Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA TAMBAK

DOSEN PEMBIMBING :
MUDJIATKO, S.T, M.T

DISUSUN OLEH :
RIZKA MARDIANA (1707111289)

JURUSAN TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk bisa menyelesaikan tugas penyusunan paper ini. Selanjutnya shalawat serta salam
penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing umat manusia
menuju ilmu pengetahuan dan keimanan.
Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Mudjiatko, ST, MT. dan semua pihak yang telah membantu penulis sehingga
bisa menyelesaikan penyusunan paper mengenai Rekayasa Tambak.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih memiliki kekurangan dan ketidak
sempurnaan. Untuk itu penulis membuka diri untuk menerima kritik, saran, dan masukan
guna memperbaiki kualitas paper ini untuk masa yang akan datang. Penulis berharap paper
ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin...

Pekanbaru, 25 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PEMBAHASAN.............................................................................................................1

1.1 Definisi Tambak..........................................................................................................1

1.2 Istilah Dalam Tambak.................................................................................................1

1.3 Jenis dan Klasifikasi Tambak......................................................................................2

1.4 Gambaran Umum Sistem Irigasi Tambak...................................................................6

1.5 Perkembangan Teknologi Pertambakan......................................................................6

1.6 Peluang Usaha Tambak...............................................................................................8

1.7 Nilai Ekonomi Tambak...............................................................................................8

1.8 Permasalahan Dalam Irigasi Tambak..........................................................................8

1.9 Tambak dan Kelestarian Alam..................................................................................10


BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Tambak


Tambak merupakan suatu usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Tambak adalah kolam air payau yang digunakan untuk budidaya perikanan darat
berupa udang, ikan, kepiting, kerang-kerangan dan rumput laut.

1.2 Istilah Dalam Tambak


a. Air payau adalah air yang merupakan percampuran air tawar dan air laut dengan
kadar garam 6 – 29 ppt.
b. Baby Box adalah Petak pendederan larva udang.
c. Jaringan Irigasi adalah Saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
d. petak pemeliharaan adalah wadah yang digunakan untuk memelihara udang dari
ukuran benih sampai panen.
e. petak pengelolaan limbah adalah wadah yang dipergunakan untuk mengolah
limbah dari petak pemeliharaan.
f. petak tandon pasok adalah wadah penampungan dan perlakuan air sumber pasok.
g. Pakan segar : Pakan berupa daging segar yang diberikan pada udang biasanya dari
daging ikan atau cumi-cumi
h. Salinitas adalah Menggambarkan kandungan garam-garam terlarut dalam air
Sampling : Pengambilan contoh udang yang dilakukan secara periodik untuk
menduga pertumbuhan dan kelolos hidupan udang.
i. Secchi disk adalah Alat untuk mengukur kecerahan air berupa keping besi bulat
j. Sintasan adalah Kelulus hidupan udang, atau persentase udang yang hidup
k. Spring tide adalah Pasang tinggi, posisi bulan dan matahari tegak lurus dengan bumi
l. SR adalah Idem sintasan
m. Teresterial adalah Daratan, bagian yang tidak digenangi air.
n. Tokolan adalah Benur udang ukuran fingerling (jari).
o. Visible light adalah Cahaya tampak, yaitu cahaya yang dapat dideteksi oleh mata
manusia.
p. Water stability adalah Ketahanan pakan dalam air.

1.3 Jenis dan Klasifikasi Tambak


a. Berdasarkan Pengaturan, Pengukuran, dan Fasilitas
1. Irigasi Tambak Sederhana
Sistem irigasi tambak sederhana hampir setingkat dengan irigasi pedesaan dalam
pertanian dengan jaringan irigasi masih sederhana dan mudah diorganisasi.
Saluran pembawa air payau dan pembuang pada irigasi tambak tradisional tidak
terpisah, pencampuran air tawar dan air laut secara alami, tidak teratur, serta
jumlah dan mutu air tidak terkendali.

Gambar 1. 1 Irigasi Tambak Sederhana

2. Irigasi Tambak Semi Teknis


Perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan irigasi semi teknis
adalah pada jaringan irigasi semi teknis telah mempunyai saluran pencampur air
asin dan air tawar.

Gambar 1. 2 Irigasi Tambak Semi Teknis


3. Irigasi Tambak Teknis
Jaringan irigasi teknis ini diterapkan untuk usaha budidaya tambak madya dan
budidaya tambak maju. Adapun ciri-ciri jaringan irigasi teknis, yaitu :
1. Saluran pembuang dan saluran pembawa terpisah.
2. Saluran pengambil air asin dan saluran pengambil air tawar terpisah.
3. Pencampuran antara air asin dan air tawar dilakukan di bak pencampur.
4. Petak tersier menerima air payau dalam jumlah yang sudah terukur.

b. Berdasarkan Tipe Bentuk dan Daerah


1. Tipe Jawa Barat
Tipe Jawa Barat berupa satu petakan tunggal berbentuk persegi panjang,
mempunyai satu pintu air yang merupakan satu unit operasional. Petakan
dikelilingi oleh pematang keliling juga dilengkapi dengan parit keliling dan
mempunyai petakan kecil di bagian tengahnya yang digunakan sebagai “Baby
Box”.

Gambar 1. 3 Tambak Tipe Jawa Barat

Keterangan :
BB = Baby Box
PL = Pelataran
PK = Parit Keliling

2. Tipe Porong
Tambak tipe porong banyak dilihat di desa Porong Sidoarjo. Tipe porong berupa
satu unit gabungan dari 3 – 10 petakan yang tidak tentu bentuknya yang diairi
bersama oleh satu petak pembagi air yang selain berpintu utama satu, juga
berpintu sekunder beberapa buah. Di dalam satu unit tipe ini ada petakan kecil
yang berfungsi sebagai baby box, ada petakan buyaran yang luasnya 5 – 10 kali
petak baby box (petak intermediate) dan petak pemeliharaan yang lebih luas dari
petak sebelumnya.

Gambar 1. 4 Tambak Tipe Porong

Keterangan :
A = Pintu pembagi air
B = Pintu air utama
C = Saluran luar
D = Petak Pembesaran
E = Petak Pendederan
F = Petak intermediate

3. Tipe Taman
Tipe ini terdiri dari beberapa petakan yang dikelola bersama sebagai satu unit
gabungan. Perbedaan menyolok dari tipe porong adalah bahwa petakan yang
bertugas sebagai pembagi air dan penampung udang/ikan (yang akan di panen)
tidak brupa petakan yang lebar dan dalam, melainkan saluran yang panjang yang
disebut jalonan sebagai tempat pelarian udang atau ikan dan petakan kecil yang
disebut butekan sebagai petak pembagi air sebenarnya.

Gambar 1. 5 Tambak Tipe Taman


Keterangan :
A = Suplai air tambak
B = Petak pembagi air
C,F = Petak pembesaran
D = Petak pendederan
E = Petak intermediate
R = Rumah jaga

4. Tipe Filiphina
Tambak dengan tipe Filipina hampir mirip dengan tipe porong, terdapat petak
pembagi air yang dihubungkan dengan petakan tambak lewat pintu air sekunder
dan berfungsi sebagai petak penagkapan udang/ikan. Pada umumnya tiap unit
tambak tipe ini mempunyai dua unit baby box yang luasnya ± 1% dari seluruh
unit, satu petak intermediate seluas 9 % dan dua unit petak pembesaran yang
luasnya 90 % dari seluruh unit.

Gambar 1. 6 Tambak Tipe Filiphina

Keterangan :
A = Petak pembagi air
B = Petak pendederan
C = Petak Intermediate
D = Petak Pembesaran
E = Saluran Tambak/saluran luar

5. Tipe Taiwan
Tipe taiwan memiliki keistimewaan yang menonjol, yaitu terdapat beberapa
saluran sekunder yang digali diantara petak pembesaran yang sengaja dibuat lebar
dan dalam. Ada yang berfungsi sebagai lorong jalanan udang/ikan waktu panen,
ada pula yang berfungsi sebagai petak intermediate. Untuk tipe Taiwan ini
biasanya dilengkapi dengan pematang yang ekstra tinggi, lebar dan kuat pada
bagian terluar yang berfungsi sebagai tanggul penangkis atau penahan dari
ombak.

Gambar 1. 7 Tambak Tipe Taiwan

Keterangan :
A = Saluran luar
B = Saluran penimbunan udang waktu panen
C = Petak Pendederan
D = Baby Box
E = Saluran Pemindahan
F = Saluran lorong jalanan udang
G = Petak Pembesaran
H = Pintu Utama

1.4 Gambaran Umum Sistem Irigasi Tambak


Sistem ini biasanya dibangun di wilayah yang berdekatan dengan daerah pesisir
pantai. Sumber air yang digunakan untuk tambak kebanyakan merupakan air asin,
sehingga organisme yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini pun terbatas pada
organisme air asin atau air payau (campuran air asin/laut dengan air tawar/sungai) saja
seperti udang, kakap, dan bandeng.

1.5 Perkembangan Teknologi Pertambakan


Tingkat teknologi tambak ditentukan oleh padat penebaran dan akuainput lainnya,
ketersediaan sarana dan prasarana produksi. Berdasarkan perkembangannya, tambak
memiliki 6 teknologi yakni :
a. Teknologi Ekstensif
Teknologi ekstensif adalah teknologi yang kebutuhannya tidak menggunakan
pompa, dan sistem inlet bersatu dengan outlet. Teknologi tambak ekstensif dikenal
memiliki padat tebar yang rendah, sehingga memiliki tingkat produktifitas yang juga
rendah. Walaupun begitu, tingkat perawatan yang dilakukan juga akan semakin
mudah, sehingga risiko udang terkena penyakit rendah.
b. Teknologi Ekstensif-Plus
Teknologi ekstensif-plus adalah teknologi yang kebutuhannya menggunakan pompa
air, dan sistem inlet terpisah dengan outlet.
c. Teknologi Semi Intensif
Teknologi semi intensif adalah teknologi yang kebutuhannya menggunakan pompa,
kincir air, dan sistem tandon air sumber. Tambak ini umumnya tidak seluas tambak
ekstensif yaitu hanya berkisar antara 0,5-1 ha. Berbentuk bujur sangkar, pintu
pembuangan air diletakkan di tengah lantai dasar tambak yang miring ke arah
tengah. Pada tambak semi intensif selain penggunaan pompa juga sudah digunakan
kincir air yang berfungsi sebagai aerator.
d. Teknologi Intensif
Teknologi intensif adalah teknologi yang kebutuhannya menggunakan pompa, kincir
air, dan sistem tandon air sumber serta tandon air limbah. Luas petak pemeliharaan
yang digunakan untuk tambak intensif adalah yang terkecil dibandingkan dengan
ketiga tipe tambak lainnya yaitu sekitar 0,3-0,5 ha. Biasanya tambak intensif sudah
dilengkapi dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu panen model monik yang
diletakkan di pematang saluran buangan. Untuk tambak air payau, percampuran air
tawar dan air laut dilakukan dalam bak pencampur. Dalam tambak intensif
penggunaan kincir dan pompa sudah optimal, kepadatan organisme yang dipelihara
dalam tambak sangat tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk
udang windu yaitu sekitar 30-40 ekor/m2 dan penggunaan pakan buatan merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses pemeliharaan. Budidaya dengan sistem
tambak intensif biasanya dilakukan secara besar-besaran dan hanya dilakukan oleh
para pengusaha yang bermodal besar.
e. Teknologi Super Intensif
Teknologi intensif adalah teknologi yang kebutuhannya menggunakan pompa, kincir
air, bloot-blower dan sistem tandon air sumber serta IPAL.
1.6 Peluang Usaha Tambak
a. Wilayah Indonesia yang Strategis
Wilayah Indonesia dilimpahi dengan hasil dari air laut dan tawar yang melimpah.
Sehingga bisa mendapatkan benih dengan terjangkau. Wilayah Indonesia yang tropis
sangat cocok untuk melakukan budidaya di tambak seperti udang, ikan, dan garam.
b. Harga Jual yang Tinggi
Hasil tambak seperti ikan bandeng, udang windu memiliki harga jual yang tinggi
dan selalu diminati oleh masyarakat karena khasiat yang dimilikinya. Sehingga
dapat menguntungkan para pengusaha tambak.
c. Permintaan Pasar yang Tinggi
Hasil dari tambak ini tidak hanya diminati oleh pasaran lokal saja, tetapi permintaan
dari luar Indonesia sangat tinngi. Peluang usaha tambak sangat cocok di wilayah
perairan.

1.7 Nilai Ekonomi Tambak


Indonesia merupakan sebuah negara yang sebagian besar wilayah perairan.
Luasnya wilayah perairan membuat Indonesia dilimpahi oleh hasil pangan yang cukup
besar. Namun untuk mendapatkannya, butuh waktu yang cukup untuk mengambil hasil
ikan ataupun keragaman hayati didalam perairan.

Pemanfaatan area tambak menjadi suatu pilihan selain lebih efektif dalam
pengolahannya tambak juga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk panen. Dalam
setahun bisa berkisar 2 sampai 4 kali panen. Tentunya dengan memerhatikan cuaca,
suhu, debit air, kapasitas kolam, dan sebagainnya, dapat menghasilkan nilai ekonomi
yang menguntungkan bagi masyarakat. Adapun keragaman perairan yang sering di
tambak seperti ikan, udang, dan garam.

1.8 Permasalahan Dalam Irigasi Tambak


Kestabilan ekosistem perairan berarti kemampuan ekosistem tersebut
mempertahankan keseimbangannya dalam menghadapi perubahan atau guncangan yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar. Suatu ekosistem perairan dengan tingkat
keseimbangan yang bersifat fluktuatif akan memberikan dampak yang cukup nyata bagi
kehidupan yang berada di dalamnya, sehingga dengan sendirinya akan menjadi suatu
tempat yang tidak kondusif bagi organisme yang hidup di dalam ekosistem perairan
tersebut.
Berdasarkan pada uraian di atas maka ekosistem perairan tambak yang
merupakan ekosistem tertutup sangat rentan terhadap timbulnya permasalahan baik
yang menyangkut kualitas perairan tambak maupun kondisi dan kualitas didalamnya.
Permasalahan kualitas perairan tambak secara garis besar antara lain sebagai berkut :

a. Faktor internal, yaitu permasalahan yang disebabkan oleh kondisi dari dalam
perairan tambak itu sendiri. Pada kondisi ini terjadi karena proses-proses yang
berlangsung di dalamnya cenderung tidak terkendali dan tidak dapat dikontrol oleh
mekanisme keseimbangan yang bersifat alami.
b. Faktor eksternal, yaitu permasalahan yang disebabkan oleh pengaruh dari luar
tambak dan biasanya karena adanya perubahan cuaca.
c. Faktor treatment error, yaitu permasalahan kualitas perairan yang disebabkan oleh
kesalahan teknis budidaya yang diterapkan. Kondisi ini terjadi karena pengambilan
keputusan yang tidak berdasarkan pengamatan dan analisis yang cermat sesuai
dengan kondisi yang ada di lapangan

Permasalahan kualitas perairan tambak sebaiknya dapat diketahui dan


diidentifikasi secara dini agar guncangan yang terjadi didalam perairan tersebut tidak
menimbulkan masalah yang lebih serius bagi hasil tambak. Mengacu pada pengamatan
kondisi dan kualitas uhasil tambak di dalam perairan tambak, maka tingkat
permasalahan kualitas air tambak dapat digolongkan kedalam tiga kategori. Yakni,
sebagai berikut :

a. Ringan
Pada tingkatan ini permasalahan kualitas air tambak belum mempengaruhi kondisi,
kualitas, sifat/behaviour dan aktifitas udang di dalam perairan. Permasalahan yang
timbul baru sebatas pada perubahan kondisi lingkungan perairan tambak.
b. Sedang
Pada tingkatan ini permasalahan kualitas air tambak belum mempengaruhi kondisi
dan kualitas udang, tetapi sudah berpengaruh nyata pada sifat/behaviour dan aktifitas
udang di dalam perairan tersebut seperti udang melakukan konvoi, nafsu makan
menurun dan cenderung pasif.

c. Berat
Pada tingkatan ini permasalahan kualitas air tambak sudah berpengaruh nyata pada
kondisi, kualitas, sifat/behaviour dan aktifitas udang di dalam perairan, seperti udang
mulai terinfeksi penyakit, melayang-layang di permukaan air, banyak menempel di
dinding petakan tambak, pemunculan di ancho sangat banyak dan gerakannya sangat
pasif.
d. Sangat Berat
Pada tingkatan ini permasalahan kualitas air tambak sudah mengakibatkan kematian
massal bagi udang, sehingga pengambilan keputusan yang lebih mengarah pada
pemanenan.

1.9 Tambak dan Kelestarian Alam


Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018, laju kerusakan
hutan mangrove seluas 58 ribu hektare per tahun. Angka ini merupakan lajur kerusakan
tercepat di dunia. Data KLHK menyebut faktor utama kerusakan mangrove adalah alih
fungsi menjadi lahan pertanian, tambak udang, dan pembangunan infrastruktur. Sebab
mangrove yang telah rusak tidak bisa dipulihkan. Butuh 200 tahun untuk memulihkan
sebuah kawasan hutan mangrove yang rusak seperti semula, di tengah isu pemanasan
global akibat kian menipisnya luas hutan penyerap emisi dan karbon yang dilepas oleh
aktivitas manusia.

Anda mungkin juga menyukai