Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK FASILITASI DALAM PROGRAM SPAB

Memfasilitasi berasal dari kata bahasa Inggris “Facilitation” yang akar katanya berasal dari
bahasa Latin “facilis” yang mempunyai arti “membuat sesuatu menjadi mudah”.. Secara umum
pengertian “facilitation” (fasilitasi) dapat diartikan sebagai suatu proses “mempermudah” sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.

A. TUGAS DAN PERAN FASILITATOR


Kegiatan pengembangan SPAB berbasis Qabilah HW ini bertujuan agar anggota didik HW di
semua golongan memahami mekanisme pembentukan dan pengembangan SPAB.Diharapkan
anggota didik dapat berperan langsung dalam implementasi SPAB di Qabilah (Tim Siaga bagi
anggota didik golongan pengenal dan penghela).Selain itu Qabilah menjadi penggerak utama
dalam mengimplementasikan SPAB di sekolah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan pengelolaan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bagi para pelatih yang akan
mendampingi Qabilah meraih tujuan tersebut. Pelatih ini akan mendapatkan pelatihan SPAB
dan modul kesiapsiagaan bencana. Pelatih juga diberikan pengetahuan tentang teknik
memfasilitasi anggota didik HW dalam memahami dan mempraktekkan SPAB di sekolah
masing-masing. Pelatih juga diberikan pengetahuan dan pemahaman menjadi fasilitator yang
baik.
Siapakah fasilitator ?
Seseorang atau sekelompok orang yang menempatkan diri sebagai pemerlancar atau bertugas
mempermudah proses memelajari-memahami persoalan dan kemudian memutuskan tindakan.
Sehingga fasilitator harus secara sadar dan bertanggungjawab bahwa dirinya mendapatkan
mandat permintaan atau persetujuan pihak lain.
Mengapa butuh fasilitator?
Pengembangan SPAB berbasis Qabilah HW ini membutuhkan fasilitator dapat diberikan
penjelasan sebagai berikut :
1. Pengembangan SPAB membutuhkan diskusi dari beragam sudut pandang dengan berbagai
pihak (stakeholder) sekolah apalagi konsep SPAB ini merupakan hal yang baru di HW.
2. Keberadaan fasilitator berperan sebagai pengelola kelancaran membangun ide dan
gagasan dari civitas sekolah termasuk anggota didik HW.
3. Fasilitator mempunyai tugas memastikan semua pihak aktif (stakeholder) sekolah
menyampaikan pendapat, dihargai, arah diskusi tidak melenceng dari persoalan, hasil
diskusi menjadi kesimpulan bersama.
B. ATURAN MAIN FASILITATOR
1. Kerja Dalam Tim. Mustahil seorang Fasilitator berhasil tanpa bantuan orang lain. Untuk itu
Fasilitator harus bekerja bersama panitia atau dengan Fasilitator lain dalam sebuah tim
dengan pembagian tugas jelas.
FASILITATOR
2. Tidak Menjatuhkan Martabat Peserta. Fasilitator harus bisa menjaga martabat atau
kehormatan peserta. Menyalahkan pendapat, menghina keadaan fisik, menyindir, membuat
lelucon jorok, melontarkan kalimat berbau SARA semuanya itu bisa menjatuhkan martabat
peserta.
3. Membantu Sesama Fasilitator. Meski sudah ada pembagian tugas dalam tim fasiilitator
bukan berarti kita boleh membiarkan Fasilitator lain berada dalam kesulitan. Jadi pada saat
rekan Fasilitator sedang tampil, kita harus selalu memperhatikannya. Jika tiba-tiba dia
gelagapan karena grogi dan lupa kita bisa membantunya dengan berbagai cara.
4. Hadir Secara Utuh. Menjadi Fasilitator harus siap mental dan fisik. Peserta menuntut
penampilan terbaik Fasilitator dan tidak akan memaklumi Fasilitator sedang lelah, sakit atau
mengalami kekacauan pikiran dan perasaan. Begitu tampil, Fasilitator harus focus pada
tanggungjawabnya. Rasa sakit, lelah, mengantuk harus ditahan. Hal-hal mengganggu
pikiran dan perasaan harus disingkirkan.
5. Bersikap Adil. Setiap peserta berhak mendapat perhatian sama dari Fasilitator. Caranya,
Fasilitator harus mendengarkan dengan seksama dan menghargai setiap pendapat peserta.
6. Tidak Menyalahkan Pendapat. Fasilitator tidak berhak menilai atau menentukan salah benar
suatu pendapat. Biarlah peserta lain menilai pendapat itu. Menyalahkan pendapat peserta
sama saja menjatuhkan martabatnya di depan umum. Memberi komentar yang membuat
peserta merasa dikecilkan.
7. Tidak Merasa Lebih Pintar. Di atas langit masih ada langit. Jadi berhati-hatilah menghadapi
peserta karena sangat mungkin ada seseorang dari mereka jauh lebih memahami masalah
atau bahkan lebih terampil menjadi Fasilitator. Sikap merendah itu lebih mudah diterima
semua pihak dibanding sombong.
8. Berbicara Jelas dan Gunakan Kalimat Tegas. Jangan berbicara terlalu cepat, gunakan
Bahasa sederhana, intonasi biasa saja dan atur suara agar dapat didengar semua peserta.
Juga harus menggunakan kalimat mengandung pengertian tegas. Contoh kalimat tidak
tegas; "banjir itu harus di-ini-kan." Apa maksudnya di-ini-kan?
9. Kenali Karakter Peserta. Datang lebih awal, berkenalan dan mengobrol dengan peserta
dapat membantu mengenali karakter mereka. Kalau waktu sempit, tanyakan pada panitia,
siapa saja pesertanya dan bagaimana latar belakang mereka.
10. Sikap Tubuh. Badan harus selalu menghadap ke peserta. Jangan pernah membelakangi
peserta walau pun harus menulis di papan atau menyimak bahan tayang di layar.
Membelakangi peserta sama saja tidak menghargai keberadaan mereka. Arahkan
pandangan mata ke arah peserta secara bergantian. Jadikan mata sebagai radar pemantau
peserta. Mengarahkan pandangan mata secara merata ke seluruh peserta akan membuat
mereka merasa dihargai. Jangan pernah sekali pun berbicara dengan membuang
pandangan mata ke langit - langit, lantai, atau jendela. Itu sikap orang tidak percaya diri atau
sedang berbohong.
C. ATURAN MENGELOLA DISKUSI
Fasilitator lebih banyak mengajak diskusi peserta. Berikut ini beberapa aturan mengelola
diskusi sebagai berikut :
1. Bentuk kelompok diskusi.
2. Berikan instruksi topik diskusi secara tertulis.
3. Pastikan semua peserta terlibat diskusi di kelompoknya masing-masing.
4. Amati proses diskusi di tiap kelompok dan pastikan arah diskusi mereka tidak melenceng.
5. Minta setiap kelompok menempelkan hasil diskusi di dinding/ papan.
6. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
7. Berikan penghargaan secara lisan setiap akhir presentasi kelompok.
8. Lakukan pembahasan hasil diskusi setiap kelompok dan berikan masukan perbaikan lalu-
mintalah kelompok untuk memperbaiki hasil diskusi saat itu juga.
D. TEKNIK MEMBUAT PERTANYAAN
1. Pertanyaan terbuka.
Pertanyaan dengan hasil jawaban terbuka, dan tidak mengharapkan jawaban ‘ya’ atau
‘tidak’. Contoh: "Kenapa Ramanda/ Ibunda belum makan?"
2. Pertanyaan tertutup.
Pertanyaan dengan hasil jawaban sudah jelas.
Contoh: "Kita harus sedia payung sebelum.....?"
3. Pertanyaan pengingat.
Pertanyaan dengan hasil jawaban berupa gambaran peristiwa masa sebelumnya.
Contoh : "Bagaimana kejadian banjir tahun lalu?
Bagaimana cara masyarakat menyelamatkan diri pada saat banjir tahun lalu?"
4. Pertanyaan analitis.
Pertanyaan dengan hasil jawaban berupa analisis sebab akibat suatu peristiwa.
Contoh: "Apa dampaknya jika banjir lebih besar dari tahun lalu?"
5. Pertanyaan proyektif.
Pertanyaan dengan hasil jawaban berupa perkiraan kejadian di masa mendatang.
Contoh: "Banjir tahun depan seberapa besar dan kapan bisa terjadi?"
6. Pertanyaan terlarang. Pertanyaan tidak boleh digunakan oleh Fasilitator.
Contoh: "Kalau banjir Ramanda/ Ibunda harus mengungsi, ya atau ya?"
Topik Program dan Latihan
Mengenal ancaman bencana di Indonesia
Persiapan Pelatih mempersiapkan :
- Naskah Bahan Bacaan
- Lembar Penugasan
- Panduan Diskusi
- Lembar Bantuan Belajar
Waktu 90 Menit
Alat dan - Kertas
Bahan - Plano
- Spidol
- Papan Gantung, dll
Media - Skenario Permainan
- Panduan Diskusi
- Poster dan Gambar
- Lembar Penugasan
- Peta Indonesia dalam bentuk gambar visual atau puzzle.
- Miniatur Gunung Api.
- Visual tentang terjadinya gempa bumi.
- Gerak dan lagu tentang bumi bentuknya bulat.
- Bola Dunia (Globe)
Metode - KIM
- Permainan
- Diskusi
- Origami
- Puzzle
- Gerak dan lagu
- Simulasi
Penugasan - Menyebutkan peristiwa bencana yang pernah terjadi di Indonesia.
- Membuat gerak dan lagu terkait dengan Pendidikan bencana untukHW
Evaluasi Sebutkan bencana apa saja yang terjadi di wilayah sekitar dan dampaknya
serta apa yang harus dilakukan
KECAKAPAN KEBENCANAAN
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

A. PENYUSUNAN PROGAM LATIHAN


Penyusunan Program dan Latihan adalah rencana kegiatan yang disusun oleh
Pelatih untuk menjalankan latihan Kepanduan Hizbul Wathan bagi anggota didik selama
satu tahun periode pengajaran yang dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan tata
urutan topik, cakupan materi dan pemenuhan capaiannya. Program dan latihan yang telah
dibuat harus melalui proses persetujuan dari Pemimpin Qabilah dan sepengetahuan Unsur
Pemimpin Qabilah sebagai dukungan pelaksanaan latihan.
Materi kebencanaan bagi anggota didik berupa penjelasan atau keterangan pendek
dan bergambar yang berwarna-warni yang menarik. Penerapan materi pendidikan
kebencanaan agar mudah diserap dan dipahami anggota didik Athfal.
Lebih diutamakan pemahaman melalui cerita (storytelling) kejadian bencana dan
dampaknya, contoh kegiatan-kegiatan Hizbul Wathan yang dapat diterapkan dalam
kebencanaan seperti menolong orang yang terluka ringan dengan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK), dan manfaat memiliki pengetahuan kebencanaan untuk
diceritakan di lingkungannya.
Permainan, bernyanyi dan bermain peran wajib diterapkan dalam latihan Hizbul
Wathan, sebagai metode yang memudahkan anggota didik dalam menginternalisasikan
substansi materi-materi kebencanaan. Contoh Program Latihan untuk Pandu Hizbul Wathan
Golongan Athfal, Pengenal dan Penghela bisa dikembangkan menyesuaikan di satuan
pendidikan masing-masing.

B. TIGA LINGKUNGAN PENDIDIKAN


1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Masyarakat

C. Makna Kepanduan adalah proses pembinaan dan pengembangan sepanjang hayat


yang berkesinambungan
1. Belajar Mengetahui ( Learning To Know)
2. Belajar Berbuat ( Learning To Do)
3. Belajar Hidup Bermasyarakat (Learning Together)
4. Belajar Menjadi Seseorang (Learning To Be)

D. Proses yang dilalui:


1. Belajar Sambil Bekerja (Learning By Doing)
2. Belajar Sambil Mengajar (Learning By Teaching)
3. Belajar Mencari Penghasilan (Learning To Live)
4. Penghasilan Untuk Hidup ( Living To Serve)
E. Dasar pertimbangan
1. Insan/ Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai persamaan dan perbedaan
2. Manusia memiliki beberapa potensi
F. Sifat-sifat khusus
Athfal (6-10 Tahun)
1. Jalan pikirannya masih terpusat pada rumpunnya.
2. Telah membawa pengetahuan dan pengalaman dari keluarga atau TK, dll.
3. Pemahaman yang bersifat abstrak masih sedikit.
4. Nilai kemasyarakatan kurang
5. Membentuk sikap hidup sehat pada dirinya sendiri
6. Bergaul dengan teman sebaya
7. Belajar keterampilan dasar membaca, menulis, berhitung,menggambar, bernyanyi.
8. Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai sosial
9. Memperoleh kebebasan pribadi
10. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan institusi

Pengenal (11-15 Tahun)


1. Tidak mau diperlakukan sebagai anak kecil
2. Nilai kemasyarakatan sudah dikenal
3. Pertumbuhan jasmani cepat, tidak merata
4. Timbul kecemasan
5. Berfikir kritis
6. Mudah terjadi identifikasi yang sangat emosional
7. Minat dan aktivitas meningkat
8. Dorongan kuat untuk ekspansi dan petualangan
9. Pengaruh kelompok sebaya sangat besar
10. Memerlukan kehangatan dan keserasian dalam keluarga
11. Memerlukan dukungan emosional orang tua bila mengalami kekecewaan dalam
bergaul
12. Menyenangi perilaku yang penuh kejutan, tantangan, dan mengganggu orang lain
13. Permainan kelompok, tim sangat menarik baginya.

Penghela (16-20 Tahun)


1. Berfikir kritis, logis, realistis
2. Ingin mendapat perhatian dan tanggapan orang lain
3. Perhatian terhadap masyarakat besar
4. Perasaan masih memegang peranan penting
5. Suka timbul pertentangan antara emosi dan akalnya, gelisah
6. Menerima keadaan fisik
7. Memperoleh kebebasan emosional
8. Mampu bergaul
9. Menemukan figur
10. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
11. Meninggalkan reaksi dan sifat kekanak-kanakan.

G. Usaha Memenuhi Kebutuhan Anggota didik


1. Sesuaikan dengan perkembangan kepribadiannya
2. Jaga jarak dengan setiap golongan
3. Berikan penghargaan atas setiap prestasi yang diperolehnya
4. Setiap tindakan harus mereka pahami
5. Jangan memanjakan atau mengecewakan
6. Utamakan keteladanan
7. Penyajian kegiatan sesuaikan dengan tuntutan kebutuhan mereka

H. Rencana Melatih
1. Langkah apa yang akan dilakukan dalam melatih/ membina?
2. Potensi dan Dukungan yang diperkirakan mempermudah melatih/ membina?
3. Perkiraan Hambatan yang akan dihadapi dari :
 Internal ?
 Eksternal ?
4. Kegiatan kongkrit yang akan dilaksanakan ?
5. Pemantauan atau monitoring serta evaluasi
PRESENTASI RENCANA MELATIH BERPEDOMAN
KURIKULUM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
TERKAIT SIAGA BENCANA
ATHFAL MELATI 1
7 Doa Sehari-hari
11 Simpul Mati, Jangkar, dan Pangkal
12 Membaca Jam
13 Arah Mata Angin
14 Disiplin Berlatih

ATHFAL MELATI 2
6 Kesehatan
7 Ketangkasan Badan
8 Kebersihan
9 Mata Angin
12 Simpul (mati, anyam, jangkar, pangkal)

ATHFAL MELATI 3
11 Mata Angin dan Kompas
12 Penyakit Menular
13 P3K
14 4 Sehat 5 Sempurna
15 Hasta Karya
16 Berkomunikasi
17 Berlatih Keseimbangan
18 Menyalakan Api

PENGENAL TINGKAT PURWA


14 Pemanfaatan Tongkat Tali dan Baju Pandu
15 Menggunakan Kompas
16 Semboyan dengan Peluit
17 Membaca Tanda Jejak
18 P3K

PENGENAL TINGKAT MADYA


8 P3K
a. Cara mengangkat orang sakit
b. Mengobati luka ringan
c. Cara menyadarkan orang pingsan
d. Mempergunakan perban panjang dan segitiga
9 Etika
10 Memasak
11 Instalasi Ringan (listrik)
12 Morse dan Semafor
13 Mendirikan Tenda
14 Langkah Pandu
15 Tali temali
16 Menggunakan Kompas untuk Pemetaan
17 Membuat Sketsa Panorama
18 Membuat Peta
19 Membaca Rasi Bintang

PENGENAL TINGKAT UTAMA


6 Memasak
7 Organ Tubuh Manusia
8 Menggunakan alat ukuran
9 Menaksir
10 Toga, Apotik Hidup
11 Tali temali
13 P3K
14 Peta Topografi
15 Peta Pita
16 Hasta Karya
17 Perencanaan
PENGHELA TARUNA MELATI SATU
9 Penyakit Masyarakat dan Cara Pencegahan
10 Kesehatan Perjalanan
11 Berkemah
12 Peta Topografi
13 Peta Countur
14 Alat Komunikasi Lapangan
15 Alat Komunikasi Elektronik
16 Tali Mountainering

PENGHELA TARUNA MELATI DUA


9 Evakuasi
10 Pemanfaatan Sumber Daya Alam
11 Berkemah

I. PENILAIAN AUTENTIK PEMBELAJARAN KEBENCANAAN


Pelatih diharapkan dapat merencanakan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil penilaian
pembelajaran kebencanaan.
Penilaian Autentik

Banyak cara yang perlu dilakukan untuk menjalankan penilaian pembelajaran. Cara
tersebut tergantung dari jenis dan bentuk penilaian yang akan dipakai. Ada penilaian yang
bersifat objektif maupun subjektif, penilaian di atas meja maupun penilaian langsung di
lokasi, dan penilaian tulis maupun tindakan.Dalam pembelajaran kebencanaan, diperlukan
penilaian langsung, kinerja, objektif, dan berbasis tindakan anggota didik.Penilaian tersebut
disebut penilaian autentik.
Penilaian pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan.
Selama ini pelaksanaan penilaian pembelajaran kurang mampu menggambarkan
kemampuan anggota didik yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang
sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian
cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan
tuntutan perolehan anggota didik. Diharapkan penilaian mampu mengatasi permasalahan
penilaian yang ada sehingga hasil belajar dapat dinilai sesuai dengan tujuan.
Penilaian autentik adalah proses mengukur kinerja tertentu dengan cara langsung
saat proses pembelajaran, sesuai dengan hasil yang diperoleh anggota didik, dan akurat.
Penilaian autentik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar.
Penilaian autentik merupakan salah satu pilar dalam proses pengumpulan dan
penggunaan informasi untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar anggota didik
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan
anggota didik. Penilaian autentik dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-
mengajar.
Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam
kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu
yang khusus. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper
and pencil test), penilaian hasil kerja melalui kumpulan hasil kerja (karya portofolio),
penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian, unjuk kerja (performance).
J. Cara Penilaian
Cara penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan anggota didik harus
dirancang dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Mengacu pada tujuan, artinya penilaian yang dilakukan harus mengarah ke menilai
kompetensi yang ditentukan dalam tujuan
2. Bersifat adil bagi anggota didik, tanpa membedakan latar belakang budaya, jenis
kelamin, dan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan penilaian.
3. Dapat memberi informasi yang lengkap sebagai umpan balik bagi pelatih guna perbaikan
program pembelajaran dan pemberian bantuan kepada anggota didik secara
perseorangan.
4. Bermanfaat bagi anggota didik untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya
5. Dilaksanakan tanpa menekan anggota didik atau dalam suasana yang menyenangkan.
6. Administrasi secara tepat dan efisien.
Pemilihan cara dan alat penilaian harus dilakukan dengan hati-hati, karena tidak
semuanya mampu mengumpulkan informasi yang tepat tentang hasil belajar anggota didik.
Pemilihan cara penilaian dapat mempengaruhi pemikiran anggota didik mengenai yang
bernilai. Sebagai contoh, keterampilan yang anggota didik peroleh sewaktu praktek
membuat petunjuk penyelamatan saat bencana, tetapi hasil belajar dinilai dengan tes
tertulis. Akibatnya, anggota didik bahkan Pelatih sendiri akan memusatkan perhatian dan
usahanya hanya pada hasil belajar yang dapat dinilai berdasarkan tes tertulis.
Contoh Penilaian
Berikut berbagai contoh penilaian yang dapat dipakai sebagai masukan sebagai alat
pengukur keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan buku anggota didik terkait
kebencanaan.Kemudian, untuk mengukur keberhasilan inti, Pelatih perlu menggunakan
SKT dan SKP dalam kepanduan.Tentunya, Pelatih hendaknya membuat penilaian yang
tepat.
1. Contoh penilaian kinerja
INSTRUMEN KINERJA ANGGOTA DIDIK
Nama : Udin
Golongan : Penghela
TanggalPenilaian : .... / .... / .....................
Tujuan : Mampu mempraktikkan pengidentifikasian potensi rawan bencana di
lingkungan dan melakukan evakuasi saat terjadi bencana.

No Pertanyaan/ Pernyataan Sangat Baik Cukup Kurang


Baik
1 Apa bencana yang kemungkinan
bisa terjadi di Qabilahmu?
2
3
2. Contoh penilaian produk
INSTRUMEN PENILAIAN PRODUK ANGGOTA DIDIK

Nama : Udin
Golongan : Penghela
Tanggal Penilaian : .... / .... / .......................
Tujuan : Mampu mempraktikkan pengidentifikasian potensi rawan
bencana di lingkungan dan melakukan evakuasi saat
terjadi bencana.

Penilaian : Membuat petunjuk dan himbauan penyelamatan


bencana di Qabilah dengan memasang rambu-rambu
petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul saat terjadi
bencana.

3. Contoh penilaian observasi


BLANGKO OBSERVASI DAN PENILAIAN UNTUK KINERJA

Nama : Udin
Golongan : Penghela
Tanggal Penilaian : ..../ ..../ ...........................
Tujuan : Mampu menjelaskan saat evakuasi kebencanaan di
depan teman lain dengan opini dan pernyataan yang
tepat.

Nilai
Aspek Rincian Kurang Cukup Baik Amat
Baik
D(10) C(15) B(20) A(25)
Bersifat kritis dan tidak keluar
dari topik bahasan lafal,
intonasi, dan ekspresi
Orisinal dan berpikir kreatif
(tidak meniru/ mengulang
tanggapan orang lain).
Didukung alasan, bukti serta
referensi/landasan teori
Isi Tanggapan memadai .

Didahului pengantar / latar


belakang/ mengidentifikasi
duduk persoalan
Ada pernyataan utama di awal
dan ditunjang gagasan
penjelas
Ada kesimpulan/ penegasan
Sistematika
dan saran di akhir
Tanggapan
Kalimat efektif dan Komunikatif
Diksi tepat, khusus, variatif,
Struktur kalimat tepat dan baku
Bahasa Menghargai pendapat orang
Tanggapan lain
Menghargai pendapat orang
lain
Kata-katanya santun dan tidak
emosional
Volume suara, artikulasi dan
Etika dan intonasi berbicara jelas dan
Teknik Tepat
Berbicara
Total

K. PENERAPAN SISTEM TANDA KECAKAPAN BERBASIS KEBENCANAAN


Tanda kecakapan adalah bagian dari proses membangun karakter anggota didik,
tanda penghargaan dan kebanggaan. Tanda kecakapan akan membuat si pemakainya lebih
bertanggung jawab atas konsekuensi dari tanda kecakapan yang dimiliki. Sistem tanda
kecakapan berbasis kebencanaan dilakukan dengan mengintegrasikan materi SKT, SKP
dan TKP terhadap keterampilan atau kompetensi kebencanaan yang disesuaikan dengan
golongan anggota didik, tingkatan SKT dan SKP."
Sistem tanda penghargaan merupakan salah satu metode kepanduan yang harus
kita terapkan dalam membina anggota didik.Tanda kecakapan ini menunjukkan bahwa
anggota didik yang kita latih telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu
atau telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dimana persyaratan sistem tanda
kecakapan tersebut mengacu kepada area pengembangan anggota didik yang terdiri dari:
1. Area pengembangan spiritual
Pengembangan yang berkaitan dengan pengetahuan yang mendalam tentang kekayaan
spiritual (agama dan kepercayaan) yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan dan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia
dengan dirinya sendiri.
2. Area pengembangan emosional Pengembangan yang berkaitan dengan perasaan dan
bagaimana cara mengelola dan mengungkapkan emosi.
3. Area pengembangan sosial
Pengembangan pribadi yang terkait dengan kepercayaan dan ketergantungan terhadap
orang lain serta membangun kemampuan bekerjasama dan memimpin.
4. Area pengembangan intelektual
Pengembangan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, berinovasi dan
menggunakan informasi dalam situasi yang berbeda.Kata intelektual juga sering
dianggap sebagai kecerdasan.
5. Area pengembangan fisik
Pengembangan yang berkaitan dengan tubuh dan organ badan manusia, mengenali
kebutuhannya, bagaimana pemeliharaannya agar menjadi sehat dan kuat.
Kelima area perkembangan tersebut akan terpenuhi salah satunya dengan metode
sistem tanda kecakapan. Tanda kecakapan menjadi bagian dari proses membangun
karakter anggota didik. Selain sebagai penghargaan dan kebanggaan, tanda kecakapan
akan membuat si pemakainya lebih bertanggung jawab atas konsekuensi dari tanda
kecakapan yang dimiliki. Sehingga proses ujian atau pemenuhan SKT, SKP ataupun
TKP harus benar-benar dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Mekanisme sistem tanda kecakapan yang demikian ini sangat relevan untuk
menumbuhkembangkan kesadaran anggota didik anggota Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan supaya terlibat secara aktif dalam setiap upaya-upaya penanggulangan
bencana di Qabilah/sekolah, rumah atau lingkungannya, inilah yang kemudian kita sebut
dengan sistem tanda kecakapan berbasis kebencanaan untuk melengkapi sistem lain
yang telah ada.
Sistem tanda kecakapan berbasis kebencanaan kita terapkan dengan mengaitkan
materi SKT, SKP dan TKP terhadap keterampilan atau kompetensi kebencanaan yang
disesuaikan dengan golongan anggota didik, tingkatan SKT dan SKP.
Berikut adalah contoh mengaitkan materi SKT, SKP dan TKP dengan Topik
Kebencanaan sesuai dengan golongan dan tingkatan SKT:

Contoh Integrasi Materi SKT, SKP dan TKP


Dengan topik kebencanaan
Golongan Tingkatan Topik Kebencanaan
Athfal Melati 1 Pengenalan macam bencana
Melati 2 Penanggulangan bencana
Melati 3 Peta risiko bencana lingkungan
sekolah
Pengenal Purwa Risiko bencana
Madya Pengurangan risiko bencana
Utama Rencana aksi
Penghela Taruna Melati 1 Pembentukan Tim Siaga Bencana
Taruna Melati 2 Simulasi bencana
Penuntun Menjadi pelatih pendamping

TANDA KECAKAPAN PANDU UNTUK ANGGOTA DIDIK


TERKAIT PELAKSANAAN SPAB DI QABILAH

ATHFAL PENGENAL PENGHELA


BUKU SAKU SIAGA BENCANA UNTUK ANGGOTA DIDIK
MONITORING dan EVALUASI
Pelaksanaan suatu kegiatan atau program tidak selalu berjalan sesuai dengan rancangan
tujuan yang disusun saat perencanaan.Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi secara bertahap untuk melihat dan mengontrol apakah kegiatan atau program yang
dilakukan masih berjalan sesuai koridor atau tidak. Monitoring dan evaluasi adalah sebuah proses
penilaian sering disingkat dengan Monev.
1. Evaluasi dalam suatu kegiatan merupakan perangkat yang akan memberi masukan, baik
berupa pendapat ataupun saran.
2. Evaluasi bukan untuk mencari kelemahan penyelenggaraan maupun pelaksanaan,
melainkan untuk memberikan masukan kepada kita agar kegiatan yang akan direncanakan
lebih cermat, dengan pertimbangan kemungkinan munculnya hal-hal yang mengganggu
kelancaran dan kesuksesan kegiatan.
3. Forum terbuka bagi penyelenggara, pelaksana dan peserta mungkin merasa
ketidaksempurnaan. Untuk menuntaskan hal-hal yang dirasakan masih kurang dalam suatu
kegiatan perlu diadakan keterbukaan pada diri masing-masing penyelenggara, pelaksana
dan peserta.
4. Maksud forum terbuka sebagai ajang silaturahmi dan sarana peserta yang merasa belum
tuntas penguasaan materi.
Proses terus-menerus mengumpulkan menganalisis, dan mendokumentasikan informasi
untuk melaporkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang telah disepakati.

EVALUASI :
Penilaian yang sistematis dan periodik untuk melihat relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan
keberlanjutan program pada populasi tertentu.
Monitoring Evaluasi
Menyediakan informasi yang digunakan oleh Berdasarkan data yang dihasilkan sistem
Pandu Hizbul Wathan untuk mengkaji monitoring untuk mengkaji dan
perkembangan dari pelaksanaan program SPAB mendokumentasikan perkembangan
dan membuat keputusan secara cepat. program SPAB.
Memperhatikan apakah aktivitas dilakukan, Mengkaji pencapaian-pencapaian yang
Output tercapai, dan apakah terjadi perubahan terduga/ diharapkan maupun yang tak
perilaku yang sudah diharapkan sebelumnya. terduga.
Membantu memastikan perkembangan/ Membantu menjelaskan kecenderungan
kemajuan di level Hasil/ Output dalam mencapai pengaruh program SPAB dalam pembinaan
Objective/ Tujuan sesuai kerangka waktu. Hizbul Wathan.
Merupakan aktivitas internal program SPAB. Seringkali dilakukan pihak eksternal dengan
melibatkan partisipasi aktif pengelola
program SPAB HW.
METODE MELAKUKAN MONITORING

Metode Kualitatif Metode Kuantitatif

 Observasi/  Pertanyaan
pengamatan Tertutup (close-
 Wawancara dengan ended )
peserta didik HW  Survey
 Pemetaan keterlibatan
aktor sekolah
 Diskusi Kelompok
Terfokus

Tabel Sistem Monitoring

Pengambilan Data Analisis Penggunaan


rencana sudah tercapai)
Elemen Kerangka Kerja

Data/Informasi
Indikator (Bagaimana
Anda tahu bahwa

Penanggungjawa

Komunikasi dan
b Pengumpulan
Pengumpulan

Jenis Analisa
Sumber Data

Pembanding

Untuk siapa
Oleh siapa
Kelompok

Pelaporan
Frekuensi
Metode

Data

Data

SASARAN :
1. Setelah mengadakan evaluasi kegiatan diharapkan :
 Hasil evaluasi dapat dipakai sebagai acuan kegiatan mendatang.
 Mampu memberi masukan berupa saran dan pendapat terhadap jalannya kegiatan.
2. Setelah mengadakan forum terbuka diharapkan :
 Menemukan jawaban yang dapat dipahami dan dapat diterima.
 Menjelaskan apa, mengapa, bagaimana, berkaitan dengan materi yang disampaikan
para pelatih/ instruktur.
 Menambah rasa percaya diri dan teguh hati serta tanggung jawab terhadap
kehidupan dan perkembangan pendidikan di persyarikatan Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai