Anda di halaman 1dari 22

Hadis Tentang Permainan Batil ( Kajian Ma’anil Hadis dengan Metode

Maudhu’I )

PROPOSAL
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Hadits

Oleh : SITI YUNIZAR

NIM. 11830120994i

JURUSAN ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1442 H / 2021 M

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
As-Sunnah (hadis Nabi ‫ ) ﷺ‬merupakan penafsiran Al –
Qur’an dalam praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal.
Hal ini mengingat bahwa pribadi Nabi ‫ ﷺ‬merupakan perwujudan
dari Al – Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang
dijabarkan dalam kehidupan sehari – hari. Makna seperti itulah yang dipahami
oleh Ummul Mukminin Aisyah r.a. dengan pengetahuannya yang mendalam
dan perasaannya yang tajam serta pengalaman hidupnya bersama Rasulullah
‫ ﷺ‬. Pemahamannya itu dituangkan dalam susunan kalimat yang
singkat, padat, dan cemerlang, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan
kepadanya tentang akhlak Nabi ‫ ﷺ‬: "Akhlak beliau adalah Al –
Qur’an!” .1
Oleh sebab itu, siapa saja yang ingin mengetahui tentang manhaj
(metodologi) praktis Islam dengan segala karakteristik dan pokok – pokok
ajarannya, maka hal itu dapat dipelajari secara rinci dan tereaktualisasikan
dalam Sunnah Nabawiyah, yakni ucapan, perbuatan dan persetujuan Nabi
‫ﷺ‬. 2
Kata hadis dan sunnah adalah kata sinonim, sehingga dua kata ini
dalam pandangan para ahli hadis satu makna, begitu juga kata khabar dan
3
atsar . dalam pandangan sebagian ulama hadis, sunnah lebih umum dari
hadis. Karena sunnah meliputi perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik,
budi pekerti, perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi Rasul atau
1
Dirawikan oleh Muslim dengan redaksi: "Ak.hlalenya adalah Al-Quran." luga dtawikan oleh
Ahmad, Abu Daud dan Nasa-iy, sebagaimaru tersebut dalam tafsir Surah Nm, karangan Ibn Katsir.
2
DR. Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, ( Bandung : Karisma,
1993), hlm . 17
3
Musthafa Said al – Khan dan Badi’ a-Sayid al – Lahm, al – Idhah Fi Ulum al – Hadis Wa al
– Isthilah, ( Beirut : Dar Al – Kalim al – Thayib, 2004 ), hlm. 29

2
4
sesudahnya, yang berhubungan dengan hukum syara’. sedangkan hadis
hanya terbatas pada perkataan yang dapat dijadikan dalil pada penetapan
hokum syara’ dan pada umumnya digunakan untuk istilah segala yang
diriwayatkan dari Nabi ‫ ﷺ‬setelah diangkat menjadi Rasul.
Berdasarkan consensus dan perbedaan diatas, setiap buku yang
mencantumkan kata “ sunnah “ dalam judulnya, maka dapat di pastikan selalu
yang dimaksudkan adalah hadis. 5
Al – Qur’an dan hadis sebagai pedoman umat islam, bukan saja berisi
masalah – masalah hokum, tetapi mencakup pada kehidupan social, baik
berupa masalah politik, ekonomi, kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, bahkan
hadis juga membahas masalah permainan. Yang dimaksud dengan permainan
atau main – main adalah suatu perbuatan demi menyibukkan diri sendiri tanpa
terkandung manfaat sedikit pun di dalamnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan senda gurau adalah suatu peralihan dari suatu pekerjaan yang penuh
kesungguhan menuju suatu pekerjaan yang tiada arti.
Masalah permainan, Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menjelaskan hal
ini sebagaimana yang tercantum dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh
Imam At – Tirmidzi dalam kitab Jami’ nya No 1637 :

‫ أَ ْخبَ َرنَا ُم َح َّم ُد‬:‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد ب ُْن هَارُونَ قَا َل‬:‫ال‬ ٍ ِ‫ َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ب ُْن َمن‬- ١٦٣٧
َ َ‫يع ق‬
‫صلَّى‬ َ ِ ‫ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬،‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ب ِْن أَبِي ُح َس ْي ٍن‬،َ‫ب ُْن إِ ْس َحاق‬
ُ‫صانِ َعهُ يَحْ ت َِسب‬ َ :َ‫ " إِ َّن هَّللا َ‌لَيُ ْد ِخ ُل‌بِال َّسه ِْم ال َوا ِح ِد ثَاَل ثَةً ال َجنَّة‬:‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
‫ص ْن َعتِ ِه ال َخ ْي َر َوالرَّا ِم َي بِ ِه َوال ُم ِم َّد‬
َ ‫" فِي‬
‫ ُكلُّ َما يَ ْلهُو بِ ِه‬،‫ي ِم ْن أَ ْن تَرْ َكبُوا‬ َّ َ‫ َوأَل َ ْن تَرْ ُموا أَ َحبُّ إِل‬،‫ «ارْ ُموا َوارْ َكبُوا‬:‫ال‬ َ َ‫َوق‬
‫ فَإِنَّه َُّن‬،ُ‫ َو ُماَل َعبَتَهُ أَ ْهلَه‬،ُ‫ َوتَأْ ِديبَهُ فَ َر َسه‬،‫ إِاَّل َر ْميَهُ بِقَوْ ِس ِه‬،ٌ‫ال َّر ُج ُل ال ُم ْسلِ ُم بَا ِطل‬
‫ أَ ْخبَ َرنَا ِه َشا ٌم‬:‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد ب ُْن هَارُونَ قَا َل‬:‫ال‬ َ َ‫يع ق‬ٍ ِ‫ِمنَ ال َحقِّ» َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ب ُْن َمن‬
،‫ق‬ ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن األَ ْز َر‬،‫ ع َْن أَبِي َساَّل ٍم‬،‫ير‬ ٍ ِ‫ ع َْن يَحْ يَى ب ِْن أَبِي َكث‬،‫ال َّد ْستُ َوائِ ُّي‬

4
Muhammad ‘Ajaj al – Khatib, Ushul Al – Hadis Ulumuhu wa Musthalahuhu, ( Beirut : Dar
al – Fikr, 1981 ), hlm. 19
5
Johar Arifin, 39 Hadis Tunjuk Ajar Melayu, ( Yogyakarta : Kalimedia, 2020 ), hlm. 2

3
‫ َوفِي البَاب‬:،ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْثلَه‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،‫ع َْن ُع ْقبَةَ ب ِْن عَا ِم ٍر ال ُجهَنِ ِّي‬
ٌ ‫ َو َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو َوهَ َذا َح ِد‬،َ‫ َو َع ْم ِرو ْب ِن َع ْب َسة‬،َ‫ب ب ِْن ُم َّرة‬
‫يث َح َس ٌن‬ ِ ‫ع َْن َك ْع‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ berkata : Telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata : telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ishaq, dari Abdillah bin Abdirrahman bin Abi
Husain, dari Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : sesungguhnya Allah akan
memasukkan tiga orang kedalam jannah karena satu anak panah, orang yang
membuatnya dengan tujuan baik, orang yang melemparkannya dan orang
yang menyiapkannya. Hendaklah kalian memanah dan berkuda, sedangkan
memanah lebih aku sukai daripada berkuda . setiap permainan laghwun yang
dilakukan seorang muslim adalah bathil, kecuali ketika dia melemparkan
panah dengan busurnya, ketika ia melatih kudanya, dan bercanda dengan
istrinya, ketiga hal ini adalah al – haq. “ . ( HR. At – Tirmidzi )

Pada hadis di atas dijelaskan bahwa segala bentuk permainan adalah batil
kecuali 3 yaitu memanah, berkuda, dan bersenda gurau dengan istri. Namun
pada zaman sekarang banyak muncul permainan seperti : permainan catur,
bola, layang – layang, gasing, bahkan permainan berbasis teknologi online
seperti game online.

Jenis permainan secara umum dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
permainan modern dan permainan tradisional. Permainan modern lebih
banyak berupa permainan statis. Anak lebih banyak bermain sendiri, kurang
peduli pada lingkungan sehingga kemampuan sosial anak kurang dapat
berkembang. Secara fisik hanya bagian anggota tubuh tertentu yang
digunakan sehingga rentan memunculkan kelelahan. Secara emosi anak-anak
akan cenderung sulit mengontrol emosinya karena cenderung ingin menang
dan perasaan sangat kecewa bila mengalami kegagalan, gembira yang
berlebihan ketika mengalami kemenangan. Bahkan sering dijumpai perasaan

4
kecewa atau gembira yang berlebihan hingga anak melakukan tindakan
destruktif dengan merusak barang yang ada di depannya.

Permainan tradisional seperti permainan layang – layang, gasing, dan bola


lebih banyak menggunakan fisik sehingga pemain lebih banyak bergerak dan
dapat menyehatkan tubuh, tidak jarang permainan ini dijadikan perlombaan
bahkan sampai pada tingkat global. Jika dilihat dari sisi positif dan negatifnya,
game online cenderung memiliki sisi negatif dan permainan tradisional
memiliki sisi positif, namun kedua permainan ini tidak ada dalam penjelasan
hadits diatas.

Dalam memahami teks hadits, diperlukan metode yang tepat terutama dalam
memahami teks hadits yang sulit dipahami. Ilmu ma’anil hadits ialah ilmu
yang mempelajari cara memahami makna matan hadits, ragam redaksi, dan
koneksinya secara komprehensif baik dari segi makna yang tersurat maupun
makna yang tersirat.

Dari latar belakang yang sudah di paparkan, maka penulis mengambil judul
dalam penelitian ini ialah “ Hadis tentang Permainan Batil (Kajian
Ma’anil Hadis dengan Metode Maudhu’I )

B. Identifikasi Masalah
Uraian dari latar belakang diatas, memberikan gambaran permasalahan yang
muncul dengan pertanyaan :
1. Apa itu permainan Bathil ?
2. Bagaimana pendapat ulama tentang permainan Batil dalam hadits ?
3. Bagaimana pendapat ulama tentang permainan yang di bolehkan dalam
hadits ?
4. Bagaimana memaknai hadis tentang permainan Batil dengan permainan yang
ada di masa sekarang?
5. Apakah semua permainan Batil?

5
Dari berbagai macam identifikasi masalah yang di temukan, maka penulis
hanya mengambil tiga permasalahan yang akan di bahas yaitu :
Bagaimana pendapat ulama tentang permainan Batil dalam hadits ?

Bagaimana pendapat ulama tentang permainan yang di bolehkan dalam


hadits ?
Bagaimana memaknai hadis tentang permainan Batil dengan permainan yang
ada di masa sekarang?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka
penulis memberikan batasan masalah dalam membahas permasalahan ini yaitu
mengumpulkan pendapat para ulama hadis melalui kitab syarah dan mengkaji
hadis secara makna dengan metode mudhu’I sedangkan hadis yang menjadi
acuan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At – Tirmidzi dalam kitab
Jami’ nya nomor hadis 1637.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapat ulama tentang permainan Batil dalam hadits ?
2. Bagaimana pendapat ulama tentang permainan yang di bolehkan
dalam hadits ?
3. Bagaimana memaknai hadis tentang permainan Batil dengan
permainan yang ada di masa sekarang?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui bagaimana pendapat ulama tentang permainan Batil
dalam hadits
2. Untuk Mengetahui bagaimana pendapat ulama tentang permainan yang di
bolehkan dalam hadits
3. Untuk Mengetahui bagaimana memaknai hadis tentang permainan Batil
dengan permainan yang ada di masa sekarang

6
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yang ingin penulis capai yaitu :
1. Agar penelitian dapat memberikan pengetahuan kepada kita bahwa
permainan pada zaman sekarang ada yang tergolong kepada
permainan Batil dan ada yang tidak jika dikaji melalui makna hadis
dengan metode Maudhu’I .
2. Sebagai bahan bacaan bagi penulis dan peneliti berikutnya dalam
menulis karya ilmiah terkait permainan yang ditinjau dari Hadis Nabi
‫ﷺ‬.
3. Untuk melengkapi dan memenuhi syarat menyelesaikan studi di
Jurusan Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk mempermudah para
pembaca dalam menelaah isi kandungan didalamnya. Skripsi ini tersusun atas
lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, Dalam Bab Ini di Jelaskan Tentang Latar
Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, dalam bab ini dijelaskan tentang landasan
teori dan penelitian yang relevan .
BAB III : Metode Penelitian, dalam bab ini dijelaskan tentang Jenis
Penelitian, Sumber Penelitian dan teknik Analisis Data.
BAB IV : Analisa Data, dalam bab ini dijelaskan tentang pemaknaan
hadis tentang semua permainan adalah bathil kecuali 3
permainan yang jelaskan oleh hadis Nabi ‫ ﷺ‬.
BAB V : Penutup, dalam bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Permainan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata permainan berasal dari kata main
yang berarti sesuatu yang di gunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yang di
6
permainkan. Secara bahasa permainan dapat diartikan sebagai pekerjaan yang
didalamnya tidak terdapat manfaat. Dan permainan juga dapat di artikan banyaknya
lelucon dan senda gurau.
Secara istilah, Al Jurjani berkata “ permainan adalah pekerjaan anak yang
dilakukan tanpa manfaat apa pun.7 Ar – Raghib berkata “ permainan si fulan apabila
melakukannya tanpa suatu maksud yang baik.8 Dengan demikian ‫ العب‬adalah :
seseorang / manusia yg berbuat satu perbuatan, tidak bermaksud untuk satu tujuan
yang baik ( dari segi syariat).
kata la’ib secara denotatif atau makna dasar yang dimilikinya, ia memiliki
makna permainan, sandiwara. Kata la’ib terdiri dari tiga huruf konsonan ( ‫ ) َل ع ب‬.
Dalam beberapa kamus klasik Arab menyebutkan bahwa, jika dilihat dari kata
dasarnya kata la’ib memiliki dua bentuk yang berbeda. Bentuk pertama adalah kata
la’ib dengan huruf „ain yang dibaca kasrah atau “i” yang bermakna permainan, ia
diartikan juga sebagai lawan kata dari al-jiddu atau kesungguhan9. Derivasi dari
bentuk la’ib antara lain adalah kata at-Til’ãb bermakna terlalu banyak main, mal’ab
bermakna tempat main, al-li’bah10 bermakna jenis permainan, lã’ibŷn bermakna
bermain-main, dan masih banyak lagi derivasi lainnya.

6
KBBI (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), dengan kata main,
https://kbbi.kemdigbud.go.id/entri/Permainan Di Akses pada Rabu, 9 Juni 2021 pukul 13 : 18 WIB
7
) 202 (‫التعريفات‬
8
( 450( ‫المفردات‬
9
Ibnu Mandzur, Ibnu, Lisanul ‘Arab (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1119), h. 4039.
10
Abdullah Bustaniy, Al-Busthan Mu’jam Lughawiy Mutawwal Juz’an fi Mujallad Wahid
(Beirut: Maktabah Libnan, 1992), h. 988.

8
Sedangkan untuk bentuk yang kedua yaitu kata la’ab atau dengan huruf „ain
yang dibaca fathah atau “a” bermakna mã yasŷl min fammi as-shabŷ atau sesuatu
yang mengalir dari mulut seorang bayi11. Dengan kata lain la’ab adalah aktivitas main
yang dilakukan seorang bayi atau anak-anak yang belum mempunyai pikiran. Seperti
yang kita ketahui bahwa dalam permulaan perkembangan dan pertumbuhan manusia
sebagai seorang bayi, yang merasakan lezatnya permainan walau ia sendiri
melakukannya tanpa tujuan apa-apa kecuali bermain12. Sehingga permainan bagi
seseorang yang sudah berakal atau mampu berfikir adalah aktivitas yang sia-sia dan
tanpa tujuan, apa yang dihasilkan tidak lain hanyalah hal-hal yang menyenangkan
hati tetapi menghabiskan waktu dan mengantar kepada kelengahan.13
Kata la’ib secara umumnya memiliki makna yang merujuk pada pengertian
fun (kesenangan), bisa juga bermakna aktivitas yang melalaikan dan menyibukkan
diri dari hal yang lebih penting. Pada dasarnya ketika kita mendengar kata ini, maka
masing-masing konsep makna yang ada di pikiran kita, tentu memunculkan makna
nilai rasanya yang berbeda, ia akan tergantung pada konteks, kalimat, lingkungan,
masyarakat, budaya, ataupun konsep dan situasi si pendengar dan pembicaranya. Kata
la’ib bisa memiliki nilai makna yang positif, bila didasarkan pada pengalaman masa
kecil, karena kata la’ib menunjukkan pada rasa senang bahagia, yang
menggambarkan aktivitas yang menyenangkan dengan mainan ataupun bersama
teman-teman.14

2. Pengertian Batil

11
Abi Al-Husayn Ahmad Ibn Faris Ibn-Zakariyya, Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah (Beirut:
Dar al-Fikr, 1994), h. 989
12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 40.
13
Shihab, Tafsir Al-Mishbah........., h.37.
14
Nur Fitriyani Hayati , Makna Konotatif La`ib dan Lahwu dalam Konsep Al-Qur`an, Jurnal
Shaut Al – ‘Arabiyah , vol 5, No. 1, Tahun 2017, Makassar : UIN Alaudin Makassar, hlm. 88

9
Kata batil berasal dari bahasa Arab‫ بط§§ل – يبط§§ل – باطل‬yang berarti
menjadi tidak sah, cacat, invalid, usang, kosong, tidak sah, sia-sia, tidak
masuk akal, tidak berguna, dusta, tidak benar, kebohongan, kepalsuan.15
Ar-Raghib al-Asfahani (Abi al-Qasim al-Husain bin Muhammad ar-
Raghib Al-Asfahani, 1961: 50-51) menjelaskan, al baathil bermakna lawan
dari kebenaran yaitu segala sesuatu yang tidak mengandung apa-apa
didalamnya ketika diteliti atau diperiksa atau sesuatu yang tidak ada
manfaatnya baik di dunia maupun diakhirat. Shihab menyebutkan bahwa
makna bathil yaitu segala perkara yang diharamkan Allah SWT atau tidak ada
haknya. Dalam artian pelanggaran terhadap ketentuan agama atau persyaratan
yang disepakati. Dalam konteks ini dikaitkan dengan sabda Nabi SAW:
“kaum muslimin sesuai dengan (harus menepati) syarat-syarat yang mereka
sepakati, selama tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang
halal”. 16
Sedangkan menurut KBBI kata batil berarti batal, sia-sia, tidak benar,
lawan dari hak, kesalahan , kejahatan , kemungkaran . Menurut al-Biqa’iy
(Burhan al-Din Abi al-Hasan Ibraim ibn Umar Al-Biqa’iy, 2006: 368) al-batil
berarti segala sesuatu yang dari berbagai seginya tidak diperkenankan Allah,
baik aspek esensinya atau sifatnya. Sedangkan al-Razi (Fakhr al-Din
Muhammad ibn Umar ibn al-Husayn al-Tamimiy Al-Razi, 1990: 57)
membaginya ke dalam dua makna, pertama, sesungguhnya segala sesuatu
yang tidak dihalalkan oleh hukum syara’, kedua, mengambil sesuatu milik
orang lain tanpa pengganti.17
3. Permainan yang di bolehkan dalam hadis
a. Memanah

15
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%A8%D8%A7%D8%B7%D9%84/
16
Taufiq, Memakan Harta Secara Batil (Perspektif Surat An-Nisa: 29 dan At-Taubah: 34),
Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018, Fakultas Syariah IAIN
Lhokseumawe, bandara Aceh, hlm. 248
17
Ibid, hlm. 250

10
Sunan abu Daud, Juz 3, hal. 13.

‫ َح َّدثَنِي َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب ُْن‬،‫ك‬ ِ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن ْال ُمبَا َر‬،‫ُور‬


ٍ ‫ َح َّدثَنَا َس ِعي ُد ب ُْن َم ْنص‬- ٢٥١٣
ُ ‫ َس ِمع‬:‫ ع َْن ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر قَا َل‬،‫ ع َْن خَ الِ ِد ب ِْن زَ ْي ٍد‬،‫ َح َّدثَنِي أَبُو َساَّل ٍم‬،‫يَ ِزي َد ْب ِن َجابِ ٍر‬
‫ْت‬
َ‫ " إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل يُ ْد ِخ ُل بِال َّسه ِْم ْال َوا ِح ِد ثَاَل ثَة‬:ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫َرس‬
،‫ َوارْ َكبُوا‬،‫ َوارْ ُموا‬.ُ‫ َو ُم ْنبِلَه‬،‫ َوالرَّا ِم َي بِ ِه‬،‫ص ْن َعتِ ِه ْالخَ ْي َر‬ َ ‫صانِ َعهُ يَحْ ت َِسبُ فِي‬ َ ،َ‫نَفَ ٍر ْال َجنَّة‬
،ُ‫ تَأْ ِديبُ ال َّر ُج ِل فَ َر َسه‬:‫ث‬ ٌ ‫ْس ِمنَ اللَّه ِْو إِاَّل ثَاَل‬ َ ‫ لَي‬.‫ي ِم ْن أَ ْن تَرْ َكبُوا‬ َّ َ‫َوأَ ْن تَرْ ُموا أَ َحبُّ إِل‬
‫ فَإِنَّهَا‬،ُ‫ك‌ال َّر ْم َي بَ ْع َد َما َعلِ َمهُ َر ْغبَةً َع ْنه‬ َ ‫ َو َم ْن ت ََر‬،‫ َو َر ْميُهُ بِقَوْ ِس ِه َونَ ْبلِ ِه‬،ُ‫َو ُماَل َعبَتُهُ أَ ْهلَه‬
‫ أَوْ قَا َل» َكفَ َرهَا‬،« ‫" نِ ْع َمةٌ ت ََر َكهَا‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur(1), telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Al Mubarak(2), telah menceritakan kepadaku
Abdurrahman bin Yazid bin Jabir(3), telah menceritakan kepadaku Abu Sallam(4),
dari Khalid bin Zaid(5) dari 'Uqbah(6), ia berkata; saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya Allah memasukkan tiga orang
ke dalam surga karena satu anak panah, yaitu: Pembuatnya yang menginginkan
kebaikan dalam membuatnya, orang yang memanah dengannya, serta orang yang
mengambilkan anak panah untuknya. Panah dan naiklah kuda, kalian memanah
adalah lebih aku sukai daripada kalian menaiki kuda. Bukan termasuk hiburan (yang
disunahkan) kecuali tiga perkara: seseorang melatih kudanya, bercanda dengan
isterinya, dan memanah menggunakan busurnya serta anak panahnya. Dan
barangsiapa yang meninggalkan memanah setelah ia mengetahuinya karena tidak
senang kepadanya maka sesungguhnya hal tersebut adalah kenikmatan yang ia
tinggalkan atau ia berkata: yang ia ingkari."
b. Berkuda
Sunan Ibnu Majah, Juz 2, hal. 940.

‫ أَ ْنبَأَنَا ِه َشا ٌم‬:‫ال‬


َ َ‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد ب ُْن هَارُونَ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر ب ُْن أَبِي َش ْيبَةَ ق‬- ٢٨١١
‫ ع َْن‬،‫ق‬ ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن اأْل َ ْز َر‬،‫ ع َْن أَبِي َساَّل ٍم‬،‫ير‬ ٍ ِ‫ ع َْن يَحْ يَى ب ِْن أَبِي َكث‬،‫ال َّد ْستُ َوائِ ُّي‬
َ ‫ ع َِن النَّبِ ِّي‬،‫ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر ْال ُجهَنِ ِّي‬
‫ " إِ َّن هَّللا َ لَيُ ْد ِخ ُل بِال َّسه ِْم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
" ‫ َو ْال ُم ِم َّد بِ ِه‬،‫ َوالرَّا ِم َي بِ ِه‬،‫ص ْن َعتِ ِه ْال َخ ْي َر‬َ ‫صانِ َعهُ يَحْ ت َِسبُ فِي‬ َ :َ‫اح ِد الثَّاَل ثَةَ ْال َجنَّة‬
ِ ‫ْال َو‬
‫ي ِم ْن أَ ْن‬ َّ َ‫ َوأَ ْن تَرْ ُموا أَ َحبُّ إِل‬،‫ «ارْ ُموا َوارْ َكبُوا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َوق‬

11
،ُ‫ َوتَأْ ِديبَهُ فَ َر َسه‬،‫ إِاَّل َر ْميَهُ بِقَوْ ِس ِه‬،ٌ‫ َو ُكلُّ َما يَ ْلهُو بِ ِه ْال َمرْ ُء ْال ُم ْسلِ ُم بَا ِطل‬،‫‌تَرْ َكبُوا‬
‫ق‬ِّ ‫ فَإِنَّه َُّن ِمنَ ْال َح‬،ُ‫»و ُماَل َعبَتَهُ ا ْم َرأَتَه‬
َ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah(1); telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Harun(2); telah memberitakan kepada kami
Hisyam bin Ad Dastuwa`i(3) dari Yahya bin Abu Katsir(4) dari Abu Sallam(5) dari
Abdullah bin Azraq(6) dari Uqbah bin Amir Al Juhani(7) dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga
orang ke dalam surga dengan satu anak panah; pertama; pembuatnya, yang mana ia
membuatnya dengan berharap kebaikan, kedua; yang membidikkannya, dan ketiga;
yang membentangkannya". Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Lemparlah dan kendarailah tunggangan, sesungguhnya melemparnya kalian itu
lebih aku sukai dari pada mengendarai tunggangan, dan segala mainan apapun yang
dilakukan oleh seorang muslim adalah bathil kecuali melempar anak panah,
merawat kuda dan canda dengan isterinya, sungguh semuanya adalah hak.'
c. Senda gurau dengan Istri
Sunan at- Tirmidzi No. 1637

‫ أَ ْخبَ َرنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن‬:‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد ب ُْن هَارُونَ قَا َل‬:‫ال‬ ٍ ِ‫ َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ب ُْن َمن‬- ١٦٣٧
َ َ‫يع ق‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬،‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن أَبِي ُح َس ْي ٍن‬،َ‫ْحاق‬ َ ‫إِس‬
‫ص ْن َعتِ ِه‬
َ ‫صانِ َعهُ يَحْ تَ ِسبُ فِي‬ َ :َ‫الجنَّة‬ َ ً‫اح ِد ثَاَل ثَة‬ ِ ‫ " إِ َّن هَّللا َ‌لَيُ ْد ِخ ُل‌بِال َّسه ِْم ال َو‬:‫ال‬
َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
‫" ال َخي َْر َوالرَّا ِم َي بِ ِه َوال ُم ِم َّد‬
‫ ُكلُّ َما يَ ْلهُو بِ ِه ال َّر ُج ُل‬،‫ي ِم ْن أَ ْن تَرْ َكبُوا‬ َّ َ‫ َوأَل َ ْن تَرْ ُموا أَ َحبُّ إِل‬،‫ «ارْ ُموا َوارْ َكبُوا‬:‫ال‬ َ َ‫َوق‬
ُ‫ َو ُماَل َعبَتَه‬،ُ‫ َوتَأْ ِديبَهُ فَ َر َسه‬،‫ إِاَّل َر ْميَهُ بِقَوْ ِس ِه‬،ٌ‫ال ُم ْسلِ ُم بَا ِطل‬
‫ أَ ْخبَ َرنَا‬:‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد ب ُْن هَارُونَ قَا َل‬:‫ال‬ َ َ‫يع ق‬ ٍ ِ‫ فَإِنَّه َُّن ِمنَ ال َحقِّ» َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ب ُْن َمن‬،ُ‫َأ ْهلَه‬
،‫ق‬ ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن األَ ْز َر‬،‫ ع َْن أَبِي َساَّل ٍم‬،‫ير‬ ٍ ِ‫ ع َْن يَحْ يَى ب ِْن أَبِي َكث‬،‫ِه َشا ٌم ال َّد ْستُ َوائِ ُّي‬
‫ َوفِي البَاب ع َْن‬:،ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْثلَه‬ َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،‫ع َْن ُع ْقبَةَ ب ِْن عَا ِم ٍر ال ُجهَنِ ِّي‬
‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫ َو َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َوهَ َذا َح ِد‬،َ‫ َو َع ْم ِرو ب ِْن َع ْب َسة‬،َ‫ب ْب ِن ُم َّرة‬ ِ ‫َك ْع‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani'(1) berkata, telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Harun(2) berkata, telah mengabarkan kepada
kami Muhammad bin Ishaq(3) dari Abdullah bin 'Abdurrahman bin Abu Husain(4)

12
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya hanya
dengan satu anak panah, Allah akan memasukkan tiga orang ke dalam surga; orang
yang membuatnya dengan niat untuk suatu kebaikan; orang yang melemparkannya
dan orang yang mempersiapkannya." Kemudian beliau bersabda: "(gemarlah
berlatih) melempar dan berkendara. Sungguh, kalian melempar lebih aku sukai dari
pada kalian berkendaraan. Setiap permainan yang dilakukan oleh seorang laki-laki
muslim adalah batil kecuali latihan dia melempar anak panah dengan busurnya,
atau pengajarannya terhadap kuda tunggangannya, atau senda guraunya dengan
isterinya, karena sesungguhnya itu semua termasuk kebenaran." Telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Mani'(1) berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin
Harun(2) berkata, telah mengabarkan kepada kami Hisyam Ad Dastuwa`i(7) dari
Yahya bin Abu Katisr(8) dari Abu Sallam(9) dari Abdullah bin Al Azraq(10) dari
Uqbah bin Amir Al Juhani(11) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seperti dalam
hadis tersebut. Abu Isa berkata, "Dalam bab ini juga ada hadis dari Ka'b bin Murrah
dan Amru bin Abasah bin Amru. Dan hadis ini derajatnya hasan shahih."

4. Permainan batil yang terdapat dalam hadis


a. Mengadu Ayam

‫ت‬ُ ‫ َدخ َْل‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن ِه َش ِام ب ِْن َز ْي ٍد‬،ُ‫ َح َّدثَنَا ُش ْعبَة‬،‫ َح َّدثَنَا أَبُو ال َولِي ِد‬- ٥٥١٣
ً‫صبُوا‌ َد َجا َجة‬ َ َ‫ ن‬،‫ أَوْ فِ ْتيَانًا‬،‫ فَ َرأَى ِغ ْل َمانًا‬،‫ُّوب‬ َ ‫الح َك ِم ب ِْن أَي‬
َ ‫ َعلَى‬،‫س‬ ٍ َ‫َم َع أَن‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن تُصْ بَ َر‬
َ ‫ «نَهَى النَّبِ ُّي‬: ٌ‫ال أَنَس‬ َ َ‫ فَق‬،‫‌يَرْ ُمونَهَا‬
‫»البَهَائِ ُم‬
b. Lomba Kicauan burung
،‫ ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْم ٍرو‬،‫ َح َّدثَنَا َح َّما ٌد‬،‫ َح َّدثَنَا ُمو َسى ب ُْن إِ ْس َما ِعي َل‬- ٤٩٤٠
‫ َرأَى‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬،َ‫ ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرة‬،َ‫ع َْن أَبِي َسلَ َمة‬
ً‫ان‌يَ ْتبَ ُع‌ َش ْيطَانَة‬
ٌ َ‫ «‌ َش ْيط‬:‫»ر ُجاًل يَ ْتبَ ُع َح َما َمةً فَقَا َل‬
َ
c. Mendengarkan Musik
‫ َح َّدثَنَا‬،‫ َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد ب ُْن ُم ْسلِ ٍم‬،‫ َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ب ُْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْال ُغدَانِ ُّي‬- ٤٩٢٤
‫ َس ِم َع اب ُْن‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن نَافِ ٍع‬،‫ ع َْن ُسلَ ْي َمانَ ب ِْن ُمو َسى‬،‫يز‬ ِ ‫َس ِعي ُد ب ُْن َع ْب ِد ْال َع ِز‬
‫ َوقَا َل‬،‫يق‬ ِ ‫ َونَأَى َع ِن الطَّ ِر‬،‫ض َع إِصْ بَ َع ْي ِه َعلَى أُ ُذنَ ْي ِه‬ َ ‫ فَ َو‬:‫ال‬ َ َ‫‌ ِم ْز َمارًا ق‬،‫ُع َم َر‬

13
‫ال‪ :‬فَ َرفَ َع إِصْ بَ َع ْي ِه ِم ْن أُ ُذنَ ْي ِه‪،‬‬‫ت‪ :‬اَل ‪ ،‬قَ َ‬ ‫ال‪ :‬فَقُ ْل ُ‬‫لِي‪ :‬يَا نَافِ ُع هَلْ تَ ْس َم ُع َش ْيئًا؟ قَ َ‬
‫صنَ َع ِم ْث َل‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َس ِم َع ِم ْث َل هَ َذا فَ َ‬
‫ت َم َع النَّبِ ِّي َ‬ ‫ال‪ُ « :‬ك ْن ُ‬‫َوقَ َ‬
‫هَ َذا»‪ ،‬قَا َل أَبُو َعلِ ٍّي ْاللُ ْؤلُ ِؤيُّ ‪َ :‬س ِمعْت أَبَا دَا ُود يَقُولُ‪ :‬هَ َذا َح ِد ٌ‬
‫يث ُم ْن َك ٌر‬
‫‪d. Taruhan di Pacuan Kuda‬‬
‫ب ب ُْن َع ْب ِد ْال َم ِجي ِد‪َ ،‬ح َّدثَنَا‬ ‫ف‪َ ،‬ح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َوهَّا ِ‬‫‪َ - ٢٥٨١‬ح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن خَ لَ ٍ‬
‫وح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد‪َ ،‬ح َّدثَنَا بِ ْش ُر ب ُْن ْال ُمفَض َِّل‪ ،‬ع َْن ُح َم ْي ٍد الطَّ ِوي ِل‪،‬‬
‫َع ْنبَ َسةُ‪ ،‬ح َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ‫ص ْي ٍن‪ ،‬ع َِن النَّبِ ِّي َ‬ ‫َج ِميعًا ع َِن ْال َح َس ِن‪ ،‬ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح َ‬
‫َب» زَا َد يَحْ يَى فِي َح ِديثِ ِه‪« :‬فِي ال ِّره ِ‬
‫َان‬ ‫ب َواَل َجن َ‬ ‫‌جلَ َ‬
‫ال‪« :‬اَل َ‬ ‫»و َسلَّ َم قَ َ‬
‫َ‬
‫‪e. Mengajak Berjudi‬‬
‫ب‪،‬‬‫ْث‪ ،‬ع َْن ُعقَي ٍْل‪َ ،‬ع ِن ا ْب ِن ِشهَا ٍ‬ ‫‪َ - ٦٣٠١‬ح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن بُ َكي ٍْر‪َ ،‬ح َّدثَنَا اللَّي ُ‬
‫ال‪ :‬قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ‬ ‫ال‪ :‬أَ ْخبَ َرنِي ُح َم ْي ُد ب ُْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن‪ ،‬أَ َّن أَبَا هُ َر ْي َرةَ‪ ،‬قَ َ‬ ‫قَ َ‬
‫ت َوال ُع َّزى‪،‬‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ " :‬م ْن‌ َحلَفَ ‌ ِم ْن ُك ْم فَقَا َل فِي َحلِفِ ِه‪ :‬بِالاَّل ِ‬ ‫َ‬
‫ك‪ ،‬فَ ْليَتَ َ‬
‫ص َّد ْق‬ ‫ُ‬
‫صا ِحبِ ِه‪ :‬تَ َعا َل أقَا ِمرْ َ‬‫" فَ ْليَقُلْ ‪ :‬اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ‪َ ،‬و َم ْن قَا َل لِ َ‬
‫‪f. Permainan Dadu‬‬
‫ك‪ ،‬ع َْن ُمو َسى ْب ِن َم ْي َس َرةَ‪ ،‬ع َْن‬ ‫‪َ - ٤٩٣٨‬ح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن َم ْسلَ َمةَ‪ ،‬ع َْن َمالِ ٍ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫ي‪ ،‬أَ َّن َرس َ‬
‫ُول هَّللا ِ َ‬ ‫َس ِعي ِد ْب ِن أَبِي ِه ْن ٍد‪ ،‬ع َْن أَبِي ُمو َسى اأْل َ ْش َع ِر ِّ‬
‫َصى هَّللا َ َو َرسُولَهُ‬
‫ب‌بِالنَّرْ ِد فَقَ ْد ع َ‬ ‫ال‪َ « :‬م ْن لَ ِع َ‬ ‫» َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ ،‬قَ َ‬

‫‪5. Diantara keburukan dalam permainan‬‬


‫‪a. Permainaan dan senda gurau dapat memutuskan hubungan antara‬‬
‫‪hamba dan rab nya dan sang hamba tidak menyadarinya.‬‬
‫‪b. Menempatkan pelakunya dalam belenggu setan dan mejauhkannya‬‬
‫‪dari zikir pada allah sang maha penyayang .‬‬
‫‪c. Kelalaian dengan segala bentuk dan macamnya mengarahkan seorang‬‬
‫‪muslim ke arah kebatilan .‬‬
‫‪d. Dua‬‬ ‫‪hal‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪merupakan‬‬ ‫‪penyebab‬‬ ‫‪hilangnya‬‬ ‫‪harta‬‬ ‫‪dan‬‬
‫‪pengalokasiannya bukan pada tempatnya .‬‬

‫‪14‬‬
e. Membuang waktu kaum muslimin tanpa faedah dan memalingkannya
dari ketaatan dan perbuatan baik .
f. Menumbuhkan bibit – bibit kemunafikan dalamakal hati, kemudian
setan akan menghiasi dan merawatnya sehingga dia benar- benar
menjadi seorang munafik yang sejati .
g. Mengucilkan pelakunya dari hubungan sosial.18

6. Pengertian Ma’anil Hadis


Secara etimologi, ma’anil merupakan bentuk jamak dari kata ma’na
yang berarti makna, arti, maksud, atau petunjuk yang di kehendaki suatu
lafal.19 Secara terminology, ilmu ma’anil hadis ialah ilmu yang membahas
tentang prinsip metodologi dalam memahami hadis Nabi ‫ﷺ‬
sehingga hadis tersebut dapat dipahami maksud dan kandungannya secara
tepat dan proposioanal.
Dr. Muhammad Ibnu ‘Alawi dalam memperkenalkan alternative
batasan istilah ulum al – hadis menyuratkan definisi yang mengarah pada ilmu
ma’anil hadis, yaitu :
‫علم حجيث عن المعنى المفهوم من الفاظ الحديث وعن المراد منها مبينا على قواعد العربية‬
‫وضوابط الشريعة ومطابقا ألحوال النبى صلى هللا عليه و سلم‬.
Ilmu yang menjelaskan tentang upaya ( menduga ) kehendak/ maksud hadis
tersebut yang penguraiannya mendasarkan diri pada kaidah ( linguistik ) bahasa
arab, prinsip – prinsipnya syari’ah dan keserasian dengan hal ihwal Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬.

7. Pengertian Metode Maudhu’I

18
Shalih bin Abdullah bin humaid, Mausu’ah an – nadhirah fi Makkarimal Akhlak
Rasullullah , jilid 11( Jeddah : Dar al – wasilah, 1435 H ), hlm 5539
19
Majma’ Al Lughah Al – Arabiyya, Al Mu’jam Al-Wajiz, ( Mesir : Wizarah Al Tarbiyah wa
Al – Ta’lim, 1997). Hlm.438

15
Secara bahasa kata maudu’I berasal dari kata ‫ موضوع‬yang merupakan
isim maf‘ul dari kata waḍa‘a yang artinya masalah atau pokok permasalahan. 20
Secara etimologi, kata maudu'i yang terdiri dari huruf ‫ ع ض و‬berarti
meletakkan sesuatu atau merendahkannya, sehingga kata maudu'i merupakan
lawan kata dari alraf‘u (mengangkat).21 Mustafa Muslim berkata bahwa yang
dimaksud maudu'i adalah meletakkan sesuatu pada suatu tempat. Maka, yang
dimaksud dengan metode maudu'i adalah mengumpulkan ayat-ayat yang
bertebaran dalam Alquran atau hadis-hadis yang bertebaran dalam kitab-kitab
hadis yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun
sesuai dengan sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan penjelasan,
pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut.
Menurut al-Farmawī sebagaimana dikutip oleh Maizuddin dalam
bukunya Metodologi Pemahaman Hadis, disebutkan bahwa metode maudu‘i
adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik atau satu
tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbab alwurud dan pemahamannya
yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang
masalah tertentu. Dalam kaitannya dengan pemahaman hadis, pendekatan
tematik (maudu'i) adalah memahami makna dan menangkap maksud yang
terkandung di dalam hadis dengan cara mempelajari hadis-hadis lain yang
terkait dalam tema pembicaraan yang sama dan memperhatikan korelasi
masing-masingnya sehingga didapatkan pemahaman yang utuh.22
Jadi, Metode Maudhu’I ialah metode pembahasan hadis sesuai dengan
tema tertentu yang dikeluarkan dari sebuah buku hadis. Semua hadis yang
berkaitan dengan tema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang kemudian

20
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 1565.
21
Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fahris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqāyis al-Lugah, juz 2
(Beirūt:Dār al-Fikr, tth.), 218.
22
Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis (Padang: Hayfa Press, 2008), 13

16
dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek. Tema – tema seperti
ini sekarang sedang di kembangkan dalam penulisan skripsi, tesis, dan
disertasi di berbagai perguruan tinggi.23
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan metode maudhu’i selain karena dapat menjawab tantangan
zaman dengan permasalahannya yang semakin kompleks dan rumit, metode
ini juga memiliki kelebihan yang lain, diantaranya24:
1) Praktis dan Sistematis
Metode tematik disusun secara praktis dan sistematis dalam
memecahkan permasalahan yang timbul. Hal ini
memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk al-
Qur’an dan hadis dengan waktu yang lebih efektif dan
efesien.
2) Dinamis
Metode tematik membuat tafsir Al-Qur’an dan hadis selalu
dinamis sesuai dengan tuntutan zaman. Sehingga, masyarakat
akan terasa bahwa al-Qur’an dan hadis selalu aktual
(updated), tak pernah ketinggalan zaman (outdated) dan
mereka tertarik untuk mengamalkan ajaran-ajarannya. Meski
tidak mustahil hal ini didapatkan dari ketiga metode yang
lain, namun hal itu bukan menjadi sasaran yang pokok.
3) Membuat Pemahaman Menjadi Utuh
Dengan ditetapkannya tema tertentu, maka pemahaman kita
terhadap hadis Nabi saw. menjadi utuh. Kita hanya perlu
membahas segala aspek yang berkaitan dengan tema tersebut

23
Abdul masjid kain, Takhrij & Metode Memahami Hadis, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm .
141
24
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal. 165-167

17
tanpa perlu membahas hal-hal lain diluar tema yang
ditetapkan.
4) Penjelasan antar hadis dalam metode maudhu’i bersifat lebih
integral dan kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami.
Adapun kekurangannya ialah metode ini terikat pada tema yang telah
ditetapkannya dan tidak membahas lebih jauh hal-hal diluar dari tema
tersebut, sehingga metode ini kurang tepat bagi orang yang menginginkan
penjelasan yang terperinci mengenai suatu hadis dari segala aspek.

B. Kajian Terdahulu
Berkaitan dengan “Hadis Tentang Permainan – Permainan Batil ( Kajian
Ma’anil Hadis dengan Metode Maudhu’I )” peneliti menemukan beberapa karya
ilmiah yang memiliki tema yang berdekatan diantaranya :

1. Skripsi Rahmad Afriani judul “ Penafsiran Kata La’ib Dan Lahwu Dalam Al-
Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar Dan Al-Maraghi “ tahun 2013 Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, skripsi ini
membahas tentang penafsiran kata la’ib dan Lahwu dalam pandangan buya
hamka yang di tafsirkan secara luas. Letak perbedaan nya ialah pada fokus
pembahasan yaitu tentang hadis permainan batil yang dikaji secara makna.
2. Skripsi Arfan Akbar judul “ Olahraga Dalam Perspektif Hadis “ tahun 2014
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah
Jakarta, skripsi ini membahas tentang permainan yang di bolehkan dalam
hadis Nabi SAW dan dijadikan kegiatan olahraga di masa sekarang. Letak
perbedaan nya ialah pada fokus pembahasan yaitu tentang permainan yang
dilarang dalam hadis .

BAB III

18
METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan data
yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Prosedur penelitian
kualitatif menggunakan penelitian yang tampilannya berupa katakata lisan atau
tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda – benda yang diamati sampai
detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau
bendanya.25
B. Jenis Penelitian
Sementara itu jika dilihat dari tempatnya, penelitian ini termasuk kategori
jenis penelitian studi kepustakaan (library research). Dalam hal ini penulis
melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh
langsung dari literature yang berkaitan dengan masalah yang dikaji.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua jenis:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pokok dari sebuah penelitian.
Sumber data primer yang merupakan rujukan utama dalam penelitian ini
yaitu:
a. Kitab Jami’ At – Tirmidzi
b. Kitab Syarah Jami’ At – Tirmidzi, yaitu: Tuhfatul Ahwazi
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Sumber data sekunder dari
penelitian ini adalah dengan mengumpulkan berbagai literatur yang masih
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
D. Teknik Pengmpulan Data

25
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), Cet. 1, hlm. 28.

19
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan
menggunakan metode maudhu’I yaitu mengumpulkan hadis – hadis yang terkait
dengan satu topik kemudian disusun sesuai dengan asbāb alwurūd dan
pemahamannya yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran
tentang masalah permainan batil. Diantara langkah pencarian dan pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas
2. Menghimpun atau mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dalam satu tema
tentang permainan batil, baik secara lafal maupun secara makna melalui
kegiatan takhrij al-hadis.
3. Mengumpulkan kitab syarah mengenai hadis yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya untuk mengungkap makna dari data
penelitian dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu.26
Langkah langkah yang akan dilakukan peneliti dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menganalisis makna permainan batil yang disebutkan dalam hadis dengan
merujuk pada kitab – kitab hadis berkaitan dengan masalah tersebut.
2. Melacak latar belakang turunnya hadis (Asbabul wurud hadis), dan
menganalisis isi kandungan hadis.
3. Membandingkan berbagai syarah hadis
4. Melakukan pengembangan dan pengembaraan makna dengan pendekatan
kontekstual.
5. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung .
6. Menarik suatu kesimpulan dengan menggunakan dasar argumentasi ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul masjid khan . Takhrij & Metode Memahami Hadis . Jakarta : Amzah . 2014

26
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, hlm. 121.

20
Abi Al-Husayn Ahmad Ibn Faris Ibn-Zakariyya . Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah .
Beirut: Dar al-Fikr . 1994

Ahmad Warson Munawwir . al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia . Surabaya:


Pustaka Progressif . 1997

Al – Khan, Musthafa Said, Badi’ a-Sayid al – Lahm . al – Idhah Fi Ulum al – Hadis


Wa al – Isthilah . Beirut : Dar Al – Kalim al – Thayib . 2004

Al – Khatib, Muhammad ‘Ajaj . Ushul Al – Hadis Ulumuhu wa Musthalahuhu .


Beirut : Dar al – Fikr . 1981

Arifin, Johar . 39 Hadis Tunjuk Ajar Melayu . Yogyakarta : Kalimedia . 2020

Bustaniy, Abdullah . Al-Busthan Mu’jam Lughawiy Mutawwal Juz’an fi Mujallad


Wahid . Beirut: Maktabah Libnan . 1992

Hayati, Nur Fitriyani . Makna Konotatif La`ib dan Lahwu dalam Konsep Al-Qur`an .
Jurnal Shaut Al – ‘Arabiyah , vol 5, No. 1, Tahun 2017 . Makassar : UIN
Alaudin Makassar

KBBI . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 . dengan kata main,


https://kbbi.kemdigbud.go.id/entri/Permainan Di Akses pada Rabu, 9 Juni 2021
pukul 13 : 18 WIB

Maizuddin . Metodologi Pemahaman Hadis . Padang: Hayfa Press . 2008

Majma’ Al Lughah Al – Arabiyya . Al Mu’jam Al-Wajiz . Mesir : Wizarah Al


Tarbiyah wa Al – Ta’lim . 1997

Mandzur,Ibnu . Lisanul ‘Arab . Kairo: Dar al-Ma‟arif . 1119

Nashruddin Baidan . Metodologi Penafsiran al-Qur’an . Yogyakarta: Pustaka


Pelajar . 2005

Qardhawi, Yusuf . Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW . Bandung : Karisma .


1993

Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik . Dasar Metodologi Penelitian . Yogyakarta: Literasi
Media Publishing . 2015

21
Shalih bin Abdullah bin humaid . Mausu’ah an – nadhirah fi Makkarimal Akhlak
Rasullullah . jilid 11 . Jeddah : Dar al – wasilah . 1435 H

Shihab , M. Quraish . Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran .


Jakarta: Lentera Hati . 2002

Taufiq . Memakan Harta Secara Batil (Perspektif Surat An-Nisa: 29 dan At-Taubah:
34), Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018,
Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, bandara Aceh

22

Anda mungkin juga menyukai