Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“Negara Kekeluargaan”

Disusun Oleh :

Chendini Maharani (1902101010168)

Fakultas Kedokteran Hewan

Program Studi Pendidikan Kedokteran Hewan

Universitas Syiah Kuala

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT atas


limpahan nikmat dan rahmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingg mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan Dengan Judul “Negara Kekeluargaan”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
terdapat kesalahan & kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banda Aceh, 22 November 2019

Penulis

1 | PPKN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................4

A. Pengertian Negara Kekeluargaan.........................................................4


B. Penentuan Negara Kekeluargaan..........................................................8
C. Persoalan Negara Kekeluargaan...........................................................9
D. Hak dan Kewajiban Warga Negara......................................................14
E. Ketentuan Per UU mengenai WNI.......................................................17

BAB III : PENUTUP........................................................................................20

A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21

2 | PPKN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kekekeluargaan adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah bangsa


adalah suatu kesatuan organik. Integralisme mempertahankan diferensiasi sosial
dan hierarki dalam kerja sama antarkelas sosial sehingga memicu konflik antara
berbagai kelompok sosial dan ekonomi. Para integralis mendukung serikat
pekerja (atau sistem gilda), korporatisme, dan perwakilan politik organik alih-alih
perwakilan yang ideologis. Integralisme mengklaim bahwa lembaga politik terbaik
bagi setiap negara bergantung pada sejarah, budaya, dan iklim habitat negara tersebut.
Ideologi ini sering dikaitkan dengan konservatisme darah dan tanah air. Kaum
integralis yakin bahwa bangsa, negara, atau negara bangsa merupakan tujuan dan
tindakan moral, bukan cara mencapai tujuan

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Negara Kekeluargaan ?
2. Bagaimana Penentuan Negara Kekeluargaan ?
3. Apa saja Persoalan Negara Kekeluargaan ?
4. Apa Hak dan Kewajiban Warga Negara ?
5. Apa saja Ketentuan Per UU mengenai WNI ?
C. Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi


pemakalah sendiri dan umumnya bagi teman-teman semua untuk mengetahui
berbagai macam tentang negara kekeluargaan yang terjadi di Indonesia dan hal ahal
apa saja yang di atur dalam undang undang mengenai kewarganegaraan esorang dan
apa saja hak dan kewajiban seorang warga negara.

3 | PPKN
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian Negara Kekeluargaan

Negara Kekekeluargaan adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah bangsa


adalah suatu kesatuan organik. Integralisme mempertahankan diferensiasi sosial
dan hierarki dalam kerja sama antarkelas sosial sehingga memicu konflik antara
berbagai kelompok sosial dan ekonomi. Para integralis mendukung serikat
pekerja (atau sistem gilda), korporatisme, dan perwakilan politik organik alih-alih
perwakilan yang ideologis. Integralisme mengklaim bahwa lembaga politik terbaik
bagi setiap negara bergantung pada sejarah, budaya, dan iklim habitat negara tersebut.
Ideologi ini sering dikaitkan dengan konservatisme darah dan tanah air. Kaum
integralis yakin bahwa bangsa, negara, atau negara bangsa merupakan tujuan dan
tindakan moral, bukan cara mencapai tujuan1

Sama seperti keluarga dipimpin seorang bapak, "Dasar kekeluargaan


menghendaki sistem pemerintahan, yang menganggap Pemerintah pada umumnya
dan Kepala Negara pada khususnya sebagai Kepala Keluarga besar, yang terdiri atas
seluruh rakyat." Maka sistem parlementer harus ditolak karena "Pemerintah harus
diberi kepercayaan untuk memegang kekuasaan yang tetap, yang tidak digantungkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam negara kekeluargaan, rakyat dan pemimpin itu satu, dan kesatuan itu
dipahami dari perspektif kosmologi Jawa. Soepomo mengklaim "Semangat
kebatinan, struktur kerohanian dari bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita
penentuan hidup, persatuan kawulo dan gusti, yaitu persatuan antara dunia luar dan
dunia batin, antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpinnya.

1
 a b c Caldwell, Wilbur W. American Narcissism: the Myth of National Superiority. 2006, page 22-4
4 | PPKN
Istilah integralisme dicetuskan oleh wartawan Prancis, Charles Maurras. Konsep
nasionalismenya bersifat iliberal dan anti-internasionalis serta mengutamakan
kepentingan negara di atas individu dan umat manusia pada umumnya

Negara ini lahir tidaklah semudah membalikkan tangan. Negara ini lahir dengan
adanya rasa kecintaan tanah air yang tumbuh dari para Founding Father.
Sehingga pada saat pembentukan dasar Negara maka Soepomo berkesempatan untuk 
menyampaikan pemikiraanya dalam memberikan rumusan dasar Negara yang
sekarang ini disebut dengan pancasila. Pemikiran soepomo ini pun
membawa beberapa nilai yang disebut nilai negara kekeluargaan:

1. Teori individualistik yang menekankan bahwa Negara adalah masyarakat hukum


yang disusun atas kontrak anatar seluruh individu dalam masyarakat demi
menjamin hak-hak individu didalam masyarakat.
2. Teori pertentangan kelas atau teori golongan sebagaimana diajarkan oleh Karl
Marx, Engels dan Lenin. Dalam teori ini,negara merupakan alat dari suatu
golongan yang kuat untuk menindas golongan yang lemah.
3. Teori integralistik (Negara Kekeluargaan) berarti negara tidak untuk menjamin
kepentingan individu. Bukan pula untuk kepentingan golongan tertentu, tetapi
menjamin kepentingan masyarakat seluruhya sebagai satu kesatuan yang
integral.2

Pada saat itu terdapat lima hal yang dibawa oleh soepomo untuk menciptakan
suatu dasar Negara yang disebutnya dengan Negara Integralistik yang dinilai lebih
sesuai dengan semangat kekeluargaan. Sehingga melahirkan lima pokok pikiran yang
terdiri atas berikut :

2
http://syahrula58.blogspot.com/2011/10/konsep-negara-integralistik.html

5 | PPKN
1. Paham Negara Persatuan yang mana Negara Indonesia merupakan
Negaradengan banyak golongan maka diharpakan dengan totalitas
danintergralitas mampu menyatukan semua golongan yang ada.
2. Warga Negara hendaknya tunduk kepada Tuhan supaya ingat kepadaTuhan
sesuai dengan kepercayaan setiap golongannya.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Ekonomi Negara bersifat Kekeluargaan
5. Hubungan antar bangsa bersifat Asia Timur Raya.

Sebelumnya Soepomo menjabarkan adanya tiga permasalahan yang harus


diselesaikan sebelumnya. Yang mana harus adanya pemilihan akan persatuan negara,
negara serikat, persekutan Negara. Berkaitan dengan hubungan antara Negara dan
agama serta pemilihan bentuk  Negara yang tepat untuk  Indonesiarepublic atau
kerajaan. Untuk menemukan jawaban dari permasalahan diatas maka kembali pada
pandangan negara integralistik yang mana adanya persamaan antara para golongan
tanpa pembedaan suku, ras dan agama.

Hal ini yang mampu di tonjolkan dalam pemikiran Soepomo yaitu ada hak asasi
manusia tanpa adanya diskriminasi. Ini lah yang menjadi keunggulan dari konsep
Negara integralistik. Namun di balik segala kelebihan yang dimiki oleh konsep
Negara integralistik ini ada kekurangan yang mengikutinya karena ternyata pemikiran
atas konsep Negara integralistik ini mengacu pada suatu Negara yang berideologikan
fasisme. Sehingga menimbulkan ada pendapat bahwa apa yang dibawa oleh Soepomo
akan konsepsi Negara integralistik sesuai dengan nilai-nilai dasar serta masyarakat
Indonesia. Namun dikarenakan adanya implikasi atas ideology yang sebelumnya
merujuk fasisme maka akan melahirkan suatu kewenangan yang otoriter didalam
suatu pemerintahan.

6 | PPKN
Ini lah yang kemudian menjadi banyak perdebatan didalamnya baik perdebatan
antara Soepomo degan Soekarnmo, Moh.Yamin dan Hatta akan ideology yang
dibawa oleh Indonesia. 3 Hal ini membuat suatu pengaruh pada orde pemerintahan di
Indonesia sehingga membuat para akademisi mengungkapkan bahwa konsep negara
integralistik memang memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada negara,
khususnya kepala negara dalam kehidupan kenegaraan dan pemerintahan Indonesia.

Ternyata apa yang dibawa oleh Soepomo ini jauh menjadi lebih dominan dalam
pembahasan ideologi yang dibawakan oleh setiap tokoh yang akan menyampaikan
rumusan dasar Negara. Pemikiran Soepomo ini ternyata sejalan dengan apa yang
dibawakan oleh Soekarno pada saat itu yang ternyata mengacu pada nilai –nilai
gotong royong dan kekeluargaan. Dikarenkannya dominansi yang kuat atas ideology
yang dibawakan oleh Soepomo ini berimplikasi pada system pemerintahan
selanjutnya. Dalam melakukan penilaian terhadap konsepsi Negara integralis perlu
diperhatikan bahwa saat itu Soepomo memberikan masukan ini dikarenakan adanya
suatu kecintaan terhadap Negara agar tidak dijajah oleh Negara lain sesuai dengan
pemikiran Hegel dan Spinoza4.

3
http://rumahdiskusi.wordpress.com/2011/12/19/konsep-negarara-integralistik-mr-soepomo/

4
http://anomalisemesta.blogspot.com/2008/03/prof-dr-mr-soepomo.html
7 | PPKN
B. Penentuan Negara Kekeluargaan

Pandangan Negara Kekeluargaan Integralistik (NI) mula-mula muncul sebagai


suatu usulan staatsidee dikemukakan oleh Prof. Mr. Dr. Supomo di hadapan sidang
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 31 Mei 1945. Gagasan Supomo tersebut
diilhami oleh Adam Müller, Spinoza dan Hegel. Menurut Supomo, NI adalah paham
negara yang mengatasi semua golongan. Posisi individu dengan negara dalam Negara
Kekeluargaan Integralistik melebur atau menyatu ke dalam negara yang satu.
Kepentingan umum (negara) selalu berada di atas kepentingan individu. Selain
kepada tiga pemikir di atas, Supomo mengkalim bahwa padangannya tentang Negara
Kekeluargaan Integralistik ini sesuai dengan kebudayaan yang berada di daerah
timur, kebudayaan yang benar benar asli Indonesia yang ada di desa-desa dan seluruh
daerah di indonesia.

Tetapi sebagai sebuah gagasan, NI hanya muncul sekali, sesudah itu mati
setidaknya sejak 1945 sampai 1967 sebagaimana dicatat Marsillam. Musababnya,
Sukarno terlalu besar untuk “diajari” hal ihwal menyangkut dasar-dasar negara.
Gagasan-gagasan politik Sukarno terlanjur lebih anti-imprealisme, anti-liberalisme,
dan anti-individualisme serta lebih aktif dan maju. Lihat saja Pancasila, Gotong
Royong, Berdikari, atau Manipol-USDEK (Manfesto Politik, UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Nasional),
kesemuanya merupakan gagasan yang lebih hidup dibanding Negara Integralistik
yang terkesan pasif, tidak hidup, tidak berkembang, tidak akan berjalan dengan baik
dan tidak aktif.5

5
https://serbukindonesia.org/pub/pandangan-negara-integrali
8 | PPKN
Sebagaimana dikatakan Marsillam sendiri, gagasan Negara Integralistik baru
kembali dihidupkan setelah Sukarno lengser dan digantikan oleh rezim yang
menyebut dirinya Orde Baru. Jika pada rezim sebelumnya NI hanya muncul sekali
dan tak pernah berhasil setidaknya sekedar untuk diperdebatkan, di zaman Orde
BaruNI bahkan dioperasionalisasikan. Padangan NI oleh negara Orde Baru digunakan
sebagai pembenar atas praktek bernegara yang cenderung otoriter. Dalam kaitan
inilah hubungan negara Orde Baru dengan gagasan Negara Kekeluargaan Integralistik
kira-kira, Marsillam Simanjuntak, melalui bukunya berjudul Pandangan Negara
Integralistik.

C. Persoalan Negara Kekeluargaan

Konsep negara integralistik Soepomo dalam sidang BPUPKI tidak serta-merta


disambut positif oleh semua peserta. Dan bukan hanya para hadirin yang hadir pada
waktu itu, tetapi juga oleh para ahli dan akademisi yang hidup sesudahnya. Di bawah
ini penulis akan menguraikan sedikit seputar polemik dan perbedaan pendapat yang
terjadi.

1. Polemik dalam Sidang BPUPKI

Ketika hendak mengakhiri uraiannya tentang ketiga ide untuk dasar negara
Indonesia, Soepomo bertanya kepada para peserta sidang: “Sekarang tuan-tuan akan
Membangun Negara Indonesia atas aliran pikiran mana?”   6Tentu saja itu hanyalah
satu pertanyaan retoris semata, karena ia sudah menyiapkan jawaban dalam uraiannya
selanjutnya. Soepomo mencoba meyakinkan para hadirin bahwa negara yang
merupakan kesatuan masyarakat organis, yang tersusun secara integral, di mana
negara bertujuan menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai kesatuan,
adalah konsep yang hendaknya menjadi pilihan bersama.

6
Ibid., hal.33
9 | PPKN
Adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin yang menurut banyak ahli
menjadi penentang serius dari konsep negara yang diajukan oleh Soepomo ini.
Mereka berdua menuntut agar hak warga negara dijamin oleh Konstitusi. Hatta dan
Yamin mengungkapkan kekhawatirannya akan konsep Soepomo, karena menurut
mereka ide itu memberi celah bagi munculnya negara kekuasaan. Argumentasi Hatta
dan Yamin ini akhirnya melahirkan “kompromi” yang hasilnya bisa kita simak dari
pasal 28 UUD 1945. Isinya menjamin kemerdekaan warga negara untuk berserikat,
berkumpul dan menyatakan pendapat. Kendati kadarnya masih minimal, kompromi
itu menjadi pengakuan paling tua dari konstitusi Indonesia atas hak-hak warga
negara. 7

2. Polemik Akademis Sampai Akhir Kekuasaan Orde Baru

Konsep negara integralistik mendapat kritikan tajam dari beberapa pakar hukum
tata negara. Para pengkritik tersebut di antaranya adalah J. H. A. Logemann, Ismail
Suny, Yusril Ihza Mahendra dan Marsilam Simanjuntak. Kritik-kritik mereka
terutama berkisar pada pidato Soepomo di sidang BPUPKI. Para akademisi ini
mengungkapkan bahwa konsep negara integralistik memang memberikan kekuasaan
yang sangat besar kepada negara, khususnya kepala negara dalam kehidupan
kenegaraan dan pemerintahan Indonesia8.

7
Ibid., hal. 264-277, Bdk.,Taufik Rahzen, Integralisme Soepomo, dalam

8
Bdk.,Taufik Rahzen, Integralisme Soepomo, dalamhttp://jurnalrepublik.blogspot.com/2007/05/integralisme-soepomo.html

10 | PPKN
3. Pendapat J.H.A. Logemann

Logemann adalah pakar hukum pertama yang mengkritik pandangan integralistik


Soepomo. Logemann menyatakan bahwa konsep negara integralistik itu pada
hakekatnya tidak lain daripada konsep negara organic. Logemann meragukan
kemungkinan keberhasilan dari struktur desa yang agraris itu jika dipindahtangankan
(overgeplant) ke dalam struktur negara modern. Menurutnya, pidato Soepomo tidak
memperhatikan faktor perubahan sosial akibat perkembangan struktur ekonomi dari
agraris ke industri di negara-negara modern. Ia menganggap bahwa struktur desa
Indonesia akan tetap langgeng karena struktur itu merupakan struktur asli masyarakat
Indonesia. Menurut Logemann ini merupakan suatu pandangan yang utopis.

Kritik Logemann yang paling penting adalah ketika ia melihat bahwa dalam
pidato Soepomo tidak disinggung tentang kedaulatan rakyat. Logemann menyatakan
bahwa rupanya dalam konstruksi ini, kehendak rakyat tidak memerlukan jaminan
khusus maupun organ khusus. Dengan demikian, menurut Logemann sudah jelas
bahwa pemimpin negara yang bertugas memelihara keselarasan (de harmonie)
memperoleh kedudukan yang paling kuat. Dengan begitu maka sikap otorianisme dan
totalitarianisme akan berkembang.9

4. Pendapat Marsilam Simanjuntak

Kritik Marsillam Simanjuntak terhadap konsep Soepomo dimulai dengan


mengungkapkan kemungkinan alasan munculnya paham integralistik di masa Orde
Baru. Ia beranggapan bahwa paham integralistik di masa Orde Baru menjadi alat
legitimasi untuk menjelaskan sistem politik pemerintahnya yang tidak menganut
kebebasan. Itu dipakai pula untuk meredam tuntutan hak asasi manusia. Konsep ini
sekaligus memberi dasar dan peran pemerintah yang luas dalam rangka stabilisasi
politik pada periode setelah Soekarno.
9
David Bourchier, Pancasila Versi Orde Baru Dan Asal Muasal Negara Organis, Yogyakarta: Aditya Media, 2007, hal. 149.
11 | PPKN
Dengan meninjau pandangan Hegel dan membandingkannya dengan pidato
Soepomo, Marsilam sangat yakin akan adanya unsur Hegelian dalam pandangan
integralistik yang dikemukakan Soepomo. Walaupun yang dikatakan Soepomo tidak
banyak dan belum bisa diraba di mana terjalinnya prinsip-prinsip negara menurut
Hegel, namun ia sudah melihat semacam countour Hegelian yang mulai nampak
samar-samar. Ini tampak dalam sebagian implikasinya, seperti antara lain dari kata-
kata Soepomo, “persatuan masyarakat organis,” “penghidupan bangsa seluruhnya,”
“kepentingan seluruhnya, bukan kepentingan perseorangan.” Dengan kesimpulan
tersebut, Marsilam menguraikan unsur-unsur Hegel yang terdapat
dalam staatsidee Soepomo. Misalnya di bidang bentuk negara, Soepomo tidak
berkeberatan Negara Indonesia dipimpin oleh raja dengan hak turun-temurun
sekalipun. Di bidang kedaulatan rakyat Soepomo tidak menjelaskan letak kedaulatan
rakyat dalam konsep staatsidee-nya. Dan di bidang hak-hak warga negara Soepomo
juga secara tidak langsung “menentang” jaminan hak-hak dasar warga Negara dalam
UUD.

Marsilam Simanjuntak berkesimpulan bahwa konsep pandangan integralistik


Soepomo memang mengandung ajaran Hegel. Dalam perkembangannya, konsep
negara integralistik itu secara nyata tidak tahan uji terhadap asas-asas demokrasi,
terutama asas kedaulatan rakyat yang kemudian masuk ke dalam UUD 1945. Dalam
proses penyusunan UUD 1945, secara praktis usul Soepomo tersebut telah ditampik
dan boleh dikatakan gugur. 10

5. Pendapat Yusril Ihza Mahendra

10
Marsillam Simanjuntak, Pandangan Negara Integralistik. Sumber, Unsur, dan Riwatnya dalam Persiapan UUD 1945, 1994,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal. 93
12 | PPKN
Kritiknya diawali dengan mengetengahkan pendapat bahwa acuan yang lebih
tepat untuk memahami pemikiran Soepomo adalah pidatonya tanggal 16 Juli 1945,
bukan pidatonya tanggal 31 Mei 1945. Dalam pidato terakhirnya ini, Soepomo
menunjukkan suatu kompromi yang sangat longgar dengan cara menampung berbagai
pikiran yang dilontarkan oleh para tokoh dalam sidang-sidang BPUPKI sebelumnya.

Menurut Mahendra, uraian awal Soepomo dalam pidato tanggal 16 Juli 1945
memang masih mengandung jiwa pidatonya yang tertanggal 31 Mei 1945, walau ia
tidak lagi menggunakan istilah “integralistik.” Akan tetapi, dalam uraian-uraian
berikutnya, Soepomo sudah bersikap akomodatif dan kompromistis terhadap aspirasi
dan pendapat dari golongan lain. Menurut Mahendra, Soepomo telah bersifat
akomodatif dengan ide kedaulatan rakyat yang tidak disinggungnya dalam pidato
tanggal 31 Mei 1945. Soepomo mengatakan, “Oleh karena itu, sistem negara yang
nanti akan terbentuk dalam undang-undang dasar haruslah berdasarkan kedaulatan
rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.”

Selanjutnya dinyatakan oleh Mahendra bahwa Soepomo yang membayangkan


desa sebagai sesuatu yang ideal merupakan suatu reduksi yang abstrak. Idealisasi
desa itu cenderung mengabaikan aneka kelemahan yang mungkin dimiliki oleh
kepala desa. Ia juga mengabaikan faktor kekuasaan yang lebih tinggi, yang justru
cenderung eksploitatif terhadap desa melalui kepala desa. Selain itu, juga
mengabaikan kemungkinan timbulnya kekuatan-kekuatan oposisi terhadap kepala
desa yang juga mempunyai kepentingan-kepentingan pribadi tertentu

13 | PPKN
C.  Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita
terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak
boleh merampasnya entah secara paksa atau tidak. Dalam hal kewarganegaraan, hak
ini berarti warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan
keamanan, perlindungan hukum dan lain sebagainya.

Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak atau
wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena
sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib
melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan masing-masing supaya
mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.

Hak Warga Negara :


 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat
2).
 Hak untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3).
 Hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya (pasal
28A).
 Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).
 Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2). Pasal 28C
 Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya (pasal 28C
ayat 1).

14 | PPKN
 Hak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya (pasal 28C ayat
1).
 Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
(pasal 28C ayat 2).
 Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1).

 Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
 Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28D ayat 3).
 Hak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya (pasal 28E ayat 1).
 Hak memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali (pasal 28E ayat 1).
 Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya (pasal 28E ayat 2).
 Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28E
ayat 3).
 Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya (pasal 28F).
 Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia
(pasal 28F).
 Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya (pasal 28G ayat 1).
 Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi (pasal 28G ayat 1).
15 | PPKN
 Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal
28G ayat 2).
 Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat (pasal 28H ayat 1).
 Hak memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H ayat 1).
 Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan (pasal 28H ayat
2).
 Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat (pasal 28H ayat 3).
 Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapapun (pasal 28H ayat 4).11
 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun (pasal 28I ayat 1).
 Hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu (pasal 28I ayat 2).
 Hak untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2).
 Hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
 Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).

11
https://www.zonareferensi.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara/
16 | PPKN
Kewajiaban Warga Negara
 Wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan asas persamaan kedudukan
dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).
 Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3).
 Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
 Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain (pasal 28J ayat2).
 Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1).
 Wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (pasal 31
ayat 2).12

D. Ketentuan Per UU mengenai WNI

Pada awalnya UU Mengenai Warga Neagara Indoneia adalah :

1. UU Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958 tentang Pelaksanaan UU Nomor
62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan

Namun Pada tanggal 1 Agustus 2006, Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diundangkan dan
diberlakukan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958.
Idak banyak yang di ubah namun ada Hal-hal yang menonjol dari Undang-Undang di
atas yakni :

12
https://www.eduspensa.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara/
17 | PPKN
1. Sifat non-discriminatif yaitu status kewarganegaraan Indonesia seseorang
tidak lagi ditentukan berdasarkan ras, keturunan, suku bangsa, agama dsb, tetapi
ditentukan berdasarkan aturan hukum.
2. Memberi kewarganegaraan terbatas kepada:
o Anak WNI yang lahir dari suatu perkawinan campuran.
o Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
o Anak dari pasangan WNI yang lahir di negara yang menganut asas ius
soli.
o Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah dan diakui oleh
ayahnya yang WNA.
3. Memberi kesempatan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
kepada anak-anak yang lahir dari suatu perkawinan campuran yang lahir
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan RI yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin.
4. Persamaan di depan hukum bagi perempuan dan laki-laki untuk mengajukan
pewarganegaraan.
5. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan
yang sah tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau
suami. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia bagi seorang ayah atau ibu tidak
dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya.13

Berikut ini adalah kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya


yang terkait dengan Kewarganegaraan :

1. Undang-undang no 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia.
13
http://consular.indonesia-ottawa.org/indonesia-citizens/kewarganegaraan/undang-undang-peraturan-kewarganegaraan/
18 | PPKN
2. Peraturan Pemerintah no 2 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh,
Kehilangan, Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik
Indonesia
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.01-HL.03.01
tahun 2006 tentang tata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia berdasarkan pasal 41 dan memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal 42 undang-undang
nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.02-HL.05.06
tahun 2006 tentang tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi warga
negara Republik Indonesia
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.08-HL.04.01
tahun 2007 tentang tata cara pendaftaran, pencatatan, dan pemberian fasilitas
keimigrasian sebagai WNI yang berkewarganegaraan ganda.14

14
Peraturan Peraturan Hukum Tentang Kewarganegaraan
19 | PPKN
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Negara Kekekeluargaan adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah bangsa


adalah suatu kesatuan organik. Integralisme mempertahankan diferensiasi sosial
dan hierarki dalam kerja sama antarkelas sosial sehingga memicu konflik antara
berbagai kelompok sosial dan ekonomi. Para integralis mendukung serikat
pekerja (atau sistem gilda), korporatisme, dan perwakilan politik organik alih-alih
perwakilan yang ideologis. Integralisme mengklaim bahwa lembaga politik terbaik
bagi setiap negara bergantung pada sejarah, budaya, dan iklim habitat negara tersebut.
Ideologi ini sering dikaitkan dengan konservatisme darah dan tanah air. Kaum
integralis yakin bahwa bangsa, negara, atau negara bangsa merupakan tujuan dan
tindakan moral, bukan cara mencapai tujuan.

B. SARAN

Agar para pemimpin bangsa menjadikan perbandingan terhadap kekuasaan yang


terjadi saat ini agar setiap hal baik dari pemikirian para faundig father dapat
terlaksana dan menjadikan negara indonesia sebagai negara yang sesuai dengan yang
di cita citakan dan seseuai dengan ideology bangsa.

20 | PPKN
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Integralisme

https://www.academia.edu/3600553/Soepomo_dan_negara_integralistik

https://nasional.sindonews.com/read/1451139/12/prabowo-masuk-barisan-jokowi-
indonesia-jadi-model-negara-kekeluargaan-1571732400

http://jodisantoso.blogspot.com/2011/08/negara-kekeluargaan-soepomo-vs-hatta.html

https://www.zonareferensi.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara/

https://www.eduspensa.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara/

https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732

https://serbukindonesia.org/pub/pandangan-negara-integralistik/

https://indoprogress.com/2014/02/politik-kekeluargaan-dan-kekuasaan-yang-
berpusat-pada-tubuh/

http://consular.indonesia-ottawa.org/indonesia-citizens/kewarganegaraan/undang-
undang-peraturan-kewarganegaraan/

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_kewarganegaraan_2006.htm

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_kewarganegaraan_1958.htm

http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/05/perdebatan-paham-
integralistik.html

21 | PPKN

Anda mungkin juga menyukai