Anda di halaman 1dari 16

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw
ISSN 2502-3489 (online) ISSN 2527-3213 (print)

Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih:


Mengimbangi Wacana Patriarki

Neng Hannah
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: nenghannah79@gmail.com
_________________________

Abstract
Discussing sexuality is often misunderstood only to be associated with sexual relations. In fact, sexuality is
associated not only with biological aspect but also with experiences and expressions of the human being as a sexual
agent. It is related to one's thought, feeling, and expression related to being sexual. Sexuality is a social
construction that related to norms, values, and behaviors in different context. In Muslim society, sexuality has dual
meanings: Sometimes discussing sexuality is appreciated but at the same time is prevented. This article explains
sexuality from Islamic perspectives derived from Quran, Hadith, and Jurisprudence (Fiqh). This article shows that
sexuality in Muslim society is influenced by cultural norms and religious doctrines. Doctrines derived from Quran,
Hadith and Fiqh give significant influence on how people think and act concerning what is permitted and forbidden,
appropriate and inappropriate related to being male and female. The explanations on sexuality in the Quran,
Hadith, and Fiqh, in fact, appreciate human being as natural sexual being and fulfilling for both sexes. However, in
reality, the dominant understandings of those sources are heavily influenced by patriarchal bias.
Keywords:
Fiqh, Hadith; Quran;sex; sexuality.
__________________________

Abstrak
Ketika kita membincang tentang seksualitas, sering disalahfahami sebagai bahasan yang hanya berbicara tentang
seks. Padahal cakupan bahasan seksualitas lebih luas daripada sekedar soal seks yang lebih mengacu pada aspek
biologis. Seksualitas ialah bagaimana seseorang mengalami, menghayati dan mengekspresikan diri sebagai makhluk
seksual. Dengan kata lain tentang bagaimana seseorang menggunakan pikiran, menggunakan perasaan dan
bertingkahlaku berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual. Konsep seksualitas akan berbeda sesuai tempat dan
waktu, karena merupakan konsep dan kontruksi sosial terhadap nilai dan perilaku yang berkaitan dengan seks. Isu
seksualitas diperbincangkan secara ambigu di dunia Muslim. Ia sering dibicarakan dengan penuh apresisasi, tetapi
dalam waktu yang sama juga sangat tertutup dan konservatif. Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan tentang
seksualitas dalam perspektif Islam dengan landasan sumber dari Alquran, Hadis dan Fikih. Tulisan ini menunjukkan
bahwa seksualitas dalam Islam dibentuk oleh nilai budaya dan agama. Nilai-nilai agama dalam Alquran, Hadis dan
Fikih mewarnai pembentukan pandangan tentang apa yang boleh dilakukan atau tidak, berbagai keharusan, dan
sikap yang dikembangkan sehubungan dengan peran jenis kelamin. Pandangan tentang seksualitas dalam Islam yang
dijelaskan dalam ayat Alquran, Hadis dan Fikih sebenarnya begitu humanis dan sangat sejuk karena penuh empati
kemanusiaan. Namun hal tersebut tidak banyak disosialisasikan di kalangan masyarakat Islam. Sebaliknya,
pandangan yang banyak dijumpai atau pandangan dominan sangat bias nilai-nilai patriarki.
Kata Kunci:
Alquran; fikih; hadis; seks; seksualitas.
__________________________

DOI: 10.15575/jw.v2i1.795
Received: June 2016; Accepted: January 2017; Published: June 2017

A. PENDAHULUAN keliru. Namun seksualitas bukan hanya


Seksualitas adalah sebuah kata menarik tentang seks. Seks dan seksualitas merupakan
yang sering diperbincangkan secara tertutup dua hal yang berbeda. Seks berhubungan
maupun terbuka. Dari kalangan rakyat biasa dengan masalah biologis pada perempuan dan
sampai politisi negara. Seksualitas sering lelaki, sementara seksualitas sangat luas
diidentikan dengan seks. Hal ini tidaklah cakupannya tidak hanya pada aspek biologis
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

semata. Sebelum kita membicarakan lebih kenikmatan biologis atau untuk mendapatkan
lanjut tentang seksualitas ada baiknya kita keturunan. Kedua, dimensi sosial yang
memahami kata kunci mengenai masalah meliputi hubungan-hubungan antara individu
seksualitas, yaitu istilah seks, seksual dan yang melakukan hubungan seks secara sah
seksualitas. atau tidak sah (menurut ukuran masyarkat
Kata “seks” dapat berarti perbedaan yang bersangkutan). Ketiga, dimensi subjektif
karakter jenis kelamin (jenis kelamin biologis) yang berhubungan dengan kesadaran individu
dan bisa juga mengenai segala hal yang terhadap seksual diri sendiri atau kelompok3.
berkenaan dengan organ-organ kemaluan serta Dengan batasan yang begitu luas, seksualitas
terkait dengan percumbuan serta hubungan menjadi sebuah diskursus yang menyangkut
badan (coitus). Kata seksual adalah berkenaan perilaku jenis kelamin sekaligus sebagai
dengan tingkah laku, persamaan atau emosi seperangkat gagasan yang membentuk norma.
yang digabungkan dengan rangsangan organ- Keduanya saling berhubungan satu sama lain.
organ kemaluan daerah erogenous, atau Isu seksualitas dibicarakan secara ambigu
disebut proeses reproduksi. Sedangkan di dunia Muslim. Ia sering dibincangkan
“seksualitas” adalah kapasitas untuk memiliki dengan penuh apresisasi, tetapi dalam waktu
atau untuk mengusahakan hubungan yang sama juga sangat tertutup dan
persetubuhan, bisa juga dimaksudkan karakter konservatif. Keadaan ini muncul sebagai
yang sedang tertarik pada sudut pandang konsekuensi dari dua pola keberagamaan
seksual. Seksualitas adalah tentang bagaimana Islam, yakni pola keberagamaan Islam-ideal
seseorang mengalami, menghayati dan dan Islam-sejarah. Pola Islam ideal
mengekspresikan diri sebagai makhluk mengapresiasi seksualitas sebaga fitrah
seksual, dengan kata lain tentang bagaimana manusia. Seks adalah anugerah Tuhan. Hasrat
seseorang berpikir, merasa dan bertindak seksual harus dipenuhi sepanjang manusia
berdasarkan posisinya sebagai makhluk membutuhkannya dan ini hanya ada dalam
seksual. Segala sesuatu yang ada kaitannya pernikahan. Islam ideal menghendaki relasi
dengan seks (ada kaitan dengan kelamin) kesetaraan, keadilan dan kemaslahatan.
tercakup di dalamnya. Hubungan seks Sedangkan Islam-sejarah sering dipengaruhi
hanyalah salah satu aspek, namun secara umun oleh ideologi-ideologi yang bias gender.
seksualitas memang selalu dihubungkan Sehingga seks dipandang sebagai sesuatu yang
dengan hubungan seks (persetubuhan).1 buruk bahkan lawan dari spiritualitas.
Konsep seksualitas akan berbeda sesuai Pembahasan dalam tulisan ini mengguna-
tempat dan waktu, karena merupakan konsep kan teknik studi pustaka yang menelaah
dan kontruksi sosial terhadap nilai dan berbagai buku, literatur serta catatan yang
perilaku yang berkaitan dengan seks. 2 berkaitan dengan seksualitas yang terdapat di
Perbedaan ini bukan hanya dalam makna dalam Alquran, hadis dan fikih. Diharapkan
seksualitas antar kebudayaan, tetapi juga pembahasan tentang seksualitas dalam tulisan
dalam pemaknaan yang ada dalam budaya itu ini bisa mengimbangi wacana patriarki yang
sendiri. Hal ini menurut Saptari yang dikutip memandang seksualitas sebagai lawan dari
dari Truongh karena diskursus seksualitas spiritualitas dan dipandang tabu. Selain juga
mengatur tiga dimensi kehidupan manusia untuk memperlihatkan bahwa dalam Alquran,
yang meliputi: pertama, dimensi biologis yaitu hadis dan fikih, Islam memandang seksualitas
yang menyangkut kegiatan seks sebagai sebagai bagian penting dari relasi manusia
yang bersifat humanis dan sejuk serta penuh
1
empati kemanusiaan.
Stevi Jackson dan Sue Scott, Feminism And
Sexuality : A Reader (New York: Colombia University
Press, 1993), 62.
2 3
Agus Dwiyanto dan Muhadjir, eds., Seksualitas, Thanh-Dam Truongh, Seks, Uang dan Kekuasaan:
Kesehatan Reproduksi dan Ketimpangan Jender Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara (Jakarta:
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 260. LP3ES, 1992), xxiii.

46 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

B. HASIL DAN PEMBAHASAN praktik perilaku seksual pada masa jahiliah ini
1. Seksualitas dalam Alquran sehingga kemudian dilarang. Bentuk-bentuk
Berbicara seksualitas dalam Alquran harus pernikahan yang dilarang tersebut adalah: 1)
dilakukan secara hati-hati mengingat masalah Nikah al-Maqt yaitu menikahi bekas istri ayah
ini merupakan masalah yang sangat krusial. yang sudah meninggal, 2) Nikah al-Syighar
Alquran sebetulnya tidak spesifik menjelaskan yaitu pertukaran anak perempuan tanpa mahar,
perihal seksualitas. Tetapi juga tidak menghin- 3) Nikah al-Istibdha‟ yaitu pernikahan dengan
dar dari pembicaraan ini. Pembicaraan tentang menempatkan perempuan sebagai bida‟ah
seksualitas dalam Alquran lebih cenderung atau barang dagangan, 4) Nikah al-Rahth yaitu
kepada relasi seksual sebagai suami istri pernikahan untuk kepuasan seksual tanpa
ketimbang seks sebagai hak asasi individu. batasan jumlah istri, 5) Nikah al-Badal atau
Maka, pembicaraan nikah sebagai pelembaga- praktik tukar-menukar istri, dan 6) nikah al-
an relasi sosial-seksual memperoleh penjela- Baghaaya atau hidup bersama tanpa nikah
san yang cukup lengkap dibanding dengan (kumpul kebo).5
seksual sebagai hak setiap orang. Kedua, pembicaraan ini juga dimaksudkan
Persoalan-persoalan seksualitas yang untuk membuat aturan-aturan dari pola
disinggung oleh Alquran antara lain meliputi seksualitas yang tidak beragama (tidak berda-
hal-hal seperti, perkawinan, perceraian, perla- sarkan syari’ah) menuju pola seksualitas yang
kuan suami istri di dalam kehidupan rumah beragama (berdasarkan syariah). Semua tin-
tangga (muasyarah bil ma‟ruf), iddah dan dakan yang mengatasnamakan seks dalam
persoalan yang berkaitan dengan penyim- Islam tidak bisa berlangsung tanpa mendapat-
pangan seksual seperti kisah kaum Luth yang kan legitimasi. Di sini mulai muncul batasan-
mempraktikkan homoseksualitas. Hal ini batasan dan aturan-aturan yang harus dipatuhi
menunjukan bahwa sebagai kitab suci, Alqur- oleh seseorang yang ingin melakukan seks.
an merupakan kitab yang merespon persoalan- Misalnya dalam kasus poligami, yang tadinya
persoalan kemanusiaan. seorang laki-laki bisa mengawini sebanyak
Pada dasarnya ada dua misi kenapa Alquran mungkin perempuan, dengan munculnya
berbicara tentang seksualitas. Pertama, pem- Islam, seorang laki-laki diberi batas maksimal
bicaraan ini dimaksudkan untuk melakukan empat istri. 6
counter terhadap sejarah seksualitas masa lalu. Alquran lebih banyak berbicara tentang
Masa lalu yang dimaksud adalah masa-masa karakteristik dan perilaku seksual manusia
sebelum kedatangan Islam atau yang sering daripada tentang seksualitas manusia (identitas
kita sebut masa jahiliah. Terhadap masa-masa seksual yang merupakan kontruksi sosial). Inti
pra-Islam ini nampaknya Alquran mempunyai pandangan Alquran tentang kedua pandangan
pandangan yang peyoratif (memberikan tersebut adalah bahwa laki-laki dan perem-
makna menghina). Menurut Islam, seksualitas puan memiliki karakteristik seksual yang sama
pra Islam adalah model seksualitas yang tidak (gagasan tentang kesamaan seksual). Karena
teratur dan tidak beradab. Seksualitas pra- itu Alquran mendukung pandangan yang tidak
Islam identik dengan pergaulan bebas longgar membedakan seksualitas karena tidak mele-
dan tidak terkendali. Selain itu, seksualitas katkan tipe identitas, dorongan, atau kecen-
pada masa itu juga mencerminkan relasi laki- derungan terhadap perilaku seksual tertentu
laki dan perempua yang tidak seimbang. 4 kepada salah satu jenis kelamin. Misalnya
Jauh sebelum kehadiran Islam, masyarakat Alquran tidak mendukung gagasan tentang
jahiliah melakukan praktik pernikahan dengan kebobrokan dan kepasifan seksual perempuan
memiliki ratusan bahkan ribuan istri, harem,
selir dan pergundikan banyak terjadi. Terdapat
beragam jenis perkawinan yang merupakan
5
Halim Barkat, Dunia Arab, trans. Irfan M Zakki
4
Syafiq Hasyim, Bebas dari Patriarkhisme Islam (Bandung: Nusa Media, 2012).140.
6
(Jakarta: Kata Kita, 2010), 224-225. Barkat, Dunia Arab, 141.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 47
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

maupun seksualitas laki-laki yang serba jahat bahwa Islam menuntut agar hubungan
dan menyimpang.7 seksual/perkawinan didasarkan pada rasa
Hal mendasar dalam konsep Alquran ten- saling cinta, keharmonisan dan kepuasan,
tang seks/seksualitas ialah Alquran tidak sebuah pandangan yang bila ditinjau dari masa
membuat klaim yang merendahkan perempuan pewahyuan Alquran merupakan sesuatu yang
dan seks, bahkan menentang tradisi miso- sangat revolusioner. Dengan menekankan
ginis. 8 Hal ini terlihat dalam Alquran yaitu: sikap saling memberi dan menerima kepuasan
ْ‫َوِم ْن آيَاتِِو أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّم ْن أَن ُف ِس ُك ْم أ َْزَواجاً لِّتَ ْس ُكنُ ۤوا‬ seksual Alquran menegaskan bahwa laki-laki
dan perempuan keduanya memiliki dorongan
‫ات لِّ َق ْوٍم‬
ٍ ‫إِلَي ها وجعل ب ي نَ ُكم َّموَّدةً ور ْْحةً إِ َّن ِِف ٰذلِكَ آلي‬
َ َ َ ََ َ َْ َ َ َ َ َ ْ dan kebutuhan seksual serta hak untuk
memenuhinya. Kedua dengan mendefinisikan
‫يَتَ َف َّك ُو َن‬ seks dalam pengertian yang menyiratkan
Artinya: Di antara tanda tanda kekuasaan kesenangan dan kepuasan seksual, Alquran
Tuhan adalah bahwa Dia menciptakan juga menegaskan bahwa seks bukan saja
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, bertujuan untuk memperbanyak keturunan,
supaya kamu cenderung dan merasa seks juga merupakan aktivitas yang
tentram kepadanya (Sukun), dan dijadikan- menyenangkan dan bertujuan menciptakan
Nya di antara kamu kasih sayang. Sesung- sukun.10
guhnya pada yang demikian itu benar-benar Ayat ini menjadi penting karena dua alasan
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang lain. Pertama ia menunjukan bahwa berbeda
berfikir (QS 30: 21). dengan tradisi dualistik, Alquran tidak memo-
Ayat ini sering dikemukakan untuk menja- sisikan seksualitas sebagai lawan dari spiritua-
wab bagaimana Islam memberikan apresia- litas. Ia justru memandang seksualitas sebagai
sinya terhadap seksualitas. Ada sejumlah “tanda” kemurahan dan karunia Tuhan kepada
tujuan yang hendak dicapai dari pernikahan manusia. Alquran juga tidak mengaitkan
ini. Pertama, sebagai cara manusia menyalur- seks/seksualitas dengan perilaku hewani atau
kan hasrat libidonya untuk memperoleh tindakan jasmani semata. Jadi Alquran tidak
kenikmatan/kepuasan seksual. Kedua, merupa- menyatakan—seperti yang dilakukan oleh
kan ikhtiar manusia untuk melestarikan ke- kebanyakan muslim—bahwa “naluri seksual”
hidupan manusia di bumi. Pernikahan dalam kelemahan terbesar umat manusia. 11 Sebalik-
arti ini mengandung fungsi prokreasi sekaligus nya Alquran memandang seks “sebagai sarana
reproduksi. Ketiga, menjadi wahana manusia Tuhan untuk menciptakan hubungan antara
menemukan tempat ketenangan dan keindah- laki-laki dan perempuan yang dicirikan oleh
annya. Melalui perkawinan, kegelisahan dan kebersamaan, kedamaian, cinta dan kasih
kesusahan hati manusia mendapatkan saluran- sayang.12
nya. 9 Kedua, ayat ini seperti banyak ayat lainnya,
Barlas menjelaskan Alquran surat 30 ayat menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan
21 ini sebagai berikut: Sukun yang sering memiliki karakteristik yang sama/serupa,
diterjemahkan dengan cinta, mengandung arti termasuk karakteristik seksual. Keduanya
keintiman mendalam yang disebabkan oleh merupakan bagian integral dari keseluruhan
pemenuhan seksual dan kedamaian mental. karakteristik alami manusia (fitrah). Bahkan,
Penggunaannya dalam Alquran dinilai penting kesamaan/keserupaan karakteristik (seksual)
karena dua alasan: pertama, ia menunjukan
10
Muhammad, “Íslam, Seksualitas dan Budaya”,
7
Asma Barlas, Cara Qur‟an Membebaskan 269.
11
Perempuan (Jakarta: Serambi, 2003), 267. Ini pendapat Maududi yang dikutip oleh Riffat
8
Barlas, Cara Qur‟an Membebaskan Perempuan, Hassan, “An Islamic Perspective”, dalam Karena
267. Lebacqz, Sexuality: A Reader, ed. Karena Lebacqz
9
Husein Muhammad, “Íslam, Seksualitas dan (Claveland, Ohio: The Pilgrim Press, 1999), 351.
Budaya,” Swara Rahima 20, no. XII (2012), 23-24. 12
Lebacqz, Sexuality: A Reader, 351.

48 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

manusia itulah yang membuat sukun yang melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
timbal balik itu menjadi bermakna dan orang laki-laki musyrik dan yang demikian
mungkin. itu diharamkan atas orang-orang mukmin
Tidak adanya pembedaan Alquran antara (QS 24: 3).
karakteristik seksual laki-laki dan perempuan Moralitas seksual atau kesucian seseorang
juga terbukti dari konsepnya tentang keberpa- terkait dari perilaku bukan dari karakteristik
sangan laki-laki dan perempuan dalam berba- atau jenis kelaminnya. Lebih jauh, kesucian
gai persoalan yang memperlihatkan kesepa- bukan berarti tidak melakukan aktivitas sek-
danan/keserupaan keduanya. Misalnya Alqur- sual, melainkan tidak melakukan jenis perila-
an menyatakan: ku seksual tertentu (perzinahan dan pelacur-
ِ ‫ات وٱلطَّيِّب‬ ِ ِ ِ ِ ‫ٱْلبِيث‬
َ ِ‫ات للطَّيِّب‬
‫ني‬ ُ َ َ َ‫ٱْلَبِيثُو َن ل ْل َخبِيث‬ ْ ‫ني َو‬ َ ‫ات ل ْل َخبِيث‬ُ َ َْ
an), menjaga kehormatan, menghindari hal-hal
yang mendorong perzinahan dan sebagainya.
ٌ‫ك ُمبَ َّءُو َن ِِمَّا يَ ُقولُو َن ََلُم َّم ْغ ِفَة‬ ِ ِ ِ
َ ‫َوٱلطَّيِّبُو َن ل ْلطَّيِّبَات أ ُْولَٰئ‬ Bahkan dalam Alquran, persyaratan untuk
menahan diri dari pernikahan, kebolehan
ٌ ِ َ ٌ ‫َوِرْز‬ untuk menikah, dan kehidupan dalam pernika-
Artinya: Perempuan-perempuan yang keji han, semuanya dimaksudkan untuk menjaga
adalah untuk lelaki lelaki yang keji dan kehormatan dan menghindari perilaku seksual
lelaki lelaki yang keji adalah untuk perem- yang nista, tak terkontrol atau tidak bertang-
puan perempuan yang keji dan perempuan gung jawab, baik oleh laki-laki maupun pe-
perempuan yang baik adalah untuk lelaki rempuan. Menurut Alquran, kesucian merupa-
lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki baik ada- kan buah dari perilaku dan karena buah dari,
lah untuk perempuan-perempuan yang baik pilihan moral dan seksual yang dibuat sese-
(QS 24:26). orang bukan buah dari karakteristik, identitas,
Dengan menegaskan bahwa laki-laki dan agama ataupun kelas sosialnya.13
perempuan secara seksual bisa menjadi suci Selajutnya salah satu ayat Alquran yang
atau ternoda, dan bahwa perempuan beriman popular dijadikan rujukan tentang hubungan
seperti halnya laki-laki beriman, memiliki hak seksual diantara suami istri adalah surat al-
untuk menikahi pasangan yang masih suci. Baqarah ayat 223, adapun bunyinya:
ْ‫ِّموا‬ ِ َّٰ ‫ث لَّ ُكم فَأْتُواْ ثَ ُكم أ‬ ِ
Ayat ini menggugat pandangan muslim
tentang perempuan sebagai sosok yang bobrok
ُ ‫َِن شْئتُ ْم َوقَد‬ ْ َْ ْ ٌ ْ َ ‫ن َسآ ُؤُ ْم‬
secara seksual di satu sisi dan pengaitan ِ ‫ألَنْ ُف ِس ُك ْم َوٱتَّ ُقواْ ٱللَّوَ َوٱ ْ لَ ُ ۤواْ أَنَّ ُك ْم ُّمالَقُوهُ َوبَ ِّش‬
kesucian (yang biasanya didefinisikan sebagai
‫ني‬ ِِ
keperawanan) hanya kepada perempuan di sisi َ ‫ٱلْ ُ ْ من‬
lainnya. Bagaimanapun, Alquran tidak hanya Artinya: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah
menekankan kesucian perempuan semata, tempat kamu bercocok-tanam, maka data-
seperti yang telah dipaparkan di atas. Lebih ngilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
jauh, menurut al-Qur'an, kesucian dan kehor- bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
matan didasarkan pada perilaku, bukan pada kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu,
identitas atau jenis kelamin, dan itulah sebab- dan bertakwalah kepada Allah dan ketahui-
nya mengapa Alquran menerapkan konsep lah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya.
kesucian setara terhadap laki-laki dan perem- Dan berilah kabar gembira orang-orang
puan. Hal ini dinyatakan dalam ayat lain: yang beriman.
ِ ‫ٱلزانِيةُ الَ ي‬
َّ‫نك ُح َهآ إِال‬ ِ ِ ِ
َ َ َّ ‫ٱلز ِاِن الَ يَنك ُح إالَّ َزانيَةً أ َْو ُم ْش َِ ةً َو‬
َّ Ayat di atas menggambarkan relasi seksual
suami dan istri. Bila memahaminya sekilas,
ِِ ِ
‫ني‬
َ ‫ك َلَ ٱلْ ُ ْ من‬َ ‫َز ٍان أ َْو ُم ْش ٌِ َو ُ ِّ َم ٰذل‬ tergambar bahwa seksualitas perempuan ada-
lah pasif dan sebaliknya seksualitas lelaki
Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan musyrik dan 13
Barlas, Cara Qur‟an Membebaskan Perempuan,
perempuan berzina tidak dikawini 272.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 49
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

harus aktif, terutama ketika berhubungan seks. (ladang) bagi laki-laki untuk menanam benih
Ladang menjadi metafor perempuan sedang- keturunannya. Maka janganlah kalian tanam
kan laki-laki si penanam bibit. Sehingga seba- benih tadi tidak pada tempatnya (dubur).
gai ladang, istri/perempuan bisa kapan saja Selain merupakan sesuatu yang tidak pada
dan ditanami apa saja sesuai dengan keinginan tempatnya, perbuatan tersebut dari sisi kese-
suami/laki-laki.Dengan kata lain, perempuan hatan juga kurang aman. Jadi jelas, pesan ayat
adalah objek kemauan laki-laki khususnya itu bukan untuk memperlakukan perempuan
dalam soal seks. semaunya, seolah ayat ini menjelaskan teknik
Penafsiran seperti ini diantaranya terdapat bermain seks belaka. Rasanya terlalu sepele
dalam Tafsir al-Azhar Hamka. Hamka menaf- hal tersebut diangkat oleh Alquran. 16
sirkan ayat ini terutama tentang maksud “istri Lebih dari itu, penggambaran perempuan
sebagai sawah ladang” bahwa istri ibarat sebagai ladang dalam konteks masyarakat
sawah ladang tempat suami menanam benih madinah saat itu sebenarnya mengisyaratkan
untuk menyambung keturunan, dan suami tingginya nilai perempuan.17 Ladang merupa-
sebagai pemilik sawah ladang boleh masuk kan sesuatu yang terbatas dan jarang di
ladang kapanpun dia suka dan mau, namun Madinah. Tidak jarang beberapa kabilah
dalam menanam benih juga harus memper- berperang untuk mendapatkan tempat yang
hatikan pada saat yang tepat agar tidak sia- subur untuk menjadi ladang. Karena nilainya
sia.14 begitu tinggi maka nyawa pun bisa dikor-
Penafsiran dan pemahaman demikianlah bankan untuk mendapatkannya. Berbeda hal
yang umum berkembang di tengah-tengah dengan konteks Indonesia, dimana ladang
masyarakat. Pemahaman ini membentang adalah sesuatu yang biasa saja nilainya.
lebar dari zaman unta hingga zaman nuklir, Sehingga metafor perempuan sebagai ladang
dari Barat hingga Timur. Bisa jadi segala merupakan penggambaran betapa tingginya
bentuk diskriminasi, subordinasi, dan 'fitnah' nilai seorang perempuan yang harus dijaga,
atas seksualitas perempuan yang selama ini dirawat dan dihormati karena perjuangan
beroperasi melalui ajaran keagamaan, seperti mendapatkannya tidak mudah.
ajaran khitan-perempuan dan pengharusan istri Selanjutnya Ayat di atas juga memberi
untuk memenuhi hasrat seksualitas suami, pengertian bahwa istri “laksana sawah ladang”
bersumber dari pemahaman dan penafsiran yang siap digarap kapan saja ketika suami
terhadap ayat ini. Padahal pemahaman dan menghendaki. Dalam ayat ini terkandung
penafsiran ini tidak memiliki dasar penafsiran pengertian suatu bentuk kehati-hatian sekali-
yang sahih kecuali sebagai bias dari kukuhnya gus menjaga betul perihal kualitas benih dan
budaya dan alam pikir patriarki yang menye- metode penanamannya, sehingga tidak terke-
limuti para mufassir dan khalayak dari masa san dipaksakan. Jadi harus ada interaksi antara
ke masa. 15 keduanya yang diharapkan dapat membuat
Ayat di atas kalau dilihat dari sebab turun- lahan itu subur dan produktif. Dengan demiki-
nya (sabab al-nuzul) tidak memojokkan an seorang suami memiliki tanggung jawab
perempuan bahkan menempatkan perempuan terhadap “ladang” yang diamanati Allah.
pada posisi yang terhormat. Menurut Madsar Ladang tersebut perlu dirawat dengan baik
F Masudi, ayat ini turun pada dasarnya berka- dengan dicangkul, disiram, diberi pupuk dan
itan dengan kegemaran sebagian laki-laki yang disayang agar tetap subur. Hubungan suami
suka menggauli istrinya lewat dubur. Islam istri dalam sebuah perkawinan adalah ibadah,
melarang praktik tersebut dengan namun bukan berarti hak seksualitas perem-
mengingatkan bahwa istri dengan rahimnya
16
Masdar F Masudi, Islam & Hak-hak Reproduksi
14
Hamka, Tafsir al-Azhar, II (Jakarta: Pustaka Perempuan (Bandung:Mizan, 2000), 121.
17
Panjimas, 1983), 214-215. Masdar F. Mas’udi, Islam Dan Hak-Hak
15
Marzuki Wahid, “Mendaulatkan Seksualitas Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqh Pemberdayaan
Perempuan,” Swara Rahima 5, no. II (2009), 38. (Bandung: Mizan, 1997).

50 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

puan ditiadakan, justru dimensi ibadah inilah yang bisa dicatat dari budaya mereka terhadap
yang membawa substansi pada keikhlasan perempuan adalah pembunuhan bayi perem-
masing-masing pihak tanpa adanya pemaksaan puan, pelecehan seksual terhadap (budak)
terhadap pasangan.18 perempuan, peniadaan hak waris bagi kaum
Untuk penjelasan tentang relasi struktural perempuan, dzihar, poligami tanpa batas,
seksual suami dan istri mengacu kepada QS menceraikan perempuan sesuka lelaki, dan
al-Baqarah: 187 yang berbunyi: lain-lain20
... ‫اس ََّلُ َّن‬ ِ َّ َ‫ نِسآئِ ُك ْم ُى َّن لِب‬...
ٌ َ‫اس ل ُك ْم َوأَنْتُ ْم لب‬
Oleh karena itu, memahami ayat-ayat
ٌ َ Alquran tidak bisa hanya berhenti pada teks
Artinya: Mereka (istri) itu adalah pakaian semata, melainkan harus menyertakan bacaan
bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi konteks sosial-budaya kapan dan di mana teks
mereka. (QS. al-Baqarah[2]: 187) itu terbentuk. Membaca ayat Alquran tentang
Ibnu Jarir al-Thabari, guru besar para ahli seksualitas tanpa membaca konstruk kebu-
tafsir, mengemukakan dua tafsir atas ayat ini. dayaan masyarakat Jazirah Arabia saat itu
Pertama, ayat ini adalah metafora untuk arti hanya akan menghilangkan misi emansipatoris
penyatuan dua tubuh secara interaktif. Kedua, yang tersirat dalam setiap maknanya.
mengutip ahli tafsir Mujahid Qatadah, ayat ini Posisi perempuan saat ayat-ayat Alquran
berarti masing masing pasangan saling mem- diturunkan berada dalam anggapan yang
beri ketenangan bagi yang lainnya. 19 Hubung- buruk, bahkan sampai menjadi keyakinan bah-
an seksualitas suami dan istri dalam Alquran wa perempuan adalah makhluk sumber
yang dijelaskan ayat ini merupakan suatu 'fitnah', lemah, mewarisi kejahatan, tidak
hubungan yang setara, saling melengkapi, dan mempunyai kemampuan intelektual, dan
saling membutuhkan sebagai partner dalam kosong dari spiritualitas; karena itu, perem-
menyalurkan hasrat seksualnya. puan "tidak setara dengan kaum lelaki".
Alquran mesti kita posisikan secara pro- Konsekuensinya, perempuan dianggap tidak
porsional, sebagai aturan (norma dan nilai) mampu dan tidak laik untuk memikul peran-
yang universal, yang bersendikan keadilan, peran publik dan segala hal yang memiliki
kemaslahatan, dan mengangkat harkat dan akses ke dalam wilayah publik. Perempuan
derajat kemanusiaan. Positioning ini perlu dicukupkan hanya mengurusi, bukan meng-
dilakukan, terutama, dalam memahami ayat- atur, hal-hal yang berada pada wilayah domes-
ayat yang berhubungan dengan seksualitas dan tik belaka.21
relasi gender. Ini dilakukan karena Alquran Dalam latar sosio-budaya demikianlah, di
diturunkan pada abad ke-7 M di kawasan antaranya, Alquran diturunkan sebagai jawab-
Arabia yang, secara sosiologis, masyarakatnya an, bantahan, dan alternatif nilai untuk mem-
memiliki konstruk dan persepsi kebudayaan bangun kembali tata kebudayaan yang adil.
yang diskriminatif mengenai perempuan. Benar, apa yang dikatakan oleh Fazlur
Tatanan yang berlaku pada masyarakat jazirah Rahman bahwa Alquran merupakan respon
Arabia ketika Alquran turun adalah sistem Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya
patriarki atau kebapakan, suatu budaya yang untuk menanggapi situasi sosial-moral pada
dibangun di atas struktur dominasi laki-laki masa Nabi. Alquran dan asal usul masyarakat
sebagai pusat kuasa. Perempuan, dalam Islam muncul dalam sinaran sejarah dan
kebudayaan mereka, diposisikan dan diperla- berhadapan dengan latar belakang sosial-
kukan sedemikian rendah dan hina. Kebiasaan historis. Alquran merupakan respon terhadap
18
situasi tersebut dan sebagian besar kandungan-
Andi Dermawan, “Marital Rape Dalam Perspektif nya terdiri dari pernyataan moral, religius, dan
Hukum Al-Qur’an,” in Tela‟ah Ulang Wacana
Seksualitas, ed. Mochammad Sodik, I (Yogyakarta:
20
PSW IAIN Sunan Kalijaga, Depag RI dan McGill- Ashgar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam
IISEP-CIDA, 2004). 303. Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf
19
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Jami‟ (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), 55.
Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur‟an, III (t.p., n.d.).489. 21
Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam Islam,55.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 51
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

sosial, sebagai respon terhadap masalah Mernissi, 24 menunjukan sebuah fenomena


spesifik yang dihadapkan kepadanya dalam seksualitas perempuan yang aktif yang selama
situasi-situasi yang konkret.22 ini dilihat “rendah” oleh kalangan Islam.
Alquran hadir dengan weltanschauung Dalam hal ini Khadijahlah yang melamar
(pandangan hidup) sendiri. Secara tegas, Rasulullah.
Alquran mengakui adanya perbedaan anatomis Namun, fenomena yang begitu jelas itu
dan biologis antara seksualitas perempuan dan sering tidak dipahami oleh kaum muslim yang
seksualitas laki-laki. Alquran juga mengakui menempatkan seksualitas perempuan dalam
bahwa organ seks berfungsi dengan cara yang posisis yang pasif. Hal ini tercermin dalam
mencerminkan perbedaan yang dibatasi ulasan-ulasan ulama fiqih tentang tradisi
dengan baik oleh kebudayaan tempat Alquran khitbah di mana seorang laki-lakilah yang
berada. Alquran tidak berusaha menghapus melakukannya. Khitbah (meminang) dengan
perbedaan anatomis dan biologis itu, juga cara demikian itu merupakan langkah awal
tidak menghilangkan signifikansi perbedaan dari upaya penaklukan seksualitas perempuan.
yang kudrati itu. Tetapi juga Alquran tidak Sejarah Islam mencatat bahwa Rasulullah
pernah membuat aturan yang secara kultural menerima pinangan tidak hanya dari Khadijah,
menjadikan perbedaan seks itu dapat diper- tapi juga dari istri-istri yang lain. Tindakan
lakukan secara diskriminatif, subordinatif, dan Rasulullah yang itu mengisyaratkan kepada
dominatif atas yang lain. Sebab ketentuan- kita semua bahwa seksualitas aktif perempuan
ketentuan kultural semacam itu (jika ada) akan tidak menjadi masalah serius.
bertentangan dengan skala fungsi Alquran Mernissi melihat pembagian masyarakat
sendiri yang bersifat universal, lintas kultural, tersebut sebenarnya tidak tergantung kepada
melampaui batas ruang dan waktu. 23 mekanisme internalisasi, tetapi lebih kepada
konsep seksualitas perempuan yang berkem-
2. Seksualitas dalam Hadis bang dalam suatu masyarakat. Menurutnya,
Pembicaraan mengenai seksualitas dalam apabila dalam suatu masyarakat berlaku
masyarakat muslim tidak bisa lepas dari hadis pengucilan dan pencadaran perempuan, maka
Nabi. Karena hadis merupakan ucapan, konsep seksualitas yang berkembang dalam
tindakan dan persetujuan Rasul atas suatu masyarakat tersebut adalah perempuan aktif
peristiwa yang biasanya memiliki kaitan lang- dan apabila sebaliknya, maka konsep seksua-
sung dengan kondisi sosial-budaya masyarakat litasnya pasif.
yang terjadi pada masa itu, maka persoalan Namun apabila kita kembalikan kepada apa
seksualitas lebih detail dibicarakan. Namun, yang telah dialami Rasulullah dengan istri-istri
berbicara tentang hadis Nabi sesungguhnya beliau, maka sesungguhnya aktif atau pasif
adalah berbicara tentang sejarah (sirah) tidaklah begitu signifikan selama stereotype
kehidupan Nabi. yang ditempelkan pada laki-laki baik yang
Sesungguhnya pengalaman praktis Nabi pasif atau aktif maupun perempuan baik aktif
dengan persoalan seksualitas terjadi ketika maupun pasif tidak merugikan keduanya.
beliau melakukan perkawinan dengan Khadi- Hanya selama ini ada kecenderungan bahwa
jah. Perkawinan Nabi dengan Khadijah ini seksualitas aktif kaum perempuan dianggap
telah mengajarkan banyak hal kepada kita tabu oleh agama. Pandangan demikian
tentang makna seksualitas dalam kehidupan sepintas tidak menjadi masalah dan sering
rumah tangga. Dikatakan bahwa perkawinan dipahami sebagai perlindungan terhadap
Rasulullah dengan Khadijah, meminjam teori martabat kaum perempuan. Namun soal
seksualitas sebenarnya tidak hanya terkait
dengan perkara yang lahir (sensual), tetapi
22
Wahid, “Mendaulatkan Seksualitas Perempuan”,
24
39. Fatima Mernissi, Beyond The Veil: Seks dan
23
Wahid, “Mendaulatkan Seksualitas Kekuasaan Dinamika Pria Wanita dalam Masyarakat
Perempuan”,39 Muslim Modern (Surabaya: Al-Fikr, 1997), 109.

52 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

‫ث َ دَّثَنَا ُش ْعبَةُ ِِبَ َذا‬


ِ ‫اْلا ِر‬ ِ ٍ ِ‫َ ب‬
َْ ‫يب َ دَّثَنَا َخال ٌد يَ ْع ِِن ابْ َن‬
juga terkait dengan yang lain. Dari akibat
pandangan seksualitas perempuan pasif ini,
misalnya perempuan diposisikan sebagai ‫ال َ َّ تَ ْ ِج َع‬ َ َ‫اا ْسنَ ِاد َوق‬
ِْ
pekerja domestik yang tidak boleh keluar
Dan telah menceritakan kepada kami
rumah. Tindakan represif yang mengatas-
(Muhammad bin Al Mutsanna) dan (Ibnu
namakan agama ini menjadikan perempuan
Basysyar) sedangkan lafazhnya dari Al
kehilangan haknya untuk melakukan aktivitas
Mutsanna keduanya berkata; Telah
baik dalam bidang sosial maupun keilmuan. 25
menceritakan kepada kami (Muhammad bin
Di antara hadis yang sering jadi rujukan
Ja'far) telah menceritakan kepada kami
hubungan seksual suami-istri ialah hadis ten-
(Syu'bah) dia berkata; Saya pernah
tang intervensi malaikat dalam hubungan
mendengar (Qatadah) telah menceritakan
suami-istri. Hadis ini diantaranya:
dari (Zurarah bin Aufa) dari (Abu Hurairah)
1. Ahmad bin Hanbal hadis no 9294:
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
‫ال َ دَّثَنَا‬ َ َ‫يع ق‬ ِ َ َ‫َ دَّثَنَا ابْ ُن ُُنٍَْْي ق‬
ٌ ‫ش َوَو‬ ُ َ ْ َ‫ال َ دَّثَنَا ْاأل‬ beliau bersabda: "Apabila seorang istri
َ َ‫ش َ ْن أَِِب َ ا ِزٍم ْاألَ ْش َجعِ ِّي َ ْن أَِِب ُىَيْ ََة ق‬
enggan bermalam dengan memisahkan diri
‫ال‬
َ َ‫ال ق‬ ُ َ ْ َ‫ْاأل‬ dari tempat tidur suaminya, maka Malaikat
‫صلَّ اللَّوُ َلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َذا َد َا الَّ ُج ُل ْامَأَتَوُ إِ ََل‬ ِ ُ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ
akan melaknatnya sampai pagi." Dan telah
menceritakan kepadaku (Yahya bin Habib)
ِ
ُ‫ضبَا ُن لَ َعنَْت َها اْل َ َالئ َكة‬
ْ ‫ات َوُى َو َغ‬ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫ت َلَْيو فَب‬ ْ َ‫فَاشو فَأَب‬ telah menceritakan kepada kami (Khalid)
ِ ‫ال وِيع لَي ها س‬ yaitu Ibnu Al Harits, telah menceritakan
ٌ ‫اخ‬ َ َ ْ َ ٌ َ َ َ‫َ َّ يُ ْ بِ َح ق‬ kepada kami (Syu'bah) dengan isnad ini,
Telah menceritakan kepada kami (Ibnu beliau bersabda: "Sampai dia (istri) kembali
Numair) telah menceritakan kepada kami (kepada suaminya)." (HR. Muslim).27
(Al A'masy) dan (Waki') berkata; telah 3. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari
menceritakan kepada kami (Al A'masy) kitab nikah hadis no 4794.
dari (Abu Hazim Al Asyja'i) dari (Abu َ‫َ دَّثَنَا ُُمَ َّ ُد بْ ُن َ ْ َ َةَ َ دَّثَنَا ُش ْعبَةُ َ ْن قَتَ َادةَ َ ْن ُزَر َارة‬
Hurairah) berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang ‫صلَّ اللَّوُ َلَْي ِو َو َسلَّ َم إِذَا‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫َِّب‬ َ َ‫َ ْن أَِِب ُىَيْ َةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬
َّ َ ُ‫اش َزْوِج َها لَ َعنَْت َها الْ َ َالئِ َكة‬ ِ ِ
laki laki memanggil istrinya ke tempat tidur
lalu ia enggan memenuhinya sehingga َ َ‫ت الْ َ ْأَةُ ُم َهاجَةً ف‬ ْ َ‫بَات‬
suaminya tidur dalam keadaan marah, maka ‫تَ ْ ِج َع‬
para malaikat melaknatnya sehingga datang
waktu subuh." Waki' menyebutkan, "Ia Telah menceritakan kepada kami
marah kepada istrinya." (HR. Ahmad ibn (Muhammad bin 'Ar'arah) Telah
Hanbal). 26 menceritakan kepada kami (Syu'bah) dari
2. Dalam kitab Sahih Muslim kitab nikah, (Qatadah) dari (Zurarah) dari (Abu
hadis no 2595. Hurairah) ia berkata; Nabi shallallahu
‫ظ ِالبْ ِن الْ ُ ثَ ََّّن‬ ُ ‫و َ دَّثَنَا ُُمَ َّ ُد بْ ُن الْ ُ ثَ ََّّن َوابْ ُن بَشَّا ٍر َواللَّ ْف‬
'alaihi wasallam bersabdda: "Apabila
seorang wanita bermalam sementara ia
‫ت‬ ِ َ َ‫قَ َاال دَّثَنَا ُُم َّ ُد بن جع َف ٍ دَّثَنَا ُشعبةُ ق‬
ُ ‫ال ََس ْع‬
tidak memenuhi ajakan suaminya di tempat
َْ َ َْ ُْ َ َ tidur, maka Malaikat melaknatnya hingga
ِّ ِ‫ِّث َ ْن ُزَر َارةَ بْ ِن أ َْو َِف َ ْن أَِِب ُىَيْ َةَ َ ْن الن‬
‫َِّب‬ ُ ‫قَتَ َادةَ ُُيَد‬ pagi." (HR Bukhari).28
ِ ِ َ َ‫صلَّ اللَّوُ َلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
‫اش‬َ َ‫ت الْ َ ْأَةُ َىاجَةً ف‬ ْ َ‫ال إِذَا بَات‬ َ 4. Abu Daud hadis no 1829
‫َزْوج َها لَ َعنَْت َها الْ َ َالئِ َكةُ َ َّ تُ ْ بِ َح و َ َّدثَنِ ِيو َُْي ََي بْ ُن‬ ِ
27
Shahih Muslim, Kitab 17 (Kitab Nikah), Bab 689,
Hadis 2595.
25 28
Hasyim, Bebas dari Patriarkhisme Islam, 230. Shahih Bukhari, Kitab 47 (Kitab Nikah) Bab 2725,
26
Musnad Ahmad Kitab 6, Bab 30, Hadis 9294. Hadis 4794

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 53
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

‫ش‬ِ َ ْ َ‫ي َ دَّثَنَا َج ِيٌ َ ْن ْاأل‬ ُّ ‫َ دَّثَنَا ُُمَ َّ ُد بْ ُن َ ْ ٍو الَّا ِز‬ malaikat terhadap istri ada pada semua matan
hadis tersebut.
‫صلَّ اللَّوُ َلَْي ِو‬ ٍ
ِّ ِ‫َ ْن أَِِب َ ا ِزم َ ْن أَِِب ُىَيْ َةَ َ ْن الن‬
َ ‫َِّب‬ Hadis tentang intervensi malaikat dalam

‫ت فَ لَ ْم تَأْتِِو‬ ِِ ِ hubungan seksual suami-istri ini, para ulama


ْ َ‫ال إِذَا َد َا الَّ ُج ُل ْامَأَتَوُ إِ ََل فَاشو فَأَب‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬ dan ilmuan berbeda dalam memaknainya. Ada
‫ضبَا َن َلَْي َها لَ َعنَْت َها الْ َ َالئِ َكةُ َ َّ تُ ْ بِ َح‬
ْ ‫ات َغ‬ َ َ‫فَب‬
kelompok yang menerima hadis itu apa
adanya secara tekstual, sedangkan kelompok
Telah menceritakan kepada kami yang lain mencoba untuk melihat dari
(Muhammad bin 'Amr Ar Razi), telah konteksnya. Apabila hadis ini diartikan secara
menceritakan kepada kami (Jarir), dari (Al harfiah, maka menimbulkan ketakutan yang
A'masy), dari (Abu Hazim), dari (Abu besar bagi istri untuk menolak keinginan
Hurairah) dari Nabi shallallahu 'alaihi suami. Padahal menurut Forum Kajian Kitab
wasallam, beliau bersabda: "Apabila Kuning (FK3) yang menelaah Kitab U‟qud al
seorang laki-laki memanggil isterinya ke Lujjayn (mengaturrelasi suami-istri) dalam
ranjangnya (mengajak melakukan hadis di atas terdapat kata al-la‟anah yang
hubungan badan), kemudian sang istri seringkali dipahami secara kurang tepat.
menolak dan tidak datang kepadanya Sebaiknya kata laknat dipahami dalam
sehingga suaminya melewati malam (tidur) kontekssosial kemanusian, kasih sayang dan
dalam keadaan marah, maka Malaikat akan kedamaian dalam kehidupan. Jika diartikan
melaknatnya hingga pagi." (HR. Abu secara kontekstual, hadis ini tidak hanya ditu-
Daud). jukan kepada istri saja melainkanjuga kepada
5. Darimi hadis 2131 suami.
ِ ِ
ْ ‫َ دَّثَنَا َىاش ُم بْ ُن اْل َقاس ِم َ دَّثَنَا ُش ْعبَةُ أ‬
‫َخبَ َنَا قَتَ َادةُ َ ْن‬ Muhyiddin Abdusshomad berpendapat
bahwa hadis-hadis laknat bagi istri yang tidak
ُ‫صلَّ اللَّو‬ ِّ ِ‫ي َ ْن أَِِب ُىَيْ ََة َ ْن الن‬
َ ‫َِّب‬ ِّ ِ ‫ُزَر َارَة بْ ِن أ َْو َِف اْل َع ِام‬ melayani suami, itu harus diinterpretasikan

‫اش َزْوِج َها‬


ِ َ‫اجًَة لِِف‬ ِ ‫ال إِ َذا باتَت اْل أَةُ ى‬ ِ sebagai motivasi terhadap istri agar selalu
َ ْ َ ْ َ َ َ‫َلَْيو َو َسلَّ َم ق‬ berusaha melakukan penyesuaian dengan
‫لَ َعنَْت َها الْ َ َالئِ َكةُ َ َّ تَ ْ ِج َع‬ suami, dan begitu juga sebaliknya. Istilah
laknat itu sendiri tidak berarti haram. Buktinya
Telah menceritakan kepada kami (Hasyim para ulama fikih masih memberi batas apabila
bin Al Qasim) telah menceritakan kepada tidak ada udzur syar‟i seperti sakit atau capek
kami (Syu'bah) telah mengabarkan kepada yang luar biasa.29
kami (Qatadah) dari (Zurarah bin Aufa Al Adapun Mustafa Muhammad Imarah
'Amiri) dari (Abu Hurairah) dari Nabi mengatakan, bahwa laknat malaikat itu
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersab- muncul bila penolakan istri dilakukan ”tanpa
da: "Apabila seorang isteri enggan berma- alasan”. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili ber-
lam dengan meninggalkan kasur suaminya, pendapat bahwa laknat itu terjadi apabila istri
maka Malaikat melaknatnya hingga ia menolak senggama, padahal ia ”sedang
kembali." (HR. Darimi) longgar dan tidak takut disakiti”. 30
Secara tekstual, hadis pertama berkaitan Perbedaan pandangan antara kelompok
dengan istri menolak ajakan suami untuk pertama dan kedua dalam memahami hadis di
berhubungan seksual, sedangkan hadis yang atas menurut Mas’udi disebabkan oleh perbe-
lain berkaitan dengan istri tidur di tempat
lain/kamar lain. Namun benang merah semua
hadis tersebut berkaitan dengan kepatuhan istri
terhadap suami dalam masalah seksualitas.
Walaupun isi matannya berbeda di antara 29
Mahyudidn Abdusshomad, “Perkosaan Dalam
hadis-hadis tersebut namun yang menarik Rumah Tangga” (Jakarta: Rahima, 2012).
30
adalah intervensi malaikat berupa laknat Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam wa
adillatuhu, VII (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989),335.

54 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

daan konstruk tentang seksualitas itu sendiri. 31 memanggil. 34 Aktifitas memanggil ini netral
Dari kalangan ahli fikih, seks bagi perempuan bisa untuk ajakan positif maupun negatif. Bila
banyak diajarkan sebagai kewajiban. Hal ini digeneralkan kata dakwah biasanya mengajak
terkait dengan pandangan konvensional dengan cara yang baik, sopan, penuh bijaksana
masyarakat tradisional agraris bahwa seks dan mengetahui benar kondisi yang diajak.
adalah barang suci/sakral yang diciptakan Penolakan istri atas ajakan suami dengan
Tuhan untuk menjamin keturunan (procrea- menggunakan kata fa‟abat, dimana kalau
tion). Sementara masyarakat kota beranggapan dikaitkan dengan bahasa yang digunakan
bahwa seks bagi perempuan selain untuk Allah dalam surat al-Baqarah ayat 34, ketika
reproduksi juga untuk dinikmati (pleasure). menggambarkan sikap iblis yang tidak mau
Karena itu merupakan salah satu nikmat sujud kepada Adam, maka Allah juga
Tuhan. menggunakan kata a ba yaitu berbunyi aba
Menurut Alimatul Qibtiyah, 32 dalam meli- wastakbara, artinya “ia enggan dan takabur”.
hat hadis tentang intervensi malaikat dalam Jadi analisis bahasa ini dapat disimpulkan
hubungan seksual suami-istri ini ada beberapa bahwa laknat malaikat akan benar-benar
hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bagai- terjadi pada istri jika ketika sang suami sudah
mana bahasa yang digunakan dalam hadis mengajaknya dengan penuh kesopanan, tidak
tersebut (analisis bahasa). Kedua, bagaimana memaksa dan dengan penuh pengertian dalam
pendekatan fiqh yang digunakan (pendekatan arti istri tidak sedang dalam keadaan uzur baik
hukum). Ketiga, bagaimana kondisi fisik dan karena haid maupun alasan rasional lainnya.
psikologis yang baik dalam hubungan seksual 2. Pendekatan Ushul al-Fiqh (Teori Hukum
bagi suami maupun istri. Keempat, apa Islam)
sebenarnya makna dari laknat malaikat dalam Dalam memahami dan mengkaji teks, baik
hadis tersebut. hadis maupun Alqurandapat menggunakan
Keempat alternatif pemikiran terhadap pendekatan Usul al-fiqh. Dalam Usul al-fiqh
hadis intervensi malaikat dijelaskan Alimatul ada satu kaidah Qiroah Mubadalah, yaitu :
ُّ‫ض‬ ِ ِ ‫ما ي لُح ِأل د اجلِنسني ُُي‬
ُ َ‫لب لكلَيه ا وما ي‬
Qibtiyah yang sebagai berikut:
1. Analisis bahasa33 ُ ْ ُ َْ
Bahasa yang dipakai hadis ini perlu ِ ِ
‫أ دمها يُ ْدرأ من لَْي ِه ا‬
dicermati dengan seksama. Kata-kata ajakan
Apa yang maslahat bagi salah satu jenis
suami dengan menggunakan iza da‟a –da‟a-
kelamin terapkan bagi keduanya, dan apa
yad‟u-da‟watan (dakwah). Kata da‟a dalam
yang mudarat bagi salah satu hindarkan dari
Alquran ditemukan tidak kurang dari 198 kali
keduanya.
dengan beberapa makna, diantaranya: me-
Kaidah Ushul al-fiqhQiroah Mubadalahini
manggil, mengundang, minta tolong, meminta,
dijelaskan oleh Faqihuddin Abdulqadir dalam
memohon, menamakan, menyuruh datang,
kitab Manbaussaadah. 35 Menurutnya, ketika
mendorong, menyebabkan, mendatangkan,
memahami teks yang ada dalam hadis tentang
mendoakan, menangisi dan meratapi. Dari
laknat malaikat pada istri yang tidak mau
makna yang berbeda tersebut sebenarnya
melayani kemauan suami untuk berhubungan
semuanya tidak terlepas dari unsur aktifitas
seksual adalah: jika istri dilaknat malaikat
karena menolak berhubungan seksual dengan
31
tidak sopan seperti iblis bahkan tanpa alasan
Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-hak
syari (haid dan nifas), sedangkan suaminya
Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqh Pemberdayaan
(Bandung: Mizan, 2000). mengajaknya dengan baik, dengan bahasa
32
Alimatul Qibtiyah, “Intervensi Malaikat dalam
Hubungan Seksual,” dalam Perempuan Tertindas?
Kajian Hadis-hadis “Misoginis,” ed. Hamim Ilyas 34
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada
(Yogyakarta: eLSAQ Press, 2003), 209. Media Group, 2004), 6.
33
Qibtiyah, “Intervensi Malaikat dalam Hubungan 35
Faqihuddin Abdul Kodir, Manbaussa‟adah
Seksual”,220-221. (Cirebon: Fahmina Institut, 2011), 48-49.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 55
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

dakwah, maka menurut teori hukum Islam perempuan menunjukan bahwa konstruk
Qiroah Mubadalah laknat malaikat juga akan seksualitas sebenarnya tidak lepas dari tatanan
berlaku pada suami yang menolak dengan sosial yang ada. Karena itu, perlu diteliti lagi,
tidak sopan ajakan istri tanpa alasan syari. sebab bisa jadi setiap individu memang
3. Kondisi Fisiologis dan Psikologis 36 mempunyai dorongan seksual yang berbeda-
Seksualitas dalam Islam merupakan beda sehingga bukan ditentukan oleh jenis
persoalan sensitif ketika dikaitkan dengan kelaminnya.
tatanan masyarakat muslim, maka Islam 4. Makna Laknat Malaikat 38
terlihat berpihak pada salah satu jenis kelamin, Mengenai arti laknat malaikat terhadap istri
yaitu laki-laki. Al-Ghazali dalam Ihya „Ulum yang menolak atau menghindar ajakan suami
ad-Din mengatakan bahwa pemuasan seksual perlu dilihat kembali. Menurut Alimatul
akan disesuaikan dengan tingkat dan teka- Qibtiyah arti laknat perlu diinterpretasikan
nannya. Laki-laki dapat menentukan jumlah kembali, karena kata laknat itu seolah-oleh
istri lebih banyak karena laki-laki dikaruniai sesuatu yang sangat mengerikan dan
dorongan dan keinginan seksual yang kuat. menakutkan. Bahkan seolah-olah hubungan
Namun sebenarnya Ghazali selalu mengisya- suami-istri adalah hubungan Allah dengan
ratkan bahwa tidak terdapat perbedaan hamba-Nya, sehingga ketika suami marah atau
karakter dorongan seks laki-laki maupun kecewa maka malaikat pun juga akan ikut
perempuan. Dengan demikian secara tidak campur untuk menyelesaikan-nya. Padahal
sengaja ia menyatakan suatu alasan yang sebenarnya kalau kita lihat sampai ahir dari
ambivalen mengenai seksualitas perempuan hadis tersebut hanya sebentar, karena kata-
dalam tatanan muslim. kata sampai istri kembali atau sampai
Berbeda halnya dengan apa yang dikatakan datangnya waktu subuh. Kata laknat menurut
oleh Syaikh Hasan al Bashri tentang seksua- Qibtiyah, dapat diartikan sebagai “suatu
litas. Menurut dia, nafsu seksual perempuan keadaan yang tidak menyenangkan”. Ini akan
itu lebih tinggi dibanding laki-laki. Menurut dapat berubah menjadi hal yang biasa atau
keterangannya, Allah menciptakan nafsu tidak jadi beban jika kedua belah pihak saling
seksual itu sepuluh bagian. Sembilan milik mengerti dan terbuka tentang masalah seksual.
perempuan dan satu milik laki-laki. Hal itu Selain itu ada beberapa Hadis dan riwayat
diutarakan ketika ditanya oleh Rabi’ah al- yang menunjukkan pandangan Nabi tentang
Adawiyah. perempuan. Menurut sebagian Hadis, Nabi
Menurut Adhim hasrat berhubungan Muhammad dan para imam yang salih semua-
seksual laki-laki banyak berkaitan dengan nya telah menunjukkan secara terbuka
fisiologisnya. 37 Hal ini terjadi karena laki-laki kecintaan dan penghargaan mereka kepada
akan menimbun sperma ketika ada gejolak, istri dan kerabat perempuan mereka. Pada saat
sehingga menuntut hasrat terpenuhi atau yang sama mereka sangat mencela setiap
tersalurkan dengan segera. Sementara hasrat kecenderungan manusia yang mengarah pada
berhubungan seksual perempuan lebih banyak kehidupan membujang atau kehidupan selibat.
bersumber pada kebutuhan psikisnya untuk Salah seorang sahabat Nabi, Usman ibn
memperoleh kehangatan dan cumbu rayu dari Mazh'un, mengabdikan dirinya semata-mata
orang yang dicintainya. Secara fisik tidak ada kepada pemujaan kepada Allah sedemikian
yang tertimbun sehingga tidak membutuhkan rupa sehingga ia berpuasa setiap hari dan
dengan segera untuk terpenuhi hasratnya. bangun di malam hari untuk shalat malam.
Semakin beragamnya pendapat tentang hasrat Istrinya melaporkan hal itu kepada Rasulullah,
berhubungan seksual baik laki-laki maupun lalu beliau memperlihatkan reaksi ketidak-
senangan yang nyata, dan segera menuju ke
36
Qibtiyah, “Intervensi Malaikat dalam Hubungan tempat sahabatnya berada dan berkata:
Seksual”,222.
37
Muhammad Fauzil Adhim, Mencapai Pernikahan
38
Barokah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 181. Adhim, Mencapai Pernikahan Barokah,223-226.

56 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

Wahai Usman, ketahuilah bahwa Allah litas menjadi tertutup. Meskipun banyak
tidak mengutus aku untuk menganjurkan pemikir yang menganggap sudah saatnya
hidup kebiaraan. Shari'atku adalah untuk masalah malu ditempatkan secara propor-
mendorong dan memudahkan pemenuhan sional, karena tertutupnya segala sesuatu
kehidupan manusia yang alami.Aku sendiri seputar seksualitas, justru membuat orang
mengerjakan shalat, berpuasa dan semakin penasaran dan menempuh cara yang
melakukan hubungan suami-istri.Karena salah untuk mengetahuinya. Dalam merespon
itu, mengikuti aku dalam Islam berarti hal ini, Abu Shuqqah secara terbuka menya-
menyesuaikan din dengan sunnah-sunnah takan:
yang kugariskan, yang meliputi tuntutan Seluruh anggota tubuh manusia itu suci dan
bahwa laki-laki dan wanita harus kawin dan mulia, baik alat untuk berpikir, alat-alat
hidup sayang-menyayangi secara harmo- untuk makan dan minum, maupun alat-alat
nis. 39 reproduksi.Demikian pula, seluruh
Di masyarakat muslim pembicaraan tentang perbuatan manusia adalah suci dan mulia
seksualitas biasanya dilakukan secara diam- jika dilakukan sesuai dengan syari'at Allah,
diam dan tertutup karena topik ini dianggap baik berdagang, berperang, maupun
sebagai sesuatu yang pribadi dalam relasi melakukan hubungan biologis.Karena itu,
antar manusia. Hal ini diungkapkan seorang wajarlah jika syari'at menyebut alat-alat
ulama yaitu Abu Syuqqah: reproduksi, aktivitas-aktivitas biologis,
Pada masa Nabi di Madinah terjadi diskusi dorongan-dorongannya serta akibat dan
antara orang-orang Anshar dan Muhajirin hasilnya dalam situasi dan kondisi yang
tentang kapan seseorang wajib mandi tepat, sebagaimana tidak terlarangnya
jinabat. Lalu ada yang mengusulkan agar menyebut tangan dan mulut, atau darah dan
bertanya kepada Aisyah r.a.(istri Nabi). Di air mata. Karena itu, tak ada halangan pula
antara semua orang yang hadir tidak ada untuk menyebut kemaluan danfarji, nuthfah
yang berani menanyakannya karena malu, dan mani. Tidak terlarang pula menyebut
sampai ada seorang yang memberanikan lapar dan puasa, atau menyebut memakan
diri dan berkata: "Wahai Ummul Mukmin- makanan dan meminum air. Demikian pula
in, saya ingin menanyakan sesuatu padamu, menyebut haid dan suci, atau menyebut
tetapi malu." Aisyah berkata: "Jangan malu bercumbu dengan istri atau menyentuh istri,
bertanya kepadaku tentang sesuatu yang asalkan dilakukan sesuai syara', dengan
biasa kau tanyakan kepada ibu yang mela- cara yang sopan, dan dengan tujuan untuk
hirkanmu, karena aku adalah ibumu." Lalu kemaslahatan kaum mukminin dan
dia bertanya tentang hukum wajib mandi mukminat dalam urusan agama dan dunia
jinabat, dan Aisyah menjelaskan bahwa mereka. 41
Rasulullah pernah bersabda: "Apabila laki- Sejalan dengan pandangan di atas,
laki (swami) berada di antara empat anggo- Murata,42 menyatakan bahwa banyak ayat
ta tubuh istrinya (antara kedua tangan dan Alquran dan Hadis Nabi—belum lagi sunnah
kedua kakinya), dan zakar laki-laki masuk atau perbuatan Nabi—yang menjadi dasar
ke dalam vagina, maka wajiblah mandi. 40 penilaian Islam yang secara umum positif
Rasa malu berkembang di kalangan mengenai hubungan seksual. Pada satu ting-
Muslim, mungkin karena ada Hadis riwayat kat, Islam memandang hubungan seksual
Bukhari dan Muslim yang berbunyi: Inna al- sebagai bagian yang alamiah dan normal dari
haya‟a min al-iman, yang artinya bahwa malu ciptaan Tuhan. Dalam hubungan ini, pendekat-
adalah bagian dari iman. Maka, rasa “malu” an Islam mengikuti garis-garis pedoman yang
semakin membuat persoalan sekitar seksua- terkenal, yang tidak membawa kepada rasa

39 41
Adhim, Mencapai Pernikahan Barokah, 10. Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, 6, 66-67.
40 42
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, 6 Sachiko Murata, The Tao of Islam (Bandung:
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998),60. Mizan, 1996), 231.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 57
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

keterampasan dan frustrasi seksual, ataupun dengan perubahan waktu, tempat, kondisi,
penindasan dan pelarangan dorongan seks. niat dan tradisi”.46
Islam bertujuan untuk mengatur seksualitas Secara historis, terbentuknya wacana fikih
manusia dalam suatu cara yang paling alami, bukan hanya sebagai upaya untuk mengim-
dan Islam tidak mengajarkan penindasan plementasikan pesan-pesan teks Alqurandan
asketik terhadap nafsu seks ataupun nafsu hadis dalam sebuah rumusan hukum yang
alamiah yang lain. bersifat praktis-realistis saja. Didalamnya
Sama halnya dengan Mutahhari menya- terdapat unsur subjektifitas dan ideologi yang
takan bahwa nafsu seksual tidak saja sesuai mencampurinya, disadari maupun tidak.
dengan intelektualitas dan spiritualitas manu- Meskipun berawal dari sebuah panggilan
sia, tetapi juga sebagai bagian dari watak dan keagamaan, tidak berarti fikih steril dari
temperamen para nabi. Karena menurut Hadis, pengaruh (intervensi) nilai-nilai tertentu, baik
cinta dan kasih sayang terhadap perempuan idiologi, politik, ras, maupun budaya secara
adalah karakteristik dari perilaku moral para keseluruhan. Syafiq Hasyim mencontohkan
nabi (min akhlaqi al-anbiya‟i hubb an- Al-Mawardi ketika mengkonstruksikan fikih
nisai').43 politiknya (fiqh al-siyasah) dalam bukunya Al-
Ahkam Al-Sulthaniyah, akan berbeda dengan
3. Seksualitas dalam Fikih Islam rumusan fikih politiknya Ibn Taimiyyah yang
Fikih dalam makna generiknya adalah menganut garis keras mazhab Hanbali, meski-
pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu. pun motivasi utama mereka sama yaitu
Sebagai disiplin ilmu, fikih dipahami sebagai mengaktualisasikan nilai-nilai siyasah Islami-
suatu pengetahuan hukum Islam yang diru- yah dalam bentuk yang realistis dan empiris. 47
muskan para ahli hukum Islam (mujtahid) Perbedaan dalam mengkonstruk wacana
melalui proses penalaran terhadap ayat-ayat fikih didasarkan pada paradigma fikih yang
Alqurandan teks hadis yang berhubungan berbeda. Paradigma adalah teori-teori, meto-
dengan perbuatan manusia yang berakal dan de-metode, fakta-fakta, eksperimen-eksperi-
dewasa. 44 Sedangkan dalam terminologi ushu- men yang telah disepakati bersama dan menja-
liyyun (para pakar usul fikih), fikih didefini- di pegangan bagi aktivitas ilmiah para ilmu-
sikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum wan. 48 Bidang fikih mengalami persaingan
shara’ yang bersifat praktis yang digali dari paradigma (paradigm war) yakni pertama
dalil-dalil yang terperinci. 45 dijumpai paradigma rasionalistik Hanafi yang
Hukum fikih dirumuskan biasanya sebagai kemudian ditolak oleh paradigma tekstualistik
jawaban dari berbagai persoalan atau kasus Maliki. Kemudian paradigma tekstualistik
hukum yang berkembang di dalam masyarakat Maliki ditolak oleh sintesis teks dan rasio
dan dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena Syafi’i. Paradigma sintesis teks dan rasio
itu berbeda dengan teks Alquran dan hadis Syafi’i ditolak oleh paradigma tekstualistik
yang tidak bisa diubah, fikih malah bersifat Ibn Hazm azh-Zahiri. 49
dinamis dan fleksibel bisa berubah sesuai Dalam soal seksualitas perempuan, mazhab
dengan perubahan kondisi, keadaaan, tempat Hanafi yang memiliki paradigma rasionalistik
dan waktu. Dalam suatu kaidah fikih disebut-
kan “perubahan fatwa hukum disesuaikan 46
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, I‟lam Muwaqi‟in „an
Rabb al-Alamin, 3 (t.k.: t.p., t.t.),3.
47
Syafiq Hasyim, Hal-Hal Yang Tak Terpikirkan
Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam
(Bandung: Mizan, 2001).
48
Lihat Thomas S Kuhn, The Structure of Scientific
43
Murteza Mutahhari, Etika Seksual dalam Islam Revolution (Herndon: The University of Chicago Press,
(Bandung: Pustaka, 1984), 8. 1970), 11, 65.
44 49
Muhammad dkk., Fiqih Seksualitas,27. Sadari, “KDRT dalam Perspektif Fiqih,” dalam
45
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh (Mesir: Ragam Kajian Kekerasan Dalam Rumah Tangga, ed.
Dar al-Fikr, t.t.), 56. Afwah Mumtazah (Cirebon: ISIF, 2012), 156.

58 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

memiliki pandangan lebih maju. Menurut peran jenis kelamin. Hal mendasar dalam
mereka, perempuan berhak menuntut konsep Alqurantentang seks/seksualitas ialah
hubungan intim kepada suaminya dan apabila tidak membuat klaim yang merendahkan
istri menghendaki, suami wajib mengabul- perempuan dan seks, bahkan menentang tra-
kannya. Mazhab Maliki juga menyetujui disi misoginis. Inti pandangan Alquran tentang
pendapat ini. Menurut mereka, suami wajib seksualitas bahwa laki-laki dan perempuan
mengabulkan tuntutan seksualitas istrinya memiliki karakteristik yang sama/serupa,
selama tidak ada halangan. Hubungan seksual termasuk karakteristik seksual misalnya terkait
harus dilakukan secara sehat. Ini berarti relasi moralitas seksual atau kesucian. Sementara
seksual, dan kesediaan kedua pihak untuk itu, inti dari hadis yang membahas seksualitas
saling menerima dan memberi hendaknya ialah hadis Rasul tentang kisah pernikahannya
dilakukan secara tulus dan bukan paksaan. 50 dengan Khadijah yang menunjukkan fenome-
Relasi seksual suami-istri untuk saling na seksualitas perempuan yang aktif. Sumber
menerima dan memberi ini diantaranya bisa hukum Islam ketiga yaitu fikih membahas
terlihat dalam praktik pencegahan kehamilan seksualitas perempuan dengan pandangan
dengan menggunakan metode senggama lebih maju. Madhab Hanafi mengatakan
terputus (coitus interuptus/‟azl). Untuk bahwa, perempuan berhak menuntut hubungan
melakukan metode ini mazhab fiqih Maliki, intim kepada suaminya dan apabila istri
mazhab Hambali dan mazhab Hanafi menghendaki, suami wajib mengabulkannya.
menjelaskan bahwa senggama terputus boleh Mazhab Maliki juga menyetujui pendapat ini.
dilakukan asal istri mengizinkannya. Hal ini Kedudukan perempuan dalam pernikahan
dilakukan sebagai pemenuhan hak istri untuk merupakan hubungan setara, saling meleng-
merasakan kenikmatan seksual /orgasme yang kapi dan saling membutuhkan sebagai patner.
biasanya tidak terjadi bila menggunakan Pandangan tentang seksualitas dalam Islam
metode tersebut sehingga suami wajib memin- yang dijelaskan dalam ayat Alquran, hadis dan
ta izin dalam praktiknya. 51 Bahkan dalam fikih begitu humanis dan sangat sejuk karena
mazhab Maliki bila melakukan senggama penuh empati kemanusiaan. Namun hal terse-
terputus tanpa izin istri, maka suami wajib but tidak banyak disosialisasikan di kalangan
memberikan ganti rugi berupa uang. masyarakat Islam. Sebaliknya, pandangan
Jumlahnya lumayan besar yaitu membayar 10 yang banyak dijumpai atau pandangan domi-
dinar setiap kali senggama terputus dilakukan nan sangat bias nilai-nilai patriarki. Artinya
tanpa persetujuan istri. 52 Bila diukur dengan hanya para suami yang mempunyai hak
rupiah, 1 dinar seharga Rp. 1,933,450 maka 10 menikmati kepuasan seksual, sedangkan para
dinar berarti Rp. 19,334,500. Hal ini menun- istri hanya punya kewajiban memuaskan atau
jukkan betapa hak menikmati seksual bagi istri menuruti keinginan suami. Dari titik inilah
begitu diperhatikan. salah satu pemicu timpangnya relasi suami-
istri terjadi dan tidak menutup kemungkinan
C. SIMPULAN memunculkan tindakan kekerasan terhadap
Seksualitas dalam Islam dibentuk oleh nilai Istri.
budaya dan agama. Nilai-nilai agama dalam
Alquran, hadis dan fikih mewarnai pemben- DAFTAR PUSTAKA
tukan pandangan tentang apa yang boleh Abdul Kodir, Faqihuddin. Manbaussa‟adah.
dilakukan atau tidak, berbagai keharusan, dan Cirebon: Fahmina Institut, 2011.
sikap yang dikembangkan sehubungan dengan Abdusshomad, Mahyudidn. “Perkosaan
Dalam Rumah Tangga.” Jakarta: Rahima,
50
Musdah Mulia, Muslimah Reformis (Bandung:
2012.
Mizan, 2005), 249. Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan
51
B.F. Musallam, Seks dan Masyarakat dalam Islam Wanita, 6. Jakarta: Gema Insani Press,
(Bandung: Pustaka, 1985), 37.
52
1998.
Musallam, Seks dan Masyarakat dalam Islam, 37.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60 59
Neng Hannah Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengim-
bangi Wacana Patriarki

Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Al-Fiqh. Kuhn, Thomas S. The Structure of Scientific
Mesir: Dar al-Fikr, n.d. Revolution. Herndon: The University of
Adhim, Muhammad fauzil. Mencapai Chicago Press, 1970.
Pernikahan Barokah. Yogyakarta: Mitra Lebacqz, Karena. Sexuality: A Reader. Edited
Pustaka, 1999. by Karena Lebacqz. Claveland, Ohio: The
Al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Pilgrim Press, 1999.
Jami‟ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur‟an, III. Mas’udi, Masdar F. Islam Dan Hak-Hak
t.p., n.d. Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqh
Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islam Wa Pemberdayaan. Bandung: Mizan, 1997.
Adillatuhu, VII. Damaskus: Dar al-Fikr, Mernissi, Fatima. Beyond The Veil: Seks Dan
1989. Kekuasaan Dinamika Pria Wanita Dalam
Aziz, M. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Masyarakat Muslim Modern. Surabaya: Al-
Media Group, 2004. Fikr, 1997.
Barkat, Halim. Dunia Arab. Translated by Muhammad, Husein. “Íslam, Seksualitas Dan
Irfan M Zakki. Bandung: Nusa Media, Budaya.” Swara Rahima 20, no. XII
2012. (2012).
Barlas, Asma. Cara Qur‟an Membebaskan Muhammad, Husein, and Dkk. Fiqih
Perempuan. Jakarta: Serambi, 2003. Seksualitas. Jakarta: PKBI, 2011.
Dermawan, Andi. “Marital Rape Dalam Mulia, Musdah. Muslimah Reformis.
Perspektif Hukum Al-Qur’an.” In Tela‟ah Bandung: Mizan, 2005.
Ulang Wacana Seksualitas, edited by Murata, Sachiko. The Tao of Islam. Bandung:
Mochammad Sodik, I. Yogyakarta: PSW Mizan, 1996.
IAIN Sunan Kalijaga, Depag RI dan Musallam, B.F. Seks Dan Masyarakat Dalam
McGill-IISEP-CIDA, 2004. Islam. Bandung: Pustaka, 1985.
Dwiyanto, Agus, and Muhadjir, eds. Mutahhari, Murteza. Etika Seksual Dalam
Seksualitas, Kesehatan Reproduksi Dan Islam. Bandung: Pustaka, 1984.
Ketimpangan Jender. Jakarta: Pustaka Qibtiyah, Alimatul. “Intervensi Malaikat
Sinar Harapan, 1996. Dalam Hubungan Seksual.” In Perempuan
Engineer, Ashgar Ali. Hak-Hak Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis
Dalam Islam. Translated by Farid Wajidi “Misoginis,” edited by Hamim Ilyas.
dan Cici Farkha Assegaf. Yogyakarta: Yogyakarta: eLSAQ Press, 2003.
Yayasan Bentang Budaya, 1994. Sadari. “KDRT Dalam Perspektif Fiqih.” In
Hamka. Tafsir Al-Azhar, II. Jakarta: Pustaka Ragam Kajian Kekerasan Dalam Rumah
Panjimas, 1983. Tangga, edited by Afwah Mumtazah.
Hasyim, Syafiq. Bebas Dari Patriarkhisme Cirebon: ISIF, 2012.
Islam. Jakarta: Kata Kita, 2010. Truongh, Thanh-Dam. Seks, Uang Dan
———. Hal-Hal Yang Tak Terpikirkan Kekuasaan: Pariwisata Dan Pelacuran Di
Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1992.
Islam. Bandung: Mizan, 2001. Wahid, Marzuki. “Mendaulatkan Seksualitas
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah. I‟lam Muwaqi‟in Perempuan.” Swara Rahima 5, no. II
„an Rabb Al-Alamin, 3. t.k.: t.p., n.d. (2009).
Jackson, Stevi, and Sue Scott. Feminism And
Sexuality : A Reader. New York: Colombia
University Press, 1993.

60 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 45-60

Anda mungkin juga menyukai