Referat Ilmu Kedokteran Forensik Identif
Referat Ilmu Kedokteran Forensik Identif
IDENTIFIKASI MEDIKOLEGAL
Pembimbing :
dr. Bambang
Disusun Oleh:
Dwi Cipta Hermawan 2008.04.0.0098
Lilik Fauziyah 2008.04.0.0105
Ailen Oktaviana Hambalie 2009.04.0.0020
Yonatan Hendrawan 2015.04.2.0149
RS BHAYANGKARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan judul
“Identifikasi Medikolegal” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah
satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepanitraan klinik di bagian Forensik
RS Bhayamgkara dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan . Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembelajaran kita.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
Bab 1. Pendahuluan....................................................................................... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka................................................................................ 5
2.1 Identifikasi Medikolegal.................................................................... 5
2.2 Identifikasi orang hidup..................................................................... 5
2.3 Identifikasi orang mati....................................................................... 5
2.3.1 Menentukkan manusia atau bukan............................................... 6
2.3.2 Menentukkan jumlah korban....................................................... 7
2.3.3 Penentuan Jenis Kelamin............................................................. 8
2.3.4 Identifikasi Tinggi Badan............................................................ 12
2.3.5 Identifikasi Usia........................................................................... 15
2.3.6 Identifikasi Ras............................................................................ 15
2.3.7 Pemeriksaan Sidik Jari................................................................. 16
2.3.8 Pemeriksaan Golongan Darah...................................................... 16
2.3.9 Tanda – tanda pekerjaan dan kebiasaan....................................... 17
2.3.10 Gigi geligi.................................................................................. 17
2.3.11 Kelainan patologi / luka............................................................. 18
2.3.12 Warna kulit, mata, dan rambut................................................... 18
2.3.13 Benda – benda milik pribadi...................................................... 19
2.3.14 Tatto, cacat, dan kelainan bawaan............................................. 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 20
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. Jenasah yang sudah membusuk, utuh maupun tidak utuh
c. Bagian-bagian dari tubuh jenasah atau kerangka
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka
identifikasi jenasah/sisa-sisa manusia/potongan/kerangka adalah tugas kedokteran
forensik.
Identifikasi pada jenasah terutama ditujukan pada jenasah yang tidak
dikenal, jenasah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan masal,
bencana alam, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Pemeriksaan pada
identifikasi jenasah meliputi :
A. Umum:
1. Penentuan kerangka manusia atau bukan
2. Penentuan jumlah korban
3. Penentuan jenis kelamin
4. Perkiraan tinggi badan
5. Perkiraan umur
6. Penentuan ras
B. Khusus:
1. Pemeriksaan sidik jari
2. Pemeriksaan golongan darah
3. Tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan
4. Gigi-geligi
5. Warna kulit, mata, rambut
6. Cacat, kelainan bawaan
7. Tattoo
8. Kelainan patologis/parut
6
membedakannya, tetapi akan menjadi sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang
dikirim tanpa adanya penampakan yang khas. Fragmen yang tidak mungkin
diidentifikasi secara anatomi dapat diidentifikasi dengan cara beberapa
pemeriksaan antara lain :
a. Pemeriksaan histologi (mikroskopis) : dilihat dari uumlah dan diameter
kanal-kanal Havers
b. Test Precipitin (serologis) : tes ini sangat peka dan hanya diperlukan
sedikit jaringan untuk pemeriksaan. Tes ini berdasarkan ikatan Ag-Ab
yang membentuk presipitat putih (awan)
c. Test Inhibisi Anti-globulin : cara ini memakai metode indirek. Di
dalam jaringan / bercak darah yang kering sel – selnya pecah sehingga
tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya aglutinasi. Antigen –
antigennya tidak hilang, tetapi disebar keseluruh jaringan / bercak
tersebut. Apabila antigen bereaksi dengan antibodi yang berlawanan
dengan yang antigennya lebih banyak maka antibodinya akan diserap
dan tidak ada lagi, sehingga tidak terjadi aglutinasi.
7
2.3.3 Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin pada korban yang masih utuh mudah dilakukan
dengan melihat tanda-tanda sex primer (alat kelamin) dan tanda-tanda sex
sekunder. Perbedaan global antara pria dan wanita adalah :
1. Tubuh pria lebih besar
2. Pria : bahu lebih lebar dari pinggul
3. Pria : pinggang tidak nyata
4. Pria: gluteus lebih datar
5. Wanita : tungkai lebih bulat, pergelangan tangan- kaki dan kuku lebih
halus / kecil
6. Wanita : rambut hanya di mons pubis
7. Wanita : larynx kurang menonojol
8. Wanita : pinggul lebih lebar dari bahu
Jika korban sudah membusuk dimana semua organ tak dapat dikenali lagi
atau yang diperiksa hanya sepenggal, maka dalam penentuan jenis kelamin dapat
dilakukan berdasarkan dasar pemeriksaan dari :
Panggul
Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya os pubis dan os oschii;
sudut pada incisura ischiadica major lebih terbuka, foramen orburatum
mendekati bentuk segitiga. Arc compose pada pria, lengkung yang
terbentuk oleh pinggir kranial ventral facies auricularis dapat dilanjutkan
pada pinggir kranial dan ventral incisura ischiadica major; pada wanita
terbentuk dua lengkung terpisah. Di samping itu pada wanita terdapat
lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak kentara pada
pria; pada wanita bagian subpubica dari rasmus ischio-pubicus cekung,
pada pria tulang ini cembung; dilihat dari sisi ventral , pada wanita bagian
yang sama agak tajam, pada pria lebih membulat.
8
jelas prominen, halus
Bentuk tepi Jantung Circular
True pelvis Relatif kecil Luas, dangkal
Ilium Tinggi tegak Rendah, divergen ke lateral
Sendi sacroiliaca Besar Kecil, oblique
Sulcus pre Tidak sering Sering
auricular
Greater sciatic Kecil, dalam Besar, lebar
notch
Acetabulum Besar Kecil
Ichiopubic rami Bagian atas convex Bagian atas concave
Foramen obturator Besar, oval Kecil, triangular
Os pubic-corpus Triangular Quadrangular
Symphisis Tinggi Rendah
Sudut sub-pubic Sempit, V shape Lebar, U shape
Sacrum Panjang, sempit, dapat Pendek, lebar, S1, S2, S3, dan
terdiri > 5 segmen S5 melengkung, 5 segmen
Promontorium Lebih menonjol Kurang menonjol
Pelvic outlet Tak dapat dilewati Dapat dilewati kepalan tangan
kepalan tangan
Tengkorak
Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak
pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh relief
tengkorak (benjolan,tonjolan, dsb.) lebih jelas pada pria. Tulang dahi
dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih miring pada pria, pada
wanita hampir tegak lurus; benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara
pada wanita, pada pria agak menghilang. Arc supercilliaris lebih kuat pada
laki-laki; sering hampir tidak kentara pada wanita; pinggir lekuk mata
(orbita) agak tajam/tipis pada wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk
orbita pada pria lebih bersegi empat, pada wanita lebih oval membulat.
Pada tulang pelipis mastoid, prossesus mastoideus besar dan incisura
mastoidea lebih mendalam pada pria.
9
lebih besar 10 % dari kranial lebih kecil
perempuan 10% dari laki – laki
2 Glabella Kurang menonjol Lebih menonjol
3 Daerah supra orbita Lebih menonjol Kurang menonjol
4 Processus Lebih menonjol Kurang menonjol
mastoideus
5 Protuberantia Lebih menonjol Kurang menonjol
occipitalis
6 Arcus zigomaticus Lebih menonjol Kurang tegas
7 Dahi Curam,agak datar Bulat/bundar
8 Eminentia frontalis Lebih menonjol Kurang menonjol
9 Orbita Letak lebih rendah, Lebih tinggi, relatif
relatif lebih kecil, batas lebih besar, batas
agak bulat dan tajam dan berbentuk
berbentuk seperti bulat
persegi empat
10 Nasion Angulasi jelas Angulasi kurang
menonjol
11 Malar prominence Lebih lengkung Lebih datar
12 Lobang hidung Lebih tinggi dan sempit Lebih rendah dan luas
13 Eminentia parietalis Kurang Lebih
14 Condilus occipitalis Besar Kecil
15 Condylar facet Panjang dan sempit Pendek dan luas
16 Foramina Lebih besar Lebih kecil
17 Palatum Lebih besar dan Lebih kecil dan
berbentuk seperti huruf parabolik
“U”
18 Digastric groove Dalam Dangkal
19 Sinus frontalis Lebih berkembang Kurang berkembang
20 Gigi Lebih besar Lebih kecil
21 Permukaan tulang Permukaan seluruhnya Seluruhnya halus
kasar dengan tempat dengan tempat
perlekatan otot yang perlengketan otot
lebih menonjol yang kurang
menonjol
Mandibula
10
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil
pada pria (mendekati 90º). Benjolan dagu (protuberia mentalis) lebih
jelas/besar pada pria. Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
Tulang Panjang
Tabel. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Panjang
No Yang membedakan Pria Wanita
1 Panjang Lebih panjang Lebih pendek
2 Tempat perlekatan otot Prominen Kurang prominen
3 Diameter caput femur Lebih lebar Lebih kecil
4 Diameter caput humerus Lebih lebar Lebih kecil
5 Condylus humerus Permukaan luas, lebar Lebih kecil
11
badan yang tepat dari pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati. Ada beberapa
rumus yang dipakai untuk memperkirakan tinggi badan, antara lain :
Panjang kepala kira-kira 1/8 panjang badan
Pertengahan panjang kepala adalah garis tepat di bawah mata
Dari dagu ke lubang hidung = lubang hidung ke bawah mata = 1/4
panjang kepala
Pubis membagi tinggi badan menjadi 2 sama panjang
Tinggi badan kira-kira sama dengan jarak ujung jari ke ujung jari
apabila kedua tangan direntangkan
Panjang tangan = 1/2 panjang lengan bawah = 1/2 panjang lengan atas
1/2 panjang tangan = phalang = metacarpal + carpal
Jika jenasah yang tidak utuh lagi, maka tinggi badan dapat dilakukan
dengan menggunakan tulang-tulang panjang, tetapi hasilnya lebih akurat apabila
tersedia atau diperoleh tulang- tulang panjang. Ada beberapa rumus yang dipakai :
Karl Pearson
Trotter dan Gleser
Dupertuis dan Hadden
Regression Formula
Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa)
Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia oleh Djaja S. A.
12
Panjang maksimal tulang ulna
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada olecranon
dan titik paling distal pada processus styloideus.
Panjang maksimal tulang femur
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada caput
femoris dan titik paling distal pada condylus medial.
Panjang maksimal tulang tibia
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada tuberculum
intercondylus dan titik paling distal pada malleolus medialis.
Panjang maksimal tulang fibula
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada apex capitis
fibula dan titik paling distal pada malleolus lateralis.
Wanita :
Tinggi badan = 72,844 + 1,945 F
Tinggi badan = 71,475 + 2,754 H
13
Tinggi badan = 74,774 + 2,352 T
Tinggi badan =81,224 + 3,343 R
Tinggi badan =69, 154 + 1,126 ( F + T)
Tinggi badan =69,154 + 1, 126 F + 1,126 T
Tinggi badan =69,911 + 1, 628 ( H + R)
Tinggi badan =70, 542 + 2, 528 H+ 0, 281 R
Tinggi badan = 67,435 + 1,339 F + 1,027 H
Tinggi badan = 67, 469 + 0, 782 F + 1,12 T + 1,059H -0,711 R.
Keterangan :
H = panjang maksimal humerus
T = panjang maksimal tibia
R= panjang maksimal radius
F= panjang maksimal fibula
14
tidak lebar negro
4 Tulang langit-langit Segitiga Tapal kuda Segi empat
5 Gigi seri Tidak Tidak Mirip skop
6 Rasio tibia-femur Kecil Kecil Agak besar
7 Rasio radius-femur Kecil Kecil Agak besar
8 Lengk.femuralis menonjol Menonjol Kurang
menonjol
15
a. Golongan darah bila antigen pada sel darah merah
Tes aglutinasi dalam garam faali
Tes aglutinasi dalam albumin
Tes anti human globulin (comb test)
b. Golongan darah bila antigen dalam serum
Anti human globulin (hemm test)
Elektrophorese
Isoelektrissche Fokusierung (IEF)
c. Golongan darah bila antigen didalam enzim pada sel darah merah
Elektrophorese
Isoelektrissche Fokusierung (IEF)
d. Golongan darah bila antigen dalam sel darah putih
Lympho zytotoxizitattes
Leukozytenagglutinations test
Kesulitan akan timbul bila bercak darah sudah kering, sehingga harus
menggunakan dried blood stain methods, yaitu :
Absorption – elution teknik (Nicholls – Pereira test)
Absorption – inhibition teknik
16
seseorang mempunyai ciri tersendiri. Pemeriksaan gigi dalam odontogram
meliputi :
a. Pemeriksaan gigi alamiah
jumlah gigi yang ada
akar / potongan akar yang terlihat
ekstraksi baru / lama / sudah sembuh / belum
tambalan, mahkota / bahan yang dipakai
gigi yang rusak
apicectomy
irregularitas
tanda-tanda kebiasaan
kondisi paradontal
posisi partial dental
b. Pemeriksaan gigi palsu
gigi buatan siapa
warna dan cetakannya
tipe dan bahan dasar
Selain itu X – ray dari rahang juga dapat membantu terutama apabila ada
foto X – ray semasa hidupnya. Dan juga dari gigi bisa juga ditentukkan golongan
darah dengan menggunakan teknologi biomolekuler (DNA)
17
menjadi cokelat kehijauan. Pada rambut bisa dilakukan pemeriksaan secara
makroskopis dan mikroskopis, meliputi :
Apakah rambut / bukan
Rambut manusia / bukan
Manusia : diameter 50 – 150 mikron, kutikula pipih, pigmen
rambut sedikit dan terpisah – pisah, indeks medulla ( diameter
medulla : diameter rambut) = 1 : 3
Hewan : diameter < 25 / > 300 mikron, kutikula kasar dan
menonjol, pigmen padat dan tidak terpisah, indeks medulla ≥ 1:
2
Rambut dari bagian tubuh mana
Warna, bentuk, penampang
Rambut tersebut tercabut paksa / rontok / terpotong
Panjang rambut
Ukuran diameter ( dalam micron)
Sifat kutikula, korteks, medulla dan ujung rambut
Rambut dicat / tidak
Selain itu rambut dapat digunakan untuk menentukkan jenis kelamin. Pada
wanita ditemukkan adanya kromatin di dalam inti sel sarung akar rambut. Dan
juga dapat menentukkan golongan darah dari rambut melalui metode absorption –
elution.
18
DAFTAR PUSTAKA
19