Anda di halaman 1dari 32

___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...

Husni

HADIS EKONOMI KEUNTUNGAN TANPA MENANGGUNG


RISIKO
(Syarḥ dan Kritik dengan Metode Takhrîj)

ECONOMIC HADITH BENEFITS WITHOUT RISK


(Syarḥ and Criticism with Takhrîj Method)

Husni
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Lhokseumawe.
Email: husnisyams@gmail.com

Abstract
Hadith prohibition of taking profits without taking risks is one of the
important traditions. This hadith is one of the foundations of the
principle of al-kharâj bi al-dhamân. From the various narrations that
exist, this hadith is categorized as shaḥîḥ with a continuous sanad and
maknawi qualified hadith mutawâtir. From this point of view, the hadith
gives the science of dharûrî. From the point of meaning there is no
significant disguise on the hadith. However, at least, there are four most
important obstacles in the application of the hadith.

Keywords: takhrij, profit, risk, hadith

A. Pendahuluan

Keadilan adalah salah satu fondasi utama ajaran Islam dalam segala
aspeknya (QS. al-Mâ`idaḧ [5]: 8). Keadilan sendiri pada dasarnya merupakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban (Nukrî, 2000, Juz 2: 220). Karena
itu, dalam akad pertukaran misalnya, kalau objeknya berupa benda sejenis
maka keseimbangan itu harus diwujudkan dalam bentuk “seukuran dan
tunai”. Karena tidak memenuhi syarat inilah riba dilarang. Kalau objeknya
berbeda, maka keseimbangannya relative lebih longgar; ada peluang
kelebihan pada salah satu pihak sebagai keuntungan. Contoh, jasa pekerja
dalam sebuah kontrak dapat diimbali lebih dari upah standar (ajr al-mitsl;

- 13
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

UMR). Kalau itu tidak terwujud, maka terjadilah ketidak-adilan atau


kezaliman.
Atas dasar itu, al-Kasânî (2003, Juz 7: 517) menegaskan bahwa sumber
keuntungan yang absah ada tiga, yaitu harta, kerja dan tanggung jawab atau
jaminan. Tanggung jawab atau jaminan berkaitan dengan kesediaan
memikul risiko dari sebuah pekerjaan dan ia diakui dapat dijadikan sebagai
dasar perolehan keuntungan. Sebagai contoh, kalau seseorang menerima
suatu pekerjaan dengan imbalan tertentu, kemudian ia serahkan kepada
orang lain dengan imbalan lebih kecil, sisanya jadi keuntungannya. Di sini,
yang jadi sebab keuntungan itu adalah tangung jawab pihak yang menerima
pekerjaan pertama. Logika kontrasnya, pihak manapun yang tidak memikul
tanggung jawab atau risiko, tidak berhak mendapatkan keuntungan.

1. Teks Hadis
Syarḥ dan kritik hadis dengan metode takhrîj tentang hadis
keuntungan tanpa menanggung risiko bermula dari hadis dalam fatwa
Dewan Syari'ah Nasional (DSN) Nomor 65 tahun 2008 tentang Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah, yang sepertinya kutipan dari kitab
Bulûgh al-Marâm karya Ibn Ḥajar al-‘Asqalânî (2003: 233) berikut:

ٌ َ‫ﻮل اَ ﱠِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ َﻻ َِﳛ ﱡﻞ َﺳﻠ‬


‫ﻒ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬ َ َ‫ﺐ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ َﺟ ِّﺪﻩِ ﻗ‬
َ َ‫ﺎل ﻗ‬ ٍ ‫َو َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮ ِو ﺑْ ِﻦ ُﺷ َﻌ ْﻴ‬
ِ ‫ وَﻻ ﺑـﻴﻊ ﻣﺎ ﻟَﻴ‬,‫ﻀﻤﻦ‬ ِ ِِ
ُ‫ﺻ ﱠﺤ َﺤﻪ‬
َ ‫ﺴﺔُ َو‬
َ ‫)رَواﻩُ اَ ْﳋَ ْﻤ‬
َ ‫ﺲ ﻋ ْﻨ َﺪ َك‬
َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ‫ َوَﻻ رﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬,‫َوﺑَـ ْﻴ ٌﻊ َوَﻻ َﺷ ْﺮﻃَﺎن ﰲ ﺑَـ ْﻴ ٍﻊ‬
(‫ي َواﺑْ ُﻦ ُﺧ َﺰْﳝَﺔَ َوا ْﳊَﺎﻛِ ُﻢ‬ ‫ﻟﱰِﻣ ِﺬ ﱡ‬
ِّْ َ‫ا‬
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak halal (memberikan) pinjaman dan jual beli, tidak halal
(menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal keuntungan
sesuatu yang tidak ditanggung risikonya, dan tidak halal (melakukan)
penjualan sesuatu yang tidak ada padamu.” (HR. Al-khamsah; hadis ini
dinyatakan shahih oleh Tirmizi, Ibn Khuzaimah, dan Ḥakîm)

Dari kutipan di atas diketahui bahwa mashâdir al-ashlîyaḧ-nya, sesuai


urutan Ibn Ḥajar, adalah empat Sunan (Abû Dâwud, al-Nasâ`î, al-Tirmidzî, Ibn
Mâjaḧ) dan Musnad Aḥmad. Dilâlaḧ atau tawtsîq hadis tersebut

14 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

menggunakan kitab al-Jâmi’ al-Shaghîr al-Suyûthî (t.th., Juz 3: 279), dengan


lafal awal nahâ ‘an salaf wa bay’, ditemukan petunjuk:

‫ ورﺑﺢ ﻣﺎ ﱂ ﺗﻀﻤﻦ‬،‫ وﺑﻴﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪك‬،‫ وﺷﺮﻃﲔ ﰲ ﺑﻴﻊ‬،‫ﻰ ﻋﻦ ﺳﻠﻒ وﺑﻴﻊ‬K


(‫)ح‬- ‫ ) ﻃﺐ ( ﻋﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام‬-
Hal itu berarti bahwa mashâdir al-ashlîyaḧ hadis dimaksud adalah al-
Mu’jam al-Kabîr al-Thabrânî. Hadisnya sendiri dinyatakan hasan oleh al-
Suyûthî. Dilâlaḧ hadis pakai al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts, AJ.
Weinsinck (1969, Juz 2:210), dengan akar kata ribḥ, pada entri wa lâ ribḥ mâ
lam yudhman ditemukan petunjuk

‫ ﺣﻢ‬،،٢٦ ‫ دي ﺑﻴﻮع‬،،٣٠ ‫ ﺟﻪ ﲡﺎرات‬،،٧٦ ،٧٢ ،٧١ ‫ ن ﺑﻴﻮع‬،،٦٨ ‫ د ﺑﻴﻮع‬،،١٩ ‫ت ﺑﻴﻮع‬


٢٠٥ ،١٧٦ ،١٧٥ ،٢
Hal itu menunjukkan bahwa mashâdir al-ashlîyaḧ-nya adalah: Sunan
Abî Dâwud, Sunan al-Nasâ`î, Sunan Ibn Mâjaḧ, Sunan al-Dârimî, dan Musnad
Aḥmad. Dilâlaḧ dan tawtsiq yang bersifat cek ricek menggunakan Program
al-Maktabah al-Syâmilah. Dari proses itu diketahui hadis tersebut terdapat
dalam beberapa mashâdir al-ashlîyaḧ berikut: Musnad Al-Rabî’ bin Ḥabîb (w.
103 H), Musnad al-Thayalâsî (w. 204 H), Mushannaf ‘Abd al-Razzâq (w. 211
H), Mushannaf Ibn Abi Syaybaḧ (159-235 H), Musnad Aḥmad (w. 241 H),
Sunan al-Dârimî (181-255 H), Akhbâr Makkaḧ al-Fâkihî (w. h. 272 H), Sunan
Ibn Mâjaḧ (w. 273 H), Sunan al-Tirmidzî (209-279 H), Sunan al-Nasâ`î (w.
303 H), Al-Muntaqâ Ibn Jârûd (w. 307 H), al-Mu’jam al-Awsath al-Thabrânî
(w. 360 H), Sunan al-Dâruquthnî (306-385 H), Mustadrak al-Ḥâkim (321-405
H), Sunan al-Kubrâ al-Bayhâqî (w. 458 H), al-Sunan al-Shughrâ al-Bayhâqî
(w. 458 H), Ma’rifaḧ al-Sunan al-Bayhâqî (w. 458 H), dan Syarḥ al-Sunnaḧ al-
Baghawî (436-516 H H).
Dari semua tahapan penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan
mashâdir al-ashlîyaḧ hadis keuntungan tanpa menanggung risiko sebagai
berikut:

- 15
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

TABEL I
MASHÂDIR AL-ASHLÎYAḦ HADIS KEUNTUNGAN TANPA MENANGGUNG
RISIKO
No Dilâlaḧ Mashâdir al-Ashlîyaḧ
Sunan Abû Dâwud (w. 275 H), Sunan al-Nasâ`î (w. 303 H),
Bulûgh al-
1 Sunan al-Tirmidzî (209-279 H), Sunan Ibn Mâjaḧ (w. 273 H),
Marâm
dan Musnad Aḥmad (w. 241 H)
Al-Jâmi’ al-
2 Al-Mu’jam al-Kabîr al-Thabrânî (260-360 H)
Shaghîr
Al-Mu’jam al- Sunan Abû Dâwud (w. 275 H), Sunan al-Nasâ`î (w. 303 H),
3 Mufahras li Sunan Ibn Mâjaḧ (w. 273 H), Sunan al-Dârimî (181-255 H),
Alfâzh al-Hadîts dan Musnad Aḥmad (w. 241 H)
Musnad Al-Rabî’ bin Ḥabîb (w. 103 H), Musnad al-Thayalâsî
(w. 204 H), Mushannaf ‘Abd al-Razzâq (w. 211 H),
Mushannaf Ibn Abî Syaybaḧ (159-235 H), Musnad Aḥmad (w.
241 H), Sunan al-Dârimî (181-255 H), Akhbâr Makkaḧ al-
Fâkihî (w. h. 272 H), Sunan Ibn Mâjaḧ (w. 273 H), Sunan al-
Program al-
Tirmidzî (209-279 H), Sunan al-Nasâ`î (w. 303 H), Al-
4 Maktabah al-
Muntaqâ Ibn Jârûd (w. 307 H), al-Mu’jam al-Awsath al-
Syâmilah
Thabrânî (260-360 H), Sunan al-Dâruquthnî (306-385 H),
Mustadrak al-Ḥâkim (321-405 H), Sunan al-Kubrâ al-
Bayhâqî (w. 458 H), al-Sunan al-Shughrâ al-Bayhâqî (w. 458
H), Ma’rifaḧ al-Sunan al-Bayhâqî (w. 458 H), dan Syarḥ al-
Sunnaḧ al-Baghawî (436-516 H H)

Ada sebanyak 37 matan hadis, khususnya frase yang secara spesifik


berbicara tentang keuntungan tanpa menanggung risiko. Dari tiga puluh
tujuh hadis tersbut, terdapat beberapa hadis dengan matan yang identic.
Kalau matan hadis yang identic disatukan, ditambah dengan yang unik
(sendirian), maka jumlah matan hadis tersebut adalah sebelas buah,
sebagai tergambar pada tabel berikut:

16 -
‫‪___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni‬‬

‫‪TABEL 2‬‬
‫‪IDENTISITAS MATAN HADIS KEUNTUNGAN TANPA MENANGGUNG‬‬
‫‪RISIKO‬‬

‫‪Matan‬‬ ‫‪Mashâdir al-Ashlîyaḧ‬‬ ‫‪No‬‬


‫ﻣﺴﻨﺪ اﻟﺮﺑﻴﻊ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ‪ُ ،‬ﻣﺼﻨﻒ اﺑﻦ أﰊ ﺷﻴﺒﺔ‬
‫ﺼٍ‬
‫ﺎل‪… :‬‬ ‫ِ‬
‫… ﻓَﺎﻧْـ َﻬ ُﻬ ْﻢ َﻋ ْﻦ أ َْرﺑَ ِﻊ ﺧ َ‬ ‫)‪ ،(22349‬أﺧﺒﺎر ﻣﻜﺔ ﻟﻠﻔﺎﻛﻬﻲ )‪،(1801‬‬
‫‪1‬‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ…‬ ‫َو َﻋ ْﻦ ِرﺑْ ٍﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳُ ْ‬ ‫اﳌﻌﺠﻢ اﻷوﺳﻂ ﻟﻠﻄﱪاﱐ )‪ ،(9007‬اﻟﺴﻨﻦ‬
‫اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ )‪(10682‬‬
‫ﻣﺴﻨﺪ اﻟﻄﻴﺎﻟﺴﻲ )‪ ،(2371‬ﻣﺴﻨﺪ أﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬
‫)‪ ،(6628‬ﻣﺴﻨﺪ أﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ )‪ ،(6918‬ﺳﻨﻦ‬
‫اﻟﺪارﻣﻲ )‪ ،(2602‬ﺳﻨﻦ اﻟﻨَﺴﺎﺋﻲ )‪ ،(6180‬ﺳﻨﻦ‬

‫ﻮل ِ‬ ‫اﻟﻨَﺴﺎﺋﻲ )‪ ،(6182‬اﳌﻌﺠﻢ اﻷوﺳﻂ ﻟﻠﻄﱪاﱐ‬


‫ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﻧَـ َﻬﻰ َر ُﺳ ُ‬
‫)‪ ،(1554‬اﳌﻌﺠﻢ اﻷوﺳﻂ ﻟﻠﻄﱪاﱐ )‪،(4683‬‬ ‫‪2‬‬
‫… َو َﻋ ْﻦ ِرﺑْ ِﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳُ ْ‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬
‫اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ )‪ ،(10828‬اﻟﺴﻨﻦ‬
‫اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ )‪ ،(10922‬ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﺴﻨﻦ‬
‫اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ )‪ ،(11513‬ﺷﺮح اﻟﺴﻨﺔ اﻟﺒﻐﻮي‬
‫)‪.(2112‬‬
‫ﺿ ِﻤﻨَﻪُ‬ ‫ﲦََﻨُﻪُ ﻟِﻠْﺒَﺎﺋِ ِﻊ ِﻷَ ﱠن اﻟ ُْﻤ ْﺒﺘَﺎعَ َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ َ‬
‫ﻣﺼﻨﻒ ﻋﺒﺪ اﻟﺮزاق‪.‬‬ ‫‪3‬‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬ ‫ﻓَ َﻼ ﻳَ ُﻜﻮ ُن ﻟَﻪُ ِرﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳَ ْ‬
‫ﺲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ ‫…ﻻَ ﺗَﺄْ ُﻛﻞ َﺷ ﱠ ٍ‬
‫ﻒ َﺷ ْﻲء ﻟ َْﻴ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُﻣﺼﻨﻒ اﺑﻦ أﰊ ﺷﻴﺒﺔ )‪ ،(22348‬ﺳﻨﻦ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬
‫‪4‬‬
‫ﺿ َﻤﺎﻧَﺔٌ‬
‫َ‬ ‫) ‪.(2188‬‬
‫ﺎﻫ ْﻢ …‬ ‫ِ‬
‫ﺚ ﲡَ َﺎرةً ﻧَـ َﻬ ُ‬ ‫أَ ﱠن َﺟﺪﱠﻩُ َﻛﺎ َن إِ َذا ﺑَـ َﻌ َ‬
‫ُﻣﺼﻨﻒ اﺑﻦ أﰊ ﺷﻴﺒﺔ )‪.(22350‬‬ ‫‪5‬‬
‫َو َﻋ ْﻦ ِرﺑْ ِﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳَ ْ‬
‫ﻀ َﻤﻨُﻮا‬
‫ﻣﺴﻨﺪ أﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ )‪ ،(6671‬ﺳﻨﻦ أﰊ داود‬
‫َﻻ َِﳛ ﱡﻞ … َوَﻻ ِرﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳُ ْ‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ…‬ ‫‪6‬‬
‫)‪ ،(3504‬ﺳﻨﻦ اﻟﱰﻣﺬى )‪ ،(1224‬ﺳﻨﻦ اﻟﻨَﺴﺎﺋﻲ‬

‫‪- 17‬‬
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

‫ ﺳﻨﻦ‬،(601) ‫ اﳌﻨﺘﻘﻰ ﻻﺑﻦ اﳉﺎرود‬،(6181)


‫ اﳌﺴﺘﺪرك اﳊﺎﻛﻢ‬،(3040) ‫اﻟﺪارﻗﻄﲎ‬
،(10419) ‫ اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬،(2185)
(2112, penjelasan) ‫ﺷﺮح اﻟﺴﻨﺔ اﻟﺒﻐﻮي‬
‫ اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬،(2189) ‫ﺳﻨﻦ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬ ِّ ‫ﻧَـ َﻬﺎﻩُ َﻋ ْﻦ ِﺷ‬
ْ ُ‫ﻒ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬ 7
.(1918) ‫ اﻟﺴﻨﻦ اﻟﺼﻐﲑ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬،(10683)
‫ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ِ ُ ‫ﻧَـﻬ ِﺎﱐ رﺳ‬
َ ‫ﻮل ا ﱠ‬ َُ َ
… ‫ َﻋ ْﻦ‬:‫ﺎل ِﰲ اﻟْﺒَـ ْﻴ ِﻊ‬ ٍ‫ﺼ‬ ِ
َ ‫َﻋ ْﻦ أ َْرﺑَ ِﻊ ﺧ‬ (3146) ‫اﳌﻌﺠﻢ اﻟﻜﺒﲑ ﻟﻠﻄﱪاﱐ‬ 8

ْ َ‫َوِرﺑْ ِﺢ َﻣﺎ ﺗ‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬
ٍ‫ﺼ‬ ِ ِ
‫ﺼﻠُ ُﺢ‬ ْ َ‫ أَﻧﱠﻪُ ﻻ ﻳ‬:‫ﺎل‬ َ ‫أَﺑْﻠ ْﻐ ُﻬ ْﻢ َﻋ ْﻦ أ َْرﺑَ ِﻊ ﺧ‬ (1498) ‫اﳌﻌﺠﻢ اﻷوﺳﻂ ﻟﻠﻄﱪاﱐ‬ 9
…‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬ ْ ُ‫… َوﻻ ِرﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬
ِ ِ ‫… وﻻَ ﻳﺄْ ُﻛﻞ أ‬
ْ‫َﺣ ٌﺪ ﻣ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻣ ْﻦ ِرﺑْ ِﺢ َﻣﺎ َﱂ‬َ ُ َ َ (10681) ‫اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬ 10
…‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬ ْ َ‫ﻳ‬
ْ َ‫ﺼﻠُ ُﺢ … َوﻻَ ِرﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬ ْ َ‫ﻻَ ﻳ‬ .(10856) ‫اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬ 11

2. Daftar Râwî Sanad


Secara keseluruhan, râwî dan sanad dari 35 hadis di atas berjumlah
134 orang. Untuk mengetahui lahir-wafat, rutbaḧ jarḥ wa ta’dîl dan thabaqaḧ
râwî sanad dibuat daftar menggunakan kitab Tahdzîb al-Kamâl al-Mizzî
(1980), Tahdzîb al-Tahdzîb Ibn Ḥajar al-‘Asqalânî (1326 H), Mîzân al-I’tidal
al-Dzahabî (1963), dan kitab lain yang dibutuhkan ketika tidak terdapat di
dalam kitab yang telah disebutkan. Secara tabulatif, seluruh râwî dan sanad
hadis tersebut dapat dilihat pada berikut:
TABEL 3
RÂWÎ DAN SANAD HADIS KEUNTUNGAN TANPA MENANGGUNG RISIKO
L/W (H) RJT Thabaqât
No Râwiy Sanad
L W J T J.Klm Tahdzib ST
1 ‘Attab bin Asîd 22 ‫ﺻﺤﺎﺑﻲ‬ 1 1 S

18 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Ya’lâ bin Umayyaḧ


2 47 ‫ﺻﺤﺎﺑﻲ‬ 1 1 S
al-Tamîmî
Ḥakîm bin Ḥizâm al-
3 54 ‫ﺻﺤﺎﺑﻲ‬ 1 1 S
Qursyî
Ibn ‘Amr (Jadd
4 -10 63 ‫ﺻﺤﺎﺑﻲ‬ 1 1 S
'Amr)
5 Ibn ‘Abbâs -3 68 ‫ﺻﺤﺎﺑﻲ‬ 1 1 S
‘Abd al-Raḥman Ibn
6 19 83 ‫ﺛﻘﺔ‬ 2 2 T
Abi Laylâ
‫ﺛﻘﺔ إﻣﺎم ﻓﻰ‬
Mujâhid bin Jubayr
7 19 102 ‫اﻟﺘﻔﺴﯿﺮ و ﻓﻰ‬ 3 3 T
al-Qursyî
‫اﻟﻌﻠﻢ‬
Muḥammad bin
8 ‫ﻣﻘﺒﻮل‬ 3 3 T
‘Abdillâh al-Sahmî
‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ ﻛﺒﯿﺮ‬
Muḥammad bin ‫اﻟﻘﺪر ﻻ ﯾﺮى‬
9 33 110 3 3 T
Sirîn al-Anshârî ‫اﻟﺮواﯾﺔ‬
‫ﺑﺎﻟﻤﻌﻨﻰ‬
Syu’ayb bin Ibn ‘Amr
10 ‫ﺻﺪوق‬ 3 3 T
al-Sahmî
Shafwân bin Ya’lâ al-
11 ‫ﺛﻘﺔ‬ 3 3 T
Tamîmî
Yûsuf bin Mâhik al-
12 113 ‫ﺛﻘﺔ‬ 3 3 T
Fârisî
‘Abdillâh bin
13 ‫ﻣﻘﺒﻮل‬ 3 3 T
‘Ishmaḧ al-Jusyamî
Qays bin Sa’d al-
14 113 ‫ﺛﻘﺔ‬ 6 6 T
Ḥabsyî
‫ﺛﺒﺖ رﺿﻲ‬
‘Athâ` bin Abî Rabâḥ
15 26 114 ‫ﺣﺠﺔ إﻣﺎم‬ 3 3 T
al-Qursyî
‫ﻛﺒﯿﺮ اﻟﺸﺄن‬
‘Amr bin Syu’ayb al-
16 118 ‫ﺛﻘﺔ‬ 5 5 T
Qursyî
‘Abd al-Karîm bin ‫ﻣﺘﺮوك‬
17 126 6 6 T
Abî al-Mukhâriq ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Manshûr bin Zadzân
18 128 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 6 6 T
al-Wâsithî
Yaḥyâ bin Abî Katsîr ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ ﻟﻜﻨﮫ‬
19 129 5 6 T
al-Thâ`î ‫ﯾﺪﻟﺲ وﯾﺮﺳﻞ‬
Ayyûb bin Kaysân ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺘﺖ‬
20 66 131 5 5 TT
al-Sakhtiyânî ‫ﺣﺠﺔ‬
21 Yahya bin ‘Âmir ‫ﻣﺠﮭﻮل‬ 5 5 TT

- 19
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
22 ‘Âmir al-Aḥwâl 6 6 TT
‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Al-Layts bin Abî ‫ﺿﻌﯿﻒ‬
23 136 6 6 TT
Salîm al-Qursyî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Ismâ'îl bin Umayyaḧ ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
24 139 6 6 TT
al-Umawî ‫ﺛﺒﺖ‬
Dâwud bin Abî Hind
25 140 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺘﻘﻦ‬ 5 5 TT
al-Qusyayrî 65
Dâwud bin Qays al- 140-
26 ‫ﺛﻘﺔ‬ 5 5 TT
Qursyî an
‘Âshim bin
27 142 ‫ﺛﻘﺔ‬ 4 4 TT
Sulaymân al-Aḥwâl
Ḥusayn bin
28 Dzakwân al- 145 ‫ﺛﻘﺔ‬ 6 6 TT
Mu'allim
Abd al-Malik bin Abî
29 145 ‫ﺛﻘﺔ‬ 5 4 TT
Sulayman al-Fazârî
‫ﺻﺪوق ﻛﺜﯿﺮ‬
Ḥajjâj bin Artha`aḧ
30 145 ‫اﻟﺨﻄﺄ‬ 7 5 TT
al-Nakha’î
‫واﻟﺘﺪﻟﯿﺲ‬
Muḥammad bin ‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
31 148 5 7 TT
‘Ajlân al-Qursyî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
32 Ibn Jurayj al-Makkî 74 150 ‫ﺛﻘﺔ‬ 6 6 TT
Muḥammad bin ‫ﺻﺪوق‬
33 150 5 5 TT
Isḥâq al-Qursyî ‫ﻣﺪﻟﺲ‬
Ya’lâ bin Ḥakîm al-
34 ‫ﺛﻘﺔ‬ 6 6 TT
Tsaqafî
Al-Dhaḥḥâk bin ‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
35 153 6 7 TT
‘Utsmân al-Ḥizâmî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
‫وﺿﻌﯿﻒ‬
Ja’far bin Burqân al- ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺛﻘﺔ ﻓﻲ ﻏﯿﺮ‬
36 154 7 7 TT
Kilâbî ‫ﺣﺪﯾﺚ‬ ‫اﻟﺰھﺮي‬
‫اﻟﺰھﺮي‬
Ma’mar bin Rasyîd
37 96 154 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 7 7 TT
al-Azadî
Al-Rabî’ bin Ḥabîb
38 ‫اﻟﻤﻘﺒﻮل‬ 7 7 TT
al-Bashrî
‘Abd al-Raḥman bin
39 87 157 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن‬ 7 7 TT
‘Amr al-Awzâ’î

20 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ ﻓﻘﯿﮫ‬
40 Sufyân al-Tsawrî 97 161 ‫إﻣﺎمﺣﺠﺔ‬ 7 7 TT
‫ورﺑﻤﺎ دﻟﺲ‬
‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ إﻻ‬
Yazîd bin Ibrâhîm al- ‫ﻓﻲ رواﯾﺘﮫ‬
41 161 7 7 TT
Tastarî ‫ﻋﻦ ﻗﺘﺎدة‬
‫ﻓﻔﯿﮭﺎ ﻟﯿﻦ‬
Hammâm bin Yaḥyâ
42 164 ‫ﺛﻘﺔ‬ 7 7 TT
al-'Awdzî
Syaybân bin ‘Abd al-
43 164 ‫ﺛﻘﺔ‬ 7 7 TT
Raḥman al-Tamîmî
Al-‘Alâ` bin Khâlid ‫ﺿﻌﯿﻒ‬
44 - 7 7 TT
al-Wâsithî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
‫ﺛﻘﺔ إﻣﺎم ﻟﻜﻨﮫ‬
Sa'îd bin ‘Abd al-
45 83 167 ‫اﺧﺘﻠﻂ ﻓﻲ‬ 7 7 TT
‘Azîz al-Tanûkhî
‫آﺧﺮ ﻋﻤﺮه‬
‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ ﻓﻘﯿﮫ‬
Ḥammâd bin Zayd
46 98 179 ‫إﻣﺎم ﻛﺒﯿﺮ‬ 8 8 TT
al-Azadî
‫ﻣﺸﮭﻮر‬
‘Abd al-Wârits bin
47 102 180 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 8 8 TT
Sa'îd al-'Anbarî
Yazîd bin Zarî’ al-
48 101 182 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 8 8 TTT
'Îsyî
Khâlid bin al-Ḥârits
49 120 186 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 8 8 TTT
al-Hujaymî
Yaḥyâ bin Shâliḥ al- ‫ﻣﻨﻜﺮ‬
50 8 8 TTT
Aylî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Ismâ'îl bin Ibrâhîm ‫ﺛﻘﺔﺣﺠﺔ‬
51 110 193 8 8 TTT
bin Muqsam ‫ﺣﺎﻓﻆ‬
Yaḥyâ bin Sa'îd al-
52 114 194 ‫ﺛﻘﺔ‬ 8 9 TTT
Umawî
‫ﺻﺪوق‬
Muhamamd bin al-
53 195 ‫ﻋﺎرف رﻣﻲ‬ 9 9 TTT
Fudhayl al-Dhabbî
‫ﺑﺎﻟﺘﺸﯿﻊ‬
Mu’âdz bin Mu’âdz
54 119 196 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺘﻘﻦ‬ 8 9 TTT
al-'Anbarî
Muḥammad bin
55 116 200 ‫ﺛﻘﺔ‬ 8 9 TTT
Syu’ayb al-Qursyî
Asbâth bin
56 Muḥammad al- 105 200 ‫ﺛﻘﺔ‬ 8 9 TTT
Qursyî

- 21
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
Abû Dâwud al-
57 131 203 ‫ﻏﻠﻂ ﻓﻰ‬ 9 9 TTT
Thayalâsî
‫أﺣﺎدﯾﺚ‬
Walîd bin Mazyad
58 126 203 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 9 8 TTT
al-‘Udzrî
59 Abû Bakr al-Ḥanafî 204 ‫ﺛﻘﺔ‬ 9 9 TTT
Yazîd bin Hârûn al-
60 117 206 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺘﻘﻦ‬ 9 9 TTT
Wâsithî
‘Abdullâh bin Nâfi’ ‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
61 206 9 10 TTT
al-Makhzûmî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Al-Ḥasan bin Mûsâ
62 209 ‫ﺛﻘﺔ‬ 9 9 TTT
al-Asyyab
‘Abd al-Razzâq bin
63 Hammâm al- 126 211 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 9 9 TTT
Ḥumayrî
Muḥammad bin
64 120 212 ‫ﺛﻘﺔ‬ 9 9 TTT
Yûsuf al-Firyâbî
Muḥammad bin ‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
65 213 9 9 TTT
Sulaymân al-Harânî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
‘Amr bin ‘Âshim al- ‫ﺻﺪوقﺣﺴﻦ‬
66 213 9 9 TTT
Qaysî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Sa’d bin Ḥafsh al-
67 215 ‫ﺛﻘﺔ‬ 9 10 TTT
Thalḥî
Ḥajjâj bin al-Minhâl
68 216 ‫ﺛﻘﺔ‬ 9 9 TTT
al-Anmâthî
‘Umar bin Ḥafash al-
69 222 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTT
Nakha’î
Mûsâ bin Ismâ'îl al-
70 223 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 9 9 TTT
Tabudzâkî
Sulaymân bin Ḥarb
71 144 224 ‫ﺛﻘﺔ إﻣﺎمﺣﺎﻓﻆ‬ 9 9 TTT
al-Wâsyiḥî
Musaddad bin
72 228 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 10 10 TTT
Musarhad al-Asadî
Aḥmad bin Ismâ'îl ‫ﻣﺠﮭﻮل‬
73 10 10 TTTT
al-Wâsithî ‫اﻟﺤﺎل‬
Yaḥyâ bin Bukayr al-
74 154 231 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
Qursyî
Zuhayr bin Ḥarb al-
75 160 234 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 10 10 TTTT
Ḥarsyî
‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
Abû Bakr Ibn Abî
76 159 235 ‫ﺻﺎﺣﺐ‬ 10 10 TTTT
Syaybaḧ al-Kufî
‫ﻧﯿﻒ‬‫ﺗﺼﺎ‬

22 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
‘Utsmân Ibn Abî
77 239 ‫ وﻟﮫ‬، ‫ﺷﮭﯿﺮ‬ 10 10 TTTT
Syaybaḧ
‫أوھﺎم‬
Aḥmad bin
‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
78 Shadaqaḧ al- 239 12 TTTT
Baghdâdî
‫ﻣﺘﻘﻦ إﻣﺎم‬
Aḥmad bin Ḥanbal ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ ﻓﻘﯿﮫ‬
79 164 241 10 TTTT
al-Syaybânî ‫ﺣﺠﺔ‬
Azhar bin Marwân
80 243 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
al-Raqâsyî
Aḥmad bin Munî’ al-
81 160 244 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 10 10 TTTT
Baghawî
Isḥâq bin Abî Isrâ`îl
82 151 245 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
al-Marûzî
Muḥammad bin Râfi’
83 245 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 11 TTTT
al-Qusyayrî
Ismâ'îl bin Mas’ûd
84 248 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
al-Jaḥdarî
Abû Kurayb al-
85 161 248 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 10 10 TTTT
Ḥamdânî
Sa'îd bin Yaḥyâ al-
86 249 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
Umawî
Ziyâd bin Ayyûb al-
87 166 252 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 10 10 TTTT
Thûsî
Abdullâh bin 'Abd ‫ﺛﻘﺔ ﻓﺎﺿﻞ‬
88 180 255 10 11 TTTT
al-Raḥman al-Dârimî ‫ﻣﺘﻘﻦ اﻟﺤﺎﻓﻆ‬
‘Alî bin Khasyram al-
89 160 257 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
Marûzî
Muḥammad bin ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
90 172 258 11 11 TTTT
Yaḥyâ al-Dzuhlî ‫ﺟﻠﯿﻞ‬
Al-Ḥasan bin
91 Muḥammad al- 260 ‫ﺛﻘﺔ‬ 10 10 TTTT
Za’farânî
Aḥmad bin Yûsuf al-
92 184 264 ‫ﺣﺎﻓﻆ ﺛﻘﺔ‬ 11 11 TTTT
Sulamî
Yûnus bin Ḥabîb al-
93 267 ‫ﺛﻘﺔ‬ 11 TTTT
Ashbihânî
Yaḥyâ bin
94 Muḥammad al- 267 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 11 11 TTTT
Dzuhlî
‘Abd al-Quddûs bin
95 Muḥammad al- ‫ﺛﻘﺔ‬ 11 11 TTTT
Bashrî

- 23
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Muḥammad bin
96 182 268 ‫ﺛﻘﺔ‬ 11 11 TTTT
‘Abdillâh al-Bâlisî
Al-‘Abbâs bin al-
97 169 270 ‫ﺛﻘﺔ‬ 11 11 TTTT
Walîd al-‘Udzrî
Al-‘Abbâs bin
98 173 271 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 11 11 TTTT
Muḥammad al-Dûrî
‫أﺣﺪ اﻷﺋﻤﺔ‬
Ibn Mâjaḧ al- ‫اﻟﺤﺎﻓﻆ‬
99 209 273 11 TTTT
Qazwaynî ‫ﺻﺎﺣﺐ‬
‫اﻟﺴﻨﻦ‬
Abû Dâwud al-
100 202 275 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 11 11 TTTT
Sajastânî
Muḥammad bin 'Îsâ ‫أﺣﺪ اﻷﺋﻤﺔ‬
101 209 279 12 12 TTTT
al-Tirmidzî ‫اﻟﺤﺎﻓﻆ‬
Ibn Abî Maryam al- ‫ﻣﺘﺮوك‬
102 281 12 TTTT
Jamḥî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Ismâ'îl bin Isḥâq al-
103 200 281 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 12 TTTT
Qâdhî
Abû Zar’aḧ al- ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
104 281 11 TTTT
Dimasyqî ‫ﻣﺼﻨﻒ‬
Miqdâm bin Dâwud ‫ﺿﻌﯿﻒ‬
105 283 12 TTTT
al-Ra'înî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Abû al-Mutsannâ al-
106 288 ‫ﺛﻘﺔ‬ 12 TTTT
'Anbarî
Aslam bin Sahl al-
107 292 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 12 TTTT
Wâsithî
Aḥmad bin Syu’ayb ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬
108 215 303 12 TTTTT
al-Nasâ`î ‫ﺣﺎﻓﻆ‬
‘Abdullâh bin 'Alî
109 230 307 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 13 TTTTT
Ibn al-Jârûd
Aḥmad bin Isḥâq al-
110 231 317 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن‬ 13 TTTTT
Tanûkhî
Abû ‘Utsmân Sa'îd
111 bin Muḥammad al- 321 ‫ﺛﻘﺔ‬ 13 TTTTT
Bay'
Abû Ḥâmid Aḥmad
112 240 325 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن‬ 13 TTTTT
al-Naysâburî
‘Alî bin Muḥammad
113 338 ‫ﺛﻘﺔ‬ 14 TTTTT
al-Mishrî
‘Alî bin Hamsyâd al-
114 258 338 ‫ﺛﻘﺔ إﻣﺎم‬ 14 TTTTT
Naysâburî
Abû Sa'îd Aḥmad Ibn
115 246 340 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 14 TTTTT
al-A’rabî

24 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Abû Bakr bin Isḥâq


116 258 342 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 14 TTTTT
al-Shibghî
Abû ‘Abdillâh
117 Muḥammad al- 250 344 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 14 TTTTT
Syaybânî
Aḥmad bin ‘Ubayd
118 345 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 14 TTTTT
al-Shaffâr
Abû al-’Abbâs
119 Muḥammad bin 247 346 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 14 TTTTT
Ya’qub al-Umawî
Sulaymân bin
120 260 360 ‫ﺣﺎﻓﻆ ﺛﺒﺖ‬ 15 TTTTT
Aḥmad al-Thabrânî
‘Alî bin ‘Umar al- ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬
121 306 385 16 TTTTTT
Dâruquthnî ‫ﺣﺠﺔ‬
Muḥammad bin ‘Abd
122 al-Raḥman al- 305 393 ‫ﺛﻘﺔ‬ 16 TTTTTT
Dzahabî
Abû al-Ḥasan
123 Muḥammad al- 329 401 ‫ﺛﻘﺔ‬ 16 TTTTTT
‘Alawî
Abû ‘Abdillâh al-
124 321 405 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 17 TTTTTT
Ḥâkim al-Naysâburî
Abû al-Qâsim
125 Hibatullâh al-Râzî 408 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺤﺪث‬ 17 TTTTTT
al-Thabarî
Abû Muḥammad bin
126 315 409 ‫ﺛﻘﺔ‬ 17 TTTTTT
Yûsuf al-Ashbihânî
Abû ‘Abdillâh Isḥâq
127 bin Muḥammad al- 410 ‫ﺛﻘﺔ‬ 17 TTTTTT
Sûsî
Abû Thâhir
128 Muḥammad al-Faqîh 317 410 ‫ﺛﻘﺔ إﻣﺎم‬ 17 TTTTTT
al-Ziyâdî
Abû ‘Abd al-Raḥman ‫ﺿﻌﯿﻒ‬
129 330 412 17 TTTTTT
al-Sulamî ‫اﻟﺤﺪﯾﺚ‬
Abû Zakariyâ bin
130 Abî Isḥâq al- 414 ‫ﺛﻘﺔ ﻣﺘﻘﻦ‬ 17 TTTTTT
Naysâburî
Abû al-Ḥasan ‘Alî bin
131 415 ‫ﺛﻘﺔ‬ 17 TTTTTT
Aḥmad al-Syîrâzî
‘Alî bin Muḥammad
132 328 415 ‫ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ‬ 17 TTTTTT
al-Umawî
133 Abu Sa'îd bin Abî 421 ‫ﺛﻘﺔ‬ 17 TTTTTT

- 25
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

‘Amr al-Syâdzân
Abû Bakr Aḥmad al-
134 384 458 ‫ﺛﻘﺔﺣﺎﻓﻆ‬ 19 TTTTTT
Bayhâqî

Tabel di atas memperlihatkan jumlah râwî untuk masing-masing


thabaqât adalah: Pertama, untuk râwî Shaḥâbî (S) sebanyak 5 orang. Kedua,
râwî tâbi'în (T) sebanyak 14 orang. Ketiga, râwî Tâbi' Tâbi'în (TT) sebanyak
28 orang. Keempat, râwî Tâbi' Tâbi' Tâbi'în (TTT) sebanyak 25 orang.
Kelima, râwî Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi'în (TTTT) sebanyak 35 orang.
Keenam, râwî Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi'în (TTTTT) sebanyak 13 orang.
Ketujuh, râwî Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi'în (TTTTTT) sebanyak 14
orang.

3. Diagram atau Silsilah Sanad


Dalam bentuk diagram, semua râwî sanad hadis di atas dapat dilihat
ilustrasinya pada gambar 1:

4. Taqsîm atau Kualifikasi Hadis


Dilihat dari jumlah râwî-nya pada tiap tingkatan, hadis ini bisa
dikatakan sebagai hadis mutawâtir, karena jumlah râwî tiap tingkatannya
mencapai jumlah mutawâtir. Menurut Ashḥâb al-Syâfi’î sudah disebut
mutawâtir kalau râwî di satu tingkatan berjumlah 5 orang (Endang Soetari,
Ad., 2008,:114). Râwî pada tingkatan Shaḥâbî berjumlah 5 orang, pada
tingkatan tâbi’în (T) 14 orang, pada tingkatan tâbi’ al-tâbi’în (TT) 29 orang,
tâbi’ min atibbâ’ al-tâbi’în (TTT) 26 orang, tâbi’ al-tâbi’în min atibbâ’ al-
tâbi’în (TTTT) 39 orang, tâbi’ min atibbâ’ al-tâbi’în min atibbâ’ al-tâbi’în
(TTTTT) 14 orang dan tâbi’ al-tâbi’în min atibbâ’ al-tâbi’în min atibbâ’ al-
tâbi’în (TTTTTT) sebanyak 16 orang. Keterangan itu sekaligus
menginformasikan bahwa jumlah râwî pada tiap tingkatannya tetap
memenuhi syarat ketiga hadis mutawâtir yang dikemukakan ulama.

26 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

GAMBAR 1
DIAGRAM SANAD HADIS KEUNTUNGAN TANPA MENANGGUNG RISIKO
0H

Rasulullah

‘Attab

Ya’la
Hakim bin Hizam

Ibn ‘Amr
Ibn ‘Abbas

80 H Ibn Abi Layla

Mujahid Muhammad
Shafwan bin Ya’la

Qays bin Sa’d ‘Atha` Syu’ayb Ibn Sirin Ibn ‘Ishmah


‘Amr bin Syu’ayb
Yusuf bin Mahik
‘Abd al-Karim
Yahya bin Abi Katsir Ayyub Ibn Zadzan
130 H
‘Yahya bin ‘Amir ‘Amir al-Ahwal
Ibn Abi ‘Umar ‘Ashim al-Ahwal Dawud bin Qays Isma’il bin Umayyah
Ibn Abi Hind Layts al-Qursyiy
Husayn al-Mu’allim ‘Abd al-Malik
al-Dhahhak Hajjaj Ibn ‘Ajlan
Ya’la bin Hakim Muhamamd bin Ishaq Ibn Jurayj
Al-Rabi’ Ma’mar Ibn Burqan
Ibn Khalid al-Wasithiy al-Awza’iy
Ibn ‘Ajlan Yazid bin Ibrahim Sufyan Tsawriy
Hammam bin Yahya Syayban al-Taymiy
Sa'id bin 'Abd al-'Aziz

Hammad bin Zayd ‘Abd al-Warits


180 H Yazid bi n Zari’
Khal id
Yahya bi n Shal ih al-Ayliy
Isma’il bin Ibrahim Yahya bin Sa’i d al-
Mu’adz bi n Mu’adz Ibn al-Fudhayl
Asbath Ibn Syu’ayb bin Syabur
Al-Thayal asiy Ibn Mazyad
Abu Bakar al -Hanafiy Yazid bin Harun ‘Abdull ah bin Nafi’
Hajj aj bi n Mi nhal al-Asyyab dan Ibn
‘Abd al-Razzaq
Ibn ‘Ashi m Ibn Sulayman bin Abi Dawud Hafash al-Thalhiy al-Fi ryabiy

‘Amr bin Hafash


Sulayman bin Harb Musa bin Isma’il

Ahmad Isma’il al-Wasithiy Zuhayr Musaddad Yahya bin Bukayr


230 H
Ibn Abi Syaybah 'Utsman bin Abi Syaybah
Ahmad al-Baghdadi y
Ahmad Ahmad bi n Muni’ Ibn Khasyram
Azhar Ishaq bin Abi Isra`il
Muhammad bin Rafi’
Abu Kurayb
Isma’il bi n Mas’ud Ziyad bin Ayyub Sa’i d bin Yahya al-Umawiy
al -Darimiy
al-Za’faraniy
Yahya bi n Muhammad
Ibn Yusuf al-Sul ami y 'Abd al-Quddus
Ibn ‘Abdi llah 'Abd al-Haki m Ibn Wali d bin Mazyad al-Duriy
Ibn Majah
Abu Dawud Ibn Yahya al-Dzuhl iy
al-Tirmidziy Abu Zar’ah Ibn Ishaq al-Qadhiy al-Mi qdam
Ibn Abi Maryam

Aslam Abu al-Mutsanna

al -Nasa`iy
300 H
Ibn Jarud

Abu Hami d Ahmad al-Hannath


Ibn Buhlul

Abu al-Hasan al-Mishriy Ibn Hamsyad


Ibn al-A’rabiy
Abu Bakar bi n Ishaq
Ibn ‘Ubayd al-Shaffar
Ibn Ya’qub al-Hafizh

Abu al-'Abbas al -Asham


al -Thabraniy
360 H

al-Daruquthniy
Ibn ‘Abd al-Rahman bin al-‘Abbas

Ibn al-Husayn al-‘Alawiy al -Susi y Abu Thahi r


Abu ‘Abdi llah al-Hakim
Abu Muhammad bin Yusuf al-Thabariy Abu 'Abd al -Rahman al-Sulamiy
Abu Zakari ya
Ibn Bisyran Ibn Ahmad bin ‘Abdan Ibn ‘Abdan
Abu Sa’id
420 H

al-Bayhaqiy (al-Kubra) al-Bayhaqiy (al-Shaghîr)

Keterangan Warna = Thabaqaḧ Shahâbiy = Thabaqaḧ Tâbi'în = Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi'în = Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi' Tâbi'în
= Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi' min Tâbi' Tâbi'în = Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi' Tâbi'în
= Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi' Tâbi'în = Thabaqaḧ Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' Tâbi' min Tâbi' Tâbi'în

550 H

- 27
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Berkaitan dengan syarat kedua hadis mutawâtir, dari Table 2 di atas


dapat dilihat bahwa matan yang berada pada nomor urut 1, 4, 6, 9 10 dan 11
merupakan pemberitaan berupa ucapan Rasulullah yang didengar langsung
oleh râwî shaḥâbî. Sedikit berbada dengan itu, matan pada nomor urut 8
merupakan pemberitaan tindakan Rasulullah, berupa pelarangan, yang
didengar dan diterima langsung oleh râwî shaḥâbî. Sementara matan pada
nomor urut 2 dan 7 merupakan pemberitaan dari râwî shaḥâbî yang bisa
dikatakan sebagai kesimpulan mereka terhadap sebuah peristiwa, di mana
pada waktu itu Rasulullah pernah melarang mengambil keuntungan tanpa
menanggung risiko. Larangan itu sendiri bisa jadi diucapkan rasul
(pendengaran), dan bisa jadi juga dalam bentuk tindakan (penglihatan).
Artinya, walaupun secara formal ia berupa kesimpulan, tapi ia berangkat
dari pendengaran atau penglihatan râwî shaḥâbî tersebut. Sedang matan
pada nomor urut 3 dan 5 merupakan berita yang sama sekali tidak berasal
dari Rasulullah SAW. Pada matan hadis nomor urut 3 berita itu berasal dari
tâbi’ tâbi’în, Sufyân al-Tsawrî, tentang putusannya ketika menyelesaikan
suatu perkara. Pemberitaan pada nomor urut 5 berasal dari tâbi’în, ‘Amr bin
Syu’ayb, yang menceritakan tindakan Kakeknya, shabahat ‘Abdillâh bin ‘Amr.
Hal itu mengundikasikan bahwa matan tersebut (khususnya larangan
mengambil keuntungan tanpa menanggung risiko), secara maknawi,
memenuhi syarat hadis mutawâtir. Tentu saja mutawâtir yang dimaksud
bukanlah mutawâtir lafzhî; melainkan mutawâtir ma’nawî. Status mutawâtir
ma’nawî tersebut khususnya tertuju pada hadis dengan matan seperti
tertera pada nomor urut 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 10, dan 11.
Penjelasan sebelumnya juga memberikan informasi bahwa hadis
dengan matan sesuai dengan nomor urut 1, 4, 6, 8, 9 10 dan 11 adalah hadis
marfû’ ḥaqîqî. Sementara hadis dengan matan sesuai dengan nomor urut 2
dan 7 adalah marfû’ ḥukmî, meski berasal (diucapkan) dari sahabat
(mawqûf), tepi ia berposisi marfû’ (Mahmud al-Thahhan, 1415 H: 99-100).
Hadis nomor urut 3 dari table dua adalah hadis maqthû'. Sedang hadis
nomor urut 5 dari table di atas adalah hadis mawqûf.
Terakhir, dari sisi kebersambungan sanadnya, 31 buah dari 37 hadis di
atas termasuk hadis yang bersambungan sanad (ittishâl al-sanad). Sedang
sisanya, sebanyak 6 hadis, termasuk hadis yang tidak bersambung sanadnya.

28 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Hadis yang muttashil adalah Musnad Abû Dâwud al-Thayalâsî (hadis nomor
2371), Mushannaf ‘Abd al-Razzâq (hadis nomor 14251), Mushannaf Ibn Abi
Syaybaḧ (hadis nomor 22348, 22349 dan 22350), Musnad Aḥmad bin
Ḥanbal (hadis nomor 6628, 6671 dan 6918), Sunan al-Dârimî (hadis nomor
2602), Sunan Ibn Mâjaḧ (hadis nomor 2188 dan 2189), Sunan Abû Dâwud
(hadis nomor 3504), Sunan al-Tirmidzî (hadis nomor 1224), Sunan al-Nasâ`î
(hadis nomor 6180, 6181 dan 6182), al-Muntaqâ Ibn al-Jârûd, al-Mu’jam al-
Kabîr al-Thabrânî (hadis nomor 3146, 4683 dan 9007), Sunan al-Dâruquthnî
(hadis nomor 3040), Mustadrak al-Ḥâkim (hadis nomor 2185), Sunan al-
Kubrâ al-Bayhâqî (hadis nomor 10419), 10681, 10682, 10683, 10828, 10856
dan 10922), Sunan al-Shaghîr al-Bayhâqî (hadis nomor 1918), dan Ma’rifaḧ
al-Sunan al-Bayhâqî (hadis nomor 11513). Sementara hadis yang sanadnya
munfashil adalah Musnad Al-Rabî’ bin Ḥabîb (hadis nomor 894), Akhbâr
Makkaḧ al-Fâkihî (hadis nomor 1801), al-Mu’jam al-Awsath al-Thabrânî
(hadis nomor 1498), al-Mu’jam al-Awsath al-Thabrânî (hadis nomor 1554),
Ma’rifaḧ al-Sunan al-Baghawî (hadis nomor 2112), Ma’rifaḧ al-Sunan al-
Baghawî (Penjelasan hadis nomor 2112).

5. Tashḥîḥ atau Kualitas Hadis


Berangkat dari penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa ada 19 buah
hadis yang memenuhi syarat sḥahîḥ, yaitu Mushannaf Ibn Abi Syaybaḧ (hadis
nomor 22349), Musnad Aḥmad bin Ḥanbal (hadis nomor 6671 dan 6918),
Sunan al-Dârimî (hadis nomor 2602), Sunan Ibn Mâjaḧ (hadis nomor 2188),
Sunan Abû Dâwud (hadis nomor 3504), Sunan al-Tirmidzî (hadis nomor
1224), Sunan al-Nasâ`î (hadis nomor 6180, 6181 dan 6182), al-Muntaqâ Ibn
al-Jârûd, Sunan al-Dâruquthnî (hadis nomor 3040), Mustadrak al-Ḥâkim
(hadis nomor 2185), Sunan al-Kubrâ al-Bayhâqî (hadis nomor 10419, 10681,
10828 dan 10922), Sunan al-Shaghîr al-Bayhâqî (hadis nomor 1918), dan
Ma’rifaḧ Sunan al-Bayhâqî (hadis nomor 11513).
Sementara sisanya, sebanyak 18 hadis, termasuk kategori sḥahîḥ li
ghayrih, yaitu Musnad al-Rabî’ bin Ḥabîb (hadis nomor 894), Musnad Abû
Dâwud al-Thayalâsî, Mushannaf ‘Abd al-Razzâq (hadis nomor 14251),
Mushannaf Ibn Abi Syaybaḧ (hadis nomor 22348 dan 22350), Musnad Aḥmad
bin Ḥanbal (hadis nomor 6628), Akhbâr Makkaḧ al-Fâkihî (hadis nomor
1801), Sunan Ibn Mâjaḧ (hadis nomor 2189), al-Mu’jam al-Kabîr al-Thabrânî

- 29
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

(hadis nomor 3146), al-Mu’jam al-Awsath al-Thabrânî (hadis nomor 1498,


1554, 4683 dan 9007), Sunan al-Kubrâ al-Bayhâqî (hadis nomor 10682,
10683 dan 10856), Ma’rifaḧ al-Sunan al-Baghawî (hadis nomor 2112), dan
Ma’rifaḧ al-Sunan al-Baghawî (Penjelasan hadis nomor 2112).

6. Tathbîq atau Aplikasi Hadis


Dari sisi tathbîq, sebagai hadis mutawâtir, maka (larangan mengambil)
keuntungan tanpa menanggung risiko ini memberikan faidah ilmu secara
dharûrî. Artinya, yang diberitakan hadis itu harus diterima secara bulat,
hingga mencapai tingkat qath’î. Dengan demikian, posisinya setara dengan
ayat yang melarang memakan riba. Sebab riba sendiri adalah salah satu
bentuk pengambilan keuntungan tanpa memikul risiko (rugi; hilang dan
sebagainya).
Berbagai hadis tersebut di atas juga dikuatkan oleh (syâhid) hadis
yang berasal dari A’isyah (râwî shaḥâbî) yang terdapat dalam banyak
mashâdir al-ashlîyaḧ. Hadis tersebut, dengan lafal Abû Dâwud (t.th., Juz 3, h.
284), berbunyi sebagai berikut:
ٍ ‫ ﻋﻦ َﳐْﻠَ ِﺪ ﺑ ِﻦ ُﺧ َﻔ‬،‫ﺐ‬
ِ َ ِ‫ َﻋﻦ َﻋﺎﺋ‬،َ‫ َﻋﻦ ُﻋﺮوة‬،‫ﺎف‬ ِ
ُ‫ﺸﺔَ َرﺿ َﻲ ا ﱠ‬ ْ َْ ْ ْ ْ َ ٍ ْ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﺑْ ُﻦ أَِﰊ ذﺋ‬،‫ﺲ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ‬
َ ُ‫َﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻳُﻮﻧ‬
ِ ‫اﳋَﺮاج ﺑِﺎﻟﻀﱠﻤ‬ ِ ِ ُ ‫ﺎل رﺳ‬
‫ﺎن‬ َ ُ َ ْ :‫ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﻮل ا ﱠ‬ ُ َ َ َ‫ ﻗ‬:‫َﺖ‬ ْ ‫ ﻗَﺎﻟ‬،‫َﻋ ْﻨـ َﻬﺎ‬
Telah menyampaikan hadis Aḥmad bin Yûnus, telah menyampaikan hadis Ibn
Abi Dzi’b dari Makhlad bin Khufâf dari ‘Urwaḧ dari A’isyah ra., katanya:
“Rasulullah SAW bersabda: “Keuntungan dengan jaminan”.

Ulama fikih menjadikan matan hadis tersebut sebagai salah satu


kaidah peting, yaitu kaidah al-kharâj bi al-dhamân (Tâj al-Dîn al-Subkî,
1991, Juz 2: 41. al-Suyûthî, 1983: 135. Al-Syâthibî, 1997, Juz 3: 455). Hal itu
berarti bahwa penghasilan suatu benda yang diperjual belikan, baik berupa
manfaat (jasa) atau materi, menjadi milik si pembeli yang telah membayar
harga benda tersebut sebagai dasar kepemilikan. Konsekwensinya, kalau
benda tersebut hilang atau rusak, tanggung jawabnya ada di pundak si
pembeli. Dalam hal itu, keuntungan adalah sisi sebaliknya dari tanggung
jawab (al-Laḥjî, 1388 H: 59).

30 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

7. Mufradât dan Maksud Lafal


Dari hadis di atas, ada dua lafal penting yang menentukan maksud
hadis tersebut. Lafal-lafal tersebut adalah ribḥ dan dhamân. Kata al-ribḥ, juga
dapat dibaca dengan al-rabaḥ, al-rabâḥ atau al-rabâḥaḧ, secara kebahasaan
berarti kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan (al-namâ` fî al-tajr).
Dengan kata lain, al-ribḥ tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan (Ibn
Manzhûr, t.th., Juz 2: 442. al-Râzî, 1995, Juz 1: 97. al-Khaththâbî, 1982, Juz
2:228). Kata lain yang semakna dan bisa digunakan secara bergantian
dengan kata ribḥ, seperti terlihat dalam hadis di atas, adalah kata syaff (Ibn
al-Jawzî, 2004, Juz 1: 550. al-Baghdâdî, 1985, Juz 2: 816). Hal itu misalnya
terlihat dalam hadis al-Bukhârî (2002:521) berikut:
ِ‫ﻮل ا ﱠ‬ ِ ‫اﳋُ ْﺪ ِر ِي ر‬ ٍِ ِ ٌ ِ‫ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ َﻣﺎﻟ‬،‫ﻒ‬ ِ
َ ‫ﺿ َﻲ ا ﱠُ َﻋ ْﻨﻪُ َر ُﺳ‬ َ ّ ْ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺳﻌﻴﺪ‬،‫ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ‬،‫ﻚ‬ ُ ُ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ ا ﱠ ﺑْ ُﻦ ﻳ‬
َ ‫ﻮﺳ‬
،‫ﺾ‬ ٍ ‫ﻀ َﻬﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ‬َ ‫ َوَﻻ ﺗُ ِﺸ ﱡﻔﻮا ﺑَـ ْﻌ‬،‫ﺐ إِﱠﻻ ِﻣﺜْ ًﻼ ِﲟِﺜْ ٍﻞ‬ِ ‫ﺐ ﺑِﺎﻟ ﱠﺬ َﻫ‬
َ ‫ﻴﻌﻮا اﻟ ﱠﺬ َﻫ‬ُ ِ‫ َﻻ ﺗَﺒ‬:‫ﺎل‬ َ َ‫ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬َ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ َوَﻻ ﺗَﺒﻴﻌُﻮا ﻣ ْﻨـ َﻬﺎ ﻏَﺎﺋﺒًﺎ ﺑﻨَﺎﺟ ٍﺰ‬،‫ﺾ‬ ٍ ‫ﻀ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َوَﻻ ﺗُﺸ ﱡﻔﻮا ﺑَـ ْﻌ‬،‫َوَﻻ ﺗَﺒﻴﻌُﻮا اﻟ َْﻮِر َق ﺑﺎﻟ َْﻮِرق إ ﱠﻻ ﻣﺜْ ًﻼ ﲟﺜْ ٍﻞ‬
(‫)رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬
Telah menyampaikan hadis 'Abdullâh bin Yûsuf telah mengabarkan Malik dari
Nâfi’ dari Abu Sa’îd al-Khudrî bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah
kalian pertukarkan emas dengan emas kecuali sama jumlahnya dan jangan
kalian lebihkan yang satu atas lainnya dan janganlah kalian pertukarkan
uang kertas dengan uang kertas kecuali sama jumlahnya dan jangan kalian
lebihkan yang satu atas lainnya dan janganlah kalian pertukarkan yang
disegerakan (hadir) dengan yang diakhirkan (ghoib, ditangguhkan)". (HR. al-
Bukhârî)

Sementara kata dhamân memiliki makna yang berdekatan dengan


kafâlaḧ, dan ḥimâlaḧ. Ulama Mâlikîyaḧ malah menegaskan bahwa dhamân
atau kafâlaḧ atau ḥimâlaḧ merupakan tiga buah kata dengan pengertian
yang sama (al-Jazîrî, Juz 3: 197). Di samping dua kata itu, kata dhamân juga
bermakna sama dengan zi’âmaḧ, yaitu menjamin (Ibn Manzhûr, t.th., Juz
12:264). Kata za’îm dengan makna seperti ini, dan lazimnya dijadikan
sebagai dalil naqlî kafâlaḧ, dapat dijumpai dalam surat Yûsuf [12] ayat 72
berikut:

- 31
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻚ وﻟِﻤﻦ ﺟ‬ ِ ِ َ ‫ﻗَﺎﻟُﻮا ﻧَـ ْﻔ ِﻘ ُﺪ ﺻﻮ‬


ٌ ‫ﺎء ﺑﻪ ﲪْ ُﻞ ﺑَﻌ ٍﲑ َوأَﻧَﺎ ﺑﻪ َزﻋ‬
‫ﻴﻢ‬ َ َ ْ َ َ ‫اع اﻟ َْﻤﻠ‬ َُ
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban
unta, dan aku menjamin terhadapnya."

Dengan demikian, pernyataan hadis di atas dapat dipahami sebagai


seseorang tidak halal menguasai atau mengkonsumsi keuntungan yang
diperoleh dari suatu objek yang kalau kerugian dan risiko yang mungkin
muncul darinya tidak dipikulnya; yang berhak mendapatkannya adalah
orang yang memikul (menjamin) kerugian kalau objek tersebut rusak atau
hilang (al-Kasymîrî, t.th., Juz 3: 56). Sebab keuntungan (ribḥ) adalah ikutan
dari kesediaan menanggung risiko (dhamân); tidak bersedia memikul risiko,
tidak dapat untung. Kalau disejajarkan dengan hadis riwayat A’isyah di atas,
karena memang sangat berdekatan dengannya, maka pemahaman yang lebih
lengkap adalah tidak halal menguasai dan mengkonsumsi keuntungan objek
jual beli yang belum serah terima (al-Mubârakfûrî, t.th., Juz 1:1230). Oleh
karena itu, sejalan dengan pernyataan al-Tsawrî yang diriwayatkan ‘Abd al-
Razzâq, kalau jual beli tetap dilakukan dan menguntungkan, maka
keuntungan itu milik si penjual pertama, karena dialah pemilik barang itu.

8. Asbâb al-Wurûd dan Munâsabaḧ Hadis


Dua dari 19 hadis yang sḥahîḥ menyebutkan secara eksplisit adanya
asbâb al-wurûd pernyataan Nabi SAW, yaitu Mushannaf Ibn Abî Syaybaḧ
22349, Sunan al-Kubrâ al-Bayhâqî 10681. Hadis yang secara eksplisit juga
menyebutkan asbâb al-wurûd-nya, tapi bukan hadis sḥahîḥ, adalah dua hadis
dengan matan nomor 7 pada tabel 2, yaitu Sunan Ibn Mâjaḧ 2189, dan Sunan
al-Kubrâ al-Bayhâqî 10683. Lengkapnya hadis tersebut, dengan matn Ibn
Mâjaḧ (2009, Juz 3: 309), adalah:
ٍ ‫َﺳ‬
ِ ‫ﱠﺎب ﺑ ِﻦ أ‬ ٍ ٍ ‫ َﻋﻦ ﻟ َْﻴ‬،‫ﻀ ْﻴ ِﻞ‬
،‫ﻴﺪ‬ ْ ِ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋﺘ‬،‫ َﻋ ْﻦ َﻋﻄَﺎء‬،‫ﺚ‬ ْ َ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟْ ُﻔ‬،َ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻋﺜْ َﻤﺎ ُن ﺑْ ُﻦ أَِﰊ َﺷ ْﻴﺒَﺔ‬
ِّ ‫وﺳﻠﱠ َﻢ إِ َﱃ َﻣ ﱠﻜﺔَ ﻧَـ َﻬﺎﻩُ َﻋ ْﻦ ِﺷ‬ ِ ِ ُ ‫ ﻟَ ﱠﻤﺎ ﺑـﻌﺜﻪ رﺳ‬:‫ﺎل‬
‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬
ْ ُ‫ﻒ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ َﻋ ْﻠﻴﻪ‬ َ ‫ﻮل ا ﱠ‬ ُ َ ََُ َ َ َ‫ﻗ‬
Telah menyampaikan hadis ‘Utsmân bin Abi Syaybaḧ, menyampaikan hadis
Muḥammad bin al-Fadhil dari Layts dari ‘Athâ` dari ‘Attâb, katanya: “Ketika ia

32 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

diutus Rasul SAW ke Makkah, beliau melarangnya dari keuntungan yang tidak
ditanggung risikonya”.

Sementara sisa hadis sḥahîḥ lainnya, 8 darinya termasuk hadis dengan


matan nomor urut 2 tabel 2, secara eksplisit tidak menyebutkan asbâb al-
wurûd-nya. Di samping itu, hadis lain juga tidak menyebutkan hal yang sama,
dan bukan hadis sḥahîḥ, yaitu dua buah hadis matan nomor urut 4 tabel 2,
Sembilan buah hadis yang termasuk hadis dengan matan nomor urut 6 tabel
2, hadis Sunan al-Shaghîr al-Bayhâqî 1918 (matan nomor urut 7 tabel 2), dan
hadis Sunan al-Kubrâ al-Bayhâqî 10681 (termasuk matan nomor urut 10
tabel 2).
Asbâb al-wurûd yang disebutkan secara eksplisit adalah pengutusan
‘Attâb bin Asyid ke Makkah. Pengutusan tersebut dilakukan setelah Makkah
dibebaskan tahun 8 H, sebelum Abû Bakr memimpin rombongan haji
pertama tahun 9 H (al-Kittânî, t.th., Juz 1: 119 dan 211. al-Baghdâdî,
1981:266). Penugasan ‘Attâb tersebut merupakan bagian dari pendelegasian
kekuasaan yang dilakukan Nabi, sebagaimana yang beliau lakukan terhadap
berbagai wilayah lain. Selain ‘Attâb, Nabi mengutus ‘Utsmân bin Abi al-‘Ash
ke Tha`if, al-‘Alâ` bin al-Ḥadhramî ke Bahrayn, ‘Amr bin al-‘Âsh ke ‘Aman,
Abû Sufyân bin Ḥarb ke Najran, Bâdzân (yang kemudian digantikan
anaknya) ke Shan’a dan wilayah pegunungan Yaman, Khalid bin Sa’îd bin al-
‘Ash ke Qura ‘Arinah, Mu’âdz dan Abû Mûsâ ke Yaman, Yazîd bin Abî Sufyân
ke Tayma`, dan Tsumâmaḧ bin Atsâl ke Yamâmaḧ (Ibn Ḥajar, t.th., Juz 13:
241. Ibn Taymîyaḧ, t.th:25).
Berbeda dengan para petugas lain yang ditunjuk Nabi, seperti Abû
Bakr sebagai pimpinan rombongan haji dan Alî sebagai petugas pengumpul
ghanîmaḧ, juga mereka yang membawa surat Nabi kepada para penguasa di
sekitar Arab, para utusan di atas, termasuk ‘Attâb, ditugaskan untuk
menyampaikan dakwah dan mengajarkan al-Qur’an untuk daerah tugasnya
(Al-Kittânî, t.th: 105). Kalau para petugas khusus ini kembali ke Madinah
setelah pelaksanaan tugasnya, maka orang-orang seperti ‘Attâb tetap
bertahan tinggal di tempat tugasnya sebagai gubernur (walî) dan qâdhî (al-
Karamî, 2006: 239). Hadis di atas, tentang larangan mengambil keuntungan
tanpa menanggung risiko, merupakan pesan Nabi Saw kepada ‘Attâb dalam
menjalankan tugasnya sebagai gubernur dan qâdhî.

- 33
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Kalau dilihat dari substansi hadisnya, hadis tersebut berkaitan


(munâsabaḧ) dengan berbagai bentuk transaksi jual beli terlarang. Al-Dârimî
(1420 H, Juz 3:1663-1667), misalnya, menempatkan hadis tersebut
berurutan setelah larangan jual beli gharar, jual beli buahan yang belum bisa
diserah terimakan, jual beli jâ`ifaḧ, jual beli muḥâqalaḧ dan muzâbanaḧ, jual
beli ‘arâyâ, jual beli buahan yang belum matang, dan jual beli dengan dua
syarat. Ibn Mâjaḧ (2009, Juz 3: 309) dan al-Tirmidzî (1968, Juz 3: 526-527)
menempatkannya di bawah judul larangan jual beli objek yang tidak
dikuasai (mâ laysa ‘indak). Al-Nasâ`î (2001, Juz 6: 66) menempatkannya
pada bab larangan jual beli dengan dua syarat. Sementara al-Bayhâqî (2003,
Juz 5: 510-511) menempatkannya pada bab larangan jual beli objek yang
tidak bisa diserah-terimakan. Bisa dikatakan bahwa pada dasarnya sebab
adanya larangan itu adalah karena ketiadaan wewenang dan tanggung jawab
terhadap objek transaksi. Sebagai contoh hadis yang relevan dengan hal ini
adalah hadis Ibn Mâjaḧ (2009, Juz 3: 309), substansinya juga diriwayatkan
al-Tirmidzî (1996, Juz 3: 526-527), berikut:

ُ ‫ َِﲰ ْﻌ‬:‫ﺎل‬
‫ﺖ‬ َ َ‫ ﻗ‬،‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑِ ْﺸ ٍﺮ‬،ُ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ‬:‫ﺎل‬
َ َ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ ﻗ‬:‫ﺎل‬َ َ‫ﺸﺎ ٍر ﻗ‬ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَ ﱠ‬
ِ َ ‫ ﻳﺎ رﺳ‬:‫ْﺖ‬ َ َ‫ ﻗ‬،‫ﻴﻢ ﺑْ ِﻦ ِﺣ َﺰ ٍام‬ ِ ‫ث َﻋ ْﻦ َﺣ ِﻜ‬ ُ ‫ ُﳛَ ِّﺪ‬،‫ﻚ‬
َ ‫ﻮل ا ﱠ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ُﻞ ﻳَ ْﺴﺄَﻟ ُِﲏ اﻟْﺒَـ ْﻴ َﻊ َوﻟ َْﻴ‬
‫ﺲ‬ ُ َ َ ُ ‫ ﻗُـﻠ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ﺎﻫ‬َ ‫ﻒ ﺑْ َﻦ َﻣ‬ َ ‫ﻮﺳ‬ ُ ُ‫ﻳ‬
(‫ﺲ ِﻋ ْﻨ َﺪ َك )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬ ِ
َ ‫ َﻻ ﺗَﺒ ْﻊ َﻣﺎ ﻟ َْﻴ‬:‫ﺎل‬ َ َ‫ﻴﻌﻪُ؟ ﻗ‬ ِ ِ
ُ ِ‫ أَﻓَﺄَﺑ‬،‫ﻋ ْﻨﺪي‬
Telah menyampaikan hadis Muḥammad bin Basysyâr, katanya: telah
menyampaikan hadis Muḥammad bin Ja’far, katanya telah menyampaikan
hadis Syu'baḧ, dari Abî Bisyr, katanya aku mendengar Yûsuf bin Mâhak
menyampaikan hadis dari Ḥakîm bin Ḥizâm, katanya: Aku berkata: “Ya
Rasulullah, seseorang memintaku untuk menjual sesuatu yang tidak aku
miliki. Bolehkan aku menjualnya?” Rasulullah menjawab : “Janganlah engkau
menjual sesuatu yang tidak ada padamu .”

Besar kemungkinan yang dimaksud dalam hadis di atas bukanlah


menjual objek yang sama sekali tidak ada hubungan dengan si penjual.
Maksud hadis itu lebih mengarah pada menjual objek yang belum serah
terima, baik sama sekali belum dibeli atau belum dikirim atau diserahkan.
Hal itu lebih terlihat relevansinya dengan hadis riwayat al-Bukhârî
(2002:513), juga diriwayatkan banyak râwî lain, berikut:

34 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

ِ ‫ﺖ اﺑﻦ ُﻋﻤﺮ ر‬ ِ َ َ‫ ﻗ‬،‫ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋﺒ ُﺪ ا ﱠِ ﺑﻦ ِدﻳﻨَﺎ ٍر‬،ُ‫ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒﺔ‬،‫ﻴﺪ‬ ِِ


،ُ‫ﺿ َﻲ ا ﱠُ َﻋ ْﻨﻪ‬ َ َ َ َ ْ ُ ‫ َﲰ ْﻌ‬:‫ﺎل‬ ُْ ْ َ َ َ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أَﺑُﻮ اﻟ َْﻮﻟ‬
(‫ﻀﻪُ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬ َ َ‫ َﻣ ِﻦ اﺑْـﺘ‬:‫ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ِ‫ ﻓَ َﻼ ﻳَﺒِ ْﻌﻪُ َﺣ ﱠﱴ ﻳَـ ْﻘﺒ‬،‫ﺎع ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ‬ ‫ﺎل اﻟﻨِ ﱡ‬
َ ‫ﱠﱯ‬ َ َ‫ ﻗ‬:‫ﻮل‬
ُ ‫ﻳَـ ُﻘ‬
Telah menyampaikan hadis Abu al-Walîd, telah menyampaikan hadis Syu’bah,
telah menyampaikan hadis ‘Abdullâh bin Dinar, katanya: Aku mendengar Ibn
‘Umar ra., berkata: “Bersabda Rasulullah Saw: “Siapa yang membeli makanan,
maka jangan ia menjual sebelum menerimanya”. (HR. al-Bukhârî)

Karena jual beli seperti itu merupakan jual beli yang dilarang, maka
mengambil keuntungan dari proses transaksi seperti itulah yang ditegaskan
(ulang) oleh hadis (larangan) keuntungan tanpa menanggung risiko, yang
jadi bahasan tulisan ini.

9. Istinbâth Aḥkâm dan Hikmah


Ibn Baththal (2003, Juz 6:262-263) menyebutkan bahwa ulama
sepakat (ijmâ’) tidak boleh menjual, sebelum serah terima, semua makanan
yang dapat ditakar dan ditimbang, baik biji-bijian yang tahan lama atau
tidak, berbentuk daging atau garam dan sebagainya. Sementara terhadap
benda-benda lain, yang bukan jenis makanan, Ibn ‘Abbâs dan Jâbir tetap
tidak membolehkannya sebelum serah terima. Pendapat ini diikuti oleh Ahli
Kufah dan Imam al-Syâfi’î. Hal itu didasarkan pada kandungan umum hadis
di atas. Di samping itu, ia juga didasarkan atas qiyâs terhadap pelarangan
menjual makanan sebelum serah terima yang disebutkan dalam hadis al-
Bukhârî di atas.
Akan tetapi, Imam Abû Ḥanîfaḧ mengecualikan harta tidak bergerak,
seperti tanah dan rumah. Menurutnya, boleh menjual tanah dan rumah
sebelum serah terima. Sebab harta jenis ini tidak bisa dipindahkan dan
diubah. Imam Malik dan Abû Tsawr malah membolehkan penjualan hewan
ternak sebelum serah terima. Alasannya, hadis larangan menguasai
keuntungan tanpa menanggung risiko itu hanya tertuju pada makanan saja,
sama seperti hadis yang disebutkan terakhir. Argumentasi tambahannya,
kalau larangan itu tidak terbatas hanya pada makanan, tentu tidak ada
artinya pengkhususan yang dilakukan Nabi dalam lafal hadis terakhir.
Mereka juga berpendapat bahwa sah memerdekakan budak yang dibeli
sebelum serah terima. Karena itu, sah juga menjual budak tersebut sebelum

- 35
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

serah terima. Lebih dari itu, ‘Utsmân al-Bata, seperti disebut Qâdhî ‘Iyâdh
(1998, Juz 5:150), membolehkan penjualan ulang segala hal sebelum serah
terima. Qâdhî ‘Iyâdh menyebut pendapat ini sangat lemah (syâdz), dan
kebolehan yang dimaksud al-Batâ itupun hanya pada transaksi tunai, bukan
tunda.
Ibn Rajab (1422 H, Juz 2: 533-534) menyebutkan bahwa larangan
dalam hadis itu bersifat sadd al-dzari’ah. Termasuk kategori ini, selain
keuntungan objek jual beli yang belum ditanggung, menurutnya adalah
larangan jual beli muḥâqalaḧ, muzâbanaḧ, jual beli makanan yang belum
matang, dan dua jual beli dalam satu akad. Pelarangan jual beli seperti itu,
menurutnya, adalah dalam rangka menghindari terjadinya perbuatan riba.
Sebab riba sendiri adalah cara perolehan keuntungan yang secara tegas dan
pasti diharamkan oleh nash al-Qur’an dan Sunnah.

10. Musykilât fi Tafhîm dan Tathbîq


Dalam pemahaman terhadap maksud hadis larangan mengambil
keuntungan tanpa menanggung risiko ini sebtulnya tidak ada kesamaran
yang berarti. Sebab secara gamblang hadis ini, didukung oleh berbagai hadis
lain yang relevan, telah memberikan gambaran bahwa dilarang dan haram
melakukan hal itu (Ibn al-Atsîr,1979, Juz 2:182). Hanya saja terdapat
beberapa kendala dalam aplikasi hadis ini, antara lain:
Pertama, tak bisa dipungkiri bahwa dorongan nafsu untuk mendapat
untung segera menjadi tantangan berat manusia dalam rangka menaati
aturan Allah. Betapa tidak, tentu semua orang ingin mendapat untung
dengan cara mudah dan biaya yang murah, hingga mendorong munculnya
sikap pragmatisme ekonomi. Hal itu terakumulasi dalam kaidah (prinsip
atau hukum ekonomi) “meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
modal sesedikit mungkin”. Prinsip ini tidak hanya mempengaruhi para
pedagang dan produsen, tetapi juga konsumen. Hingga seringkali upaya
memperoleh keuntungan besar itu mengabaikan “cara” perolehan yang
dibenarkan Allah. Dalam bentuk ironi, ada pepatah menyebutkan “It is easier
for a camel to go through the eye of a needle than for a rich man to enter the
kingdom of God”. (Eric Nilsson, 2007: 58)

36 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Kedua, sikap pragmatisme ekonomi tersebut mendapat “lahan” karena


fitrah manusia yang tergesa-gesa (QS. al-Isrâ` [17]: 11 dan al-Anbiyâ` [21]:
37) dan silau oleh kesenangan sementara. Ada banyak ayat yang
memberikan indikasi ini (misalnya: QS. al-Nisâ` [4]: 77, al-An'âm [6]: 31, dan
Yûnus [10]: 69-70). Salah satu yang perlu dinyatakan adalah surat Âli 'Imrân
[3] ayat 14, berikut:
ِ ‫ﺐ واﻟ ِْﻔﻀ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِّ‫ات ِﻣﻦ اﻟﻨ‬ ِ ‫ﺸﻬﻮ‬ ِ ‫ُزﻳِّ َﻦ ﻟِﻠﻨ‬
‫اﳋَْﻴ ِﻞ‬
ْ ‫ﱠﺔ َو‬ َ ِ ‫ﲔ َواﻟْ َﻘﻨَﺎﻃ ِﲑ اﻟ ُْﻤ َﻘ ْﻨﻄََﺮة ﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺬ َﻫ‬
َ ‫ﺴﺎء َواﻟْﺒَﻨ‬ َ َ َ َ ‫ﺐ اﻟ ﱠ‬
‫ﱠﺎس ُﺣ ﱡ‬
ِ ‫ﺎع ا ْﳊَﻴَﺎةِ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َوا ﱠُ ِﻋ ْﻨ َﺪﻩُ ُﺣ ْﺴ ُﻦ اﻟ َْﻤ‬
‫ﺂب‬ َ ِ‫ث َذﻟ‬
ُ َ‫ﻚ َﻣﺘ‬ ِ ‫اﻟْﻤﺴ ﱠﻮﻣ ِﺔ و ْاﻷَﻧْـﻌ ِﺎم وا ْﳊﺮ‬
َْ َ َ َ َ َ ُ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).

Ketiga, walau ada kesepakatan dalam makna hadis, tetapi ulama tidak
sepakat dalam aplikasinya dalam persoalan ekonomi praktis. Dalam
berbagai kasus saat ini, mayoritas ulama cenderung “membuka” peluang
pembolehan transaksi terhadap objek yang tidak dikuasai. Produk lembaga
keuangan syariah berbasis akad murâbahah, misalnya, yang dinyatakan sah
secara hukum, berdasar Fatwa DSN No: 04 Tahun 2000. Pada Ketentuan
Murâbahah kepada Nasabah angka (1), bermula dari: “Nasabah mengajukan
permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank”.
Padahal kasus yang ditanyakan Ḥakîm bin Ḥizâm, dalam hadis Ibn Mâjaḧ di
atas, sangat identic dengan rumusan ini. Terhadap kasus itu, secara tegas
Nabi mengatakan: “Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak ada
padamu”.
Keempat, lemahnya posisi hukum Islam dalam bidang ekonomi
membuat berbagai “inkonsistensi” tersebut jadi semakin sulit dibendung.
Sementara itu, berbagai upaya memasukkan nilai-nilai Islam dalam berbagai
peraturan perundangan, mulai dari tingkat Perda, hampir selalu mendapat
tantangan dari banyak pihak, termasuk mereka (bahkan yang berstatus
sebagai wakil rakyat) yang mengaku beragama Islam. Sebagai contoh,
munculnya perda-perda bernuansa syariah, sejak tahun 2000, menimbulkan
sikap pro dan kontra. Pada 13 Juni 2006, 56 anggota DPR dari unsur Partai

- 37
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)


menyampaikan “memorandum” menolak dan meminta Presiden mencabut
berbagai Perda “antimaksiat” yang diindikasikan bermuatan materi syariat
Islam, dan dinilai melanggar konstitusi dan Pancasila (Muhammad Alim,
2010:121)

11. Khulâshaḧ wa Natîjaḧ


Dari paparan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat sebanyak 37 hadis yang menjelaskan tentang (larangan)
keuntungan tanpa menanggung risiko.
2. Dari sisi jumlah râwî, pada tiap tingkatannya mencapai jumlah
mutawâtir; hadis mutawâtir ma’nawî. Dari sisi matan, dua puluh darinya
adalah hadis marfû’ ḥaqîqî, lima belas hadis Marfû’ ḥukmî, satu hadis
mawqûf dan satu hadis maqthû'. Sedang dari kebersambungan sanad,
tiga puluh satu dariya adalah hadis muttashil dan enam darinya adalah
hadis munfashil. Alhasil, sembilan belas darinya memenuhi syarat sḥahîḥ
li dzâtih dan sisanya, delapan belas, adalah sḥahîḥ li ghayrih.

DAFTAR PUSTAKA

Abû Dâwud, Sulaymân bin al-Asy’âts al-Sajastânî (w. 275 H), t.th., Sunan Abi
Dâwud. Pen-tahqîq: Muḥammad Muhy al-Din ‘Abd al-Hamid, Beirut:
Maktabah al-‘Ashriyyah,

Abû Dâwud, Sulaymân bin Dâwud bin al-Jârûd al-Bashrî al-Thayalâsî (w. 204
H), 1999, Musnad Abi Dâwud al-Thayalâsî, Pen-tahqîq: Muḥammad
‘Abd al-Muhsin al-Turmiy, Ardh al-Liwa`: Hajar,

Ad., Endang Soetari, 2008, Ilmu Hadits; Kajian Riwayah dan Dirayah, Edisi
Baru, Cet. Ke-5, Bandung: Mimbar Pustaka,

Al-Azadî, Al-Rabî’ bin Ḥabîb bin ‘Umar al-Bashrî (w. 103 H), 1415 H, Musnad
al-Rabî’ bin Ḥabîb, Pen-tahqîq: Muḥammad Idris dan ‘Asyur bin
Yûsuf, Beirut: Dar al-Hikmah

38 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Al-Baghawî, Abu Muḥammad al-Ḥusayn bin Mas’ûd bin Muḥammad bin al-
Farra` al-Syafi’iy (326-516 H), 1983, Syarḥ al-Sunnaḧ, Cet. Ke-2, Pen-
tahqîq: Syu’ayb al-Arna`uth, Beirut: al-Maktab al-Islâmî

Al-Baghdâdî, Abu Isḥâq Ibrâhîm bin Isḥâq bin Ibrâhîm bin Basyyir al-Ḥarbî
(198-285 H) , 1985, Gharîb al-Ḥadîts, Pen-tahqîq: Sulaymân bin
Ibrâhîm Muḥammad al-‘Ayid, Jeddah: Markaz al-Bahts al-‘Ilmî wa
Ihya` al-Turâts al-Islâmî

Al-Bayhâqî, Aḥmad bin al-Ḥusayn ‘Alî bin Mûsâ al-Khusrawjirdî al-Khurasânî


Abû Bakr (w. 458 H), , 2003al-Sunan al-Kubrâ, Pen-tahqîq: Mushthafa
‘Abd al-Qadir ‘Atha, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah

--------, 1989, al-Sunan al-Shagir, Pen-tahqîq: ‘Abd al-Mu’thiy Amin Qal’ajiy,


al-Manshûrah: Dar al-Wafa`

--------, 1991, Ma’rifaḧ al-Sunan wa al-Atsar, Pen-tahqîq: ‘Abd al-Mu’thiy


Amin Qal’ajiy, Beirut: Dar Qutaybah

Al-Bukhârî, Abi ‘Abdillâh Muḥammad bin Ismâ’îl (194-256 H), 2002, Sḥahîḥ
al-Bukhârî, Beirut: Dar Ibn Katsir

Al-Dârimî, Abû Muḥammad ‘Abdillâh bin ‘Abd al-Raḥman bin al-Fadhl bin
Bahram bin ‘Abd al-Shamad al-Tamîmî al-Samarqandî (w. 255 H),
1420 H, Sunan al-Dârimî, Pen-tahqîq: Ḥusayn Salim Asad al-Dârânî,
Riyadh: Dâr al-Mughnî

Al-Dâruquthnî, Abû al-Ḥasan ‘Alî bin ‘Umar bin Aḥmad bin Mahdî bin Mas’ûd
bin al-Nu’mân bin Dinar al-Baghdâdî (w. 385 H), 2001, Sunan al-
Dâruquthnî, Pen-tahqîq: ‘Adil Aḥmad ‘Abd al-Mawjud dan ‘Alî
Muḥammad Mu’awwadh, Beirut: Dar al-Ma’rifaḧ

Al-Fâkihî, Abû ‘Abdillâh Muḥammad bin Isḥâq bin al-‘Abbâs al-Makkî (w. 272
H), 1994, Akhbâr Makkah fî Qadîm al-Dahr wa Ḥadîtsih, Pen-tahqîq:
‘Abd al-Malik ‘Abdillâh Dahyisy, Beirut: Dâr Khadhr

Al-Ḥâkim, Abi ‘Abdillâh Muḥammad bin ‘Abdillâh al-Naysâburî (321-405 H),


2002, al-Mustadrak ‘Ala al-Sḥahîḥayn, Pen-tahqîq: Mushthafa ‘Abd al-
Qadir ‘Atha, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah

- 39
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Hamud, Samiy, 1092 H, Bay’ al-Murâbahah li al-Amir bi al-Syira`, Kairo:


Majallah Majma’ al-Fiqh al-Islamiy

Al-Ḥumayrî, Abû Bakr ‘Abd al-Razzâq bin Hammâm bin Nafi’ (w. 211 H),
1403 H, al-Mushannaf, Pen-tahqîq: Ḥabîb al-Raḥman al-A’zhamiy,
India: al-Majlis al-‘Ilmiy

Al-Ḥuwaynî, Abi Isḥâq al-Atsrî, 1988, Ghawts al-Makdûd fi Takhrîj Muntaqâ


Ibn al-Jârûd, Beirut: Dar al-Kitâb al-‘Arabiy

Ibn Abî Syaybaḧ, Abû Bakr ‘Abdillâh bin Muḥammad al-‘Isiy al-Kufî (159-235
H), 2004, al-Mushannaf, Pen-tahqîq: Muḥammad bin ‘Abdillâh al-
Jum’ah dan Muḥammad bin Ibrâhîm al-Lahidan, Riyadh: Maktabah al-
Rusyd

Ibn al-Atsîr, Majd al-Dîn Abû al-Sa’adat al-Mubârik bin Muḥammad bin
Muḥammad bin Muḥammad bin ‘Abd al-Karîm al-Syaybânî al-Jazarî
(w. 606 H), 1979, al-Nihâyaḧ fî Gharîb al-Ḥadîts, Pen-taḥqîq: Thaahir
Aḥmad al-Zâwî dan Maḥmûd Muḥammad al-Thanâḥî, Beirut: al-
Maktabah al-‘Ilmîyaḧ

Ibn al-Jawzî, Abu al-Faraj ‘Abd al-Raḥman bin ‘Alî bin Muḥammad bin ‘Alî
(510-597 H), 2004, Gharîb al-Ḥadîts, Pen-tahqîq: ‘Abd al-Mu’thiy
Amin Qal’ajiy, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah

Ibn Baththâl, Abu al-Ḥasan ‘Alî bin Khalaf bin ‘Abd al-Malik al-Bakrî al-
Qurthubî (w. 449 H), 2003, Syarḥ Sḥahîḥ al-Bukhârî, Riyadh:
Maktabah al-Rusyd

Ibn Ḥajar al-‘Asqalânî, Abû al-Fadhl Aḥmad bin ‘Alî bin Muḥammad bin
Aḥmad (w. 852 H), 2003, Bulûgh al-Marâm min Adillaḧ al-Aḥkâm,
Pen-tahqîq: Samîr bin Amîn al-Zhâhirî, t.tp.: t.p.

--------, t.th., Fatḥ al-Bârî Syarḥ Sḥahîḥ al-Bukhârî, Pen-taḥqîq: Muḥammad


Fu`ad ‘Abd al-Bâqî, t.tp.: al-Maktabah al-Salafîyaḧ

Ibn Mâjaḧ, Abu ‘Abdillâh Muḥammad bin Yazîd al-Qazwaynî (w. 273 H),
2009, al-Sunan (Sunan Ibn Mâjaḧ), Pen-tahqîq: Syu’ayb al-Arna`uth,
dkk., Beirut: Dar al-Risalah al-’Alîmiyyah

40 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Ibn Manzhûr, Muḥammad bin Mukram (w. 711 H), t.th., Lisân al-'Arab,
Beirut: Dar Shadir

Ibn Rajab, Zayn al-Dîn Abî al-Faraj ‘Abd al-Raḥman Ibn Syihâb al-Dîn al-
Baghdâdî (w. 975 H), 1422 H, Fatḥ al-Bârî Syarḥ Sḥahîḥ al-Bukhârî,
al-Dimam: Dâr Ibn al-Jawzî

Ibn Taymîyaḧ, Taqî al-Dîn Abû al-‘Abbâs Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalîm al-Harânî
(w. 728 H), t.th., al-Ḥisbaḧ fî al-Islâm (Wazhîfaḧ al-Ḥukûmaḧ al-
Islâmîyaḧ), Beirut Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah

Al-Jazîrî, ‘Abd al-Raḥman (w. 1360 H), 2003, al-Fiqḧ 'Ala al-Madzâhib al-
Arba'aḧ, Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyyah

Al-Karamî, Aḥmad ‘Ajjâj, 2006, al-Idâraḧ fî ‘Ashr al-Rasûl Shallallâh ‘Alayh wa


Sallam, Kairo: Dâr al-Salâm

Al-Kasânî, Abû Bakr bin Mas'ûd (w. 587 H), 2003, Badâ`i' wa al-Shanâ`i' fi
Tartîb al-Syarâ`i', Pen-tahqîq: ‘Alî Muḥammad Mu’awwadh dan ‘Adil
Aḥmad ‘Abd Mawjud, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah

Al-Kasymîrî, Muḥammad Anwar Syâh Ibn Ma’zham Syâh al-Hindî (w. 1353
H), t.th., al-‘Urf al-Syadzî Syarḥ Sunan al-Tirmidzî, Pen-tahqîq:
Mahmud Aḥmad Syakir, t.tp.: Mu`assasah Dhuha

Al-Kâtib al-Baghdâdî, Qudâmaḧ bin Ja’far bin Qudâmaḧ bin Ziyâd (w. 337 H),
1981, al-Kharâj wa Shinâ’aḧ al-Kitâb, Pen-tahqîq: Muḥammad
Ḥusayn al-Zabidiy, Irak: Dar al-Rasyid

Al-Khaththâbî, Ḥamîd bin Muḥammad bin Ibrâhîm (w. 388 H), 1982, Gharîb
al-Ḥadîts, Pen-tahqîq: ‘Abd al-Karîm Ibrâhîm al-‘Azbawî, Beirut: Dar
al-Fikr

Al-Kittânî, Muḥammad ‘Abd al-Hayy bin ‘Abd al-Kabîr bin Muḥammad al-
Ḥusnî al-Idrîsî ‘Abd al-Hayy (w. 1382 H), t.th., Nizhâm al-Ḥukûmaḧ
al-Nabawîyaḧ (al-Tarâtîb al-Idârîyaḧ), Pen-tahqîq: ‘Abdullâh al-
Khalidî, Beirut: Syirkah Dâr al-Arqam bin Abî al-Arqam

- 41
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Al-Laḥjî, ‘Abdullâh bin Sa’îd Muḥammad ‘Ubbâdî al-Ḥadhramî al-Syaḥârî,


1388 H, Îdhâḥ al-Qawâ'id al-Fiqhîyaḧ li Thullâb al-Madrasaḧ al-
Shûlatîyah, Makkah: Mathba’ah al-Madaniy

Al-Maydânî, ‘Abd al-Ghanî al-Ghanimî al-Dimasyqî (w. 1298 H), t.th., al-
Lubâb fi Syarḥ al-Kitâb, Pen-tahqîq: Muḥammad Muhy al-Dîn ‘Abd al-
Hamid, Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmîyaḧ

Al-Mubârakfûrî, Muḥammad ‘Abd al-Raḥman bin ‘Abd al-Raḥîm Abû al-‘Alâ`


(w. 1353 H), t.th., Tuḥfaḧ al-Aḥwadzî bi Syarḥ Jâmi' al-Tirmidzî, Pen-
tahqîq: Ra`id bin Shabriy bin Abi ‘Ulfah, Amman: Bayt al-Afkar al-
Dawliyyah

Al-Munâwî, Muḥammad ‘Abd al-Ra`uf (w. 1031 H), 1972, Faydh al-Qadîr
Syarḥ al-Jâmi' al-Shaghîr, Cet. Ke-2, Beirut: Dar al-Ma’rifaḧ

---------, 1410 H, al-Ta'ârîf, Beirut: Dar al-Fikr al-Ma'ashir

Al-Nasâ`î, Aḥmad bin Syu’ayb Abu ‘Abd al-Raḥman (w. 303 H), 2001, al-
Sunan al-Kubrâ, Pen-tahqîq: Ḥasan ‘Abd al-Mu’im Syalabî, Beirut:
Mu`assasaḧ al-Risâlaḧ

--------, t.th., Sunan al-Nasâ`î (bi Aḥkâm al-Albaniy), Pen-tahqîq: Abu


‘Ubaydah Masyhur bin Hasan Al Salman, Riyadh: Maktabah al-Ma’arif

Al-Naysâburî, ‘Abdullâh bin ‘Alî bin al-Jârûd Abû Muḥammad (w. 307 H),
1988, al-Muntaqâ min al-Sunan al-Musnaddaḧ ’An Rasûlillâh SAW,
Pen-tahqîq: ‘Abdullâh ‘Umar al-Bârûdî, Beirut: Mu`assasaḧ al-Kitâb
al-Tsaqâfaḧ

Nilsson, Eric, Capitalism: Power, Profits, and Human Flourishing. t.tp.: t.p.,
2007

Al-Nukrî, al-Qâdhî ‘Abd Rabb al-Nabî bin ‘Abd Rabb al-Rasûl al-Aḥmad, 2000,
Dustûr al-‘Ulamâ` (Jâmi' al-‘Ulûm fi Ishthilâḥât al-Funûn), Beirut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah

42 -
___________________________________________________________________ Hadis Ekonomi Keuntungan...Husni

Al-Qâdhî, Abu al-Fadhl ‘Iyâdh al-Yahshabî (w. 544 H), 1998, Ikmâl al-
Mu’allim Syarḥ Sḥahîḥ Muslim (Syarḥ Sḥahîḥ Muslim li al-Qâdhî
‘Iyâdh), Pen-tahqîq: Yaḥyâ Ismâ’îl, al-Manshûria: Dar al-Wafa`

Al-Qusyayrî, Abu al-Ḥusayn Muslim bin al-Ḥajjâj bin Muslim al-Naysâburî


(201-261 H), 1330 H, Sḥahîḥ Muslim, t.tp.: Dâr al-Khilâfaḧ al-‘Ulyah

--------, 1991, Sḥahîḥ Muslim, Pen-tahqîq: Muḥammad Fu`ad ‘Abd al-Baqiy,


Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah

Al-Râzî, Muḥammad bin Abî Bakr bin 'Abd al-Qadir (w. 666 H), 1995,
Mukhtâr al-Shaḥâḥ, Beirut: Maktabah Libanan Nâsyiraḧ

Al-Subkî, Tâj al-Dîn ‘Abd al-Wahhâb bin ‘Alî Ibn ‘Abd al-Kâfî (w. 771 H),
1991, al-Asybâh wa al-Nazhâ`ir, Pen-tahqîq: ‘Adil Aḥmad ‘Abd al-
Mawjud dan ‘Alî Muḥammad ‘Awwadh, Beirut: Dâr al-Kutub al-
‘Ilmîyaḧ

Al-Suyûthî, ‘Abd al-Raḥman bin Abi Bakar (w. 911 H), 1983, al-Asybâh wa al-
Nazhâ`ir fi Qawâ'id wa Furu’ Fiqh al-Syafi’iyyah, Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah

--------, t.th., al-Fatḥ al-Kabîr fî Dhamm al-Ziyâdaḧ Ilâ al-Jâmi' al-Shaghîr, Pen-
taḥqîq: Yûsuf al-Nabhânî, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Arabî

Al-Syâthibî, Ibrâhîm bin Mûsâ bin Muḥammad al-Lakhmî al-Gharnâthî (w.


790 H), 1997, al-Muwafaqat, Taqdim: Bakar bin ‘Abdillâh Abu Zayd,
al-Khubar: Dar Ibn ‘Affan

Al-Syaybânî, Abu ‘Abdillâh Aḥmad bin Muḥammad bin Ḥanbal bin Hilal bin
Asad (164-241 H), 1997, Musnad al-Imâm Aḥmad bin Ḥanbal, Pen-
tahqîq: Syu’ayb al-Arna`uth dkk., Beirut: Mu`assasaḧ al-Risâlaḧ

Al-Tamîmî, Muḥammad bin Ḥibbân bin Aḥmad bin Ḥibbân bin Mu’âdz bin
Ma’bad Abû Hâtim (w. 354 H), t.th., Sḥahîḥ Ibn Ḥibbân bi Tartib Ibn
Bilban, Pen-tahqîq: Syu’ayb al-Arna`uth, Beirut: Mu`assasah al-
Risalah

- 43
Jurnal JESKaPe, Vol. 1, No. 1 Januari – Juni 2017 ______________________________________

Al-Thabrânî, Sulaymân bin Aḥmad bin Ayyûb bin Muthir al-Lakhmî al-Syamî
Abû al-Qâsim (260-360 H), 1995, al-Mu’jam al-Awsath, Pen-tahqîq:
Abu Mu’âdz Tharîq bin ‘Awdhillâh bin Muḥammad dan Abu al-Fadhl
‘Abd al-Muhsin bin Ibrâhîm al-Ḥusaynî, Kairo: Dâr al-Ḥaramayn

--------, 1404 H, al-Mu’jam al-Kabîr, Pen-tahqîq: Muḥammad ‘Abd al-Majid al-


Salafî, Kairo: Maktabah Ibn Taymîyaḧ

Al-Thahhan, Maḥmûd, 1415 H, Taysir Mushthalah al-Ḥadîts, Iskandaria:


Markaz al-Huda li al-Dirasat

Al-Tirmidzî, Muḥammad bin ‘Isa bin Sawrah bin Mûsâ bin al-Dhahhak (209-
297 H), 1996, al-Jâmi' al-Kabîr (Sunan al-Tirmidzî), Pen-tahqîq:
Basysyar ‘Awwad Ma’ruf, Beirut: Dar al-GḤarb al-Islam

--------, 1968, al-Jâmi' al-Sḥahîḥ (Sunan al-Tirmidzî), Cet. Ke-2, Pen-tahqîq:


Muḥammad Fu`ad ‘Abd al-Bâqî, t.tp.: Mushthafâ al-Bâbî al-Ḥalabî

Al-Warjalânî, Abî Ya'qûb Yûsuf bin Ibrâhîm (w. 570 H), (ed), 2003, Kitâb al-
Tartiib fî al-Sḥahîḥ min Ḥadîts al-Rasûl Saw, wa Yasytamil ‘Alâ: 1-al-
Jâmi' al-Sḥahîḥ Musnad al-Imâm al-Rabî’, 2-Âtsâr al-Rabî' fî al-Ḥujjaḧ
‘Alâ Mukhâlifîh, 3-Riwâyât Abî Sufyân ‘An al-Rabî', 4-Riwâyât al-
Imâm Aflaḥ ‘An Abî Ghânim, 5-Marâsîl al-Imâm Jâbir bin Zayd, al-
Ḥamrîyaḧ: Maktabah Masqath

Weinsinck, A.J. (w. 1939), 1969, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts,


Leiden: Briel

44 -

Anda mungkin juga menyukai