Anda di halaman 1dari 50

NAMA: Muhammad Iqbal Julian Arrizky

NIM: 1710115210015

MATA KULIAH: MINERALOGI DAN PETROLOGI

DOSEN PENGAMPU: Dr Deasy Arisanty, M.Sc


Eva Aviawati, S. Pd., M.Sc

RESUME BUKU BAHAN GALIAN INDUSTRI BAB IV


“BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN BATUAN
SEDIMEN”

A. SUBKELOMPOK A
1. Batu gamping

Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelenterata, Moluska, dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya, jenis batu
gamping ini sering disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun
utamanya adalah Koral yang merupakan anggota dari Coelenterata. Batu gamping
ini merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral, oleh sebab itu
dilapangan tidak menunjukkan pelapisan yang baikdan belum banyak mengalami
pengotoran mineral lain.

Batu gamping klastik, merupakan rombakan jenis batu gamping non klastik
melalui proses erosi oleh air, transpotasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya
selama proses tersebut terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan
pemberi warna pada batu gamping yang bersangkutan. Akibat adanya proses
sortasi maka seara alamiah akan terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal
jenis kalsirudit apabila batu gamping tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu
gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran/kontaminasi oleh
mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya jenis batuan
gamping ini dilapangan menunjukkan berlapis. Dengan adanya pelapisan dan
struktur sedimen yang lain akan memberi warna dalam beberapa hal.

Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO 3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi
kimia CaCO3MgCO3. Selain magnesium batu gamping kerap kali tercampur
dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.

Pada umumnya batuan gamping yang padat dan keras mempunyai berat jenis 2.
Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus).
Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi semuanya disebabkan karena jumlah
dan jenis pengotor yang ada.

Dibeberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau
sungai bawah tanah yang terjadi berkaitan erat dengan kerjanya airtanah. Air
hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil pembusukan zat organik
dipermukaan setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batu gamping
yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang berlangsung adalah:

CaCO3 + 2CO2 + H2O → Ca(HCO3)2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadilah rongga dalam bentuk
gua atau sungai bawah tanah.

Ada hubungan yang erat antara batu gamping dan dolomit seperti yang
dikemukakan oleh Pettijohn (1949).

Table 4. Tatanama batu gamping sesuai dengan kadar magnesium (Pettijohn,


1949)

Nama batuan Kadar dolomit (%) Kadar MgO (%)


Batu gamping 0-5 0,1-1,1
Batu gamping 5-10 1,1-2,2
bermagnesium 10-50 2,2-10,9
Batu gamping dolomitan 50-90 10,9-19,7
Dolomitan berkalsium 0-100 19,7-21,8
Dolomit
Catatan: dolomit tidak larut dalam HCL

Tempat Diketemukan
Penyebaran batu gamping di alam mudah dikenal pada foto udara yang
menunjukkan rona yang khas berwarna terang. Dalam beberapa hal kenampakan
karst dapat dikenali pada foto udara, pada peta topografi ataupun dilapangan
khususnya pada batu gamping nonklastik.

Tempat diketemukan dengan berbagai kualitas dan jumlah cadangan antara lain
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Derah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Maluku, Irian Jaya. Tidak semua daerah mempuyai hanya ada di kabupaten dan
kecamatan tertentu.

Tempat Penambangan

Teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari tipe
sisi bukit (side hill type). Untuk penambangan skala besar pembongkaran dibantu
dengan system peledak beruntun dibantu perlatan berat antara lain escavator dan
ripper (penggaru), sedang untuk penambanga skala kecil dilakukan dengan alat
sederhana antara lain cangkul, ganco, dan sekop.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Cara pengolahan hasil penambangan sangat ditentukan oleh rencana


pemanfaatan/penggunaan batu gamping antara lain untuk:

 Fondasi rumah/pengeras jalan/bangunan fisik lainnya.


 Penetral keasaman tanah
 Kapur tohor dan kapur padam
Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gamping yang dikalsinaksikan, yaitu
dipanaskan dalam dapur pada suhu 600°C - 900°C. Pengkalsinasian batu
gamping/dolomit tersebut umumnya dilakukan dalam dapur tegak untuk produksi
kecil – kecilan dan dalam kapur putar (kiln) untuk produksi besar – besaran.
Sesuai dengan bahan bakunya maka kapur yang dihasilkan adalah

Reaksi kimianya sebagai berikut :

Demikian pula CO2 dari udara menyebabkan kapur tohor tidak murni lagi karena
terbentuk kembali Kalsium Karbonat.
Reaksinya sebagai berikut:

Dari uraian tersebut diatas disimpulkan bahwa mutu kapur tohor/padam


tergantung pada:
 Mutu bahan asal/batu gampingnya
 Cara memproduksinya

Untuk menghasilkan kapur tohor yang memenuhi persyaratan tertentu diperlukan


batu gamping tertentu pula. Untuk bahan bangunan seyogyanya mengandung
MgO cukup rendah dan ini dihasilkan apabila batu gampingnya berkadar MgCO 3
rendah. Apabila kadar MgCO3 cukup ttinggi seperti pada batu gamping dolomit
maka kemungkinan terjadi penurunan mutu kapur tohor yang diperoleh jika bahan
tersebut dipakai sebagai bahan bangunan.

Di Indonesia sampai sekarang belum ada standar tentang kapur tohor dan kapur
padam. Di bawah ini susunan kimia kapur tohor yang diperdagangkan di Amerika
Serikat sebagai berikut:
Tabel 5. Susunan kimia kapur tohor yang diperdagangkan di Amerika Serikat
(menurut A.I.M.E dalam industrial Mineral and Rocks/Lime th. 1970)

Komposisi Kapur tohor kalsium Kapur tohor


(high calcium dolomitan
quickline) (dolomitic quickline)
CaO 93,28-98,00 55,60-57,50
MgO 0,30-2,50 37,60-40,80
SiO2 0,20-1,50 0,10-0,50
Fe2O3 0,10-0,50 0,05-0,40
Al2O3 0,10-0,50 0,05-0,50
H2O 0,10-0,90 0,10-0,90
CO2 0,40-1,50 0,40-1,50

Mutu kapur tohor sebagai hasil kalsinasi dibedakan :

 Terbakar lunak (soft burned) dengan sifat


 Kapurnya sarang
 Tidak begitu mengkerut
 Terbakar terlalu masak (hard burned, overburned)
 Kurang sarang dan kompak
 Cukup mengkerut
 Bahan bangunan
 Bahan penstabilan jalan raya
 Bahan baku pembuatan semen Portland
 Pembuatan karbid .
 Tambahan dalam proses peleburan dan pemumian baja
 Bahan pemutih (Serbuk CaCO3)
 Soda abu
 Bahan penggosok
 Pembuatan logam magnesium dari air laut
 Pembuatan alumina; untuk melakukan desilifikasi pada
penyinteraannya.
 Floatasi
Untuk pemurnian emas, air raksa, seng, nikel dan timbal, pembersih bijih
uranium.
 Pembuatan senyawa alkali
Dalam industri alkali jenis batu gamping yang dolomitan merupakan bahan
utama. Syarat utama mengandung MgO: 6%
 Sebagai pembasmi hama
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai
serbuk belerang untuk disemprotkan.
 Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
 Bahan keramik
 Glasir
 Industri kaca
 Bata silika
 Bahan tahan api
 Penjernihan air

2. Dolomit
Kebanyakan dolomit didapatkan bersama-sama dengan batu gomping. Dolomit
umumnya terjadi karena proses pelindihan (leaching) atau peresapan unsur
magnesium dari air laut kedalam batu gamping. Proses ini disebut dengan proses
dolomitisasi yaitu proses penggantian Ca oleh unsur Mg. Berdasarkan atas jumlah
mineral/unsur dolomit (Mg CO3) maka dibedakan

CaCO3 = 100% dikenal sebagai batu gamping

CaCO3 + ≥10% Mg CO3 dikenal sebagai batu gamping dolomitan

CaCO3 + ≥45% Mg CO3 dikenal sebagai dolomit

Berkaitan dengan hal tersebut di atas karena sumber magnesium berasal dari air
laut sedang batu gamping menjadi dolomit karena proses pelindihan maka
kebanyakan secara stratigrafis dolomit didapatkan dibagian bawah dari satu seri
batu gamping. Di samping itu dolomit dapat diendapkan tersendiri sebagai
evaporit. Dolomit sendiri masif, butiran halus hingga kasar, berwarna abu-abu
putih, kebiruan, kuning, dengan kristal berbentuk hexagonal. Dolomit tidak larut
dalam HCI, kadang dijumpai bersama halit dan gipsum. Kekerasan antara 3,5 – 4
dengan Berat Jenis 2,8 – 2,9.

Tempat Diketemukan

Telah diuraikan di atas dolomit didapatkan berasosiasi dengan batu gamping.


Tempat diketemukan antara lain

 Daerah Istimewa Aceh: daerah Kungki Aceh Tenggara


 Sumatera Utara: Pengoloan Tapanuli Selatan
 Sumatera Barat: Kp. Manggis, Lubuksikaping
 Jawa Tengah: Pamotan
 Jawa Timur: Tamperan, Kab. Pacitan, Gn. Ngaten, Gn. Ngimbang Tuban,
Sekapuk, Kab. Gresik, Sedayu, Kab. Tuban, Gn. Klakak Kab. Gresik,
Socah Bangkalan, G. Lengis Kab. Gresik, Pacitan Lamongan
 Timor Timur: Abe Pantai sekitar Gn. Sejahiro, Gn. Mer dan Tanah Hitam.

Teknik Penambangan

Seperti penambangan batu gamping

Pengolahan dan Pemanfaatannya

 Bahan bangunan
Penggunaannya tidakjauh berbeda dengan batu gamping
 Sebagai kapur tohor
Proses kalsinasi dilakukan seperti pada batu gamping. Apabila sesudah proses
kalsinasi didapatkan kapur tohor dolomitan (CaOMgO) maka bahan ini cukup
baik untuk campuran adukan pasangan bata (mortel) tetapi tidak baik untuk
plaster (lihat uraian pada batu gamping)
 Bahan tahan api (refraktori)
Pada tungku pemanas atau tungku pencair (lihat uraian pada batu gamping pada
pembahasan bahan tahan api).
 Penggosok
Lihat uraian pada batu gamping pada pembahasan penggosok
 Pertanian
Sebagai pupuk sumber unsur Mg dan pengatur PH tanah
 Industri kimia
Sebagai bahan baku untuk membuat/mendapatkan logam magnesium.

3. Kalsit
Merupakan mineral kalsium karbonatyang murni. Jenis mineral ini terjadi karena
penghabluran kembali larutan batu gamping akibat pengaruh air tanah/hujan.
Endapan kalsit diketemukan berupa pengisian rongga, tekanan dan kekar,
sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat.
Mempertimbangkan cara terbentuknya dan sifat batu gamping klastik maupun
batu gamping non klastik, kemungkinan dijumpai endapan kalsit sangat besar
didaerah batu gamping non klastik. Kemungkinan akan menjadi bertambah besar
tentang keberadaan endapan kalsit apabila batu gamping non klastik mengalami
proses perlipatan/tektonik sehingga terbentuk rekahan dimana endapan kalsit
berada. Oleh sebab itu pada umumnya didapatkannya kalsit berkelompok
mungkin dapat luas ataupun sempit penyebarannya.

Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit Juga dapat terbentuk karena
proses metamorfose kontak atau regional pada batu gamping yang diterobos oleh
batuan beku. Kalsit dapat pula terbentuk akibat proses hidrothermal temperatur
rendah dan berasosiasi dengan senyawa sulfida. Mineral kalsit dengan rumus
kimia CaCO3 dipergunakan sebagai skala kekerasan Mohs berderajat 3, dengan
berat jenis 2,71, sistem kristal heksagonal, mempunyai warna bervariasi, yang
murni tidak berwarna (colorless), putih, coklat, kuning atau kehijauan. Warna
tersebut akibat kontammasi mineral lain misalnya oksida besi (coklat-kemerahan),
mangaan (coklat kehitaman).

Tempat Diketemukan

Kalsit pada umumnya dljumpai berasosiasi dengan batu gamping khususnya pada
batu gamping non-klastik. Kalsit yang bernilai ekonomis didapatkan antara lain
di:
 Daerah Istimewa Yogyakarta: Samigaluh Kab. Kulon Progo, Semanu,
Ponjong dan Tepus Kab. Gunung Kidul.
 Jawa Timur: Klepu, Beji, Ledok Gelem, Poko Kec. Pringkuku; Talem, Gn.
Tumpuk, Kepil, Kab. Pacitan, Trenggalek, Tanen, Bukit Gubik, Kalidawe,
Denok, Panggung, Wuni, Tulungrejo, Kab. Tulungagung; Bantur Selatan,
Wonogoro, Gedongan, Sumbermanjing wetan, Sendangbiru, Tambakrejo,
Bowotrate, Kab. Malang.
 Nusa Tenggara Barat: Desa Sari Kec. Sape, Kab. Bima.
 Sulawesi Selatan: Bojong Kab. Jenoponto.

Teknik Penambangan

Seperti telah diuraikan di atas kalsit terdapat berkelompok berasosiasi dengan batu
gamping. Oleh sebab itu kalsit ditambang dengan mempergunakan peralatan
sederhana antara lain gancu, linggis. Demikian sederhananya dan tidak
memerlukan keahlian khusus sehingga dapat dilaksanakan oleh
masyarakat/pertambangan rakyat. Kalsit dapat pula dikumpulkan dari hasil
sampingan penambangan batu gamping.

Pengolahan dan Pemanfaatannya

Kalsit yang dikumpulkan dari tempat penambangan dipisah-pisahkan (sortasi)


berdasarkan atas warnanya. Kemudian dibersihkan dari kemungkinan masih
terikutnya batu gamping. Proses selanjutnya dicuci dengan air untuk
menghilangkan kotoran yang menempel, kemudian dikeringkan dan digerus
sehingga menjadi serbuk yang halus. Serbuk ini dimanfaatkan sesuai dengan
kepentingan baik melewati kalsinasi atau tidak dikalsmasi.

 Keperluan optik
 Kristal kalsit yang tidak berwama dipergunakan untuk prisma polarisasi
pada mikroskop
 Keperluan industri
 Sebagai bahan pemutih dan pengisi (filler), cat, gelas, plastik, karet dan
penetral asam, industri farmasi, pengecoran logam.
 Keperluan industri kertas
Dengan bergesemya teknik pembuatan kertas dari asam ke netral atau "alkalin"
maka kedudukan kaolin yang selama ini dipakai sebagai bahan pelapis tergeser
oleh kalsit. Dengan cara ini kertas yang dihasilkan mempunyai daya serap tinta
yanh lebih baik dan tidak memantulkan cahaya.
 Pertanian
Serbuk kalsit dapat dipergunakan sebagai fertilizer/pupuk sebagai penetral tanah
asam.

4. Marmer
Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfose kontak atau
regional dari jenis batu gamping. Oleh sebab itu jenis dari marmer sangat
tergantung dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih, tetapi terdapat
warna pengotor yang justru membuat marmer menjadi menarik. Mineral pengotor
antara lain grafit memberi warna hitam-coklat, pyrit, ilmenit memberi warna
coklat-kemerahan. Kadang-kadang didapatkan juga dalam jumlah sedikit mineral
lain yaitu dolomit, kuarsa, mika, khlorit, plagioklas, epidote, diopsid, piroksen,
tremolit, wolastonite, visuvianite, forsterite, olivin, talk, brucit, serpentin dan
periklas. Disamping itu tingkat metamorfose dari tingkat rendah hingga tinggi
berawal dari zeolite facies hingga granulite facies dan ini tampak pada sayatan
petrografi. Berdasarkan atas kegunaannya marmer dibagi menjadi 2 jenis yaitu
marmer ordinario untuk bangunan dan marmer statuario untuk seni pahat. Marmer
apabila digergaji dan dipoles menunjukkan gambaran yang bervariasi dan dikenal
dengan istilah tekstur. Berdasarkan atas teksturnya marmer diklasifikasi sebagai
berikut:

 Statuary marble : tekstur lembut, putih bersih


 Architectural marble : warna, tekstur, mutu dan kekuatan bagus
 Ornamental marble : warna indah dan bervariasi
 Onix marble : mangandung dolomit/arorganit, transparan
 Cipdin marble : mengandung mika dan talk
 Ruin marble : tekstur halus dan seginya tak teratur
 Breccia marble : tekstur kasar dan persegi
 Shell marble : terdapat fosil.
Berdasarkan daya aus dan kekuatan tekan marmer dibedakan:

Kelas Daya aus (mm/menit) Kuat tekan (kg/cm2)


1 < 0.100 1500 – 2000
2 0.100 – 0.130 1200 – 1400
3 0.130 – 0.160 990 – 1100
4 < 0.160 300 – 800

Keindahan marmer sangat ditentukan oleh tekstur, arah pemotongan terhadap pola
tekstur, bentuk penggunaan dan teknik polesan (polishing). Disamping itu retakan
rambut sering terjadi pada marmer yang sudah dipoles dan ini akan menurunkan
kualitas marmer. Untuk mengetahui adanya retakan rambut pada permukaan
marmer ditetesi dengan cairan berwarna. Apabila terdapat retakan rambut, cairan
berwarna akan merembes lewat pori-pori yang halus. Marmer tidak tahan terhadap
asam/air hujan. Oleh sebab itu bahan yang terbuat dari marmer seyogyanya
terhindar dari sinar matahari atau air hujan agar polesan tahan lama.

Tempat Diketemukan

Marmer terbentuk sebagai akibat metamorfose regional ataupun metamorfose


kontak. Pada metamorfose kontak tingkat metamorfosenya bertahap makin rendah
apabila menjauhi instrusi batuan beku. Oleh karenanya sering masih terlihat
struktur asli dari batu gampingnya. Kenampakan demikian yang menunjukkan
batu gamping sudah berubah menjadi meta sedimen. Gradasi metamorfose yang
demikian tidak akan didapatkan pada marmer yang terjadi sebagai

akibat proses metamorfose regional. Tempat didapatkannya marmer adalah:

 Sumatera: Daerah P. Nias dan Tapanuli


 Jawa Barat: Daerah Palimanan di G. Kudo, G. Kromong (marmer biru)
 Jawa Tengah : Daerah Banjarnegara di G. Kebutuh, Bernal, Bukit Jiwo, G.
Djokotua Bayat Klaten
 Jawa Timur: Daerah Panggul, Tulungagurfg, Campurdarat Di daerah ini
pernah berdiri: VT. Industri Marmer Indonesia. Tulungagung
 Sulawesi: Daerah sekitar Tonasa
 Timor: Daerah sekitar Kupang
 Irian Jaya
Teknik Penambangan

Tujuan utama penambangan marmer adalah memperoleh block marmer sebesar-


besarnya. Cara penambangan dapat dilakukan dengan alat sederhana atau dengan
gergaji yang diawali dengan pembuatan lubang. Metode penambangan dengan
sistem kuari berjenjang akan mencegah kerusakan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

 Bahan bangunan
 Setelah block marmer diperoleh kemudian digergaji dengan bentuk yang
diinginkan dan dipoles dalam bentuk tegel, baik untuk dinding ataupun
lantai.
 Industri rumah tangga
Sesuai dengan jenis marmer dapat dibentuk patung, hiasan ataupun meja. Pecahan
dari marmer dimanfaatkan untuk tegel campuran semen.

5. Oniks

Endapan oniks memppunyai kompisisi kimia CaCo3 terdiri dari mieral


kalsit yang berlapis dengan ketebalan da pola bervariasi. Umumnya berwarna
putih kekuningan dan agak bening sehingga tenbus pandang. Oniks terjadi pada
ringga atau tekanan batu gamping yag berasal dari larutan kalsium karbonat baik
yang terjadi pada temperature panas atau dingin. Bila oniks ini terkena proses
metmorfose maka akan terbentuk terhadap larutan asam oleh sebab itu disarankan
jangan samai terkena air hujan.

Tempat diketemukan

endapan oniks yang sudah dikethaui keberadaannya antara lain

 .jawa Barat : Ciniru, Kab.Kuningan


 Jawa Tengah: Daerah Wirosari
 Jawa Timur : Desa Jari, kec.Buulan, kab.Bojonegoro; P.Bawean Kec
Sangkapura, Kab, Gresik; Petiken, Kab.Mojokerto
Teknik penambangan

Seperti penambanga marmer

Pengolahan dan pemanfaatan

Oniks digergaji/digerenda sesuai dengan peruntukannya. Karena sifatnya


yang tembus pandang dan berwarna putih kekuning-kuningan oniks dimanfaatkan
sebagai :

 Untuk hiasan/ornament
Dibentuk sebagai asbak,vas, lampu duduk/ganutng atau bentukan dekorasi
lainnya.

6. fosfat

Endapan fosfat di Indonesia terdapat dibeberapa gua di Indonesia dalam berbagai


bentuk dari butiran bongkahan sampai bongkahan besar endapan fosfat guano
dengan komposisi kalsium fosfat terdapat sebagai endapan permukaan endapan
gua dan endapan bawah permukaan titik secara garis besar proses pembentukan
ketiga jenis fosfat guano ini adalah sama yaitu merupakan hasil reaksi antara batu
gamping dengan kotoran burung dan kelelawar yang mengandung asam fosfat
karena pengaruh air hujan atau air tanah.

Endapan fosfat permukaan umumnya terdapat di lapisan teratas batugamping


plastik, endapan fosfat bawah permukaan terdapat dalam rongga pada tubuh
batugamping terumbu sedang endapan fosfat gua terdapat di dasar gua batu
gamping dan berasal dari kotoran kelelawar dan burung titik batuan fosfat
merupakan batuan yang mengandung apatit. Dikenal empat jenis apatit yang
sering didapatkan dalam fosfat yaitu:

Apaptit : Ca5(PO4)3(FCe)

Hydroxyapatit : Ca5(PO4)3OH

Oxyapatit :Ca10(PO4)3(CO3)

Carbonate apatit :Ca10(PO4)6(CO3)(H2O)


endapan fosfat di alam berwarna abu-abu kebiruan, enam, hingga hingga
putih kotor, penggolongan didasarkan atas kadar P2O5 titik fosfat yang terdapat di
Jawa rata-rata berkadar P2O5 30-40%.

Tempat diketemukan

di Indonesia penyebaran batu gamping sangat luas, demikian juga dijumpainya


endapan fosfat berhubungan erat dengan keberadaan batu gamping. Tempat-
tempat diketemukannya endapan fosfat antara lain:

 Daerah istimewa Aceh. Gua gua sigeum di desa Monikeum, kecamatan,


Lhoknga kabupaten Aceh besar titik tua gua truh desa Monikeum,
kec.lhoknga, kab. Aceh besar: gua tujuh desa pule kecamatan Batee
kabupaten Aceh besar. Gua gle Teumiga kP. Krueng, kec.lamno Jaya
kab.Aceh Barat.
 Sumatera Utara: goa telpus, gua air dekat kp. Nama ada daerah lau buluh
kabupaten Tanah Karo.
 Jawa barat: gunung jambu kecamatan Leuwiliang kabupaten Bogor:
jampangtengah kabupaten Sukabumi: Nyalindung kabupaten Sukabumi:
gunung cibentek Cileungsi Bogor, cibunut, Cileungsi Bogor Oma dewasa
warna kabupaten Lebak. 2 desa Cihideung kabupaten Lebak titik 2 desa
Bayah kabupaten Lebak: kP. Palimanan Cirebon detik2 desa bojo
bojongmanik kabupaten Lebak : Cigugur kabupaten Ciamis. 2 desa
Babakan kecamatan Parigi Ciamis:desa batukaras Cijulang Ciamis:desa
Cikalong Pangandaran : Padaherang kabupaten Ciamis : tunggilis
Kalipucang Kalipucang, Ciamis.
 Jawa tengah: margasari kabupaten Tegal: Pemalang Pekalongan: jakenan
Semarang Kendal; keling Sukolilo kabupaten Pati: berhenti Kayen
grobogan-pati; Karanganyar Grobogan sawangan,Ajibarang; salaman
kabupaten Magelang; Ajibarang kabupaten Banyumas;Wuryantoro
kabupaten Wonogiri Baturetno kabupaten Wonogiri;Pracimantoro
kabupaten Wonogiri Jatilawang kabupaten Kroya gua banteng gembong.
Karangbolong, durian kebumen Ponjong Gunungkidul; Semanu gunung
kidul.
 Jawa timur.; semanding Tuban; palong timur Tuban kabupaten Tuban,
Blitar Selatan kabupaten Blitar, babat Ka Lamongan kabupaten Gresik.
Gunung Malang panceng Gresik, Sedayu kabupaten Gresik, Karawang
Bangkalan Madura, komundung Pamekasan Madura Sumenep Madura.
 Kalimantan timur: bukit kapur dekat kp. Ujoh kabupaten Kutai. Goa
gunung prigi kecamatan long ikis kabupaten pasir, gua batu desa sepulu
kabupaten pasir.
 Kalimantan Selatan: telaga langsat sebelah timur Kandangan kabupaten
hulu sungai Selatan Padang batung gunung batuhapu gunung talikur.
 Timor-timur; Kp. Daemena desa abo kecamatan quelicau kabupaten
baucau, Kp.laleia, Kec.vamasse kab Manatuto.
 Sulawesi tenggara: gua laboranda, law, P.buton; gua laompo. Gua masiri,
gua lokulepa dan gua Reno. P.Buton; gua bahari desa wapulaka kecamatan
sampolawa, p. Buton. Goa lalole, goa kagundigundi, gua pagalompa
kecamatan bantauga p.siompu.
 Irian Jaya; P.Ajawidi barat laut salpiori, AjamAru dekat Kp.soroan

Teknik penambangan

Pengembangan fosfat pada umumnya dilakukan dengan cara sederhana. Hal ini
terpaksa dilakukan karena cadangan endapan fosfat relatif sedikit. Untuk
cadangan endapan fosfat yang cukup besar, penambangan dilakukan semi
mekanis seperti C.V. Tridharma di Jawa barat, CV Fackindo Di Jawa Timur Dan
C.V Masyarakat dan PT.Tri Ubaya Paksi Di Jawa Timur.

Pengolahan dan pemanfaatan

Pengolahan fosfat cukup sederhana. dari hasil penambangan fosfat yang


tercampur tanah dicuci, kemudian dipecah sampai berdiameter 3 cm, dikeringkan
dengan sinar matahari, selanjutnya digiling dan di ayak sampai berupa tepung
berukuran 80 mesh. Pemanfaatannya:

 Pertanian
Dipergunakan sebagai pupuk pupuk buatan TSP dan DSP maupun pupuk alam
untuk tanah yang asam.
 Industry
Dimanfaatkan dalam industri untuk pembuatan deterjen asam fosfat dan industri
kimia lainnya.

7. Rijang

Rijang SiO2 terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika
organik atau anorganik. Rijang berbutir sangat halus (crypto crystalline)
umumnya berwarna kemerah-merahan (merah hati), kadang-kadang berwarna
kehijauan atau kehitaman, nilai kekerasan 7.

Tempat diketemukan

Kebanyakan rijang didapatkan di sungai sebagai endapan aluvial titik Dengan


demikian baik bentuk,ukuran warnanya sangat bervariasi. Tempat dijumpainya
rijang antara lain:

 Daerah Istimewa Aceh: sungai tutut, Meulaboh, Aceh barat;


Blangkejeren Aceh tenggara
 Jawa Barat: cigelang kabupaten Sukabumi; Waluran kabupaten
Sukabumi pelabuhan ratu kabupaten Sukabumi;
 Jawa Tengah: Tirtomojo kabupaten Wonogiri Kismantoro dan
Pracimantoro kabupaten Wonogiri;
 Jawa Timur: sungai cepoko, sungai winong, sungai kedung Semar
kec.ngrayun, kab.Ponorogo; sungai Ngrendeng kecamatan Tulakan
kabupaten Pacitan; Badegan, kab.Ponorogo, Arjosari kab.Pacitan
 Kalimantan barat; sungai Kapuas
 Kalimantan Selatan: kepulauan Simpang empat Martapura kabupaten
Banjar
 Sulawesi Selatan; sungai tandiwoto lengkuna Bakumponbini Tondo
 Nusa tenggara timur : wowonato

Teknik penambangan
Rijang kebanyakan dapatkan sebagai endapan aluvial, dengan demikian
penambangan dilakukan dengan cara sederhana. karena jumlahnya sedikit
kebanyakan pencarian dilakukan oleh rakyat.

Pengolahan dan pemanfaatannya

Rijang termasuk sebagai bahan batuan setengah permata. oleh sebab itu
kebanyakan dibentuk sebagai hiasan ornamen. Pengelolahan diawali dengan
rencana penggunaannya. oleh sebab itu dengan gerinda dan gergaji bongkahan
rijang dibentuk sesuai dengan keinginan, kemudian dipoles sehingga mengkilap.
Dengan berbagai desain olesan rijang siap untuk dipasarkan. Membentuk batu
setengah permata untuk perhiasan dilakukan dengan jiwa seni. di daerah Wonogiri
terdapat unit bina industri batu mulia (UBIBAM) Sri giri sejati Wonogiri sebuah
anak perusahaan binaan dari perusahaan negara pusri Palembang yang mendidik,
melatih dan membina para calon pengrajin batu mulia.

8. Gipsum

gypsum dengan rumus caso4 2 H2O mempunyai kekerasan 2 dan dipakai sebagai
salah satu standar kekerasan mosh. Di lapangan gips didapatkan dalam bentuk
lembaran pipih kristalin, serabut di daerah batu gamping, batu gamping dan
fumarole. Konsep utama terbentuknya gips adalah terdapat ca+2 dan so4-2, yang
tersebut terakhir dapat berasal dari belerang s atau pirit FF 2. Adanya kondisi
reduksi dari daerah sedimentasi yang bersifat karbonatan misal pada batu lempung
akan menghasilkan gipsum yang berlembar pipih. Adanya fumarol dari daerah
batuan yang bersifat karbonatan akan menghasilkan gips kristal. Demikian pula
adanya pirit fes2. Disamping itu gypsum berbentuk akibat hidrotermal yang
berdekatan dengan batuan karbonat akan menghasilkan gips kristal seperti
didapatkan di daerah Ponorogo titik secara teoritis gipsum mempunyai komposisi
CaO 32,6%, so3 46% n dan H2O 20,9%. Di pasaran dikenal:

 Gelas Maria = selenit : lembaran gips Dengan ukuran cukup besar dan
tembus pandang
 Gips serat atau dikenal pula sebagai gips sutra
 Alabaster, jenis gips yang berbutir halus
 Batu gip;berbutir halus sekali dan kompak.

Gypsum sering didapatkan bersama dengan Halit dan anhidrit


(Gips;CaSO42H2O;Anyhdrit CaSO4).

Tempat diketemukan

Seperti diuraikan di atas gips didapatkan dalam berbagai bentuk kristal. Tempat
didapatkannya gips antara lain:

 Daerah istimewa Aceh: pante Raya, Kec.Trenggading, Kab. Aceh


Utara didapatkan berwarna bening, berupa bongkah dengan ukuran
samppai 30 cm.
 Jawa Barat; Jati, Cibareng Teluk Jambe Kab Karawang; Cidadap
tasikmalaya; Subang dan sumedang;
 Jawa Tengah; jatingaleh, semarang dan Gaplok Kab Blora;Mojosari,
sedan Tanjung Sulang, Ngandang Kab.Rembang;
 Jawa Timur; Bukul, Kec.Slahung. Kab.Ponorogo dijumpai mengisi
rekah-rekah pada andesit; Bojonegoro, Kalianget Madura.
 Kalimatan Timur; Sedadap,P. Nunuan, P. Sebatik Kab, Bulungan;
sungai Belayan. Kab, Kutai.
 Nusa Tenggara Barat; Ds.Kutai,, pujut Lombok Tengah.
 Nusa Tenggara Timur; Teun, Boutena, Lamaknen, managa, lamakera,
kukuwerang Kec.Solor Timur (dijumpai berupa lensa-lensa pada
batuan desit terubah)
 Sulawesi Tengah; Polibobom Kab.Donggala
 Sulawesi Selatan; Cangkareng. Kab.soppeng (diperkirakan terbentuk
akibat proses penguapan air laut pada zaman miosenpliosen) Laballe,
Kec.Ajangale Kab.Bone (berbentuk urat-urat pada batulempung).

Teknik penambangan

Teknik penambangan dilakukan dengan sistem kuari dengan peralatan sederhana


atau pun dengan sistem gheophering apabila bentuk deposit sebagai retas-retas
atau mengisi bongkahan.
Pengolahan dan pemanfaatannya

Gips yang diperoleh dari tempat penambangan dibersihkan dari kotoran kemudian
dicuci dengan air lalu dikeringkan. Apabila diinginkan akan dibuat tepung gips,
harus dirubah dahulu gips caso4 2 H2O menjadi anhidrit caso4 dengan cara
dimasukkan dalam tungku pemanas. Keluarkan gips yang masih dalam bentuk
kristal dari oven. Gips yang telah berubah menjadi anhidrit siap untuk dibuat
serbuk.

 Bahan tambahan semen Portland. dalam jumlah yang relatif sangat


sedikit gips dalam bentuk kristal dicampur bersama dengan bahan baku
semen Portland untuk bersama-sama dipanaskan atau dicampur dalam
kiln. Tujuan menambah gips ke dalam semen, agar semen tidak cepat
membeku apabila diaduk dengan air.
 Bahan plester, anhidrit dalam bentuk serbuk diaduk dengan cairan
perekat dan siap dipergunakan untuk plester dinding.
 Bahan pembuat cetakan, serbuk anhidrit ditambah air secukupnya. Bahan
campuran ini siap dipakai untuk sebagai bahan pembuat cetakan.
 Kedokteran, serbuk anhidrit direkayasa untuk spalk.
 Bahan pembuat kapur tulis, serbuk anhidrat dicampur dengan air. adonan
ini siap untuk dicetak menjadi kapur tulis.
 Alat optik dalam mikroskop polarisasi, gips yang pipih untuk keping
gips. Dengan adanya keping gips yang merupakan asesori pada
mikroskop petrografi maka identifikasi suatu mineral dapat lebih nyata.
 Industri kimia, sebagai bahan utama pembuat asam sulfat.
 Industri makanan, dicampur dalam bentuk anhydride dengan bahan
pembuat tahu. Dengan campuran anhidrit dan keledai yang sudah dibuat
sebagai bahan dasar perusahaan kecil dalam bentuk bubur tahu. Tahu
menjadi relatif keras dan awet.

Di alam gypsum merupakan mineral hidro kalsium sulfat caso4 2 H2O. Sifat fisik
mineral antara lain: berwarna putih, kuning, abu-abu, merah jingga atau hitam,
bila tidak murni: lunak, pejal kekerasan antara 1,5-2, b. D: 2,35 dan mempunyai
kilap sutera. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram per liter pada suhu 40 derajat
Celcius. 2 1, 8 gram per liter pada 0 derajat Celcius dan 1, 9 gram per liter pada
suhu 70 derajat 90 derajat Celcius. kelarutan bertambah dengan penambahan HCI
atau hno3. pada umumnya gypsum mempunyai komposisi CO2; 32,6%. so3
46,5% dan H2O 20, 9%.

pengolahan gypsum dimaksudkan untuk menghilangkan mineral pengotor yang


terkandung didalamnya serta untuk mendapatkan spesifikasi yang diperlukan
industri pemakai. Pada dasarnya garis besar, pengolahan gypsum terdiri dari tiga
tahap yaitu itu: preparasi (pengecilan ukuran pengayakan dan lain-lain) kalsinasi
dan formulasi. Tambahan proses tersebut tidak perlu dilakukan seluruhnya,
tergantung pada kualitas dan jenis gypsum yang dibutuhkan.

Dalam penggunaannya gypsum dibagi menjadi dua jenis yaitu itu:

 Gypsum yang belum dikalsinasi, dimanfaatkan untuk:


o Industri semen Portland dengan persyaratan so3 = minimum 35%,
minimum 2/3 berat so3 garam n dan mg = maksimum 0,1% hilang
pijar= maksimum 9%, ukuran partikel = 95% (-14 mesh).
o Industri pertanian sebagai konsiler tanah yang mengandung alkali
dan sebagai pupuk terutama pada tanaman kacang tanah.
o Industri kertas, cat dan insektisida sebagai filler
 Gypsum yang telah mengalami proses kalsinasi antara lain untuk:
o Sektor konstruksi : papan dinding wallboard dan partisi
o Bidang kedokteran: cetakan gigi, spalk.
o Industri pasta gigi dengan persyaratan:
 CaSO4 1/2 H2O lebih : >93%.
 Waktu pengerasan ; 5-20 menit.
 Ukuran partakel : -100 mesh (>95%)
-30 mesh (100%)
o Industry keramik/sanitair, unutk cetakan dengan persyaratan
( menurut ASTM)
 CaSO4 ½ H2O : >80%
 Waktu pengerasan : 20-40 menit
 Kuat tekanan :>1800 psi
 Ukuran Partikel : -100 mesh (>90%)
-30 mesh (100%)

o Industri bahan tahan api, sumber pembuatan asam sulfat, amonium


sulfat, untuk kapur tulis, lumpur pemboran.

Selain diproduksi oleh alam, gypsum dihasilkan juga dengan memproses air laut
dan air kawah yang banyak mengandung sulfat dengan menambahkan unsur
kalsium pada nya . sebagai produk sampingan pembuatan asam fosfat, asam sulfat
dan asam nitrat. Produk ini disebut gypsum sintetis.

Sebagian besar dari gypsum 98% dipakai oleh industri semen. Sisanya
dimanfaatkan dan untuk industri keramik dan lain-lain.

B. SUBKELOMPOK B

Bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya. Yang
termasuk dalam jenis ini adalah:

1. Bentonit

Bentonit adalah jenis lempung yang 80% lebih terdiri dari mineral monmorilonite.
Bersifat lunak kekerasan 1 pada skala mohs, berat jenis antara 1,7-2,7 mudah
pecah ah, terasa berlemak, mempunyai sifat mengembang apabila kena air,
menurut knight, 1896 nama lain dari bentonit adalah sop clay, Taylorit, bleaching
clay, fullerss earth, konfololensit, saponit, smegmatit .sifat bentonit antara lain:

 Berkilap lilin umumnya lunak, plastik dan sarang


 Berwarna pucat dengan kenampakan putih, hijau muda, kelabu merah
muda dalam keadaan segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian
berubah menjadi kuning, merah coklat serta hitam.
 Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang-kadang pada
permukaannya dijumpai cermin besar.
 Bila dimasukkan ke dalam air akan menghisap air sedikit atau banyak.
 bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila
kering akan menimbulkan rekahan yang nyata.

Terbentuknya bentonit disebabkan oleh:

 Proses pelapukan faktor utama yang menyebabkan terbentuknya mineral


lempung adalah komposisi batuan, komposisi kimia air dan daya lalu air
tersebut pada batuan. Yang tersebut terakhir ini dipengaruhi oleh iklim
macam batuan dan relief serta tumbuhan yang berada di atas batuan
tersebut. Pembentukan lempeng karena pelapukan sebagai akibat reaksi
ion ion h plus yang terdapat dalam air tanah dengan mineral mineral
silikat. H plus umumnya berasal dari asam karbon yang terbentuk sebagai
akibat pembusukan oleh bakteri terhadap zat-zat organik yang terdapat
dalam tanah. Menurut Keller (1957) ion hidrogen ini dapat pula berasal
dari:
o Asam-asam organik,
o akar halus tumbuhan,
o berasal dari air itu sendiri.

Menurut wollast (1967) pada pross pelapukan :

o Bila laju aliran lebih cepat dibanding dengan pelarutan yang terjadi
maka akan terbentuk gipsit
o bila laju aliran makin rendah dibanding dengan pelarutan yang
terjadi maka akan terbentuk kaolinit.
o bila laju aliran hampir terhenti, suatu reaksi yang lambat akan
terjadi antara kation dengan Al(OH)3 dan silika membentuk
monmorilonit.
 Proses hidrotermal, Pada alterasi hidrotermal yang sangat lemah, mineral-
mineral yang kaya akan magnesium seperti hornblende dan biotit
cenderung membentuk klorit. Pada alterasi lemah, kehadiran unsur-unsur
logam alkali dan alkali tanah kecuali kalium, mineral mika,
ferromagnesium dan feldspar plagioklas umumnya akan membentuk
Monmorilonite. Terjadinya pada terutama disebabkan oleh adanya
magnesium. Kehadiran kalium baik yang berasal dari feldspar ataupun
mika primer yang terbentuk karena alterasi hidrotermal sering ditemukan
zona-zona yang terbentuk lingkaran dengan susunan dari dalam ke luar
adalah:
o Yang terdalam serisit
o Kemudian kaolinit,
o disusul montlmorilonit dan terakhir klorit
bentonit di ponza italia terbentuk oleh alterasi dari abu gunungapi
 Proses transformasi/detrivikasi, proses transformasi/detrivikasi dari
abugunung api yang sempurna.

Gelas alam (natural glass) yang dikandung abu gunung api lambat laun akan
mengalami detrivikasi seperti pada endapan piroklastik di Laut Tengah dekat G.
Vesuvius dan Sisilia. Monmorilonit dijumpai pula pada endapan resen disekitar
kepulauan Azores yang bersifat vulkanis dan diduga tidak ada sangkut pautnya
sama sekali dengan endapan-endapan yang dibawa dari daratan.

 Proses pengendapan kimia

Menurut Millot (1970) monmorilonit dapat terbentuk tidak saja dari tufa tetapi
merupakan endapan sedimen dalam suasana basa (alkali) yang sangat silikaan.
Mineral-mineral yang terbentuk secara sedi- mentasi dan tidak berasosiasi dengan
tufa adalah attapulgit, sepeolit dan monmorilonit, terbentuk dalam cekungan
sedimen yang bersifat basa dimana karbonat, silika pipih, fosfat laut dan
sebagainya terbentuk. Pertu ditekankan disini bahwa pada lingkungan ini banyak
mengandung larutan silika yang dalam beberapa hal dapat mengen- dap sebagai
flint, kristobalit (dan monmorilonit) atau bersenyawa dengan alumunium dan
magnesium.

Seperti diuraikan di atas bentonit didefinisikan sebagai lempung halus yang


mengandung 80% monmorilonit. Lempung tersebut sebenarnya lebih tepat
disebut lempung monmorilonit tetapi didunia perdagangan tetap lebih senang
menyebut bentonit.

Di alam dikenal 2 jenis bentonit yaitu:

 Natrium bentonit (Na bentonit) ( =Wyoming bentonit)

Jenis ini mengembang kurang lebih 8 kali bila dicelupkan dalam air

 Kalsium-Magnesium bentonit

Jenis ini mengembang 1,5 kali bila dicelupkan alam air. Jenis Ca-Mg bentonit
secara teknik dapat dijadikan Na-bentonit.

Tempat Diketemukan

Di Indonesia bentonit terdapat cukup banyak antara lain

 Daerah Istimewa Aceh: Duerah Tupin, Reusip, Belangkaring


Lokseumawe terdapat pada Formasi Julu Rayeu yang berumur Miosen.

 Sumatera Utara: Daerah Pangkalan Brandan, terdapat dalam Formasi


Seureula yang terinterkalasi oleh batupasir dan lumpur, jenisnya Ca- Mg
bentonit dapat dipakai untuk lumpur pemboran setelah diaktifkan.

 Riau: Duerah Kab. Inderagiri Hulu terdapat mineral monmorilonit,


kuarsa, kaolinit dan mika; sekitar desa Petai, Nia, Lembu, Lipat kain Kab.
Singingi; Paranap Kec. Paranap; sekitar desa Rombatan Kec. Rengat tediri
dari mineral monmorilonit dan kuarsa; Sungai Tanang dan Sungai Adar
Kec. Siberida: kampung Krupe Berangin Kec. Inderagiri terdiri dari
mineral monmorilonit, kuarsa dan' kaolin: Kampung Kinali, Bukit
Pedusunan, Desa Pelapakan, Kec. Kuanten Mudik; sekitar Basuaoh Kec.
Kuantan Hulu Kab. Inderagiri; sekitar Rawagedong, Kec. Longgam Kab.
Kampar.

 Sumatera Selatan: Kebon Agung Kab. Tanjungenim terdapat Ca-Mg


bentonit dalam Formasi Palembang yang berumur Pliosen; Bantaian,
Ujan, G. Megang terdapat Ca bentonit dalam Formasi Palembang yang
berumur Pliosen; Tebing Tahisapi Muaraenim terdapat Ca-Mg bentonit
dalam Formasi Palembang yang berumur Miosen; Belimbing Prabumulih
terdapat Ca-bentonit dalam Formasi Palembang Tengah: Bangko
Tanjungenim terdapat Na-bentonit; Merapi, Lahat; Silangit Musi Rawas
terdapat Ca-Mg bentonit berasosiasi dengan kaolin.

 Bengkulu: Tubah Pananjung Kab. Bengkulu Utara; Talangbaru


Muaraaman; Tanjung Agung, Kerlop

 Jawa Barat: Jasinga Kab. Bogor; Nanggung Kab. Bogor; Bojong Manik,
Kab. Lebak; Cilayang makam Jepang Kab. Lebak; Leuwidamar Kab.
Lebak; Pangkalan, Sukanagara Kab. Cianjur; G. Walang, Warung Bitung,
Kab. Cianjur; Léngkong Kab. Sukabumi; Kawalu Kab. Tasikmalaya,
Manonjaya Kab. Tasikmalaya; Karangnunggal Kab. Tasikmalaya; Tomo
Kab. Sumedang Situraja Kab Sumedang: Desa Kamal, Tanjung Kerta
Kab. Sumedang: Hasian, Tanjungkerta, Kab. Sumedang: Desa Wanasari,
Kec. Buahdua, Kab. Sumedang, Subang. Kab. Subang.

 Jawa Tengah: Sumberlawang Kab. Sragen; Tangen Kab. Sragen; Sangiran


Kab. Sragen; Gundih Kab. Grobogan; Jatingaleh Kab. Semarang:
Bandung Klan Wonosegoro Kab. Boyolali: G. Candi, Bangsri, Simo Kec.
Karanggede Kab. Boyolali; Bandungan, Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali;
Klego Kec. Karanggede Kab. Boyolali; Klari, Kec. Klari Kab. Boyolali;
Lemah Jaya Kec. Moeden Kab. Banjamegara; Kendel, Boyolali.

 Daerah Istimewa Yogyakarta: Patuk, Sepat, Gembyong Kab. Gunung


Kidul, Gayamharjo, Kab. Sleman.
 Jawa Timur: Jahurpang. Sokokidul, Pule, Kori, Dongko; Jajai, Kab.
Trenggalek Tanjungagung. G. Ujong Kab. Tranggalek; Petung. Klumpit,
Jeblogan, Nagapoh, Jatipokoh, Kasasi, Kab. Ponorogo; Slahung. Ngipung.
Kab. Ponorogo: Ngampak, Mraen, Baso Lor, Kab. Ponorogo; Jatipahak,
Kasri, Kab. Ponorogo; Tanggunggunung Kab, Tulungagung: Punung.
Donorojo Kab. Pacitan, Saren Kab. Pucitan; Nganut Kec. Bandar Kab.
Pacitan: Banyuurip, Ngandong. Sonde, Betos, Sumberlawang Kab.
Ngawi: Pandangan Kab. Lamongan; Kampung Jabon, Kutugan, Pletes
dan Boncikal Kec. Bantur Kab. Malang, Sitiarjo, Sumberagung Kec.
Sumbermanjing Kab. Malang:

 Timor Timur: Desa Mulia-Que licai, Desa Venilale Kab. Bobonaro

 Sulawesi Utara: Kec. Modayang. Kab. Boloangmangandow.

Teknik Penambangan

Bentonit merupakan bahan galian yang lunak, oleh sebab itu teknik penambangan
dengan sistem kuari dan dapat mempergunakan peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Bentonit dari hasil tambang yang masih berupa bongkahan di angkut kepabrik
untuk diolah melalui tahapan; penghancuran, pema nasan, penggilingan dan
pengayakan. Proses selanjutnya disesuaikan dengan penggunaannya. Pengolahan
lanjut meningkatkankatkan mutu bentonit antara lain dengan proses pengaktifan.

 Proses pengaktifan

Seperti diketahui di alam dikenal Na-bentonit dan Ca-Mg bentonit. Proses


pengaktifan dilakukan khusus untuk jenis bentonit yang tidak mengembang yaitu
Ca-Mg bentonit jenis ini di bagi 2 macam yaitu yang aktif dan tidak aktif.

Pengaktifan bertujuan untuk melarutkan unsur pengganggu seperti: Ca, Al, Mg,
Fe, Na, K, dil. Dengan memakai media pengaktif H2SO4 (5%) dan HCI (5%) pada
suhu 100"C dalam selang waktu 2-4 jam. Hasil proses ini bentonit dipakai untuk
menjernihkan minyak kelapa.
 Proses pengubahan ion

Kation yang bervalensi tinggi atau yang berukuran kecil pada umumnya akan
menggantikan kation yang bervalensi rendah atau yang benukuran besar. Atas
dasar ini maka kation H+ jauh lebih kuat menggantikann kation K+ seperti terlihat
sebagai berikut:

H+ > Mg+2> Ca+2> Li+1 > Na+1 > K+1

Kation Ca+2 pada bentonit dapat pula didesak oleh Na+1 apabila konsentrasi Na+1
cukup tinggi.

Pengubahan kation ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengeluarkan dari


sistem produk samping yang terjadi seperti terlihat pada reaksi berikut:

Ca bentonit + Na2CO3, Na bentonit + CaCO3,

Produk CaCO3, yang terbentuk selalu dikeluarkan dari sistem. Oleh karenanya
reaksi akan berlangsung kekanan.

Adapun pemanfaatan bentonit adalah sebagai berikut:

 Na-bentonit

o Dimanfaatkan setbagai lumpur pemboran minyak bumi/gas/panas bumi

o Sebagai bleaching powder minyak sawit, industri kimia, farmasi.

o Sebagai pencampur semen, insektisida, sabun

o Karena pengembangannya besar (8 x) dimanfaatkan untuk penyumbat


kebocoran bendungan.
 Ca-Mg bentonit

o Bahan pembuat Na bentonit dengan proses pengaktipan dengan asam

o Industri penyaringan lilin, minyak kelapa, industri baja yaitu sebagai


perekat pasir cetak dalam proses pengecoran baja

o Industri kimia sebagai katalisator, zat pemutih, zat penyerap. pengisi,


lateks, tinta cetak.

Untuk lumpur pemboran menurut American Petroleum Institute (API) spesifikasi


No. 13 B Na-bentonit dipersyaratkan sebagai berikut:

 Analisa saringan basah US Sieve No. 200 : Sisa maksimum 4%

 Kandungan air saat pengiriman : maksimum 10%

 Pada contoh basah seberat 22,5 gram bentonit dalam 350 liter air :

o pembacaan Fann VC meter : pada 600 rpm minimum 30

o yield point 100 Ibs/sqft :3 kali kekentalan plastis


o penyaringan :Maksimum 13,5 cc

 Pada suspensi 22,5 ppg kekentalan terbukti: Minimum 15 Cp

 Wetyield Persyaratan Na-bentonit sebagai Viscosifier

 Analisa saringan kering US Sieve No. 200 : Maksimum 2%

 Pengembangan :10- 12 kali volume kering

 Tidak mengandung bahan-bahan : Magnetik dan radioaktif

2. Ball clay dan Bond clay

Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit=
Al2Si2;O25(OH)4, yang bentuk kristalnya tidak sempurna (40- 60%), ilit (18-33%),
kuarsa (7-22%) dan mineral lain yang hengandung karbon (1-4%). Apabila sifat-
sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standart maka lempung tersebut
disebut bond clay.

Ball clay dan bond clay umumnya bersifat sangat plastis karena andiri dari
partikel sangat halus, mempunyai daya ikat dan daya alir yang sangat baik. Ball
clay dan bond clay terbentuk sebagai akibat sedimentasi dalam lingkungan
lakustrin atau delta, berasosiasi dengan endapan pasir, lanau dan lignit/batubara.
Oleh sebab itu didapatkan setempat-setempat baik dalam bentuk lensa atau nodul
dan berwama gelap. Pengujian terhadap bahan galian di lapangan dapat dilakukan
yaitu dengan menambahkan air sedikit, kemudian di'plintir" dengan tangan
sehingga bentuknya seperti silinder. Bentukan tersebut kemu- dian dibengkokan
perlahan-lahan sehingga terbentuk melengkung Apabila pada bagian lengkungan
terjadi retakan-retakan terbuka lebar maka menunjukkan mutu bahan galian
tersebut relatif kurang plastis sehingga dikatakan jelek. Apabila dengan perlakuan
yang sama tidak terjadi retakan-retakan maka bahan galian tersebut mempunyai
sifat plastisitas tinggi sehingga katakan baik.

Tempat Diketemukan
 Sumatera Barat: Ombilin, terdiri dari mineral disordered kaolinit, ilit,
kuarsa dan fekdspar, cocok untuk keramik Low Refractory, Salido: S.
Beningin Sinjung., Sawahlunto Kab. Sawahlunto;

 Sumatera Selatan: Tambang Mahmud, P. Bangka P. Belitung: • Riau: Air


Semenal, P. Karimun Besar; S. Jodoh Balui Darai, P. Bentam, T). Tili, S.
Terusan, Gesek dan G. Bintan P. Bintan; • Jawa Barat: Cicarucung. Cisaat
Kab. Sukabumi, Ciadeg Kab. Bogor, G. Guruh dan Cipicung. Cisaat
Sukabumi, Bojongmanik, Kab. Sukabumi:

 Jawa Tengah: Cangkring. Sambiroto, Pamotan Kab. Rembang. Sedan Kab.


Rembang. Blora, Kedung Jati, Jatijajar, Gombong Kab. Kebumen,
Ruwakan Kab. Kebumen, Jatingaleh Kab. Semarang:

 Jawa Timur: Tengger Kulon, Bancar, Tuban; Kp. Trikil - Krajan, Ds.
Gondosari, Kec. Punung. Kab. Pacitan; Kp. Jatigunung. Ds. Jatigunung
Kec. Tulakan, Kab. Pacitan; Kp. Kedungdowo, Ds. Wonogondo, Kec.
Wonogondo/Kebonatung Kab. Pacitan, Kp. Donorojo, Ds. Donorojo Kec.
Punung Kab. Pacitan; Kp. Nglebo, Ds. Wonokerto Kec. Karangan Kab.
Trenggalek: Sekitar Wates, Kec. Wates, Kab. Blitar: Ds. Tunggu, Nyengir
Kec. Mantup Kab.Lamongan.

 Kalimantan Barat: Sebawi Kab. Sambas, Pangkalan batu Kab. Ketapang:


Motrando Kab. Sambas; Mandor dan Salamantan Kab. Sambas; Ds. Balai,
Karangan Kec. Sekayam, Kab. Sanggau;

 Kalimantan Tengah: Tanjungkalap; G. Mas sebelah barat S. Kahayan

 Kalimantan Selatan: Bitahan, Rantau Kab. Tapin, Tatakan, Rantau, Kab.


Tapin; Sembelimbingan dan Stagen Kab. Tanah Laut; Stagen Selatan
Kotabanu, Kab. Kotabaru;

 Sulawesi Utara: Podo Kab. Minahasa, Unan Kalo. Minahasa.

Teknik Penambangan
Ball clay dan bond clay merupakan bahan galian yang lunak dapat dijumpai dekat
permukaan atau agak dalam dari permukaan. Apabila terdapat didekat
permmikaan cara penambangan dilakukan dengan sistem kuari, dan apabila jauh
dari permukaan sistem penam- bangan dengan gophering atau membuat sumuran
dapat dilakukan. Peralatan yang dipergunakan cukup sederhana walaupun
demikian apabila dikehendaki dapat dilakukan dengan alat mekanis.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Komposisi utama dari ball clay dan bond clay adalah kaolinit AL 4Si4O10(OH)8
yang bersifat liat dan tahan panas dan menghisap cairan. Pemanfaatan antara lain :

 Untuk bahan industri keramik dan bata tahan api

 Campuran makanan ternak (pelet)

 Sebagai bahan vulkanisir dalam industri karet

Ball clay dan bond clay yang berasal dari daerah penambangan tercampur dengan
mineral/bahan organik pengotor. Oleh karenanya terlebih dahulu bahan galian ini
dibersihkan dari kotoran dengan hand sorting terutama mineral yang berwarna
(pada umumnya Oksida besi). Kemudian dilanjutkan dengan proses floatationn
untuk memisahkan butiran yang lebih kasar atau dari pengotor zat organik,
sesudah terlebih dahulu dilakukan proses grinding. Dalam proses floatation
diperlukan air dalam jumlah banyak dan ini dapat dilakukan dengan sistem
pengendapan dan sirkulasi.

3. Fire clay

Merupakan bahan galian yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya
tidak sempurna (melorit = disordered kaolinit), ilite, kuarsa dan mineral lempung
lainnya, bersifat plastis, dilapangan tidak menunjukan perlapisan. Jenis lempung
ini tahan terhadap suhu tinggi (lebih dari 1600 C) tanpa terjadi pembentukan masa
gelas. Secara megaskopis sulit membedakan antara fire clay dan ball clay. Hal ini
dapat diketahui dengan metoda AAS dimana kaolinit merupakan komposisi
utama. Berbeda dengan ball clay dan bond clay, fire clay terbentuk akibat proses
sortasi dan sedimentasi yang telah lanjut sehingga didalamnya tidak
memperlihatkan adanya perlapisan, diendapkan pada lingkungan lakustrin
ataupun delta yang umumnya mengandung batubara.

Tempat Diketemukan

 Sumatera Selatan: Air Batu Kab. Ogan Komering Hulu menupakan


endapan sekunder bersama-sama dengan kaolin, G. Meraksa, Kab. Ogan
Komering Hulu.

 Jawa Barat: Cicarucug Kab. Bogor, Parungpanjang Kab. Bogor,


Kebunbeura, Kab. Bogor.

 Kalimantan Selatan: Binuang Kab. Tapin (terdapat dalam sedimen


Paleogen, berasosiasi dengan batubara.

 Kalimantan Timur: Sigihan Kab. Kutai (terdapat dalam batuan sedimen


Miosen dan berasosiasi dengan lapisan batubara); Merandai Kab. Kutai
(terdapat dalam batuan sedimen Pliosen, berasosiasi dengan batubara); Tg.
Pude Kab. Kutai.

 Sulawesi: Duerah Mengempan; Tondongkura.

Teknik Penambangan

Fire clay merupakan bahan galian yang lunak. Oleh sebab itu penambangan
dilakukan dengan sistem kuari dengan alat sederhana. Sistem penambangan
gophering tidak dianjurkan, tetapi apabila karena kondisi geologi terpaksa harus
dilaksanakan dengan teknik penambangan yang aman.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Fire clay dari hasil penambangan dibersihkan dari kotoran terutama dari
kontaminan pengganggu yang umumnya merupakan oksida besi yang berwarna
coklat. Kemudian dilakukan proses pemisahan ukuran butir dengan cara diaduk
dengan air lalu diendapkan pada bak pengendapan. Endapan yang berada dibagian
atas diambil dan siap dimanfaatkan untuk pembuatan bata tahan api.

4. Zeolit
Zeolit merupakan senyawa alumino silikat hidrat terhidrasi dari logam alkali dan
alkali tanah (terutama Ca dan Na), dengan rumus umur Lm Alx Sig O 2nH20 (L =
logam). Sifat umum dari zeolit adalah merupakan kristal yang agak lunak, berat
jenis 2-2,4, warna putih coklat atau kebiru-biruan. Kristalnya berwujud dalam
struktur tiga dimensi yang tak terbatas dan mempunyai rongga-rongga yang
berhubungan dengan yang lain membentuk saluran kesegala arah dengan ukuran
saluran tergantung dari garis tengah logam alkali atau alkali tanah yang terdapat
pada strukturnya. Dialam saluran tersebut akan terisi oleh air yang disebut sebagai
air kristal. Air kristal ini mudah dilepas dengan melakukan pemanasan, mudah
melakukan pertukaran ion-ion dari logam alkali atau alkali tanah dengan ion-ion
elemen lain. Cara dan lingkungan terbentuknya zeolit sangat berva- riasi. William
(1992) didalam bukunya Natural Zeolities, zeolit dike- lompokkan menjadi 3
yaitu:

 Zeolit yang terbentuk pada temperatur yang tinggi, dimana pada


masing-masing temperatur tertentu akan terbentuk jenis zeolit tertentu
pula Yang termasuk dalam group ini adalah akibat dari proses
magmatik primer, proses metamorfose kontak, proses metamorfose
hidrothermal, proses penurunan dan pengangkatan lingkungan
pembentukannya dengan disertai metamorfose regional.

 Zeolit yang berbentuk didekat permukaan lingkungan sedimentasinya


dengan perubahan proses kimia merupakan faktor utama. Yang
termasuk group ini adalah sebagai akibat pengaruh pergerakan air
tanah, pelapukan ataupun karena sifat alkalin pada saline lake deposits.

 Zeolit yang terbentuk pada suhu rendah pada lingkungan pengendapan


laut

 Zeolit yang terbentuk sebagai akibat dari terbentuknya craters


dilingkungan dasar laut yang menghasilkan fast hidrothermal
zeolitization dari gelas vulkanik.

Proses-proses tersebut di atas akan berakibat bervariasinya luas penyebaran zeolit


yang terbentuk disamping bervariasinya ion-ion elemen alkali dan alkali tanah
yang diikat dan mengakibatkan terben- tuknya spesies zeolit. Oleh Breck (vide
Riyanto, 1991) dilaporkan telah ditemukan puluhan spesies zeolit, tetapi dari
sekian banyak, hanya 9 jenis yang sering terdapat dalam mineral seperti tersebut
pada tabel di bawah ini.

Pembentukan zeolit secara alamiah sangat menarik sehingga memunculkan


pemikiran tentang pembuatan zeolit dengan proses yang sama. Pada kenyataannya
sedimentasi zeolit berlangsung secara berkesinambungan terutama yang terbentuk
pada dasar lautan. Dari penelitian oceanografi diketahui bahwa zeolit spesies
phillipsit meru- pakan mineral yang paling banyak didapatkan dialam.

Perihal zeolit buatan, peneliti mencoba meniru proses hidrother- mal pada mineral
zeolit yang terjadi dialam. Zeolit buatan direkayasa dari gel alumino silikat jenis
gel tersebut dibuat dari lanutan-larutan natrium aluminat, natrium silikat dan
natrium hidroksida.

Struktur gel terbentuk karena polimerisasi anion-anion aluminat dan silikat.


Kelihatannya komposisi dan struktur gel hidrat ini diten tukan oleh ukuran dan
struktur dari hasil proses polimerisasi. Perbedian dan komposisi kimia dan
distribusi berat molekul dari larutan silikat asal akan menyebabkan perbedaan
struktur zeolit yang terjadi. Selama kristalisasi gel ion natrium, senyawa aluminat
dan silikat mengalami penyusunan ulang sehingga terjadi struktur kristal. Sampai
saat ini kurang lebih 30 macam zeotit telah berhasil dibuat dalam keadaan murni,
dengan mengubah variabel seperti temperatur kristalisasi dan komposisi awal dari
gel. Gel yang bersifat seperti zeolit dapat diperoleh pula apabila abu tangkai padi
"merang" direndam dalam air.

Tempat Diketemukan

Mempertimbangkan kegunaan zeolit yang cukup bervariasi, pencarian endapan


zeolit terus dilaksanakan. Tempat-tempat yang sudah diketahui keberadaannya
antara lain:

 Jawa Barat Desa Naggung, Bogor; Bayah Kab, Lebak (telah


diusahakan oleh PT. Prodmin dan PT. Bamas): Geger Bitung Kab.
Sukabumi (telah diusahakan oleh PT. Windu Rejo, PT. Mineral
Aleh Indo dan PT. Gram); Limusnunggal Kab. Sukabumi; Cisaru,
Cisolok Kab, Sukabumi, Cikembar Kab. Sukabumi; Cikalong Kab.
Tasikmalaya, Leuwidamar Kab, Lebak; Cikidang Kab. Sukabumi

 Jawa Tengah: Wadaslintang Kab. Wonosobo.

Teknik Penambangan

Kebanyakan zeolit yang mempunyai nilai ekonomi, terletak didekat permukaan.


Oleh karenanya, penamban gan dilakkukan dengan sistem kuari baik dengan
mempengunakan alat mekanik, semi mekanik ataupun peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Pengolahan zeolit sangat tergantung dari tujuan pemanfaatannya.Pengolahan


zeolit bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah. Pada prinsipnya pengolahan
dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap preparasi dan tahap aktipasi.

 Tahap preparasi:

Dengan mempertimbang zeolit mempunyai tingkat kekerasan yang rendah maka


preparasi dengan menggunakan mesin giling (mill) yang mampu memproduksi
sampai ukuran lebih kecil dari 100 mesh dan mengkombinasi-kan dengan sistem
siklun untuk dapat mengelompokan hasilnya menjadi fraksi-fraksi. Umpan untuk
mesin giling ini dapat berupa hasil pemecahan secara manual yang berukuran 3
cm ataupun dapat dilakukan dengan mesin pemecah. Ketidak mampuan siklun
dalam memisahkan menjadi fraksi.

 Proses aktipasi

Proses ini dilakukan dengan pemanasan dan atau dengan pereaksi zat yang
dipergunakan sebagai pereaksi adalah NaOH dan H2SO4. Bagan alir pengolahan
mincral zcolit secara stumatis ditunjulkan Gambar 4.

Pemanfaatan zeolit cukup bervariasi:


● Bahan bangunan fisik
Zeolit yang dibentuk sebagai blok/balok dengr ukuran tertentu (tanpa diawali
dengan pengolahan lanjut) dapat dipergunakan sebagai dinding rumah. Pekerjaan
tambahan dalam bentuk pemolesan akan memperjelas struktur dan tekstur
sedimen sehingga lebih menarik. Berhubung zeolit mempunyai tingkat kekerasan
rendah, maka mudah lapuk dan mudah tererosi oleh air hujan. Oleh karenanya
pemakaian zeolit sebagai dinding rumah harus dihindarkan langsung dari sinar
matahar/air hujan. Untuk bangunan air penggunaan zeolit tidak disarankan,
disamping bersifat porous juga tidak tahan terhadap arus/aliran air.

● Bidang pertanian
Pemanfaatan tepung zeolit (sebelum aktipasi) dan jenis klinoptilolit padaa tanah
pertanian dapat meningkatkan pertunbuhan dan hasil tanaman. Hal ini sebagai
akibat kemampuan zeolit i terhadap kapasitas penyimpan (adsorpsi) dan
penyimpanan (retensi) ammonium dan kalium, Dengan adanya penambahan zeolit
pada tanah maka proses nitrifikasi dapat lebih ditingkatkan. Percobaan pemberian
zeolit dan kapur serta dengan pemupukan N.P dan K telah dicoba pada tanah
podsolik merah kuning. Hasilnya dapat meningkatkan hisil tanaman kedelai dan
jagung.

● Bidang perikanan
Zeolit dalam bentuk serbuk (sebelum aktipasi) dipakai sebagai
penyerap/pengontrol amonium yang biasa dikeluarkan oleh ikan atau akibat
pembusukan sisa makanan. Apabila hal ini tidak dikontrol jumlah amonium yang
terkumpul akan meracuni ikan tersebut. Dengan penambahan zeolit, pada luasan
ruang yang samua jumlah ikan yang dapat dipelihara dapat lebih banyak.

● Bidang peternakan
Di bidang petemnakan, zeolit dimanfaatkan sehagai bahan penambah Babi,
domba, sapi dan binatang makanan temnak seperti unggas.pemamah biak lainnya.
Zeolit akan menambah cepat pertumbuhan dan menambah berat badan temmak
yang benangkutan. Sebuah penelitian menunjukan penanbahan 5% klinoptilolit
terhadap makanan babi menambah berat antara 25 - 29% dibandingkan dengan
makanan normal.
● Bidang lingkungan
Dalam bidang lingkungan zeolit dapat dimanfaatkan untuk: sebagai bahan
penghilang bau sebagai penangkap ion Ca+² (dalam air) sebagai penyerap gas N2,
O2 dan CO2, setelah melalui pengaktipan pemanasan dapat dimanfaatkan untuk
pengolahan limbah radioaktif (Sr85). dipergunakan sebagai bahan penukar untuk
menangkap/mengisolasi logam besi dan mangaan yang terdapat dalam air, karena
kcberadaan logam besi dan mangaan dalam air sangat merugikan penggunaannya
baik untuk keperluan rumnah tangga/industri sesudah diaktipasi dengan NaoH
zeolit dapet dimanfaatkan untuk menyerap logam berat sencirti Pb.Cu dan Mn.
juga bh dapat untuk menyerap NH4. NO4 dan COD dengan damikian Cukup
bagus untuk pengelohan air buangan. Jika diaktipkan dengan NaOH dan H 2SO4
dapat dipergunakan untuk pengelolaan air sungai guna mendapatkan air bersih.

 Bidang industry

Zeolit dapat dipergunakan untuk memperolch normal parafin dari berbagai


timbunan umpan hidrokarbon, juga metan dani gas hasil perusahaan bahan
organik seperti samnpah dan tinja

5. Diatomea

Disebut pula sebagai tanah diatomea (diatomeus earth) atau kloseguhr. Diatomea
sebenamya adalah sejenis ganggang, bersifatcplankton, dimana jaringan
batangnya terdiri dari SiO? Koloni diatomea akan berkembang baik apabila
ditempat itu terdapat batuan piroklasik/yang cukup banyak mengandung SiO 2.
Diatomea mempunyai berat jenis rendah ( 土 0,45) oleh sebab itu agar diatomea
yang mati dapat membentuk endapan maka pengaruh arus air harus kecil.

Sifat diatomea yang lain adalah berat jenis rendah (0,45), daya serap air 25-45%,
warna putih-coklat tergantung kontaminasinya, kemampuan daya hantar listrik
atau panas rendah,dilapangan memberikan kenampakan seperti lembaran tipis dan
mudah dipisahkan.

Tempat Diketemukan
 Sumatera Utara : P. Samosir, Tapanuli dengan kandungan (SiO 2;84,0-
92,5%, Al2O3: 5,7-13,8%, CaO: 0,2-0,6%: K 2O: 0,7-1,2%, Na2O: 0,4-
0,8%: H2O: 1,1%C;. Fe2O3: 1,03%), Balige, Siborong borong
 Jawa Barat: Cicurug, Bogor, Darma,Kuningan, (dengan kandungan SiO2;
45,70-85,23%, Al2O3: 34,20-4,86%,Fe2O3: 6,20-1-4%, TiO: 1,20-0,21%,
P2O5: 0,07-0,01%, H2O: 12,18-4,86%, bahan organik: 6,67-11,30%);
Cianjur Selatan, Cineam, Tasikmalaya, Nanggung, Bogor, Kec: Pagelaran,
Cianjur.
 Jawa Tengah: Mendawa: Kec. Bumiayu: Brebes; Desa Pingit;
Tumenggung, Sangiran, Solo; Sumberlawang, Solo; Wadaslintang,
Wonosobo, Wonosegoro, Boyolali.
 Daerah Istimewa Yogyakarta: Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta
(dalam bentuk tuf kaca yang dapat sebagai pengganti diatomea dengan
komposisi Si02: 55,20%; Na20: 1,73%; A1,03: 16,80%; K20: 1,10%;
Fe203: 3,30%; CaO: 4,55%; H20: 5,27%; MgO: 1,38%),

 Jawa Timur: Kabuh, Jombang {dengan komposisi: Si02: 35,0-52,0%;


A1,01: 11,0-19,0%; Fe 20;i : 4,0-6,{)%); Karangasem, Kriyan,
Mojokerto

Teknik Penambangan

Diatomea merupakan bahan galian yang lunak, pada umumnya didapatkan dekat
permukaan. Oleh karenanya sister penambangan dilaksanakan dengan sistern
kuari, mempergunakan peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Diatomea yang diperoleh dari penambangan dilakukan sortasi khususnya


dipisahkan dari batuan yang lain dan dad baha.n organik. Sesudahnya lalu
digiling dan dihisap untuk mendapatkan ukuran butir yang halus atau diayak
dengan ukuran yang dikehendaki, Sesudah pengolahan dilakukan. bare dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kepentingannya antara lain:

 Bahan bangunan
Diatomea dicarnpur dengan bahan perekat, kernudian dicetak tekan dapat
dimanfaatkan sebagai bats ringan ataupun wallboard. Bata cetak tekan dengan
diberi pori-pori dapat dimanfaatkan sebagai diriding peredarn.
 Bahan isolator/ Peredam panas
Karena. sifatnya yang ringan, tidak terbakar, maka diatomea dengan bahan
perekat tertentu dapat dicetak sesuai dengan bentuk dan
ukruran. Salah satu penggunaannya untuk isolator pipa gas cairan yang
rnenghasilkan panas.
 Penyaring filter
Adanya yang tak larut dalam atau minyak, diatomea dirnanfaatkan sebagai
penyaring air/minyak kelapa.
 Bahan pemutih
Dicampur dengan bahan perekat. diatornea dimanfaatkan sebagai bahan pernutih pada.
kertas, cat ternbok ataupun plarnerifiller.
 Bahan keramik
Diatomea sebagai salah satu sumber silika sebagai pencampur bahan Keramik,
disamping itu dimanfaatkan juga sebagai isolator padaindustri
elektronik,katalisator dalam lahoratorium kimia.
 Bahan penggosok logam
Kandungan Si02 yang tinggi nenyebabkan diatomea dapat dipergunakan
sebagai bahan penggosok logam.

6. Yudium

Yodium (iodipre) merupakan unsur halogen yang terberat dan aktip


didapatkan pada tumbu.han laut dan mata air/sumber air garam (briine). Yodium
sebagai bahan galian berasosiasi dengan cekungan nninyak burni dan gas bunni
ataupun ada pada mata air garam. Yodium terdapat bersama clengan bromium.
Seeara garis besar terjadinya yodium sewaktu biturnenal batuan berubah
rnenjadi minyak bumi, ma.ka larukan yodium clan bromium kedalarn air yang
menyertai minyak.

Tempat Diketemukan
 Sumatera.: Conong, Langsa. Aceh; Kesarnbah, Rejang; Gemura,
Ngabang;
 Jawa Barat: Tegalwaru, Karawang (per 1000 gram air 71 mgr):
Ciraos Karawang, Cibarusa Bekasi (3,4 mgr); Pondok Gedeh, Bogor
(17,0 mgr); Palirnanan, Cirebon (31,0 mgr);
 Jawa Tengah: Penasinan, Pernalang (13,0 mgr); Sogonerto,
Weleri, Kendal; Selokaton, Kendal; (57,0mgr), Gebangan;
Selokaton, Kendal (68,0mgr) Kendal; Selokaton, Kenda; (57,0 rngr);
Gebangan, Selokatun, Kendal (68,0 mgr);
 Jawa Tengah: Kroya, Banyumas (23,0 nigr);131edug„ Purwodadi;
 Jawa Timur: Desa Citre, Lamongan (33,0 mgr); Karanganyar.
Sidoarjo (117,0 mgr); PulungLm Sidoarjo (131,0 mgr); Bulu G.
Kendeng (140,0mgr); Kedung Wat, G. Kendeng (147,0 mgr);
Genukwatu. G. Kendeng (103,0 ring-r); Minid, Tuban-, Watudakon,
Majokerta (112,0 - 182,0 n-igr).
 Di Jawa Timur ada 3 antiklin yang potensial mengandung garam
beryadium yaitu antildin utara melalui Lidah-Guyangan-Kedungwarn:
antiklin tengah yang melalui Watudakon-Sekarputih dan antildin
selatan. Pulon yang juga mengandung yodiurn diduga berhubungan
dengan keadaan tersebut.
 Kalimantan Bwat: Sepauk, Sintang (74,0 mgr)

Teknik Penambangan

Yodium yang mempunyai nilai ekonomis diperoleh dengan pengeboran. Yodium saat
ini hanya diusahakan oleh pabrik yodium dan eter PT. Kimia Farma Watudakon,
Mojokerto yang merupakan

Pengolahan dan Pemanfaatan.

 Bidang industri kimia

Sebagai bahan obat-obatan: emulsi fotografi, film, kertas dan sebagai reagen

 Bidang industri pangan


Untuk yodisasi garam dapur sebagai pencegah penyakit gondok Pemisahan yodium
dari air didasarkan atas perbedaan berat jenis atau perbedaan suhu penguapan.

7. Mangan

Mangan di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1854 didaerah


Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat, tetapi pengusahaannya baru dimulai
menjelang akhir abad yang lalu. Meskipun tempat penemuan pertama di
Karangnunggal tetapi endapan yang diusahakan terlebih dahulu adalah yang terdapat
di Kliripan, KulonProgo, Yogyakarta.

 Pirolusit: βMnO:, massa kristalin kompak, keras (nilai kekerasan 5-6),


berwarna abu-abu kehitaman. Dibawah mikroskop bijih pirolusit mudah
dibedakan dengan mineral mangan lainnya, dan warnanya yang putih
kekuningan, cemerlang, pemadaman lurus, belahan sejajar dengan bidang
kristal dan anisotropi yang kuat. Selain sebagai kumpulan kristal yang relatif
kasar, pirolusit juga terdapat sebagai kristal berbentuk jarum yang halus.
 Hollandite (Ramsdellit)
Rumus kimianya Ba2 (MnO2)8 = Ba2Mn8O16 berkilap logam (brilliantmettalic),
terdapat bersama-sama dengan pirolusit dalam massakristalin berbutir kasar. Di bawah
mikroskop bijih kedua jenis logamtersebut menunjukkan warna yang sama yaitu putih
kekuningan,perbedaannya pirolusit lebih cemerlang dibanding hollandite. Disamping
itu hollandite relatif lebih lunak dibanding pirolusit.
 Kriptomelan
Rumus kimia K2M8O16 = K2 (MnO2)8. Di bawah mikroskop bijih mineral ini terdapat
dalam bermacam-macam bentuk antara lain sebagai urat-urat kecil atau massa
berserabut, kristal seperti jarum berwarna abu-abu kebiruan atau lapisan koloidal
konsentris berselang-seling dengan lapisan yang berbeda warna, struktur bunga es dan
massa berbentuk.
 Psilomelan
Rumus kimia (Ba2 H2O) Mn5O10. Merupakan massa masif keras berwarna hitam.
Dibawah mikroskop bijih psilomelan sulit dibedakan dari kriptomelan. Baik bentuk
maupun warnanya hampir sama. Sedikit perbedaan ialah sifat anisotropi dimana
psilomelan lebih lemah dibanding kriptomelan.
Tempat Diketemukan

 Aceh: Karang Igeuh (indikasi berupa rodhonit, proses hidrothermal). Lhok


Kruet, Calang Aceh Barat (kontak metasomatik berupa pirolusit berasosiasi
dengan bijih besi): Kapi, tenggara BlankejeraN(psilomelan didaerah
patahan/hidrothermal).
 Sumatera Utara: Pantai timur (kadar Mn3O4 — 7,9% dalam bog iron, berupa
konversi dari besi rawa dengan kadar Mn304 - 13,5-20,1%):23 km sebelah
timur laut Natal (berupa bongkah oksida mangan berukuran sampai 50 cm,
tampak berlapis dan terbentuk karena replacement batuan chert radiolaria),
Sumatera Barat: Mangani (proses hidrothermal dalam urat breksiberasosiasi
dengan Au dan Ag terdapat sebagai rhodokhrosit): Ulis Ayer (proses
hidrothermal berupa urat kecil Polianite dalam batuan diabas): S. Lumut,
Singingi Riau (proses hidrothermal, bijih Mn berupa sedimen dalam breksi):
Belang Beo (proses hidrothermal ditemukan Mangan Oksida sebagai
bongkah.
 Sumatera Selatan: S. Saelan, P. Bangka (kadar MnO2: — 27,5%). Bengkulu:
Gebang Ilir, Tambang Sawah (kadar MnO2 - 44,05%), proses hidrothermal,
berasosiasi dengan Au, mineral berupa rhodonit, rhodokhrosit, psilomelan,
pirolusit, bustanit dan inesit).
 Lampung: G. Pesawaran Ratai (G. Waja Kedondong, G. Kasih): G.Waja kadar
— 60%, Kedondong Mn — 2-7%, G. Kasih Mn (45-50%).
 Jawa Barat: Cikotok Kab. Pandeglang (MnO — 9-32), berasosiasi dengan Au
terdapat sebagai rhodonit, rhodokhrosit dan spartait): Cibadong Kab.
Sukabumi (kadar MnO2 — 32-60% terdapat dalam tufa dan breksi): daerah
Karangnunggal Kab. Tasikmalaya (kadar MnO2, — 45-90%, terdapat sekitar
13 lokasi mineralisasi), Cigembor Salopa Kab. Tasikmalaya (kadar Mn
54,68% MnO, — 83,34 terdapat berupa bongkah-bongkah limonit
mengandung Mn): Cikatomas Kab.Tasikmalaya (kadar Mn — 50-52,43%,
MnO — 66-91%, Mangan berupa bongkah-bongkah terdapat pirolusit).
 Jawa Tengah: Karangbolong, Kab. Banyumas (kadar MnO2, — 60%, terdapat
sebagai pirolusit dan psilomelan berupa gumpalan oolitikdalam batu
gamping): Ngargoretno, Salaman, Kab. Magelang (kadar MO2, =80%,
sebagai pirolusit berbentuk lensa), Bapangsari,Purworejo Kab. Purworejo,
Cengkerep Semanggung, Purworejo.
 Daerah Istimewa Yogyakarta: Kliripan dan Samigaluh Kab. KulonProgo
(Kliripan kadar Mn – 25%, Samigaluh MnO2= 57,75% terdapat dalam bentuk
pirolusit dan psilomelan): daerah Gedad,Batuwarno, Eromoko Kab. Wonogiri
(Gedad, kadar Mn =58,5% MnO2: =92,10% Baturetno kadar MnO2: =
82,74%, kadar Mn total 52,28%, Eromoko kadar MnO — 78,31%, kadar Mn
total 49,48%terdapat sebagai lensa diantara batu gamping dan Farmasi Andesit
Tua): daerah G. Kidul (kadar MnO2 =27,19%, kadar Mn total= 23,5%,
terdapat di Kepuh, Ngepek, Ngejring, Ngaglik, Kutuan dan Selonjono Timur.
 Jawa Timur: Pacitan dan Ponorogo (Nambakan kadar Mn, = 3,0%,
Tambah kadar Mn = 4,5% berupa pirolusit sebagai lensa diantara batu
gamping dengan batuan volkanik/tufa; Ngrandu kadar Mn = 5,0%; Sempor
kadar Mn 60,55%;Dawung kadar Mn = 58,26%; Klumpit, kadar Mn =
58,55%; Banyumuntah kadar Mn = 53,51%; Bukul kadar Mn Kembar
kadar Mn = 60,55%; Cikuli, kadar Mn = 57,6-57,9%; Goro kadar Mn =
57,82%); Blimbing, Pupung. Kab. Ponorogo (kadar Mn = 59,52 dalam
bentuk pirolusit); Panggul. Kab. Trenggalek (sebagai psilomelan berupa
lensa diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa); G. Kuncung, G.
Tumpak telor, Serut Kab. Trenggalek (sebagai piroksit dan psilomelan
berupa lensa dalam batu gamping dan batuan volkanik, di G. Kuncung
kadar Mn = 56,66%; Serut kadar Mn 39,00%; Tumpak Gumaewang kadar
Mn = 60.31%; Gelang kadar mn 47.19; G. Prongos kadar Mn = 59,78%;
Belih Gondangan kadar Mn = 59,95%; Gelang kadar Mn = 47,19, Belik
kadar Mn 54,81%; Lempung kadar Mn = 30,67%; Danah kadar Mn =
46,76%; Kompal, Ampelgading kadar Mn 35,68%; Daerah Blitar (G.
Jimbe, kadar Mn = 6,4-5,1%; G. Puncak Asem kadar Mn = 5,6%; G.
Cemenung kadar Mn = 4,7% Kec. Wlingi kadar Mn = 6-6,75% semuanya
sebagai piroksit dan psilomelan, Sukorejo dan Tenggong Kab. Tulung
Agung (Sukorejo kadar Mn = 41,42% sebagai pirolusit dan psilomelan
berupa lensa-lensa tipis diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa;
Tenggong (kadar Mn 34,24%): G. Rajak dan Kalirejo Kab. Malang (kadar
MnO, = 50-90%, berupa Mangan dalam bentuk lensa); Puger Kab. Jember
(Bedug I dan II kadar Mn 2,1% sebagai pirolusit dan psilomelan dalam
bentuk lensa diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa; Karangbale
kadar Mn = 31,8- 56,7%; G. Maroondon Sekunir kadar Mn = 13,8%; G.
Sadeng kadar Mn 18,8%).
 Kalimantan Barat: Lumar, Kab. Sambas (kadar Mn = 14,94-56,42%
terdapat berupa sedimen dan urat dalam tufa terhadap rhodonit,
rhodokhrosit).
 Kalimantan Timur: G. Bambu. Muara Ancolong (proses
hidrothermal/berupa urat-urat halus bersama mineral/kuarsa.
 Kalimantan Selatan: B. Besi, daerah Pengaron, Martapura (kadar MnO2 =
70-40%, proses hidrothermal dan sedimen); S. Tawao Kab. Birayong
(proses hidrothermal kontak berupa bongkah-bongkah).
 Nusa Tenggara Barat: Teluk Maja, Kab. Sumbawa berupa bongkah
mangenit; Pada Kab. Binoa terdapat bersama limonit.
 Nusa Tenggara Timur: Kab. Manggarai, Flores; P. Roti (kadar Mn3O4 =
69,1% berupa bongkah bijih besi dan konkresi bijih Mn); Sebelah timur
Kupang Timor; Ole Manenak, Kupang Timor terdapat sebagai lensa kecil
pada batulempung, Trias; Tanini, Kupang Timor (ditemukan pada sungai
sebelah timur Bukit Tanini); sebelah selatan Kupang Timor; Ikan Foti;
Amarasi, Kupang Timor (kadar MnO2 85,15% berupa bongkah pirolusit
dan nodul hasil endapan laut dalam); Niuk Baun Amarasi kadar MnO,
lensa; Moil Tobe (sebagai lapisan antara tanah liat dan serpih pasiran);
Busleo sebelah timur Niki-niki berupa konkresi pada komplek Babonaro;
antara desa Ponu dan Kaubeleh sebelah barat Atapupu berupa konkresi
pada komplek Babonaro; Oe Ekam, Oe Baki Babuin Kalbanu Kab. Timor
Tengah.
 Timor Timur: Kab. Viquequel (berupa pirolusit dan manganit berkadar
tinggi terdapat di Batukerbau Vemase, Buibau dan Seisal); Venilale (hasil
endapan laut dalam berasosiasi dengan fosfat marin); Selatan Airu Condor.
 Sulawesi Utara: Tanjung Tarowitan Minahasa (berupa butiran mangan
terserak ditanah, kadar Mn = 32,42%); Molosipat berbentuk psilomelan.
 Sulawesi Tengah: Tawangko, Tona (sebagai psilomelan dalam bongkah
kuarsa).
 Sulawesi Selatan: Wonomulyo, Polewali; Liburung, Bone; Ternate, Riaja
terdapat dalam batu gamping dan batulanau.
 Sulawesi Tenggara: S. Rumu, Wapowaru berupa bongkah.
 Maluku: Kec. Laloda dan Galela (terdapat di daerah Supu, Pasawani, A.
Pacao, A. Keretalamo, A. Salu, A. Doitia, A. Pitan sebagai pirolusit dan
psilomelan sebagai bongkah disungai; P. Batanta berupa psilomelan dan
pirolusit terdapat pada batas urat porfir dan kuarsa;kp. Waruten, Tg.
Fatufat, P. Buru (berupa fragmen pirolusit berupa lapisan tipis dalam batu
gamping); P.Doi, P. Dongasuli (Kadar MnO2 = 45-75,86% berupa pirolusit
dan psilomelan sebagai lapisan tipis pada batas tufa); Waigeo, mangan
ditemukan bersama kobalt merupakan lapisan penutup pada nikel.

Teknik Penambangan

Penambangan Mangan ditentukan oleh letak deposit yang bersangkutan.


Apabila depositnya terletak di dekat permukaan, teknik penambangan dengan
sistem tambang permukaan/terbuka lebih sesuai ditrapkan. Apabila depositnya
terdapat jauh dipermukaan maka, pembuatan sumuran yang dilanjutkan dengan
sistem gophering lebih sesuai seperti yang telah dilakukan di daerah Kliripan
Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo

Pengolahan dan Pemanfaatan

 Bijih Mangan (Mn) 95% dimanfaatkan untuk industri baja. Kegunaan lain
adalah untuk industri kimia, batere kering. korek api, gelas, cat, bahan celup,
pupuk dan lain-lain.
 Khusus Mangan untuk pembuatan batere kering persyaratan yang harus
dipenuhi adalah seperti diuraikan pada Tabel 7 (Industrial Minerals, Juli 1985).
Di Amerika dikenal 3 jenis bijih Mangan grade batere yakni: Grade A (militer),
grade A (komersial) dan grade B (komersial)

Mangan dioksida buatan adalah mangan dioksida yang diha- silkan oleh proses
kimia dan fisika. Dalam industri batere kering dikenal 3 jenis mangan dioksida
buatan yaitu:

 Mangan dioksida elektronik = Electrolitic Mangan Diokside = EMD. Jenis ini


dibuat dengan elektrolisa larutan mangan sulfat. Larutan MnSO4 dibuat dari
rocokrosit (MnCO4) atau dari mangan dioksida. Mangan karbonat akas lebih
baik karena mudah larut dalam asam sulfat. Pemakaian bijih mangan dioksida
baru ekonomis bila kadar MnOz lebih dari 75%. Bijih dipanggang dan
direduksi menjadi MnO agar dapat larut dalam isam sulfat.
 Mangan dioksida yang diaktifkan secara kimia = Chemical Mangan Diokside =
CMD, Merupakan jenis mangan hidrat buatan yang diperoleh dengan
pengiraian thermal senyawa mangan selain oksida, misal mangan nitrat, untuk
menghasilkan oksida padat yang halus.
 Mangan hidrat buatar diperoleh dari permanganat, bersifat sangat reaktif.

Mangan dioksida buatan kebanyakan digunakan dalam batere kering terutama dari
jenii batere manganis alkali, premium atau heavy duty dan sebagai campuran
dengan bijih alam untuk batere Lechlanche biasa. Pencampuran ini dimaksudkan
untuk meningkatkan tegangan jepit dan waktu tegangan

8. Feldspar

Feldspar merupakan kelompok mineral/mineral dengan komposisi alumunium


sililat, potasium (kalium), sodium (natrium) kadang kadang Kalsium Feldspar
terjadi selama proses kristalisasi magma baik melalui proses pneumatolytic
ataupun proses hidrothermal dalam urat pegmatik tetapi jarang terjadi karena
proses kristalisasi larutan magna pada suhu rendah. Feldspar merupakan mineral
pembentuk batuan beku terutama pada batuan beku dalam (plutonicrock) yang
bersifat umum tetapi terdapat pula pada batuan enupsi ataupun metamarf. Pada
batuan granit, feldspar berasosiasi dengan kuarsa, mika, chlorit, beril dan rutil
sedang pada batuan pegmatit feldspar berasesiasi dengan kuarsa, mika dan topas.
Mineral feldspar yang paling unum adalah ortoklas (K AI Siy O), mikroklin (K AI
Si3 O8) dan plagioklas feldsparseris (yang terdapat seri Albite, Oligoklas, Andesin,
Labrodorit, Bytownite, Anortit dengan rumus kimia Na Al Si3 O8 Pada dasarnya
feldspar mempunyai jaringan struktur tiga dimensi yang disebut tektosilikat dan
mempunyai 4 atom oksigen yang membentuk silikat (SiO 4) tetrahedral,
mempunyai warna cerah. Silikat ini dapat mengalami perubahan oleh unsur
alumunium yang membentuk alumunium silikat. Sifat fisik feldspar antara lain
berwarna putih, keabuan, hijau muda dan kuning kotor, nilai kekerasan 6,0-6,5
(dan dipakai sebagai skaa kekerasan Mohs), berat jenis 2,4- 2,8 dengan titik lebur
1.100-1500° C. Feldspar yang dapat ditambang dan bernilai ekonomis adalah
jenis:

 natrium (sodium) feldspar : Na Al Si, Og


 kalium (potas) feldspar : K Al Si3 O8
 kalsium feldspar : Ca Al2 Si3 O8

Feldspar sering juga didapatkan dalam bentuk endapan yang terjadi karena proses
diagenesa dari endapan piroklastik halus yang bersifat asam (riolitik) dan
terendapkan dalam lingkungan lakustrin yang umumnya berada dalam cekungan
Tersier.

Tempat Diketemukan

 Daerah Isimewa Aceh. Rampe an dan Ampokolak, Kec. Rikitgaik, Kab.Aceh


Tenggara (terdapat pada batuan leukogranit, dapat dipakai sebagai bahan
keramik halus), Kendawi, Kec. Blangkejeran, Kab. Aceh Tenggara (dalam
batuan pegmatik yang menerobos sekis, jenis mineralnya mikroklin berasosiesi
dengan kuarsa dan mika, cukup baik untuk glasir dan keramik halus), Tutong
Sawah (sebagai retas aplit dan batuan granit yang berumur Pra Tersier).
 Sumatera Utara: Pantai timur Pangkalansusu, Tg. Balai); Sungai Biang; Danau
Toba, Tonggiring, Tapanuli Utara (didapatkan pada batuan liparit); Sibolga,
Tarutung. Balige, Tapanuli Utara (pada batuan granit)
 Riau: Kec. Sibarida, Kab. Indera Giri Hulu; Pasir Panganrayan Kab. Inderagiri
Hulu (pada batuan granit).
 Sumatera Barat: Sulit Air (pada batuan Syenit/Granit); Lundar, panti (pada
batuan granit). Sumatera Selatan: Gunungbatu, Palembang (pada batuan tuf
trachit) Sungai Alas, Kab. Muara Enim (pada batuan lipanit): S. Semendo Fajar
bulan Kab. Muara Enim (pada batuan pegmatit): S. Payung. Palembang (dyke
dalam batuan granit).
 Lampung: Wai Pubian (cukup baik untuk bahan baku keramik): Wai Gua
(terdapat dalam batuan granit): Wai Sulan (didapatkan pada batuan granit
pegmatit dan granit aplit).
 Jawa Barat: Cikembar. Kab. Sukabumi (pada batuan tufit)
 Jawa Tengah: Kebutuh duwur, Kebutuh jurang, Banjarnegara (sebagai
komponen pada batuan metasedimen.
 Jawa Timur: Desa Pojok, G. Slemer, Kab. Trenggalek (pelapukan tufa dasit
pada Formasi Andesit Tua: SiO, > 70%. FeOy < 2%); G. Banjiran, G. Sapu dan
G. Jabung Slrwer Trenggalek (sedimentasi dari tufa dasit dalam Formasi
Andesit Tua, SiO, > 70%, Al,O, > 10%; Fe,O, > 1%); Wonotirto, Pasiraman
Kab. Blitar, Ngeni, Kab. Blitar (pelapukan dari tufa nolit pada Formasi Wuni
cukup baik untuk bahan keramik halus); Kalitengah Kab. Blitar (pelapukan
tufa riolit, pada Formasi Wuni yang berumur Miosen), Wonosari, Pagergunung
Kab. Malang (pelapukan tufa nolit), Banjarsari: Gampingan Kab. Malang
(pelapukan tufa riolit), Pantal Utara Bondowoso Kab. Bondowoso (pelapukan
tufa riolit), Wonosidi, Ketro, Pacitan (baik untuk keramik).
 Kalimantan Barat G. Buduk, Kab. Sanggau (baik untuk keramik, merupakan
retas pegmatik pada granit); Balai Karangan Kec. Sekayam, Kab. Sanggau
(pelapukan dari tufa dasitik); Pandan Sembuat Kutayan Hulu, Kab. Sanggau
(berupa urat berwarna putih kehijauan pada batuan granit)
 Nusa Tenggara Timur: Kab. Ende, Kolowan (pada tubuh granit)
 Sulawesi Utara: Kec. Tapa Kab. Bolaangmangandow (dyke pada batuan asam)
 Sulawesi Tengah: Dende Kab. Donggala (pelapukan granit meru- pakan granit,
endapan pantai): Benawi, Kec. Labean Tombo, Kab. Donggala (pelapukan
granit merupakan endapan pantai); Sibualang Kab. Donggala (pelapukan
granit, endapan pantai), Budi Mukti Klab. Donggala (endapan pantai) Tambu
(endapan pasir pantai terdapat pasir kuarsa dan feldspar pelapukan granit)
 Sulawesi selatan : timur laut kab. Maros (mineral/orthoklas pada retas trachit)
 Irian jaya : pantai barat p. Tamagoei (merupakan dyke aplit)

Teknik Penambangan

Penambangan bahan galian feldspar dapat dilakukan secara tambang terbuka


dalam bentuk kuari dengan sistem teras (bench system) atau tambang dalam.
Feldspar yang diperoleh dilakukan pemilihan/penyortiran (hand sorting) untuk
selanjutnya diolah sesuai keperluan.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Pengolahan feldspar dimaksudkan untuk menghilangkan/menurunkan kadar


mineral pengotor seperti besSi, biotit, turmalin, garnet, mika/muscovit dan kuarsa.
Pengolahan dapat dilakukan secara sederhana dengan penggilingan, pencucian,
dan pengayakan. Penggilingan dapat dilakukan dengan pan mill atau pebble mill.
Cara lain dalam pengolahan feldspar model fleatası bijih (froth fleätation) yaitu
proses pemilahan partikel halus dan partikel kasar dengan memanfaatkan sifat
fisik dan kimia antara batas fase padat (mineral), fase air (media) dan gas,
sehingga diperoleh mineral berharga yang disebut konsentrat (yang dalam hal ini
berupa buih/busa). Proses pengolahan ini dilakukan secara bertahap. yaitu dengan
mengapungkan mineral pipih/mika terlebih dahulu dan kotoran besinya
dihilangkan dengan pemisah magnetis (magnetic separator) atau dengan pelarut
H2S04. Proses ini dapat memisahkan secara sempurna antara feldspar dengan
kuarsa, mika dan oksida besi. Keberhasilan dari proses ini ditentukan oleh
penentuan segmen kimia yang sesuar untuk dipergunakan dalam pengolahan
tersebut.

Mutu feldspar ditentukan oleh oksida kimia seperti K 2O dan Na2O. Kalau
kandungan oksida tersebut relatif tinggi (>6%), bahan tersebut digolongkan jenis
feldspar. Selain itu ditentukan pula oleh oksida pengotor yang terdapat dalam
bahan baku feldspar seperti industri keramik, gelas, dan kaca lembaran.

 Industri Keramik
Spesifikasi feldspar untuk keramik (SII. No. 1145, 1984)

Jenis Industri
Oksidasi
Porselen % Saniter % Gerabah Halus Padat %
K2O + Na2O 6 – 15 6 – 15 6-15
Fe2O3 0,5 0,7 0,8
TiO2 0,3 0,7 -
Cao 0,5 0,5 1,0

 Industri Gelas
Spesifikasi feldspar untuk industri gelas :
SiO2 (%) : 68,00 – 69,99
Al2O3 (%) : > 17
K2O2 Na2 (%) : >11
Fe2O3(%) : 0,1 – 0,2
Ukuran Butir + 16 Mesh (maks) : nol
+ 20 Mesh (maks) : 1%
- 100 Mesh (maks) : 25%

Anda mungkin juga menyukai