Laporan Kelompok 2 Mankep Warna
Laporan Kelompok 2 Mankep Warna
Oleh
Kelompok 2
Diajukan guna memenuhi tugas laporan akhir stase manajemen keperawatan yang
dilakukan secara daring
HA
LAMAN JUDUL
Oleh
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Bagi Klien...............................................................................3
1.4.2 Bagi Perawat...........................................................................4
1.4.3 Bagi Ruangan dan Rumah Sakit.............................................4
BAB 2. PENGKAJIAN..........................................................................................5
2.1 Analisis Situasi...................................................................................5
2.1.1 Ketenagaan (Man/M1)............................................................5
2.1.2 Sarana Prasarana (Material/M2)...........................................17
2.1.3 Metode (Method/M3)............................................................25
2.1.4 Sumber Keuangan (Money/ M4)...........................................38
2.1.5 Pemasaran Bangsal (Market/M5)..........................................39
ii
BAB 4. PRIORITAS MASALAH DAN PERENCANAAN.............................58
4.1 Daftar Masalah..................................................................................58
4.2 Penapisan Prioritas Masalah.............................................................60
4.3 Penapisan Proritas Tindakan.............................................................64
4.4 Plan Of Action..................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72
iii
DAFTARTABEL
Tabel 2.11 Nilai BOR, ALOS, TOI dan BTO di Ruang Kamboja bulan Juli 2020
minggu pertama
Tabel 3.4 Analisis SWOT M4
Tabel 3.5 Analisis SWOT M5
Tabel 3.7 Matriks SWOT
DAFTAR GAMBAR
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai ialah mampu melaksanakan praktik dan
dapat menerapkanprinsip-prinsip manajemen keperawatan sesuai dengan model
praktik keperawatan professional di Ruang Kamboja Rumah Sakit Universitas
Jember.
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan ini antara lain
sebagai berikut :
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Klien
BAB 2. PENGKAJIAN
Keterangan :
7. CT SCAN
8. Pencegahan dan pengendalian infeksi
9. CSSD (Central Sterile Supply Departement)
10. ISO (Sistem Manajemen Mutu)
Sebagian besar perawat telah menerima pelatihan BLS dan BTCLS. Pelatihan
dapat diikuti oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Pelatihan
yang diikuti oleh perawat dapat memaksimalkan kemampuan seorang perawat.
Pelatihan sesuai bidang penempatan diharapkan dapat menghasilkan perawat yang
kompeten. Rumah sakit memfasilitasi perawat untuk melakukan pelatihan.
Pelatihan dilaksanakan 1 tahun 1 kali dan sudah ber-SKP.
dan tuntutan terbaru dalam pelayanan kesehatan. Apabila dirasa perlu dilakukan
penambahan atau perubahanperubahan, baik perubahan kecil maupun yang
bersifat mendasar, maka perlu dilakukan revisi terhadap SPO sesuai dengan
aspek-aspek yang ingin ditambahkan atau ditingkatkan (Putro, Hakim &
Sarwiyata, 2018).
Alternatif solusi yang diputuskan paling tepat dan paling mungkin untuk
dilakukan adalah dengan merevisi SPO pencatatan penerimaan pasien, yang
dilanjutkan dengan resosialisasi SPO, dan pelaksanaan monitoring terhadap
pelaksanaan SPO (Putro, Hakim & Sarwiyata, 2018). Hal ini sejalan dengan
penelitian menyatakan bahwa peluang untuk pelatihan dan pengembangan bagi
perawat dapat membangun semangat dan mendorong pengembangan pribadi dan
keterampilan (Reza dkk., 2019).
9
c. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
RUANG KAMBOJA RS UNIVERSITAS JEMBER
Kepala Ruang
A, S.Kep., Ns.
Administrasi dan
Umum
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Mandiri Parsial Total
Pasien
Keterangan:
Berdasarkan penghitungan tersebut, maka jumlah kebutuhan tenaga perawat setiap hari adalah 3,50 + 2,34 + 5,88 = 11,72
dibulatkan menjadi 12 orang perawat. Bila di asumsikan perawat yang libur dan cuti/ijin tiap hari berjumlah 25 % dari jumlah tenaga
yang dibutuhkan dan metode penugasan keperawatan menggunakan metode tim, maka jumlah perawat secara keseluruhan yang
dibutuhkan di R.Kamboja adalah 11 orang perawat pelaksana + 1 Ka. Ruangan + 2 Ketua Tim ( 1 Orang Ka Tim untuk dinas pagi,
dan 1 orang Ka. Tim untuk dinas malam) + 3 orang libur/ cuti/ijin = 18 orang perawat.
13
2. Menurut Gillies
Penghitungan kebutuhan tenaga kerja perawat dalam suatu ruangan dengan
menggunakan rumus Gillies, yakni:
a) Menentukan jam perawatan yang dibutuhkan pasien
1) Keperawatan langsung
Perawatan mandiri 14 orang = 14 x 2jam = 28 jam
Perawatan parsial 6 orang = 6 x 3 jam = 18 jam
Perawatan total 2 orang = 2 X 6 Jam = 12 jam
Total = 58 jam
2) Keperawatan tidak langsung = 22 pasien x 1 jam = 22 jam
3) Penyuluhan kesehatan = 23 pasien x 0,25 jam = 5,75 jam
Total keseluruhan jam adalah 85,75 jam
Menentukan jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan tiap pasien =
85,75 : 22 pasien = 3,8 dibulatkan menjadi 4 jam
b) Jumlah hari tak kerja pertahun adalah:
Hari minggu dalam 1 tahun = 52 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Hari besar dalam setahun = 10 hari
Cuti sakit dan ijin = 12 hari
Total = 86 hari
c) Jumlah hari kerja efektif pertahun
365 hari – 86 hari = 279 hari
d) Jumlah tenaga yang diperlukan
jumlah jam perawatan perhari x rata−rata jumlah pasien x jumlah hari pertahun
( jumlah hari pertahun−haritidak kerja pertahun)x jumlah jam kerja perorang perhari
Pasien Datang
Admisi Umum :
Syarat : Pasien membawa KK/KTP bagi pasien baru dan untuk pasien lama membawa kartu berobat
Pasien Datang
Admisi BPJS :
Syarat : Pasien membawa dan menunjukkan kartu BPJS, kartu identitas dan surat rujukan online
g. Analisis Masalah
1. Tenaga kerja perawat di ruang Kamboja adalah 11 perawat dengan
klasifikasi 4 ners dan 7 ahli madya keperawatan. Berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus douglas dibutuhkan tenaga
perawat sejumlah 18 orang sedangkan dengan rumus Gillis
dibutuhkan tenaga perawat sejumlah 14 orang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tenaga kerja perawat di ruang Kamboja masih
kurang menurut metode douglass.
2. Beban kerja perawat masih terbilang tinggi. Rumah sakit alangkah
baiknya juga menerapkan metode SWAT (Subjective Workload
Assessment Technique) untuk menganalisis beban kerja (fisik
maupun mental) tenaga kesehatan.
3. Rumah sakit belum memfasilitasi pelatihan bagi seluruh tenaga
keperawatan dan pelatihan hanya diberikan pada karyawan yang
berstatus PNS.
4. SOP (Standard Operational Procedure) atau biasanya disebut Standar
Prosedur Operasional untuk tindakan medis belum semuanya
uptodate. Tuntutan pelayanan kesehatan yang professional ini
menghadapkan tenaga kesehatan khususnya perawat yang setiap
harinya memberikan asuhan keperawatan untuk selalu melakukan
tindakan medis. Perlu dilakukan revisi terhadap SPO sesuai dengan
aspek-aspek yang ingin ditambahkan atau ditingkatkan.
5. Rumah sakit masih menggunakan sistem lama yaitu dokumentasi
manual. Tenaga administrasi perlu dibekali sosialisasi pelatihan
mengolah data (Warehouse Officer Program) secara komputerisasi
yang bertujuan agar tidak terjadi ketidaklengkapan catatan
penerimaan pesan medis, selain itu juga diiringi dengan pelaksanaan
monitoring oleh Kasubag Manajemen RS dan staffnya.
17
2. Denah Ruangan
Sebagai ruang rawat inap, penataan Ruang Kamboja di atur memusat
yakni kantor terdiri dari ruang kepala ruangan dan ruang perawat yang
menyatu. Ruang Kamboja memiliki beberapa fasilitas antara lain yaitu
terdapat ruang kepala ruangan, mushola, kamar mandi, ruang perawat, ruang
obat, dan ruang diskusi. Musholah Ruangan Kamboja terletak bersebelahan
dengan kamar mandi. Ruang obat terlelak disamping musholah. Sedangkan
ruang diskusi terletak di samping kantor. Pengaturan ruang rawat inap
mengikuti bentuk bangunan yaitu berjajar lurus dengan keseluruhan distribusi
bed sejumlah 17 bed. Alokasi bed pada tiap ruangan yaitu kelas 1 ada 3 ruang
(3 bed), kelas 2 ada 2 ruang (masing-masing 2 bed), dan kelas 3 ada 2 ruang
(masing-masing 5 bed). Masing-masing instalasi ruang rawat inap dilengkapi
kamar mandi di sudut ruangan.
18
B KM KM
S U Ruang Kelas 3
Ruang Kelas 1
KM
KM
T
KM
Ruang
Perawat
Nurse
Station Ruang Kepala
Ruangan
Ruang Obat
Ruang
Linen Musholah
Ruang
Diskusi KM
Perawat
Ruang Ruang
Kelas 2 Kelas 2
KM KM
b. Lingkungan Kerja
Disamping dipergunakan untuk ruang perawatan pasien penyakit
dalam, Ruang Kamboja juga dapat menerima pasien titipan dari ruangan lain.
Ruang Kamboja memiliki Nurse Station yang berada di bagian tengah
kamarrawat inap tepatnya di depan ruang perawat. Lokasi tersebut
memudahkan akses perawat dalam melakukan pemberian perawatan, pasien
dan keluarga yang memerlukan informasi ataupun kebutuhan lainnya juga
dapat dengan mudah untuk dilayani. Ruang Kamboja terdapat 3 kelas ruang
19
perawatan, yaitu 3 ruang kelas 1 berisi 3 bed, 2 ruang kelas 2 yang berjumlah
4 bed, dan 2 ruang kelas 3 yang masin- masing memiliki kapasitas 5 bed.
Ruang Kamboja memiliki fasilitas seperti ruang kepala ruangan,
mushalla, kamar mandi, ruang perawat, ruang obat, dan ruang diskusi. Ruang
administrasi di Ruang Kamboja menyatu dengan Nurse Station untuk
mempermudah komunikasi antara pasien, keluarga, perawat, dan adminitrasi.
Perawat dapat memanggil keluarga pasien ke ruang diskusi saat diperlukan
untuk memberikan edukasi, konsultasi, ataupun informasi penting kepada
pasien maupun keluarga. Ruang penyimpanan obat berada di dekat ruang
perawat yang terdapat loker untuk menyimpan obat pasien dalam masing-
masing loker sesuai dengan nomor bed dan nama pasien dan untuk obat-
obatan yang memerlukan suhu rendah diletakan di kulkas obat. Pada setiap
obat terdapat identitas pasien yang terdiri dari nama, tanggal lahir, nomor bed
dan nomor RM. Fasilitas kerja di ruang perawat terdapat lemari untuk
penyimpanan peralatan dan barang sekali pakai, serta meja dengan satu
komputer yang digunakan sebagai admin dan tempat penyimpanan sementara
dokumen asuhan keperawatan. Ruang Kamboja sudah memiliki petujuk arah
dan ruangan sesuai dengan fasilitas dan fungsi termasuk terdapat petunjuk
arah evakuasi apabila ada kedaruratan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,
menyatakan bahwa kebutuhan ruang rawat inap terdiri dari ruang perawatan,
ruang pos perawat, ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang dokter jaga, ruang
kepala ruangan, ruang linen bersih, gudang bersih, gudang kotor, kamar
mandi, ruang petugas kebersihan, dapur kecil, dan ruang perawatan isolasi.
Sedangkan berdasarkan Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan,
Sekretariat Jenderal, DEPKES-RI (2007), kebutuhan ruang pada ruang rawat
inap meliputi ruang perawatan, ruang stasi perawat (nurse station), ruang
konsultasi/diskusi, ruang tindakan, ruang administrasi kantor, ruang dokter,
ruang perawat, ruang kepala instalasi rawat inap (kepala ruangan), ruang
linen bersih, ruang linen kotor, gudang kotor, gudang bersih, kamar mandi
20
26 Suction Buah 1
27 Pen light Buah 2
28 Ambu bag Buah 3 1
29 Juction rees Buah 2
30 Gunting verban Buah 6
31 Troli injeksi Buah 2
32 Lemari alkes Buah 2
34 Flow Meter Buah 15
35 Inhalator Buah 0
36 Kulkas obat Buah 1
37 Oximetri Buah 2
38 Set perawatan lukas Set 5
39 Lampu baca foto Buah 1
40 Bengkok Buah 5
f. Analisis Masalah
1. Penyediaan fasilitas kesehatan di Ruang Kamboja belum lengkap atau
beberapa mengalami kerusakan. Pada penyimpanan alat medis juga
masih dicampur atau tidak diberikan tanda atau label mana yang rusak
dan mana yang masih bisa digunakan sehingga perawat bingung jika
akan mengambil alat medis tersebut.
2. Kamar mandi pasien di Ruang Kamboja belum sesuai dengan 6 sasaran
keselamatan pasien poin ke 6 (pengendalian risiko jatuh), seperti tidak
terdapat handrail (pegangan tangan) dan kadang lantainya licin.Adanya
keluhan dan tuntutan dari pasien dan keluarga terkait WC berbau, lantai
licin, pencahayaan kurang dan gagang pengunci pintu rusak.
25
c. Keselamatan Pasien
Menurut Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017, sasaran
keselamatan pasien terdiri dari:
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Sasaran keselamatan pasien yang pertama yaitu mengidentifikasi
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang
identitas pasien dengan barcode, dan lain-lain.
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, dengan cara: Menulis secara lengkap
instruksi atau hasil pemeriksaan yang disampaikan melalui telepon,
membacakan kembali instruksi atau hasil pemeriksaan yang
disampaikan melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan kebanyakan terjadi pada saat instruksi/perintah diberikan
melalui telepon.
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (hight-alert).
Hasil dari penelitian obat yg perlu diwaspadai: NORUM / LASA,
Elektrolit konsentrat kesalahan bisa terjadi secara tidak sengaja pada
keadaan darurat.
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasienyang benar
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, yaitu:
Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar, memastikan
bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan sudah tersedia dan diberi label yang baik dan sudah
dipampang, menandai lokasi operasi dilakukan atas satu pada tanda
yang dapat dikenali dan perlu melibatkan pasien.
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
27
d. Timbang Terima
Timbang terima adalah teknik untuk menyampaikan dan menerima
laporan terkait kondisi pasien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan memberikan penjelasan secara jelas, lengkap, dan singkat
mengenai tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaboratif baik yang sudah
maupun belum diberikan, serta perkembangan kondisi pasien. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer kepada perawat penanggung jawab
dinas selanjutnya secara lisan dan tulisan. Timbang terima dilakukan dengan
mengumpulkan semua perawat, terutama disaat pagi dipimpin oleh karu.
Setelah selesai proses timbang terima, perawat kembali ke pasien dan
melaksankan tugasny. Menurut Nursalam (2014), terdapat 3 tahapan dalam
proses timbang terima, antara lain:
1. Persiapan (Pra)
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
28
b) Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki
permasalahan yang belum teratasi.
c) Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan
dan dioperkan.
2. Pelaksanaan di nurse station
a) Kedua kelompok dinas sudah siap.
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
d) Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada
perawat berikutnya.
e) Perawat shift dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
tentang apa yang disampaikan.
f) Melakukan validasi keliling ke bed pasien
3. Pasca
a) Diskusi/klarifikasi pelaporan.
b) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda
tangan pergantian shift serta penyerahan laporan.
c) Ditutup oleh kepala ruangan
f. Discharge Planning
SOP yang ada di Ruang Kamboja masih belum up to date atau masih
dalam versi lama. Ketidak up to datean SOP ini dikhawatirkan akan
mempengaruhi kualitas perawatan kepada pasien. Hal ini juga didukung oleh
perawat yang tidak melakukan double cek kepada pasien ketika memberikan
tindakan keperawatan. Perawat hanya menanyakan identitas pasien tanpa
melihat gelang identitas yang dipakai pasien.
k. Sentralisai Obat
l. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan terdiri dari dua kata yang mana dokumentasi
merupakan catatan secara otentik guna dijadikan bukti dalam persoalan
hukum. Jadi dokumentasi keperawatan merupakan catatan tidakan
keperawatan sebagai pelaporan dalam pelaksanaaan layanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien. Komponen dalam dokumentasi terdiri dari
aspek komunikasi, proses keperawatan, dan standar keperawatan (Nusalam,
2014 ).Dokumentasi keperawatan ini melaporkan kondisi aktual pasien untuk
mempercepat dan memudahkan tim kesehatan dalam mengambil keputusan
yang tepat. Lalu data yang tersimpan dalam database sebagai bukti tertulis
tentang kemajuan pasien. Pada era modern ini diperlukan dokumentasi
keperawatan yang berbasis teknologi IT untuk menghasilkan kualitas dan
kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang baik. Sebagai
pelaksana pelayanan kesehatan, rumah sakit juga sangat terbantu dengan
adanya sistem dokumentasi keperawatan elektronik karena dapat
menyediakan akses yang cepat dalam memberikan informasi, meminimalkan
potensi kehilangan atau informasi yang rusak, menekan anggaran biaya yang
dikeluarkan (Sulastri dan Sari, 2018).
Dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang Kamboja secara
manual, dengan format yang sudah dibakukan berdasarkan SDKI, SIKI, dan
SLKI. Semua Perawat ruang Kamboja memahami terkait pendokumentasian
keperawatan. Waktu pelaksanaan dokumentasi keperawaan tidak dilakukan
setiap waktu setelah tindakan dilakukan dan mekanisme dokumentasinya
belum terstruktur. Namun dilakukan menjelang pergantian shift.
Pendokumentasian seperti ini dapat menyita waktu perawat dan tidak sesuai
dengan tindakan yanng seharusnya dilakukan serta meningkatkan biaya
pendokumentasian
m. Analisis Masalah
37
b. BOR, ALOS, TOI, BTO di Ruang Kamboja bulan Juli 2020 minggu
pertama
Tabel 2.11 Nilai BOR, ALOS, TOI dan BTO di Ruang Kambojaminggu pertama
bulan Juli 2020
Kriteria Hari
Senin Selasa Rabu
BOR % 100% 100% 100%
Standar ideal 60%-85% 60%-85% 60%-85%
BOR
ALOS 4,5 5,6 5
Standar ideal 6-9 hari 6-9 hari 6-9 hari
ALOS
TOI 1 4 4
Standar ideal 1-3 hari 1-3 hari 1-3 hari
TOI
*standar Depkes RI, 2005, Kementerian Kesehatan 2011.
x 100%
Jumlah hari perawatan: hari 1 pasien yang dirawat sebanyak 17 pasien, hari 2
pasien yang dirawat sebanyak 17 pasien, hari ke 3 pasien yang dirawat
sebanyak 17. Maka jumlah hari perawatan dari hari 1-3 yaitu 51. Selama 3
hari (periode)
41
BOR = x 100%
= x 100%
= 100%
2. ALOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat
inap tinggal di rumah sakit ,tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit
dalam periode dengan standar pencapaian 6-9 hari.
ALOS =
Jumlah pasien keluar pada hari ke 1 yaitu 4 pasien, hari ke 2 yaitu 3 pasien,
hari ke 3 yaitu 2 pasien
Hari ke 1 ada 4 pasien pulang : pasien pertama dirawat selama 3 hari, pasien
kedua dirawat selama 4 hari, pasien ketiga dirawat selama 5 hari dan pasien
keempat dirawat selama 6 hari.
=
= 4,5
=
= 5,6
Hari ke 3 ada 2 pasien pulang: pasien 1 dirawat selama 5 hari, pasien 2
dirawat selama 5 hari
=
42
=5
3. TOI (Turn Over Interval)adalah rata-rata hari tempat tidur tersedia
pada periode tertentu yang tidak terisi adalah pasien keluar atau
meninggal dan pasien masuk denganstandar pencapaian 1-3 hari.
TOI =
TOI hari ke 1 =
=4
TOI hari ke 2 =
=4
TOI hari ke 3 =
=1
Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka. Hal
ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri,
berkaitan pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien dalam
menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan pengukuran penting
yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi
terhadap suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan
pasien yang mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu
pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2004).
e. Petunjuk Ruangan
44
f. Kerjasama
Dalam hal Kerjasama, RS Universitas Jember bekerjasama dengan
lembaga akademik universitas yakni Fakultas-fakultas rumpun Ilmu
Kesehatan yang bisa berjalan di area pendidikan dan penelitian. Selain itu
dalam bidang pelayanan RS universitas Jember bekerjasama dengan rumah
sakit-rumah sakit nasional yang menjadi rujukan nasional. RS Universitas
Jember juga bekerjasama dengan beberapa LSM bidang kesehatan dan
UKBM di masyarakat untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif.
45
3.1.2 Material/M2
Tabel 3.2 Analisis SWOT M2
No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1 Peralatan medis di ruang kamboja 0.35 4 1.4
yang lengkap dan layak pakai
2 Ruangan pasien dibagi menjadi 3 0.2 4 0.8
kelas
3 Perlengkapan kantor dilengkapi 0.15 3 0.45
dengan skema struktur organisasi
4 Fasilitas kamar mandi disediakan 0.1 3 0.3
dalam ruangan
(S-W)
5 Tempat sampah dikelompokkan 0.2 3 0.6
3.55-2.85
berdasarkan jenis sampah
= 0.7
Total 1 3.55
Kelemahan (Weakness)
1 Tempat peralatan medis digunakan 0.35 3 1.05
tercampur
2 Kamar mandi pasien belum 0.4 2 0.8
menerapkan 6 sasaran keselamatan
poin 6 (tidak ada handrail)
3 Tidak terdapat ruang khusus dokter 0.25 4 1
dan gudang
Total 1 2.85
EXTERNAL FACTOR (EFAS)
Kesempatan (Opportunity)
1 Lokasi Rumah Sakit Uiversitas 0.3 4 1.2
Jember mudah diakses
2 Tempat nurse stationterletak di 0.25 4 1
tengah antar ruang perawatan
3 Ruang rawat di ruang kamboja 0.2 3 0.6
dapat digunakan sebagai tempat
untuk menitipkan pasien dari
(O-T)
ruangan lain
3.8-3.0
4 Ruang Kamboja terletak 0.25 4 1
= 0.8
diantararuang intalasi bedah sentral
dan ICU
Total 1 3.8
Ancaman (Threath)
1 Adanya keluhan dari pasien dan 1 3 3
keluarga terkait kebutuhan sarana
dan prasarana di ruang kamboja
Total 1 3
49
3.1.3 Method/M3
Tabel 3.3 Analisis SWOT M3
No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1 Terdapat visi, misi, dan motto RS 0.15 3 0.45
2 Penyusunan asuhan keperawatan 0.25 4 1
berdasarkan buku pedoman SDKI,
SIKI dan SLKI
3 Dilakukan Supervisi oleh Ketua 0.25 4 1
Tim
4 Pemberian label identitas pada obat 0.15 4 0.6
yang akan diberikan kepada pasien
5 Alur penerimaan obat melalui 0.2 4 0.8
double cek oleh farmasi dan
perawat
Total 1 3.85
Kelemahan (Weakness) (S-W)
1 Penulisan asuhan keperawatan 0.1 3 0.3 3.85-2.4
dilakukan ketika akan menjelang = 1.45
pergantian shift
2 Proses penulisan asuhan 0.1 3 0.3
keperawatan masih menggunakan
metode manual
3 Sedikit SOP yang masih sesuai 0.15 2 0.3
4 Belum ada SOP timbang terima 0.15 2 0.3
5 DRK belum dilakukan 0.15 2 0.3
6 Kegiatan discharge planning belum 0.15 2 0.3
tersusun dengan baik
7 Pemberian tindakan kepada pasien 0.1 3 0.3
hanya didasari oleh nama
8 Terdapat pelaksanaan tindakan 0.1 3 0.3
yang tidak sesuai dengan SOP
Total 1 2.4
EXTERNAL FACTOR (EFAS)
Peluang (Opportunity) (O-T)
1 RS Universitas Jember yang Tipe C 0.45 4 1.8 3.8-2.0
menjalin kerjasama terkait rujukan = 1.8
ke RS X Tipe B di Jember
2. RS Universitas Jember terletak di 0.35 4 1.4
pusat kota jember, letak strategis
dan mudah dijangkau
3. Adanya sentralisasi obat 0,2 3 0.6
Total 1 3.8
Ancaman (Threath)
1 Banyak RS baru dengan teknologi 1 2 2
yang canggih terkait proses
dokumentasi keperawatan berbasis
50
komputer
Total 1 2
3.1.4 Money/M4
Tabel 3.4 Analisis SWOT M4
No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x
Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Terdapat Petugas Administrasi 0,30 3 0,9
2 Sistem keuangan terpusat pada 0,26 4 1,04
Rumah Sakit
3 rekap dari biaya pengobatan dan 0,23 3 0,69
asuhan keperawatan dilakukan
secara online
4 Tersedianya pendanaan seminar 0,21 3 0,63 (S-W)
atau pelatihan untuk perawat 3,26-2,5
Total 1 13 3,26 = 0,76
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Perlengkapan administrasi yang 0,5 3 1,5
membutuhkan waktu cukup
lama
2 Belum adanya reward untuk 0,5 2 1
perawat yang memiliki prestasi
Total 1 5 2,5
External Factor (EFAS)
Opportunity
1 Pendanaan yang didapat rumah 0,62 4 2,48
sakit berasal dari APBN dan
APBD
(O-T)
4-2=2
2 Rumah sakit Universitas Jember 0,38 4 1,52
bekerja sama dengan pihak atau
instansi lain seperti asuransi
BPJS dan dinas sosial.
Total 1 8 4
Threath
1 Manajemen keuangan Rumah 1 2 2
Sakit dapat terganggu apabila
pencairan dana dari BPJS
terlambat
Total 1 2 2
3.1.5 Market/M5
51
Total 1 4.7
Treathed (Ancaman)
1 Semua perawat di Rumah Sakit lain sudah mendapatkan pelatihan BLS dan BTCLS 0.2 3 0.6
2 Adanya keluhan dan tuntutan dari pasien dan keluarga terkait sarana prasarana 0.2 3 0.6
3 Perawat profesional lebih sedikit dibandingkan dengan perawat vokasi 0.15 2 0.3
4 Banyak RS baru dengan teknologi yang canggih seperti proses dokumentasi keperawatan 0.15 2 0.3
berbasis computer
5 Manajemen keuangan Rumah Sakit dapat terganggu apabila pencairan dana dari 0.15 2 0.3
BPJS terlambat
6 Persaingan antar RS dalam menyajikan pelayanan kesehatan 0.15 2 0.3
Total 1 2.4
54
Kuadran I
Agresif
Kuadran III
Turn Around 3,0 M5 (0,2; 3)
2,5
M1 (0.04; 2.2)
2,0
1,5 M4 (0,76; 2)
M3 (1,45; 1,8)
0,5
-1
-1,5
-2
Kuadran IV Kuadran II
-2,5 Diversifikasi
Defensif
-3
M1 (0.04; 2.2)
M2 (0,7; 0,8)
M3 (1,45; 1,8)
M4 (0,76; 2)
M5 (0,2; 3)
55
Kuadran I
Kuadran III 3,0 Agresif
Turn Around
2,5
1,5
1,0
0,5
-1
-1,5
-2
Kuadran IV Kuadran II
-2,5 Diversifikasi
Defensif
-3
perawatan kepada pasien. Hal ini juga didukung oleh, perawat tidak melakukan
double cek kepada pasien ketika memberikan tindakan keperawatan. Perawat
hanya menanyakan pasien tanpa melihat gelang identitas yang dipakai pasien.
12 Belum ada SOP timbang terima, sehingga proses timbang terima seringkali tidak
terstruktur karena diselipi pembicaraan diluar konteks.
13 Proses pelaksanaan DRK belum dilakukan secara aktif karena tidak ada SOP
yang ditetapkan diruang Kamboja. Namun ada keinginan dari kepala ruang
untuk melakukan DRK.
14 Kegiatan discharge planning belum tersusun dengan baik, hal ini dikarenakan
belum adanya lembar panduan atau SOP untuk discharge planning.
15 Pemberian tindakan (seperti pemberian obat, menginfus kembali pasien akbat
adaanya pembengkakan) kepada pasien hanya didasari oleh nama dengan
menanyakan secara langsung tanpa memvalidasi melalui gelang identitas. Hal ini
disebabkan karena perawaat terburu-buru untuk melakukan tindakan ke pasien
sealanjutnya. Selain itu perawat merasa sudah hafal dengan pasien di ruangannya
sehingga yakin tidak salah pasien.
16 Saat dilakukan supervisi oleh ketua TIM, ditemukan adanya pelaksanaan yang
tidak sesuai dengan standar dalam asuhan keperawatan, pendokumentasian,
diantaranya pemasangan infus oleh perawat yang seharusnya menerapkan
prinsip steril di area penusukan dan menggunakan sarung tangan, perawat
mengabaikan tindakan tersebut. Selain itu saat menyuntikkan obat perawat yang
seharusnya membawa bak instrumen, perawat tidak membanya dan hanya
membawa obat yang telah disediakan saja lalu menyuntikkan ke pasien.
Sumber Keuangan (Money/M4)
17 Penyelesaian proses administrasi klien pulang masih cukup lama sehingga
menurunkan kepuasan klien dalam hal pelayanan
18 Pelatihan atau seminar yang didanai oleh rumah sakit dengan persetujuan pihak
RS
19 Belum ada sistem reward pada ruangan maupun bagi perawat karena tidak ada
sumber anggaran lain
20 Manajemen keuangan Rumah Sakit dapat terganggu karena pencairan dana BPJS
terlambat
Pemasaran Bangsal (Market/M5)
21 TOI di ruangan yang belum mencapai standar nilai ideal TOI
22 Persaingan antar RS dalam menyajikan pelayanan kesehatan
23 Belum ada program penilaian kepuasan kerja perawat yang dilaksanakan di
ruang kamboja
24 Tidak mampu memanfaatkan channel youtube untuk mengembangkan website
dan membuat aplikasi yang dapat diakses oleh setiap pengguna jasa pelayanan
kesehatan bagi masyarakat
61
23 Ada keluarga pasien diagnosa TBC + B12 yang mengatakan ruangan kamarnya panas 4 2 2 1 2 32 23
sebab AC tidak dihidupkan lalu meminta perawat pelaksana untuk menghidupkannya.
Perawat sudah tahu bahwa memang sengaja tidak dihidupkan ACnya sebab TBC
mudah menular melalui udara/aerosol dikhawatirkan akan menularkan pada keluarga
pasien yang berada 1 ruangan dengan pasien, namun karena itu permintaan keluarga
maka perawat melakukannya. Hal ini nampak bahwa belum terdapat komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pada keluarga pasien terkait masalah kesehatan pasien
termasuk patologis penyakitnya yang belum diketahui keluarga.
24 Rumah Sakit belum menyediakan sosialisasi dan program pelatihan tenaga 2 3 3 2 2 72 17
administrasi/perawat dalam mengolah data (Warehouse Officer Program) secara
komputerisasi
Keterangan:
- Magnitude (M) : Berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
- Severity (S) : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality dari masing- masing
- Vulnerebility (V) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
- Community an Political Concern (C) : menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran orang dan
para pemangku kebijakan
- Affordability (A) : menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia untuk mengatasi masalah tersebut
Adapun skor penilaian yang digunakan adalah:
1: tidak ada 4: banyak
2: kurang 5: sangat banyak
3: cukup
65
Keterangan :
68
5. Proses 1. Identifikasi pengetahuan perawat tentang 1. Perawat mengetahui tentang:pengertian Nurintan 23-26
pelaksanaan DRK DRK DRK, tujuan DRK, SOP pelaksanaan Kurnia Eka Juli 2020
belum 2. Fasilitasi penyusunan panduan dan SOP DRK yang ideal Sari, S.Kep
dilaksanakan tentang DRK. 2. Tim terbentuk dengan:Terbentuk tim
secara aktif dan 3. Bentuk tim penyusun panduan dan SOP penyusun SOP DRK sesuai dengan
ada keinginan DRK kompetensi, Perawat ruangan terlibat
dari kepala ruang 4. Fasilitasi pembentukan tim penyusun secara aktif dalam penyusunan SOP
untuk melakukan yang terdiri 4 orang perawat yang 3. Pembentukan tim penyusun
DRK berasal dari RS Universitas Jember dan dengan:Terbentuk tim penyusunan DRK
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas yang disepakati bersama, Terdapat
Jember penanggung jawab, Terdapat pembagian
5. Anjurkan melakukan evaluasi setelah jobdesc sesuai kewenangan dan
penyusunan SOP DRK kompetensi yang jelas, Terdapat PoA
6. Monitoring dan evaluasi dalam penyusunan SOP DRK
pelaksanaan DRK untuk mengetahui 4. Hasil dari penyusunan terdapat: Draft
efektivitas dan efisiennya SOP tersusun sesuai dengan standar,
Terdapat pengesahan SOP DRK
5. Evaluasi:SOP DRK dilakukan uji coba
dan revisi maksimal 2 kali dalam uji
coba selama 1 minggu
6. Monitoring dan evaluasi:DRK
dilaksanakan dalam ruangan sesuai
dengan SOP, Penilaian ulang
menunjukkan peningkatan nilai, Terjadi
kesepakatan antar perawat ruangan
untuk melakukan DRK sesuai dengan
kriteria waktu pelaksanaan
73
DAFTAR PUSTAKA
Amir, H., A.M. Irwan, dan A. Saleh. 2019. Gambaran pelaksanaan diskusi refleksi
kasus (drk) dalam mendukung peningkatan pengetahuan dan profesionalitas
perawat. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 24–29.
Aprilia, Nursalam, dan C.P. Asmoro. 2016. Ketepatan pemberian obat
berhubungan dengan sentralisasi obat di rsud sidoarjo. Jurnal INJEC. 1(2)
Ardani, T. Nur, dan M. Hasib. 2018. Diskusi refleksi kasus meningkatkan
kepatuhan perawat terhadap penerapan standar prosedur operasional
pencegahan risiko jatuh. Jurnal Health of Studies. 3(2):16–34.
Fujiwan, A. 2018. 6 poin sasaran keselamatan pasien
Humas RSD dr.Soebandi. 2019. Alur Pelayanan. [Online]
http://rsddrsoebandi.id/index.php/Page/alur-pelayanan (Diakses 13 Juli
2020)
Mugianti, S. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen Dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan ; Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional, Salemba Medika,JakartaHartono B, Afriza, N.
2019. Dampak Program Pengembangan Pelatihan Terhadap Kinerja Perawat
RSIJ Cempaka Putih dengan Model Pendekatan System Dynamics. Jurnal
Kesmas Asclepius (JKA). Vol 1(2): hlm.116-125
Nursalam. 2014a. Manajemen keperawatan aplikasi keperawatan profesional edisi
4. 342.
Nursalam. 2014b. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2015 Tentang Rumah
Sakit Pendidikan. Ditetapkan di Jakarta pada 14 Desember 2015 oleh
Presiden Republik Indonesia.
Permenkes. 2018. Kewajiban Rumah sakit dan Kewajibab Pasien. Kementrian
kesehatan republik Indonesia
74