A. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan dan kelahiran
normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain. Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah
proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
1. Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
2. Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung
bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan.
3. Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
konstraksi rahim.
5. Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin akan timbul kontraksi uterus.
D. Istilah yang Berkaitan Dengan Umur Kehamilan & Berat Janin yang
Dilahirkan
1. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup
diluar kandungan.
Umur hamil sebelum 28 minggu.
Berat janin kurang dari 1000 gram.
2. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
Berat janin kurang dari 2.449 gram.
3. Persalinan Aterm
Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
Berat janin diatas 2500 gram.
4. Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
5. Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
E. Pathway
Tanda-tanda Inpartu
Proses persalinan
Gangguan respirasi
J. Pengkajian
1. Pengumpulan data
- Biodata klien meliputi :
Nama, umur : dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan, pekerjaan dan alamat
klien.
- Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah,
perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit.
- Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38
–42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya
show (pengeluaran darah campur lendir), kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
- Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat
persalinan.
- Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan hamil
kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, memungkinkan
penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya.
- Riwayat Obstetri
Riwayat haid. Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur
kurang dari 37 minggu
Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah,
daan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam
dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung
8 jam dengan 2 cm / jam.
- Riwayat psikososialspiritual dan budaya
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan
fantasi . Pada trimester II adanya ketidaknyamanan kehamilan (mual,
muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa
tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran
bayinya, distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama
persalinan berlangsung.
- Pola Kebutuhan sehari-hari
Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang
menurun.
Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak
punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV.
Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien
cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk
sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk /
berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. Pada kala II kepala
janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan /
kiri .
Eliminasi
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
Personal Hygiene
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya
yang longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi
agar tidak dipakai lagi
Seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual /
fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
- Pemeriksaan
Pemeriksaan umum meliputi:
- Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada
kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan
besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol
secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara
10–12 kg.
- Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg
(Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).
- Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C,
bila suhu lebih dari 370C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien
setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih dianggap normal
karena kelelahan. Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu,
Bila suhu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan
karena adanya perdarahan.
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak
pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya perut
pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat
menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.
Pemeriksaan fisik
- Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera
kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak,
caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar.
- Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi
areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
- Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea
alba/ nigra, terdapat striae gravidarum. Palpasi : usia kehamilan
aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri/ punggung
kanan, letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang
makin lama makin sering dan kuat. Auskultasi : ada/ tidaknya DJJ,
frekwensi antara 140 – 160 x / menit.
- Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak.
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan
persalinan, keadaan serviks, panggul serta keadaan jalan lahir.
- Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena
penyakit jantung/ ginjal. Ada varices pada ekstremitas bagian bawah
karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan
vena abdomen.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan,
waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang
pemeriksaan serologi untuk sifilis.
Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau
nyeri epigastrium)
Pemeriksaan fisik :
Tunjukkan sikap ramah
Minta mengosongkan kandung kemih
Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
Pemeriksaan abdomen : menentukan tinggi fundus, kontraksi
uterus.
b) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Pemeriksaan dalam :
Nilai pembukaan dan penipisan serviks
Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
Diagnosa keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
b) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama
persalinan
Perencanaan
a) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan: diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan
kriteria hasil ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses
fisiologis persalinan
Intervensi:
1. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi,
durasi, intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan). Untuk
mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu.
2. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui. Nyeri persalinan
bersifat unik dan berbeda–beda tiap individu. Respon terhadap
nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta
dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan.
3. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri.
Mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan.
4. Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri. Tidak
menambah nyeri klien.
5. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massase,
pola pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan. Memungkinkan
lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh karena
dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya.
6. Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin
di tempat tidur anjurkan untuk miring ke kiri. Nyeri persalinan
bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap individu
akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah
jantung ibu.
7. Beberapa teknik pengendalian nyeri Relaksasi Massase. Bertujuan
untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada system otonom
sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-ansietas-nyeri.
b) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama
persalinan
Tujuan : Diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan kriteria
hasil nadi: 60-80x/menit (saat tidak ada his), ibu menyatakan masih
memiliki cukup tenaga.
Intervensi:
1. Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah. Nadi dan
tekanan darah dapat menjadi indikator terhadap status hidrasi dan
energi ibu.
2. Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi.
Mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy yang
dibutuhkan untuk persalinan.
3. Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu. Dukungan
emosional khususnya dari orang – orang yang berarti bagi ibu
dapat memberikan kekuatan dan motivasi bagi ibu.
4. Tawarkan dan berikan minuman atau makanan kepada ibu. Makanan
dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak energi
dan mencegah dehidrasi yang memperlambat kontraksi atau
kontraksi tidak teratur.
2. Kala II
Pengkajian
a) Aktivitas /istirahat: adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan
dorongan sendiri/ relaksasi, letargi, lingkaran hitam di bawah mata.
b) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara
kontraksi.
c) Integritas Ego: Respon emosional dapat meningkat, dapat merasa
kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
d) Eleminasi: Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal
dan tekanan uterus, dapat mengalami rabas fekal saat mengejan,
distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama
upaya mendorong.
e) Nyeri/ Ketidak nyamanan: Dapat merintih/ meringis selama kontraksi,
amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat, melaporkan rasa terbakar/
meregang dari perineum, kaki dapat gemetar selama upaya mendorong,
kontraksi uterus kuat terjadi 1– 2 menit masing-masing dan berakhir
60-90 detik.
f) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
g) Keamanan: Diaforesis sering terjadi, bradikardi janin dapat terjadi
selama kontraksi.
h) Seksualitas: Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%,
peningkatan penampakan perdarahan vagina, penonjolan rectal/
perineal dengan turunnya janin, membrane mungkin rupture pada saat
ini bila masih utuh, peningkatan pengeluaran cairan amnion selama
kontraksi, crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex.
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/
peregangan jaringan, kompresi saraf, kontraksi.
b) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasif berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
Perencanaan
a) Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/
peregangan jaringan, kompresi saraf, kontraksi.
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan kriteria
hasil :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol nyeri.
Intervensi :
1. Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi. Memberikan
informasi tentangkemajuan kontinu, membantu identifikasi pola
kontraksi abnormal.
3. Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan
persalinan. Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan
upaya yang telah dilakukan berarti.
4. Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan. Upaya
mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari efek
negatif berkenaan dengan penurunan kadar oksigen ibu dan janin.
5. Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan. Posisi
yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan persalinan.
6. Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,
menurunkan resiko trauma kantung kencing.
7. Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai
indikasi. Posisi yang tepat menjamin penempatan yang tepat dari
obat-obatan dan mencegah komplikasi.
b) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasif berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil : tidak
ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.
Intervensi :
1. Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam. Membantu meningkatkan
kebersihan , mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan
kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada infeksi saluran
asenden dan kemungkinan sepsis.
2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban. Dalam 4 jam setelah
ketuban pecah akan terjadi infeksi.
3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan
menggunakan tehnik aseptik. Pemeriksaan vagina berulang
meningkatkan resiko infeksi endometrial.
4. Pantau suhu, nadi dan sel darah putih. Peningkatan suhu atau nadi >
dapat menandakan infeksi.
5. Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.
Menurunkan resiko kontaminasi.
Kolaborasi :
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Digunakan dengan kewaspadaan
karena pemakaian antibiotik dapat merangsang pertumbuhan yang
berlebih dari organisme resisten.
3. Kala III
Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat: Perilaku dapat direntang dari senang sampai
keletihan.
b) Sirkulasi: Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat
kemudian kembali ke tingkat normal dengan cepat, hipotensi dapat
terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi, frekuensi nadi
lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
c) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
d) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau
laserasi jalan lahir mungkin ada.
e) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat
plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus
berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
f) Pemeriksaan fisik:
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
tubuh), status mental klien.
Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum
maupun sesudah pengeluaran plasenta.
Diagnosa keperawatan
a) Risiko cedera (meternal) b/d trauma nyeri persalinan, intervensi medis
dan pembedahan.
b) Nyeri akut b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Perencanaan
a) Risiko cedera (meternal) b/d trauma nyeri persalinan, intervensi medis
dan pembedahan.
Tujuan: diharapkan tidak terjadi cedera maternal dengan kriteria hasil:
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
Kesadaran pasien bagus.
Intervensi
Mandiri
1. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan. Memudahkan pelepasan
plasenta.
2. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama dan pola pernapasan. Pada pelepasan plasenta. Bahaya
ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi
maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik,
berikan pembalut perineal steril. Menghilangkan kemungkinan
kontaminan yang dapat mengakibatkan infesi saluran asenden
selama periode pasca partum.
5. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki. Membantu
menghindari regangan otot.
6. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP. Peningkatan
tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah
jantung yang cepat membuat klien dengan aneurisme serebral
sebelumnya berisiko terhadap ruptur.
7. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan
darah. Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan
menerima imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca
partum.
Kolaborasi
8. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan. Kegagalan
pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
9. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh
anastesi dan berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah
penemapatan uterus kembali. Bantu dengan tampon sesuai dengan
indikasi. Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
10. Berikan antibiotik profilatik. Membatasi potensial infeksi
endometrial.
b) Nyeri akut b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasi:
Menyatakan nyeri berkurang dengan skala (0-3).
Wajah tampak tenang.
Wajah tampak tidak meringis.
Intervensi :
Mandiri
1. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi dengan
menarik napas dalam. Pernapasan membantu mengalihkan
perhatian langsung dari ketidaknyamanan, meningkatkan
relaksasi.
2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema dan
memberikan kenyamanan dan anastesi lokal.
4. Kala IV
Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat: Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan,
mengantuk.
b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal.
TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia /
anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin
atau hipertensi karena kehamilan.
Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah),
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum
(tanda hipertensi pada kehamilan)
Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml
untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c) Integritas Ego. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah
misal : eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa. Dapat mengekspresikan masalah atau
meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan
perawatan segera pada neonatal.
d) Eleminasi: Hemoroid sering ada dan menonjol, kandung kemih mungkin
teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang,
diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
e) Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual.
f) Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan
menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus,
remaja, atau pasien primipara).
g) Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”.
h) Seksualitas: Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak
setinggi umbilikus, drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah
gelap dengan hanya beberapa bekuan kecil, perineum bebas dari
kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas, striae mungkin ada pada
abdomen, paha, dan payudara. Payudara lunak dengan puting tegang
i) Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk
waktu dan jumlah.
j) Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah
lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi
dari temuan fisik.
Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut b/d trauma mekanis/ edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
b) Perubahan proses keluarga b/d transisi/ peningkatan perkembangan
anggota keluarga.
Perencanaan
a) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang. Kriteria hasil :
Pasien melaporkan nyeri berkurang
Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
1. Kaji sifat dan derajat nyeri, jenis persalinan, sifat kejadian
intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau
analgesia. Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang
memperberat ketidaknyamanan nyeri.
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama
periode pascapartum. Informasi dapat mengurangi ansietas
berkenaan rasa takut tentang ketidaktahuan, yang dapat
memperberat persepsi nyeri.
3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan
perbaikan luka, perhatikan adanya edema, hemoroid. Trauma dan
edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan dan dapat
menyebabkan stress pada garis jahitan.
4. Berikan kompres es. Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan
vasokontriksi dan menurunkan pembentukan edema.
5. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi
sebagian, linen bersih dan kering, perawatan perineal periodik).
Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih.
6. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya
faktor-faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain.
Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi tidak
seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan. Multipara,
distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan menyusui
meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan kontraksi
miometrium.
7. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi. Meningkatkan
rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan
berkenaan dengan afterpain (kontraksi) dan masase fundus.
8. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat.
Persalinan dan kelahiran merupakan proses yang melelahkan.
Dengan ketenangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan. Analgesik
bekerja pada pusat otak, yaitu dengan menghambat prostaglandin
yang merangsang timbulnya nyeri.
b) Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan
anggota keluarga
Tujuan : diharapkan keluarga dapat menerima kehadiran anggota
keluarga yang baru, dengan kriteria hasil :
Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak
Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh, dan memeriksa
bayi. Setelah kelahiran memberikan kesempatan untuk terjadinya
ikatan keluarga, karena ibu dan bayi secara emosional saling
menerima isyarat yang menimbulkan kedekatan dan penerimaan.
2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisi. Membantu
memfasilitasi ikatan / kedekatan di antara ayah dan bayi. Ayah
yang secara aktif berpartisipasi dalam proses kelahiran dan
aktivitas interaksi pertama dari bayi, secara umum menyatakan
perasaan ikatan khusus pada bayi.
3. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi menghadap wajah,
berbicara dengan suara tinggi dan menggendong bayi
dihubungkan dengan kedekatan antara ibu dan bayi.
4. Catat pengungkapan / perilaku yang menunjukkan kekecewaan
atau kurang minat / kedekatan. Datangnya anggota keluarga baru,
bahkan sekalipun sudah diinginkan menciptakan periode
disekulibrium sementara, memerlukan penggabungan anak baru ke
dalam keluarga yang ada.
5. Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan bila diinginkan oleh pasien dan dimungkinkan oleh
kondisi ibu / neonatus dan lingkungan. Meningkatkan unit
keluarga, dan membantu sibling untuk memulai proses adaptasi
positif pada peran baru dan masuknya anggota baru dalam
struktur keluarga.
6. Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan pasien
dan keyakinan / praktik budaya. Kontak awal mempunyai efek
positif pada durasi pemberian ASI, kontak kulit dengan kulit, dan
mulainya tugas ibu meningkatkan ikatan.
7. Berikan informasi mengenai perawatan segera pasca kelahiran.
Informasi menghilangkan ansietas yang mungkin mengganggu
ikatan atau hasil dari “self absorption” lebih dari perhatian pada
bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.