Anda di halaman 1dari 2

PENILAIAN BUKU

OLEH BAJA STEPHANUS RAZQI SIAGIAN

Larry King, Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1995. xvi + 212 hal.
Buku Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja dapat dikatakan salah satu buku
yang lumayan populer, pasalnya buku ini sudah terbit dari tahun 1994 dan versi bahasa
Indonesianya sendiri sudah mengalami revisi hingga 16 kali.
Penulisnya yakni Larry King memang merupakan salah satu tokoh ternama dalam industri acara
bincang-bincang. Dia sangat terkenal karena dilihat perannya sebagai host sangat baik. Kali ini
Larry berusaha membagikan berbagai pengalamannya dalam hal berkomunikasi dengan orang
lain. Pengalamannya diceritakan dari awal dia memulai merintis karirnya hingga dia berada di
puncak karirnya.
Larry King melalui buku ini menyampaikan bahwa untuk mencapai kesuksesan diperlukan
kemampuan berbicara yang baik dan ia berharap buku ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan pembacanya (h. xiii, xiv).
Dari BAB 1, kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa Larry adalah seorang praktisi dalam
hal seni berbicara, dia tidak pernah mengambil pendidikan ilmu komunikasi atau semacamnya,
jadi apabila anda adalah seseorang yang mengharapkan membaca sebuah buku dengan filosofi,
pembahasan ilmu dan interaksi manusia yang mendalam, atau bahkan mencari data sebagai
rujukan, buku ini bukan untuk anda. Tapi apabila anda adalah salah satu pengagum Larry King ini
adalah buku yang cocok karena buku yang terdiri dari dua belas BAB ini secara garis besar
membahas persoalan dan tips sepenuhnya berdasarkan pengalaman dari Larry King.
Setelah selesai membaca buku ini saya merasa akan ada dua pandangan pembaca, yaitu yang
menyukainya karena pembahasannya yang terkesan ringan dan mudah dicerna, apalagi dengan
kisah yang cukup menarik dari seorang presenter ternama. Namun akan ada juga pendapat yang
sebaliknya.
Karena dalam dua belas BAB tersebut dan dari berbagai subbabnya buku ini terkesan detail, tapi
sebenarnya penyampaiannya bertele-tele. Karena saya dapat menyimpulkan bahwa kunci sukses
dalam berbicara ala Larry King hanyalah dua yakni kejujuran dan empati saja. Namun dua kata
kunci itu seakan terus diperluas dengan berbagai kisah-kisahnya. Hal tersebut memang menarik
pada awalnya tapi ketika sudah mulai berpindah menuju BAB berikutnya dan ditemukan
sebenarnya intinya hanya dari dua kata kunci itu membuat pembaca menjadi mudah bosan. Hal
tersebut membuat pembacanya seolah sudah berkeliling sangat jauh tetapi nyatanya pembaca
hanya berjalan ditempat.
Selain itu, ada beberapa kisah yang dapat membuat pembaca resah karena tidak ada
kesimpulannya. Contohnya dalam subbab berbicara dalam negosiasi (h.109), awalnya pembaca
merasa tertarik dengan kisahnya, tapi ujungnya tidak ada kesimpulan bagaimana seharusnya kita
dapat bernegosiasi, tidak ada kasus lain atau kesimpulan secara umum, menjadikan subbab
tersebut hanya menjadi kisah saja yang sebenarnya tidak masalah apabila tidak dituliskan.
Bagi saya, buku ini berhasil menyampaikan kisah-kisah Larry King dengan menarik yang juga
dibumbui tips dan trik untuk berbicara. Tapi apabila dari awal mindset pembaca ingin mengetahui
ilmu dalam berkomunikasi secara mendalam ini bukan buku yang dapat saya rekomendasikan,
kecuali anda ingin menjadi seperti Larry King seutuhnya dengan jalan kehidupan yang sama persis
dan dengan permasalahan yang sama persis dihadapinya, maka buku ini mungkin dapat membantu.

Anda mungkin juga menyukai