Anda di halaman 1dari 12

Makalah Tentang Elektrolit darah

Nama : Isti Maulidiyah


Kelas : A
NIM : 110141099

Universitas Mh.Thamrin
Analis Kesehatan
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah swt. Karena atas kehendak-nyalah makalah ini
dapat diselesaikan.
Adapun tujuan saya dalam penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas makalah yang
berjudul “Elektrolit Darah”.
Dalam penyelesaian makalah ini, saya banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang
Lingkungan Hidup. Sehingga kita semua dapat terhindar dari hal-hal yang tidak sewajarnya.

Jakarta, 23 November 2015

Penulis
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam fisiologi (fungsi normal tubuh), ion elektrolit utama adalah Natrium/sodium (Na+),
Kalium/potasium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Klorida (Cl-), Hidrogen fosfat
(HPO42-), dan hidrogen karbonat (HCO3-). Simbol (+) dan (-) menunjukan bahwa substansi ion
elektrolit di atas berasal dari alam dan memiliki keseimbangan elektron jika dalam keadaan terurai.
Natrium/sodium adalah elektrolit utama yg ditemukan di dalam cairan di luar sel (ekstra sel) dan
terlibat dalam menjaga keseimbangan lalu lintas cairan yang penting bagi kelangsungan hidup sel.
Natrium juga berperan penting bagi pengontrolan tekanan darah. Semua bentuk kehidupan pada
tingkatan yg tinggi (seperti pada manusia), membutuhkan keseimbangan elektrolit yang kompleks dan
detail antara intra sel (di dalam sel) dan ekstra sel (di luar sel). Tekanan cairan keduanya harus dapat
dijaga dng baik melalui mekanisme2 yg variatif, karena sangat mempengaruhi proses hidrasi (lalu
lintas cairan) dalam tubuh termasuk diantaranya menjaga PH (tingkat keasaman dan kebasaan) darah
dan fungsi otot dan syaraf.Jaringan otot dan persyarafan sangat terkait jaringan elektrik dalam tubuh.
Keduanya diaktifasi oleh cairan elektrolit antar sel. Cairan elektrolit akan keluar-masuk sel melalui
kanal-kanal (pintu masuk) ion yg memang sdh ada di dlm membran (dinding) sel. Contoh, otot
mampu berkontraksi karena ada Natrium, Kalsium dan Kalium. Tanpa jumlah yg cukup (seimbang)
dari para unsur kimia alkali ini, otot akan menjadi lemah atau terjadi kontraksi yg berlebih (kedutan
bahkan kejang).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pentingnya elektrolit dalam darah


2. Untuk mengetahui jenis elektrolit darah
3. Untuk mengetahui metode apa saja yang ada dalam pemeriksaan elektrolit darah
BAB II

Pembahasan

1.1 Definisi Elektrolit darah

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi nmenjadi anion dan kation tergantung mereka bergerak
dalam medan listrik menuju katode anode yang menunjukan mereka mempunyai muatan positif dan
negatif.

1.2 Jenis Elektrolit darah

Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca+2, Mg+2 dan berupa
anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-2 dan laktat. Pada cairan ektrasel kation utama adalah
Na+ dan anion utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan pada cairan intrasel kation utama adalah K+.

a) Natrium (Na)
Pemeriksaan Natrium adalah untuk mengetahui kadar Natrium (Na) dalam darah. Natrium
berperan penting dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan
darah, dan kerja sistem syaraf dan otot.Pemeriksaan Natrium dapat digunakan untuk menilai
keseimbangan asam basa, dehidrasi, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif dan keadaan klinis
lainnya.Persiapan : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus
b) Kalium ( K)
Pemeriksaan Kalium (K) adalah untuk mengetahui kadar kalium dalam darah.Kalium adalah
elektrolit dan mineral tubuh yang penting untuk keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh,
berperan dalam kerja syaraf dan otot.Pemeriksaan Kalium dapat menilai kondisi tubuh seperti
hipertensi, penyakit ginhalm aritmia jantung,dan kelainan lainnya.Persiapan : Pasien tidak
memerlukan persiapan khusus.
c) Kalsium (Ca)
Pemeriksaan Kalsium (Ca) adalah untuk mengetahui kadar kalsium dalam darah.Sebagian
besar kalsium dalam tubuh tersimpan dalam tulang.Fungsi Kalsium adalah untuk membentuk dan
memperbaiki tulang dan gigi serta membantu kerja syaraf, pembekuan darah dan kerja
jantung.Mengetahui Kadar Ca dapat mendeteksi kondisi Karsinoma dengan atau tanpa metastase
tulang, dehidrasi, sarcidosis, hipervitaminosis, penyakit hati kronis lanjut, bakteremia,
defisiensivitamin D, Pankreatitis akut, asidosis tubular ginjal, osteomalacia, dan gangguan
malabsorspsi lainnya.Persiapan : tidak memerlukan persiapan khusus
d) Chlorida (Cl)
Pemeriksaan Chlorida (Cl) adalah untuk mengetahui kadar Chlorida (Cl) dalam darah.
Chlorida adalah elektrolit yang penting dalam menjaga keseimbangan cairan dalam dan luar sel
tubuh, mempertahankan volume darah normal, tekanan darah dan pH cairan tubuh. Manfaat
pemeriksaan Cl adalah untuk membedakan diagnosis asidemia dan alkalemia, mendeteksi kondisi
diare, asidosis, diabetik ketoasidosis, dan gangguan kesehatan lainnya.Persiapan : tidak memerlukan
persiapan khusus.

1.3 Fungsi Elektrolit darah

Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan burhubungan
dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium (Na) juga membantu
memelihara kseimbangan asam-basa. Nilai normal Natrium serum adalah 135-145 mEq/L.
berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia,
syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis, hiponatremia
menyebakan kelainan susunan syaraf pusat (kebingunan dan kelainan mental). Kekurangan natrium
dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai
pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal.mengatur elektrolit.
Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien yang juga
membatasi makan garam. Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran
cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit
normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian
larutan salin intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang mungkin
mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin. Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan
jantung, tetapi biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium.
Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah (misal di panti
) yang berhenti minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi
berupa cairan intervena hipnotok.

Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan keseimbangan
asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah 100 sampai 108 mEq/L. Kadar
klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis
metabolik, sedang retensi klorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan
hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida
atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum
pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya bersma-sama dengan
elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan
dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal.

Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi aktifitas otot,
enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utamadalam sel. Niali normal kalium
serum adalah 3,5-5 mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada cedera
mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan gangguan eksresi kalium dapat
mengalami kelebihan melalui makanan tidak dibatasi. Gambaran klinis kelainan kalium dapat
merupakan gangguan yang paling mengancam nyawa dibandingka yang lain.Gejala berkaitan dengan
sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos. Semua jaringan ini menggunakan kalium untuk
mengatur eksitabilitas selnya. Hiperkelami menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang khan
menggambarkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada jantung. Baik hipoklemia maupun
hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas
saluran cerna dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan henti
jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti adanya hipokalemia
atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada pengukuran kalium serum yang akurat.

1.4 Regulasi Elektrolit Darah

Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit untuk menjaga
volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Aktifitas ginjal dalam homeostasis
sebagian dipengaruhi oleh hormon ADH, yang diproduksi oleh hipofisis, dan aldosteron yang
dihasilkan oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan hidrostatik yang terjadi secara normal karena
adanya denyut jantung berfungsi mendorong cairan, sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan
kekuatan penarik yang berasal darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar protein
plasma ini harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah permeabilitas kapiler yang
bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang terlibat dalam proses homeostasis yaitu
Na+, yang berfungsi menarik air. Air akantertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi.
Dalam siestem homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler selular, kelenjar
hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru. Ginjal merupakan pengendali utama
terhadap kadar elektrolit dan cairan tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat ditentukan
oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan
fungsinya.

1.5 Metode Pemeriksaan Elektrolit darah

Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Metode Flame Emision Spectrophotometry

2. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)

3. Spektrofotometri

4. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor

Selama bertahun-tahun metode untuk menganalisa natrium dan kalium terdiri dari flame
photometry dimana kation-kation tersebut diukur berdasarkan intensitas garis spektral emisi atomik
saat mendapat eksitasi dari sinar kontrol. Metode spektrofotometri adalah metode pengukuran
berdasarkan perubahan warna atau terjadinya kekeruhan adalah proporsional dengan elektrolit yang
kita ukur. Metode ISE (Ion Selective Electrode) prinsip pemeriksaannya didasarkan pada adanya
potensial muatan listrik yang diantara kedua elektrode (bolam, kalommel). Metode biosensor
mempunyai prinsip : bila sample diposisikan pada electrode Na, K, Cl ditentukan suatu keseimbangan
dengan electrode mambrane permukaan. Kemudianpotensial yang terbentuk sesuai dengan logaritma
serta aktifitas analit dalam sample. Jalue elektrik diantara referens dan ISE dilengkapi dengan empat
referens electrode yang mengandung elektrik kalollel dan larutan saltbridge. Potensio dari electrode
Na, K, Cl diukur berturut-turut terhadap electrode referens oleh electrometer impedans tinggi.
Konsentrasi ion yang diukur dihitung dari potensial electrode dengan menggunakan persamaan
Nernst.

2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Elektrolit Darah

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeriksaan elektrolit yang terbagi dalam faktor pre
analitik, analitik dan paska analitik.

2.2 Faktor pre analitik

1) Persiapan penderita

Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan penderita perlu dipersiapkan, diinformasikan, serta


diberi penjelasan seperlunya mengenai tindakan yang akan dikerjakan. Beberapa keadaan yang dapat
mempengaruhi hasil antara lain : obat diuretic, aktifitas fisik, puasa, stress dan sebagainya harus
diberitahukan juga agar dihindari.

2) Pengambilan sample

Kalium adalah salah satu elektrolit kimia terpenting yaitu dalam bahwa kelainanya dapat
segera mengancam nyawa, kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila
terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat. Untungnya kita dapat mengetahui apakah terjadi
proses hemolisis atau tidak oleh warna merah hemoglobin yang juga dibebaskan kedalam serum
setelah serum dipisahkan dari sel setelah pemusingan. Nilai kalium dapat meninggi apabila pasien
berulang-berulang membuka dan menutup genggaman tanganya secara kuat sementara torniquet
terpasang untuk pungsi vena.Apabila diambil denganbenar serum yang tidak hemolisis merupakan
spesimen yang baik untuk penentuan elektrolit. Trombosit mengandung kalium yang dalam keadaan
normal dikeluarkan ke dalam serum pada pembentukan bekuan, sehingga serumdiperkirakan memiliki
nilai kalium yang sedikit lebih tinggi daripada plasma pada orang yang sama (umumnya meningkat
kurang dari0,5mEq/L). Pada kenyataanya pasien dengan trombositosis sering memperlihatkan nilai
kalium jauh diatas rentang normal.Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperoleh nilai kalium
plasma pada sampel yang sudah diberi heparin yang trombositnya tidak mengaktifkan dan
mengeluarkan kalium intraselnya.

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak melakukan aktifitas
fisik. Bila tidak mungkin usahakan untuk mengambil darah pada waktu yang sama, misalnya
pengambilan sampel pukul 11.00. pemeriksaan ulang juga dilakukan pada pukul 11.00. karena hsil
pemeriksaan kalium juga dipengaruhi oleh perubahan analit dari waktu kewaktu (variasi diurnal), dan
meminimalkan variasi intra individu. Pada pengambilansampel sebaiknya pasien diambil pada posisi
duduk atau berbaring.Pengambilan sampel darah vena dapat menggunakan spuit ataupun vakutainer
(tabung vakum hampa udara).

3) Pengiriman dan penangan sample


Setelah darah diambil segera kirim kelaboratorium, darah dalam wadah segera dipindahkan ke
tabung sentrifus dan diputar selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm, kemudian serum segera
dipisahkan. Sampel yang hemolisistak dapat diperiksa untuk analisa elektrolit karena kalium keluar
dari eritrosit. Jika sampel bercampur dengan antikoagulan pada suhu kamar, maka nilai kalium akan
turun karena sel-sel memakai glukosa mendorong kalium ke dalam sel. Pemberian nomor atau label
pasien harus benar-benar cermat dan teliti, karena kekeliuran dalam hal ini akan berakibat fatal.

4) Wadah penampung

Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

 Terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah harus menggunakan wadah dari.
 Tidak bocor atau rembes.
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
 Besar wadah diseuiakan dengan volume sampel.
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.

2.3 Faktor analitik

1) Persiapan reagen

Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang penting. Keadaan
fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan dan masa kadaluwarsanya. Reagen yang
kemasanya rusak dan masa kadaluwarsanya sudah tercapai sebaiknya tidak dipergunakan. Suhu
penyimpanan reagen yan baik di dalam almari pendingin (suhu 2-80C) atau sesuai dengananjuran dari
petunjuk tertulis yang ada pada kemasan atau di dalam kit reagen yang digunakan.

2) Peralatan

Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat yang digunakan
harus suadah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan kontrol perlu dilakukan sebelum
pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting lainnya adalah mengikuti seluruh rangkaian protap
pemakaian alat yang telah dibakukan.

2.4 Faktor paska analitik

Faktor paska analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh rangkaian
pemeriksaan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila pencatatan dan pelaporan hasil
tidak sesuai dengan hasil riil yang didapatkan. Melaporkan hasil apa adanya tanpa ada rekayasa hasil
merupakan sebuah keharusan untuk memberikan gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang
diperiksa.
3.1 Kerangka Teori

Didasarkan atas seluruh pustaka yang ada kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian ini tersusun atas sebuah variabel bebas yaitu jenis wadah
spesimen darah yang dibedakan dalam 2 kategori sebagai bentuk perlakuan dan variabel terikat kadar
elektrolit darah yang digambarkan sebagaimana pada skema berikut:

5.1 Hipotensi penetilian

1. Ho : Tidak ada perbedaan kadar elektrolit darah yang ditampung dalam tabung

Vakum bekas terhadap tabung baru.


2. Ha : Ada perbedaan kadar elektrolit darah yang ditampung dalam tabung vakum

Bekas terhadap tabung baru.


BAB III
Penutup

Metode Pemeriksaan Elektrolit darah

1. Metode Flame Emision Spectrophotometr


2. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)
3. Spektrofotometri
4. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor
DAFTAR PUSTAKA

http://rockapolka.blogspot.com/2011/05/getah-lambung.html

http://asri92d3analis.mhs.unimus.ac.id/dokumen/materi-kuliah/

Anda mungkin juga menyukai