Askep Sindrom Nefrotk
Askep Sindrom Nefrotk
Kep
Mata kuliah: keperawatan Anak II
“Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik”
DI SUSUN OLEH:
Kelompok V
HERLAN (NH0118029)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Adapun judul dari makalah ini adalah ‘‘Sindrom Nefrotik’’Makalah ini di
susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ‘keperawatan Anak’
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................................
A. Definisi.......................................................................................................................
B. Etiologi.......................................................................................................................
C. Manifestasi Klinis......................................................................................................
D. Patofisiologi...............................................................................................................
E. Komplikasi.................................................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................
G. Penatalaksaan.............................................................................................................
A. Pengkajian..................................................................................................................
B. Diagnosa....................................................................................................................
C. Intervensi....................................................................................................................
D. Implementasi..............................................................................................................
E. Evaluasi......................................................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................................
A. KESIMPULAN..........................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik (SN) adalah suatu sindrom yang mengenai ginjal yang ditandai
dengan adanya proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema dan
hiperkolesterolemia,Berdasarkan etiologinya, SN dapat dibagi menjadi SN primer
(idiopatik) dan SN sekunder. SN primer adalah suatu penyakit yang terbatas hanya di
dalam ginjal dan etiologinya tidak diketahui, diduga ada hubungannya dengan genetik,
imunologi, dan alergi. SN primer ini berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi
nefropati lesi minimal, nefropati membranosa, glumerulosklerosis fokal segmental,
glomerulonefritis membrano- proliferatif. SN sekunder adalah suatu penyakit yang
etiologinya berasal dari ekstrarenal, seperti penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
penyakit metabolik, toksin, dan lain- lain, Pengobatan SN semata-mata hanya
mengurangi atau menghilangkan proteinuria,memperbaiki hipoalbuminemia, mencegah
dan mengatasi penyakit yang menyertainya, seperti infeksi, trombosis, dan kerusakan
ginjal pada gagal ginjal akut, dan sebagainya. Hipokalmesia dapat menyebabkan
gangguan pembentukan tulang dan meningkat risiko peenyakit tulang metabolik
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa
keperawatan mengetahui sindrom nefrotik, penyebab sindrom nefrotik, dan asuhan
keperawatannya.
2. Tujuan khusus
Tujuan dari penulisan makalaj diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik
b. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik
c. Mengetahui Patofisiologi sindrom nefrotik
d. Mengetahui manifestasi klinis siindrom nefrotik
e. Mengetahui penayalaksanaan sindrom manifesasi klinis
f. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mampu memahami apa itu sindrom nefrotik
2. Untuk lebih memahami materi tentang pencegahan dalam sindrom nefrotik
3. Sebagai refrensi bagi semua pihak dunia pendidikan khususnya keperawatan.
4. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali atau
menambah pengetahuan lebih dalam mengenai sindrom nefrotik.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Sindrom nefrotik adalah penyakit yang mengenai glomerulus yang ditandai
dengan kumpulan gejala proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg atau dipstick ≥ 2+), hipoalbuminemia berat
( < 2,5g/dl ), edema, hiperkolesterolemia.
Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak.Sindrom
nefrotik adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya proteinuria,
hipoproteinemia, edema, dan hiperlipidemia.Sindrom nefrotik yang paling banyak
dijumpai pada anak (usia 2-14 tahun) adalah sindromnefrotik primer, yaitu jenis Sindrom
Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM)(Hoar & Hidayah, 2019)
B. Etiologi
Glomerulonefritis Primer :
GN lesi minimal
Glomeruloklerosis fokal
GN membranosa
GN membranoproliferatif
Glomerulonefritis Sekunder :
Infeksi
HIV, Hepatitis virus Bdan C
Sifilis, malaria, skitosoma
Tubercolosis, lepra
Keganasan
Adenokarsinoma paru payudara, kolon, limfom Hodgkin, myeloma mutipel, dan
karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung
Lupus eritrematosus sistematik, artritis rheumatoid
Efek obat dan toksin
Obat antiflamasi non-steroidpreparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa,
kaptopril, heroin
Lain-lain
Diabets melitus, smiloidiosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik, refluks
vesikoureter, atau sengatan lebah.
C. Manifetasi klinis
Manifestasi klinis dari sindrom nefrotik yang utama adalah protenuria. Pronteinuria
akan menyebabkanmani festasiklinik lainnya :
1. Edema
Edema merupakan gejala paling umumpadapasien SN. Penyebabutama edema
albumin plasma dan cacat injal primer. Teori underfill dan overfill dapat digunakan
untuk menjelaskan terjadinya edema padapasien SN. Teoriunderfill dianggap sebagai
penyebabutama edema pada SN dikarenakan proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia yang mengakibatkan plasma pada glomerulus atau dapat dikatakan
sebagaihi povolemia. Aktivitas ini dihasilkan dari berbagai mekanisme seperti sistem
renin angiotensin aldosterone (RAAS), sistem saraf simpatik, dan sistem vasopresor
yang dapat menyebabkan retensi air dan natrium dan terbentuk edema. Retensi
NaClpada SN dengan cepat menyebabkan ekspansi volume intravaskular yang
ditandai dengan hipertensiberat. Edema underfill biasanya ditandai dengan hipotensi
postural, riwayatkelainanlesi minimal (MCD), kadar albumin serum < 2,0 g/dL,
danlajufiltrasi glomerulus estimasi> 75%.
2. Hipoalbuminemia
Keadaan hipoalbuminem iaialah ketika kadar albumin ≤ 2,5 g/dL. Konsentrasi a
lbumin dalam plasma ditentukan oleh asupan protein, sintesis albumin hati dan
kehilangan protein lewaturin. Hipoalbuminemia pada SN merupakan kondisi dimana
tingkat kehilangan albumin dalam urin melebihi kemampuan hati untuk
mensintesisnya. Hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria massif akibat
penurunan tekanan onkotik plasma. Dalam mempertahankan tekanan onkotik plasma,
hati berusahauntuk meningkatkan sekresi albumin akan tetapi tetap gagal mencegah
terjadinya hipoalbuminemia. Selain itu, peningkatan reabsorpsi dan katabolisme
albumin pada tubulus proksimal juga dapat menyebabkan hipoalbuminemia.
3. Hiperkolesterolemia
Hiperlipidemia sering ditemukan pada pasien dengan proteinuria berat sehingga
disebut sebagai manifestasi klinis dari SN. Peningkatankolesterol total plasma
biasanya dikarenakan penurunan konsentasi albumin plasma dan meningkatnya
ekskresi protein menyebabkan hati meningkatkan sintesis lipoprotein dan
mengakibatkan perubahan metabolisme lipoprotein. Peningkatan sintesis lipoprotein
menyebabkan ketidak normalan berbagai kadar kolesterol pada pasien SN antara lain
kolesterol total >240 mg/dl, kolesterol LDL >130 mg/dl, kolesterol HDL <35 mg/dl,
dankadar TG > 200 mg/dl. Kadar kolesterol serum pada SN dapat mencapai 500
mg/dL. Hiperlipidemia ini disebabkan oleh berbaga imekanisme yaitu :
1) Peningkatan sintesis hepatic
2) HDL hepatic
3) Penurunan aktivitas Lecithin cholesterol acyltransferase. Ketiga mekanisme ini
secara sinergis , IDL, VLDL, lipoprotein dan penurunan HDL Kondisi
hipoalbuminemia ini menyebabkan manifestasiklinik selanjutnya yaitu edema
yang akanberkaitan pula dengan kondisi berat badan anak dengan sindrom
nefrotik tersebut. (Randiana Hoar, 2019)
Sindrom nefrotik dapat memengaruhi kualitas hidup anak.Nefrotik sindrom adalah
gangguan ginjal yang terjadi akibat tubuh melepaskan banyak protein kedalam urine.
Penyakit ini mengurangi jumlah protein dalam darah dan memengaruhi cara tubuh
menyeimbangkan air. Sehingga penderita Nefrotik Sindrom perlu memilih makanan dan
minuman yang akan . Nefrotik sindrom merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis yang di tandai dengan edema anasarka, proteinuria masif> 3,5 g/hari,
hipoalbuminemia<3,5 g/dl, hiper kolesterol dan lipiduria. Pada proses awal atau nefrotik
sindrom diagnosis tidak perlu semua gejala ditemukan. Proteinuria masif merupakan
tanda khas nefrotik sindrom, akan tetapi pada nefrotik sindrom berat yang disertaikadar
albumin serum rendah, ekskresi protein dalam urin juga berkurang. (Diana Laila
Ramatillah, Asieh Nurmaniarsieh2, Putri Srikandi, Febby AT Seru, Cynthia Fenedi, Pajar
Rudin, Ary Mardhianto, & Kurniaty Remuso, Leni Herliani, 2019)
D. Patofisiologi
Pada awalnya SN terjadi dikarenakan gangguan pada membran basal glomerulus
dan cedera yang mengakibatkan meningkatnya permeabilitas terhadap protein dan
kehilangan muatan listrik negatif. Kehilangan protein plasma terutama albumin dan
beberapai munoglobulin lain terjadi pada semua membrane filtrasi glomerulus yang
mengalami kerusakan. Proteinuria yang terus berlanjut menyebabkan pelepasan mediator
inflamasi dan sitokin T dengan fluksleukosit yang menyebabkan terjadinya
glomerulusklerois dan fibrosis ginjal. Hipoalbuminemia terjadi karena kehilangan
albumin pada urin ditambah dengan berkurangnya sintesis albumin padahati, tingginya
konsentrasi plasma dan berat molekul yang rendah. protein dari anoreksiaataumal nutrisi
dana danya penyakit liver juga dapat menurunkan kadar albumin plasma.
Proteinuria menyebabkan protein pengikat vitamin D hilang dalam urin
menghasilkan rendahnya kadar25-hydroxyvitamin D, tetapi vitamin D plasma tetap
normal. Glubolin pengikat globulin juga hilang di dalam urin sehingga jumlah tiroksin
dalam sirkulasi berkurang, tetapi tiroksin bebas dan thyroid-stimulating hormone tetap
normal (Feehallyet al., 2019).
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji urine
1. Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2. Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
b. Uji darah
1. Albumin serum <3g/dl
2. Kolesterol serum meningkat
3. Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4. LED meningkat
c. Uji diagnostik
1. Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2. USG ginjal dan CT scan
G. PENTALAKSANAAN
Penatalaksanaan sindrom nefrotik meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar
ginjal atau penyakit penyebab (pada sindrom nefrotik sekunder), mengurangi atau
menghilangkan proteinuria, memperbaiki hipoalbuminemia serta mencegah dan
mengatasi komplikasi nefrotiknya. Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari obat-obatan
kortikosteroid dan imunosupresif yang ditujukan terhadap lesi pada ginjal, diet tinggi
protein dan rendah garam, diuretik, infus albumin intravena, pembatasan aktivitas selama
fase akut serta manjauhkan pasien dari sumber-sumber infeksi. Penatalaksanaan dalam
jangka panjang sangat penting, karena banyak penderita akan mengalami eksaserbasi dan
remisi berulang selama bertahun-tahun, tetapi dengan semakin lanjutnya hialinisasi
glomerulus maka proteinuria akan semakin berkurang sedangkan azotemia semakin berat.
(Kharisma, 2017)
Penatalaksanaan secara non medikamentosa dengan bedrest total , diet tinggi
kalori tinggi protein dan rendah garam. Sedangkan secara medikamentosa dengan
pemberian diuretik berupa furosemid untuk mengurangi edema. Terdapat derajat
hipertensi ringan diberikan captopril. Diberikan antibiotik ceftriaxon.(Kinasih, 2014)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Badan bengkak, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar( adanya
acites) dan napsu makan menurun .
b. Riwayat penyakit dahulu
Edema masaneonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan
kimia.
c. Riwayat penyakit sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsumakan menurun, konstipasi,
diare, urine menurun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosomresesif. Kelainanini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
b. Tinggi badan = 2 kali tinggibadanlahir.
c. Perkembangan psikoseksual :
Anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari bebera pada eraherogennya, senang bermain
dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus komplek suntukanak laki-
laki lebih dekat dengan ibu,
elektrakompleksuntukanakperempuanlebihdekatdengan ayah.
d. Perkembangan psikososial:
Anak berada pada fasepre school (inisiativevs rasa bersalah) yaitu
memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru.
Jikausahanyadiomeliataudicelaanakakanmerasabersalahdanmenjadianakpe
ragu.
e. Perkembangan kognitif :
Masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan
bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
f. Perkembangan fisik dan mental
Melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan,
segiempat, segitiga, menghitungjari-jarinya, menyebuthari dalam
seminggu, protes biladilarang, mengenal empat warna, membedakan besar
dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
g. Responhospitalisasi :
Sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam
bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
5. Riwayat Nutrisi
Usiapre schoolnutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinyaadalah dihitungdenganrumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi :< 60 % (giziburuk), < 30 % (gizisedang) dan> 80 %
(gizibaik).
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem pernapasan
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura
karenadistensi abdomen
b. Sistem kardiovaskuler
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanandarah 95/65 – 100/60 mmHg,
hipertensiringanbisadijumpai.
c. Sistempersarafan
Dalambatasnormal
d. Sistemperkemihan
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e. Sistempencernaan
Diare, nafsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeridaerahperut,
malnutrisiberat, hernia umbilikalis, prolapsanii.
f. Sistem musculoskeletal
Dalam batas normal.
g. Sistem integument
Edema periorbital, ascites.
h. Sistem endokrin
Dalam batas normal
i. Sistem reproduksi
Dalam batas normal
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2. Perubahan nutrisi kuruan g dari kebutuhan berhubungan dengan mal nutrisi
sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
4. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing
(dampak hospitalisasi).
5. Perubahan proses keluargaberhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius.
6. Intoleransiaktifitasberhubungandengankelelahan.
7. Gangguancitratubuhberhubungandenganperubahanpenampilan
8. Resikotinggikerusakanintegritaskulitberhubungandengan
edema,penurunanpertahanantubuh.
9. Resikotinggikekurangan volume cairan (intravaskuler)
berhubungandengankehilangan protein dancairan, edema.(Fahmy, 2018)
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan&Kriteria
NO DiagnosaKeperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1 Kelebihan volume cairan Tujuan : Mandiri: -
berhubungandengankehil Pasientidak - Kajimasukan Perluuntukme
angan protein sekunder menunjukkan yang relatif nentukanfungs
terhadap peningkatan bukti- terhadapkeluara iginjal,
permiabilitas glomerulus. buktiakumulasicair nsecaraakurat kebutuhan
an - penggantianca
(pasienmendapatka Timbangberatba irandan
n volume cairan dansetiaphari penurunanresi
yang tepat) (atauilebihserinkokelebihanca
Kriteriahasil:Pen gjikadiindikasikiran.
urunan edema, an) -
ascites Kadar - Mengkajireten
protein Kajiperubahane sicairanUntuk
darahmeningkat, dema mengkaji
Output urine :ukurlingkar ascites
adekuat 600 – 700 abdomen pada dankarenamer
ml/hari, umbilicus serta upakansisium
,Tekanandarahdan pantau edema um edema.
nadidalambatas sekitar mata. - Agar
normal. - tidakmendapat
Aturmasukancai kanlebihdariju
ranngancermat. mlah yang
- Pantauinfus dibutuhkan-
intra vena Untukmemper
Kolaborasi : tahankanmasu
- kan yang
Berikankortikos diresepkan
teroidsesuaikete-
ntuan. Untukmenuru
- nkanekskresi
Berikandiuretik proteinuria
biladiinstruksik-
an. Untukmember
ikan
penghilangans
ementaradari
edema.
2 Perubahannutrisikuruang Tujuan:Kebutuha Mandiri : - Monitoring
darikebutuhan nnutrisiakanterpen -Catat intake asupannutrisib
berhubungandenganmaln uhiKriteriaHasil: dan output agitubuh
utrisisekunderterhadapke -Napsumakanbaik makanansecaraa -
hilangan protein - kuratKajiadany Gangguannuir
danpenurunannapsumaka Tidakterjadihipopr aanoreksia, isidapatterjadi
n. toeinemia- hipoproteinemia secaraperlaha
Porsimakan yang , diare. n.
dihidangkandihabi - -
skan Pastikananakme Diaresebagair
-Edema dan ascites ndapatmakanan eaksi edema
tidakada dengan diet intestinal
yang cukup. -Mencegah
-Beri diet yang status
bergizi nutrisimenjadi
- lebihburuk.
Batasinatriumse -
lama edema Membantupe
dantrerapikortik menuhannutri
osteroid sianakdanmen
-Berilingkungan ingkatkandaya
yang tahantubuhana
menyenangkan, k
bersih, asupannatrium
danrilekspadasa dapatmemper
atmakan berat edema
- usus yang
Berimakanandal menyebabkan
amporsisedikitp hilangnyanafs
adaawalnya umakan
- - Agar
Berimakanansp anaklebihmun
esialdandisukai gkinuntukmak
anak an
-
Berimakanande
ngancara yang
menarik
3 Resikotinggiinfeksi Tujuan: Mandiri : -
berhubungandenganimun Tidakterjadiinfeksi - Meminimalka
itastubuh yang menurun. Kriteriahasil: Lindungianakda nmasuknyaorg
- Tanda- ri orang-orang anisme.
tandainfeksitidaka yang -
da- Tanda vital terkenainfeksim Mencegahterj
dalam batas elaluipembatasa adinyainfeksin
normal n pengunjung. osokomial.
- Ada perubahan - -
perilakukeluargada Tempatkananak Mencegahterj
lammelakukan di ruangan non adinyainfeksin
perawatan. infeksi. - osokomial.
Cucitangansebe -
lumdansesudaht Membatasima
indakan. suknya
- bakterikedala
Lakukantindaka mtubuh.
ninvasif -
secaraaseptik Deteksidiniad
- anyainfeksida
Gunakanteknik patmencegah
mencucitangan sepsis.
yang baik -
-Jaga agar Untukmemini
anaktetaphangat malkan
dankeringPanta pajananpadaor
usuhu. - Ajari ganismeinfekt
orang if
tuatentangtanda Untukmemutu
dangejalainfeksi smatarantaipe
nyebaraninfek
siKarenakeren
tananterhadapi
nfeksi
pernafasanInd
ikasiawaladan
yatandainfeksi
-
Memberipeng
etahuandasart
entangtandada
ngejalainfeksi
4 Kecemasananak Tujuan:Kecemasa - -
berhubungandenganlingk nanak Validasiperasaa Perasaanadala
ungan perawatan yang menurunatauhilang ntakutataucema hnyatadanme
asing (dampak Kriteriahasil: s. mbantupasien
hospitalisasi). - - untuktebukase
Kooperatifpadatin Pertahankankon hinggadapatm
dakankeperawatan takdenganklien. enghadapinya.
-Komunikatifpada - -
perawat Upayakanadake Memantapkan
- Secara verbal luarga yang hubungan,
mengatakantidak menunggu meningkatane
takur. -Anjurkan kspresi
orang perasaan.
tuauntukmemba - Dukungan
wakanmainanat yang
aufotokeluarga terusmenerus
mengurangike
takutanatauke
cemasan yang
dihadapi.
-
Meminimalka
ndampak
hospitalisasite
rpisahdariang
gotakeluarga.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam proses
keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan pelaksanaan yang akan
mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan yang sudah ditetapkan. Implementasi keperawatan ini juga mengacupada
kemampuan perawat baik secara praktik maupun intelektual.(Suprianto.dkk, 2018)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan suatu tahap yang terdapat dalam proses keperawatan.
Evaluasi dilakukan pada banyak hal yang dapat dinilai keberhasilan dan ketepatannya
agar kebutuhan klien dapat terpenuhi. Perawat sendiri perlu melakukan evaluasi untuk
mendapat kesadaran diri dan membuat peningatan dari hasil yang sudah didapatkan.
(Suprianto.dkk,2018)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan keluhan
badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata.
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab,
namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan
esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit.
Mual muntah (-), batuk pilek(-) dan sesak nafas (-). Pada saat dikaji terlihat terdapat luka
borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, suhu :
36,70C, dan tekanan darah 130/80mmHg. BB= 42kg, PB 136cm.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab,
namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan
esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit.
Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi
112x/menit, RR : 44x/menit, suhu : 36,70C, dan tekanan darah 130/80mmHg. Pasien
anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan pada ektstremitas pitting
edema (+) dengan derajat II.
Pemeriksaan fisik
Data Fokus
Data subjektif Data objektif
1. datang dibawa ibunya kerumah sakit Pada saat dikaji terlihat terdapat luka
dengan keluhan badan anaknya bengkak- borok pada kulit An. A.
bengkak di seluruh badan terutama dibagian tekanan darah 130/80mmHg
wajah dan mata. nadi 112x/menit,
2. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat RR : 44x/menit
bangun tidur pagi hari mata anaknya suhu : 36,70C
sembab, namun sembab berkurang di sore
hari, sembab juga menyebar dibagian perut
dan esoknya pada kedua kaki,
3. sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah
tua dan sedikit.
C. Analisa data
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Diagnosa medis : sindrom nefrotik
Data etiologi masalah
Ds: Kehilangan Kelebihan volume
· An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya protein cairan
kerumah sakit dengan keluhan badan anaknya bengkak- sekunder
bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan terhadap
mata. peningkatan
· Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur permeabilitas
pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab sekunder
berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian
perut dan esoknya pada kedua kaki.
· sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan
sedikit.
Do:
· oedem priorbita (+)
· pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
· nadi 112x/menit
· RR : 44x/menit
· tekanan darah 130/80mmHg
· darah (+2)
· urobilonogen (+1)
· leukosit (+1)
Ds: Pasien anoreksia (+) Anoreksia ketidakseimbangan
Do: nutrisi kurang dari
· kolesterol total 479 gr/dl kebutuhan tubuh.
· Protein total 2,4 g/dl,
· Albumin: 1,0 g/dl,
· globulin : 1,46 g/dl,
· hipoalbuminemia (+)
· protein (+3)
Ds: Edema Kerusakan
· An. A (6 tahun ), JK : laki-laki, datang dibawa ibunya integritas kulit
kerumah sakit dengan keluhan badan anaknya bengkak-
bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan
mata.
· Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur
pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab
berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian
perut dan esoknya pada kedua kaki.
DO:
· Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit
An. A.
· oedem priorbita (+)
· pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II.
Ds: kerusakan resiko infeksi
Do: jaringan
· Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit
An. A.
· Wbc 5.900
D. Diagnosa keperawatan
Kelebihan volume cairan b.d Kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permeabilitas
sekunder. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia. kerusakan
integritas kulit b.d edema. resiko infeksi b.d kerusakan jaringan
E. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
Kelebihan Tujuan : Dalam Kaji masukan yang perlu untuk
volume cairan waktu 3x24 jam relatif terhadap menentukan
b.d Kehilangan pasien tidak keluaran secara fungsi ginjal,
protein menunjukkan akurat. kebutuhan
sekunder bukti-bukti Timbang berat penggantian
terhadap akumulasi badan setiap hari cairan dan
peningkatan cairan (pasien (ataui lebih sering penurunan
permeabilitas mendapatkan jika diindikasikan). resiko
sekunder volume cairan Kaji perubahan kelebihan
yang tepat) edema : ukur cairan.
Kriteria hasil: lingkar abdomen Mengkaji
· Penurunan pada umbilicus retensi cairan
edema, ascites serta pantau edema Untuk
· Kadar sekitar mata. mengkaji
protein darah Atur masukan ascites dan
meningkat cairan dengan karena
· Output cermat. merupakan
urine adekuat Pantau infus intra sisi umum
600 – 700 vena edema.
ml/hari Kolaborasi : Berika Agar tidak
· Tekanan n kortikosteroid mendapatkan
darah dan nadi sesuai ketentuan. lebih dari
dalam batas Berikan diuretik jumlah yang
normal. bila diinstruksikan. dibutuhkan
Untuk
mempertahank
an masukan
yang
diresepkan
Untuk
menurunkan
ekskresi
proteinuria
Untuk
memberikan
penghilangan
sementara dari
edema.
ketidakseimban Tujuan : Dalam Catat intake dan Monitoring
gan nutrisi waktu 2x24 jam output makanan asupan nutrisi
kurang dari kebutuhan secara akurat bagi tubuh
kebutuhan nutrisi akan Kaji adanya Gangguan
tubuh terpenuhi anoreksia, nuirisi dapat
b.d Anoreksia hipoproteinemia terjadi secara
Kriteria Hasil : , diare. perlahan. Diar
· Napsu Pastikan anak e sebagai
makan baik mendapat reaksi edema
· Tidak makanan dengan intestinalMen
terjadi diet yang cukup. cegah status
hipoprtoeinemia Beri diet yang nutrisi
· Porsi bergizi menjadi lebih
makan yang Batasi natrium buruk.
dihidangkan selama edema membantu
dihabiskan dan trerapi pemenuhan
· Edema kortikosteroid nutrisi anak
dan ascites tidak Beri lingkungan dan
ada. yang meningkatkan
menyenangkan, daya tahan
bersih, dan tubuh anak
rileks pada saat asupan
makan natrium dapat
Beri makanan memperberat
dalam porsi edema usus
sedikit pada yang
awalnya dan menyebabkan
Beri makanan hilangnya
dengan cara nafsu makan
yang menarik anak
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer (Glomerulonefritis dan nefrotik
sindrom perubahan minimal), sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan
Amyloidosis), dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Tanda paling umum adalah
peningkatan cairan di dalam tubuh. Tanda lainnya seperti hipertensi (jarang terjadi), oliguri
(tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), malaise, mual, anoreksia, irritabilitas, dan keletihan.
Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kelebihan volume cairan
berhubungan, resiko tinggi infeksi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko tinggi
kerusakan integritas kulit, resiko kehilangan volume cairan intravaskuler, gangguan perfusi
jaringan perifer, gangguan citra tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, dan
defisit pengetahuan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca terutama mahasiswa keperawatan
DAFTAR PUSTAKAXFatmawati. (2013). KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN
SINDROM MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI LANTAI 3.
Herry Garna, D. J. (2016). Hubungan Antara Kadar albumin dan Kalsium serum Pada
Sindrrom Nefrotik Anak. Sari padiatri, vol. 10, No, 2.
Stevanus Gunawan, R. A. (2016). Hubungan aspek klinis dan laboratorik dengan tipe sindrom
nefrotik pada anak. Jurnal e-Clinie (eCl), 349-352.
Ramatillah, D. L., Nurmaniarsieh, A., Srikandi, P., & Kendri, F. (2019). Pengenalan dan
Edukasi Penyakit Sindrom Nefrotik Di Kompleks Ancol Selatan 2 , Jakarta Utara. 2, 14–18.
Randiana Hoar, A. H. (2019). ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. “B” UMUR 3 TAHUN
DENGAN SINDROM NEFROTIK. Akademika Husada, I Nomor 1, 14.
Elizabeth, R. (2015). Sindrom Nefrotik Kasus Baru Pada Anak Usia 2 Tahun Nephrotic
Syndrome : New Case on 2 Years Old Child. J Agromed Unila, 2(3), 217–221.
Hoar, R., & Hidayah, A. (2019). Asuhan Kebidanan Pada An B Umur 3 Tahun Dengan Sindrom
Nefrotik. Vembria Rose Handayani1, Nindya Putri Pratama, 7(2), 28–35.
Juliantika. (2017). Korelasi antara hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia pada anak
dengan sindrom nefrotik. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 49(2), 87–92.