarana : I Putu Wisuda, S.Kep
Seksi Konsumsi : Ni Luh Putu Yunita Rahma Dewi, S.Kep
Anggota : Ni Putu Sukma Chrestela Aprianthy, S.Kep
Putu Wahyu Widhiastiti, S.Kep
Ni Kadek Dwi Handayani, S.Kep
I Wayan Yudi Kesuma Putra, S.Kep
Ni Luh Putu Vivi Karlianti, S.Kep
1. MPKP
a. Kajian Teori
Metode praktek keperawatan professional merupakan salah
satu metode praktik keperawatan professional, dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.
Metode asuhan keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat asuhan keperawatan dan pelaksana asuhan
keperawatan, sehingga konsep dasar model ini adalah tanggung jawab
dan tanggung gugat model keperawatan.
Ada 5 metode praktek keperawatan professional :
1) Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat.
2) MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang
terdiri atas tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
3) MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai
dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit
4) MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat perawat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda setiap shift.
5) MPKP Modifikasi
Pada model MPKP ini merupakan kombinasi dari dua system:
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar lulusan S1 dan DIII, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh primer atau ketua
tim.
Struktur: Proses:
Jumlah Tenaga Keperawatan Primer
Jenis Tenaga
Nilai-nilai professional
Bagan 4.1
Pengembangan Dan Struktur Organisasi MPKP
Sumber : Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional
di Rumah Sakit
b. Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP, metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode
keperawatan tim, namun pelaksanaannya kurang optimal karena
keterbatasan tenaga keperawatan dan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Dengan demikian dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis
tenaga meliputi Kepala Ruangan Rawat, Perawat Primer (PP) dan
Perawat Assosiate (PA).
Kepala Ruangan
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
Bagan 4.2 Struktur Organisasi
Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP
Sumber: Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan
Profesional di Rumah Sakit
c. Tujuan
1) Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional dengan Modifikasi Tim Primary Nursing di Ruang
HCU BRSU Tabanan.
2) Tujuan khusus
Setelah menerapkan MPKP, mahasiswa mampu:
a) Mengatur kebutuhan tenaga perawat
b) Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan sesuai MPKP
c) Melakukan system pendokumentasian yang tepat, efektif dan
efisien.
d) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme
e) Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat dengan
tim kesehatan yang lain.
d. Pengorganisasian
Penanggung jawab: Ni Putu Sukma Chrestela Aprianthy, S.Kep
e. Pelaksanaan
MPKP dilaksanakan di Ruang HCU mulai tanggal 3 Maret 2017
sampai dengan tanggal 3 April 2017.
f. Rencana strategis
1) Mendiskusikan bersama dengan staf perawat di Ruang HCU
mengenai bentuk dan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dilaksanakan.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat. Selama berlangsungnya
praktek manajemen keperawatan ini, mahasiswa mengelola Ruang
HCU. Pembagian peran anggota kelompok 9 yang terdiri atas 12
orang meliputi: setiap hari 1 orang bertugas sebagai kepala
ruangan, 2 orang sebagai perawat primer, 9 orang sebagai perawat
associate yang dibagi menjadi 3 shift. Pergantian peran dilakukan
setiap hari. Pelaksanaan MPKP oleh mahasiswa juga akan diikuti
oleh penilaian tingkat kepuasan pasien dengan membandingkan
antara sebelum dan setelah pelaksanaan MPKP.
3) Melakukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
4) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat dan
memodifikasi kebutuhan tenaga perawat di Ruang HCU.
5) Menerapkan model MPKP bersama staf perawat di Ruang HCU
sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
g. Kriteria Evaluasi
1) Struktur
Model Praktik Keperawatan Profesional dilaksanakan di Ruang
HCU dikonsulkan terlebih dahulu dengan pembimbing akademik
dan dengan persetujuan dari pembimbing ruangan.
2) Proses
Selama pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional
Keperawatan di Ruang HCU berjalan sesuai dengan rencana yaitu
setiap hari 1 orang bertugas sebagai kepala ruangan, 2 orang
bertugas sebagai PP, dan 9 orang bertugas sebagai PA yang dibagi
kedalam 3 shift.
3) Hasil
Diharapkan pemahaman mahasiswa dan perawat Ruang HCU
tentang MPKP meningkat dengan hasil peningkatan kepuasan
pasien.
h. Uraian Tugas
1) Uraian tugas kepala ruangan meliputi:
a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan askep baik langsung
maupun tidak langsung.
b) Bertanggung jawab pada semua PP dan PA termasuk dalam
pembuatan jadwal dinas.
c) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan MPKP meliputi
timbang terima, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi
askep dan discharge planning.
2) Uraian tugas perawat primer meliputi:
a) Melakukan pengkajian data secara komprehensif, menetapkan
diagnose keperawatan dan rencana keperawatan secara
definitive, melakukan modifikasi tindakan keperawatan, serta
melakukan evaluasi keperawatan sesuai tujuan.
b) Menerima konsultasi pasien yang menjadi tanggung jawabnya
selama 24 jam penuh.
c) Menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (pre conference)
e) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP.
g) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya.
Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya.
h) Membuat perencanaan pulang.
3) Uraian tugas perawat associate meliputi:
a) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang dibuat PP
b) Memantau respon pasien setelah dilakukan tindakan
c) Melaporkan masalah baru (konsultasi dengan PP, mencatat dan
melaksanakan instruksi PP).
d) Mencatat perkembangan keperawatan pasien dengan format
SOAP.
e) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
C. TIMBANG TERIMA
Timbang terima profesionalisme dalam pelayanan keperawatan
dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat,
terutama peran dan komunikasi yang efektif antar perawat maupun
dengan tim kesehatan lain saat pergantian shift (timbang terima
pasien).
Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara
menyampaikan laporan, dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat ini. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat
primer kepada perawat primer pada shift berikutnya secara tertulis dan
lisan.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengkomunikasikan keadaan pasien dan
informasi yang penting.
b) Tujuan Khusus
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien.
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien.
(3) Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang
masih ada dan yang sudah terselesaikan.
(4) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh shift berikutnya.
(5) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2) Manfaat Timbang terima
Bagi Perawat
(1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .
(2) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan tanggung jawab
antara perawat
(3) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan
(4) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna
Bagi pasien
(1) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
3) Prosedur Timbang terima
Tabel 4.2
Prosedur Timbang Terima
WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA
5 menit Persiapan 1. Kedua kelompok dinas Nurse PP, PA
sudah siap dan berkumpul Station
di Nurse Station
2. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.
4) Evaluasi
(1) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien
dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan selalu
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi dan shift pagi ke sore.
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin
oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
(2) Proses
Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu
malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam di pimpin oleh perawat
primer yang bertugas saat itu dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift.
Perawat primer mengoperkan ke perawat assosiate
berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di ners station.
Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan dan pesan khusus. Setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka
kedua PP menandatangani laporan timbang terima
dengan diketahui oleh kepala ruangan.
(3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Setelah proses
timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh
kepala ruangan.
PASIEN
D. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melakukan asuhan keperawatan. Ronde
keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktek
keperawatan.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menyelesaikan
masalah melalui pendekatan berfikir kritis.
b) Tujuan Khusus
(1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan ilmiah.
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
(3) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang sesuai dengan masalah klien.
(5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
c) Manfaat ronde Keperawatan
(1) Masalah pasien dapat teratasi
(2) Kebutuhan pasien terpenuhi
(3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
(4) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
(5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
d) Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
(1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
(2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e) Kriteria Evaluasi
(1) Struktur
(a) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan
lainnya)
(b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde
(c) Persiapan dilakukan sebelumnya
(2) Proses
(a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde
sesuai peran yang telah ditentukan
(3) Hasil
(a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
(b) Masalah pasien teratasi
(c) Perawat dapat :
- Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
- Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
- Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
- Meningkatkan kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
f) Tahapan ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN
PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONSENT
HASIL PENGKAJIAN
TAHAP APA YANG MENJADI MASALAH
RONDE : CROSS CEK DATA YANG ADA
PENYAJIAN APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
SAK,SOP)
TAHAP RONDE VALIDASI DATA
MASALAH TERATASI
Bagan 4.4 Tahapan Ronde Keperawatan
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
Keterangan
a) Pra Ronde
(1) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak
teratasi dan masalah yang langka)
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber dan literature
(4) Membuat proposal
(5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan
pengkajian
(6) Diskusi apa diagnosis keperawatan? Apa data yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan ? dan Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
b) Pelaksanaan Ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan
c) Pasca Ronde
(1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya
E. SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan pada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat Ruang HCU mampu
menerapkan pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
b) Tujuan khusus
(1) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 8B + 1W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
(2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dalam penerapan Prinsip 8B+1W.
(3) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
(5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapi.
2) Peran:
Perawat Primer dan Perawat Associate
(a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
(b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(c) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
(d) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
therapy
Perawat Primer lain dan Supervisor
(a) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
(b) Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
(c) Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
3) Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
(c) Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat
(d) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
(e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya
dan akan membuang atau lupa minum
(f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah kadarluasa
(g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
(h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas
(i) Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
4) Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
(a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk
(b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
5) Penerimaan obat:
(a) Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dan menerima lembar terima obat
(b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan obat dalam kartu control dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku obat
(c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum serta kartu sediaan obat
(d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
6) Pembagian obat
(a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
(b) Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat
(c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
(d) Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat
7) Penambahan obat baru
(a) Bilamana terdapat penambahan/ perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
(b) Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
8) Obat khusus
(a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu
(b) Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
(c) Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
(d) Menyimpan penyediaan obat
(e) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah
obat dan menulis etiket dan alamat pasien
(f) Sistem kartu persediaan
(g) Lemari obat
DOKTER
PENDEKATAN
PERAWAT
KELUARGA
/PASIEN
FARMASI/APOTIK
PASIEN/KELUARGA
Sarana persetujuan
sentralisasi obat
Lembar serah
PP/PERAWAT YANG terima obat
MENERIMA Buku serah terima
masuk obat
PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT
PASIEN/KELUARGA
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi
9) Pengorganisasian
Penanggungjawab: Wayan Yudi Kesuma Putra, S.Kep
10) Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat mulai dilaksanakan pada minggu ke III
dan IV (setelah desiminasi awal), mulai tanggal 10 -26 Maret 2017
selama praktik profesi manajemen keperawatan Ners di Ruang
HCU BRSU Tabanan.
11) Rencana Strategi
(a) Menyusun format sentralisasi obat
(b) Melaksanakan pengelolaan sentralisasi obat pasien Ruang
HCU.
(c) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan obat
12) Kriteria Evaluasi
(a) Struktur:
Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
(1) Menyiapkan format sentralisasi obat
(b) Proses
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan sesuai
dengan ruangan yang telah ditentukan dan pasien yang
telah menyetujui informed consent untuk dilakukan
sentralisasi.
(2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang
telah ditentukan.
(c) Hasil
(1) Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
(sebagian besar pasien mengungkapkan lebih senang
obat dikelola perawat).
(2) Obat dapat diberikan secara tepat dan benar (sesuai
prinsip 8 B dan 1 W ) serta perawat mudah mengontrol
pemberian obat.
F. SUPERVISI KEPERAWATAN
Supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manajer
berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
1) Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas.
2) Prinsip Supervisi
(a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
(b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip menajemen dan kepemimpinan
(c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
dinyatakan melalui petujuk, peraturan, uraian tugas dan
standar.
(d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana. Supervisi merupakan visi,
misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
(e) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan motifasi.
3) Pelaksanaan Supervisi
(a) Kepala Ruangan
(1) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
pada klien di ruang perawatan
(2) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(3) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan praktek
keperawatan di ruang keperawatan.
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan,
feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor
(2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk
(3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang.
(4) Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis. Peran kepala ruangan, PP dan PA dalam
MPKP adalah:
(1) Peran Kepala Ruangan(KaRu)
(a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat associate
(d) Evaluasi kerja
(e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
(2) Peran Perawat Primer(PP)
(a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
(b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
(f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
(g) Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social, kontrak
dengan lembaga sosial di masyarakat
(h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
(3) Peran Perawat Associate(PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun oleh PP
Kasubid.Keperawatan,
Mutu & Sertifikasi
b) Tujuan Khusus
(1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dan staff perawat ruangan dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan.
(2) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(3) Meningkatkan kinerja perawat/bidan dalam memberikan
asuhan keperawatan/kebidanan
8) Pengorganisasian
Penanggung Jawab: Ni Luh Vivi Karlianti, S.Kep
9) Pelaksanaan
Supervisi dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai tanggal 10 -
26 Maret 2017.
10) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep supervisi keperawatan
b) Menetapkan materi supervisi keperawatan
c) Membuat format supervisi keperawatan
d) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama dengan
kepala
ruangan dan staff keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
G. DISCHARGE PLANNING
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan proses
yang terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditunjukkan.
Discharge Planning keperawatan atau yang sering disebut dengan
keperawatan berkelanjutan, dimana perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien harus diberikan dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
berisiko terhadap bertahannya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi
fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik dan
terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna
untuk proses keperawatan dirumah. Tujuan discharge planning adalah
memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan pengobatan
yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk melakukan control
kembali.
Perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang
penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan pasien rawat inap
karena informasi yang diberikan sebelum pasien pulang merupakan
bekal yang sangat berharga bagi pasien dan keluarganya. Informasi
yang tidak adekuat sebelum pasien pulang dapat menyebabkan pasien
dan keluarganya melakukan tindakan yang kurang tepat akibat kurang
informasi.
Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
1) PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan
yang masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat,
waktu dan tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang dan
hal- hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
2) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga
memberikan kartu discharge planning dan leaflet yang berisi
penjelasan yang diberikan.
3) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning
maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge
planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning
dari perawat
Keadaan Pasien:
Tingkat ketergantungan
pasien
Perencanaan pulang
Gizi
Keterangan:
Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan
Tugas Perawat Primer :
1) Menerima pasien baru
2) Membuat rencana discharge planning
3) Membuat leaflet
4) Memberikan konseling
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah diberikan praktik manajemen keperawatan diharapkan
Ruang HCU mampu menerapkan discharge planning secara
optimal.
b) Tujuan Khusus
(1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
(2) Mengidentifikasi masalah pasien.
(3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
(4) Membuat perencanaan pasien pulang yaitu mengajarkan pada
pasien yang dilakukan dan dihindari selama di rumah.
(5) Melakukan evaluasi pasien selama diberikan penyuluhan.
(6) Mendokumentasikan.
2) Pengorganisasian
Penanggung jawab: I Putu Wisuda S.Kep
3) Pelaksanaan
Discharge planning dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas di ruang
HCU mulai tanggal 10-26 Maret 2017.
4) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep discharge planning.
b) Menentukan materi discharge planning
c) Menyiapkan format discharge planning, kartu kontrol, kartu obat.
d) Melaksanakan discharge planning bersama dengan perawat
ruangan
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan discharge planning.
c) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Putu Wahyu Widhiastiti, S.Kep
Pendokumentasian keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
jadwal dinas di HCU mulai tanggal 10 – 26 Maret 2017
d) Rencana Strategi
(1) Menyusun format pengkajian model ROS (Review Of
Sistem)
(2) Mendiskusikan bersama staf perawat Ruang HCU
mengenai format pengakajian dan pendokumentasian yang
telah dibuat sesuai dengan 8 diagnosa keperawatan yang
sering dijumpai di Ruang HCU
(3) Membuat SAK terdiri dari 8 diagnosa keperawatan yang
sering dijumpai di Ruang HCU.
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format dokumentasi
keperawatan
(5) Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat
ruangan
(6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi
keperawatan
e) Evaluasi
(1) Struktur
(a) Kegiatan dokumentasi keperawatan dilaksanakan di
Ruang HCU.
(b) Persiapan dilakukan sebelumnya dengan persetujuan
pembimbing
(2) Proses
(a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan
fisiologis dan tingkah laku pasien
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
diambil tindakan selanjutnya
(d) Evaluasi melibatkan keluarga dan tim kesehatan lainnya
(e) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktek keperawatan)
(3) Hasil
(a) Setiap tindakan keperawatan terdokumentasi dengan
baik
(b) Setiap hasil tindakan dapat mudah dievaluasi sesuai
dengan standar (tujuan yang ingin di capai dan standar
praktik keperawatan)
(c) Pendokumentasian ruangan berjalan sistematis
(d) Privasi dan keselamatan klien dan perawat terjaga.
2. M3 (Metode)
a) Masalah : Penguasaan keperawatan klinis dan
pengambilan keputusan hanya dapat dilakukan
oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai tentang perawatan
pasien di HCU
Tujuan : Agar perawat keperawatan klinis mampu
mengambil keputusan tentang perawatan pasien di
HCU
Program/Kegiatan : Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan
Indikator Keberhasilan : Semua perawat keperawatan klinis
mampu mengambil keputusan tentang perawatan pasien di HCU