Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN MAGANG

SEBAGAI Information Technology


Strategic Business Unit Commercial
DI ANGKASA PURA I BANDAR UDARA INTERNASIONAL
NGURAH RAI BALI
PERIODE – JULI 2018

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Magang


Prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika

Disusun oleh:
Ruthis Thira
1401150009

Business Development
Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan pelaksanaan kegiatan magang dan penulisan laporan kegiatan
magang dengan tepat waktu dan tanpa hambatan. Laporan ini berisi mengenai kegiatan
penulis selama magang di Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah Rai Bali. Laporan
magang ini disusun sebagai bukti pelaksanaan kegiatan magang dan sebagai syarat
kelulusan mata kuliah magang prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika,
Universitas Telkom.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis, yaitu :
1. Allah SWT yang selalu melancarkan dan memudahkan penulis dalam menjalani
program magang dan mengerjakan laporan magang.
2. Kedua Orang Tua dan yang telah memberikan dorongan serta semangat sehingga
program magang dan laporan magang ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Ir Mochamad Ashari, M. Eng, Ph.D selaku Rektor dan pimpinan
tertinggi Telkom University.
4. Ibu Dr. Nora Amelda Rizal, Ir., M.M selaku Ka. Prodi Ilmu Manajemen Bisnis
Telekomunikasi Informatika Telkom University.
5. Jajaran pegawai PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali,
khususnya Bapak Komang Tony W selaku Kepala Bagian Information Technology
Strategic Business Unit (SBU) Commercial, beserta para staf yaitu Bapak Gusmank,
Bapak Komang, Bapak Lanang, Bapak Angga, ---------.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan kegiatan magang dan penulisan laporan magang.
Bali, 15 Juli 2018

Penulis

Ruthis Thira
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Lingkup Penugasan.............................................................................2

1.3 Target Pelaksanaan Tugas...................................................................2

1.4 Penjadwalan Magang...........................................................................3

1.5 Ringkasan Sistematika Laporan..........................................................3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN........................................................................4


2.1 Gambaran Umum Perusahaan.............................................................4
2.2 Struktur Organisasi..............................................................................8
BAB III TEORI DASAR LINGKUP PELAKSANAAN TUGAS.......................15
3.1 Komunikasi Organisasi.......................................................................15
3.2 Corporate Social Responsibility (CSR)...............................................17
BAB IV LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS.................................................22
4.1 Deskripsi Magang................................................................................22
4.2 Deskripsi Pekerjaan.............................................................................22
4.3 Jadwal dan Tugas Harian.....................................................................22
BAB V ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA.......................................26
5.1 Analisis Umum....................................................................................26
5.2 Analisis Teori......................................................................................28
BAB VI PENUTUP...............................................................................................30
6.1 Kesimpulan..........................................................................................30
6.2 Saran....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................32
LAMPIRAN..............................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat telah memberi dampak pada
segala bidang, khususnya pada perusahaan-perusahaan modern. Adanya
perkembangan dari ilmu pengetahuan inilah yang membuat perusahaan menaikan
standar kemampuan dari para karyawannya. Itu dibutuhkan agar perusahaan dapat
berkembang menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Dengan semakin ketatnya persaingan di dalam dunia kerja saat ini. Sehingga
membuat bukan hanya teori saja yang diperhatikan tetapi juga keterampilan dari
individu dalam bekerja. Untuk dapat menembus persaingan dalam pasar kerja,
kemampuan sangat dibutuhkan bukan hanya mengandalkan ijazah. Kurangnya
pengalaman, keterampilan serta keahlian merupakan faktor dari banyaknya sarjana
muda yang belum mendapatkan pekerjaan.
Faktor-faktor inilah yang menjadi perhatian dan pertimbangan dari Falkutas
Ekonomi dan Bisnis Telkom University dalam mempersiapkan mahasiswa didik
untuk nantinya siap terjun ke dunia kerja melalui program mata kuliah Magang
atau Kerja Praktik. Mahasiswa diharapkan dapat belajar serta
mengimplementasikan beberapa ilmu untuk mendapatkan pengalaman di dunia
kerja saat magang. Selain itu, kegiatan magang juga dimaksudkan bagi mahasiswa
untuk mempersiapkan mental saat masuk dunia kerja nantinya.
Kegiatan magang yang dilaksanakan oleh penulis merupakan salah satu syarat
utama untuk dapat menyelesaikan proses pendidikan Strata 1 (S-1) Manajemen
Bisnis Telekomunikasi Informatika Falkutas Ekonomi Bisnis. Penulis memilih
Divisi Information Technology SBU Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah Rai
selama 30 hari kerja sebagai tempat untuk mendapatkan pengalaman dan keahlian.
Kegiatan magang penulis di Divisi Information Technology SBU Angkasa
Pura I Bandar Udara Ngurah Rai lebih dititik beratkan pada bidang pengolahan
data dan manajemen data. Dengan bekal ilmu dan keahlian jurusan penulis yakni
Business Development maka diharapkan penulis dapat mengaplikasikan ilmu di
Divisi Information and Technology SBU Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah
Rai dan menjadi sumber daya manusia yang handal serta berkualitas.

4
1.2 Lingkup Penugasan

Dalam melaksanakan kegiatan magang di PT. Angkasa Pura I (Persero)


Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali pada bagian Information Technology.
Tugas dari bagian tersebut ialah melaksanakan tanggung jawab terhadap fasilitas
teknologi pada seluruh pemegang kepentingan yang ada disekitar daerah
operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara International Ngurah Rai
Bali. Tetapi IT SBU Commercial lebih berfokus untuk pengerjaan dan perawatan
mesin POSS (Point Of Sales System) mesin POSS ini digunakan untuk stand/retail
yang bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura I (Persero) Banda Udara
Internasional Ngurah Rai untuk mengelola data penjualan agar lebih mudah dan
efisien, sistem kerja mesin ini pun sama dengan mesin kasir akan tetapi mesin ini
menyimpan seluruh data penjualan dan menjadikannya 1 file berekstensi CSV
setiap harinya.

1.3 Target Pelaksanaan Tugas


Tugas utama yang ada di dalam bagian Information Technology Commercial
SBU PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali sebagai
berikut :

1. Melakukan monitoring terhadap usaha dari mitra binaan yang dibina.

5
1.4 Rencana dan Penjadwalan Kerja
Pelaksanaan praktek magang di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Juanda Surabaya dilaksanakan selama 30 hari kerja terhitung mulai tanggal 28
mei 2018 hingga 15 Juli 2018. Dalam melaksanakan kegiatan magang di PT.
Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali, penulis mengikuti
jam kerja perusahaan sebagai mana dituliskan dalam tabel 1.1 dibawah ini.

Hari Jam Kerja Jam Istirahat

8.00 – 15.00 WIB


Senin – (selama Bulan 8.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB
Kamis Ramadhan) (hari biasa)

8.00 – 15.30 WIB


08.00 – 16.30 WIB
Jumat (selama Bulan 11.30 – 13.30 WIB
(hari biasa)
Ramadhan)

Tabel 1.1 Jadwal Kerja

1.5 RINGKASAN SISTEMATIKA LAPORAN


Dalam laporan ini terdapat 6 bab, masing-masing bab memiliki fokus
pembahasan yang berbeda-beda. Yakni :
 BAB 1 : Berisi tentang pendahuluan, latar belakang, tujuan dan manfaat
magang, lingkup penugasan, target pelaksanaan tugas, dan yang
terakhir rencana serta penjadwalan
 BAB 2 : Berisi tentang profil perusahaan, gambaran umum perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, serta lokasi/ unit pelaksanaan tugas.
 BAB 3 : Berisi tentang teori dasar untuk lingkup pelaksanaan tugas
 BAB 4 : Berisi tentang laporan pelaksanaan tugas
 BAB 5 : Berisi tentang analisis hasil pelaksanaan kerja
 BAB 6 : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran

6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN


2.1.1 Sejarah Singkat PT(Persero) Angkasa Pura I
Pada tahun 1965, melalui Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1965,
Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura dibentuk dimana sebelumnya pada
tahun 1962 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1962 berdiri
dengan nama PN. Angkasa “Kemayoran”, dengan tugas pokok mengurus dan
mengusahakan bandar udara Kemayoran. Selain itu juga dapat mengusahakan
bandar udara di daerah-daerah sebagai cabang.
Tahun 1985 merupakan titik awal dibentuknya Perum Angkasa Pura I
dan Perum Angkasa Pura II, serta disusul dengan ditutupnya kegiatan operasi
di bandar udara kemayoran, sementara Perum Angkasa Pura I bertugas
mengelola beberapa bandar udara di daerah, dengan kantor pusat tetap di
Jakarta (eks Bandar Udara Kemayoran). Pada tahun itu pula telah
diselesaikan pembangunan Bandar Udara Soekarno Hatta yang masuk pada
Perum Angkasa Pura II.
Pemerintah Indonesia selanjutnya mengeluarkan Peraturan Pemerintah
No. 3 Tahun 1985 sebagai langkah penyesuaian atas Peraturan Pemerintah No.
37 Tahun 1974 terhadap perkembangan terakhir pada waktu itu. Isinya
dimaksudkan untuk mengatur kembali tentang Perum Angkasa Pura. Adapun
realisasi pengesahan manajemen ditandai dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 1986, terjadi perubahan nama perusahaan dari
Perum Angkasa Pura menjadi Perum Angkasa Pura I.
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 1992 Perum Angkasa Pura
I berubah menjadi PT. Angkasa Pura I (Persero). Akta pendirian perusahaan
ditanda tangani pada tanggal 2 Januari 1993, maka PT. Angkasa Pura I
(Persero) resmi berdiri. Kebijakan ini dimaksudkan agar BUMN yang telah
dinilai baik da n mampu untuk lebih menekankan dan berorientasi pada
keuntungan.
PT. Angkasa Pura I (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara
dalam lingkungan Departemen Perhubungan yang dipimpin oleh direksi
dengan tugas pokok bertanggung jawab kepada rapat umum pemegang saham
yaitu mengusahakan dan menyelenggarakan penyediaan jasa pelayanan
bandar udara.
Sampai saat ini PT. Angkasa Pura I (Persero) diberi kepercayaan oleh
pemerintah untuk mengelola 13 bandar udara, yaitu :
1. Bandar Udara Ngurah Rai, Bali
2. Bandar Udara Juanda, Surabaya
3. Bandar Udara Hasanuddin, Makassar
4. Bandar Udara Sepinggan, Balikpapan
5. Bandar Udara Frans Kaisepo, Biak
6. Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado
7. Bandar Udara Adi Sucipto, Jogjakarta
8. Bandar Udara Adi Sumarmo, Surakarta
9. Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarmasin
10. Bandar Udara Pattimura, Ambon
11. Bandar Udara Eltari, Kupang
12. Bandar Udara Achmad Yani, Semarang
13. Bandar Udara Selaparang, Lombok
Terhitung tanggal 1 Januari 1993 pengelola Bandar Udara Polonia
Medan tidak lagi masuk menjadi bagian PT. Angkasa Pura I (Persero)
melainkan masuk menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero) yang disahkan pada
tanggal 24 Maret 1994. PT. Angkasa Pura I (Persero) selanjutnya difokuskan
untuk mengelola bandar udara yang ada di wilayah timur dan tengah
Indonesia.
2.1.2 Sejarah Singkat Bandar Udara Juanda
Bandar Udara Juanda Surabaya yang terletak di daerah Sidoarjo, Jawa
Timur adalah suatu penopang penerbang domestik maupun internasional. PT.
Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Juanda Surabaya adalah merupakan
salah satu perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang bernaung di bawah
Departemen Perhubungan R.I. (Republik Indonesia). Dengan tujuan untuk
membangun perekonomian, penyediaan fasilitas penerbangan dalam
memperlancar perhubungan udara.
Bandar Udara Juanda Surabaya dibangun pada tahun 1959 dan selesai
pada tahun 1961. Dimana pada mulanya Bandar Udara Juanda Surabaya
merupakan pangkalan operasi udara TNI Angkatan Laut Republik Indonesia.
Dengan landasan yang membujur dari sudut 0100 dan 2800 sesuai dengan arah
mata angin.
Bandar Udara Juanda Surabaya yang dalam perkembangan beralih
fungsi yang sebelumnya merupakan fasilitas operasi penerbangan militer
Angkatan Laut Republik Indonesia, selanjutnya menjadi fasilitas Bandar
Udara guna melayani penerbangan-penerbangan secara domestic atau sipil
walaupun dalam pengelolaannya masih dipegang oleh Angkatan Laut
Republik Indonesia.
Pada tahun 1982, Bandar Udara Juanda Surabaya pengelolaannya
diserah terimakan kepada Departemen Perhubungan Republik Indonesia dan
pada tahun 1984 Bandar Udara Juanda Surabaya dikelola oleh PT. Angkasa
Pura I (Persero) di bawah naungan Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
Pada waktu tersebut Bandar Udara Juanda Surabaya yang hanya
melayani penerbangan domestic guna memperluas pelayanan penerbangan
sehingga pada tanggal 24 Desember 1990, Bandar Udara Juanda Surabaya
diresmikan sebagai Bandar Udara yang melayani penerbangan internasional
oleh Menteri Perhubungan pada masa itu adalah Ir. Azwar Anas. Dengan
demikian Bandar Udara Juanda Surabaya telah melayani penerbangan
domestic maupun internasional secara tanpa melalui Jakarta maupun Bali
seperti sebelumnya.
Pada tanggal 15 November 2006 Bandar Udara Juanda yang baru telah
diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Bandara yang baru
ini memiliki 11 airbridge atau garbarata. Bandara ini memiliki 3 lantai serta
memiliki luas 51.500 m2, atau sekitar 2 kali lipat dibanding dengan terminal
lama yang memiliki luas hanya 28.088 m2. Bandara baru ini juga dilengkapi
dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m2 yang mampu menampung
lebih dari 3000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu 6 – 8 juta
penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.
2.1.3 Visi dan Misi dan Tata Nilai
Visi
Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara
terbaik di Asia.
Misi
1. Meningkatkan nilai pemangku kepentingan.
2. Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima yang
memenuhi standar keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
4. Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan inovasi
5. Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.
2.1.4 Tata Nilai
”SATU”
1. Sinergi
Cara insan Angkasa Pura Airports menghargai keragaman dan
keunikan setiap elemen untuk memberi nilai tambah bagi perusahaan,
pembangunan ekonomi, dan lingkungan dimanapun insan Angkasa Pura
Airports berada.
2. Adaptif
Daya, semangat dan hasrat insan Angkasa Pura Airports yang pantang
menyerah, proaktif merespon perubahan dan kaya akan inovasi.
3. Terpercaya
Karakter insan Angkasa Pura Airports yang senantiasa selaras antara
kata dengan perbuatan, jujur dalam menjalankan tugas serta kewajiban, dan
dapat diandalkan.
4. Unggul
Komitmen insan Angkasa Pura Airports memberikan layanan prima
dengan profesional dan bertanggung jawab untuk memuaskan pelanggan
secara berkelanjutan.
2.1.5 Makna Logo
PT Angkasa Pura I (Persero) melakukan perubahan logo pada tanggal 21
Januari 2014 dikarenakan adanya komitmen baru dari manajemen untuk merubah
mutu dan pelayanan. Biasanya alasan dari sebuah perusahaan melakukan
perubahan logo adalah :
1. Karena menginginkan pasar atau target yang lebih luas.

2. Ingin menyegarkan brand atau logo perusahaan yang sudah ditandai ketuaan
atau kelelahan (tired brand).

3. Karena ingin menandai proses perubahan yang dilakukan.

Gambar 2.1 Logo PT. Angkasa Pura I


Makna dan Filosofi logo :
 Tulisan Airports digunakan untuk memperjelas bidang yang di geluti.
 Gambar dua tangan saling berjabat memberi makna bahwa angkasa pura siap
untuk melayani dan juga mengembangkan give and take atau memberi dan
menerima serta together stronger atau bersatu semakin teguh.
 Warna hijau melambangkan bisnis yang membumi.
 Warna biru melambangkan angkasa, diharapkan dua warna tersebut menjadi
warna harmonis.
2.2 Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero)
Pada umumnya sebuah badan usaha atau lembaga memiliki struktur organisasi
dan staf-staf pendukung yang terkoordinasi, terorganisasi maupun terintegrasi
pada suatu badan usaha atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Begitu juga pada Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya yang
memiliki struktur organisasi, staf-staf kepegawaian serta Sentra Organisasi
Keselamatan Penerbangan yang telah tertata dalam penunjang tata kerja Bandar
Udara yang kondusif.
Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya merupakan Badan Usaha milik
pemerintah dibawah naungan Departemen Perhubungan Republik Indonesia,
namun didalam operasi teknisnya Bandar Udara dilaksanakan PT. Angkasa Pura I
(Persero).
Fungsi dan tugas PT. Angkasa Pura I (Persero) umumnya adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan administrasi unit operasi keselamatan lalu lintas
penerbangan.
2. Mengkoordinasikan segala aktivitas Bandar udara.
3. Pemeliharaan segala fasilitas-fasilitas Bandar udara.
4. Pelayanan keamanan dan keseimbangan Bandar udara.
5. Penyelenggaraan tata usaha keuangan, pengadaan barang, perlengkapan
serta pembinaan kepegawaian.
6. Penyediaan sarana dan prasarana bagi pesawat-pesawat terbang.
Struktur organisasi Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya dalam
pengoperasiannya dipimpin oleh seorang General Manager, sedangkan
pelaksanaan tugas membawahi beberapa Department dengan masing-masing
Department dipimpin oleh seorang Department Head. Wewenang ke bawah
Department Head membawahi beberapa Section, yang masing-masing Section
dipimpin oleh seorang Section Head.
Pada pelaksanaan tugas masing-masing staf kepegawaian operasi Bandar
udara memiliki tanggung jawab pada Department Head yang membawahinya dan
dituntut untuk mematuhi dan mengikuti segala peraturan yang telah ada.
Masing-masing Section bertanggung jawab pada Department yang
membawahinya dan masing-masing Department bertanggung jawab kepada
General Manager Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. General
Manager Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya bertanggung jawab kepada
President Director PT. Angkasa Pura I (Persero) Pusat di Jakarta.
Pada pelaksanaan tugas tiap-tiap Department dipimpin oleh seorang
Department Head, Department Head membawahi Section Head, Section Head
membawahi beberapa Supervisor yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung
jawab dalam penanggulangan permasalahan operasional di Bandar udara.
Struktur organisasi Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya ini
merupakan sistem operasi Bandar udara yang menopang kelancaran dalam
pelayanan lalu lintas penerbangan udara domestik maupun internasional.
Adapun Department-department yang ada di Bandara Udara Internasional
Juanda Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Airport Operation and Services Departement
2. Airport Security Departement
3. Airport Safety and Quality Management Departement
4. Airport Equipment Readiness Departement
5. Airport Facilities Readiness Departement
6. Sales Departement
7. Information Communication Technology Departement
8. Finance Department
9. Shared Services Departement

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura I

10
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional
Juanda Surabaya
Operasional Bandar Udara Juanda
Bidang usaha PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara
Internasional Juanda Surabaya adalah jasa kebandarudaraan (Airport services)
yang terbagi atas 2 bagian besar yaitu jasa aeronautika dan jasa non-aeronautika.
1. Jasa Aeronautika
Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan
penerbangan dan penumpang yang terdiri dari :
 Aircraft Parking, jasa penempatan dan penyimpanan pesawat dalam bandar
udara. Untuk itu, PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara
Internasional Juanda Surabaya memberikan fasilitas apron yang dapat
menampung sampai dengan 31 pesawat dari berbagai jenis. Selain apron,
bekerja sama dengan berbagai instansi, disediakan pula fasilitas pengisian
bahan bakar, perawatan pesawat dan kebutuhan pendukung operasional
perusahaan penerbangan.
 Passenger Processing, jasa layanan penumpang dalam bandar udara. PT
Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Juanda
Surabaya memberikan fasilitas terminal penumpang yang nyaman dan dapat
menampung sampai dengan 6.5 Juta penumpang pertahun. Dalam terminal
penumpang tersebut diberikan fasilitas check-in, transit, boarding penumpang
dan 11 buah garbarata sebagai anjungan menuju pesawat serta fasilitas
pendukung lainnya.
2. Jasa Non-Aeronautika
Jasa non-aeronautika adalah jasa layanan pendukung kebutuhan perusahaan
penerbangan dan penumpang dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang
terdiri dari:
 Food and Beverages, layanan makanan dan minuman didalam maupun diluar
terminal bandar udara.
 Retail, layanan perbelanjaan untuk kebutuhan penumpang dimana didalamnya
termasuk dutyfree,
 Advertising, sebagai fasilitas umum yang strategis, bandar udara menyediakan
ruang bagi iklan yang dapat digunakan oleh berbagai perusahaan.
 Hotel, bekerjasama dengan Angkasa Pura Hotel, bandar udara menyiapkan
hotel transit di dalam terminal penumpang.
 Property, bandar udara menyewakan ruang (space) dalam maupun diluar
terminal penumpang yang dapat disewa untuk berbagai kebutuhan.
 Parkir Kendaraan, layanan parkir kendaraan penumpang maupun penjemput
termasuk didalamnya layanan Airport shuttle, taxy, bus dan lainnya.
 Cargo Service, sebuah layanan pengelolaan kargo pesawat termasuk
didalamnya pemeriksaan dan penyimpanan kargo.
2.6 Anak Perusahaan PT. Angkasa Pura I
1. Angkasa Pura Hotels (APH)

Gambar 2.4 Logo APH


Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang perhotelan,
lounge, dan restoran . Saat ini APH mengoperasikan Ibis Budget Surabaya
Airport (IBSA) di Bandara Juanda Surabaya, Ibis Budget Makassar Airport
(IBMA) di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, serta Novotel Bali Airport
di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
2. Angkasa Pura Logistics (APLog)

Gambar 2.5 Logo APLog


Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak dalam bidang
warehousing, total baggage solution, regulated agents, distribution center,
dan freight forwarding. Berdiri sejak 2012, Visi APLog adalah menjadi
perusahaan logistik terpadu dan terpercaya di Indonesia.

3. Angkasa Pura Property

Gambar 2.6 Logo AP Property


Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang usaha
pembangunan, perdagangan dan jasa khususnya real estate, pengembangan,
jasa keagenan, distribusi dan bidang konstruksi serta bidang lainnya.

4. Angkasa Pura Support

Gambar 2.7 AP Support


Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang jasa,
pembangunan, pengangkutan darat, perbengkelan, percetakan, dan
perdagangan. Angkasa Pura Supports membidik segmen pasar yang bersifat
korporat, terutama yang bersifat mendukung atau men-support kebutuhan
perusahaan induk dalam memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang
ataupun pengunjung bandara di Indonesia.
5. Angkasa Pura Retail

Gambar 2.8 Logo AP Retail


Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang usaha
penjualan dan pemasaran, dengan usaha penjualan berbentuk duty free, duty
paid, serta food & beverage, sedangkan untuk jasa pemasaran berupa
komunikasi pemasaran, desain grafis, media placement & buying, dan event
activation.

6. YAKKAP

Gambar 2.9 Logo YAKKAP


Yakkap I merupakan yayasan di bidang sosial dan kemanusiaan
yang didirikan oleh Angkasa Pura Airports untuk meningkatkan
kesejahteraan peserta program tunjangan hari tua, program bantuan
pemeliharaan kesehatan, dan program bantuan lainnya.

7. DAPENRA

Gambar 2.10 Logo DAPENRA


Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) merupakan program
pensiun pegawai Angkasa Pura Airports sebagai bentuk imbalan paska
kerja, sekaligus tanggung jawab sosial perusahaan kepada pegawai.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Teori Komunikasi Organisasi


3.1.1. Definisi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Wiryanto (dalam Khomsahrial Romli,
2011;2) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di
lakukan dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang di setujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.

Komunikasi organisasi juga dapat di definisikan sebagai proses


menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah – ubah (Arni, 2009;67).
3.1.2 Dimensi – Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
Terdapat dua dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi (Onong,
2007;122), yaitu :
1. Komunikasi Internal
Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukan adanya
pembagian tugas antara orang – orang di dalam organisasi itu dan dapat di
klasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang di pimpin. Untuk
menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai,
ketua dan pengurus mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga tidak
perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh anggota. Anggota membuat
kelompok – kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seseorang
sebagai penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian, pimpinan
cukup berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Jumlah
kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya
organisasi.
Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan horisontal.
a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)
yang merupakan komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two-way traffic
communication). Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi,
petunjuk, informasi dan penjelasan kepada bawahannya. Dalam komunikasi
dari bawahan ke pimpinan, bawahan memberikan laporan, saran serta
pengaduan kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik
tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari
pimpinan kepada bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran anggota sehingga
suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat di ambil dalam rangka mencapai
tujuan yang telah di tetapkan.
b) Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, antara
anggota staf dengan anggota staf, karyawan dengan karyawan dan sebagainya.
Berbeda dengan komunikasi vertical yang sifatnya lebih formal, komunikasi
horisontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu
sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat
waktu – waktu luang. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas – desus
cepat sekali menyebar dan menjalar, dan yang menjadi pokok pembicaraan
sering kali mengenai hal – hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan
pimpinan yang merugikan mereka. Menjalarnya desas – desus di kalangan
anggota mengenai suatu hal sering kali di sebabkan oleh interpretasi yang
salah. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal tersebut
kadang – kadang terjadi apa yang disebut dengan komunikasi diagonal.
Komunikasi diagonal atau yang disebut juga dengan komunikasi silang (cross
communication) adalah komunikasi pimpinan divisi dengan anggota lain.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak diluar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur
secara timbal balik yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan
komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
a) Komunikasi dari Organisasi Kepada Khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat
informatif, yang di lakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa
memiliki keterlibatan. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan
suatu masalah jika terjadi tanpa di duga.
b) Komunikasi dari Khalayak Kepada Organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik
sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang di lakukan oleh organisasi. Jika
informasi yang di sebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang
sifatnya kontroversial (menyebabkan adanya pro dan kontra di kalangan
khalayak), maka itu disebut opini publik. Opini publik ini seringkali
merugikan organisasi. Karenanya harus di usahakan agar segera dapat diatasi
dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.
3.2 Teori Corporate Social Responsibility
3.2.1 Definisi Corporate Social Responsibility
Menurut Widjaja (2008;15), CSR (Corporate Social Responsibility)
adalah pelaksanaan komunitas, umunya dikemas untuk mengupayakan citra
positif alias promosi”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa CSR adalah
sebuah kegiatan komunikasi perusahaan yang sengaja dilakukan untuk
mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sehingga upaya dalam
mencapai visi dan misi perusahaan pun dapat terwujud. Lalu dapat dikatakan
CSR adalah usaha perusahan dalam berinteraksi dengan sekitar atau
publiknya, baik itu publik internal maupun publik eksternal, demi
mewujudkan tujuan perusahaan.
The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai:
“Continuing commitment by business to behave athically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce
and their families as well as of the local community and society at large.”
Dalam bahasa bebas kurang lebih maksudnya adalah, komitmen dunia usaha
untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan pengingkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan
kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas (Wibisono 2007:7).

3.2.2 Konsep Dasar Corporate Social Responsibility


John Elkington pada tahun 1997 dalam (Wibisono 2007) melalui
bukunya “Cannibals with Fork, the Triple Bottom Line of Twentieth Century
Business”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah
economic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington
memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, harus
memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat
(people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segi tiga
sebagai berikut: Sosial

(people)

Lingkungan Ekonomi
(planet) (profit)
Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang
direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (Wibisono 2007:33).

Hubungan yang ideal antara profit (keuntungan), people (masyarakat)


dan planet (lingkungan) adalah seimbang, tidak bisa mementingkan satu
elemen saja. Konsep 3P ini menurut Elkington dapat menjamin
keberlangsungan bisnis perusahaan. Hal ini dapat dibenarkan, sebab jika
suatu perusahaan hanya mengejar keuntungan semata, bisa jadi lingkungan
yang rusak dan masyarakat yang terabaikan menjadi hambatan kelangsungan
bisnisnya. Beberapa perusahaan bahkan menjadi terganggu aktivitasnya
karena tidak mampu menjaga keseimbangan 3P ini. Jika muncul gangguan
dari masyarakat maka yang rugi adalah bisnisnya sendiri (Prastowo dan Huda
2011:27).
1. Propfit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan
pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak
profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiseinsi
biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin (Wibisono 2007: 33).

2. People (masyarakat pemangku kepentingan)

Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi


perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat
diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan
perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat
lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Perlu disadari bahwa operasi
perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat, karenanya
perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh
kebutuhan masyarakat (Wibisono 2007: 34).

3. Planet (lingkungan)

Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang


kehidupan kita. Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat, di mana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan
memberikan manfaat kepada kita sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita
akan menerima akibatnya. Namun sayangnya, sebagian besar dari kita masih
kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya keuntungan langsung didalamnya. Maka, kita melihat banyak pelaku
industri yang hanya mementingkan bagaiman menghasilkan uang sebanyak-
banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan.
Padahal, dengan melestarikan lingkungan, mereka justru akan memperoleh
keuntungan yang lebih, terutam dari sisi kesehatan, kenyamanan, disamping
ketersedian sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya (Wibisono
2007:37).
Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang
penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan pelestarian
lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL,
yakni profit, people, dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati“ bisnis bukan
hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet
(lingkungan) (Wibisono 2007:37).
3.2.3 Prinsip CSR
CSR terdiri dari 3 prinsip utama menurut Crowther & Aras (2008) yaitu:

Sustainability berkaitan pada efek pengambilan tindakan yang diambil


masa sekarang telah mempunyai pilihan yang tersedia di masa depan. Apabila
sumber daya dimanfaatkan di masa sekarang maka tidak akan ada cukup
sumber daya di masa depan, dan ini adalah perhatian khusus jika sumber daya
mempunyai jumlah yang terbatas.

Accountability berkaitan dengan pengakuan perusahaan dalam


melakukan tindakan yang mempengaruhi lingkungan eksternal dan karena
itu perusahaan berasumsi untuk betanggung jawab pada tindakan yang
dilakukan. Prinsip ini berdampak pada hitungan akibat efek dari tindakan
yang diambil perusahaan baik internal organisasi maupun eksternal.

Transparency, sebagai prinsip, berarti akibat internal dari tindakan dari


organisasi dapat dipastikan dari laporan yang dibuat organisasi dan fakta yang
ada tidak disembunyikan dalam laporan tersebut. Dengan demikian semua
akibat dari tindakan yang dilakukan oleh organisasi, termasuk dampak
internal, seharusnya muncul secara nyata kepada semua melalui penggunaan
informasi yang disediakan mekanisme pelaporan organisasi.

3.2.4 Tujuan Perusahaan Melakukan Corporate Social Responsibility


Menururt Chuck Williams (2001:123) dalam (Resturiany 2011)
menyebutkan bahwa: “Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat
memberi manfaat yang terbaik bagi stakeholders dengan cara memenuhi
tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan.
1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif
utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan.

20
Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar
perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.

2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat
hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar
kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.

3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan


praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu
menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya: be
ethical.

4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat


hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberikan
kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a
good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki
tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini
dikenal dengan istilah “nonfiduciary responsibility”.

3.2.5 Manfaat Aktivitas Corporate Social Responsibility

Menurut Lako (2011) komitmen perusahaan melaksanakan CSR secara


berkelanjutan mendatangkan banyak manfaat, antara lain:

1 Sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi


perusahaan.
2 Memperkokoh kinerja keuangan perusahaan.
3 Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas dan
investor, kreditor, pemasok, konsumen, pemerintah dan masyarakat.
4 Meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas
karyawan.
5 Menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi dari komunitas
sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai perusahaan.
6 Meningkatnya reputasi, goodwill dan nilai perusahaan dalam jangka
panjang.

Anda mungkin juga menyukai