Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI TERAPETIK

Nama Mahasiswa / NIM : kiki patmala (1814201208)


Hari / Tanggal : kamis,14 mei 2020
Ruangan :-
Pertemuan ke : 1 ( pertama)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
1. DS: Klien mengatakan bahwa dia sudah bosan dengan penyakit dideritanya
Selama ini,ini membuat ny. A sangat terpukul dan ingin mengakhiri hidupnya.
2. Ny. A mengatakan bahwa iya malu dengan keadaan yang dialaminya dan merasa
lelah dengan apa yang dihadapinya.
1. DO: Klien menarik diri dari lingkungan dan memikirkan hal-hal yang kurang baik
seperti harapan tidak akan sembuh lagi.
(Pertemuan I : Menggabungkan data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa).
(Pertemuan II, dst : Data tentang perkembangan kesehatan dan kemampuan klien).
2. Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang
hargai.
(Diagnosa yang ditegak kan sesuai dengan masalah klien saat itu)
3. Tujuan khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam , harga diri rendah
meningkatkan dengan KH:
1. Klien mulai bisa merasa diterima oleh lingkungannya.
(Tujuan yang direncanakan untuk diimplementasikan)
4. Tindakan keperawatan : indentifikasi kemampuan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
(sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang direncanakan)
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(Berupa kalimat yang dibuat dalam bentuk operasional)
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik :
P: “ Selamat pagi ibu. Perkenalkan saya perawat kiki patmala ,ibu bisa memanggil
saya perawat kiki. Saya perawat yang akan bertugas dari pukul 8 pagi ini sampai jam
2 siang nanti.”
P: “ Sebelumnya, apakah benar dengan ibu A?”
P: “ Boleh saya lihat tanda pengenal yang ada ditangan ibu.?”
(Pertemuan I : Perkenalan antara perawat dengan klien)
(Pertemuan II, dst : Mengucapkan salam)
b. Evaluasi / Validasi :
P: “ Baiklah bu, bagaimana keadaan ibu hari ini?”
P: “ Bagaimana tidurnya tadi malam, apakah nyenyak bu?”
(Pertemuan I : Berisi kajian tentang keluhan / alasan pasien meminta pertolongan)
(Pertemuan II, dst : Menanyakan perasaan pasien, mengevaluasi kembali topik
sebelumnya dan jadwal latihan pasien)
(Pertemuan terakhir : Berfokus pada semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan, kemampuan yang telah dimiliki klien, jadwal kegiatan RS yang dilakukan
di rumah)
c. Kontrak
 Topik :
P: “ Baiklah bu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan yang ibu
alami saat ini.
(Hal yang akan dibicarakan sesuai dengan tujuan khusus saat itu)
 Waktu :
P: “Baiklah bu, untuk waktunya kurang lebih 10 menit
(Alokasi waktu yang disepakati selama interaksi)
 Tempat :
P: “ dan akan dilakukan diruangan ini saja ya bu.”
(Tempat dilaksanakannya interaksi sesuai kesepakatan)
2. Fase Kerja :
P: “ Baiklah ibu, jadi apa yang menyebabkan ibu defresi begini bisa ibu ceritakan kepada
saya?
P: “ Oh, jadi ibu putus asa, merasa malu dengan kondisi ibu saat ini dan sampai ingin
melakukan percobaan bunuh diri?”
P: “ Sabar ibu, jangan menyerah, dan terus lawan penyakit itu,banyak- banyak melakukan
hal positif seperti sholat dan mengaji tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan diluar
batas kemampuan ibu.Semuanya pasti berlalu. Saya tau ibu pasti bisa,karena ibu kuat jadi
bersemangatlah orang diluar sana terutama keluarga ibu dan saya memikirkan ibu dan
berdoa untuk kesembuhan ibu.”
(Berisi berbagai tindakan keperawatan yang direncanakan sesuai dengan SP)

3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif :
P: “ Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan bercakap-cakap tadi?”
(Menanyakan perasaan pasien setelah interaksi)
Evaluasi Objektif :
P: “ Baiklah ibu, bisa ibu sebutkan lagi apa saja yang saya beritahu tadi?”
(Pertemuan I, dst : Mengevaluasi kembali tindakan yang telah dilakukan)
(Pertemuan terakhir : Mengevalusi keseluruhan tindakan yang telah diajarkan)

b. Rencana Tindak Lanjut :


P: “Baiklah bu, untuk tindakan selajutnya kita akan melakuan hal positif di rumah
sakit dengan mengingatkan sholat dan mengaji supaya ibu tidak berputus asa lagi dan
mendegarkan kajian murotal?”
(Pertemuan I, dst : Apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan dan memasukkannya dalam jadwal kegiatan harian)
(Pertemuan terakhir : Rencana yang akan dilakukan klien setelah keluar dari RS)
c. Kontrak yang Akan Datang (untuk pertemuan I, dst)
P: “ Baiklah ibu besok kita lakukan terapi murotal ya bu”
(Hal yang akan dibicarakan pada pertemuan selanjutnya)
Waktu :
P: “Baiklah ibu untuk waktunya jam 8 pagi ya ibu.”
(Waktu yang disepakati untuk pertemuan selanjutnya)
Tempat :
P: “ Baiklah bu, untuk tempatnya diruangan ini saja ya bu.”
(Tempat dilaksanakannya interaksi pada pertemuan selanjutnya)
Kontrak yang akan datang (untuk pertemuan terakhir)
...............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
..............................................................................................................
(Kontrak untuk kontrol rawat jalan)
PELAKSANAAN TEKNIK KOMUNIKASI
DALAM PSIKOSOSIAL PASIEN TERMINAL

Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi


Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomonikasi perawat
juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat
dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.

1.      Fase Denial ( pengikraran )


Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau
menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya
bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus
menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah
letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan
tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit
sampai beberapa tahun.

Teknik komunikasi yang di gunakan :


Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi
kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata

2.      Fase anger ( marah )


Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan.
Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang
ada di sekitarnya, orang –orangtertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun
dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek

3.      Fase bargening ( tawar menawar )


Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ .
apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai
“ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan

4.      Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara,
kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn
yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
      
5.      Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.  Fase menerima ini biasanya di
nyatakan dengan kata kata ini  “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?”
Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan,
maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara
tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan
sediakan waktu  untuk mendiskusikan perasaan  keluarga terhadap kematian pasien.
6.      Menyampaikan berita buruk
langkah – langkahnya adalah :

a.      Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari
seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada
anda “
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat,
dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan
perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat
yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar

b.         Membuat hubungan


Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara
sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas penting di awal ;
         Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang
elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang pemahaman
resipien terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan
akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat
mengutarakan pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?”
c.       Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua
yang ada lingkungannya.
         Bicara pelan
Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.

d.         Akibat dari berita


Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
         Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada  dalam
pikiran anda saat ini?
         Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk.
Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan
bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.
ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS

  Kasus
            Ny.A usia 45 tahun dirawat di  RS XXX karena penyakit Diabetes Melittus yang tak
kunjung sembuh. Penyakit yang dideritanya selama 3tahun semakin lama semakin parah. Beliau
dibawa ke RS karena beberapa waktu lalu kaki kanannya terkena pecahan kaca dan lukanya tidak
lekas sembuh
Ny.A sudah dirawat selama dua minggu, Ny.A mendapat perawatan yang baik dari
RS.  Namun, Ny.A  mengatakan bahwa Beliau sudah bosan dengan penyakit yang dideritanya
selama ini. Ini membuat  Ny.A sangat terpukul dan ingin mengakhiri hidupnya. Setelah ditanya
perawat, Ny.A  mengatakan bahwa Beliau malu  dengan keadaan yang dialami dan beliau merasa
lelah dengan apa yang dihadapinya
Ini membuat Ny.A menarik diri dari lingkungan dan lebih sering memikirkan hal – hal
yang kurang baik seperti harapan tidak akan sembuh lagi. Dengan begitu, perawat harus mencari
cara agar ny.A tidak lebih terpuruk dengan keadaannya Ny.Asehingga Ny.A mau untuk bersabar
dan menerima keadaan yang beliau alami saat ini.

Anda mungkin juga menyukai