RAFINKA RIVANDA - 20430054 - 1G3 - Proses Keimanan
RAFINKA RIVANDA - 20430054 - 1G3 - Proses Keimanan
NPM : 20430054
Kelas : 1G3
Jurusan : Produksi Garmen
Dosen : Drs. H. Chairul B SPdI.,MBA.,MM.
Mata Kuliah : Agama Islam
Resume
Al-Hidayah dan Proses Keimanan Umat Islam Di Dunia
Secara etimologi keimanan berasal dari kata imana yang berarti kepercayaan atau
keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah dan
At-Tabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diwujudkan dengan perbuatan. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim untuk berbuat. Jadi seseorang dinyatakan iman bukan hanya
percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam
perbuatannya. Dalam Islam dikenal dengan istilah rukun Iman, yakni iman kepada Allah SWT,
Kitab Suci, Para Rasul, Malaikat-malaikat, Hari Akhir, dan pada Qadha dan Qadar.
Benih iman bisa dibawa sejak dalam kandungan dan bisa pula didapati dari proses
pencarian kebenaran akan nilai-nilai ketuhanan yang ada pada diri manusia. Karena pada
dasarnya semua manusia mempunyai benih-benih keimanan tersebut sebagaimana dijelaskan
oleh Al-Qur’an dalam surat Al-‘Araf (7): 172:
ْ َس ِه ْم أَل
ستُ بِ َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى ِ ُش َه َد ُه ْم َعلَى أَ ْنف ْ ََوإِ ْذ أَ َخ َذ َربُّكَ ِمنْ بَنِي آ َد َم ِمنْ ظُ ُهو ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَ ُه ْم َوأ
َش ِه ْدنَا أَنْ تَقُولُوا يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا عَنْ َه َذا َغافِلِين َ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Rabbmu. Mereka menjawab: Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi
saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb).
(QS. 7:172)”
Berdasarkan ayat tersebut, nampaklah bahwa manusia secara fitrah adalah suci dan
baik, dan mempunyai bibit-bibit keimanan, akan tetapi lebih disebabkan faktor-faktor luar yang
mempengaruhinya untuk menolak keimanan tersebut. Oleh sebab itulah, diperlukan pendidikan
agama di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Tanda-tanda orang beriman dan bertakwa :
1. Asyaddu hubban lillah (rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan
harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya. (QS. Al-Baqarah2:165)
2. Jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah (QS. Al-Hujurat 49: 15)
3. Orang-orang yang khusyuk dalam shalat, menjauhi dari yang tidak berguna,
berzakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanat, menjaga shalat. (QS. Al-
Mu’minun 23: 1-11)
4. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar (QS. Al-Anfal 7:2)
5. Iman mereka bertambah bila mendengar ayat Allah (QS. Al-Anfal 7:2)
6. Bertawakkal kepada Allah (QS. Al-Anfal 7:2)
Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah yang
disertai dengan usaha mencari sebab. Orang beriman hanya bertawakkal kepada
Allah. Karena mereka tahu, tawakkal merupakan ibadah yang hanya ditujukan
kepada Allah semata. Tawakkal merupakan tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena
itu, ciri mukmin sejati adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdo’a
kepada-Nya.
7. Menegakkan sholat (QS. Al-Anfal 7:3)
Mendirikan atau menegakkan shalat. Bukan sekadar mengerjakan shalat. Karena
yang dimaksud dengan iqamatus Shalah (mendirikan/menegakkan shalat) adalah
mendirikan shalat dengan memenuhi rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, sunnah-
sunnhnya, dan adab-adabnya.
8. Menginfakkan Sebagian rezeki yang mereka peroleh (QS. Al-Anfal 7:3)
Rezeki yang dimaksud di sini tidak hanya berupa harta. Tapi termasuk di
dalamnya harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman menginfakkan
kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah Ta’ala. Infaq di sini bisa
mencakup yang wajib maupun yang sunnah. Karena Ibadah kepada dengan harta
(‘ibadah maliyah) memiliki ragam bentuk, seperti zakat, infaq, sedekah, waqaf,
hibah, hadiah, dan memberi pinjaman.
Jika dilihat dari pembagian hidayah yang dijelaskan oleh al-Maraghi maka dapat
dikatakan bahwa sebenarnya manusia sudah mendapatkan hidayah umum dari
Allah SWT yang berupa hidayah al-ilhamiah (petunjuk ilham), hidayah al-
hawasiah (petunjuk panca indra), hidayah al-‘aqliah (petunjuk akal), dan hidayah
ad-diniyah (petunjuk agama). Namun, hidayah khusus menurut al-Maraghi hanya
diberikan kepada orang-orang spesial. Menurutnya, hal ini dapat dilihat sesuai
dengan konteks derajat ketakwaan masing-masing manusia.
3. Ikhtiar
a. Tahap penyiapan benih keimanan anak, dilakukan dengan hubungan suami istri
yang Islami, mengkonsumsikan makanan/minuman yang halal, berpandangan
dan bersikap hidup yang Islami
b. Tahap pengenalan pada ajaran Islam, yaitu melalui Pendidikan oleh keluarga
atau lingkungannya, mulai tingkat verbal, pemahaman, sampai amalan,
dilakukan sedini mungkin, terutama pendidikan akhlak dan Al-Qur’an
c. Tahap pembiasaan, yaitu membiasakan untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran