Anda di halaman 1dari 7

KETERAMPILAN DASAR KONSELING

Keterampilan Eksplorasi

Di Susun Oleh:
Gilang Ananda
(06071381924041)

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Rahmi Sofah, M. Pd., Kons
Risma Anita Puriani, M.Pd.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN


KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020/2021
1. Pengertian Eksplorasi
Menurut Willis eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk
menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien.  Dengan demikian
eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman
Klien.  Hal ini penting dilakukan karena banyak Klien menyimpan rahasia
batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.           
Menurut Edi Kurnanto (2009) mendefenisikan eksplorasi adalah teknik
untuk  menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dan menurutnya
pula eksplorasi ini penting dilakukan karena banyak klien atau konselee
menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakan
pendapatnya.  Dengan demikian teknik eksplorasi ini memumungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut tertekan dan terancam.           
Dengan demikian eksplorasi adalah teknik yang digunakan oleh
konselor untuk memecahkan masalah klien dengan cara menggali perasaan,
pikiran dan pengalaman klien. Dengan begitu klien dapat memaparkan
masalah yang ada dalam dirinya hingga tidak ada lagi kesulitan untuk
memaparkannya.
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan
rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.
Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa
takut, tertekan dan terancam. 

2. Teknik Ekplorasi
Hubungan konseling seharusnya dapat mengatasi semua kendala klien.
Yaitu berupaya untuk membuat klien terbuka, merasa aman, dan berpartisipasi
di dalam dialog. Salah satu upaya untuk konseling adalah tehnik eksplorasi
untuk membuat klien mengatakan semua perasaan, pikiran dan pengalaman
kepada konselor secara jujur. 
Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat 3 jenis dalam teknik
eksplorasi, yaitu:
1) Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien
yang  tersimpan. Contoh: ”Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan
bingung yang dimaksudkan ….”
2) Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat
klien.  Contoh: ”Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda
tentang sekolah sambil bekerja”. 
3) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh: ”Saya terkesan dengan
pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh
tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”.

Adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran


klien. Hal inipenting, karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang.

Teknik eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut,
tertekan, dan terancam. Sebagaimana refleksi, eksplorasi ada tiga jenis:

a) Eksplorasi perasaan

Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor menggali perasaan klien


yang tersimpan. Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat berikut ini
untuk memulai keterampilan eksplorasi perasaan.

”Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan bingung yang Anda


maksudkan”

“Saya kira rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa tersebut. Dapatkah
Anda kemukakan perasaan Anda lebih jauh? ”

b) Eksplorasi pengalaman

Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali


pengalaman yang dialami oleh klien

Contoh:
“Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin
memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya
terhadap pendidikan Anda. ”

c) Eksplorasi pikiran

Eksplorasi pikiran adalah keterampilan konselor untuk menggali ide,


pikiran, dan pendapat klien. Dalam mengoperasikan keterampilan ini
konselor dapat menggunakan kalimat berikut ini.

“Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih jauh tentang apa pendapat anda
tentang hadirnya ibu tiri dalam rumah Anda.

“Saya kira, pendapat Anda mengenai hal itu sangat baik sekali, dapatkan
Anda menguraikannya lebih lanjut?”

Seorang konselor dapat dikataan berhasil dalam mengeksplorasi kliennya atau


dalam latihan mikronya jika:

a. Calon konselor mampu berkomunikasi dengan klien dengan menggunakan


kata/kalimat yang dapat menggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya
sehingga dengan jujur mengungkapkan secara dalam dan rinci.
b. Agar para calon konselor mampu membuat rasa aman terhadap diri klien
sehingga di terbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.

Jika yang dibahas di muka terdapat pada klien maka kemungkinan besar
konseling dapat berjalan dengan baik.  Untuk itu konselor harus banyak berlatih
agar dapat mengungkap atau eksplorasi klien agar terbuka dengan masalah yang
di hadapinya.   Seorang calon konselor harus banyak latihan untuk dapat
memberikan teknik eksplorasi ini dengan kliennya.  Dan berikut adalah beberapa
materi untuk dapat memberikan latihan dengan klien:

a. Latihan membuat kalimat-kalimat atau kata-kata yang mampu kiranya


menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien.  Misalnya dengan kata
atau kalimat berikut ini:
1)      “Apakah yang anda rasakan saat ini?”

2)      “Bisakan mengungkapkan rasa kecewa anda secara rinci?”

3)      “Bagaimana pengalaman pahit itu anda alami?”

4)      “Dapatkan saudara mengemukakan pendapatnya tentang hal ini?”

b. Latihan membuat konselor agar merasa aman, jujur, dan terbuka. Yaitu
dengan mengungkapkan pribadi yang jujur, terbuka dan pelindung,
misalnya:

1)      “Anda akan merasa aman disini, karena saya akan memelihara


rahasia anda.”

2)      ”Saya percaya bahwa anda akan berkata jujur dan tulus tentang hal
itu.”

3. Penggalian Masalah
Di dalam penjelasan masalah biasanya konseli hanya mengungkapkan
hal-hal pokok yang menjadi beban pikiran dan perasaannya. Penggalian
masalah dipakai untuk mengungkap lebih dalam masalah konseli. Penggalian
ini tentunya akan disesuaikan dengan masalah dan pendekatan yang digunakan
dalam konseling. Menurut Winkel (1991: 339-370), beberapa strategi yang
bisa dilakukan untuk melakukan penggalian masalah terhadap masing-masing
pendekatan adalah sebagai berikut.
a. Behavioristik
Konselor menggali informasi yang lebih dalam diri konseli.
Data-data yang akan digali terkait dengan kejadian pada masa
sekarang, pengalaman-pengalaman negative yang pernah dialami pada
masa lalu, perasaan-perasaan sekarang, perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan pada kejadian masa lalu, apa yang dipikirkan pada saat
sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu ketika mengalami
kejadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi yang diterima
setelah kejadian.
b. Konseling Terapi Emotif
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli.
Data-data yang akan digali terkait dengan kejadian tertentu (activating
event, activating experience), tanggapan terhadap kejadian yang
dialami konseli (belief) yang menimbulkan pikiran irasional dari
setelah kejadian itu direspon, akibat pandangan irasional
(consequence).
c. Wawancara Pengambilan Keputusan
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli.
Data-data yang akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli,
unsur penting (pokok) yang mendukiung munculnya konflik konseli,
perasaan-perasaan dan pikiran konseli, dan orang-orang yang terlibat
sehingga ikut memunculkan konflik konseli.
d. Konseling Sifat dan Faktor
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli.
Data-data yang akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli,
data pribadi tentang konseli (cita-cita, kemampuan kognitif, bakat
khusus, sifat-sifat positif dan negative dalam diri konseli, nilai-nilai
hidup yang diperjuangkan, hobi, harapan-harapan untuk masa depan,
perguruan tinggi yang diinginkan), dan data tentang keluarga konseli
(pekerjaan orang tua, jumlah saudara, harapan orangtua terhadap
perguruan tinggi).
e. Konseling Wawancara untuk Penyesuaian Diri
Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli.
Data-data yang akan digali terkait dengan unsur-unsur  yang
mendukung munculnya konflik konseli, yaitu data tentang keluarga,
lingkungan-lingkungan luar tempat konseli tinggal, perasaan dan
pikiran yang dialami.

Dalam pendekatan psikoanalitik, ada teknik-teknik yang dilakukan untuk


meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku
klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala. Ada lima teknik dasar dalam
terapi psikoanalitik, yaitu (1)Asosiasi Bebas, (2)Penafsirn, (3)Analisis, (4)Analisis
atas resistensi, dan (5)Analisis atas tranferensi.

Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-


pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan
situasi-situasi traumatic di masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis.
Katarsis hanya mengasilkan peredaan sementara atas pengalaman-pengalaman
yang menyakitkan yang dialami klien, tidak memainkan peran utama dalam
proses treatment psikoanalitik kontemporer, katarsis mendorong klien untuk
menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, dan karenannya meratakan
jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu klien dalam memperoleh
pemahaman dan evaluasi yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna
utama dari asosiasi bebas ini. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas
analis adalah mengenali bahan yang di repress dan di kurung dalam ketaksadaran.
Urutan asosiasi-asosiasi membimbing analis dalam memahami hubungan-
hubungan yang dibuat oleh klien di antara peristiwa-peristiwa yang dialaminya.
Penghalang-penghalang atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap
asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan
kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya pada klien,
membimbing kearaha peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang
mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.

Anda mungkin juga menyukai