Anda di halaman 1dari 55

Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra

(90715027)

JURNAL

INJEKSI LUMINAL

BISMILLAH LULUS UPP, SIDANG, DAN UJIAN PRAKTIK

PROFESI APOTEKER ITB

2015 / 2016
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB I
TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

1.1. DESKRIPSI UMUM SENYAWA AKTIF

Luminal atau Fenobarbital memiliki nama kimia Asam 5-etil-5-fenilbarbiturat dengan


rumus molekul C12H12N2O3 .

BM = 232,24

(Farmakope Indonesia V halaman 439)

Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101 % C 12H12N2O3
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,
dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang 5.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, larutan alkali hidroksida
dan alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.

(Farmakope Indonesia V halaman 440)

Kelarutan : 1: 1000 dalam air, 1 : 10 dalam etanol

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.

(Farmakope Indonesia V halaman 440)

Konstanta Disosiasi : pKa 7,4 pada suhu 25oC

Koefisien Partisi : Log P 1,4

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BM = 254,22

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C12H11N2NaO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul; putih atau serbuk putih;
higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan
terurai bila dibiarkan.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.

pH Zat Aktif = 9,2 - 10,2

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

pH Sediaan = 9,2 - 10,2

Endotoksin bakteri : Tidak lebih dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.

Endotoksin bakteri (Injeksi Fenobarbital Natrium) : Mengandung tidak lebih dari 0,8 unit
Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.

(Farmakope Indonesia V halaman 442)

Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.

(Farmakope Indonesia V halaman 442)

Fenobarbital Natrium tidak stabil dalam larutan aqueous solutions. Uji terhadap
Fenoobarbital Natrium 10 % (w/v) menunjukkan 7 % terdekomposisi dalam 4 minggu
yang disimpan pada T = 20 oC. Tidak terjadi dekomposisi dalam 8 minggu pada
penyimpanan suhu -25 oC.

Fenobarbital Natrium dalam basis propilen glikol lebih stabil.

(Handbook Of Injectable Drugs Ed 15 ebook)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Fenobarbital Natrium dapat mengalami presipitasi (pengendapan) dalam larutannya


bergantung pada konsentrasi dan pH.

Konsentrasi (mg/mL) pH yang akan membentuk precipitasi


3 ≤ 7,5
6 ≤ 7,9
10 ≤ 8,3
20 ≤ 8,6
(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

1.2. Definisi Bentuk Sediaan Terkait

Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 mL
atau kurang.

(Farmakope Indonesia IV halaman10)

Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket

(Farmakope Indonesia V halaman 442)

1.3. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat

Berdasarkan SK Menkes No. 633 / ph/62/b. tanggal 25 Juni 1962 tentang Obat Keras :
Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan
secara parenteral, baik dengan cara disuntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan digolongkan sebagai obat keras.
Sehingga untuk Injeksi Fenobarbital diberlakukan peraturan mengenai obat keras dan
ketentuan penandaan pada kemasan serta NIE.

1.4. Penandaan pada Wadah, Leaflet, atau Brosur

Berdasarkan SK Menkes No. 193/ Kab/ B. VII/ 71 tanggal 21 Agustus 1971 tentang “
peraturan pembungkusan dan penandaan Obat” , SK Menkes RI No. 02396/ A/ SK/ VIII/
86 tentang “Tanda Khusus Obat Keras Daftar G”, maka penandaan khusus obat keras
pada wadah, leaflet atau brosur untuk sediaan injeksi fenobarbital sebagai berikut :
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

1.5. Nomor Registrasi dan Nomor Batch


Nomor Registrasi = DKL 1622043A1
D = Obat dengan nama dagang
K = golongan obat keras
L = produksi dalam Negeri (lokal)
16 = tahun pendaftaran obat jadi ( 16  2016)
220 = Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
43 = Nomor urut sediaan jadi (injeksi)
A = Kekuatan obat jadi yang pertama disetujui
1 = Kemasan utama untuk nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat jadi.

Sediaan Injeksi fenobarbital dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

Nomor Batch 06160403


0616= Bulan dan tahun produksi
04 = kode bentuk sediaan cair parenteral
03 = nomor urut pembuatan/ pengolahan/ batch ke 03 yang diproduksi
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

2.1. Nama Obat dan Sinonim


Fenobarbital Natrium mempunyai sinonim Phenobarbitone, Phenylethylmalonylurea
(AHFS 2014 halaman 2274)
Fenobarbital merupakan obat golongan antikonvulsan turunan barbiturat
(AHFS 2014 halaman 2274)

2.2. Bentuk Senyawa Zat Aktif/Prodrug


Bentuk senyawa zat aktif yang digunakan adalah dalam bentuk garam dari fenobarbital.
Bentuk garam digunakan karena memiliki kelarutan yang tinggi dalam pembawa sehingga
cepat mencapai efek farmakologi.
Di pasaran, injeksi feanobarbital dalam bentuk garamnya.
(AHFS 2014 halaman 2275)

2.3. Mekanisme Kerja Obat


Mekanisme kerja fenobarbital natrium sebagai antikonvulsan turunan barbiturat adalah
secara multiple dan non selektif, dengan mereduksi transmisi monosinaptik dan
polisinaptik yang menghasilkan penurunan eksitabilitas seluruh sel syaraf, menurunkan
PTP (Post Tetanic Potentiation). Selain itu, golongan barbiturat juga dapa meningkatkan
stimulasi elektrik motor korteks.
(AHFS 2014 halaman 2273)
Mekanisme kerja antikonvulsan dari fenobarbital Natrium adalah dengan cara
menginhibisi potensial sinaptik melalui kerja pada reseptor GABA
(GG Ed.11 halaman 511)

2.4. Nasib Obat Dalam Tubuh (Farmakokinetika)


Absorpsi
Karena sediaan dibuat sediaan injeksi maka tidak terdapat proses absorpsi (F=1).
Penggunaaan secara IV, onset awal dalam 5 menit dan onset maksimum dicapai dalam 30
menit.
(AHFS 2014 halaman 2275)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Distribusi
Pada studi in vivo menunjukkan bahwa 20 – 45 % obat dalam darah terikat pada protein
plasma.
(AHFS 2014 halaman 2275)

Metabolisme
Fenobarbital dimetabolime melalui hati dengan cara hidroksilasi oksidatif membentuk p-
hydroxyphenobarbital (metabolit inaktif).
(AHFS 2014 halaman 2275)

Eliminasi
Fenobarbital memiliki waktu paruh yang panjang ( 2 – 6 hari). Sekitar 25 % unchanged
drug diekskresikan melalui urin, dan 75 % bentuk metabolit p-hydroxy, glukoronat, dan
konjugasi sulfat diekskresikan melalui urin.
(AHFS 2014 halaman 2275)

2.5. Indikasi Dan Dasar Pemilihannya


Fenobarbital dalam bentuk injeksi diindikasikan untuk :
a. Penanganan tonik klonik (grand mal) seizure, dan seizure parsial
(AHFS 2014 halaman 2274)
b. Terapi profilaksis febril seizure pada bayi dan anak
(AHFS 2014 halaman 2274)
c. Terapi awal status epileptikus
(AHFS 2014 halaman 2274)
d. Pencegahan serangan kembali (recurrence) seizure
(AHFS 2014 halaman 2274)
e. Hipnotik/ sedatif
(DIH Ed 23, halaman 1649)
Berdasarkan data indikasi di atas, sediaaan injeksi fenobarbital natrium 200mg/mL yang
akan dibuat diindikasikan untuk penanganan darurat dari seizure akut, termasuk status
epilepsikus. Selain itu, fenobarbital dapat digunakan sebagai hipnotik dan sedatif tetapi
obat golongan diazepin lebih diutamakan .
(Martindale 37 halaman 538)
Pemilihan indikasi tersebut didasarkan pada kesesuaian pustaka.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

2.6. Kontraindikasi Dan Alasannya


a. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang mempunyai histori
porfiria karena turunan barbiturat dapat memperburuk (eksaserbasi) porfiria
interminten akut dan porfiria yang lain.
b. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada wanita hamil karena dapat
membahayakan fetal. Turunan barbiturat menyebabkan hemoragi postpartum dan
penyakit hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta,
fetal liver, dan fetal brain.
c. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitifitas
terhadap turunan barbiturat. Reaksi hipersensitifitas dapat menyebakan syok
anafilaksis dan depresi pernafasan.
(AHFS 2014 halaman 2271)
d. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat
kerusakan hati, karena obat mengalami metabolisme di hati. Sehingga akan
meningkatkan kinerja hati.
e. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dyspnea/ airway
obstruction, karena dapat menyebabkan depresi pernafasan.
f. Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat sedatif/
hipnotik.
(DIH Ed 23 halaman 1649)

2.7. Dosis (Sesuai Indikasi) Dan Perhitungan Dosis


Dari indikasi yang dipilih, dosis fenobarbital dalam bentuk sediaan injeksi adalah:
Indikasi Dosis Anak Dosis Dewasa
Status Epileptikus 20 mg/kg (dosis awal, max 10 mg/kg (dosis awal, max
1 gram) kemudian 1 gram)
2,5mg/kg sampai 5 mg/ kg
satu atau dua kali sehari ,
max 300 mg dua kali
sehari.
Acute seizure 15 mg/kg (dosis tunggal) 200 mg
(di ulang setiap 6 jam jika
diperlukan)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Fenobarbital diinjeksikan secara IM pada dewasa dan anak2 pada penanganan darurat
seizure.
Injeksi fenobarbital Na disuntikkan secara perlahan melalui IV pada penanganan status
epileptikus.
Injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL dilarutkan terlebih dahulu dalam 10 mL WFI.
Kecepatan injeksi : dewasa tidak lebih dari 100 mg/ menit dan anak-anak tidak lebih dari
1 mg/ kg/menit.
(Martindale 37, 538)

Perhitungan Dosis (dalam bentuk Fenobarbital Na)


Indikasi Seizure Akut
Dewasa = 200 mg
Kekuatan sediaan 100 mg/mL  vial 1 mL , setiap 6 jam jika dibutuhkan.
Anak – anak = 15 mg/kg
Usia Bobot Badan Anak (kg) Dosis Terapi anak (mg) Volume injeksi (mL)
0 3,4 51 0,255
< 1 bulan 4,2 63 0,315
< 3 bulan 5,6 84 0,42
< 6 bulan 7,7 115,5 0,5775
1 tahun 10 150 0,75
3 tahun 14 210 1,05

(TPC Ed. 12 hal 435)


Injeksi Fenobarbital Na 200 mg/mL dilarutkan dalam 10 mL WFI maka konsentrasi setelah
dilarutkan adalah 20 mg/mL.

Dosis untuk dewasa 10 mg/kg


13-15 tahun 40 400 mg >10
16 – 20 tahun 45 450 mg >10
Dosis untuk dewasa adalah 10 mg/mL. Sehingga tidak cocok digunakan untuk dewasa
karena penggunaan sediaan lebih dari 1 vial.

Indikasi Status Epileptikus


Anak – anak = 20 mg/kg
Usia Bobot Badan Anak (kg) Dosis Terapi anak (mg) Volume injeksi (mL)
0 3,4 68 3,4
< 1 bulan 4,2 84 4,2
< 3 bulan 5,6 112 5,6
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

< 6 bulan 7,7 154 7,7


1 tahun 10 200 10
Obat harus segera dihentikan ketika efek sudah tercapai.
(AHFS 2014 halaman 2274)

2.8. Aturan Pakai


Status Epilepsikus  Loading dose : IV
Anak 20 mg/kg (max 1 g, max kecepatan ≤ 30 mg/menit pada anak < 60 kg)

Seizure Akut 
Anak 15 mg/kg
DIH Ed 23 halaman 1650)

2.9. Efek Samping


Efek Samping yang sering muncul pada penggunaan fenobarbital:
 Efek pada darah = menurunkan serum folat (jarang)
 Efek pada tulang = mempengaruhi metabolisme vit D dan Ca  menurunkan
konsentrasi Ca dalam serum dan terjadi defisiensi Ca.
 Efek pada sistem Endokrin = Penurunan fungsi ginjal dan hormon tiroid.
(Martindale 37 . 536 - 537)
Efek samping serius jarang terjadi pada fenobarbital. IV Fenobarbital Na dapat
menyebabkan depresi pernafasan, khususnya ketika obat diadministrasikan secara cepat.
Obat harus diadministrasikan secara perlahan dengan kecepatan tidak lebih dari 60
mg/menit, serta personil dan perlatan harus segara dipersiapkan untuk pernafasan
buatan.
(AHFS 2014 halaman 2274)
 Efek CKV= Bradikardia, hipotensi
 Efek CNS= Agitasi, anxiety, ataxia, confusion, dizziness, sakit kepala, insomnia,
somnolence
 Efek Dermatologi = dermatitis, ruam, Steven Johnson syndrom
 Efek GI = Konstipasi, mual, muntah
 Efek Lokal = Tromboflebitis
 Efek renal = Oliguria
 Efek Hematologi = agranulositosis, anemia megaloblastik, trombositopenia
 Efek respiratori = apnea, hipoventilasi, laringospasm, depresi pernafasan
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

 Efek miscellaneous = gangrene


(DIH Ed 23, halaman 1649)

2.10. Toksisitas
Toksisitas penggunaan fenobarbital Na dapat muncul pada pemberian berulang apabila
dosis dibawah 30 mcg/mL pada konsentrasi plasma darah.Penggunaan jangka panjang
dengan dosis dibawah 30 mcg/mL tidak muncul sedasi, ataksia, nystagmus, namun akan
muncul ketika konsentrasi terapi meningkat. Konsentrasi munculnya gejala tersebut
pada C > 60 mcg/mL pada individu non toleran.
(GG ed. 11 halaman 511)
Toksisitas dapat muncul pada penggunaan jangka panjang .
Jika terjadi toksisitas penanganan yang dapat diberikan adalah dengan meminum sirup
ipekak untuk induksi muntah (toksisitas oral), gastric lavage, penambahan alkalinizing,
dan hemodialisis .
(USPDI Ed 27 halaman 500)

LD50 Fenobarbital pada tikus  44 mg/kg secara i.v


 130 mg/kg secara s.c
 393 mg/kg secara i.p
( Clement, JG, 1983. Effect of pretreatment with sodium phenobarbital on the toxicity of
soman in mice, Biochem Pharmacol 15;32(8):1411-5)

2.11. Interaksi Obat Dan Akibat Dari Interaksi Tersebut


Penggunaan Fenobarbital + Asam valproat
Hasil interaksi: meningkatkan konsentrasi fenobarbital dalam darah
Mekanisme : asam valproat menghambat metabolisme dari fenobarbital sehingga terjadi
kenaikan konsentrasi fenobarbital dalam darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
deprsei CNS dan toksisitas neurologi.
Penanganannya : Monitoring gejala yang timbul daan pengaturan dosis

Penggunaan Fenobarbital + Alkohol/Depresan CNS


Hasil interaksi: peningkatan efek depresan CNS
Mekanisme : fenobarbital meningkatkan efek depresan CNS dari alkohol/ obat depresan
CNS
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Penanganannya : Mengurangi dosis salah satu obat.

Penggunaan Fenobarbital + Vitamin D


Hasil interaksi: Menurunkan efek dari vitamin D
Mekanisme : fenobarbital menginduksi enzym metabolisme di hati
Penanganannya : penambahan suplemen vitamin D

Penggunaan Fenobarbital + Antidepresan (Trisiklik)


Hasil interaksi: efek trisiklik sebagai antidepresan menurun
Mekanisme : fenobarbital meningkatkan metabolisme trisiklik dengan cara menginduksi
enzym CYP450
Penanganannya : pengaturan dosis ( addjust dosis trisiklik)

Penggunaan Fenobarbital + Acetaminophen


Hasil interaksi: menurunkan efek dari acetaminophen
Mekanisme : fenobarbital meningkatkan metabolisme acetaminophen dengan
menginduksi enzym CYP450 . Selain itu banyaknya metabolit acetaminophen yang
terbentuk dapat meningkatkan efek hepatotoksisitas.
Penanganannya : pertimbangkan penggunaan kombinasi obat lain.
(USPDI Ed 27 , halaman 497 – 498)

2.12. Penggunaan Pada Kondisi Khusus Pasien


1. Penggunaan Wanita hamil Penggunaan fenobarbital pada wanita hamil dapat
membahayakan fetal, karena menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit
hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta, fetal liver,
dan fetal brain. ( pregnancy category  D)
2. Wanita menyusui Penggunaan fenobarbital pada wanita menyusui harus
diperhatikan efek samping yang signifikan seperti methemoglobinamia dan sedatif pada
saat menyusui. Fenobarbital direkomendasikan untuk tidak di gunakan pada ibu
menyusui.
(Martindale Ed 37, halaman 537)
3. Gangguan fungsi ginjal  CrCl < 10 mL/menit administrasi setiap 12 – 16 jam.
4. Gangguan fungsi hati  memerlukan pengawasan dan perhatian dari dokter, karena
fenobarbital dapat meningkatkan kerusakan pada hati .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

(DIH Ed 23, halaman 1650 -1651)

2.13. Peringatan Dan Perhatian


Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien elderly sebagai sedatif karena waktu
paruh yang panjang dan resiko ketergantungan.

Hati – hati penggunaan fenobarbital pada anak (pediatri) karena dapat menyebabkan
gangguan kognitif.

Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan
monitoring CrCl.

Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan fungsi hati, harus
dipantau serum SGPT, SGOT, bilirubin (indikator kerusakan hati) karena fenobarbital
dapat meningkatkan kerusakan pada hati.
(DIH Ed 23, halaman 1649 -1651)

2.14. Cara Penyimpanan


Injeksi Fenobarbital Na harus disimpan dalam wadah gelas kaca tipe I (vial) pada suhu
20oC. Setelah wadah dibuka penggunaannya hanya untuk dosis tunggal.
(Farmakope Indonesia V halaman 441)

2.15. Contoh Sediaan Yang Beredar Di Pasaran Serta Kekuatannya


Phenobarbital Sodium Injection 30 mg/mL  C-IV
Phenobarbital Sodium Injection 60 mg/mL  C-IV
Phenobarbital Sodium Injection 65 mg/mL  C-IV
Luminal Sodium 130 mg/mL  C-IV, Sanofi-Aventis
Phenobarbital Sodium Injection 130 mg/mL  C-IV
Phental (Phenobarbital Sodium ) 100 mg/mL  Combiphar
Sibital (Phenobarbital Sodium) 200 mg/mL  Mersifarma TM
(MIMS 2011/2012 halaman 118-119)
(AHFS 2014 halaman 2275)

2.16. Analisis Farmakologi


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Berdasarkan data farmakologi di atas, maka bentuk zat aktif yang dipilih adalah bentuk
fenobarbital natrium (garam) karena merupakan bentuk aktif secara farmakologi dan
memiliki kelarutan yang baik dalam air. Kelarutan dalam air merupakan hal yg penting
karena sediaan yang akan dibuat dalam bentuk injeksi. Bentuk sediaan fenobarbital
natrium adalah injeksi yang dipilih karena digunakan untuk penanganan darurat seizure
akut sehingga membutuhkan onset yang cepat.
Indikasi yang dipilih untuk sediaan injeksi fenobarbital adalah seizure akut pada anak
serta digunakan untuk status epilepsikus pada anak karena sediaan injeksi fenobarbital
memiliki kekuatan sediaan 200mg/mL dalam 1 mL vial.
Dosis fenobarbital sodium yang diperlukan untuk indikasi tersebut adalah sebagai
berikut : Penanganan seizure akut pada anak usia 0 – 3 tahun dengan volume injeksi
0,255 sampai 1,05 mL injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL.
Penanganan status epilepsikus pada anak usia 0 – 1 tahun dengan dosis awal 20 mg/kg
(max 1 g) kemudian 2,5 sampai 5 mg/kg satu atau dua kali sehari.
Data dosis penggunaan sudah dalam bentuk garamnya sehingga tidak diperlukan konversi
dosis ke bentuk basanya. Sebelum digunakan injeksi fenobarbital Na 200 mg/mL
dilarutkan dalam 10 mL WFI maka konsentrasi setelah dilarutkan adalah 20 mg/mL
(hipertonis). Pemberian melalui IM dapat mengurangi rasa nyeri.
Efek samping yang sering terjadi yaitu sedasi hal ini disebabkan karena mempengaruhi
sistem syaraf pusat dengan ditandai terjadinya penurunan aktivitas motorik.
Penggunaan pada kondisi khusus:
Penggunaan Wanita hamil Penggunaan fenobarbital pada wanita hamil dapat
membahayakan fetal, karena menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit
hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta, fetal liver, dan
fetal brain. ( pregnancy category  D)
Wanita menyusui Penggunaan fenobarbital pada wanita menyusui harus diperhatikan
efek samping yang signifikan seperti methemoglobinamia dan sedatif pada saat
menyusui. Fenobarbital direkomendasikan untuk tidak di gunakan pada ibu menyusui.
Gangguan fungsi ginjal  CrCl < 10 mL/menit administrasi setiap 12 – 16 jam.
Gangguan fungsi hati  memerlukan pengawasan dan perhatian dari dokter, karena
fenobarbital dapat meningkatkan kerusakan pada hati .
Injeksi Fenobarbital Na harus disimpan dalam wadah gelas kaca tipe I (vial) pada suhu
20oC supaya menjaga stabilitas sediaan dan mencegah terjadinya dekomposisi. Setelah
wadah dibuka penggunaannya hanya untuk dosis tunggal.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB III
ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI, DAN USULAN FORMULA

3.1. Pendekatan Formulasi


Nama Zat Aktif ; Luminal atau Fenobarbital memiliki nama kimia Asam 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H12N2O3 .

BM = 232,24

(Farmakope Indonesia V halaman 439)

Data Preformulasi :

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,
dapat terjadi polimorfisma. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang 5.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, larutan alkali hidroksida
dan alkali karbonat; agak sukar larut dalam kloroform.

(Farmakope Indonesia V halaman 440)

Kelarutan : 1: 1000 dalam air, 1 : 10 dalam etanol

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.

(Farmakope Indonesia V halaman 440)

Konstanta Disosiasi : pKa 7,4 pada suhu 25oC

Koefisien Partisi : Log P 1,4

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BM = 254,22

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

Nama Zat Aktif = Fenobarbital Natrium


Sinonim = Phenobarbitone, Phenylethylmalonylurea
Data Preformulasi =
Pemerian : Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul; putih atau serbuk putih;
higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan
terurai bila dibiarkan.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.

pKa = 7,4 (25oC)

Koefisien Partisi = Log P = 1,5

(Clarke Ed 3 halaman 1431)

Titik lebur : 175oC

( BP 2008 halaman 2985)

pH Zat Aktif = 9,2 - 10,2

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

pH Sediaan = 9,2 - 10,2

Endotoksin bakteri : Tidak lebih dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.

(Farmakope Indonesia V halaman 442)

Stabilita : Fenobarbital Natrium tidak stabil dalam larutan aqueous solutions. Uji
terhadap Fenoobarbital Natrium 10 % (w/v) menunjukkan 7 % terdekomposisi dalam 4
minggu yang disimpan pada T = 20 oC. Tidak terjadi dekomposisi dalam 8 minggu pada
penyimpanan suhu -25 oC.

Fenobarbital Natrium dalam basis propilen glikol lebih stabil.

(Handbook Of Injectable Drugs Ed 15 ebook)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Fenobarbital Natrium dapat mengalami presipitasi (pengendapan) dalam larutannya


bergantung pada konsentrasi dan pH.

Konsentrasi (mg/mL) pH yang akan membentuk precipitasi


3 ≤ 7,5
6 ≤ 7,9
10 ≤ 8,3
20 ≤ 8,6
(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Inkompatibilitas : Fenobarbital natrium memiliki inkompatibilitas dengan garam


amonium, asam, dan senyawa asam, serta kloral hidrat. Pengendapan barbiturat dari
campuran bergantung pada konsentrasi dan pH akhir. Pengendapan asam bebas
dilaporkan terjadi pada pH < 8,8.

Selain itu , fenobarbital juga memiliki inkompatibilitas terhadap sefalotin natrium,


klorpromazin HCl, klindamisin fosfat, dimenhidrinat, difenhidramin HCl, efedrin sulfat,
eritromisin gluseptat, hidralazin HCl, hidrokortison natrium suksinat, hidroksizin HCl,
insulin, kanamisin sulfat, metaraminol tartrat, garam opioid, oksitetrasiklin HCl,
pentasozin laktat, fenitoin natrium, prokain HCl, garam proklorperazin, promazin HCl,
prometazin HCl, propiomazin HCl, streptomisin sulfat, suksametonium klorida, tetrasiklin
HCl, tiamin HCl, tripelenamin HCl, dan vankomisin HCl.

Injeksi fenobarbital natrium memiliki inkompatibilitas dengan K-benzilpenisilin, CaCl 2,


kodein fosfat, kodein sulfat, magnesium sulfat, metil propil hidroksi benzoat, asam para
amino benzoat, natrium bikarbonat, suksametonium klorida.

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 996)

Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril Fenobarbital Natrium dalam pelarut
yang sesuai. Untuk pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah setara
Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket

(Farmakope Indonesia V halaman 442)

Injeksi Fenobarbital adalah larutan steril yang mengandung 20% w/v fenobarbital natrium
dengan campuran 9 propilen glikol : 1 WFI dengan pH 10 – 11

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 994)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Berdasarkan data preformulasi di atas dapat diketahui bahwa fenobarbital sukar larut
dalam air. Oleh karena itu, bentuk fenobarbital diganti menjadi bentuk garamnya yaitu
fenobarbital natrium yang memiliki kelarutan lebih tinggi. Namun, larutan fenobarbital
natrium tidak stabil/ mengalami hidrolisis, sehingga diperlukan penambahan stabilizer
berupa pelarut campur.

Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif maka akan dibuat injeksi
fenobarbital natrium 200 mg/mL dengan volume 1 mL dan akan dibuat sebanyak 102 vial
(10 vial dari soal + 92 vial untuk evaluasi pengujian.

Berdasarkan data preformulasi dapat ditentukan metode sterilisasi untuk sediaan injeksi
fenobarbital natrium menggunakan cara sterilisasi akhir autoklav pada suhu 100 oC selama
30 menit karena pada pemanasan ≥ 115 oC akan menguraikan zat aktif (Dispensing og
Medication, halaman 481).

3.1.1. Formula Umum


Formula umum dari sediaan injeksi adalah:
R/ zat aktif
Pembawa/ pelarut
Zat tambahan berupa : - Pengatur tonisitas
- Pengatur pH
- Dapar
- Pengawet (jika digunakan untuk dosis ganda/
berulang (multiple dose))
- Antioksidan
- Anastetik lokal (digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri akibat larutan yang bersifat
hipertonis)
- Zat pengompleks
- Suspending agent
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

3.1.2. Formula Pustaka


R/ Fenobarbital natrium
Etanol
2-etoksietanol
Gliseril asetat
Glisin
Propilen glikol
Natrium glisinat
(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 997)

R/ Feno barbital natrium


ethanol 10%
propylene glycol 67.8 - 75%,
water for injection
(Handbook of Injectable drugs Ed. Halaman 1044)

(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Product)


3.1.3. Pengembangan Formula
Berdasarkan data preformulasi di atas dapat diketahui bahwa fenobarbital sukar larut
dalam air. Oleh karena itu, bentuk fenobarbital diganti menjadi bentuk garamnya yaitu
fenobarbital natrium supaya memiliki kelarutan lebih tinggi dalam air.
Fenobarbital natrium stabil dalam air , namun dalam bentuk larutan tidak stabil dapat
terjadi hidrolisis, terutama pada pH yang tinggi. Sehingga diperlukan penambahan
stabilizer berupa pelarut campur, misalnya propilen glikol, makrogol 400, etanol, dan
gliserol.
(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 996)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Pengendapan barbiturat dari campuran bergantung pada konsentrasi dan pH akhir.


Pengendapan asam bebas dilaporkan terjadi pada pH < 8,8. Sehingga diperlukan pengatur
pH untuk mencapai pH stabilitas sediaan.

Berdasarkan data preformulasi dapat ditentukan metode sterilisasi untuk sediaan injeksi
fenobarbital natrium menggunakan cara sterilisasi akhir autoklav pada suhu 100 oC selama
30 menit karena pada pemanasan ≥ 115 oC akan menguraikan zat aktif (Dispensing og
Medication, halaman 481).

Hal yang perlu diperhatikan dimana larutan fenobarbital natrium akan mudah
terhidrolisis terutama pada pH yang tinggi , selain itu pemanasan dapat menjadi katalis
dalam proses hidrolisis.

Adanya larutan asam atau CO2 dalam air yang bersifat asam lemah dapat menguraikan
garam, sehingga air yang digunakan harus bebas CO 2 .

Dosis dalam literatur dinyatakan dalam bentuk fenobarbital natrium sehingga tidak
diperlukan konversi dosis ke dalam bentuk base.

Karena sediaan berupa dosis tunggal, maka tidak di tambahankan pengawet.

Eksipien yang dipilih adalah propilen glikol dan etanol yang berfungsi sebagai kosolven
untuk meningkatkan pelarutan dan sebagai stabilizer agent. Selain itu, etanol dapat
berfungsi sebagai anestetik lokal untuk mengurangi efek nyeri dari injeksi fenobarbital
yang bersifat hipertonis.

Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal dan terbuat dari kaca Tipe I.
(Farmakope Indonesia V halaman 441)
Daya tahan kimia gelas tipe I (borosilikat) sangat tinggi, tahan terhadap produk alkali,
terutama disebabkan oleh kandungan Al 2O3 yang tinggi. Digunakan untuk membuat
wadah tiup dalam bentuk tabung, misalnya vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan
bagian infus set. Beberapa sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat suntik
gelas sekali pakai (disposable one-trip glass syringe) (Diktat Steril, 88*)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

3.2. Usulan Formula (Kesimpulan Formula Utama dan Alternatif)


Injeksi Fenobarbital natrium 200mg/mL dibuat sebesar 102 vial
FORMULA UTAMA
Setiap mL mengandung
- Fenofibrat natrium 200 mg
- Etanol 10 %
- Propilen Glikol 60 %
- HCl/NaOH qs (addjust pH)
- WFI add 1 mL
Alasan :
Fenobarbital natrium digunakan karena kelarutan yang tinggi dalam
pembawa/pelarutnya daripada bentuk basenya .
Kekuatan dosis yang dibuat 200 mg/mL terkait indikasi farmakologi yang memenuhi
dosis untuk anak.
Etanol dan propilen glikol digunakan sebagai kosolven untuk menstabilisasikan
larutan fenobarbital natrium, karena larutan fenobarbital natrium tidak stabil dalam
air. (The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 996)
Fenobarbital dapat mengalami pengandapan pada pH tinggi .Pengendapan asam
bebas dilaporkan terjadi pada pH < 8,8. Sehingga diperlukan pengatur pH untuk
mencapai pH 9,2 – 10,2 ,supaya tidak terjadi pengendapan.
Formula sederhana dan mudah diperoleh.

FORMULA ALTERNATIF
Setiap mL mengandung
- Fenofibrat natrium 200 mg
- Etanol 10 %
- Gliserol 20 %
- HCl/NaOH qs (addjust pH)
- WFI add 1 mL
Alasan : gliserol dapat digunakan sebagai stabilizer agent supaya larutan fenobarbital
lebih stabil dan tidak mudah terhidrolisis. Namun efek stabilizing propilen glikol masih
lebih baik daripada gliserol.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

MONOGRAFI EKSIPIEN
1. Etanol

BM = 46,07
Pemerian Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.

(Farmakope Indonesia IV halaman 63)

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, kloroform, eter, gliserin, dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik.

(Farmakope Indonesia IV halaman 63)

Inkompabilita Dalam suasana asam, larutan etanol akan bereaksi dengan material
s pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menghitam dalam reaksi
dengan sejumlah residu dari aldehid. Garam organik atau akasia dapat
diendapkan dari cairan terlarut atau dispersi. Inkompatibel dengan
wadah aluminium dan mungkin bereaksi dengan beberapa obat.

(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., , hal 18)

Fungsi Pelarut (kosolven)

Stabilita Larutan mengandung etanol bisa disterilisasi dengan autoklaf atau


dengan filtrasi dan disimpan dalam wadah tertutup rapat pada tempat
yang kering.

(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., , hal 18)

Sterilisasi Dapat disterilisasi dengan autoklaf ataupun filtrasi


(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., , hal 18)
Penyimpanan perlu disimpan dalam wadah kedap udara dan di tempat yang kering

(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., hal 18)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

2. Propilen Glikol

BM= 76.09
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopis. (Farmakope Indonesia IV halaman 712)

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol, gliserin, kloroform, aseton.


Tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

(Farmakope Indonesia IV halaman 712)

Inkompabilitas Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti kalium


permanganat.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th halaman 625)

Stabilita Dalam suhu dingin stabil dalam wadah yang tertutup rapat, dalam
suhu tinggi dan udara terbuka akan teroksidasi. Stabil ketika
a. pH
dicampur dengan air, etanol dan gliserin. Dapat disterilisasi dengan
b. Cahaya
autoklaf. Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th halaman 625)

Fungsi Pelarut (kosolven)

3. Asam Klorida
H-Cl
Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, berbau; bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis
kurang dari 1,18 (Farmakope Indonesia IV: 49). Cairan jernih, berbau
menyengat.

Kelarutan Dapat bercampur dengan air.

Stabilita

 Panas Stabil saat dipanaskan.


 Hidrolisis
Tidak terhidrolisis.
 Cahaya
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

 pH Tidak dipengaruhi oleh cahaya.


 Oksidasi
-

Fungsi : pengatur PH

Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.

Kemasan: Wadah yang tertutup rapat.

4. Natrium Hidroksida
Na-OH
Pemerian Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan,
atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan
hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida
dan lembab. (Farmakope Indonesia IV hal. 589)

Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol. (Farmakope Indonesia IV: 589). 1
gram NaOH larut dalam 0,9 ml air; 0,3 ml air mendidih; 7,2 ml alkohol
absolut; 4,2 ml dalam metanol; dan dalam gliserol.

Stabilita

 Panas Stabil pada saat dipanaskan. Titik leleh: 318 oC.


 Hidrolisis
Tidak mudah terhidrolisis.
 Cahaya
 pH Tidak dipengaruhi oleh cahaya.

 Oksidasi
-

Fungsi : Pengatur pH

Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.

Kemasan: Wadah yang tertutup rapat.

5. Water for Injection


Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. (Farmakope Indonesia IV:
112)

Kelarutan -
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Stabilita

 Panas Stabil saat dipanaskan.


 Hidrolisis
-
 Cahaya
 pH Tidak dipengaruhi oleh cahaya.

 Oksidasi
-

Fungsi : Pelarut

Cara sterilisasi: Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit.

Kemasan: Wadah yang tertutup rapat.


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR

4.1. Metode Pembuatan Sediaan


Sediaan injeksi fenobarbital natrium 200mg/mL dengan volume 1 mL per vial akan di buat
sebanyak 102 vial gelas kaca tipe I. Cara sterilisasi yang digunakan adalah secara panas
basah menggunakan autoklaf dengan suhu 100 oC selama 30 menit.
4.2. Perhitungan dan Penimbangan
Setiap 1 vial berisi 1 mL larutan fenobarbital natrium 200 mg
Total sediaan yang akan diproduksi sebanyak 102 vial , termasuk untuk keperluan IPC dan
evaluasi produk akhir.

Identifikasi bahan aktif 5 vial


Penetapan kadar 5 vial
Keseragaman sediaan (keragaman bobot) 10 vial
Penetapan volume injeksi dalam wadah 5 vial
Penetapan pH 5 vial
Uji kejernihan Semua vial (non destruktif)
Uji kebocoran Semua vial (non destruktif)
Bahan partikulat 40 vial
Uji Endotoksin 2 vial
Jumlah 92 vial

Jumlah total sediaan yang akan dibuat = vial yng ditugaskan + Pengujian
= 10 + 92
= 102 vial
Volume setiap vial dilebihkan sebesar 0,15 mL , sehingga volume akhir sediaan pada
setiap vial 1,15 mL (FI IV, 1044)
Total volume sediaan yang akan diproduksi = (102 x 1,15) + 6 = 123,3 mL ≈ 130 mL ,
dimana 6 (2 x 3) merupakan volume yang digunakan untuk membilas buret.

Perhitungan tonisitas
Metode = Ekivalensi NaCl
Perhitungan untuk 100 mL sediaan
Komponen E NaCl Persentase Tonisitas (persentase x E NaCl)
Fenobarbital Na 0,23 200 mg/mL 20 % x 0,23 = 4,6
Propilen glikol 0,43 60 % 60 % x 0,43 = 25,8
Etanol 0,65 10 % 10 % x 0,65 = 6,5
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Jumlah 36,9 (hipertonis)

Tonisitas untuk 1 mL sediaan = 0,369


Isotonis untuk 1 mL sediaan = 0,009

Atau dihitung menggunakan cara L.iso


E = 17 x Liso/BM
Fenobarbital Na = 17 x 3,4 /254,22 = 0,23  Tonisitas = 20 % x 0,23 = 4,6
Etanol = 17 x 1,9 /46,07 = 0,7  Tonisitas = 10 % x 0,7 = 7
Propilen glikol = 17 x 1,9/76,09 = 0,42  Tonisitas = 60 % x 0,42 = 25,2
Tonisitas total = 4,6 + 7 + 25,2 = 36,8 (hipertonis)

Karena hipertonis maka tidak perlu ditambahkan dengan NaCl.

Pada penggunaan injeksi fenobarbital natrium 200 mg/ mL , 1 mL sediaan tersebut


dilarutkan dalam 10 mL WFI. Sehingga diperoleh volume akhir 11 mL.
Komponen E NaCl Persentase Tonisitas (persentase x E NaCl)
Fenobarbital Na 0,23 200 mg/11mL 0,42
Propilen glikol 0,43 60 %/11 0,59
Etanol 0,65 10 %/11 2,34
Jumlah 3,35 (Hipertonis)
Karena hipertonis maka tidak perlu ditambahkan dengan NaCl.
Kesimpulan : sediaan bersifat hipertonis dan diadministrasikan secara perlahan.
Perhitungan KD
KD etanol 10 % = 25,7
KD propilen glikol 60 % = 33
KD kosolve = (KD Propilen glikol x % propilen glikol) + ( KD Etanol x % Etanol)
= (33 x 60) + (25,7 x 10 )
= 19,80 + 2,57
= 22,37
KD Zat aktif tidak ditemukan pada literatur sehingga perlu dilakukan penetapan KD
fenobarbital dengan cara titrasi. KD kosolven harus mendekati KD zat aktif supaya dapat
meningkatkan kelarutan.

Penimbangan
Nama Bahan Komposisi Volume 1 mL Volume 130 mL
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Fenobarbital Na 200 mg/mL 200 mg 26 gram


Propilen glikol 60 % 0,6 mL 78 mL
Etanol 10 % 0,1 mL 13 mL
WFI Add 1 mL Add 130 mL

Penyiapan Alat dan Bahan


a. Alat
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

1 Gelas Kimia 50 mL 2 Oven 170°C selama 1 jam

2 Gelas Kimia 100 mL 2 Oven 170°C selama 1 jam

3 Gelas Kimia 250 mL 1 Oven 170°C selama 1 jam

4 Gelas ukur 50 mL 2 Autoklaf 121°C selama 20 menit

5 Gelas ukur 10 mL 3 Autoklaf 121°C selama 20 menit

6 Buret 1 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam

7 Jarum buret 1 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam

8 Pipet tetes 3 Oven 170°C selama 1 jam

9 Karet pipet tetes 3 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam

10 Kaca arloji 4 Oven 170°C selama 1 jam

11 Batang pengaduk 3 Oven 170°C selama 1 jam

12 Spatel 3 Oven 170°C selama 1 jam

13 Corong 3 Oven 170°C selama 1 jam

14 Membran Filtrasi 0,22 3 Autoklaf 121°C selama 20 menit dalam plastik tahan
dan 0,45 µm panas

15 Syringe 100 mL 1 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam

16 Filter holder 1 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam

b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

1 Vial 102 Autoklaf 121°C selama 20 menit

2 Tutup Vial 102 Direndam dalam larutan etanol 70% selama 4 jam
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

c. Bahan (tidak dilakukan karena dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf)

4.3. Prosedur Pembuatan Sediaan


RUANG PROSEDUR

Ruang sterilisasi Kemas setiap alat dan wadah yang akan digunakan.
(Kelas D)
Sterilisasi alat dan wadah yang akan digunakan.

Bahan-bahan dipindahkan ke white area melalui transfer box yang ada


pada ruang sterilisasi.

Ruang penimbangan Setarakan timbangan yang akan digunakan.

(Kelas D) Timbang 26 gram Fenobarbital Natrium menggunakan cawan arlogi,


pengukuran etanol 13 mL, propilen glikol 78 mL.

Tara gelas kimia sebanyak 130 mL yang akan dijadikan wadah dalam
bulk larutan sediaan.

Bahan kemudian dibawa ke ruang pencampuran.

Ruang pencampuran Pembuatan WFI bebas CO2 (Didihkan air selama 30 menit dihitung
setelah air mendidih kemudian dialiri gas nitrogen)
(Kelas C)
Campur etanol dan propilen glikol yang telah diukur di dalam gelas
kimia, aduk hingga homogen. (Larutan A)

Larutkan Fenobarbital Na dalam 10 mL WFI bebas CO 2 , kemudian bilas


kaca arlogi sebanyak 2 kali.

Campurkan Larutan Fenobarbital Natrium ke dalam larutan A, aduk


hingga homogen.

Kemudian add menggunakan WFI bebas CO 2 sampai 80 % volume total.

Lakukan In Process Control (IPC)  pH 9,2 – 10,2; bahan partikulat; dan


kejernihan

Lakukan pengaturan pH dengan HCl/NaOH sampai mencapai pH yang


diinginkan.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Add sampai tandan batas (130 mL) menggunakan WFI bebas CO 2

Saring menggunakan membran filter 0,45 µm (menghilangkan partikel)


dan kemudian 0,22 µm (menghilangkan bakteri)

Pindahkan ke ruang kelas A

Ruang Pengisian (Kelas Bilas buret menggunakan larutan fenobarbital natrium sebanyak 2 x 3
A/B) mL, Kemudian masukan larutan fenobarbital natrium ke dalam buret,
serta tutp ujung buret menggunakan aluminium foil.

Bersihkan jarum buret menggunakan etanol 70 %.

Masukkan larutan fenobarbital natrium ke dalam vial sebanyak 1,15


mL.

Vial yang sudah terisi larutan, kemudian dialiri gas N 2

Kemudian dilakukan penutupan dan sealing vial

Vial di pendahkan ke ruang sterilisasi melalui transfer box

Ruang Sterilisasi Ambil sediaan dari transfer box.


(Ruang D)
Sterilkan sediaan di dalam autoklaf 100℃ selama 30 menit.

Ruang Evaluasi Sediaan dilakukan pengemasan sekunder, pemberian etiket, dan


brosur.
(Ruang D)
Kemudian dilakukan evaluasi sediaan akhir

4.4. Pengawasan dalam Proses (IPC/In Process Control)


 Pemeriksaan pH (FI V halaman 1563 – 1564)
Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan
Alat : pH meter
Prinsip : pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan
elektroda menggunakan pH meter yang telah di kalibrasi
Syarat: 9,2 – 10, 2

 Pemeriksaan Bahan Partikulat ( FI V halaman 1494 – 1504)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Tujuan : menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu dalam
sediaan injeksi.
Metode :
Uji hitung partikel secara hamburan cahaya
Uji hitung partikel secara mikroskopik
Prosedur :
Sejumlsh tertentu sediaan uji di ukur hamburan cahaya larutan sampel kemudian
dibandingkan dengan larutan baku

Sejumlah tertentu di filtrasi menggunakan membran, lalu membran tersebut diamati


dibawah mikroskop. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 mikrometer
atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25 mikrometer dihitung
Interpretasi:
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm  ≤ 6000 dan diameter ≥25 µm  ≤ 600 perwadah

Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm  ≤ 3000 dan diameter ≥25 µm  ≤ 300 perwadah
 Uji Kejernihan (Larutan Parenteral, halaman 201 - 203)
Tujuan : memastikan larutan injeksi bebas dari partikulat yang dapat terlihat secara
visual.
Prosedur : bulk larutan fenobarbital natrium diperiksa secara visual dengan
mengamati kejernihan larutan dari samping dan dari permukaan larutan.
Interpretasi : Larutan jernih dan bebas partikulat secara visual

4.5. Uji Mutu Farmasetika Sediaan Akhir


4.5.1. Evaluasi Fisik
 Penetapan volume injeksi dalam wadah (FI V halaman 1576)
Tujuan: menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah supaya volume
yang digunakan tepat dengan yang tertera pada label.
Prinsip : Penetapan volume dilakukan dengan cara mengambil sampel dengan alat
suntik hipodermik dan memasukkan ke dalam gelas ukur yang sesuai
Interpretasi : volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu persatu
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

 Pemeriksaan Bahan Partikulat ( FI V halaman 1494 – 1504)


Tujuan : menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu dalam
sediaan injeksi.
Metode :
Uji hitung partikel secara hamburan cahaya
Uji hitung partikel secara mikroskopik
Prosedur :
Sejumlsh tertentu sediaan uji di ukur hamburan cahaya larutan sampel kemudian
dibandingkan dengan larutan baku

Sejumlah tertentu di filtrasi menggunakan membran, lalu membran tersebut diamati


dibawah mikroskop. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 mikrometer
atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25 mikrometer dihitung
Interpretasi:
Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm  ≤ 6000 dan diameter ≥25 µm  ≤ 600 perwadah

Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang dikandung
memiliki diameter ≥ 10 µm  ≤ 3000 dan diameter ≥25 µm  ≤ 300 perwadah

 Pemeriksaan pH (FI V halaman 1563 – 1564)


Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan
Alat : pH meter
Prinsip : pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan
elektroda menggunakan pH meter yang telah di kalibrasi
Syarat: 9,2 – 10, 2

 Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 191-192*)


Tujuan: memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.
Prosedur :
a. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan biru metilen akan masuk kedalamnya karena perbedaan
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dipakai untuk
larutan-larutan yang sudah berwarna dan ampul yang berwarna cokelat.
b. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan ujungnya
dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada
kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan wadah menjadi
kosong.
c. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan
memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian
divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar
jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.
Interpretasi : Sediaan memenuhi persyaratan jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru dan kertas saring / kapas tidak basah.

 Uji Kejernihan (Larutan Parenteral, halaman 201 - 203)


Tujuan : memastikan larutan injeksi bebas dari partikulat yang dapat terlihat secara
visual.
Prosedur : bulk larutan fenobarbital natrium diperiksa secara visual dengan
mengamati kejernihan larutan dari samping dan dari permukaan larutan.
Interpretasi : Larutan jernih dan bebas partikulat secara visual
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

 Uji Keragaman Bobot ( FI V halaman 1529 – 1528)


Tujuan : Menjamin konsistensi satuan sediaan. Satuan sediaan adalah bentuk
sediaan yang mengandung dosis tunggal atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada
masing-masing satuan.
Prosedur : Ambil tidak kurang dari 30 sediaan. Timbang sejumlah cairan yang
dikeluarkan dari 10 wadah satu per satu seperti penggunaan normal. Jika perlu
lakukan perhitungan kesetaraan volume setelah penetapan bobot jenis. Hitung
jumlah zat aktif dalam tiap wadah dari hasil penetapan kadar. Hitung nilai
penerimaan.
Interpretasi : Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit
sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih
besar dari L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai
penerimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih
kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unitpun kurang dari [1-(0,01)(L2)]M
atau tidak satu unitpun kurang dari [1+(0,01)(L2)]M. Kecuali dinyatakan lain L1
adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.

4.5.2. Evaluasi Kimia


Identifikasi
Metode  spektrofotometri IR
Prinsip  Interaksi radiasi infra merah dengan molekul menyebabkan terjadinya vibrasi
dan/atau rotasi pada ikatan dalam molekul pada bilangan gelombang tertentu. Interaksi
radiasi infra merah dengan suatu materi dapat menyebabkan perubahan dipole molekul
selama vibrasi dan rotasi. Vibrasi terdiri dari perubahan panjang ikatan (stretching) atau
sudut ikatan (bending). Beberapa ikatan dapat mengalami stretch in phase (symmetrical
stretching) atau out-of phase (asymmetric stretching).

Penetapan Kadar
Metode  Spektrofotometri UV/Vis

Prinsip  Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV/VIS, IR, dan serapan atom)
merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul
atau atom dari suatu zat kimia. Molekul mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika
frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai
dengan radiasi UV/VIS.

4.5.3. Evaluasi Biologi


Uji endotoksin bakteri (Suplemen I FI IV <201>, hal 1527-1532)
Tujuan : mendeteksi dan atau mengkuantisasi endotoksin bakteri yang mungkin terdapat
dalam sampel uji
Prinsip :Pengujian Endotoksi bakteri dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate
(LAL). Terdapat dua tipe teknik uji, teknik pembentukan jendal gel dan teknik fotometrik.
Teknik fotometrik mencakup metode turbidimetri yang didasarkan pada pembentukan
kekeruhan setelah penguaraian substrat endogen dan metode kromogenik yang
didasarkan pada pembentukan warna setelah terjadi penguraian kompleks kromogen-
peptida sintetik. Pada teknik pembentukan Jendal Gel penetapan titik akhir reaksi
dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran
endotoksin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit Endotoksin FI.
Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu harus dipersiapkan alat dan alat gelas
yang telah didepirogenasi, baku pembanding dan baku kontrol endotoksin, dan juga
melakukan penetapan Pengenceran Maksimum yang Absah (PMA) yaitu pengenceran
maksimum yang diperbolehkan dari suatu sampel agar endotoksin dapat ditetapkan.
Syarat : Mengandung tidak lebih dari 0,8 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.

Uji sterilitas (Suplemen I FI IV <71> hal 1512-1519)

Tujuan : menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.

Persiapan : Penyiapan media dan uji kesesuaian (uji fertilitas media, uji sterilitas media,
penyimpanan)

Prosedur : Inokulasi langsung ke dalam media uji

Interpretasi : Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media.

 Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media sehingga tidak dapat ditetapkan
secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi,
pindahkan sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml) ke dalam media segar
yang sama, kemudian inkubasi bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4
hari.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

 Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas.
 Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi
syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh
hal yang tidak berhubungan dengan bahan uji.
 Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif d. Setelah dilakukan
identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan mikroba (beberapa
mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji, atau teknik
pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas.

Jika pengujian dinyatakan tidak absah : Lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang
sama dengan uji awal.

 Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh
memenuhi syarat uji sterilitas.
 Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi
syarat uji sterilitas.

4.6. Pengemasan Sediaan Jadi


Sediaan dikemas dalam vial gelas kaca tipe I dengan volume netto 1 mL.
4.7. Penyimpanan
Penyimpanan pada wadah wadah tertutup rapat pada temperatur ruang.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB V
ANALISIS MASALAH DAN PENYELESAIANNYA YANG BERKAITAN DENGAN PENGUJIAN MUTU SERTA
USULAN TEKNIK/METODE ANALISIS YANG AKAN DIGUNAKAN

5.1. Gugus Fungsi, Jenis Ikatan, Rangka Molekul dan Ion yang Dapat Digunakan Sebagai
Dasar Untuk Analisis

Luminal Natrium atau Fenobarbital Natrium memiliki nama kimia Natrium 5-etil-5-
fenilbarbiturat dengan rumus molekul C12H11N2NaO3 .

Struktur Fenobarbital Natrium

BM = 254,22 g/mol

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

Gugus Fungsi :

1. Aromatik

2. Amin Sekunder

3. Keton

Jenis ikatan :

1. Ikatan Kovalen

- Ikatan Rangkap ( - C = C -)

- Ikatan Tunggal (- C – C -)

- Ikatan karbonil (- C = O - )

- ( - C – N -)

- Ikatan Azo ( - C = N - )

2. Ikatan Hidrogen

(-C–N-)

3. Ikatan Ionik

( - Na – O - )
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Data Fisikokimia Fenobarbital Natrium

Pemerian : Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul; putih atau serbuk putih;
higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan
terurai bila dibiarkan.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
eter dan kloroform.

(Farmakope Indonesia V halaman 441)

Titik Lebur : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak
lebih dari 2°.

(The Pharmaceutical Codex Ed 12 halaman 995)

Metode Reaksi Gugus Fungsi dan Reaksi Umum

1. Reaksi Zwikker : Larutkan 20 mg zat dalam 5 mL metanol, tambahkan 1 tetes


kolbalt (II) nitrat dan 1 tetes NH4OH pekat  violet

2. Larutkan dengan pengocokan 100 mg zat dalam 5 mL air dan 10 tets NaOH 2 N,
tambahkan 1 mL asam sitrat (9%)  endapan putih voluminous

3. Pada 10 mg zat dalam air, tambahkan air brom  kuning stabil dan endapan

(CCIO halaman 84)

4. Penetapan Amin Sekunder

Pada zat tambahkan 2 mL HCl encer 2 mL, larutan natrium nitrit, sesudah lima
menit tambahkan 5 mL air dan 10 mL eter , kocok. Kumpulkan fasa eter dan
uapkan. Pada residu, tambahkan 50 mg fenol panaskan , tambahkan 1 mL asam
sulfat pekat , terbentuk warna biru, tuangkan dalam sejumlah air, warna menjadi
merah dan jika dibasakan warna menjadi biru kembali.

(CCIO halaman 34)

5. Penetapan gugus karbonil

Reaksi legal – Rothera : Pada zat tambahkan larutan natium nitroprusida dan
beberapa tetes amoniak  warna ungu merah

6. Reaksi Marquis

Pada 5 mg zat, tambahkan 2 tets formadehida dan 1 mL asam sulfat pekat 


merah
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

(CCIO halaman 43)

5.2. Data Spektrofotometri

1. Spektrofotometri UV

(FLOREY, Volume 7 Halaman 372)

NaOH 0,1 N  pH 10 λ = 240 nm, pH 13 λ= 256 nm


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

(Clarke Ed 4 halaman 1905)

Borax buffer 0.05 mol/L (pH 9.2) λ = 239 nm

1 mol/L NaOH (pH 13)  λ = 254 nm

2. Spektofotometri IR

(Clarke Ed 4 halaman 1905)

Principal peaks at wavenumbers 1712, 1684, 1670, 1770,


1310, 1300 cm-1 (KBr disk)

3080-3220  Inter bonded N-H stretching.


1710, 1770  C=O stretching.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

1500, 1590  Aromatic ring skeletal vibration,


1250-1450  Amide 111 Bond (mainly C-N stretching).
830  N-H Wagging.
720, 770  C-H out of plane deformation of mono-substituted phenyl.
(FLOREY, Volume 7 Halaman 363-364)

3. Spektrofotometri MS

(FLOREY, Volume 7 Halaman 370 - 371)

4. Spektrofotometri NMR
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

(FLOREY, Volume 7 Halaman 367 - 369)

5.3. Data Dan Sistem Kromatografi

Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari 2 fasa yaitu fasa diam dan fasa
gerak (pelarut/ campuran pelarut). Pemihasan didasarkan pada adsorpsi, partisi, atau
kombinasi kedua fasa.

Metode KLT untuk analisis senyawa Fenobarbital dengan sistem sebagai berikut:

Fasa Gerak  Kloroform : Aseton ( 90 : 16 ) pada λ = 254 nm

Fasa Diam  Silica Gel

Penampak bercak  Rhodamin B dye

Rf  0,5 cm
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Deteksi setelah di semprot Rhodamin B di lihat di bawah sinar UV.

(FLOREY, Volume 7 Halaman 384)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

KCKT merupakan kromatografi kolom yang memiliki sistem pemisahan dengan kecepatan
dan efisiensi yang tinggi. Sampel terdistribusi antara fase diam dan fase gerak dimana
mekanisme pemisahan berdasarkan adsorpsi, desorpsi dan elusi.

Fase gerak  Buffer fosfat pH 4,5 : metanol ( 3 : 2 )

Fasa diam (kolom)  pengisi L1

Detektor  λ = 254 nm

Laju Alir  2 mL/ menit

(FI V halaman 440)

Kromatografi Gas
KG merupakan metode pemisahan zat yang dapat menguap dan mengalami proses
migrasi diferensial dinamis pada sistem yang terdiri dari fase gerak gas dan fase diam
cairan yang dilapiskan pada penyangga padat inert atau fase diam padatan.

Gas pembawa  Nitrogen

Fasa diam  2 % QF-1 , 200 cm x 3 mm

Detektor  Flame Ionization Detector (FID), Electrolytic conductivity detector (ECD)

(FLOREY, Volume 7 Halaman 387)

5.4. Stabilitas dan Kemurnian


5.4.1. Stabilitas

Fenobarbital tidak stabil dalam larutan pada pH rendah, tetapi dapat terhidrolisis pada
pH tinggi. Cincin dari fenobarbital pecah dan akan kehilangan carbon dioxide dari
pembentukan N-(aminocarbony1)-a-ethylbenzeneacetamide. Kemudian akan terbentuk
a-ethylbenzeneacetic acid dan urea.

Untuk menstabilkan larutan fenobarbital maka dapat digunakan stabilizer agen seperti
etanol, propilen glikol, dan gliserol.

(FLOREY, Volume 7 Halaman 375)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

5.4.2. Kemurnian
Kemurnian adalah keadaan dimana zat bebas dari bahan asing. Selain dari kontaminasi
bahan asing, ketidakmurnian bisa terjadi karena ketidakstabilan zat , konstanta fisik suatu
zat seperti titik lebur, titik didih, indeks bias, berat jenis, dan rotasi optik. Karakterikstik
yang berguna dalam identifikasi dan penentuan kemurnian suatu senyawa
Penetapan Jarak Lebur
Syarat : Antara 174° dan 178°, tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih
dari 2°.

(Farmakope Indonesia V halaman 440)

Tujuan : Menentukan jarak lebur atau suhu lebur zat padatan dan menggunakannya
sebagai kriteria identifikasi dan dalam pemeriksaan kemurnian.
Prinsip : Jarak lebur atau suhu lebur zat padat adalah rentang suhu atau suhu pada saat
zat padat menyatu dan melebur sempurna. Setiap alat atau metode yang mampu dan
memiliki ketelitian yang setara dapat digunakan. Ketelitian harus sering diperiksa dengan
menggunakan satu atau lebih dari enam Baku Pembanding Suhu Lebur BPFI, lebih baik
digunakan satu baku yang melebur paling dekat dengan suhu lebur senyawa yang
ditetapkan seperti yang tertera pada Baku Pembanding Farmakope Indonesia. Pada suhu
yang lebih rendah dari suhu lebur, zat berada dalam bentuk fase padat. Pada saat suhu
lebur tercapai, zat padat melebur menjadi fase cair sampai tercapai kesetimbangan
antara fase padat dan fase cair. Pada saat semua zat padat melebur hanya terdapat fase
cair dan penambahan panas selanjutnya menyebabkan kenaikkan suhu secara linear.
Penetapan suhu lebur antara sampel dibandingkan dengan suhu lebur campuran sampel
dan pembanding yang sesuai (BPFI) (1:1) dapat digunakan sebagai konfirmasi identitas
kimia bila memberikan hasil yang sesuai.
Metode : Siapkan dan masukkan zat uji ke kapiler seperti metode I, panaskan tangas
hingga suhu ± 100 dibawah suhu lebur yang diperkirakan, naikkan suhu dengan kecepatan
10 ± 0,50 per menit, masukkan kapiler bila suhu mencapai 5 0 dibawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna.
(FI IV hal.1032-1033)

Penetapan Susut Pengeringan


Syarat : Tidak lebih dari 1,0%; lakukan pengeringan pada suhu 105˚ selama 2 jam.
(Farmakope Indonesia V halaman 440)
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Tujuan : Menentukan kemurnian zat dengan cara penetapan semua jenis bahan yang
mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu
Prinsip :Kehilangan bobot disebabkan oleh adanya sisa bahan yang mudah menguap,
termasuk pelarut organik dan air, pada suhu pemanasan 105° ± 2°C (Analisis Kimia, Hj.
Roth 477, FI IV hal 1043). Untuk zat yang diperkirakan hanya mengandung air sebagai
satu-satunya zat yang mudah menguap, cara penetapan kadar air sudah memadai (FI IV
hal 1043).
Prosedur: Campur dan timbang zat uji 1-2 g (zat hablur digerus cepat hingga partikel dari
2 mm), tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan 30 menit,
masukkan zat uji ke botol timbang, tutup, timbang botol beserta isinya, ratakan zat uji
dengan menggoyang sampai setinggi 5 mm (tidak lebih dari 10 mm untuk ruahan),
masukan botol dan sumbatnya dalam oven pada suhu 105˚ selama 2 jam, waktu oven
dibuka botol segera ditutup dan dimasukkan desikator sampai suhu kamar sebelum
ditimbang.
(FI IV hal.1043-1044)

5.5. Metode-Metode Analisis yang Diusulkan dalam Pengujian Bahan Baku dan Sediaan
5.5.1. Identifikasi Bahan Baku

Spektrofotometer IR

Prinsip : Interaksi radiasi infra merah dengan molekul menyebabkan terjadinya vibrasi
dan/atau rotasi pada ikatan dalam molekul pada bilangan gelombang tertentu. Interaksi
radiasi infra merah dengan suatu materi dapat menyebabkan perubahan dipole molekul
selama vibrasi dan rotasi. Vibrasi terdiri dari perubahan panjang ikatan (stretching) atau
sudut ikatan (bending). Beberapa ikatan dapat mengalami stretch in phase (symmetrical
stretching) atau out-of phase (asymmetric stretching).

Alasan : Fenobarbital memiliki momen dipol dan gugus fungsi spesifik untuk terjadi
vibrasi atau rotasi.

Syarat : Spektrum serapan IR yang didispersikan dalam KBr menunjukkan spektrum yang
sama dengan baku standar.

Spektrofotometer UV/Vis

Prinsip: Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV/VIS, IR, dan serapan atom)
merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul
atau atom dari suatu zat kimia. Molekul mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang
terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai
dengan radiasi UV/VIS.

Alasan: Fenobarbital memiliki gugus kromofor

Syarat : Spektrum serapan UV larutan sampel menunjukkan panjang gelombang


maksimum seperti larutan pembanding.

KCKT

Prinsip : Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan salah satu jenis kromatografi
kolom cair yang memiliki sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi tinggi yang
menerapkan kemampuan kemajuan teknologi kolom, sistem pompa bertekanan tinggi
dan detektor yang sensitif (FI IV, 1009). Kromatografi ini terdiri dari fase diam yang terikat
secara kimia pada penyangga, fase gerak yang dialirkan cepat dengan bantuan tekanan
tinggi dan hasil analisis yang dapat dideteksi dengan instrumen. (Bobbit, Pengantar
Kromatografi, hlm. 186).

Alasan : Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.

Syarat : Waktu retensi relatif puncak utama larutan uji sama seperti dengan larutan baku.

5.5.2. Penetapan Kadar Bahan Baku (Florey Volume 7 halaman 360 – 390)

Spektrofotometer UV/Vis  Fenobarbital memiliki gugus kromofor

KCKT  Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.

Syarat : Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
101 % C12H12N2O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

(FI V halaman 441)


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

5.5.3. Identifikasi Bahan Baku dalam Sediaan

(Mengacu pada Bab 5  5.5.2)

5.5.4. Penetapan Kadar Bahan Baku dalam Sediaan


(Mengacu pada Bab 5  5.5.2)
Syarat : Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih
dari 105 % dari label yang tertera.

5.6. Masalah Analisis yang Disebabkan Kadar dan Matriks dalam Sampel
5.6.1. Pengaruh Matriks dalam Sampel Sediaan

Bentuk sediaan adalah injeksi sehingga sebelum dilakukan penetapan kadar dan
identifikasi menggunakan KCKT maka analit haris bebas dari matriks terlebih dahulu
supaya tidak mengganggu pengukuran. Kadar ZA yang kecil merupakan salah satu alasan
digunakan KCKT karena memiliki sensitifitas yang tinggi.

5.6.2. Pengaruh Eksipien dalam Sampel Sediaan


Etanol dapat mengganggu pengukuran jikan dilakukan dengan metode spektrofotometer
UV karena akan memberikan efek batokromik
Penyelesaian masalah yang dapat dilakukan yaitu, menggunakan blangko dalam
melakukan pengukuran .
5.7. Preparasi dan Penyiapan Sampel

Karena sampel berupa larutan maka tidak dilakukan preparasi sampel. Namun, pada saat
melakukan pengukuran menggunakan KCKT , dilakukan pengukuran blangko untuk
meminimalisasi interferensi yang diberikan oleh matriks/ eksipien.

5.8. Usulan Pengujian Mutu Bahan Baku dan Sediaan


5.8.1. Metode Identifikasi Bahan Baku

Metode utama

Spektrofotometer IR  Fenobarbital memiliki momen dipol

Spesifik karena memiliki daerah sidik jari

Metode alternatif

Spektrofotometer UV  Fenobarbital memiliki gugus kromofor

Titik Lebur  Fenobarbital memiliki titik lebur spesifik 174° - 178°

KCKT  Bentuk sediaan cair sehingga mempermudah preparasi sampel


Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

5.8.2. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku

Metode utama

Spektrofotometer UV/Vis  Fenobarbital memiliki gugus kromofor, metode sensitif dan


sederhana.

Metode alternatif

KCKT  Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.

5.8.3. Uji Kemurnian Bahan Baku

(mengacu pada Bab 5  5.4.2)

5.8.4. Metode Identifikasi Bahan Baku dalam Sediaan

Metode utama

KCKT  Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.

Metode alternatif

Spektrofotometer UV/Vis  Fenobarbital memiliki gugus kromofor, metode sensitif dan


sederhana.

5.8.5. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku dalam Sediaan


Metode utama

KCKT  Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya pemisahan
tinggi, repetitif dan reproducible serta tidak ada eksipien yang mengganggu. Pada
prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut dapat
larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang
lebih baik untuk cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Metode alternatif

Spektrofotometer UV/Vis  Fenobarbital memiliki gugus kromofor, metode sensitif dan


sederhana.
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB VI
WADAH DAN INFORMASI OBAT

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal dan terbuat dari kaca Tipe I.

K
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

FENASI®
Injeksi Fenobarbital Natrium 200 mg

Komposisi
Dalam 1 mL Injeksi, mengandung Fenobarbital Natrium 200mg
Komposisi lain:
Propilen Glikol mL
Etanol mL

Farmakologi
Fenasi® mengandung Fenobarbital Natrium yang merupakan golongan barbiturat yang memiliki aktivitas anti konvulsan.

Efek Fenasi® sebagai antikonvulsan dengan menghambat potensial sinaptik melalui kerja pada reseptor GABA

Indikasi
Fenasi® diindikasikan untuk :
 Seizure Akut
 Status Epileptikus

Kontraindikasi
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang mempunyai histori porfiria karena turunan barbiturat dapat
memperburuk (eksaserbasi) porfiria interminten akut dan porfiria yang lain.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada wanita hamil karena dapat membahayakan fetal. Turunan barbiturat
menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit hemoragi pada bayi baru lahir. Barbiturat dapat masuk ke dalam placenta,
fetal liver, dan fetal brain.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitifitas terhadap turunan barbiturat. Reaksi
hipersensitifitas dapat menyebakan syok anafilaksis dan depresi pernafasan.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat kerusakan hati, karena obat mengalami
metabolisme di hati. Sehingga akan meningkatkan kinerja hati.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dyspnea/ airway obstruction, karena dapat menyebabkan depresi
pernafasan.
- Penggunaan fenobarbital dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat sedatif/ hipnotik.

Efek Samping
Mual, muntah, konstipasi, sakit kepala, pruritus, insomnia, dan hipotensi.
Interaksi Obat
Alkohol : meningkatkan efek antidepresan
Asam Valproat : meningkatkan efek asam valproat
Asetaminofen : menurunkan efek asetaminofen

Penggunaan pada Kondisi Khusus


- Penggunaan Wanita hamil Penggunaan fenobarbital pada wanita hamil dapat membahayakan fetal, karena
menyebabkan hemoragi postpartum dan penyakit hemoragi pada bayi baru lahir.
- Wanita menyusui Penggunaan fenobarbital pada wanita menyusui harus diperhatikan efek samping yang
signifikan seperti methemoglobinamia dan sedatif pada saat menyusui. Fenobarbital direkomendasikan untuk tidak di gunakan
pada ibu menyusui.
- Gangguan fungsi ginjal  CrCl < 10 mL/menit administrasi setiap 12 – 16 jam.
- Gangguan fungsi hati  memerlukan pengawasan dan perhatian dari dokter, karena fenobarbital dapat
meningkatkan kerusakan pada hati .
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

Peringatan
 Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien elderly sebagai sedatif karena waktu paruh yang panjang dan resiko
ketergantungan.
 Hati – hati penggunaan fenobarbital pada anak (pediatri) karena dapat menyebabkan gangguan kognitif.
 Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan monitoring CrCl.
 Hati – hati penggunaan fenobarbital pada pasien dengan gangguan fungsi hati, harus dipantau serum SGPT, SGOT, bilirubin
(indikator kerusakan hati) karena fenobarbital dapat meningkatkan kerusakan pada hati.

Dosis dan aturan pakai


Status Epilepsikus: Loading dose : IV , Anak 20 mg/kg (maksimum 1 g, maksimum kecepatan ≤ 30 mg/menit pada anak < 60 kg)

Seizure Akut : Anak 15 mg/kg

Penyimpanan
Simpan ditempat yang kering pada suhu 15-25oC

Kemasan
Botol berisi 1 mL
No Reg : ...............................
No Batch : ...................................
Exp Date : .........................................
HET : Rp. 120.000
Dibuat oleh : PT. FARMAZOL

Bandung - Indonesia

PT. FARMAZOL
F
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simulasi II : INJEKSI LUMINAL Muhammad Zainuddin Meiyanto Saputra
(90715027)

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rowe, Raymond C., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th edition. London:
Pharmaceutical Press.

Sweetman, Sean C. 2014. Martindale, The Complete Drug Reference 37th Ed. London:
Pharmaceutical Press.

Mc.Evey, Gerald K., Elaine KS., Jane M., et al, 2014 , AHFS Drug Information 2014, Bethesda :

American society of health

Anda mungkin juga menyukai