Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KOMUNITAS

KONSEP EPIDEMIOLOGI

OLEH :
1. MARIA MARGARETA ANANDA MUNI PO530320118376
2. MARIA VERONIKA NONA ENDAG PO530320118377
3. MATHILDA AERICE BANI PO530320118378
4. MEHITA RODIANA WABANG PO530320118379
5. MELANTHA ALETHATHYA PA PO530320118380
6. MELIANA HARYATI TONIS PO530320118382
7. NELCI YOLANDA TUKA PO530320118383
8. NINDA AFLINDY BATUK PO530320118384

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG


DIII KEPERAWATAN
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KONSEP
EPIDEMIOLOGI” dengan tepat waktu.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sIstem penulisan maupun isi. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kupang,15 September 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................1

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan umum ..................................................................................................5
1.2.2 Tujuan khusus ..................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................6
2.1 Pengertian epidemiologi.......................................................................................................6
2.2 Ruang Lingkup epidemiologi...........................................................................................6-9
2.3 Sejarah perkembangan ilmu epidemiologi......................................................................9-11
2.4 Konsep-konsep penularan penyakit..............................................................................11-16
2.5 Pengukuran epidemiologi.............................................................................................17-23
2.6 Jenis-jenis study epidemiologi......................................................................................23-26
2.7 Surveilance epidemiologi..............................................................................................26-37
2.8 Wabah...........................................................................................................................37-42
BAB III PENUTUP................................................................................................................43
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................43
3.2 Saran...................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti ”permukaan,
diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi, penduduk, manusia ”
serta ologi berarti “ilmu tentang”. Secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai
kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar.
Pertama, penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak.
Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor
preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitaian sistematik pada berbagai populasi,
tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, peidemiologi dapat didefinisikan sebagai
“ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-determinan frekuensi penyakit dan status
kesehatan pada populasi manusia”.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu
empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik
tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan
penyakit.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan
pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan pelayanan
kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada
status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga dapat menyertakan deskripsi
keberadaannya didalam populasi dan faktor-faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya
penyakit tersebut.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum

4
Agar mahasiswa mengetahui konsep epidemiologi
1.2.2 Tujuan khusus
Agar mahasiswa dapat menjelaskan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Epiemiologi.
2. Sejarah Epidemiologi.
3. Konsep-konsep penularan penyakit
4. Pengukuran Epidemiologi
5. Jenis-jenis studi epidemiologi
6. Surveilance Epidemiologi
7. Wabah

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti
”permukaan, diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi,
penduduk, manusia ” serta ologi berarti “ilmu tentang”. Secara etimologis,
epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. 
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan
atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi
studi untuk menanggulangi masalah kesehatan. (Last, 1998).
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia. (Mac
Mahon, 1970).
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan
jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat. (W.H. Frost, 1927).
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis
penyakit pada manusia, pada saat tertentu di bumi dan kaitanya dengan kondisi
eksternal. (HIRSCH, 1883).
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan
kesehatn, penyakit dan perubahan pada penduduk begitu juga determinannya serta
akibat yang terjadi pada kelompok penduduk. (Abdel R. Omran).
2.2 Ruang Lingkup Epidemiologi
Adapun ruang lingkup epidemiologi berkaitan dengan barbagai masalah yang
timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan
maupun dengan berbagai kehidupan social, telah mendorong perkembangan
epidemiologi dalam berbagai bidang:
a. Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit menular misal: adanya imunisasi BCG maka penyakit
campak tertanggulangi
b. Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak menular
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah mencari beberapa
faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai penyakit tidak

6
menular . misal: keracunan makanan dapat di cari faktor yang menjadi
penyebabnya
c. Epidemiologi dalam klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/
dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disilin ilmu epidemiologi.
Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis
terutama para dokter sering menggunakan prinsip=prinsip epidemiologi dalam
menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab
dan cara mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak
tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan
dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari
para klinisi tersebut, merupakan data informasi yng sanat berguna dalam
analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah
terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu
yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus
d. Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system
pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi
berbagai perubahan demografis yang terjadi didalam masyarakat. Sistem
pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis
tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya
dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana.
Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti
pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan
dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan
epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar
dalam/ mengambil kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik.
Juga sedang dikembangkan epidemiologi system reproduksi yang erat
kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dn kependudukan.
e. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

7
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen dalam
menganalis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu maslah serta
penyusunan pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
Sisem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak
digunakan oleh para perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi,
penetuan prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan
kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
f. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta
mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan
pada lingkubngan kerja, baik yang bersifat fisik kimiawo biologis maupun
social budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna
dalam analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan
lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
g. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa
dalam masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk
tertentu, maupun analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya
gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan
anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke masalah kejiwaan disertai
dengan perubahan social masyarakat menuntut suatu car pendekatan melalui
epidemilogi social masyarakat menuntu suatu cara pendekatan melalui
epidemiologi social yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa,
mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan
masalah kesehaan individu saja, tetau telah merupakan masalah social
masyarakat.
h. Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat dimana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola
hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi
gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai factor yang berhubungan erat
dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan
terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat.
Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi

8
lebih mengarah kepad penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat
dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja.
2.3 Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi
a. Tokoh Sejarah Epideniologi
Epidemiologi sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam dunia
kesehatan dan kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah peting
dalam perkembanagn epidemiologi.
1) Hippocrates ( 460-377 BC)
Dia dianggap sebagai The First Epidemiologyist, ahli epidemiolog pertama di
dunia karena dialah yang pertama kali mengajukan komnsep analisis kejadian
penyakit secara rasional. Pikiran-pikirannya dituliskan dalam tiga bukunya:
Epidenic I, Epidemic II, dan On Airs, Waters and Places. Dalam bukunya ini
diajukanlah konsep tentang hubungan penyakit dengan factor tempat (geografi),
penyediaan air, iklim, kebiasaan makan dan perumahan. Dia yang
memperkenalkan istilah epidemi dan endemi. Dalam kaitannya dengan
penyebab penyakit, Hippocrates mengatakan posultatnya bahwa ada 4 jenis
cairan yaitu phlegm, blood, yellow bile and black bile. Ketidakseimangan antara
keempat faktor ini yang menyebabkan timbuknya penyakit. Konsep ini banyak
dipengaruhi oleh pikiran Greek.
2) Galen (129-199)
Ahli bedah tentara Rumawi ini sering dianggap sebagai the Father of
Experimental Physiology. Dia mengajukan konsep bahwa status kesehatan
berkaitan denagn personality type dan lifestyle factors.
3) Thomas Sydenham (1624-1689)
Orang Inggris ini sering dipanggil English Hippocrates karena pernyataannya
yang menghidupkan kembali konsep Hippocatres di tanah Inggris dan
menambahkan pentingnya merinci konsep faktor lingkungan (atmosfer) dari
Hippocrates. Kalau Hippctares dianggap sebagai Epidemiologis Pertama, justru
Sydenham dianggap sebagai the father of Epidemiology.
4) Antonie van Leeiwenhoek (1632-1723)
Leeuwenhoek adalah seorang warga Negara Belanda, dilahirkan di deft, 24
Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. dia seorang
ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu bakteri dan parasit

9
(1674), penemu sermatozoa(1677). Penemuan bakteri telah membuka tabir
suatu penyakit yang kemudian akan sangat berguna untuk analisis
epidemiologis selanjutnya.
5) Robert Koch
Nama Robery Koch tidak asing jika dihubungkan denagn penyakit tuberkulosis.
Dialah penemu tuberkulosis pada tahun 1882. selain itu Koch berperan
memperkenalkan tubrkullin pada tahun 1890, yang dianggapnya sebagai suatu
cara pengobatan tuberkulosis. Konsep tes yuberkulosis selanjutnya
dikembangkan oleh Von Piquet di tahun 1906 dan PPD diperkenalkan oleh
Siebart di tahun 1931. Dewasa ini tes tuberkullin dipakai untuk mendeteksi
asanya riwayat infeksi tuberkulosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada
anak-anak. Selain itu Koch juga terkenal dengan Postultat Koch, yang
mengemukakan konsep tentang cara menentukan kapan mokroorganisme dapat
dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
b) Perkembangan Epidemiologi
Epidemiologi sebagai ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu
dilatar-belakangi oleh beberapa hal:
1) Tantangan zaman di mana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit. Sewaktu zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk
masalah penyakit infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola
penyakit ke arah penyakit tidak menular, dan epidemiologi tidak hannya
dihadapkan dengan masalah penyakti semata tetap juga hal-hal lain baik yang
berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta
masalah non-kesehatan.
2) Perkembangan ilmu pengetauan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran
berkembang begitu pesat di samping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti
biostatistik administrasi, dan ilmu perilaku (behavior sciene). Perkembangan
ilmu ini juga meniupkan angin segar untuk perkembangan epidemiologi.
Dengan demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli
kesehatan masyarakat dari masa ke masa sesuai sengan kondisi zaman mereka
berada. Khusus mengenai pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab
penyakit telah dikemukakan beberapa konsep/teori. Beberapa teori tentang kausa
terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah:
a. Contagion Theory

10
Teori mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan adanya
kontak antara satu person dengan persona lainnya. Teori ini yaitu
dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit
yang melanda kebanyakan adalah penyakit yang menularyang terjadi karena
adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan
pengamatan terhadap endemi dan penyakit lepra di Mesir.
b. Hippocratic Theory
Menyusul contagious theory, para pemikir kesehatan masyarakat yang
dipelopori oleh Hippocrates mulai lebih mengarahkan kausa pada suatu
faktor tertentu. Hippocrates mengatakan bahwa kausa penyakit berasal dari
alam: cuaca dan lingkungan. Perubahan cuaca dan lingkungan yang ditunjuk
sebagai biang keladi terjadinya penyakit. Teori mampu menjawab masalah
penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an.
Kemudian teori ini tidak mampu menjawab tantangan pelbagai penyakit
infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.
c. Miasmatic Theory
Hampir sama dengan dengan Hippocratic theory, miasmatic theory
menunjuk gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit.
Teori ini pinya arah cukup spesifik, namun kurang kurang mampu
menjawab tentang penyebab berbagai penyakit.
d. Epidemic Theory
Teori ini mencoba menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan
faktor geografi (tempat). Suatu zat organik dari lingkunag dianggap sebagai
pembawa penyakit, misalnya air tercemar menyebabkan gastroenteritis.
Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis terjadinya diare di
London.
2.4 Konsep-Konsep Penularan Penyakit
 Trias Epidemilolog
Didalam epidemiologi dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person),
tempat (place) dan waktu (time). Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam
bidang adalah hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih
variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang
bukan sebab akibat.

11
Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat hubungan karasteristik antara
Karakteristik Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment. Serta terdapat
interaksi antar variabel epidemologi sebagai determinan penyakit. Ketiga faktor dalam
trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika
interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari
perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan
kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.
1) Karakteristik Penjamu
Pejamu adalah tempat yang dinvasi oleh penyakit. Penjamu dapat berupa
manusia, hewan atapun tumbuhan. Manusia mempunyai karakteristik tersendiri
dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme
pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon
imunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga
tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri,
pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai
kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi setelah terserang
campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur
hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk
menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat,
kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia
dan sekitarnya.
2) Karakteristik Agen
Agen adalah penyebab penyakit yang dapat terdiri dari berbagai jenis yaitu agen
biologis (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa); Agen nutrien
(Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air); Agen fisik: Panas,
radiasi, dingin, kelembaban, tekanan; Agen kimia (Dapat bersifat endogenous
seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia, dan eksogenous (zat kimia,
alergen, gas, debu, dll.); dan agen mekanis (Gesekan, benturan, pukulan yang

12
dapat menimbulkan kerusakan jaringan). Adapun karakteristik dari agen
berupa :
a. Infektivitas: kesanggupan dari organisma untuk beradaptasi sendiri
terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan
berkembangbiak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya
diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisma untuk mamppu
menimbulakan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas
minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma
yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara
berbagai spesies mikroba dan antara individu.
b. Patogenensis: kesanggupan organisma untuk menimbulakan suatu reaksi
klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu
yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan
jumlah orang yang terinfeksi.hampir semua orang yang terinfeksi
dengan virus smaalpox menderita penyakit (high pathogenenicity),
swedangkan orang yang terinfeksi polivirus tidak semua jatuh sakit (low
pathogenenicity).
c. Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi
patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian.
Virulensi kuman menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.
d. Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia
yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak
jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan
zat toksis.
e. Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan
menyebar setelah memasuki jaringan.
f. Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi
imunologis dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai
antigenesitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang aliran
darah (virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang
hanya menyerang permukaan membran (gonococcuc).
Dalam menyebabkan penyakit agen harus memiliki kemampuan dari
karakteristik diatas. Akan tetapi masing-masing agen terkadang memiliki
karakteristik yang terendah atau terkuat dari jenis-jenis karakteristik.

13
Tabel 1. Urutan Penyakit Infeksi Utama Menurut Karakteristik Agennya
Urutan relatif Infektivitas Patogenesitas Virulens
Tinggi Cacar Cacar Rabies Rabies
Campak Chikenpox Campak Chikenpox Cacar
Poliomyelitis Common cold Tuberkulosis
Ebola AIDS Hantavirus
Ebola Ebola
AIDS
Sedang Rubella Rubella Poliomyelitis
Mumps Mumps
Common cold
Rendah Tuberkulosis Poliomyelitis Campak
Tuberkulosis
Sangat Rendah Lepra Lepra Rubella
Chikenpox
Common cold

3) Karakteristik Lingkungan
a. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia
yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
b. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.
Didalam epidemiologi dekriptif, terdapat tiga variabel determinan yaitu orang, tempat
dan waktu. Frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel
epidemiologi tersebut.
1. Person (Orang)
Variabel orang yang mempengaruhi penyakit adalah karakteristik dan atribut dari
anggota populasi. Perbedaaan rate penyakit berdasarkan orang menunjukkan sumber
paparan yang potensial dan berbeda-beda pada faktor host. Adapun beberapa variabel
orang adalah
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Kelas sosial
d) Jenis pekerjaan
e) Penghasilan
f) Ras dan suku bangsa (etnis)
g) Agama
h) Status perkawinan

14
i) Besarnya keluarga – umur kepala keluarga
j) Struktur keluarga
k) Paritas
2. Place (Tempat)
Varibel tempat adalah karakteristik lokal dimana orang hidup, bekerja dan
berkunjung. Perbedaan insiden berdasarkan tempat menunjukkan perbedaan susunan
penduduk atau lingkungan mereka tinggal. Pentingnya variabel tempat di dalam
mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada
penyelidikan wabah dan penyelidikan terhadap kaum migran. Beberapa varibel
tempat :
 Batas-batas daerah pemerintahan (desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi)
 Kota dan pedesaan
 Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
 Negara-negara
 Regional – global
3. Time (Waktu)
Variabel waktu dapat menganalisis perbedaan cara pandang dari kurva epidemik.
Hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis
epidemiologi oleh karena perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan faktor
etiologis. Beberapa pola penyakit :
 Sporadis (jarang terjadi dan tidak teratur)
 Penyakit endemis (kejadian dapat diprediksi)
 Epidemis (kejadian yang tidak seperti biasa/KLB)
 Propagating epedemik (penyakit yang terus meningkat sepanjang waktu)
 Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan
Faktor agent adalah penyebab penyakit berupa biologis, fisik, kimia. Faktor host adalah
karakteristik personal, perilaku, presdisposisi genetik dan immmunologic. Faktor
lingkungan adalah keadaan eksternal (selain agent) yang mempengaruhi proses penyakit
baik berupa fisik, biologis atau sosial.

15
1) Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi
pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap
sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia
beracun oleh proses pemanasan.
2) Interaksi antara Host dan Lingkungan
Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-
patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan
menyediakan makanan.
3) Interaksi antara Host dan Agen penyakit
Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit. Misalnya: Demam,
perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan
tubuh lainnya. - Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,
ketidakmampuan, atau kematian.
4) Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling
mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit
baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia. Misalnya:
Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
Disease.

16
2.5 Pengukuran Epidemiologi
ANGKA/RATE/PURATA
Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan
diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan
didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka
mutlak suatu kasus atau kematian.peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka
dianataranya adalah kesakitan dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah
insidence rate, prevalence rate, periode prevalence rate, attack rate, dan dalam
hubungan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause
disease spesific death rate.
Rate adalah suatu jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan.
Angka yang dihitung dari total populasi didalam suatu area sebagai penyebutnya 
disebut crude rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari
kelompok tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya adalah :
a. Frekuensi orang yang menderita penyakit atau kasus dan orang yang
meninggal (person)
b. Frekuensi  penduduk darimana penderita berasal (place)
c. Waktu atau periode kapan orang-orang terserang penyakit (time)
Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistik kesehatan perlu
memperhatikan karakteristik dari pembilang dan penyebutnya.pembilang terbatas pada
umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada
umur, jenis kelamin atau golongan yang sama.
1.      Incidence Rate (Angka Insidensi)
Incidence rate (angka insidensi) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang terjadi
di kalangan penduduk pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit  baru tersebut
pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus:
jumlah kasus baru suatu penyakit
       Selama periode tertentu    
Insidence rate =     x K
Populasi yang mempunyai resiko

17
 Konstanta (k) adalah bilangan konstan yang biasanya bernilai 100.000, tetapi nilai 100
(persen) , 1000, 10.000, bahkan 1.000.000 sering digunakan. (pemilihan nilai K
biasanya dibuat sehingga angka terkecil diperoleh dalam seri yang hanya mempunyai 
satu digit pada sebelah  kiri titik desimal, dimana dihasilkan angka yang kecil, supaya
dapat memudahkan dalam membaca hasil).
                 Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung waktu terjadinya 
dapat   diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit timbulya tidak jelas,
disini waktu ditegakan diagnosis diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
Kegunanaan incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor penyebab dari
penyakit yang akut maupun kronis.
Contoh :
Dikecamatan X dengan jumlah penduduk tanggal 1 juli 2009 sebanyak  500 orang
balita, dimana seluruh balita tersebut beresiko atau rentan terhadap penyakit campak.
Di temukan laporan penderita baru dari puskesmas kecamatan X sebagai berikut : bulan
januari 10 orang, maret 15 orang, juni 8 orang, september 12 orang, dan desember 20
orang. Maka insidencenya adalah :
Insidence rate =  (10+15+8+12+20) X 100%

                                    500                              
                       = 13 % atau 13 kasus per 100 penduduk balita
2. Attack Rate (Angka Serangan)
Insidence rate dalam hubungannya dengan waktu tertentu seperti bulan , tahun dan
seterusnya perlu diperhatikan. Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu
penyakit yang di temukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang terkena penyakit pada saat yang sama dalam pesen atau permil. Angka
serangan diterapkan pada populasi yang sempit dan terbatas pada suaru periode,
misalnya dalam suatu wabah. 
Insidence rate dihitung untuk periode waktu bertahun-tahun biasanya untuk penyakit
yang jarang.
Rumus :
Attack Rate =    jumlah kasus selama epidemi x K

                    Populasi yang mempunyai resiko-resiko


Contoh :

18
Terdapat  100 orang siswa disekolah dasar Z, dimana secara tiba-tiba 20 orang diantaranya
menderita keracunan setelah jajan bakso di pinggir kali. Maka angka serangannya adalah :
Attack Rate  =    20 x 100

                          100
                     = 20% atau 20 kasus per 100 siswa.
3.      Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)
Sekunder Attack Rate adalah jumlah penderita baru suaru penyakit yang mendapat
serangan kedua dibanding dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah orang yang telah
pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil.
 Rumus:
Sekunder Attack Rate =   Jumlah penderita baru pd serangan kedua x K

      Jumlah pddk – Pddk yang terkena


                  serangan pertama

Contoh :
Terdapat 100 orang siswa di sekolah Z, dimana secara tiba – tiba 20 orang diantaranya
menderita keracunan setelah jajan bakso di pinggir kali. Jika 2 hari kemudian 30 orang siswa
lain terkena keracunan, maka angka serangan sekundernya adalah :

Angka serangan skunder =    30    x 100

                                          100 – 20
= 37,5 % atau 37,5 kasus per 100 siswa
4.      Point prevalence rate
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada waktu jangka tertentu disekelompok masyarakat tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi prevalence rate adalah :
1.      Frekuensi orang yang telah sakit pada waktu yang lalu
2.      Frekuensi orang yang sakit yang baru ditemukan
3.      Lamanya menderita sakit
Prevelance penting untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga dan pemberantasan
penyakit.
Rumus : Jumlah kasus penyakit yang ada pada satu titik waktu x K
Point prevalence rate =                                          
                                             Jumlah penduduk seluruhnya
Contoh :
Kasus penyakit demam berdarah di kecamatan x pada waktu dilakukan survei pada juli 2009
adalah 100 orang dari 4000 penduduk dikecamatan tersebut maka point prevalence rate
demam berdarah di kecamatan tersebut adalah :

19
        Point prevalence rate =   100 x 1000

                                              4000
                                   = 25 kasus per 1000 orang
5.      Periode prevalence rate
Periode prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
                                                   

Periode prevalence rate =    Jumlah penderita lama dan baru  x K

                                                  Jumlah penduduk
Contoh :
Jumlah penduduk tanggal 1 juli 2008 di daerah margasari adalah 200.000 orang, menurut
laporan puskesmas kecamatan margasari jumlah penyakit penderita TBC adalah januari 40
kasus lama, 110 kasus baru, maret 65 kasus lama, 85 kasus baru, september 40 kasus lama,
60 kasus baru dan desember 190 kasus lama dan 210 kasus baru,maka angka prevalensi
periode adalah:
 = (40+110) + (65+85) + (15+85) + (40+60) + (190+210) x 100 %

                                           200.000
=0,45 %
6.      Crude death rate ( Angka kematian kasar )
Crude death rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada jangka waktu
satu tahun dibanding dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan
dalam persen dan permil.
Crude death rate digunakan untuk perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk
yang mempunyai susunan umur yang berbeda beda, tetapi tidak dapat secara langsung
melainkan harus melalui prosedur penyesuaian.crude death rate ini digunakan secara luas
karena sifatnya dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal.
Rumus :
Crute death rate=  Jumlah kematian dikalangan penduduk Disuatu daerah dalam 1 tahun X K
                                          Jumlah penduduk rata – rata
                          ( pertengahan tahun , di daerah & tahun yang sama )
Contoh :
Di desa x dilaporkan 50 orang yang meninggal akibat menderita berbagai penyakit.sedang
jumlah penduduk desa tersebut pada tanggal 1 juli 2002 adalah 20.000 orang,maka angka
kematian kasarnya dalam persen adalah :
              Crude death rate =        50 x 100 %

20
  20.000
                            =  0,25 %

7.      Cause disease spesific death rate ( angka kematian penyebab khusus )


Cause disease spesific death rate adalah jumlah keseluruhan kematian karena suatu
penyebb khusus dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
Cause spesific death rate = Jumlah kematian karena penyebab khusus X K

                                            Jumlah penduduk pertengahan


Contoh :
Pada pertengahan tahun 1998 di kecamatan x jumlah penduduknya 5000. Selama tahun 1998
tersebut terdapat 20 orang yang meninggal dunia karena DBD. maka kematian akibat DBD
adalah :
Cause (DBD) specific date rate =  20 x 1000

                                                   5000
             = 4 kematian per 1000 penduduk

8.      Age specific death rate ( Angka kematian pada umur tertentu )


Age specific death rate adalah jumlah keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam
satu jangka waktu tertentu ( satu tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk pada umur yang
bersangkutan pada daerah dan tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
Misalnya age spesific death rate pada golongan 1-5 tahun
Age specific death rate = Jumlah kematian antara umur 1-5 tahun di suatu daerah X K
                                                dalam waktu 1 tahun

                                   Jumlah penduduk berumur antar 1-5 tahun pada daerah


                                                            dan tahun yang sama
Contoh :
Dikecamatan x jumlah penduduk yang berumur 1 – 5 tahun pada pertengahan tahun 1998
adalah 500 orang. Dari jumlah tersebut selama tahun 1998 meninggal 12 orang. Jadi Age
specific death rate adalah :
Age specific death rate =  12 x 1000

                                        500
             
         = 24 kematian per 1000 penduduk

21
2) PROPORSI 
Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian dalam kelompok data yang
mengenai masing masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari
kelompok dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen.
Proporsi digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena itu proporsi
tidak dapat menunjukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana
peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok, tetapi biasanya hal ini tidak
terjadi.

Rumus :
Proporsi  =       X x K
                            (X + Y )
Keterangan :
X = Banyaknya kejadian atau orang, dll yang terjadi dalam kategori tertentu atau sub
kelompok dari kelompok yang lebih besar.
Y = Banyaknya kejadian atau orang ,dll yang tidak terjadi atau tidak termasuk dalam kategori
yang dimaksud dari kelompok data tersebut.
K = 100 %

Contoh :
Pada kecamatan sukamaju terdapat 25 kasus penyakit x, terdiri dari 12 wanita dan 13 laki
laki. Jumlah orang – orang dari masing – masing jenis kelamin berada dalam kelompok yang
tidak diketahui. Berapa proporsi kasus menurut jenis kelamin :

proporsi wanita      = 12/25 x 100 = 26,9 %


proporsi laki – laki = 13/25 x 100 = 73,1 %

3) RASIO
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang
memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.misalnya rasio orang
sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat.
Rumus :
                     X
Rasio =      x K
                     Y
Diamana :
X = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu
Y = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut yang berbeda
atribut dengan ( x )
K=1

22
Contoh :Penyakit x mengenai 40 penduduk di kecamatan suria, masing – masing 15 wanita
dan 25 laki – laki.jumlah orang – orang dari masing – masing jenis kelamin berada dalam
kelompok yang tidak di ketahui.Berapa rasio kasus laki – laki terhadap kasus wanita ?
Rasio kasus laki – laki : kasus wanita = 25 : 15
                                                     = 1,6 : 1
2.6 Jenis-Jenis Studi Epidemiologi
A. Penelitian Crosectional
adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan
paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit dalam
waktu serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau tahun
yang sma
a. Ciri ciri crosectional
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak dapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya sebab akibat penelitian ini menghasilkan hipotesis
4. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian anatlitis
b. Kelebihan crosectional
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. Lebih mura disbanding penelitian lainnya
3. Berguna untuk informasi perencanan
4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variable yang ada
c. Kekurangan crosectional
1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu
2. Informati yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan
yang dicari tidak diperoleh
d. Langkah-langkah crosectional
1. Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus
mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana
hasil penelitian akan mempunyai daya guna.
2. Kemudian ditentukan penduduk yang kemungkinan untuk diteliti sesuai dengan
tujuan penelitian

23
B. Penelitian case control
Case control adalah rancanagn studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus
dan control status paparannya
a. Cici-ciri penelitian case control
1. Penelitian yang bersifat observasion
2. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok control
4. Kelompok control harus memiliki resiko terpajan oleh faktor resiko yang sama
dengan kelompok kasus
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara
kelompok kasus dan control
6. Tidak mengukur insidensi
b. Kelebihan case control
1. Sangat sesuai dengan penelitian penyakit yang jarang terjadi atau penyakit yang
kronik
2. Relative cepat dan tidak mahal
3. Relative efisien, memerlukian waktu yang kecil
4. Sedikit masalah pengurangan periode investigasi
c. Kelemahan case control
1. Tidak dapat incidence rate
2. Sangat sulit memperoleh informasi biar periode terlalu lama
3. Alur metedologi inferensi kasuaol yang bertentangan denganlogika normal
4. Rawan terhadap bias
5. Tidak cocok untuk paparan langkah
6. Tidak dapat menghitung laju insidensi
7. Falidasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
8. Kelompok kasus dan control dipilih dari dua populasi yang terpisah
d. Langkah-langkahnya
1. Kriteria pemilihan kasus
 Kriteria diagnosis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas
 Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau
populasi/masyarakat

24
2. Kriteria pemilihan control:
 Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan
kelompok kasus
 Tidak menderita penyakit yang diteliti
 Bersedia dalam ikut penelitian

C. Penelitian kohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan satatus
penyakit.
a. Ciri-ciri penelitian kohort
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok control
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kahor retrospektidf, sumber datanya menggunakan data sekunder
b. Kelebihan penelitian kohort
1. Sesuai dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langkah
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
c. Kekurangan penelitian kahort
1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kahort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan praktis untuk kasus penyakit langkah
4. Risiko untuk hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal
d. Langkah-langkah
1. Merumuskan pernyataan penelitian
2. Penetapan populasi kohort
3. Penetapan besarnya sampel

25
4. Pencarian sumber keterpaparan
5. Pengidentifikasian subjek
6. Memilih kelompok kontroel
7. Pengamatan hasil luaran
8. Penghitungan hasil penelitian

2.7 Surveilance Epidemiologi


1. Pengertian Surveilans
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus
menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik
yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen
program kesehatan) Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus
terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan
keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran,
dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk
penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip
dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya
dapat dianggap berperan bersama-sama.
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk
menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran
penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam
jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program
intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan
segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat
digunakan. (Vaughan, 1993).
Menurut WHO :Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu
kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang
tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )
2. Tujuan Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan

26
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi;
c. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
d. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
e. Mengidentifikasi kebutuhan riset. (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)
3. Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
1) Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu
yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis,
tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat
dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang
membatasi gerak dan aktivitas orang – orang atau binatang yang sehat tetapi telah
terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan
karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya
terjadi infeksi (Last, 2001).
2) Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya
didukung melalui program vertical (pusatdaerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal
dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan
akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans
penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk

27
sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.
3) Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terusmenerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing
penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari
aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
4) Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera
dan lengkap daripada system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-
klinik. (DCP2, 2008)
5) Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai
sebuah pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses,
dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans
terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit
tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan etal., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan
supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang

28
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO,
2002)
6) Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan
binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.
Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan
Negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global
(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi
batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul.
4. Prinsip, Fungsi, Dan Langkah Surveilans Epidemiologi

1) Prinsip-Prinsip Surveilans Epidemiologi


a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
b. Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah
populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan
data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan
karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan
kejadian penyakit; dan KLB.
c. Pengelolaan data
d. Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang
masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang
terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta
atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan
keterangan yang berarti.
e. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan Data yang telah disusun
dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk
memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat.

29
f. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
g. Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang
cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini
dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
h. Evaluasi
i. Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan
untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya,
untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan
perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
2) Fungsi
Kegunaan surveilans epidemiologi
1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat
dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.
2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan
penyakit pada populasi.
3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular
sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.
4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi. Data
surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program
kesehatan.
Manfaat surveilans epidemiologi
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan
penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya
kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan penyakit menular.
Secara garis besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:
1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat
menimbulkan epidemic.
2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.
3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian
luar biasa atau karena perioditas penyakit.
4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.
5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.

30
6. Melakukan pengendalian penyakit.
7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan endemic.
8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru
dari virus influenza.
3) Langkah
Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil yang
diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam
suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:
a. Perencanaan surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans yaitu
dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus,
perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme
penyebarluasan informasi.
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses
data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang
dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas
dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi
terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui
kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan
sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan
bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di
lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas
kesehatan lain (passive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari
unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan
dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.
Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang
baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien
dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data
hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian
Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.

31
d. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan
computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya
dengan menggunakan program (software).
e. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena
akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran
epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi,
estimasi dan prediksi penyakit.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data
bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau
penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko
yang berhubungan dengan kejadian malaria.
f. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah.
Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan
masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang
informative agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang
mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan,
upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan
informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan
kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu
tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses
dengan mudah.
g. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat
menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit
kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan
mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member
petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan
berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik

32
dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat
melakukan pembinaan/suvervisi.
Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat
dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan
dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar
terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang
diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal
penerimaan laporan.
h. Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan
investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi
dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di
laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan
bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu
mengambil tindakan atau sebaliknya.
i. Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita
yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan
mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar
tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan
kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.
j. Evaluasi data sistem surveilans
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi
manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari
pernyataan berikut:
a) Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan
mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.
b) Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di
wilayah tersebut
c) Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di
wilayah tersebut.

33
d) Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kasus atau penyakit.
e) Indikator surveilans
Indikator surveilans meliputi:
 Kelengkapan laporan.
 Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat
dihasilkan.
 Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
 Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program
kesehatan.
 Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.
5. Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi
Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
 Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang
berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang
penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang
lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral
tersebut.
 Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan
masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan
penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi
masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit
dan cenderung enutup-nutupi.
 Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya
manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi
renponden adlah sebagai berikut
 Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
 Banyaknya tugas rangkap.
 Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan
tugas lain.

34
 Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat
deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan,
kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga
mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.
 Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam
pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah
menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam
melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi
kendala dalam pelaksanaan surveilans.
 Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
 Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans
berlangsung berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh.
Kondisi jalan juga mempengaruhi.
6. Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi
1) Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan
factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
Ruang lingkupnya antara lain :
 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
 AFP
 Penyakit potensial wabah atau klb penyakit menular dan keracunan
 Penyakit DBD/DSS
 Malaria
 Penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis, dsb.
 Penyakit filariasis
 Penyakit tuberkulosis
 Penyakit diare, tifus perut, kecacingan, dan penyakit perut lainnya
 Penyakit kusta

35
 Penyakit HIV/AIDS
 Penyakit Menular Seksual
 Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (termasuk
SARS)
2) Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular
dan factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
Ruang lingkupnya antara lain :
 Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)
 Diabetes Mellitus
 Neoplasma
 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
 Gangguan mental
 Masalah kesehatan akibat kecelakaan
3) Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan factor risiko
untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
Ruang lingkupnya antara lain :
 Sarana Air Bersih
 Tempat-tempat umum
 Pemukiman dan Lingkungan Perumahan
 Limbah industri, RS dan kegiatan lainnya
 Vektor penyakit
 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
 RS dan sarana yankes lain, termasuk Infeksi Nosokomial (INOS)
4) Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
factor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
Ruang lingkupnya antara lain:
 Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
 Gizi mikro (Kekurangan yodium, anemia zat Besi KVA)
 Gizi lebih
 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk kesehatan reproduksi (Kespro)
 Penyalahgunaan napza

36
 Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika serta
peralatan
 Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan
5) Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
factor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.
Ruang lingkunya antara lain:
 Kesehatan Haji
 Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan
 Bencana dan masalah sosial
 Kesehatan matra laut dan udara
 KLB Penyakit dan Keracunan
2.8 Wabah
1. Definisi wabah menurut beberapa pendapat :
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) Wabah berarti penyakit menular
yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981) Wabah adalah peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun
daerah terjangkit .
Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular Wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Benenson, 1985 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada 
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa.
Last 1981 Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain
yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
2. Bentuk Wabah
Pengertian wabah dalam bidang epidemiologi modern pada saat ini lebih ditekankan pada
konsep prevalensi yang berlebihan dan tidak selalu menyangkut pada penyakit menular,
walaupun demikian sesuai dengan prioritas masalah kesehatan di Indonesia yang

37
dimaksudkan dengan wabah dalam pengertian oleh Depkes RI hamper selalu adalah
wabah penyakit menular.

Menurut cara transmisinya wabah dibedakan atas:


1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemic)
2) Ingesti bersama makanan dan minuman,misal : salmonellosis
3) Inhalasi bersama udara pernapasan,misal: demam Q (di lab)
4) Inokulasi melalui intravena atau subkutan,misal : hepatitis serum.
5) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics
propagated by serial transfer from host to host).
6) penjalaran melalui rute pernapasan (campak),rute anal-oral (shigellosis), rute
genitalia (sifilis), dsb.
7) Penjalaran melalui debu
8) Penjalaran melalui vektor (serangga dan atropoda)
3. Penanggulangan Wabah
Upaya penaggulangan wabah meliputi :
1) Penyelidikan epidemiologis
2) Mengetahui sebah-sebab penyakit wabah
3) Menemukan factor penyebab timbulnya wabah
4) Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
5) Menemukan cara penanggulangan

Mengadakan penyelidikan epidemiologis dengan melakukan kegiatan :

1) Pengumpulan data morbiditas dan mortalitas penduduk


2) Pemeriksaan klinis, fisik, lab, dan penegakan diagnosis
3) Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup dan benda-
benda yang ada dalam suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit
wabah.
4) Pemeriksaan, pengobatan, perwatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina
5) Memberikan ertolongan medis pada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penular

38
6) Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung
penyakit menular
7) Pencegahan dan pengebalan, adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit tapi mempunyai
resiko terkena penyakit.
8) Pemusnahan penyebab penyakit, dilakukan terhadap ;
9) Bibit penyakit/kuman
10) Hewan, tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit.
11) Penanganan jenazah akibat wabah. Penanganan jenazah yang kematiannya
diakibatkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang merupakan
sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus
menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama dan harkatnya sebagai
manusia.

Penanganan secara khusus meliputi :

1) Pemeriksaan kesehatan oleh pejabat kesehatan


2) Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan
dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
3) Penyuluhan kepada masyarakat, adalah kegiatan komunikasi yang bersifat
persuasive edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka
mengerti sifat-sifat penyakit.
4) Upaya penanggulangan lainnya, : tindakan khusus untuk masing-masing penyakit

Upaya penanggulangan wabah tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian


lingkungan hidup serta mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Dalam upaya
penanggulangan wabah ini harus mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat. Dengan
demikian diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari
masyarakat.

4. Tujuan pokok penanggulangan wabah

1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan

39
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah
banyak dan wabah tidak meluas ke daerah lain
Masalah wabah dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan
bagian dari upaya kesehatan nasional yang berkaitan dengan sector non kesehatan serta tidak
lepas dengan keterpadua pembangunan nasional.
Karantina adalah isolasi orang atau hewan yang terjangkit penyakit (tersangka terjangkit
penyakit) untk mencegah penjalaran penyakit lebih lanjut.

Tindakan karantina adalah tindakan terhadap kapal dan pesawat udara beserta isinya
dan daerah pelabuhan untuk mencegah berjangkitnya dan menjalarnya penyakit karantina.

Tujuan karantina adalah menolak dan mencegah keluar dan masuknya penyakit
karantina dengan sarana angkutan darat, laut dan udara.

5. Sejarah Investigasi Wabah


Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan
kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah
kolera di London (1854).
6. Langkah-langkah melakukan investigasi wabah
 Konfimasi / menegakkan diagnosa
 Definisi kasus
 Klasifikasi kasus dan tanda klinik
 Pemeriksaan laboratorium
 Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
 Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang
KLB
 Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya
 Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang
 Kapan mulai sakit (waktu)
 Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
 Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)
 Rumuskan suatu hipotesa sementara
 Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of
disease)
40
 Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut
 Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :
 Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
 Kembangkan dan buatkan check list.
 Lakukan survey dengan sampel yang cukup
 Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
 Lakukan wawancara dengan :
 Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
 Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik
mengenaiwaktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit
(control)
 Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
 Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang
ikut berperan
 Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
 Buatlah analisa dan interpretasi data
 Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan
 Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
 Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang
diperlukan
 Terapkan test statistik
 Interpretasi data secara keseluruhan
 Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
 Lakukan uji hipotesis
 Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
 Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
 Sumber infeksi
 Cara penulara
 Faktor lain yang berperan
 Lakukan tindakan penanggulangan
 Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
 Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.
 Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang
 Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

41
 Pendahuluan
 Latar Belakang
 Uraian tentang penelitian yang dilakukan
 Hasil penelitian
 Analisis data dan kesimpulan
 Tindakan penanggulangan
 Dampak-dampak penting
 Saran rekomendasi
7. Tujuan penyelidikan terhadap wabah
a) Tujuan umum penyelidikan KLB / wabah
 Upaya penanggulangan dan pencegahan
 Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )
 Penelitian
 Pelatihan
 Menjawab keingintahuan masyarakat
 Pertimbangan program
 Kepentingan politik dan hokum
 Kesadaran masyarakat
b) Tujuan khusus penyelidikan KLB / wabah
 Memastikan diagnose
 Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah
 Mengidentifikasi penyebab KLB
 Mengidentifikasi sumber penyebabe) Rekomendasi : cepat dan tepat
 Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta
tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu dan tempat)

42
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi
manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia
sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventifyang dapat diidentifikasi
melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi
tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari distribusi dan
determinan-determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia”.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi
dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi adalah
populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi daro ilmu
kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada
individu, jaringan, atau organ.

3.2 SARAN
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang epidemiologi. Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna
bagi penulis tetapi juga bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini
kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

43
DAFTAR PUSTAKA

http://gamel.fk.ugm.ac.id]._D-Modul_Epidemiologi_Klinik.pdf
https://www.academia.edu/6650810/MAKALAH_EPIDEMIOLOGI
https://www.academia.edu/8399904/Makalah_epidemiologi
https://viniekaputri29.wordpress.com/2015/03/30/makalah-dasar-dasar-epidemiologi
http://lib.ui.ac.id/ -Literatur.pdf
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/wabah/
http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20EPID.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai