Anda di halaman 1dari 19

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

IDENTIFIKASI MEDIKOLEGAL

Pembimbing :
dr. Bambang

Disusun Oleh:
Dwi Cipta Hermawan 2008.04.0.0098
Lilik Fauziyah 2008.04.0.0105
Ailen Oktaviana Hambalie 2009.04.0.0020
Yonatan Hendrawan 2015.04.2.0149

RS BHAYANGKARA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan judul
“Identifikasi Medikolegal” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah
satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepanitraan klinik di bagian Forensik
RS Bhayamgkara dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan . Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembelajaran kita.

Surabaya, Mei 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
Bab 1. Pendahuluan....................................................................................... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka................................................................................ 5
2.1 Identifikasi Medikolegal.................................................................... 5
2.2 Identifikasi orang hidup..................................................................... 5
2.3 Identifikasi orang mati....................................................................... 5
2.3.1 Menentukkan manusia atau bukan............................................... 6
2.3.2 Menentukkan jumlah korban....................................................... 7
2.3.3 Penentuan Jenis Kelamin............................................................. 8
2.3.4 Identifikasi Tinggi Badan............................................................ 12
2.3.5 Identifikasi Usia........................................................................... 15
2.3.6 Identifikasi Ras............................................................................ 15
2.3.7 Pemeriksaan Sidik Jari................................................................. 16
2.3.8 Pemeriksaan Golongan Darah...................................................... 16
2.3.9 Tanda – tanda pekerjaan dan kebiasaan....................................... 17
2.3.10 Gigi geligi.................................................................................. 17
2.3.11 Kelainan patologi / luka............................................................. 18
2.3.12 Warna kulit, mata, dan rambut................................................... 18
2.3.13 Benda – benda milik pribadi...................................................... 19
2.3.14 Tatto, cacat, dan kelainan bawaan............................................. 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu


penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering
merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Identifikasi seorang
individu adalah pengenalan individu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang
membedakannya dari individu lain, mencakup korban hidup dan korban mati.
Identifikasi pada jenasah yang dikenal bisa dilakukan oleh polisi dan
keluarga sebelum dilakukan pemeriksaan. Pada jenasah yang tidak dikenal,
jenasah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan masal, bencana
alam, serta potongan tubuh manusia atau kerangka, dokterlah yang bertugas
memeriksanya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IDENTIFIKASI MEDIKOLEGAL


Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya untuk membantu
penyidik menentukkan identitas seseorang. Identifikasi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a. Identifikasi untuk orang hidup
b. Identifikasi untuk orang yang meninggal.

2.2 IDENTIFIKASI ORANG HIDUP


Identifikasi orang hidup pada dasarnya meliputi: anatomi, odontologi dan
golongan darah. Pada identifikasi dilakukan pemeriksaan dan pengamatan
menyeluruh yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan fisik:
a. Umur, jenis kelamin, dan tinggi badan
b. Deformitas
c. Parut, tattoo
d. Gigi, warna mata, kulit dan rambut
e. Ukuran sepatu dan topi
f. Disabilitas (buta, tuli)
2. Pemeriksaan sidik jari
3. Penentuan golongan darah
4. Ciri-ciri tubuh tertentu
5. Fotografi
6. Benda-benda milik pribadi (seperti KTP, SIM, ijasah, cincin kawin,
pakaian)

2.3 IDENTIFIKASI ORANG MATI/SISA-SISA MANUSIA


Identifikasi pada orang mati dapat dilakukan terhadap:
a. Jenasah yang masih utuh dan baru

5
b. Jenasah yang sudah membusuk, utuh maupun tidak utuh
c. Bagian-bagian dari tubuh jenasah atau kerangka
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka
identifikasi jenasah/sisa-sisa manusia/potongan/kerangka adalah tugas kedokteran
forensik.
Identifikasi pada jenasah terutama ditujukan pada jenasah yang tidak
dikenal, jenasah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan masal,
bencana alam, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Pemeriksaan pada
identifikasi jenasah meliputi :
A. Umum:
1. Penentuan kerangka manusia atau bukan
2. Penentuan jumlah korban
3. Penentuan jenis kelamin
4. Perkiraan tinggi badan
5. Perkiraan umur
6. Penentuan ras
B. Khusus:
1. Pemeriksaan sidik jari
2. Pemeriksaan golongan darah
3. Tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan
4. Gigi-geligi
5. Warna kulit, mata, rambut
6. Cacat, kelainan bawaan
7. Tattoo
8. Kelainan patologis/parut

2.3.1 Menentukan Manusia atau Bukan


Hal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat
biasanya sering acuh, sehingga pernah terjadi kekeliruan dengan tulang binatang,
terutama dengan tulang-tulang anjung, babi, dan kambing. Pengetahuan mengenai
anatomi manusia, berperan penting untuk membedakannya. Jika tulang yang
dikirim utuh atau terdapat tulang skeletal akan sangat mudah untuk

6
membedakannya, tetapi akan menjadi sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang
dikirim tanpa adanya penampakan yang khas. Fragmen yang tidak mungkin
diidentifikasi secara anatomi dapat diidentifikasi dengan cara beberapa
pemeriksaan antara lain :
a. Pemeriksaan histologi (mikroskopis) : dilihat dari uumlah dan diameter
kanal-kanal Havers
b. Test Precipitin (serologis) : tes ini sangat peka dan hanya diperlukan
sedikit jaringan untuk pemeriksaan. Tes ini berdasarkan ikatan Ag-Ab
yang membentuk presipitat putih (awan)
c. Test Inhibisi Anti-globulin : cara ini memakai metode indirek. Di
dalam jaringan / bercak darah yang kering sel – selnya pecah sehingga
tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya aglutinasi. Antigen –
antigennya tidak hilang, tetapi disebar keseluruh jaringan / bercak
tersebut. Apabila antigen bereaksi dengan antibodi yang berlawanan
dengan yang antigennya lebih banyak maka antibodinya akan diserap
dan tidak ada lagi, sehingga tidak terjadi aglutinasi.

2.3.2 Menentukan Jumlah Korban


Seringkali dalam kecelakaan pesawat udara atau kereta api timbul
kesulitan tidak hanya dalam hal identifikasi siapa korban-korbannya, tetapi juga
berapa sebenarnya jumlah korban sebab biasanya korban banyak yang sudah
hancur. Yang penting tidak boleh dilupakan untuk mengamankan semua sisa-sisa
jaringan atau kerangka yang ditemukan ditempat kejadian. Beberapa parameter
untuk mengidentifikasi adanya korban lebih dari satu adalah:
1. Ada tidaknya duplikasi dari tulang sejenis
2. Perbedaan yang jelas dari ukurannya
3. Perbedaan usia tulang
4. Asimetris
5. Kontur sendi tidak sama
6. X-ray trabecular pattern yang tidak sama
7. Perlekatan otot tidak sama

7
2.3.3 Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin pada korban yang masih utuh mudah dilakukan
dengan melihat tanda-tanda sex primer (alat kelamin) dan tanda-tanda sex
sekunder. Perbedaan global antara pria dan wanita adalah :
1. Tubuh pria lebih besar
2. Pria : bahu lebih lebar dari pinggul
3. Pria : pinggang tidak nyata
4. Pria: gluteus lebih datar
5. Wanita : tungkai lebih bulat, pergelangan tangan- kaki dan kuku lebih
halus / kecil
6. Wanita : rambut hanya di mons pubis
7. Wanita : larynx kurang menonojol
8. Wanita : pinggul lebih lebar dari bahu

Jika korban sudah membusuk dimana semua organ tak dapat dikenali lagi
atau yang diperiksa hanya sepenggal, maka dalam penentuan jenis kelamin dapat
dilakukan berdasarkan dasar pemeriksaan dari :
 Panggul
Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya os pubis dan os oschii;
sudut pada incisura ischiadica major lebih terbuka, foramen orburatum
mendekati bentuk segitiga. Arc compose pada pria, lengkung yang
terbentuk oleh pinggir kranial ventral facies auricularis dapat dilanjutkan
pada pinggir kranial dan ventral incisura ischiadica major; pada wanita
terbentuk dua lengkung terpisah. Di samping itu  pada wanita terdapat
lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak kentara pada
pria; pada wanita bagian subpubica dari rasmus ischio-pubicus cekung,
pada pria tulang ini cembung; dilihat dari sisi ventral , pada wanita bagian
yang sama agak tajam, pada pria lebih membulat.

Tabel. Perbedaan pelvis pria dan wanita


Ciri-Ciri Pria Wanita
Pelvis keseluruhan Berat, kasar, bekas otot Tidak berat, bekas otot tidak

8
jelas prominen, halus
Bentuk tepi Jantung Circular
True pelvis Relatif kecil Luas, dangkal
Ilium Tinggi tegak Rendah, divergen ke lateral
Sendi sacroiliaca Besar Kecil, oblique
Sulcus pre Tidak sering Sering
auricular
Greater sciatic Kecil, dalam Besar, lebar
notch
Acetabulum Besar Kecil
Ichiopubic rami Bagian atas convex Bagian atas concave
Foramen obturator Besar, oval Kecil, triangular
Os pubic-corpus Triangular Quadrangular
Symphisis Tinggi Rendah
Sudut sub-pubic Sempit, V shape Lebar, U shape
Sacrum Panjang, sempit, dapat Pendek, lebar, S1, S2, S3, dan
terdiri > 5 segmen S5 melengkung, 5 segmen
Promontorium Lebih menonjol Kurang menonjol
Pelvic outlet Tak dapat dilewati Dapat dilewati kepalan tangan
kepalan tangan

 Tengkorak
Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak
pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh relief
tengkorak (benjolan,tonjolan, dsb.) lebih jelas pada pria. Tulang dahi
dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih miring pada pria, pada
wanita hampir tegak lurus; benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara
pada wanita, pada pria agak menghilang. Arc supercilliaris lebih kuat pada
laki-laki; sering hampir tidak kentara pada wanita; pinggir lekuk mata
(orbita) agak tajam/tipis pada wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk
orbita pada pria lebih bersegi empat, pada wanita lebih oval membulat.
Pada tulang pelipis mastoid, prossesus mastoideus besar dan incisura
mastoidea lebih mendalam pada pria.

Tabel. Identifikasi jenis kelamin dari tengkorak kepala


No Yang membedakan Laki – laki Perempuan
1 Ukuran Kapasitas intra kranial Kapasitas intra

9
lebih besar 10 % dari kranial lebih kecil
perempuan 10% dari laki – laki
2 Glabella Kurang menonjol Lebih menonjol
3 Daerah supra orbita Lebih menonjol Kurang menonjol
4 Processus Lebih menonjol Kurang menonjol
mastoideus
5 Protuberantia Lebih menonjol Kurang menonjol
occipitalis
6 Arcus zigomaticus Lebih menonjol Kurang tegas
7 Dahi Curam,agak datar Bulat/bundar
8 Eminentia frontalis Lebih menonjol Kurang menonjol
9 Orbita Letak lebih rendah, Lebih tinggi, relatif
relatif lebih kecil, batas lebih besar, batas
agak bulat dan tajam dan berbentuk
berbentuk seperti bulat
persegi empat
10 Nasion Angulasi jelas Angulasi kurang
menonjol
11 Malar prominence Lebih lengkung Lebih datar
12 Lobang hidung Lebih tinggi dan sempit Lebih rendah dan luas
13 Eminentia parietalis Kurang Lebih
14 Condilus occipitalis Besar Kecil
15 Condylar facet Panjang dan sempit Pendek dan luas
16 Foramina Lebih besar Lebih kecil
17 Palatum Lebih besar dan Lebih kecil dan
berbentuk seperti huruf parabolik
“U”
18 Digastric groove Dalam Dangkal
19 Sinus frontalis Lebih berkembang Kurang berkembang
20 Gigi Lebih besar Lebih kecil
21 Permukaan tulang Permukaan seluruhnya Seluruhnya halus
kasar dengan tempat dengan tempat
perlekatan otot yang perlengketan otot
lebih menonjol yang kurang
menonjol

 Mandibula

10
Sudut yang terbentuk  oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil
pada pria (mendekati 90º). Benjolan dagu (protuberia mentalis) lebih
jelas/besar pada pria. Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.

Tabel. Identifikasi jenis kelamin dari mandibula


No Yang Laki – laki Perempuan
membedakan
1 Ukuran Lebih besar Lebih kecil
2 Sudut anatomis Everted Inverted
3 Dagu Berbentuk persegi empat Agak bulat
4 Bentuk tulang Berbentuk seperti huruf Berbentuk seperti huruf
“V” “U”
5 Mental tubercle Besar dan menonjol Tidak signifikan
6 Myelohyoid line Menonjol dan dalam Kurang menonjol dan
dangkal
7 Tinggi pada Lebih Kurang
simphisis mentii
8 Ramus ascending Lebih lebar Lebih sempit
9 Condylar facet Lebih besar Lebih kecil
10 Berat dan Lebih Lebih ringan dengan
permukaan berat,permukaannya permukaan yang halus
kasar dengan tempat
perlengketan otot yang
menonjol
11 Gigi Lebih besar Lebih kecil

 Tulang Panjang
Tabel. Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Panjang
No Yang membedakan Pria Wanita
1 Panjang Lebih panjang Lebih pendek
2 Tempat perlekatan otot Prominen Kurang prominen
3 Diameter caput femur Lebih lebar Lebih kecil
4 Diameter caput humerus Lebih lebar Lebih kecil
5 Condylus humerus Permukaan luas, lebar Lebih kecil

2.3.4 Identifikasi tinggi badan


Salah satu informasi yang penting untuk melacak identitas seseorang
adalah informasi tentang tinggi badan. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi

11
badan yang tepat dari pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati. Ada beberapa
rumus yang dipakai untuk memperkirakan tinggi badan, antara lain :
 Panjang kepala kira-kira 1/8 panjang badan
 Pertengahan panjang kepala adalah garis tepat di bawah mata
 Dari dagu ke lubang hidung = lubang hidung ke bawah mata = 1/4
panjang kepala
 Pubis membagi tinggi badan menjadi 2 sama panjang
 Tinggi badan kira-kira sama dengan jarak ujung jari ke ujung jari
apabila kedua tangan direntangkan
 Panjang tangan = 1/2 panjang lengan bawah = 1/2 panjang lengan atas
 1/2 panjang tangan = phalang = metacarpal + carpal
Jika jenasah yang tidak utuh lagi, maka tinggi badan dapat dilakukan
dengan menggunakan tulang-tulang panjang, tetapi hasilnya lebih akurat apabila
tersedia atau diperoleh tulang- tulang panjang. Ada beberapa rumus yang dipakai :
 Karl Pearson
 Trotter dan Gleser
 Dupertuis dan Hadden
 Regression Formula
 Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa)
 Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia oleh Djaja S. A.

Pengukuran tinggi badan dengan memakai rumus-rumus tersebut


dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur panjang maksimum dari tulang
humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula. Adapun cara mengukur panjang
maksimum dari tulang tersebut adalah :
 Panjang maksimal tulang humerus
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada caput
humeri dan titik paling distal pada trochlea humeri.
 Panjang maksimal tulang radius
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada caput
radius dan titik paling distal pada processus styloideus.

12
 Panjang maksimal tulang ulna
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada olecranon
dan titik paling distal pada processus styloideus.
 Panjang maksimal tulang femur
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada caput
femoris dan titik paling distal pada condylus medial.
 Panjang maksimal tulang tibia
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada tuberculum
intercondylus dan titik paling distal pada malleolus medialis.
 Panjang maksimal tulang fibula
Diukur dari jarak lurus antara ujung paling proksimal pada apex capitis
fibula dan titik paling distal pada malleolus lateralis.

Tulang – tulang mempunyai korelasi tinggi terhadap tinggi badan antara:


femur (r = 0,8), tibia (r = 0,7) ,hunerus (r = 0,7), dan radius ( r = 0,7). Kombinasi
dari tulang panjang tentu lebih realible dari pada hanya satu tulang saja, terutama
bila terdapat femur+ tibia.
Rumus Karl pearson.
Laki- laki :
Tinggi badan = 81,306 + 1,88 femur
Tinggi badan = 70,641 + 2,894 humerus
Tinggi badan = 78, 664 + 2,376 tibia
Tinggi badan = 85,925 + 3,271 radius
Tinggi badan =71,272 + 1,159 (F+T)
Tinggi badan = 69, 855 +1,73 (H+R)
Tinggi badan = 69,788 + 2,769 H+ 0,195 R
Tinggi badan = 68, 397 + 1,03 F + 1, 557 H
Tinggi badan = 67,049 + 0,913 F + 0,6 T + 1,225 H -0,187 R

Wanita :
Tinggi badan = 72,844 + 1,945 F
Tinggi badan = 71,475 + 2,754 H

13
Tinggi badan = 74,774 + 2,352 T
Tinggi badan =81,224 + 3,343 R
Tinggi badan =69, 154 + 1,126 ( F + T)
Tinggi badan =69,154 + 1, 126 F + 1,126 T
Tinggi badan =69,911 + 1, 628 ( H + R)
Tinggi badan =70, 542 + 2, 528 H+ 0, 281 R
Tinggi badan = 67,435 + 1,339 F + 1,027 H
Tinggi badan = 67, 469 + 0, 782 F + 1,12 T + 1,059H -0,711 R.

Keterangan :
H = panjang maksimal humerus
T = panjang maksimal tibia
R= panjang maksimal radius
F= panjang maksimal fibula

2.3.5 Identifikasi Usia


Tabel. Penentuan umur dari obliterasi sutura
Umur Sutura Sagitalis Sutura Coronalis Sutura Lamboidea
18-30 Pars obelica Parstemporalis (awal)
30-40 Pars bregmativa Parstemporalis (akhir) Pars lamboidea
Parscomplicata (awal)
40-50 Hampir sempurna Parscomplicata(akhir) Pars media
Parsbregma (awal)
50-60 Sempurna Parsbregmatica Hampir sempurna
(akhir)
60-70 Sempurna Hampir sempurna Hampir sempurna
>70 Sempurna Sempurna sempurna

2.3.6 Identifikasi ras


No. Ciri-ciri eropa Mongol Negro
1 Tulang hidung Panjang- Lebar-pendek Lebar-pendek
sempit
2 Tinggi tulang hidung Tinggi Antara eropa- Rendah
negro
3 Tulang pipi Lengkung, Antara eropa- Datar-lebar

14
tidak lebar negro
4 Tulang langit-langit Segitiga Tapal kuda Segi empat
5 Gigi seri Tidak Tidak Mirip skop
6 Rasio tibia-femur Kecil Kecil Agak besar
7 Rasio radius-femur Kecil Kecil Agak besar
8 Lengk.femuralis menonjol Menonjol Kurang
menonjol

2.3.7 Pemeriksaan Sidik Jari


Sidik jari merupakan jejas yang ditimbulkan oleh impresi dari tonjolan
papiler jari-jari. Secara teknis disebut dactyloscopy. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Henry F dan F Gluton pada tahun 1880 mengemukakan bahwa
sidik jari merupakan :
a. Susunan dari tonjolan – tonjolan papiler setiap orang adalah berlainan
b. Susunun tersebut tetap, tidak berubah sepanjang hidup seseorang
Meskipun sidik jari seseorang tidak berubah sepanjang hidup, tetapi bisa
terganggu dengan adanya jaringan parut atau oleh karena trauma. Meskipun kulit
ari sudah hilang karena proses pembusukkan, sidik jari masih didapat dari garis
garis yang ada di dermis.
Apabila kulit sudah kering dan mengelupas, dapat memakai vaselin yang
digosokkan untuk melembutkan kulit, kemudian dicuci dan disuntikkan paraffin
supaya kulit yang keriput menjadi tegang lagi. Pada korban tenggelam untuk
mendapatkan sidik jari yang baik, ujung jari direndam 15 jam dalam campuran :
Formaldehyd 40% 20 cc, glycerin 60 cc, alkohol 90%, Sod. Bichromate 1% 100
cc, dan H2O 600 cc.
Untuk membandingkan sidik jari, ada 16 – 20 titik yang harus
dibandingkan, dan minimal 12 titik sama. Selain sidik jari tangan, bisa juga
menggunakan sidik jari dan telapak kaki, terutama pada kecelakaan pesawat udara
dimana badan / tangannya hancur dan kakinya masih utuh karena bersepatu.

2.3.8 Pemeriksaan Golongan Darah


Pada korban yang masih segar, prinsip pemeriksaan golongan darahnya
dapat meliputi :

15
a. Golongan darah bila antigen pada sel darah merah
 Tes aglutinasi dalam garam faali
 Tes aglutinasi dalam albumin
 Tes anti human globulin (comb test)
b. Golongan darah bila antigen dalam serum
 Anti human globulin (hemm test)
 Elektrophorese
 Isoelektrissche Fokusierung (IEF)
c. Golongan darah bila antigen didalam enzim pada sel darah merah
 Elektrophorese
 Isoelektrissche Fokusierung (IEF)
d. Golongan darah bila antigen dalam sel darah putih
 Lympho zytotoxizitattes
 Leukozytenagglutinations test
Kesulitan akan timbul bila bercak darah sudah kering, sehingga harus
menggunakan dried blood stain methods, yaitu :
 Absorption – elution teknik (Nicholls – Pereira test)
 Absorption – inhibition teknik

2.3.9 Tanda – tanda pekerjaan / kebiasaan


Akibat pekerjaan / kebiasaan maka pada seseorang dapat ditemukan
kelainan yang dapat dipakai untuk identifikasi, misalnya :
 Morphinis : banyak sikatrik bekas suntikkan
 Perokok : ujung jari kuning, gigi kehitaman
 Pemikul / kuli : kulit bahu menebal / hiperkeratosis
 Tukang roti : sisa tepung dibawah kuku

2.3.10 Gigi – geligi


Gigi merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling awet / tahan
meskipun jenasah sudah membusuk, terkena api atau bahan kimiawi. Susunan gigi

16
seseorang mempunyai ciri tersendiri. Pemeriksaan gigi dalam odontogram
meliputi :
a. Pemeriksaan gigi alamiah
 jumlah gigi yang ada
 akar / potongan akar yang terlihat
 ekstraksi baru / lama / sudah sembuh / belum
 tambalan, mahkota / bahan yang dipakai
 gigi yang rusak
 apicectomy
 irregularitas
 tanda-tanda kebiasaan
 kondisi paradontal
 posisi partial dental
b. Pemeriksaan gigi palsu
 gigi buatan siapa
 warna dan cetakannya
 tipe dan bahan dasar
Selain itu X – ray dari rahang juga dapat membantu terutama apabila ada
foto X – ray semasa hidupnya. Dan juga dari gigi bisa juga ditentukkan golongan
darah dengan menggunakan teknologi biomolekuler (DNA)

2.3.11 Kelainan patologi / luka


Misalnya :
 Mioma uteri
 Sikatrik bekas luka / operasi
 Struma
 Koreng / luka – luka kronis

2.3.12 Warna kulit, mata, dan rambut


Bila polisi menemukkan sepotong kulit, dapat dicocokkan dengan bentuk
luka dan warna kulit tersangka. Proses pembusukkan dapat merubah warna iris

17
menjadi cokelat kehijauan. Pada rambut bisa dilakukan pemeriksaan secara
makroskopis dan mikroskopis, meliputi :
 Apakah rambut / bukan
 Rambut manusia / bukan
 Manusia : diameter 50 – 150 mikron, kutikula pipih, pigmen
rambut sedikit dan terpisah – pisah, indeks medulla ( diameter
medulla : diameter rambut) = 1 : 3
 Hewan : diameter < 25 / > 300 mikron, kutikula kasar dan
menonjol, pigmen padat dan tidak terpisah, indeks medulla ≥ 1:
2
 Rambut dari bagian tubuh mana
 Warna, bentuk, penampang
 Rambut tersebut tercabut paksa / rontok / terpotong
 Panjang rambut
 Ukuran diameter ( dalam micron)
 Sifat kutikula, korteks, medulla dan ujung rambut
 Rambut dicat / tidak
Selain itu rambut dapat digunakan untuk menentukkan jenis kelamin. Pada
wanita ditemukkan adanya kromatin di dalam inti sel sarung akar rambut. Dan
juga dapat menentukkan golongan darah dari rambut melalui metode absorption –
elution.

2.3.13 Benda – benda milik pribadi


Yang penting, anatara lain : KTP, SIM, tanda pangkat, potret, cincin
kawin, pakaian, atau robekkan kain korban.

2.3.14 Tatto, cacat, dan kelaianan bawaan


Dari tattoo dapat kita periksa : tulisan, gambaran, warna, dan
lokalisasinya. Bekas patah tulang, punggung bongkok, kaki amputasi, bibir
sumbing, polydactili, nevus dan cacat / kelainan bawaan lainnya yang dapat
membantu identifikasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1 st ed. Medan: USU


Press
2. Boer, Ardiyan. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan Angkasa
Raya.
3. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi
Forensik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Halaman 197-202.
4. Glinka, J. 1990. Antopometri & Antroskopi. 3rd ed. Surabaya.
5. Hariadi, Hoediyanto. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Edisi 8. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
6. https://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/identifikasi-tulang/
7. Krogman, W.M., Iscan M. Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic
Medicine.
8. Nandy, A. 1996. Principles of Forensic Medicine. 1st ed. Calcutta: New
central Book Agency (P) Ltd.
9. Nielsen, S. K. 1980. Person Identification by Means of The Teeth. Bristol:
John Wright & Sons Ltd.

19

Anda mungkin juga menyukai