Isi Leininger
Isi Leininger
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
a. Mengetahui bibliografi dari Madeleine M. Leininger
b. Mengetahui Antecendent (sesuatu) yang mendahului pengetahuan dan keperawatan
dan Adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam pengembangan teori
Culture Care Diversity and Universality
c. Mengetahui penjelasan teori dan ruang lingkup teori Culture Care Diversity and
Universality
d. Mengetahui gambaran konsep dan proposisi dari teoriCulture Care Diversity and
Universality
e. Mengetahui Philosophical Claim yang menjadi dasar dari teori Culture Care
Diversity and Universality
f. Mengetahui Internal Consistency dari teori Culture Care Diversity and Universality
g. Mengetahui Parsimony atau kesederhanaan dari teori Culture Care Diversity and
Universality
h. Mengetahui Testability dari teori Culture Care Diversity and Universality
i. Mengetahui Emperical Adequacy dari teori Culture Care Diversity and Universality
j. Mengetahui Programatis dari teori Culture Care Diversity and Universality
k. Memahami analisa kasus dari teori Culture Care Diversity and Universality
Dan aplikasi pada praktek keperawatan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2
2.1 Bibliografi Madeline Leininger
3
perlindungan ayahnya,penelitianditerbitkan di OJCCNH padaApril 2011(Andrews, M.M,
2012).
Selama karir terhormat Dr. Leininger, dia telah menerima ratusan penghargaan,
termasuk American Academy of Penghargaan Legenda Hidup bergengsi Nursing. Dia sudah
lama menjalani kehidupan, karismatik, pemimpin yang berpengaruh dalam keperawatan dan
kesehatan secara global dan nasional. Dia tidak hanya belajar dan menulis tentang care &
caring, tapi dia mewujudkannya dalam kehidupannya. Pekerjaan yang dilakukannya akan
terus hidup dan berlanjut(Andrews, M.M, 2012).
4
perawatan, budaya dan kesehatan terhadap keperawatan yang berbasis dengan disiplin
ilmu transcultural nursing (McFarland & Wehbe-Alamah, 2016).
Setelah 6 dekade mempelajari dan meneliti the Theory of Cultural Care
Diversity and Universality menjadi sebuah grand teori keperawatan. Teori ini
direkomendasikan untuk digunakan dalam disiplin ilmu kesehatan lain yang
berhubungan dengan keperawatan untuk bisa mengaplikasikan transkultural care
tersebut terhadap orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
(McFarland & Wehbe-Alamah, 2016).
Keperawatan
Manusia
Perhatian lain dengan empat konsep metaparadigma adalah penggunaan kata manusia.
Leininger menyatakan bahwa “human caring” sebagai fenomena inti dan sebagai
esensi keperawatan.Lebih tepatnya lagi, Leininger menyatakan bahwa “care” sebagai
pusat esensi dari keperawatan, dominan fokus dan pemersatu dari
5
keperawatan.Leininger juga menyatakan “human care” kepedulian terhadap manusia
dan pusat kepedulian, jelas, fokus dominan ke penjelasan, penafsiran dan
memprediksi keperawatan sebagai disiplin ilmu dan profesi (Fawcett,
2005).Berdasarkan pengetahuan transkultural, manusia tidak boleh digunakan dan
mungkin bukan istilah sentral, bermakna atau dominan dalam beberapa
budaya.Sebaliknya, istilah linguistik manusia, keluarga, klien dan kelompok kolektif
sering digunakan secara transkultural karena istilah ini memiliki makna budaya dan
sering digunakan oleh masyarakat.Selain itu, dalam budaya non-Barat, penggunaan
kata orang atau individu mungkin budaya tabu dan tidak digunakan karena istilah-
istilah ini terlalu egosentris dan tidak sesuai dengan filosofi manusia.Praktik ini sangat
bertentangan dengan budaya Amerika, Kanada, Eropa dan Barat lainnya dimana
individu dan individu lainnya cenderung mendominasi pemikiran dan mode
komunikasi.MenurutLeininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiapsaat dimanapun ia berada (Leininger &
McFarland, 2006).
Lingkungan
Leiningier menilai fenomena lingkungan termasuk dalam teori seperti yang
digambarkan dalam Sunrise Enabler.Konsep lingkungan adalah dimensi yang
kompleks dan beragam dalam semua budaya.Ini bervariasi secara transkultur dan
membutuhkan pengetahuan geofisika dan sosial yang sangat luas.Lingkungan sebagai
konstruksi utama teori perawatan budaya harus diperiksa secara
sistematis.Lingkungan mengacu pada keseluruhan situasi geofisika atau pengaturan
budaya dan ekologi yang tinggal di lingkungan.Konteks lingkungan mencakup
beberapa faktor seperti dimensi fisik, ekologi, spiritual, sosiopolitik, kekerabatan, atau
teknologi yang mempengaruhi perawatan budaya, kesehatan dan
kesejahteraan.Konteks lingkungan memberi petunjuk tentang ekspresi perawatan,
makna, dan pola hidup untuk individu dan keluarga (Leininger & McFarland, 2006).
Kesehatan
Leiningier mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan kesejahteraan yang
didefinisikan secara budaya”. Leiningier juga menyatakan kesehatan adalah keadaan
mempertahankan individu atau kelompok untuk melakukan aktivitas sehari-hari
6
mereka dalam perawatan yang bermanfaat secara budaya dan pola hidup berbeda.
Maksudnya disini adalah semua budaya memiliki pola dan cara yang berbeda untuk
menjaga kesehatan. Konsep kesehatan penting dalam teori perawatan budaya namun
diprediksi sebagai hasil dari penggunaan dan pengenalan perawatan berbasis budaya,
bukan semata-mata pada prosedur dan perawatan biofisik atau medis. Leiningier
berpendapat bahwa pengetahuan dan tindakan perawatan serta kepedulian (caring)
dapat menjelaskan kesehatan atau kesejahteraan orang-orang dalam budaya yang
berbeda atau serupa. Teori memprediksikan bahwa seseorang dapat menjelaskan
kesehatan dalam konteks yang beragam dan juga menemukan persamaan atau
universalitas transkultur. Dengan demikian, teori perawatan budaya berbeda secara
signifikan dari teori keperawatan lainnya yang berfokus pada kesehatan atau beberapa
penyakit fisik tertentu atau kondisi untuk sampai pada kegiatan keperawatan. Bagi
Leiningier, keyakinan perawatan, nilai dan praktik merupakan alat untuk menjelaskan
kondisi kesehatan atau memprediksi penyakit. Studi keperawatan transkultural telah
menemukan bahwa istilah kesehatan dan kesejahteraan sering digunakan secara
bergantian saat menjelaskan kesehatan dan perawatan. Kesehatan ditemukan sebagai
atribut yang sering bersifat restoratif, sedangkan kesejahteraan menyiratkan kualitas
hidup atau keadaan eksistensi yang diinginkan di sebagian besar budaya yang
dipelajari. Teori keanekaragaman budaya dan keaslian telah memberi penekanan
utama pada perawatan sebagai esensi dan konstruksi dominan dari
keperawatan(Leininger & McFarland, 2006).
7
Menurut McFarland & Wehbe-Alamah (2016), untuk membantu perawat
dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger menjalaskan teorinya
dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta kognitif yang bergerak dari yang
paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan faktor penting teorinya secara
holistik.
8
Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentangpemahaman
perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat menggunakan model
ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien
dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori,
namun setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk memahami
aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses perawatan klien. Selain itu,
sunrisemodel ini juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor
cultural care pasien (individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan
pemahamanbudaya klien secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan
merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional yang
dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih menyeluruh. Adapun, sebelum
melakukan pengkajian terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada klien, perawat
harus menyadaridan memahami terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh dirinya
sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural imposition.
10
Merupakan pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional
(awam) dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tradisonal untuk
memberikan bantuan, dukungan,memungkinkan dan memfasilitasi tindakan untuk
individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas
untuk memperbaiki cara hidup manusia / kondisi kesehatan ataupun untuk
menghadapi rintangan dan situasi kematian.
12. Sistem perawatan professional (Professional Care – Cure Practices/ Etic)
Merupakan pemikiran formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional,
kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan
keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya personil
multi disiplin untuk melayani konsumen.
13. Transcultural Care Decision and Actions
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam pengambilan keputusan dan tindakan
dalamkeperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
11
hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan
yang professional.
14. Perawatan kultural yang kongruen (Culturally Congruent Care for Health, Well
Being or Dying)
Merupakan kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi /
membuat suatu keputusan & tindakan yg bisa memperbaiki kondisi individu atau
kelompok degan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda yang
bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kesejahteraan, atau mencegah sakit,
ketidakmampuan atau kematian.
15. Perbedaan perawatan kultural (Cultural care diversity)
Merupakan variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, cara hidup, ataupun
simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan
terhadap pemberian bantuan, dukungan, memampukan manusia dalam melakukan
suatu perawatan.
16. Kesatuan perawatan kultural (Cultural care universality)
Merupakansuatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman
yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, cara hidup / simbol-simbol yang
dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian
bantuan, dukungan, fasilitas, memperoleh suatu cara yg memungkinkan untuk
menolong manusia lain (Leininger & McFarland, 2006).
12
2.2.4 Philosopical claims yang menjadi dasar dari teori tersebut? Apakah mereka
menjelaskan secara eksplisit?
Teori perawatan budaya secara eksplisit terfokus pada perawatan dan budaya karena
fenomena ini telah lama hilang dan perlu ditemukan untuk menjelaskan sepenuhnya
keperawatan. Memang teori perawatan budaya adalah teori paling awal yang berfokus
pada pengembangan pengetahuan baru untk disiplin keperawatan transkulutural. Ada
bukti bahwa perawat perlu memberikan perhatian berbeda pada beragam budaya di
seluruh dunia namun tidak dapat melakukannya tanpa dasar pengetahuan penelitian
perawatan budaya (Leininger & McFarland, 2006).
Keperawatan dipandang sebagai sebuah profesi yang unik dalam memberikan
pelayanan kepada yang laindiseluruh dunia.Hal ini mempengaruhi sejarah etno,
budaya, struktur sosial dan faktor lingkungan dalam area geografi yang berbeda
dan kebutuhan manusai yang berbeda-beda (Leiningier, 2006). Keperawatan
adalah sebuah bidang studi yang dinamis dan aplikatif terhadap budaya, agama,
perubahan sosial dan banyak faktor lain yang mempengaruhi kesehatan. Dalam
membangun teori terdapat hal-hal yang penting diantaranya: intelektual,
pendidikan dan keyakinan agama serta humaniora. Medeliene Leiningier lebih
dari 60 tahun sebagai profesi perawat klinik dan pendidik serta pengalamannya di
bidang administrasi perawat, peneliti dan direfleksikan dalam membangun
teori.Leiningier tertarik dalam membangun praktek keperawatan yang baru
dengan perbedaan latar belakang budaya dan memberikan praktik keperawatan
terapeutik.Holistic memiliki pandangan yang luas dalam menghormati kesucian
dan keunikan manusia dan nilai dasar budaya mereka yang penting untuk
merubah pemikiran mereka yang masih tradisional dan sempit terhadap
kedokteran dan perspektif keperawatan sebelumnya (jaman dulu). Teori Cultural
care memiliki arti yang luas, holitik dan belum spesifik dengan penelitian yang
berbasis pengetahuan untuk ditransformasikan ke dalam keperawatan dan
pengobatan tradisional. Disiplin ilmu dari transcultural nursing merupakan esensi
dari bidang ilmu dan praktik keperawatan untuk mengubah pandangan tentang
budaya itu sendiri (pengabaian) (McFarland & Wehbe-Alamah, 2016).
13
2.2.5 Internal consistency telah dibahas dalam kaitannya dengan kejelasan konsep,
konsistensi bahasa, dan konsistensi struktur dari teori tersebut?
Teori Madeleine Leininger Culture Care Diversity and Universality
memberi pandangan kepada perawat dalam memandang budaya secara
menyeluruh maupun dengan perbedaan latar belakang budaya. Konsep-konsep
yang digunakan dalam Culture Care Diversity and Universality di jelaskan secara
baik dan konsisten yaitu melalui sunrise model yang digunakan sebagai panduan
dalam praktek dan penelitian keperawatan (McFarland & Wehbe-Alamah, 2016).
Leininger menyatakan bahwa budaya itu penting dalam hubungan antara
perawat dan pasien, hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Jean Watson yang memfokuskan pentingnya perilaku caring perawat terhadap
pasien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (McFarland & Wehbe-Alamah,
2016).
14
2.2.7 Testability teori dalam kaitannya dengan observability dan terukurnya
konsep?
Teori cultural care diversity and universality dikembangkan berdasarkan riset
kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Salah satu aplikasi teori
leininger dapat dilihat pada jurnal penelitian yang berjudul “Stigma Keluarga
terhadap Penderita Skizofrenia Ditinjau dari Aspek Sosial Budaya dengan
Pendekatan Sunrise Model” pada tahun 2017. Dalam penelitian ini informan
memiliki stigma terhadap penderita skizofrenia, proses stigma terjadi mulai dari
labeling, steriotipe dan separation, kehilangan status dan diskriminasi tidak
terjadi karena dukungan dan sikap keluarga yang positif.
BAB 3
APLIKASI TEORI
15
Analisa kasus jurnal yang berkaitan dengan Theory of Culture care Diversity
and Universality, sebagai berikut:
1. Judul Jurnal
Stigma Keluarga terhadap Penderita Skizofrenia Ditinjau dari Aspek Sosial Budaya
dengan Pendekatan Sunrise Model.
2. Penulis Jurnal
Risna, Mudatsir, Hajjul Kamil, Syarifah Rauzatul Jannah, Teuku Tahlil.
3. Nama Sumber Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 12, 2017, Banda
Aceh, Indonesia.
4. Pembahasan Kasus
Budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku dan persepsi seseorang terhadap
individu dengan kesehatan mental.Disimpulkan bahwa pemahaman budaya terkait
stigma sangat berdampak pada individu dengan kesehatan mental.Pendidikan dan
status ekonomi keluarga sangat mendukung keberhasilan pengobatan penderita.
Pengaruh budaya sangat diperhatikan terutama dalam melaksanakan proses
keperawatan culture and social structure dimension atau culture care merupakan
pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu yang mencakup agama dan falsafah hidup,
sosial, dan keterikatan keluarga, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan
nilai-nilai budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi
perilaku dalam konteks lingkungan yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan terhadap informan sesuai dengan latar belakang
budayanya. Proses pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
Leininger’s Sunrise Models dalam teori keperawatan Transcultural Nursing Leininger
yaitu (Tomey & Alligood, 2006):
1. Faktor teknologi (technological factors)
Yaitu berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan keluarga, bagaimana
persepsi keluarga tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan pada anggota keluarga dengan skizofrenia.
16
berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal
putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi dan cara
pandang keluarga, terhadap kesehatan atau penyebab penyakit yang dialami
penderita skizofrenia.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan (kinship & social factors)
Yaitu pada faktor sosial dan kekeluargaan yang peneliti kaji tentang nama lengkap
dan nama panggilan didalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values & lifeways)
Yaitu hal-hal yang peneliti dapatkan berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup yaitu kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantangan
berkaitan dengan kondisi sakit, dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari keluarga dan penderita skizofrenia.
5. Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit (political and legal factors)
Peneliti mengkaji tentang kebijakan dan peraturan terkait pengobatan yang
berlaku terhadap penderita skizofrenia. Keragaman cara pengobatan yang
dilakukan keluarga terhadap penderita sangat berdampak terhadap kesembuhan.
Keluarga lebih mendahulukan pengobatan tradisional daripada mencari pelayanan
kesehatan.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi peneliti dapatkan antara lain pekerjaan informan dan penderita,
dan sumber biaya pengobatan untuk penderita skizofrenia. Status ekonomi
keluarga menjadi faktor dalam meningkatkan kondisi serta mempertahankan
kesejahteraan keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Peneliti mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat pendidikan
pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannya.
Hal penting juga disampaikan oleh Ahmedani (2011) untuk mengenali bahwa
sebagian konseptualisasi stigma tidak focus khusus pada kesehatan mental atau gangguan
penggunaan narkoba menyebutkan bahwa stigma relevan dalam konteks lain seperti
17
terhadap individu dari berbagai latar belakang budaya termasuk ras, jenis kelamin, dan
orientasi seksual. Dengan demikian, penting untuk memberikan definisi dari gangguan
mental, yang juga termasuk gangguan penggunaan narkoba, sehingga dapat dipahami
dalam kaitannya dengan stigma.Budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku dan
persepsi seseorang terhadap individu dengan kesehatan mental.Disimpulkan bahwa
pemahaman budaya terkait stigma sangat berdampak pada individu dengan kesehatan
mental (Ahmedani, 2011).
Stigma juga sebagai suatu kelompok perilaku atau keyakinan negatif yang
memotivasi masyarakat untuk merasakan takut, menolak, menghindar, dan
mendiskriminasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sedangkan bagi klien gangguan
jiwa stigma merupakan penghalang yang memisahkan mereka dengan masyarakat dan
menjauhkan mereka dari orang lain (Stuart, 2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan informan memiliki dispersepsi negatif
terhadap penderita skizofrenia.Namun tidak ada perlakuan negatif kepada penderita baik
itu dengan keluhan halusinasi, resiko perilaku kekerasan atau dengan menarik diri.
Proses stigma terjadi mulai labeling, stereotip, separation saja, tidak sampai kehilangan
status (loss status) dan diskriminasi.
Proses stigma yang terjadi pada keluarga terhadap penderita skizofrenia tidak
mengalami kehilangan status dan diskriminasi karena dukungan dan sikap keluarga yang
kaitannya pada pengkajian pemahaman agama dan falsafah hidup serta faktor sosial dan
keterikatan keluarga menjadi pengaruh pada keluarga bahkan pada masyarakat untuk
tidak melakukan perlakuan yang tidak adil akibat stigmanya. Penderita tidak mengalami
penurunan atau kehilangan status dimana keadaan tersebut dapat merugikan kehidupan
sosial penderita. Penderita juga tidak memiliki batasan-batasan akses dalam kehidupan,
mereka masih memiliki kesempatan yang sama dengan anggota keluarga dan masyarakat
lainnya. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh penderita tidak membuat keluarga
menyingkirkan (mendiskriminasi) penderita dari hubungan sosial dan masyarakat.
Pengalaman pribadi dalam merawat penderita, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama serta emosional merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap suatu objek. Apabila individu mempunyai sikap yang positif terhadap stimulus
maka ia akan mempunyai sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima,
mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu
18
tersebut berada (Notoatmodjo, 2003).
Kesimpulan
Informan memiliki stigma terhadap penderita skizofrenia ditinjau dari aspek
social budaya dengan pendekatan model konseptual Madeleine Leininger. Proses stigma
terjadi mulai labeling, stereotip, saparation saja, tidak sampai kehilangan status (loss
status) dan diskriminasi.
Budaya yang dipertahankan yaitu pemahaman agama dapat digunakan sebagai
mekanisme yang memperkuat dalam merawat penderita skizofrenia.Membantu keluarga
untuk menghilangkan persepsi negative yang mengatakan bahwa dalam pendekatan
agama sangat melarang menelantarkan, menyakiti dan menolak anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, seperti skizofrenia.
Negosiasi budaya yaitu intervensi keperawatan untuk membantu keluarga dalam
hal pengobatan yang sesuai terhadap penderita skizofrenia.Bukan perawatan hanya
memenuhi kebutuhan dasar seperti makan dan tidur, tidak melakukan pengobatan
lanjutan, tidak mengontrol obat bahkan tidak memberi dukungan kepada penderita
dengan alasan penderita tidak mengganggu masyarakat.
Restrukturisasi budaya dilakukan pada perilaku keluarga yang melihat kondisi
penderita bila muncul gejala kekerasan akan melakukan pemasungan, merantai,
mengucilkan bila tidak menerima kondisi penderita dengan perilaku yang tidak wajar dan
bahkan menelantarkan penderita karena menganggap tidak produktif dan menambah
masalah keluarga karena kekambuhan. Membawa penderita ke pengobatan tradisional
seperti ke dukun yang seharusnya melakukan pengobatan terhadap penderita skizofrenia
kepelayanan kesehatan jiwa.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
19
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya sebagai seorang perawat mampu
menyesuailkan antara aplikasi dan teori cultural care diversity and universality dan
dapat menggunakan kerangka sunrise model dalam bidang penelitian keperawatan
20
Daftar Pustaka
Alligood & Tomey.(2014). Nursing theorists and Their Work.Eight Edition. St.Louis:
Mosby.
Andrews, M.M. (2012). Editorial-DR. Madaleine M. Leininger.Online Journal of Cultural
Competence in Nursing and Healthcare.Volume 2, No.4.
Fawceet.J. (2005).Contemporary Nursing Knowledge: Analysisand Evaluation of Nursing
Model and Theories(2nd ed.,)Philadelphia, PA:FA.Davis.
Leininger, M & McFarland. (2006). Culture Care Diversity and Universality: A Worldwide
Nursing Theory. Second edition. Sudbury, Massachusetts: Jones & Barlett Learning.
McFarland & Wehbe-Alamah.(2016). The Theory of Culture care Diversity and
Unversality.Third edition. Sudbury, Massachusetts: Jones & Barlett Learning.
Tomey, Ann Marriner;Aligood, Martha Raile. 2006. Nursing Theory and Their Work, six
edition.Mosby Elsevier
21