II Tinjauan Pustaka 21 Taksonomi Dan Morfologi Rajungan
II Tinjauan Pustaka 21 Taksonomi Dan Morfologi Rajungan
Rajungan merupakan salah satu jenis dari kelas crustacea yang hidup
sepenuhnya di air laut. Rajungan merupakan sebutan umum di Indonesia untuk
jenis kepiting (crab) dari seksi brachyura yang hidup sepenuhnya di laut
sedangkan kepiting biasanya digunakan sebagai sebutan untuk kepiting yang
hidup di daerah mangrove atau intertidal, dan secara awam dikenal dapat hidup di
air laut dan di darat. Menurut Secor et al. (2010) perikanan swimming crab
diseluruh dunia didominasi oleh tiga spesies yaitu blue crab (Portunus
trituberculatus)(50%), Portunus pelagicus (blue swimming crab) (25%) dan
Calinectes sapidus (blue crab) (25%). FAO menyebutkan rajungan dari spesies
Portunus pelagicus, Linneaus sebagai blue swimming crab. Dalam literatur asing
rajungan biasa disebut blue swimming crab atau blue swimmer crab (McPherson
dan Brown, 2001; Lestang et al., 2003a; Chande dan Mgaya, 2003; Josileen
dan Menon, 2004 ;Xiao dan Kumar, 2004; Svane, dan Hooper,2004; Bryars dan
Havenhand, 2004). Peneliti lain ada yang menamakan blue manner crab (Potter et
al. 1983) atau blue manna crab (Edgar, 1990) dan sand crab (Sumpton et al,
1994). Ada pula yang hanya menamakannya dengan sebutan blue crab (Batoy, et
al. 1980). Razek et al. (2006) hanya menyebutnya dengan edible crab dan Tan et
al. (1988) menyebutnya flower crab. Berdasarkan taksonomi, rajungan menurut
Stephenson dan Champbell (1959) termasuk dalam :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucelomata
Section : Protostomia
Phylum : Arthropoda
Sub phylum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
10
(thorachic sterna) dan lipatan abdomen yang berwarna putih. Bentuk lipatan
abdomen berbeda antara jantan dan betina.
Menurut Nontji (2007) ada beberapa jenis rajungan yang biasa ditemui di
Indonesia seperti rajungan (Portunus pelagicus), rajungan bintang
(Portunus sanguinolentus), rajungan angin (Podopthalmus vigil) dan rajungan
karang (Charybdis feriatus) (Gambar 5). Rajungan bintang (P. sanguinolentus)
dicirikan dengan terdapatnya tiga titik besar pada karapasnya. Ciri ini yang
menjadi salah satu kunci identifikasinya (Lovett, 1981). Karena keberadaan tiga
titik ini maka rajungan ini dalam literatur asing dikenal dengan sebutan three spot
crab (Nicholson, et al, 2008; Rasheed dan Mustaquim, 2010). Ciri menonjol dari
rajungan angin (Podopthalmus vigil) adalah ukuran tangkai matanya yang panjang
hampir menyamai lebar karapasnya. Ukuran karapas relatif kecil jika
dibandingkan jenis lainnya. Rajungan karang (Carybdis veriatus) mudah dikenali
dari ornamen pada karapasnya yang menyerupai bentuk palang, dan warna
karapasnya yang merah-kekuningan.
Southport(Queensland),
Coffs Harbour-Bateman’s
Bay, Teluk Spencer
(Australia Selatan), Cape
Bossut, Roebuck Bay,
Exmouth Gulf, Fremantle
(Australia Barat), Port
Essington, Darwin, Groote
Island & Sir Edward Peelew Stephenson &
Group ( Australia utara). Champbell (1959)*
Teluk Moreton Smith (1982)
Sumpton et al. (1994)
Stephenson (1968)*,
Chambell & Stephenson
(1970)*
Peel-Harvey Svane & Hooper
(2004);de Lestang et al
(2003b); Bellchamber &
de Lestang (2005)
Teluk Spencer Bryars & Havenhand
(2004);
Teluk St. Vincent Xiao& Kumar (2004).
Port Haching (New South
Wales) Griffin (1972)*
Selandia Baru*
Tahiti*
Tanzania Dar El Salam Chande &Mgaya (2004)
Turki Teluk Antalya de Lestang et al (2000):
Nalan Go” ko. (2003).
Teluk Gokova Yokes et al (2007)
Rhode Island Foka et al. (2004)
*Referensi diambil dari Marine Spesies Identification Portal (2010).
Kailola et al. (1993) dalam Svane dan Hooper (2004) menyatakan bahwa
distribusi rajungan tersebar sepanjang pinggir pantai perairan tropis dari bagian
barat Samudera Hindia sampai bagian timur Samudera Pasifik. Sumiono dan
Priyono (1989) menyatakan bahwa daerah penyebaran rajungan kurang lebih
sama dengan daerah penyebaran udang penaeid yaitu di perairan pantai yang
relatif dangkal sampai kedalaman 65 m. Rajungan mampu beradaptasi untuk
hidup pada perairan yang lebih hangat. Pada kondisi yang lebih dingin, di bagian
wilayah Australia beriklim sedang, siklus hidupnya berkembang sempurna untuk
pertumbuhan dan reproduksi pada saat bulan-bulan lebih hangat dimana suhu
perairan menyerupai kondisi di daerah tropis. Pada bulan-bulan lainnya rajungan
20
bertahan pada suhu yang relatif lebih dingin di lingkungan selatan Australia
dengan mengurangi aktivitas. Menurut Razek (1988); Holtius (1987) dalam
Nalan Go¨ ko, Dlua, dan Py´ nar Yerlikayaa (2003) spesies ini tersebar pada
kedalaman 10-60 m di pantai Mediteranian dan Afrika.
Menurut Moosa (1980) jenis kepiting dan rajungan di Indopasifik barat
berjumlah mencapai 234 jenis. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 124 jenis dan
4 diantaranya dapat dimakan. Menurut Dahuri (2003) terdapat lebih dari 1 502
spesies crustacea, 83 spesies diantaranya termasuk jenis udang dari suku
Penaeidae dan 5 spesies dari kelompok kepiting atau rajungan.
Rajungan hidup pada habitat yang bermacam-macam seperti pantai dengan
dasar pasir, pasir lumpur, berpasir putih atau pasir lumpuran dengan rumput laut
di pulau-pulau karang dan di laut terbuka. Menurut Nontji (2007), rajungan
dewasa hidup di dasar perairan sedangkan stadia larva dan megalopa berenang
terbawa arus dan hidup sebagai plankton. Habitat rajungan adalah perairan dengan
dasar pasir berlumpur. Selain pada daerah dengan substrat pasir berlumpur
beberapa jenis kepiting juga menempati daerah berbatu atau karang seperti jenis
Charybdis feriatus yang biasa disebut rajungan karang. Menurut Kennish (1990)
kepiting dari jenis Callinectes sapidus dan Uca pugilator menjadikan ekosistem
salt marsh sebagai habitatnya. Berbagai jenis crab merupakan organisme yang
hidup pada dasar perairan (bentik) (Barnes dan Hughes, 1992). Rajungan juga
terdapat pada habitat lamun dan rumput laut yang tersebar luas dan pada substrat
lumpur dan pasir dari zona intertidal sampai pada kedalaman mencapai 50 m
(Williams, 1982; Edgar, 1990).
Rajungan dewasa mampu menempuh jarak hampir 20 km per hari
(Kangas, 2000). Baik dewasa maupun juvenil P. pelagicus menempati lingkungan
dasar pantai yang terlindung dan betinanya bermigrasi ke laut lepas untuk
memijah dan kembali ke estuari selama beberapa waktu setelah memijah. Baik
jantan maupun betina bermigrasi dari estuari sebagai reaksi rendahnya salinitas
(Potter et al.1983).
Nybakken (1988) menyatakan bahwa blue crab dari spesies Callinectes
sapidus yang dewasa menempati daerah estuari di sebelah timur Amerika dan
teluk Chesapeake sementara betinanya bermigrasi ke perairan dengan salinitas
21
Menurut Purohit dan Ranjan (2003), ada beberapa kelompok tekstur berdasarkan
persentase komposisi pasir (sand), lumpur (silt) dan liat (clay) (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi tekstur berdasarkan kandungan pasir, lumpur dan liat (%).
2.2.2 Suhu
2.2.3 Salinitas
salinitas didefinisikan sebagai total jumlah material padat dalam gram yang
terlarut dalam satu kilogram air laut ketika semua karbonat telah dikonversi
menjadi oksida, brom dan iod diganti dengan klorine dan seluruh bahan organik
telah teroksidasi secara penuh. Definisi ini dipublikasikan pada tahun 1902
(Stewart, 2002). Biasanya satuan salinitas adalah ppt atau part per thousand
(Pond dan Pickard,1989; Barnabe dan Barnabe-Quet, 2000; Stewart, 2002) atau
psu (practical salinity units) (Stewart, 2002). Air laut memiliki salinitas 38 ppt
artinya dalam satu liter air laut terkandung komponen garam sebesar 38 gram
(Nybakken, 1988; Stewart, 2002). Menurut Stewart (2002) kisaran salinitas
sebagian besar air laut antara 34.6 sampai 34.8 ppt.
2.2.5 Kedalaman
dasar yang memakan sisa-sisa organisme berupa bangkai, humus , debris dan
detritus.
Secara umum siklus hidup rajungan melalui beberapa fase yaitu telur,
zoea, megalopa, rajungan muda dan rajungan dewasa (Gambar 6). Larva rajungan
yang baru menetas disebut zoea dan memiliki bentuk berbeda dari rajungan
dewasa. Zoea memiliki ukuran mikroskopik dan bergerak di dalam air sesuai
dengan pergerakan arus air. Setelah 6 atau 7 kali moulting, zoea berubah menjadi
bentuk post-larva yang dikenal sebagai megalopa yang memiliki bentuk mirip
rajungan dewasa. Sebagian besar megalopa bersifat planktonis dan dipengaruhi
oleh sirkulasi arus di dasar perairan hingga akhirnya menetap (settle) dan
bermetamorfosis menjadi rajungan muda.
Siklus hidup P. pelagicus tersusun atas lima tingkat larva yang dilalui
selama 26-45 hari (Kangas, 2000). Menurut Romano dan Zeng (2007), tahap
juvenil meliputi tingkat crab I-VII. Crab I didefinisikan sebagai moulting pertama
dari tahap larva megalopa sampai tahap crab I. Lama perkembangan dari Crab I
sampai Crab VII mendekati 40 hari. Menurut Juwana dan Romimohtarto (2000)
terdapat empat fase zoea dan satu fase megalopa selama perkembangan larva
rajungan. Perkembangan zoea I menjadi zoea II membutuhkan waktu dua sampai
tiga hari. Perkembangan dari zoea II, zoea III dan Zoea IV masing-masing
membutuhkan waktu 2 hari. Setelah fase zoea terlewati maka rajungan memasuki
fase megalopa dan selanjutnya menjadi crab I sampai crab IV yang masing-
masing fasenya berselang sekitar lima sampai 10 hari dan kemudian menjadi
rajungan muda (young crab). Rajungan dapat mencapai kematangan atau menjadi
dewasa dalam 12 sampai 18 bulan. Umur rajungan betina dapat mencapai 2 tahun
sedangkan jantan mencapai 3 tahun. Menurut Arshad et al. (2006) siklus hidup
rajungan dilalui melalui fase zoea, megalopa dan instar I. Terdapat empat fase
zoea, satu fase megalopa dan satu fase Instar I yang dilalui selama 14-19 hari.
Fase zoea I dan II dilalui masing-masing selama 3-4 hari, Fase zoea III dan IV
dilalui masing-masing selama 2-3 hari, fase megalopa dilalui selama 3-4 hari.
Setelah fase megalopa, rajungan bermetamorfosa menjadi fase instar pertama.
28