Simulasi II - Injeksi Luminal - PPM
Simulasi II - Injeksi Luminal - PPM
(90715027)
JURNAL
INJEKSI LUMINAL
2015 / 2016
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
BAB I
TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN
BM = 232,24
Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101 % C 12H12N2O3
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,
dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang 5.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, larutan alkali hidroksida
dan alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.
Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.
Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
BM = 254,22
Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C12H11N2NaO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul; putih atau serbuk putih;
higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan
terurai bila dibiarkan.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.
Endotoksin bakteri : Tidak lebih dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.
Endotoksin bakteri (Injeksi Fenobarbital Natrium) : Mengandung tidak lebih dari 0,8 unit
Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.
Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Fenobarbital Natrium tidak stabil dalam larutan aqueous solutions. Uji terhadap
Fenoobarbital Natrium 10 % (w/v) menunjukkan 7 % terdekomposisi dalam 4 minggu
yang disimpan pada T = 20 oC. Tidak terjadi dekomposisi dalam 8 minggu pada
penyimpanan suhu -25 oC.
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 mL
atau kurang.
Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket
Berdasarkan SK Menkes No. 633 / ph/62/b. tanggal 25 Juni 1962 tentang Obat Keras :
Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan
secara parenteral, baik dengan cara disuntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan digolongkan sebagai obat keras.
Sehingga untuk Injeksi Fenobarbital diberlakukan peraturan mengenai obat keras dan
ketentuan penandaan pada kemasan serta NIE.
Berdasarkan SK Menkes No. 193/ Kab/ B. VII/ 71 tanggal 21 Agustus 1971 tentang “
peraturan pembungkusan dan penandaan Obat” , SK Menkes RI No. 02396/ A/ SK/ VIII/
86 tentang “Tanda Khusus Obat Keras Daftar G”, maka penandaan khusus obat keras
pada wadah, leaflet atau brosur untuk sediaan injeksi fenobarbital sebagai berikut :
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Sediaan Injeksi fenobarbital dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI
Distribusi
Pada studi in vivo menunjukkan bahwa 20 – 45 % obat dalam darah terikat pada protein
plasma.
(AHFS 2014 halaman 2275)
Metabolisme
Fenobarbital dimetabolime melalui hati dengan cara hidroksilasi oksidatif membentuk p-
hydroxyphenobarbital (metabolit inaktif).
(AHFS 2014 halaman 2275)
Eliminasi
Fenobarbital memiliki waktu paruh yang panjang ( 2 – 6 hari). Sekitar 25 % unchanged
drug diekskresikan melalui urin, dan 75 % bentuk metabolit p-hydroxy, glukoronat, dan
konjugasi sulfat diekskresikan melalui urin.
(AHFS 2014 halaman 2275)
Fenobarbital diinjeksikan secara IM pada dewasa dan anak2 pada penanganan darurat
seizure.
Injeksi fenobarbital Na disuntikkan secara perlahan melalui IV pada penanganan status
epileptikus.
Injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL dilarutkan terlebih dahulu dalam 10 mL WFI.
Kecepatan injeksi : dewasa tidak lebih dari 100 mg/ menit dan anak-anak tidak lebih dari
1 mg/ kg/menit.
(Martindale 37, 538)
Seizure Akut
Anak 15 mg/kg
DIH Ed 23 halaman 1650)
2.10. Toksisitas
Toksisitas penggunaan fenobarbital Na dapat muncul pada pemberian berulang apabila
dosis dibawah 30 mcg/mL pada konsentrasi plasma darah.Penggunaan jangka panjang
dengan dosis dibawah 30 mcg/mL tidak muncul sedasi, ataksia, nystagmus, namun akan
muncul ketika konsentrasi terapi meningkat. Konsentrasi munculnya gejala tersebut
pada C > 60 mcg/mL pada individu non toleran.
(GG ed. 11 halaman 511)
Toksisitas dapat muncul pada penggunaan jangka panjang .
Jika terjadi toksisitas penanganan yang dapat diberikan adalah dengan meminum sirup
ipekak untuk induksi muntah (toksisitas oral), gastric lavage, penambahan alkalinizing,
dan hemodialisis .
(USPDI Ed 27 halaman 500)
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada anak (pediatri) karena dapat menyebabkan
gangguan kognitif.
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan
monitoring CrCl.
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan fungsi hati, harus
dipantau serum SGPT, SGOT, bilirubin (indikator kerusakan hati) karena fenobarbital
dapat meningkatkan kerusakan pada hati.
(DIH Ed 23, halaman 1649 -1651)
Berdasarkan data farmakologi di atas, maka bentuk zat aktif yang dipilih adalah bentuk
fenobarbital natrium (garam) karena merupakan bentuk aktif secara farmakologi dan
memiliki kelarutan yang baik dalam air. Kelarutan dalam air merupakan hal yg penting
karena sediaan yang akan dibuat dalam bentuk injeksi. Bentuk sediaan fenobarbital
natrium adalah injeksi yang dipilih karena digunakan untuk penanganan darurat seizure
akut sehingga membutuhkan onset yang cepat.
Indikasi yang dipilih untuk sediaan injeksi fenobarbital adalah seizure akut pada anak
serta digunakan untuk status epilepsikus pada anak karena sediaan injeksi fenobarbital
memiliki kekuatan sediaan 200mg/mL dalam 1 mL vial.
Dosis fenobarbital sodium yang diperlukan untuk indikasi tersebut adalah sebagai
berikut : Penanganan seizure akut pada anak usia 0 – 3 tahun dengan volume injeksi
0,255 sampai 1,05 mL injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL.
Penanganan status epilepsikus pada anak usia 0 – 1 tahun dengan dosis awal 20 mg/kg
(max 1 g) kemudian 2,5 sampai 5 mg/kg satu atau dua kali sehari.
Data dosis penggunaan sudah dalam bentuk garamnya sehingga tidak diperlukan konversi
dosis ke bentuk basanya. Sebelum digunakan injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL
dilarutkan dalam 10 mL WFI maka konsentrasi setelah dilarutkan adalah 20 mg/mL
(hipertonis). Pemberian melalui IM dapat mengurangi rasa nyeri.
Efek samping yang sering terjadi yaitu sedasi hal ini disebabkan karena mempengaruhi
sistem syaraf pusat dengan ditandai terjadinya penurunan aktivitas motorik.
Penggunaan pada kondisi khusus:
Penggunaan Wanita hamil Penggunaan fenobarbital pada wanita hamil dapat
membahayakan fetal, karena menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit
hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta, fetal liver, dan
fetal brain. ( pregnancy category D)
Wanita menyusui Penggunaan fenobarbital pada wanita menyusui harus diperhatikan
efek samping yang signifikan seperti methemoglobinamia dan sedatif pada saat
menyusui. Fenobarbital direkomendasikan untuk tidak di gunakan pada ibu menyusui.
Gangguan fungsi ginjal CrCl < 10 mL/menit administrasi setiap 12 – 16 jam.
Gangguan fungsi hati memerlukan pengawasan dan perhatian dari dokter, karena
fenobarbital dapat meningkatkan kerusakan pada hati .
Injeksi Fenobarbital Na harus disimpan dalam wadah gelas kaca tipe I (vial) pada suhu
20oC supaya menjaga stabilitas sediaan dan mencegah terjadinya dekomposisi. Setelah
wadah dibuka penggunaannya hanya untuk dosis tunggal.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
BAB III
ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI, DAN USULAN FORMULA
BM = 232,24
Data Preformulasi :
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,
dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang 5.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, larutan alkali hidroksida
dan alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.
Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.
Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
BM = 254,22
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.
Endotoksin bakteri : Tidak lebih dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.
Stabilita : Fenobarbital Natrium tidak stabil dalam larutan aqueous solutions. Uji
terhadap Fenoobarbital Natrium 10 % (w/v) menunjukkan 7 % terdekomposisi dalam 4
minggu yang disimpan pada T = 20 oC. Tidak terjadi dekomposisi dalam 8 minggu pada
penyimpanan suhu -25 oC.
Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket
Injeksi Fenobarbital adalah larutan steril yang mengandung 20% w/v fenobarbital natrium
dengan campuran 9 propilen glikol : 1 WFI dengan pH 10 – 11
Berdasarkan data preformulasi di atas dapat diketahui bahwa fenobarbital sukar larut
dalam air. Oleh karena itu, bentuk fenobarbital diganti menjadi bentuk garamnya yaitu
fenobarbital natrium yang memiliki kelarutan lebih tinggi. Namun, larutan fenobarbital
natrium tidak stabil/ mengalami hidrolisis, sehingga diperlukan penambahan stabilizer
berupa pelarut campur.
Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif maka akan dibuat injeksi
fenobarbital natrium 200 mg/mL dengan volume 1 mL dan akan dibuat sebanyak 102 vial
(10 vial dari soal + 92 vial untuk evaluasi pengujian.
Berdasarkan data preformulasi dapat ditentukan metode sterilisasi untuk sediaan injeksi
fenobarbital natrium menggunakan cara sterilisasi akhir autoklav pada suhu 100 oC selama
30 menit karena pada pemanasan ≥ 115 oC akan menguraikan zat aktif (Dispensing og
Medication, halaman 481).
Berdasarkan data preformulasi dapat ditentukan metode sterilisasi untuk sediaan injeksi
fenobarbital natrium menggunakan cara sterilisasi akhir autoklav pada suhu 100 oC selama
30 menit karena pada pemanasan ≥ 115 oC akan menguraikan zat aktif (Dispensing og
Medication, halaman 481).
Hal yang perlu diperhatikan dimana larutan fenobarbital natrium akan mudah
terhidrolisis terutama pada pH yang tinggi , selain itu pemanasan dapat menjadi katalis
dalam proses hidrolisis.
Adanya larutan asam atau CO2 dalam air yang bersifat asam lemah dapat menguraikan
garam, sehingga air yang digunakan harus bebas CO 2 .
Dosis dalam literatur dinyatakan dalam bentuk fenobarbital natrium sehingga tidak
diperlukan konversi dosis ke dalam bentuk base.
Eksipien yang dipilih adalah propilen glikol dan etanol yang berfungsi sebagai kosolven
untuk meningkatkan pelarutan dan sebagai stabilizer agent. Selain itu, etanol dapat
berfungsi sebagai anestetik lokal untuk mengurangi efek nyeri dari injeksi fenobarbital
yang bersifat hipertonis.
Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal dan terbuat dari kaca Tipe I.
(Farmakope Indonesia V halaman 441)
Daya tahan kimia gelas tipe I (borosilikat) sangat tinggi, tahan terhadap produk alkali,
terutama disebabkan oleh kandungan Al 2O3 yang tinggi. Digunakan untuk membuat
wadah tiup dalam bentuk tabung, misalnya vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan
bagian infus set. Beberapa sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat suntik
gelas sekali pakai (disposable one-trip glass syringe) (Diktat Steril, 88*)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
FORMULA ALTERNATIF
Setiap mL mengandung
- Fenofibrat natrium 200 mg
- Etanol 10 %
- Gliserol 20 %
- HCl/NaOH qs (addjust pH)
- WFI add 1 mL
Alasan : gliserol dapat digunakan sebagai stabilizer agent supaya larutan fenobarbital
lebih stabil dan tidak mudah terhidrolisis. Namun efek stabilizing propilen glikol masih
lebih baik daripada gliserol.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
MONOGRAFI EKSIPIEN
1. Etanol
BM = 46,07
Pemerian Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, kloroform, eter, gliserin, dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik.
Inkompabilita Dalam suasana asam, larutan etanol akan bereaksi dengan material
s pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menghitam dalam reaksi
dengan sejumlah residu dari aldehid. Garam organik atau akasia dapat
diendapkan dari cairan terlarut atau dispersi. Inkompatibel dengan
wadah aluminium dan mungkin bereaksi dengan beberapa obat.
2. Propilen Glikol
BM= 76.09
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopis. (Farmakope Indonesia IV halaman 712)
Stabilita Dalam suhu dingin stabil dalam wadah yang tertutup rapat, dalam
suhu tinggi dan udara terbuka akan teroksidasi. Stabil ketika
a. pH
dicampur dengan air, etanol dan gliserin. Dapat disterilisasi dengan
b. Cahaya
autoklaf. Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
3. Asam Klorida
H-Cl
Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, berbau; bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis
kurang dari 1,18 (Farmakope Indonesia IV: 49). Cairan jernih, berbau
menyengat.
Stabilita
Fungsi : pengatur PH
Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.
4. Natrium Hidroksida
Na-OH
Pemerian Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan,
atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan
hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida
dan lembab. (Farmakope Indonesia IV hal. 589)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol. (Farmakope Indonesia IV: 589). 1
gram NaOH larut dalam 0,9 ml air; 0,3 ml air mendidih; 7,2 ml alkohol
absolut; 4,2 ml dalam metanol; dan dalam gliserol.
Stabilita
Oksidasi
-
Fungsi : Pengatur pH
Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.
Kelarutan -
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Stabilita
Oksidasi
-
Fungsi : Pelarut
Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.
BAB IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR
Jumlah total sediaan yang akan dibuat = vial yng ditugaskan + Pengujian
= 10 + 92
= 102 vial
Volume setiap vial dilebihkan sebesar 0,15 mL , sehingga volume akhir sediaan pada
setiap vial 1,15 mL (FI IV, 1044)
Total volume sediaan yang akan diproduksi = (102 x 1,15) + 6 = 123,3 mL ≈ 130 mL ,
dimana 6 (2 x 3) merupakan volume yang digunakan untuk membilas buret.
Perhitungan tonisitas
Metode = Ekivalensi NaCl
Perhitungan untuk 100 mL sediaan
Komponen E NaCl Persentase Tonisitas (persentase x E NaCl)
Fenobarbital Na 0,23 200 mg/mL 20 % x 0,23 = 4,6
Propilen glikol 0,43 60 % 60 % x 0,43 = 25,8
Etanol 0,65 10 % 10 % x 0,65 = 6,5
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Penimbangan
Nama Bahan Komposisi Volume 1 mL Volume 130 mL
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
9 Karet pipet tetes 3 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam
14 Membran Filtrasi 0,22 3 Autoklaf 121°C selama 20 menit dalam plastik tahan
dan 0,45 µm panas
b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
2 Tutup Vial 102 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Ruang sterilisasi Kemas setiap alat dan wadah yang akan digunakan.
(Kelas D)
Sterilisasi alat dan wadah yang akan digunakan.
Tara gelas kimia sebanyak 130 mL yang akan dijadikan wadah dalam
bulk larutan sediaan.
Ruang pencampuran Pembuatan WFI bebas CO2 (Didihkan air selama 30 menit dihitung
setelah air mendidih kemudian dialiri gas nitrogen)
(Kelas C)
Campur etanol dan propilen glikol yang telah diukur di dalam gelas
kimia, aduk hingga homogen. (Larutan A)
Ruang Pengisian (Kelas Bilas buret menggunakan larutan fenobarbital natrium sebanyak 2 x 3
A/B) mL, Kemudian masukan larutan fenobarbital natrium ke dalam buret,
serta tutp ujung buret menggunakan aluminium foil.
Tujuan : menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu dalam
sediaan injeksi.
Metode :
Uji hitung partikel secara hamburan cahaya
Uji hitung partikel secara mikroskopik
Prosedur :
Sejumlsh tertentu sediaan uji di ukur hamburan cahaya larutan sampel kemudian
dibandingkan dengan larutan baku
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm ≤ 3000 dan diameter ≥25 µm ≤ 300 perwadah
Uji Kejernihan (Larutan Parenteral, halaman 201 - 203)
Tujuan : memastikan larutan injeksi bebas dari partikulat yang dapat terlihat secara
visual.
Prosedur : bulk larutan fenobarbital natrium diperiksa secara visual dengan
mengamati kejernihan larutan dari samping dan dari permukaan larutan.
Interpretasi : Larutan jernih dan bebas partikulat secara visual
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm ≤ 3000 dan diameter ≥25 µm ≤ 300 perwadah
tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dipakai untuk
larutan-larutan yang sudah berwarna dan ampul yang berwarna cokelat.
b. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan ujungnya
dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada
kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan wadah menjadi
kosong.
c. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan
memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian
divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar
jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.
Interpretasi : Sediaan memenuhi persyaratan jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru dan kertas saring / kapas tidak basah.
Penetapan Kadar
Metode Spektrofotometri UV/Vis
Prinsip Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV/VIS, IR, dan serapan atom)
merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul
atau atom dari suatu zat kimia. Molekul mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika
frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai
dengan radiasi UV/VIS.
Tujuan : menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.
Persiapan : Penyiapan media dan uji kesesuaian (uji fertilitas media, uji sterilitas media,
penyimpanan)
Interpretasi : Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media.
Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media sehingga tidak dapat ditetapkan
secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi,
pindahkan sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml) ke dalam media segar
yang sama, kemudian inkubasi bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4
hari.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas.
Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi
syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh
hal yang tidak berhubungan dengan bahan uji.
Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif d. Setelah dilakukan
identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan mikroba (beberapa
mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji, atau teknik
pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah : Lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang
sama dengan uji awal.
Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh
memenuhi syarat uji sterilitas.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi
syarat uji sterilitas.
BAB V
ANALISIS MASALAH DAN PENYELESAIANNYA YANG BERKAITAN DENGAN PENGUJIAN MUTU SERTA
USULAN TEKNIK/METODE ANALISIS YANG AKAN DIGUNAKAN
5.1. Gugus Fungsi, Jenis Ikatan, Rangka Molekul dan Ion yang Dapat Digunakan Sebagai
Dasar Untuk Analisis
Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .
BM = 254,22 g/mol
Gugus Fungsi :
1. Aromatik
2. Amin Sekunder
3. Keton
Jenis ikatan :
1. Ikatan Kovalen
- Ikatan Rangkap ( - C = C -)
- Ikatan Tunggal (- C – C -)
- Ikatan karbonil (- C = O - )
- ( - C – N -)
- Ikatan Azo ( - C = N - )
2. Ikatan Hidrogen
(-C–N-)
3. Ikatan Ionik
( - Na – O - )
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Pemerian : Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul; putih atau serbuk putih;
higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan
terurai bila dibiarkan.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.
Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.
2. Larutkan dengan pengocokan 100 mg zat dalam 5 mL air dan 10 tets NaOH 2 N,
tambahkan 1 mL asam sitrat (9%) endapan putih voluminous
3. Pada 10 mg zat dalam air, tambahkan air brom kuning stabil dan endapan
Pada zat tambahkan 2 mL HCl encer 2 mL, larutan natrium nitrit, sesudah lima
menit tambahkan 5 mL air dan 10 mL eter , kocok. Kumpulkan fasa eter dan
uapkan. Pada residu, tambahkan 50 mg fenol panaskan , tambahkan 1 mL asam
sulfat pekat , terbentuk warna biru, tuangkan dalam sejumlah air, warna menjadi
merah dan jika dibasakan warna menjadi biru kembali.
Reaksi legal – Rothera : Pada zat tambahkan larutan natium nitroprusida dan
beberapa tetes amoniak warna ungu merah
6. Reaksi Marquis
1. Spektrofotometri UV
2. Spektofotometri IR
3. Spektrofotometri MS
4. Spektrofotometri NMR
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari 2 fasa yaitu fasa diam dan fasa
gerak (pelarut/ campuran pelarut). Pemihasan didasarkan pada adsorpsi, partisi, atau
kombinasi kedua fasa.
Metode KLT untuk analisis senyawa Fenobarbital dengan sistem sebagai berikut:
Rf 0,5 cm
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
KCKT merupakan kromatografi kolom yang memiliki sistem pemisahan dengan kecepatan
dan efisiensi yang tinggi. Sampel terdistribusi antara fase diam dan fase gerak dimana
mekanisme pemisahan berdasarkan adsorpsi, desorpsi dan elusi.
Detektor λ = 254 nm
Kromatografi Gas
KG merupakan metode pemisahan zat yang dapat menguap dan mengalami proses
migrasi diferensial dinamis pada sistem yang terdiri dari fase gerak gas dan fase diam
cairan yang dilapiskan pada penyangga padat inert atau fase diam padatan.
Fenobarbital tidak stabil dalam larutan pada pH rendah, tetapi dapat terhidrolisis pada
pH tinggi. Cincin dari fenobarbital pecah dan akan kehilangan carbon dioxide dari
pembentukan N-(aminocarbony1)-a-ethylbenzeneacetamide. Kemudian akan terbentuk
a-ethylbenzeneacetic acid dan urea.
Untuk menstabilkan larutan fenobarbital maka dapat digunakan stabilizer agen seperti
etanol, propilen glikol, dan gliserol.
5.4.2. Kemurnian
Kemurnian adalah keadaan dimana zat bebas dari bahan asing. Selain dari kontaminasi
bahan asing, ketidakmurnian bisa terjadi karena ketidakstabilan zat , konstanta fisik suatu
zat seperti titik lebur, titik didih, indeks bias, berat jenis, dan rotasi optik. Karakterikstik
yang berguna dalam identifikasi dan penentuan kemurnian suatu senyawa
Penetapan Jarak Lebur
Syarat : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih
dari 2°.
Tujuan : Menentukan jarak lebur atau suhu lebur zat padatan dan menggunakannya
sebagai kriteria identifikasi dan dalam pemeriksaan kemurnian.
Prinsip : Jarak lebur atau suhu lebur zat padat adalah rentang suhu atau suhu pada saat
zat padat menyatu dan melebur sempurna. Setiap alat atau metode yang mampu dan
memiliki ketelitian yang setara dapat digunakan. Ketelitian harus sering diperiksa dengan
menggunakan satu atau lebih dari enam Baku Pembanding Suhu Lebur BPFI, lebih baik
digunakan satu baku yang melebur paling dekat dengan suhu lebur senyawa yang
ditetapkan seperti yang tertera pada Baku Pembanding Farmakope Indonesia. Pada suhu
yang lebih rendah dari suhu lebur, zat berada dalam bentuk fase padat. Pada saat suhu
lebur tercapai, zat padat melebur menjadi fase cair sampai tercapai kesetimbangan
antara fase padat dan fase cair. Pada saat semua zat padat melebur hanya terdapat fase
cair dan penambahan panas selanjutnya menyebabkan kenaikkan suhu secara linear.
Penetapan suhu lebur antara sampel dibandingkan dengan suhu lebur campuran sampel
dan pembanding yang sesuai (BPFI) (1:1) dapat digunakan sebagai konfirmasi identitas
kimia bila memberikan hasil yang sesuai.
Metode : Siapkan dan masukkan zat uji ke kapiler seperti metode I, panaskan tangas
hingga suhu ± 100 dibawah suhu lebur yang diperkirakan, naikkan suhu dengan kecepatan
10 ± 0,50 per menit, masukkan kapiler bila suhu mencapai 5 0 dibawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna.
(FI IV hal.1032-1033)
Tujuan : Menentukan kemurnian zat dengan cara penetapan semua jenis bahan yang
mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu
Prinsip :Kehilangan bobot disebabkan oleh adanya sisa bahan yang mudah menguap,
termasuk pelarut organik dan air, pada suhu pemanasan 105° ± 2°C (Analisis Kimia, Hj.
Roth 477, FI IV hal 1043). Untuk zat yang diperkirakan hanya mengandung air sebagai
satu-satunya zat yang mudah menguap, cara penetapan kadar air sudah memadai (FI IV
hal 1043).
Prosedur: Campur dan timbang zat uji 1-2 g (zat hablur digerus cepat hingga partikel dari
2 mm), tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan 30 menit,
masukkan zat uji ke botol timbang, tutup, timbang botol beserta isinya, ratakan zat uji
dengan menggoyang sampai setinggi 5 mm (tidak lebih dari 10 mm untuk ruahan),
masukan botol dan sumbatnya dalam oven pada suhu 105˚ selama 2 jam, waktu oven
dibuka botol segera ditutup dan dimasukkan desikator sampai suhu kamar sebelum
ditimbang.
(FI IV hal.1043-1044)
5.5. Metode-Metode Analisis yang Diusulkan dalam Pengujian Bahan Baku dan Sediaan
5.5.1. Identifikasi Bahan Baku
Spektrofotometer IR
Prinsip : Interaksi radiasi infra merah dengan molekul menyebabkan terjadinya vibrasi
dan/atau rotasi pada ikatan dalam molekul pada bilangan gelombang tertentu. Interaksi
radiasi infra merah dengan suatu materi dapat menyebabkan perubahan dipole molekul
selama vibrasi dan rotasi. Vibrasi terdiri dari perubahan panjang ikatan (stretching) atau
sudut ikatan (bending). Beberapa ikatan dapat mengalami stretch in phase (symmetrical
stretching) atau out-of phase (asymmetric stretching).
Alasan : Fenobarbital memiliki momen dipol dan gugus fungsi spesifik untuk terjadi
vibrasi atau rotasi.
Syarat : Spektrum serapan IR yang didispersikan dalam KBr menunjukkan spektrum yang
sama dengan baku standar.
Spektrofotometer UV/Vis
Prinsip: Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV/VIS, IR, dan serapan atom)
merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul
atau atom dari suatu zat kimia. Molekul mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang
terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai
dengan radiasi UV/VIS.
KCKT
Prinsip : Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan salah satu jenis kromatografi
kolom cair yang memiliki sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi tinggi yang
menerapkan kemampuan kemajuan teknologi kolom, sistem pompa bertekanan tinggi
dan detektor yang sensitif (FI IV, 1009). Kromatografi ini terdiri dari fase diam yang terikat
secara kimia pada penyangga, fase gerak yang dialirkan cepat dengan bantuan tekanan
tinggi dan hasil analisis yang dapat dideteksi dengan instrumen. (Bobbit, Pengantar
Kromatografi, hlm. 186).
Alasan : Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Syarat : Waktu retensi relatif puncak utama larutan uji sama seperti dengan larutan baku.
5.5.2. Penetapan Kadar Bahan Baku (Florey Volume 7 halaman 360 – 390)
KCKT Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Syarat : Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
101 % C12H12N2O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
5.6. Masalah Analisis yang Disebabkan Kadar dan Matriks dalam Sampel
5.6.1. Pengaruh Matriks dalam Sampel Sediaan
Bentuk sediaan adalah injeksi sehingga sebelum dilakukan penetapan kadar dan
identifikasi menggunakan KCKT maka analit haris bebas dari matriks terlebih dahulu
supaya tidak mengganggu pengukuran. Kadar ZA yang kecil merupakan salah satu alasan
digunakan KCKT karena memiliki sensitifitas yang tinggi.
Karena sampel berupa larutan maka tidak dilakukan preparasi sampel. Namun, pada saat
melakukan pengukuran menggunakan KCKT , dilakukan pengukuran blangko untuk
meminimalisasi interferensi yang diberikan oleh matriks/ eksipien.
Metode utama
Metode alternatif
Metode utama
Metode alternatif
KCKT Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Metode utama
KCKT Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Metode alternatif
KCKT Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Metode alternatif
BAB VI
WADAH DAN INFORMASI OBAT
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal dan terbuat dari kaca Tipe I.
K
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
FENASI®
Injeksi Fenobarbital Natrium 200 mg
Komposisi
Dalam 1 mL Injeksi, mengandung Fenobarbital Natrium 200mg
Komposisi lain:
Propilen Glikol mL
Etanol mL
Farmakologi
Fenasi® mengandung Fenobarbital Natrium yang merupakan golongan barbiturat yang memiliki aktivitas anti konvulsan.
Efek Fenasi® sebagai antikonvulsan dengan menghambat potensial sinaptik melalui kerja pada reseptor GABA
Indikasi
Fenasi® diindikasikan untuk :
Seizure Akut
Status Epileptikus
Kontraindikasi
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang mempunyai histori porfiria karena turunan barbiturat dapat
memperburuk (eksaserbasi) porfiria interminten akut dan porfiria yang lain.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada wanita hamil karena dapat membahayakan fetal. Turunan barbiturat
menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta,
fetal liver, dan fetal brain.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitifitas terhadap turunan barbiturat. Reaksi
hipersensitifitas dapat menyebakan syok anafilaksis dan depresi pernafasan.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat kerusakan hati, karena obat mengalami
metabolisme di hati. Sehingga akan meningkatkan kinerja hati.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dyspnea/ airway obstruction, karena dapat menyebabkan depresi
pernafasan.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat sedatif/ hipnotik.
Efek Samping
Mual, muntah, konstipasi, sakit kepala, pruritus, insomnia, dan hipotensi.
Interaksi Obat
Alkohol : meningkatkan efek antidepresan
Asam Valproat : meningkatkan efek asam valproat
Asetaminofen : menurunkan efek asetaminofen
Peringatan
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien elderly sebagai sedatif karena waktu paruh yang panjang dan resiko
ketergantungan.
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada anak (pediatri) karena dapat menyebabkan gangguan kognitif.
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan monitoring CrCl.
Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan fungsi hati, harus dipantau serum SGPT, SGOT, bilirubin
(indikator kerusakan hati) karena fenobarbital dapat meningkatkan kerusakan pada hati.
Penyimpanan
Simpan ditempat yang kering pada suhu 15-25oC
Kemasan
Botol berisi 1 mL
No Reg : ...............................
No Batch : ...................................
Exp Date : .........................................
HET : Rp. 120.000
Dibuat oleh : PT. FARMAZOL
Bandung - Indonesia
PT. FARMAZOL
F
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th edition. London:
Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2014. Martindale, The Complete Drug Reference 37th Ed. London:
Pharmaceutical Press.
Mc.Evey, Gerald K., Elaine KS., Jane M., et al, 2014 , AHFS Drug Information 2014, Bethesda :