Anda di halaman 1dari 47

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Teknologi Sediaan Herbal

Oleh
1. ARINI SILKA MARDLIYA 201751039
2. DWI CITRA 201751088
3. EFILENDRIA 201751091
4. NOFI ARIYANTI 201751238
5. SISKA INDRIYANI 201751305

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SIANS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2020

1
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK ETANOL KELOPAK
BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)” adalah karya kami sendiri dan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik, baik di Institut
Sains dan Tenologi AL-KAMAL maupun di Perguruan Tinggi lain. Informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah dicantumkan dalam daftar rujukan yang dituliskan dalam skripsi ini.

Jakarta, 10 Oktober 2020

Materai Rp 6.000,00

Arini Silka Mardliya 201751039


Dwi Citra 201751088
Efilendia 201751091
Nofi Ariyanti 201751238
Siska Indriyanti 201751305

2
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Arini Silka Mardliya 201751039


Dwi Citra 201751088
Efilendria 201751091
Nofi Ariyanti 201751238
Siska Indriyanti 201751305
JUDUL TESIS : FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus
Sabdariffa L.)

DISETUJUI OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

( ) ( )

3
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK ETANOL


KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)

OLEH
Arini Silka Mardliya 201751039
Dwi Citra 201751088
Efilendria 201751091
Nofi Arfiyanti 201751238
Siska Indriyanti 201751305

Dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal
Pada Tanggal 10 Oktober 2020

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Farmasi

(Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M., Apt.)

Penguji Skripsi:
1. Prof. Dr. Ketua Penguji, Apt. 1. …………….
2. Dr. Penguji Kedua, Apt. 2. ……………..
3. Dr. Penguji Ketiga 3. ……………..

4
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi Sarjana Farmasi tidak dipublikasikan, namun terdaftar dan tersedia di


perpustakaan Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal, Jakarta, dan terbuka untuk umum
dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin
pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh isi skripsi haruslah seizin
Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal.

Perpustakaan yang meminjam skripsi ini untuk keperluan anggotanya harus mengisi
nama dan tanda tangan peminjam dan tanggal peminjaman.

5
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim..
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Sehingga dengan bentuk kasih sayang-Nya kita masih dapat menghirup
udara dan bernafas serta melakukan aktifitas sebagaimana mestinya. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia keluar dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang
benderang.
Pada kesempatan kali ini, Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)” ini dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan
Herbal yang diampu oleh Ibu apt. Dewi Rahma Fitri, M.Farm.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman
mahasiswa serta dosen yang bersifat membangun selalu diharapkan guna memperbaiki
karya-karya penulis di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan membawa berkah kepada kita semua terutama bagi para pembaca sekalian. Amin
Yaa Robbal ‘Alamin.

Jakarta, 10 Oktober 2020

Penulis

6
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK ETANOL
KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)

ABSTRAK

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman obat yang termasuk ke
dalam famili Malvaceae. Secara empiris, Rosella berkhasiat dalam menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang
paling baik dalam pembuatan tablet effervescent dari ekstrak etanol kelopak bunga
Rosella dengan variasi kadar Polivinilpirolidon (PVP) sebagai pengikat. Ekstrak etanol
kelopak bunga Rosella dibuat menggunakan metode maserasi dalam etanol 70% dengan
perbandingan 1:5. Tablet efervesen dibuat menggunakan metode granulasi basah
dengan variasi PVP sebesar 0,1%, 0,5%, 1%, 5%, dan 10%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perbedaan kadar PVP mempengaruhi sifat fisik tablet yaitu
penampilan, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas, dan
waktu larut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa formula I yang paling
baik.

Kata Kunci: formulasi, tablet efervesent, Rosella, PVP

7
EFFERVESCENT TABLET FORMULATION FROM THE ETHANOL EXTRACT
OF THE ROSELLA FLOWER CLOSE (Hibiscus Sabdariffa L.)

ABSTRACT

Rosella ( Hibiscus sabdariffa L.) is a herb that include Malvaceae family. At first,
Rosella breeding directed to gain stem fiber as material of string andsubstitute of hemp,
but nowadays the aim of Rosella breeding has changed become material of food and
beverages. Empirically, Rosella has ability of healing many disease.This research
aimed to know the bestformula of effervescent tablet from calix rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) etanolic extract with concentration variety of Polyvinylpirrolidone (PVP)
as binder. Calix Rosella etanolic extract was made with maceration method used Etanol
70% with comparison 1:5. Effervescent tablet has made by wet granulation method with
PVP variety: 0,1%, 0,5%, 1%, 5%, and 10%.The result showed that the differences of
PVP concentration would effect the characteristic of tablet, there was performance, size
uniformity, weight uniformity, tablet hardness, friability, and dissolution time. Formula
scoring with that parametre shows that the first formula as the best formula.

Key words: formulation, tablet, effervescent, Rosella, PVP

8
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………. 1
LEMBAR PERNYTAAN …………………………………………………… 2
PERSETUJUAN SKRIPSI SARJANA FARMASI ……………………….... 3
PENGESAHAN SKRIPSI SARJANA FARMASI ………………………… 4
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ……………………………………. 5
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. 6
ABSTRAK …………………………………………………………………… 7
ABSTRACT …………………………………………………………………… 8
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. 9
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 11
A. Latar Belakang …………………………………………………. 11
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 12
C. Batasan Masalah ……………………………………………….. 12
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 12
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 14
A. Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) ………………...……... 14
1. Deskripsi Tumbuhan ………………………………………. 14
2. Klasifikasi Tanaman Rosella …………………………......... 15
3. Morfologi Tanaman Rosella ……………………………….. 15
4. Perkembangan Biakan Tanaman Rosella…………………… 17
5. Kandungan Zat Kimia Pada Bunga Rosella………………… 17
6. Manfaat……………………………………………………… 17
B. Metode Ekstrasi …………………………………………………. 18
1. Cara Dingin ………………………………………………….. 19
2. Cara Panas ……………………………………………………. 20
C. Tablet Effervescent ……………………………………………… 22
1. Pengertian Tablet Effervescent……………………………… 22
2. Karakteristik dan Bahan Dasar Tablet Effervescent………… 23
3. Metode Dalam Pembuatan Tablet Effervescent…………….. 27

9
4. Teknik Formulasi Tablet Effervescent………………………. 28
5. Evaluasi Sediaan…………………………………………….. 29
6. Kelebihan Tablet Effervescent………………………………. 31
7. Kekurangan Tablet Effervescent…………………………….. 32
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………… 33
A. Alat dan Bahan …………………………………………………. 33
B. Prosedur Kerja …………………………………………………… 33
C. Analisis Data ……...……………………………………………… 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 38
A. Ekstraksi ………………………………………………………….. 38
B. Evaluasi Granul …………………………………………………… 38
C. Evaluasi Tablet …………………………………………………… 39
KESIMPULAN………………………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 46

10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat beragam,
negara terbesar kedua keanekaragaman hayatinya setelah Brazil. Di Indonesia,
dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun, baru 1.000 jenis tanaman
telah terdata dan baru sekitar 300 jenis saja yang sudah dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional (Hariana, 2005). Krisis moneter yang melanda Indonesia dan
berlanjut menjadi krisis ekonomi nyang berkepanjangan, berdampak pada
melonjaknya harga oba-obatan modern secara drastis, oleh karena lebih dari 90%
bahan bakunya tergantung impor. Kecenderungan kuat dari masyarakat untuk back
to nature atau kembali kealam menggunakan pengobatan dengan bahan alam, tidak
hanya berlaku di Indonesia. Didukung dengan adanya Kebijakan Menteri Kesehatan
RI tahun 1999 untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman obat asli
Indonesia untuk kebutuhan farmasi di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut sudah sewajarnya kalau Indonesia membangun industri
dan mengembangkan penelitian-penelitian pada sektor yang berbasis keaneka r
agaman hayati (Maheshwari, 2002). Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)
merupakan famili Malvaceae. Konon tanaman ini berasal dari India barat, Afrika,
dan Timur Tengah. Di Indonesia sendiri, nama Rosella sebenarnya telah dikenal
sejak tahun 1922. Awalnya pembudidayaan Rosella ditujukan untuk memperoleh
serat batangnya sebagai bahan baku pembuatan tali dan pengganti rami, namun
sekarang tujuan budi dayanya bergeser sebagai penghasil bahan makanan dan
minuman. Seluruh bagian tanaman ini mulai dari buah, kelopak, bunga, dan
daunnya dapat dimakan. Secara empiris, Rosella berkhasiat sebagai antiseptik,
aprodisiak, diuretik, sedative, dan tonik. Herbal Rosella banyak mengandung
Kalsium, Vitamin (terutama C, A,D, B1, dan B2), Magnesium, omega-3, beta
karoten, dan 18 asam amino essensial (Maryani dan Kristina, 2008).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi yang
demikian pesat mendorong para farmasis untuk membuat suatu formulasi yang tepat

11
untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang acceptable atau
dapat diterima oleh masyarakat, selain parameter kualitas yang tetap harus
terpenuhi. Tujuan formulasi tersebut adalah meningkatkan minat masyarakat dalam
mengkonsumsi obat-obat dari bahan alam (Lestari dan Natalia, 2007).
Pemikiran tersebut melatar belakangi dilakukannya penelitian tentang
pembuatan bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak etanol kelopak bunga
Rosella. Bentuk sediaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah tablet efervesen,
mengingat bentuk ini dalam hal tertentu relatif memiliki banyak keuntungan
dibanding bentuk sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam
waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, menghasilkan rasa yang
enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat
tertentu, dan mudah untuk digunakan serta nyaman..
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi tablet efervesen ekstrak etanol
kelopak bunga Rosella berikut kontrol kualitasnya, sehingga dapat diperoleh suatu
sediaan tablet efervesen ekstrak etanol kelopak bunga Rosella yang memenuhi
persyaratan. Formulasi dirancang dengan mengubah kadar Polivinilpirolidon (PVP)
sebagai pengikat, sehingga jumlah optimum dari bahan pengikat yang dibutuhkan
harus ditentukan dengan tepat. Ketepatan jumlah bahan pengikat yang digunakan
akan mempengaruhi sifat fisik tablet efervesent.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah
membuat formulasi tablet effervescent dari ekstrak etanol kelopak bunga Rosella
(Hibiscus Sabdariffa L.)
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah membuat formulasi tablet effervescent
dari ekstrak etanol kelopak bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) dengan
menggunakan Polivinilpirolidon (PVP) sebagai zat pengikat.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat formulasi tablet efervesen ekstrak etanol kelopak bunga Rosella
berikut kontrol kualitasnya, sehingga dapat diperoleh suatu sediaan tablet
efervesent ekstrak etanol kelopak bunga Rosella yang memenuhi persyaratan.

12
2. Untuk mengetahui cara pembuatan tablet effervescent dengan kandungan bahan
herbal.
3. Mengetahui kadar zat pengikat PVC yang tepat yang dibutuhkan untuk membuat
tablet effervescent ekstrak etanol kelopak bunga Rosella.
E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi kepada masyarakat bahwa terdapat peluang untuk
memanfaatkan bahan herbal seperti kelopak bunga rosella untuk dibuat sedian
tablet effervescent.
2. Penelitian dapat menghasilkan sediaan tablet effervescent dari ekstrak etanol
kelopak bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) yang memiliki mutu fisik yang
baik.
3. penelitian diharapkan dapat memberikan inovasi bagi masyarakat atau peneliti
selanjutnya untuk dapat menjadikan kelopak bunga rosella sebagai bahan
pertimbangan dalam pengembangan sediaan herbal tablet effervencent.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.)


1. Deskripsi
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah sejenis semak (perdu) yang ada di
seluruh wilayah tropis dunia. Asal rosella Florida Cranberry adalah dari Afrika
Barat. Masyarakat pada umumnya telah mengenal kenaf atau rosella (Hibiscus
cannabinus) sebagai tanaman penghasil serat karung dan kembang sepatu
(Hibiscus rosasinensis). Sedangkan bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa
Lynn), belum begitu dikenal. Bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Lynn),
dikenal di berbagai negara dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya ialah,
India Barat (Jamaican Sorrel ), Perancis (Oseille Rouge), Spanyol (Quimbombo
Chino), Afrika Utara (Carcade), dan Senegal (Bisap), Indonesia (Vinagreira,
Zuring, Carcade, atau asam Citrun). Dalam bahasa Melayu, tanaman ini dikenal
dengan nama asam paya, Asam kumbang atau asam susur (Mulyamin, 2009).
Tanaman rosella memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang
berbeda, yaitu:
a. Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosella berkelopak bunga kuning.
b. Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang
kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan bijinya
sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan (Comojime, 2008).
Di Indonesia nama rosella sudah dikenal sejak tahun 1922, tanaman
rosella tumbuh subur, terutama di musim hujan. Tanaman rosella biasanya
dipakai sebagai tanaman hias dan pagar. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai
tanaman hias dan pagar yang tidak dihiraukan, sekarang tanaman ini dikenal
dengan banyak khasiat yang bermanfaat bagi manusia (Daryanto-Agrina, 2006).
Tanaman rosella berkembang biak dengan biji, tanaman ini tumbuh di
daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat tumbuh di semua
jenis tanah, tetapi paling cocok pada tanah yang subur dan gembur. Tumbuhan
ini dapat tumbuh di daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 900 m di
atas permukaan laut. Rosella mulai berbunga pada umur 2-3 bulan, dan dapat

14
dipanen setelah berumur 5-6 bulan. Setelah bunga dipetik kemudian dikeluarkan
bijinya, lalu bunga itu dijemur dibawah sinar matahari. Satu batang rosella bisa
menghasilkan 2-3 kg bunga rosella basah, dalam 100 kg bunga rosella basah
bisa menghasilkan 5-6 kg rosella kering (Andiex, 2009).
2. Klasifikasi tanaman rosella
Tanaman rosella dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).
3. Morfologi tanaman rosella
a. Batang
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang bulat, tegak,
berkayu dan berwarna merah.tumbuh dari biji dengan ketinggian bisa mencapai
3-5 meter.

Batang Tanaman Rosella

b. Akar
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal.
c. Daun

15
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal berbentuk
bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal
berlekuk, Panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna
hijau dengan panjang 4-7 cm.

Daun Tanaman Rosella


d. Bunga
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna cerah,
Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika
dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan
merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1
(satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu,
panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah.
Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian
inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.

Bunga Rosella
e. Biji
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai biji berbentuk seperti
ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar
4 mm.

16
Biji Rosella

4. Perkembang biakan tanaman rosella


Tanaman rosella berkembang biak secara generatif (dengan biji).
5. Kandungan zat kimia pada bunga rosella.
Dalam 100 g daun rosela terkandung:
85 g air
3.3 g protein
0.3 g lemak
9 g karbohidrat
1.6 g serat
213 mg Ca
93 mg P
4.8 mg Fe
4.1 mg b-carotene
0.17 g Vitamin B1
0.45 mg vitamin B2
54 mg vitamin C
1.2 mg niacin
total energi sebesar 180 kJ.
Semakin pekat atau gelap warna merah bunga rosella, maka semakin tinggi
kadar antioksidan yang terkandung didalamnya, dan semakin asam rasa yang
dikeluarkan.
6. Manfaat
Bunga rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, diantaranya adalah :
menurunkan asam urat (gout), meredakan peradangan sendi (arthritis), bersifat
stomakik (merangsang selera makan), meningkatkan sistem syaraf dan dapat

17
meningkatkan daya ingat, dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi
(hypertensi), melancarkan buang air kecil (diuretic), sebagai anti inflammantory
yang kuat, mempunyai unsur antipiretik yang menurunkan panas dalam,
mempercepat pemecahan darah beku di otak, kandungan asiaticoside (triterpene
glycoside) dalam merangsang pembentukan lipid dan protein yang amat berguna
untuk kesehatan kulit.
Asiaticosides diklarifikasikan juga sebagai antibiotik, mengandung vitamin C,
B, D, K beberapa mineral penting temasuk magnesium, kalsium dan sodium,
dapat meredakan dan menghilangkan batuk kronis, menurunkan kolesterol,
menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi efek buruk miras,
mengurangi kecanduan merokok, mencegah stroke dan hypertensi, mengurangi
stress, memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula,
bersifat penetral racun, mencegah kanker, tumor, kista dan sejenis, maaq
menahun, 18igraine, demam tinggi, cocok untuk ibu hamil guna membentuk
kecerdasan otak anak di dalam kandungan, mampu meningkatkan gairah sex dan
tahan lama (dengan terapi rutin), dan lain-lain (Daryanto-Agrina, 2006).

B. METODE EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali campuran
bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja, karena komponennya saling
bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisikanya
terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal
semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat
digunakan atau yang mungkin paling ekonomis.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan
bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun
mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan
untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik
di laboratorium. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari
campurannya dengan menggunakan pelarut.

18
Metode ekstraksi terbagi menjadi 2 macam :
1. Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
akibat proses pemanasan. Ekstraksi dingin antara lain:
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau
dengan pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metode ini dengan
cara merendam sampel dengan sekali-kali dilakukan pengocokan.
Pengocokan dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary shaker
dengan kecepatan sekitar 150 rpm. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam
dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Namun dari beberapa
penelitian melakukan perendama hingga 72 jam.
Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan
larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersbut terus berulang hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam
sel.
Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan,
yaitu cara pengerjaannya yang lama dan ekstraksi yang kurang sempurna.
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan
pelarut melalui bahan sehingga komponen dalam bahan tersebut tertarik ke
dalam pelarut. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adesi,
daya kapiler dan daya geseran (friksi). Hasil perkolasi disebut perkolat.
Perkolasi banyak digunakan untuk mengekstraksi komponen dari bahan
tumbuhan. Pada proses perkolasi, terjadi partisi komponen yang diekstraksi,

19
antara bahan dan pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang,
maka semakin banyak komponen yang tertarik.
Kelemahan dari metode ini yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu yang
lama, sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak.
Keuntungannya adalah tidak memerlukan pemanasan sehingga teknik ini
baik untuk substansi termolabil (yang tidak tahan terhadap panas).

2. Ekstraksi Cara Panas


Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara
otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan cara dingin.
Metodenya antara lain:
a. Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan dengan
adanya pendinginan balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengekstraksi
bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen
yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa
anorganik karena sifatnya reaktif
b. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu
alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung, pelarut yang digunakan lebih sedikit dan
pemanasannya dapat diatur. Sedangkan kerugiannya, karena pelarut

20
digunakan secara berulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap
dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu
berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran
pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan
atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda
dalam pelarut cair di dalam wadah.
c. Destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap
atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa
yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut
dalam pelarut polar dan sebaliknya
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi (Ubay, 2011).
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang
terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu

21
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam
pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah
senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil.
Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel
semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut
dengan zat terlarut.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena
kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.

C. TABLET EFFERVESCENT
1. Pengertian Tablet Effervescent
Effervescent didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Tablet Effervescent adalah tablet tidak bersalut, umumnya
mengandung senyawa asam dan karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan
cepat dengan adanya air dengan melepaskan karbon dioksida.
Menurut (Lieberman, dkk.,1992) effervescent dapat didefenisikan sebagai
bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia
larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida
sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda).
Tablet Effervescent adalah tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam
effervescent atau bahan lain yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas
ketika kontak dengan air. Campuran effervescent telah diketahui dan digunakan
sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan metode yang
nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur
sebelumnya dengan disolusi.

22
Larutan effervescent berkilau, lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk
larutan dengan ketersediaan hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan
tablet atau kapsul biasa. (Siregar dan Wikarsa, 2010). Tablet effervescent
diharapkan bisa terlarut dalam air sebelum digunakan.
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat
atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air,
mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk
garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air.
Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau
kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa
yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa obat-
obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).
Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam
tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan kesulitan pada
pembentukan granul. Menurut Ansel dkk. (1999), jika asam sitrat digunakan sebagai
satu-satunya sumber asam maka akan dihasilkan massa campuran yang lengket dan
sulit dibuat granul. Sedangkan jika hanya digunakan asam tartrat akan dihasilkan
granul dengan kompaktibilitas yang rendah , mudah hancur dan rapuh.
Perbandingan asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa
digunakan adalah 1 : 2 : 3,4. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a)
serta asam tartrat dan natrium bikarbonat (b) dapat dilihat sebagai berikut :
a) H3C6H5O7 . H2O + 3NaHCO3 ® Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
b) H2C4H4O6 + 2NaHCO3 ® Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

2. Karakteristik dan Bahan Dasar Tablet Effervescent


Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervescent
seharusnya mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu
pembuatan sediaan ini harus dilakukan pada tempat yang kering.
a. Karakteristik komponen tablet Efervescent:
a) Dalam memproduksi tablet efervescent sama dengan yang digunakan untuk
tablet konvensional. Banyak dari proses dan alat proses yang sama.

23
Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk mendapatkan tablet
yang sesuai persyaratan seperti:
1. Ukuran partikel
2. Bentuk partikel
3. Granulometri
4. Keseragaman distribusi
5. Aliran bebas granul
6. Granul harus dapat dikompresi
b) Sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervescent
adalah kondisi lembabnya, artinya bahan baku yang digunakan harus
kering.Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung
lembab) maka terjadi reaksi asam dan karbonatnya akan menyebabkan
produk menjadi tidak stabil secara fisik dan terurai. Sekali dimulai reaksi
maka akan berlanjut lebih cepat karena produk samping reaksi adalah
pertambahan air. Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam
keaadan anhidrat (kering) dengan sedikit kadar lembab yang diabsorpsi.
Molekul air memang masih ada tapi sangat sedikit karena air dibutuhkan
sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena granul yang terlampau
kering tidak dapat dikempa.
c) Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet
efervescent. Jika komponen tablet tidak larut, reaksi efervescent tidak akan
terjadi dan tablet tidak akan terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan kelarutan
lebih penting dari kelarutan karena zat yang terlarut lambat dapat merintangi
desintegrasi tablet dan larut lambat menghasilkan residu yang tidak disukai
setelah tablet terdisintegrasi.

b. Bahan Dasar Tablet Effervescent


Bahan-bahan yang digunakan harus tahan panas, mudah dikempa dan larut
dalam air. Bahan dasar pembuatan tablet effervescent berasal dari bahan yang
bersifat asam seperti asam sitrat dan karbonat seperti natrium bikarbonat sebagai
sumber karbondioksida.
1. Sumber Asam

24
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervescent dapat
digolongkan menjadi;
a) Asam Makanan, antara lain :
1. Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena
harganya yang murah. Asam sitrat adalah asam tribasik hidroksi yang
bergranul atau bubuk putih, tidak berbau, memiliki rasa sangat asam,
mudah larut dalam air, memiliki kristal monohidrat yang akan hilang
ketika dipanaskan sekitar - C. Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan
cepat, dan dalam bentuk granul dapat mengalir dengan bebas. Terdapat
juga bentuk anhidratnya sehingga mempunyai sifat higroskopis.
2. Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besar dari asam
sitrat. Asam Tartrat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa asam, stabil diudara, serta memiliki daya larut yang tinggi
dalam air.
b) Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisis yang
membebaskan bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber
karbondioksida. Contoh : suksinat anhidrat dan sitrat anhidrat.
c) Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan garam ini dapat
menghasilkan proton dan menghasilkan larutan dengan pH dibawah
7.Contohnya adalah natrium hidrogen fosfat, natrium dihidrogen fosfat, dan
natrium bisulfit.

2. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervescent didapat dari garam-garam
karbonat, karena garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam
yang sering digunakan adalah natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium
Bikarbonat merupakan serbuk kristal berwarna putih yang memiliki rasa asin,
mudah larut air dan tidak higroskopis.
Natrium bikarbonat dengan kosentrasi dalam air 0,85% menunjukan pH
8,3. natrium karbonat dengan konsentrasi 1% dalam air mempunyai pH 11,5.

25
Natrium karbonat menunjukan pula efek stabilisasi di dalam tablet efervescen
karena kemampuannya mengabsorbsi lembab terlebih dahulu yang dapat
mencegah permulaan reaksi efervescen. Oksigen dapat pula menjadi sumber
efervescent dengan sumbarnya dapat digunakan natrium perborat anhidrat.

3. Bahan Tambahan Lainnya


Bahan tambahan lainnya pada tablet efervescent antara lain seperti bahan
pengikat, bahan pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya
dalam jumlah yang terbatas. Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit
saja, karena dalam formula tablet efervescent sudah banyak mengandung
karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervescent dengan metode granulasi penggunaan
pengikat seperti gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan karena
kelarutan lambat atau karena kandungan residu air tinggi yang dapat
mempercepat ketidakstabilan tablet efervescent. Pengikat efektif untuk tablet
efervesen adalah PVP.
PVP ditambahkan pada serbuk yang digranulasi dalam keadaan kering
kemudian dibasahi oleh cairan penggranulasi yaitu isopropanol, etanol atau
hidroalkohol. Alkohol tidak bersifat pengikat tapi ditambahkan sebagai zat
penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Bahan pengisi biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang
menghasilkan efervesent sudah cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan
pengisi yang baik, bahan pengisi lainnya adalah Na. Klorida, Na. Sulfat dan
Na. Bikarbonat. Syarat yang harus dipenuhi bahan pengisi dalam sediaan
tablet effervescent adalah mudah larut dalam air sehingga dapat membentuk
larutan yang jernih.
c. Lubrikan
Lubrikan untuk produk effervescent haruslah non toxic, tidak berasa, dan
larut air. Polietilglikol 8000 (PEG 8000) merupakan salah satu lubrikan
tablet effervescent yang paling efisien, karena sebagai lubrikan PEG 8000

26
dapat terdispersi dalam air sehingga dapat menghasilkan larutan effervescent
yang jernih. Konsentrasi yang biasa digunakan berkisar 1-5%. PEG 8000
berbentuk serbuk putih, dapat larut dengan mudah dalam air serta memiliki
tingkat higroskopis yang sangat rendah dibandingkan PEG jenis lain dengan
nomor yang lebih rendah.
d. Bahan tambah lain,
meliputi bahan obat, bahan pewarna serta perisa. Bahan pemberi rasa,
pewarna, dan pemanis biasanya digunakan untuk memperbaiki penampilan
dan rasa yang kurang menyenangkan sehingga membuat produk menjadi
lebih menarik. Jenis pemanis yang sering digunakan adalah sukrosa, sakarin,
aspartam dan manitol.

3, Metode Dalam Pembuatan Tablet Effervescent


Tablet effervescent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah,
granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi.
Dalam metode kering atau peleburan, molekul air yang ada pada setiap molekul
asam sitrat bertindak sebagai pengikat campuran serbuk. Asam sitrat dijadikan serbuk,
baru dicampurkan dengan serbuk lainnya (setelah disalurkan melewati ayakan no.60
mesh) agar pencampuranya homogen.
Pengadukan dilakukan secara cepat dan lebih baik dalam lingkungan yang
kelembabannya rendah, kelembaban relatif maksimal 25% untuk mencegah terhisapnya
uap air dari udara oleh bahan kimia sehingga reaksi kimia terjadi lebih dini.Setelah
pengaduka, serbuk diletakkan di atas nampan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 34
- C kemudian dibolak balik dengan memakai spatel tahan asam.
Saat pemanasan berlangsung serbuk menjadi seperti spon dan setelah mencapai
kepadatan yang tepat (seperti adonan roti), serbuk dikeluarkan dari oven dan dilewatkan
pada suaatu ayakan tahan asam untuk membuat granul sesuai yang diinginkan. Metode
peleburan ini hampir dipakai untuk mengolah semua sediaan effervescent yang
diperdagangkan.
Pada metode fluidisasi dengan metode wurster, menggunakan suatu alat semprot
khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan pengikat dan saluran udara
pemanas.

27
Tablet effervescent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam
pembuatannya karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat tersatukan
yaitu garam natrium bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil karbondioksida.
Reaksi kedua bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka dari itu tablet
Efervescent selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke tangan pasien tidak
boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu tinggi juga dapat mempercepat
perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu yang relatif rendah.
Proses pembuatan tablet effervescent membutuhkan kondisi khusus, kelembababan
harus relatif rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat
pada mesin karena pengaruh kelembaban dari udara.

4. Teknik Formulasi Tablet Effervescent


Secara sederhana, proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu proses pencampuran bahan, proses pencetakan bahan dan proses penghancuran
tablet.
a. Proses pencampuran
Pada semua metode pembuatan tablet, setelah proses penimbangan komponen-
komponen tablet, selalu diikuti dengan proses pencampuran berupa partikel-
partiel padat. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang
homogen. Tujuan ini bisa dicapai apabila sifat fisik partikel penyusun campuran
dan faktor lain yang mempengaruhi proses pencampurannya adalah sama.
Sifat fisik partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran,
bentuk, densitas dan kelembaban partikel. Sedangkan faktor lainnya adalah
kadar partikel . Baik proses pencampuran maupun pentabletan dilakukan pada
kelembaban yang rendah (kelembaban relative atau RH dibawah 30 %).
b. Proses pencetakan tablet
Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui cetak langsung atau granulasi, baik
granulasi basah maupun granulasi kering. Untuk menentukan metode
pembuatannya apakah dibuat cetak langsung atau granulasi sangat tergantung
pada dosis dan sifat zat aktifnya. Untuk metode cetak langsung semua
komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat, dan penghancur harus
mmpunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik.

28
Pada proses pencetakan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak menjadi
masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif dengan
dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik maka diperlukan
bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitasnya.
c. Proses penghancuran tablet
Agar tablet dapat hancur, maka harus ada cairan yang mampu menembus masuk
ke dalam tablet secara kapiler. Efek kapiler ini dapat diperbesar dengan adanya
bahan penghancur. Selain bahan penghancur, efek kapiler juga dipengaruhi oleh
porositas tablet. Besarnya porositas menyebabkan cairan yang masuk ke dalam
tablet semakin banyak.
Porositas tablet antara lain dipengaruhi oleh distribusi ukuran atau partikel
massa tablet dan tekanan yang diberikan saat proses pencetakan. Cairan yang
sudah masuk dalam tablet akan merusak ikatan antar partikel dan mengakibatkan
bahan penghancur mengembang yang kemudian menyebabkan hancurnya tablet.
Tetapi adanya bahan penghancur yang mengembang ini juga dapat
menghasilkan massa yang kental dan lengket yang akan menghalangi masuknya
cairan ke dalam tablet sehingga dapat memperpanjang waktu hancur.

5. Evaluasi Sediaan
Beberapa evaluasi perlu dilakukan terhadap tablet yang dihasilkan untuk mengetahui
kualitas sediaan. Evaluasi yang dilakukan terhadap sediaan tablet effervescent meliputi
evaluasi massa tablet dan evaluasi tablet.
1. Evaluasi Massa Tablet
a. Waktu alir
Waktu alir massa tablet menunjukkan mudah tidaknya massa tablet mengalir
dalam mesin pencetak tablet. Massa tablet dikatakan memiliki waktu alir yang
baik bila pada pengisian keruang cetak akan berlangsung secara kontinyu,
sehingga akan menghasilkan massa tablet yang tepat dan ketepatan takaran yang
tinggi. Waktu alir massa tablet yang ideal adalah 10 garm/detik.
b. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara permukaan
suatu tumpukan serbuk dan bidang horizontal. Besar kecilnya harga sudut diam

29
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya 30arik dan gaya gesek antar
partikel. Sudut diam antara 20- menunjukkan sifat alir yang bagus.
c. Bobot jenis produk
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis dari massa tablet yang dibuat
d. Indeks kompresibilitas
Indeks kompresibilitas atau persentase pengetapan dilakukan untuk mengetahui
sifat alir dari suatu massa tablet atau granul. Pengukurannya dilakukan dengan
menggunakan alat tap bulk-density tester.
e. Uji kadar air
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam sediaan granul
effervescent. Kadar air penting dalam sediaan tablet effervescent, karena jumlah
air dapat mempengaruhi reaksi kimia dini dari effervescet. Syarat kadar air
sediaan effervescent dengan bahan herbal maksimum 10%.
2. Evaluasi Tablet
a. Pemeriksaan penampilan fisik tablet dan larutan effervescent
Penampilan fisik suatu tablet adalah parameter kualitas tablet yang penting
diperhatikan untuk menjamin penerimaan oleh konsumen. Seluruh tablet harus
memiliki penampilan fisik yang baik. Tablet effervescent pada umumnya harus
dapat menghasilkan larutaneffervescent yang jernih.
b. Uji waktu larut
Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah tablet dapat larut dengan cepat sesuai
persyaratan resmi dimana waktu larut tablet effervescent adalah kurang dari 5
menit pada suhu C.
c. Keseragaman ukuran
Uji ini dilakukan untuk menjamin keseragaman fisik sediaan yang akan
mempengaruhi kadar obat yang terkandung di dalamnya dan factor kepercayaan
konsumen atas keseragaman penampilan produk tersebut. Pengukuran
keseragaman ukuran tablet menggunakan alat jangka sorong.
d. Keseragaman bobot
Evaluasi ini dilakukan untuk penentuan awal keseragaman kandungan obat di
dalam sediaan tersebut. Dengan terjaminnya keseragaman bobot sediaan,
diharapkan pula terjaminnya keseragaman kandungan obat di dalamnya.

30
e. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet sangat berpengaruh pada waktu larut tablet. Kekerasan tablet
ditentukan dengan alat hardness tester, untuk menguji kekerasan suatu tablet dan
menentukan tekanan kempa yang sesuai. Untuk tablet effervescent dengan
diameter 2,5 cm adalah lebih besar dari 100 N.
f. Keregasan tablet
Keregasan tablet ditentukan dengan menggunakan alat friability tester. Evaluasi
ini dilakukan untuk menjamin ketahanan produk selama massa distribusi dan
penyimpanan agar produk yang dihasilkan tidak mudah pecah. Tablet
dinyatakan memenuhi persyaratan jika memiliki keregasan kurang dari 1%.
g. Uji pH
Uji pH perlu dilakukan karena jika larutan effervescent yang terbentuk terlalu
asam dapat mengiritasi lambung, sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa
pahit dan tidak enak. Hasil pengukuran dikatakan baik bila pH larutan
effervescent mendekati netral.
h. Uji kadar air
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam sediaan tablet
effervescent, kadar air penting dalam sediaan effervescent karena jumlah air
dapat mempengaruhi reaksi effervescent. Syarat kadar air granul effervescent
dengan bahan herbal maksimum 10%.
i. Uji statistik kesukaan
Uji statistik kesukaan adalah suatu uji statistic mengenai formula mana yang
paling banyak disukai oleh para responden dengan menggunakan kuesioner yang
kemudian hasilnya di uji secara statistic menggunakan Kruskal-Wallis dengan
memakai program SPSS.

6. Kelebihan Tablet Effervescent


Kelebihan tablet effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang
mengandung dosis obat yang tepat. Selain itu tablet effervescent dapat menghasilkan
gas karbondioksida yang memberikan rasa yang enak karena ada karbonat yang
membantu memperbaiki rasa pada beberapa obat tertentu.

31
Selain praktis dan mudah dibawa, cara penyajiannya lebih menarik bila
dibandingkan dengan dengan tablet konvensional, dapat diberikan kepada pasien yang
mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul, pada saat dikonsumsi zat aktif
dalam keadaan terlarut sehingga absorpsinya lebih mudah, dan berguna untuk obat-obat
yang tidak stabil apabila disimpan dalam bentuk larutan, jadi obat dapat dibuat dalam
bentuk sediaan tablet effervescent agar stabil.

7. Kekurangan Tablet Effervescent


Disamping mempunyai beberapa keuntungan, tablet effervescent juga memiliki
beberapa kekurangan, baik dalam produksi maupun dalam pengemasannya. Ditinjau
dari segi produksi, tablet effervescent harus dibuat dalam ruangan khusus yang
mempunyai kelembaban relatif 20-25% jadi sulit untuk menghasilkan produk yang
stabil secara kimia.
Kelembaban udara selama proses pembuatan sudah cukup memulai reaktivitas
effervescent, dengan demikian seluruh peralatan termasuk mesin cetak tablet harus
berada dalam ruangan khusus. Sedangkan dalam segi pengemasannya, tablet
effervescent harus dikemas dalam wadah yang kedap udara sehingga dapat melindungi
tablet tersebut dari kelembaban, kelembaban udara di sekitar tablet sesudah wadahnya
terbuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk, setelah sampai di tangan
konsumen, harga yang relatif mahal

32
METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
 Bahan
yang diperlukan adalah simplisia kering kelopak bunga Rosella dari perkebunan
Rosella di Kediri, Jawa Timur, Etanol 70.% (Brataco Chemical), Natrium
bikarbonat (Brataco Chemical), Asam sitrat (Brataco Chemical), Asam tartrat
(Brataco Chemical), PVP (ISP), Laktosa (Brataco Chemical), Talk (Brataco
Chemical), Mg Stearat (FACI Asia Pacific Pte Ltd.), Manitol (Cargill), dan
Vanili.
 Alat
alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat gelas (Yenaco), cawan
penguap, water bath, blender, alat maserasi (bejana perendam, pengaduk, dan
penyaring), neraca elektrik (AND), corong, stopwatch, pengayak 14 mesh,
mesin pengempa tablet single punch (Shanghai Tianhe Pharmaceutical
Machinery), friabilator tipe Roche (Mantech FB-1110), jangka sorong (Tricle
Brand), Monsanto hardness tester (Global Quality), hygrothermometer(Ex
Tech), dan oven (Memmert).

2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
Kelopak bunga diambil dari perkebunan Rosella di Kediri Jawa Timur. Proses
pengeringan kelopak bunga Roselladilakukan dengan menjemurnya secara
langsung di bawah sinar matahari hingga kering. Kelopak yang kering kemudian
diserbuk menggunakan alat penggiling kemudian diayak supaya mendapatkan
serbuk dengan ukuran partikel yang homogen dan sesuai untuk maserasi.
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi atau perendaman, dengan etanol 70%
sebagai cairan penyari. Sebanyak 1 kg serbuk kelopak Rosella direndam dalam
bejana kaca dengan etanol 70% dengan perbandingan 1:5. Tahap pertama, serbuk
direndam dengan etanol sebanyak 2 liter selama 3 hari. Selama waktu tersebut,
setiap 24 jam, rendaman ekstrak diaduk selama 5 menit. Rendaman diperas dan
ampasnya diperas lagi. Cairan maserasi dan hasil perasan ampas disatukan,
selanjutnya diukur volume yang diperoleh. Cairan dibiarkan selama semalam untuk

33
memisahkan dengan endapan. Hasil penyaringan dipekatkan dengan water bath,
suhu pemekatan dijaga sekitar 50-60°C sampai volume konstan.
Pemeriksaan kualitas ekstrak Rosella dilakukan secara organoleptis, mencakup
bentuk, warna, bau, dan rasa.
b. Penentuan Formula Granul Efervesen
Formula granul efervesen tercantum dalam Tabel dengan menggunakan variasi
kadar Polivinil pirolidon (PVP) mulai dari 0,1% hingga 10%. Tabel 1. Formula
Tablet Efervesent
Tabel Formula Tablet Efervesen
Bahan (mg) Formula
I II III IV V

PVP 0,3 1,5 3 15 30


Asam sitrat 30 30 30 30 30
Asam tartrat 45 45 45 45 45
Natrium bikarbonat 75 75 75 75 75
Magnesium stearat 3 3 3 3 3
Manitol 60 60 60 60 60
Talk 15 15 15 15 15
Flavor 9 9 9 9 9
Granul ekstrak 62,7 61,5 60 48 83
Rosella Berat masing-masing tablet 300 mg

c. Pembuatan Granul Efervesen


Granul efervesent dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa untuk
menghindari reaksi efervesent dini. Ekstrak digranulasi terlebih dahulu dengan laktosa.
Sebanyak 12,5 gram ekstrak kental Rosella membutuhkan sebanyak 40 gram laktosa
untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Granul yang dihasilkan disebut sebagai
granul ekstrak. Granul asam dibuat dengan mencampurkan granul ekstrak, asam sitrat,
asam tartrat, dan sebagian PVP. Sedangkan granul basa dibuat dengan mencampurkan
natrium bikarbonat dengan sisa PVP.

34
Pembuatan granul efervesent dilakukant di tempat dengan suhu ruangan dan
kelembaban udara terjaga. PVP ditambahkan dalam bentuk kering, lalu dibasahi dengan
etanol 70% tetes demi tetes. Massa yang akan digranulasi kemudian diayak dengan
ayakan 14 mesh supaya mendapatkan granul dengan ukuran yang homogen. Granul
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60°C. Setelah kering, granul
kemudian ditambahkan dengan talk, magnesium stearat, dan vanili sebagai flavouring
agent, selanjutnya diuji sifat fisiknya.
d. Pemeriksaan Sifat dan Kecepatan Alir Granul Efervesen
1) Penentuan Sudut Diam
Menurut Banker dan Anderson (1994) penentuan sudut diam dilakukan dengan
metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas pada ketinggian H di atas
kertas pada bidang horizontal. Granul dituang perlahan-lahan sampai ke ujung
corong dan R adalah jari-jari dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut.
2) Pengukuran Kecepatan Alir
Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan menuangkan granul secara
perlahan - lahan melalui tepi corong yang ujungnya tertutup. Dicatat waktu yang
diperlukan sampai semua granul habis keluar.
e. Pembuatan Tablet Efervesent
Ruangan pengempaan tablet dikondisikan selama 30 menit dengan mengatur suhu
ruangan di bawah suhu 25°C dan kelembaban ruangan terjaga. Tablet dibuat dengan
mengalirkan sejumlah massa granul kedalam mesin pengempa tablet dan mengempanya
dengan mesin pengempa tablet. Pengempaan berlangsung dengan mengalirkan sejumlah
massa granul dari hopper ke dalam lubang die dengan ukuran tertentu, kemudian massa
yang telah masuk akan dikempa dengan tekanan yang dihasilkan dari pertemuan antara
punch atas dan punch bawah. Pengaturan punch atas dan bawah harus sama untuk setiap
formula supaya tidak mempengaruhi kekerasan dan bobot tablet.
f. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Efervesen
1) Penampilan Tablet
Pengontrolan penampilan umum tablet melibatkan pengukuran sejumlah
kelengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, bentuk
permukaan, konsistensi dan cacat fisik, serta kemudian untuk membaca tanda-
tanda pengenal (Banker dan Anderson, 1994).

35
2) Keseragaman Ukuran
Tablet diukur menggunakan jangka sorong untuk mengukur tebal dan diameter
tablet. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet, kecuali dinyatakan lain (Anonim, 1979).
3) Keseragaman Bobot
Tablet sebanyak 20 ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata-rata setiap
tablet. Menurut Farmakope Indonesia III (1979), tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari kolom A, dan tidak satu pun
tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom B. Persentase penyimpangan bobot tablet dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Penyimpangan Bobot Tablet
Bobot rata-rata Penyimpangan

bobot rata-rata (%)


A B
25 mg atau kurang 15 30
26 – 150 mg 10 10
151 – 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

(Anonim, 1979)

4) Friabilitas atau Keregasan


Sebanyak 20 tablet yang telah dibebasdebukan ditimbang, kemudian
dimasukkan dalam friabilator. Alat dijanlankan 100 kali putaran selama 4 menit
aau dengan kecepatan 25 putaran permenit. Tablet kemudian diambil dan
dibersihkan dari partikel yang menempel pada tablet, ditimbang kembali,
dihitung persentase selisih atau sudut bobotnya.
5) Uji Waktu Melarut
Satu persatu tablet, sebanyak 10 tablet, dimasukkan kedalam gelas berisi air dan
dihitung waktu yang diperlukan tablet untuk melarut sempurna.

36
3. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengujian beberapa parameter sifat fisik tablet
dianalisis dengan cara pemberian nilai (scoring). Formula yang menghasilkan tablet
yang memenuhi persyaratan diberi skor 1 (satu), sedangkan yang tidak memenuhi diberi
skor 0 (nol). Komponen penilaian terdiri dari : penampilan (10%), keseragaman ukuran
(15%), keseragaman bobot (15%), friabilitas (15%), kekerasan tablet (15%), dan waktu
melarut (30%).
Komponen penilaian waktu melarut tablet diberi nilai yang paling besar karena
lamanya waktu melarut merupakan parameter yang paling penting dalam penilaian
sediaan tablet effervescent. Formula yang menghasilkan nilai terbesar disebut sebagai
formula yang terbaik.

37
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstraksi
Proses ekstraksi menghasilkan ekstrak cair sebanyak 3,6 liter kemudian
dipekatkan pada suhu sekitar 50-60oC menggunakan water bath hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh sekitar 200 gram. Pengujian organoleptic
ekstrak meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Hasil pengujian organoleptic ekstrak
kental kelopak bunga rosella dapat dilihat pada tabel :
Parameter organoleptik
No Hasil pengujian
ekstrak
1. Bentuk Semi padat, kental, tidak mengalir
2. Warna Merah tua kecoklatan
3. Bau Khas rosella
4. Rasa Asam

Berdasarkan hasil pengujian organoleptis, dapat dinyatakan bahwa ekstrak kental etanol
kelopak bunga rosella sesuai dengan persyaratan ekstrak kental pada umumnya. Dengan
demikian ekstrak kental ini siap untuk dibuat sebagai tablet efervesent.
B. Evaluasi Granul
Sudut diam granul dapat dihitung dengan rumus:
𝐻 𝐻
Tan α = atau α = arc tan
𝑅 𝑅
Keterangan:
H = ketinggian tumpukan granul
R = jari-jari dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut.

Hasil perhitungan sudut diam dapat dilihat pada Tabel


No Formula Sudut diam granul (X ± SD)
1. I 34° ± 0,00
2. II 37° ± 0,00

38
3. III 32° ± 0,74
4. IV 33° ± 0,00
5. V 35° ± 0,00

Hasil penelitian menunjukkan semua formula granul memiliki sudut diam pada rentang
30 - 40°.Maka, dapat disimpulkan bahwa granul memiliki sifat aliran sedang
(Sulaeman, 2007). Hal ini berarti granul ketika dikempa menjadi tablet, diperkirakan
akan menghasilkan tablet dengan kualitas sedang, karena sifat granul menggambarkan
kualitas tablet tersebut sebelum dikempa.
3. Pengukuran Kecepatan Aliran Granul
Pengujian sifat aliran granul secara langsung adalah dengan menghitung kecepatan alir
dari granul. Hasil pengukuran kecepatan aliran granul dapat dilihat pada Tabel.
Kecepatan aliran granul semua formula berada di bawah 10 gram/detik. Hal ini berarti
granul cenderung mengalir lambat, sehingga memerlukan penanganan yang khusus
ketika granul akan dikempa. Hal ini disebabkan bahan pembuat granul efervesen yang
cenderung higroskopis, sehingga ketika pengujian, granul menjadi tidak stabil bila
waktu pengujiannya terlalu lama.
Tabel Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran Granul Efervesen
No Formula Kecepatan alir granul
1. I 9,37 gram/detik
2. II 8,41 gram/detik
3. III 8,42 gram/detik
4. IV 3,34 gram/detik
5. V 5,80 gram/detik

C. Evaluasi Tablet
a. Penampilan Tablet
Penilaian penampilan tablet meliputi ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau,
bentuk permukaan, konsistensi, cacat fisik, dan tanda-tanda pengenal tablet yang
dikenali secara organoleptis.
Warna tablet yang dihasilkan tidak seragam antara formula yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan warna tersebut disebabkan perbedaan kandungan granul ekstrak.

39
Semakin tinggi kandungan granul ekstrak dalam formula, maka semakin tua warna
tablet yang dihasilkan. Bau tablet diketahui dengan mencium bau tablet. Bau tablet
dipengaruhi oleh penambahan flavouring agent berupa vanili. Vanili dipilih karena
dapat memperbaiki aroma tablet tetapi tidak menutupi rasa khas dari Rosella. Ketahanan
tablet setelah dikempa berbeda-beda, dipengaruhi oleh kadar PVP (sebagai pengikat)
masing-masing formula. Peningkatan kadar PVP dalam tablet akan menghasilkan tablet
yang lebih kuat, sehingga cenderung lebih stabil dalam penyimpanan.
Secara keseluruhan, tablet yang dihasilkan tidak memiliki cacat fisik. Tablet yang
dihasilkan utuh, tidak ada yang pecah, dan permukaannya rata. Berdasarkan evaluasi
penampilan, maka penampilan yang baik adalah tablet formula III, IV, dan V.
Tabel hasil pengujian penampilan fisik tablet :
Parameter Formula I Formula II Formula Formula IV Formula V
III
Warna Coklat, warna Coklat, Coklat Putih Dominan
tidak warna tidak muda dengan putih
seragam, seragam, dengan granul dengan
granul ekstrak granuk sedikit ekstrak granul
terlihat besar- ekstrak putih, warna masih ekstrak
besar terlihat jelas tidak tampak, masih
seragam, warna tidak terlihat
granul seragam samar,
masih warna lebih
terlihat seragam
Bau/aroma Bau rosella Bau rosella Bau vanili Bau vanilli Bau vanilli
dan sedikit dengan
vanili sedikit bau
rosella
Bentuk Rata Rata Rata Rata dan Rata dan
permukaan licin licin
mengkilap
Konsistensi Padat, cepat Padat, agak Padat, stabil Padat, stabil Padat, stabil
melembab melembab lebih lama

40
Cacat fisik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tanda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pengenal

b. Keseragaman Ukuran
Menurut Farmakope edisi III (1979), keseragaman ukuran tablet harus memenuhi
persyaratan bahwa diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet, kecuali dinyatakan lain. Hasil pengujian keseragaman ukuran
dirangkum dalam Tabel 7.
Tabel Hasil Perbandingan Keseragaman Ukuran Tablet Efervesen
Formula Tebal tablet (X Rentang diameter ± SD)
tablet (cm)
I 0,52 ± 0,010 cm 0,689 – 1,551
II 0,52 ± 0,008 cm 0,692 – 1,560
III 0,53 ± 0,010 cm 0,703 – 1,583
IV 0,52 ± 0,007 cm 0,689 – 1,551
V 0,54 ± 0,008 cm 0,721 – 1,623

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet masing-masing formula memiliki


keseragaman ukuran yang memenuhi persyaratan. Keseragaman ukuran tablet tidak
dipengaruhi oleh peningkatan kadar PVP dalam formula, tetapi dipengaruhi oleh ukuran
dies, punch,dan mesin pengempa tablet.
c. Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Hasil
pengujian keseragaman bobot disimpulkan dalam Tabel 8.

Tabel Hasil Pengujian Keseragaman Bobot Tablet


Formula Bobot tablet Persen (X± SD)
penyimpangan

II 0,40 ± 0,005 gram 0,62 – 3,11

41
III 0,40 ± 0,007 gram 0,63 – 2,76
IV 0,40 ± 0,005 gram 0,25 – 2,76
V 0,40 ± 0,007 gram 1,27 – 3,80

Berdasarkan penelitian, penyimpangan bobot rata-ratanya tidak lebih dari 5%. Bila
dilihat dari hasil pada Tabel 8, maka semua tablet memenuhi persyaratan pengujian
keseragaman bobot. Peningkatan kadar PVP tidak mempengaruhi bobot tablet yang
dihasilkan. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh konsistensi kerja mesin pengempa
tablet.
d. Kekerasan Tablet
Satu tablet diletakkan di tengah dan tegak lurus pada hardness tester, mula-mula skala
pada posisi nol, kemudian alat diputar pelan-pelan sampai tablet pecah. Hasil pengujian
kekerasan tablet dirangkum dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet


No Formula Kekerasan tablet (X ± SD)
1. I 2,1 ± 0,67 kg
2. II 3,1 ± 0,63 kg
3. III 3,3 ± 0,38 kg
4. IV 8,1 ± 1,27 kg
5. V 9,8 ± 1,58 kg

Berdasarkan penelitian, terdapat kekerasan tablet yang berbeda antara setiap formula.
Peningkatan kadar PVP akan meningkatkan kekerasan tablet. Hal ini disebabkan
peningkatan kadar PVP akan meningkatkan ikatan antara senyawa dalam tablet,
sehingga tablet akan semakin keras jika semakin tinggi kadar PVP (Ansel, 1989).
Formula IV dan V memiliki kekerasan yang memenuhi rentang antara 4-10 kg.
Sedangkan formula I, II, dan III kekerasannya berada di bawah rentang 4-10 kg, namun
tingkat friabilitasnya memenuhi persyaratan. Sehingga disimpulkan semua formula
memenuhi pengujian kekerasan tablet.
e. Friabilitas atau Keregasan

42
Sebanyak 20 tablet yang telah dibebasdebukan ditimbang, kemudian dimasukkan dalam
friabilator. Tablet diambil dan dibersihkan dari partikel yang menempel pada tablet,
ditimbang kembali, dihitung persentasi selisih atau susut bobotnya. Hasil pengujian
friabilitas dirangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Pengujian Friabilitas Rata-rata Tablet
No Formula Friabilitas tablet (X ± SD)
1. I 0,447 ± 0,086
2. II 0,194 ± 0,075
3. III 0,063 ± 0,088
4. IV 0,000 ± 0,0
5. V 0,000 ± 0,0

Apabila dilihat dari hasil pada Tabel 10, peningkatan kadar PVP akan menurunkan
friabilitas tablet. Hal ini disebabkan, semakin tinggi kadar PVP dalam tablet, maka
semakin keras tablet tersebut, tingkat kerapuhannya semakin kecil, dan nilai
friabilitasnya semakin kecil. Selain itu, ada faktor lain yang juga mempengaruhi nilai
friabilitas tablet, yaitu suhu dan kelembapan ruangan, karena tablet efervesen mudah
terurai dalam suhu ruangan dan kelembaban yang tinggi.
f. Uji Waktu Melarut
Sebanyak 10 tablet, dimasukkan satu per satu dimasukkan ke dalam gelas berisi air dan
dihitung waktu yang diperlukan tablet untuk melarut sempurna. Hasil pengujian waktu
melarut dirangkum dalam Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Penilaian Waktu Melarut Table
No Formula Waktu melarut tablet
(X ± SD)
1. I 35,4 detik (0,59 menit) ± 6 detik
2. II 2 menit 29 detik ± 17 detik
3. III 4 menit 10 detik ± 11 detik
4. IV 5 menit 31 detik ± 4 detik
5. V 5 menit 54 detik ± 8 detik

43
Apabila dilihat dari hasil pada Tabel 11, semakin tinggi kadar PVP dalam tablet, maka
semakin lama tablet tersebut melarut. Semakin tinggi kadar PVP akan meningkatkan
kekerasan tablet, sehingga tablet akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
melarut. Persyaratan dari waktu larut tablet efervesen adalah dapat larut kurang dari 2
menit (Mohrle, 1989). Disimpulkan formula yang memenuhi persyaratan pengujian
waktu melarut tablet adalah formula I.
Hasil akhir dari sediaan tablet efervesen adalah berupa larutan yang berwarna coklat
jernih dengan busa di bagian permukaan atas larutan. Hal ini disebabkan ada bahan aktif
dari Rosella yang diekstraksi memiliki potensi pembentukan busa.

g. Penilaian Formula
Berdasarkan hasil evaluasi tablet dengan parameter pengujiannya, maka penentuan
pemilihan formula yang paling baik dipilih berdasarkan score atau nilai terbesar yang
didapat masing-masing formula. Formula yang menghasilkan nilai terbesar disebut
sebagai formula yang terbaik. Berdasarkan besarnya komponen penilaian, maka nilai
yang diperoleh tiap formula dapat dilihat pada Tabel 12.
Nilai terbesar adalah 0,90 yang diraih oleh formula I, sehingga formula I dinyatakan
sebagai formula terbaik.
Tabel nilai Formula tablet :
Parameter Formula I Formula II Formula III Formula IV Formula V
Penampilan 0 0 0,10 0,10 0,10
Keseragaman ukuran 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Keseragaman bobot 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Friabilitas 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Kekerasan tablet 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Waktu melarut 0,30 0 0 0 0
Total nilai 0,90 0,60 0,70 0,70 0,70

44
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kadar PVP mempengaruhi sifat fisik tablet.
Peningkatan kadar PVP dalam tablet akan memperbaiki penampilan, meningkatkan
kekerasan tablet, menurunkan friabilitas, dan meningkatkan waktu melarut. Pengujian
dilakukan terhadap granul dan tablet efervesen menggunakan metode scoring
menghasilkan formula I sebagai formula yang paling baik dengan kadar PVP 0,1%.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta, 6-9.

Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 214-216, 244-258,
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi ke-4, Universitas Indonesia
Press,Jakarta.

Banker, Gilbert S. dan Anderson, Neil R., 1994, Tablet, dalam Lacman, L., Liebermen,
H. A., Kanig, J. L., Teori dan Praktik Farmasi Industri, 648, 690-707, 715-716,
Universitas Indonesia Pres, Jakarta.

Hariana, H. Arief, 2005, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, 5-6, Jakarta: Penebar
Swadaya.

Lestari, A. Budi Susiana dan Natalia, Lisa, 2007, Optimasi Natrium Sitrat dan Asam
Fumarat sebagai Sumber Asam dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara Granulasi Basah, diakses
dari: http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/4._18- 1-2007-agatha.pdf pada
tanggal 10 Oktober 2008.

Maheshwari, Hera, 2002, Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prospek


Pengembangannya, diakses dari: http://tumoutou.net/702_ 04212/hera_
maheshwari. htm pada tanggal 10 Oktober 2008.

Maryani, H. dan Kristina, L., 2008, Khasiat dan Manfaat Rosella, Revisi, 2-22,
Agromedia, Jakarta.

46
Mohrle, R., 1989, Effervescent Tablets, in Liebermann, H.A., Lachman, L., Schwartz,
J.B. (editors), Pharmaceutical Dosage Forms, Tablets, Vol. 1, 2th ed., Marcel
Dekker Inc., New York.

Sulaiman, T.N. Saifullah, 2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, 88-92,150,
Laborato

47

Anda mungkin juga menyukai