Anda di halaman 1dari 15

NGT (NASO GASTRIC TUBE) / MAAG SLANG

 NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung sampai lambung.
Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
 Dewasa ukurannya 16-18 Fr
 Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
 Bayi ukuran 6 Fr
Indikasi pemasangan NGT:
 indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
 Pasien tidak sadar
 pasien Karena kesulitan menelan
 pasien yang keracunan
 pasien yang muntah darah
 Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
Kontra indikasi NGT:
1.Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus
2.Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
Tujuan pemasangan NGT:
 Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan
 Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
 Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan

 IVFD/infus
Memberikan cairan makanan melalui vena (karena akan kembali ke jantung) dengan menggunakan infus
set yang steril pengganti makanan.
TUJUAN
1. Sebagai terapi, misalnya shock
2. Menambah makanan, menambah cairan, misalnya pada dehidrasi ,
melarutkan racun di dalam tubuh.
3. Sebagai media untuk pemberian obat-obatan injeksi via intra vena.

TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan
dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.
Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan
morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
TUJUAN:
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma dan haemoragic).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan
kadar hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

HUKNAH TINGGI
Memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon asenden
Tujuan
a. Membantu mengeluarkan faeces akibat konstipasi
b. Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostik

HUKNAH RENDAH
Memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon desenden
Tujuan
a. Merangsang peristaltik usus
b. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
c. Tindakan pengobatan

GLISERIN
Memberikan gliserin spuit adalah suatu tindakan memasukkan cairan minyak gliserin melalui anus kedalam
rektum dengan menggunakan spui tgliserin.
TUJUAN

1
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
1. Merangsang peristaltic sehingga pasien bisa BAB
2. Persiapan tindakan operasi/persalinan/persiapan pemeriksaan radiologi
3. Memberi rasa nyaman

PENGAMBILAN DARAH
Pengambilan darah specimen perifer yaitu pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
dapat diambil dari perifer (pembuluh darah tepi) vena, arteri.pengambilan darah sebaiknya diambil dari
vena tangan yaitu salah satu dari vena pada fosssa cubiti. dan cara penyuntikan pada pengambilan
darah dengan 45 derajat. dan sebelum melakukan pengambilan darah seharusnya kita melakukan
aspirasi terlebih dahulu agar dapat mengetahui bahwa spuit benar benar
masuk kadalam pembuluh Vena.

PEMBERIAN OBAT
Pengelompokan Obat
1.Obat yang diperoleh secara bebas Dengan tanpa resep dokter:
disebut Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas:Lingkaran Hijau Bebas di jual sampai di
Warung ,Lingkaran Biru Jual di Apotik dan Toko Obat Berijin.
2.Obat yg diperoleh dengan resep dokter(ethical)
a. Daftar g atau obat keras : antibiotika,anti diabetes
b. Narkotika:Petidin,codein
c. Psikotropika:Obat penenang/Sedativa

Prinsip Enam Benar dalam pemberian obat


Benar Pasien
Benar Obat
Benar Dosis
Benar Cara/Rute
Benar Waktu
Benar Dokumentasi

Dosis Obat
-ADALAH obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau
satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional).
-Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yang lebih
tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat


1.Faktor Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2.Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c. Rektal, vaginal, uretral
d. Lokal, topikal
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3.Faktor Penderita:
a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d. Ras : ―slow & fast acetylators‖
e. Toleransi
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
g. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati
mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

Kesalahan Dosis/Over dosis


Akibat kelebihan dosis:
a.pernapasan akan tertekan/sesak nafas
b.mual-mual/muntah

2
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
c.berkurangnya tingkat kesadaran
d.pusing

TEHNIK PEMBERIAN OBAT


Sublingual/dibawah lidah
Obat yang diberikan melalui sublingual, dirancang agar segera diabsorbsi setelah diletakan dibawah lidah.
Obat ini tidak boleh ditelan, karena jika ditelan efek yang diharapkan tidak dapat dicapai. Selain itu klien
tidak diperkenankan minum sebelum obat menjadi larut.
Injeksi/Parenteral
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan

Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat
bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.

Hidung
Memberikan obat melalui hidung adalah salah satu macam cara pemberian obat secara topikal. Yang
dimaksud dengan pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Salah satu cara memberikan obat
melalui hidung yaitu memberikan obat tetes hidung. Memberikan obat tetes hidungdapat dilakukan pada
hidung seseorang dengan keradangan hidung {rhinitis} atau nasofaring.

Rectum
Memberikan obat melalui rektum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat melalui anus dan
kemudian rektum dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapi obat,menjadikan lunak pada daerah fases dan merangsang buang air besar.

TELINGA
Tujuan :
a.Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi
pada kanal telinga eksternal)
b.Menghilangkan nyeri
c.Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil

Vagina
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

PEMBERIAN OBAT VIA EPIDURAL


Memberikan obat lewat Kolumna vertebralis (tulang belakang)
Tepatnya pada Vertebra lumbalis Ruas Ke 3 sampai ke 5 (5 ruas)
Contoh: pada pemberian spinal anastesi

MENGHITUNG TETESAN CAIRAN INFUS/IVFD


Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan
pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

RUMUS PERHITUNGAN CAIRAN INFUS

-RUMUS UNTUK MENGHITUNG ADA BANYAK VERSI TAPI PADA DASARNYA ADALAH SAMA
-YANG PERLU DI INGAT/DI HAFAL TERUS YAITU FAKTOR TETESAN YANG SUDAH DI BAKUKAN:
*MAKRO(DEWASA) FAKTOR DRIPS/TETESAN=
20 TETES/ML
*MIKRO (ANAK) FAKTOR DRIPS/TETESAN=
60 TETES/ML
*TRANSFUSI FAKTOR DRIPS/TETESAN=

3
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
15 TETES/ML
Contoh kasus
Dokter meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9 % pada Tn A.
Sejumlah 2 FLES atau 2 BOTOL( ingat 1 FLES=500 ml) ,.di layani selama 12 jam(ingat 1 jam=60
menit),.Tn. A. Memakai Makro Drips(ingat Faktor tetesan pada Makro drips=20 tetes/ML)
1000 ml/12 jam. berapa tetes per menit cairan tersebut diberikan? Ingat!
Ketahui jumlah cairan yang akan diberikan dalam satuan ml Konversi satuan jam ke satuan menit
Faktor tetesan Makro 20 tts/ML
Cara Hitung: Masukkan ke dalam rumus:Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali dengan faktor tetesan lalu
dibagi dengan lamanya pemberian,…Jawabannya :(1000 x 20) / (12 x 60) = 20.000 / 720 = 27.77
dibulatkan jadi 28 ,…Cairan tersebut harus diberikan 28 tetes/menit.

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS


1. Calcium GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan larutan
supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada
suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot,
sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa
reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf,
kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga
berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan
pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.

2. INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat
menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti darah untuk
mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga pada syok perdarahan,
akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang berkepanjangan.
Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih panjang dalam
pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat secara hidratasi. Yang
menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000.
Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit,
namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk
kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui ginjal

3. INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI


Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi, kekurangan HCO3
disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia. Dehidrasi adalah hilangnya
elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan hilangnnya air.

4. INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%


Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan tubuh,
sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga sebagai
sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5 %. Dalam
formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini bersifat hipotonis.
Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di
dalam pembuatan formula ini ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.

5. INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada
regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang perlu bagi
kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan
banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri

4
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis ) dan
dalam infus dengan elektrolit lain.

6. INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH


Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak mengandung
ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah besar serta
ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar, ion bikarbonat
dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat,
dan asam-asam organik (Guyton hal 309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama denganjumlah
yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah yang dikeluarkan
sebagai urin juga keringat.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam
bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting
dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka
dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers.

7. INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI


Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam tubuh
keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan digantikan oleh cairan
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan
yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka
terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi pengeluaran
yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh terdiri dari anion dan kation antara
lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.

8. INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK


Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi bikarbonat
plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2 dan konsentrasi
bikarbonat plasma, <8>
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat. Bikarbonat
merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di tubuh,yaitu buffer
bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma yaitu 7,37-7,42. Namun bila
terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik ataupun turun. pH plasma yang
dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic. Pemberian Na.bikarbonat akan
menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan pH plasma sehingga pH plasma normal
kembali (DI 2003 hal 2472-2473).

9.INFUS IV DEKSTROSA
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori.
Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan
pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa
dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang
hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume
pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

10. INFUS IV RINGER LAKTAT


Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi
kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan
CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat
disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan natrium hidrogen karbonat hanya diproses
mempunyai penyaringan kuman.

“TERAPI PANAS DAN DINGIN”

5
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Terapi adalah: Usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit.
Kompres panas dan dingin atau biasa disebut dengan terapi panas dingin pada tubuh bertujuan untuk
meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan.
Terapi panas dan dingin menghasilkan perubahan fisiologi suhu jaringan, ukuran pembuluhan darah,
tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan
elektrolit dan metabolisme jaringan.
Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol
air panas, bantal pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposibel. Kompres
panas dapat diberikan, melalui konduksi,dengan cara kompres kasa,
kemasan pemanas, berendam, atau mandi.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan kantong es, koloar es,
sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposibel.
Indikasi Kompres Panas
Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
Klien dengan perut kembung
Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian Spasme otot,
Adanya abses, memar.
Kompres dingin, indikasinya:
a.Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
b.Klien dengan batuk dan muntah darah
c.Pasca tonsillectomy

MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN NYERI
3 fase pengalaman nyeri:
 Fase antisipasi-----terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua
fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan
dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap
dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
 Fase sensasi-----terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak
akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya
rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda
merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu
dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan
sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi
dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali
pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila
klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan
nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat
untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
 Fase akibat (aftermath)------terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan
kontrol dari BIDAN, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa
pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath)
dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. BIDAN berperan dalam membantu memperoleh
kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:


1.Ekspresi klien terhadap nyeri

6
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat
harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa
ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan
perhatian khusus ketika pengkajian.
2.Klasifikasi pengalaman nyeri
BIDAN mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka
dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik,
maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.
3.Karakteristik nyeri
Onset dan durasi
BIDAN mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah
munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.
Lokasi
BIDAN meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa,
menetap atau terasa pada menyebar
Keparahan
BIDAN meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan. Untuk memperoleh
data ini perawat bisa menggunakan alat Bantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala ukur,
kemudian disuruh memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana.
Cara mengatasi
Tanyakan pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul dan kaji juga apakah
tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk mengurangi nyeri.
Tanda lain yang menyertai
Kaji adanya penyerta nyeri, seperti mual, muntah, konstipasi, gelisah, keinginan untuk miksi
dll.Gejala penyerta memerlukan prioritas penanganan yang sama dengan nyeri itu sendiri.
4. Efek nyeri pada klien
Nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stress dan dapat mengubah gaya hidup dan
kesejahteraan psikologis individu. Perawat harus mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui
efek nyeri pada klien:
a. Tanda dan gejala fisik
mengkaji tanda-tanda fisiologis, karena adanya nyeri yang dirasakan klien bisa berpengaruh
pada fungsi normal tubuh.
b. Efek tingkah laku
mengkaji respon verbal, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan interaksi sosial. Laporan verbal
tentang nyeri merupakan bagian vital dari pengkajian, perawat harus bersedia
mendengarkan dan berusaha memahami klien. Tidak semua klien mampu mengungkapkan
nyeri yang dirasakan, untuk hal yang seperti itu perawat harus mewaspadai perilaku klien
yang mengindikasikan nyeri.
c. Efek pada ADL
Klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi secara rutin dalam aktivitas sehari-
hari. Pengkajian ini menunjukkan sejauh mana kemampuan dan proses penyesuaian klien
berpartisipasi dalam perawatan diri. Penting juga untuk mengkaji efek nyeri pada aktivitas
sosial klien.

o Intervensi
Manajemen nyeri terdiri dari:
a.Farmakologis (kolaborasi)-------penggunaan analgetik
Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan
fungsi talamus & kortek serebri.
b. Non farmakologi (mandiri)
 Sentuhan terapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara
tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.
 Akupresur
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri
 Guided imagery
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini
memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien
mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien
merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.
 Distraksi

7
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi
visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan (massase, memegang mainan),
distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
 Anticipatory guidence
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh tindakan:
sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan
penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu klien sudah punya
gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.
 Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
 Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon
nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi
ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara
memasang elektroda pada pelipis.
 Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa
melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan
massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik
transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi
pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan
melalui elektroda luar.

PERAWATAN BEDAH DALAM KEBIDANAN


ASPEK LEGAL PEMBEDAHAN
Di abad ini kita dihadapkan kepada berbagai tantangan dan masalah-masalah baru dalam berbagai bidang.
Bidang yang dahulunya tidak menjadi persoalan, kini mulai mendesak menuntut pengaturannya oleh
hukum, karena melalui sanksi etik dirasakan kurang kuat. Yang dimaksudkan di sini adalah bidang hukum
kedokteran-keperawatan yang di negara kita masih sangat muda usianya.
Kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran-keperawatan telah menggoyahkan
fondasi tradisional dari hubungan dokter-perawat-pasien-rumah sakit sehingga diperlukan aspek legalitas
dalam pelayanan kesehatan. Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM) merupakan
ijin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari pasien sebelum dilakukan tindakan medis
terhadapnya. Ijin tersebut melindungi klien terhadap kelalaian dan
melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum.
Tanggung jawab BIDAN dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa PTM telah didapat secara sukarela
dari klien oleh dokter. The right of information and second opinion merupakan salah satu bentuk HAM klien
dalam bidang pelayanan kesehatan yang harus dihargai oleh tim kesehatan. Sehingga, sebelum
menyatakan kesanggupan atau penolakannya, klien harus mendapatkan informasi sejelas-jelasnya.
TIPE PEMBEDAHAN

Menurut Fungsinya (tujuannya)


1. diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
2. kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
3. reparatif : memperbaiki luka multiple
4. rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah
5. paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi — ketidakmampuan menelan)
6. transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh yang
malfungsi (cangkok ginjal, kornea).

Menurut tingkat Urgensinya :


1. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang diakibatkannya diperkirakan dapat
mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
Contoh :
- perdarahan hebat
- luka tembak atau tusuk
- luka bakar luas
- obstruksi kandung kemih atau usus
- fraktur tulang tengkorak

8
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
2. Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
Contoh :
- infeksi kandung kemih akut
- batu ginjal atau batu pada uretra
3. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.
Contoh :
- katarak
- gangguan tiroid
- hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih
4. Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan.
Contoh :
- hernia simpel
- perbaikan vagina
- perbaikan skar/cikatrik/jaringan parut
5. Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi klien).
Contoh : bedah kosmetik.

Menurut Luas atau Tingkat Resiko :


1. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap
kelangsungan hidup klien.
Contoh : bypass arteri koroner
2. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil
dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh :
- katarak
- operasi plastik pada wajah

TAHAPAN DALAM PEMBEDAHAN/OPERATIF/OPERASI

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien
diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer
ke wilayah ruang pemulihan.

Perawatan post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat
klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya

I. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien
maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
A. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :
1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari BIDAN pada fase pra bedah dan
dapat mengurangi cemas pasien.
B. Persiapan Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak
diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan

9
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
2. Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah
periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi
hari menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang
operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang
akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami
/ istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin
tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan
anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

II. INTRA OPERATIF


i. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil
terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
A. Persiapan Psikologis Pasien
B. Pengaturan Posisi
Posisi diberikan bidan akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2. Umur dan ukuran tubuh pasien.
3. Tipe anaesthesia yang digunakan.
4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
TINDAKAN UTAMA BIDAN
A. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
B. Penutupan Daerah Steril
C. Mempertahankan Surgical Asepsis
D. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
E. Monitor dari Malignant Hyperthermia
F. Penutupan luka pembedahan
G. Perawatan Drainase
H. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU

III. POST OPERATIF


_____________________________________________________________________________
post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan
diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan
nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

10
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan
mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan
itu sendiri.
TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room)
2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
3. Transportasi pasien ke ruang rawat
4. Perawatan di ruang rawat
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI RUANG RAWAT
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu :
a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu
pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama
yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.
b. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi
discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai
dengan pengangkatan jahitan.
c. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa
berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
Contoh nota discharge planning pada pasien post tracheostomy :
1. Untuk bidan : pecegahan infeksi pada area stoma
2. Untuk klien : tutup lubang operasi di leher dengan kassa steril (sudah disiapkan)
Dalam merencanakan kepulangan pasien, kita harus mempertimbangkan 4 hal berikut:
1. Home care preparation
Memodifikasi lingkungan rumah sehingga tidak mengganggu kondisi klien. Contoh : klien harus diatas kursi
roda/pakai alat bantu jalan, buat agar lantai rumah tidak licin. Kita harus juga memastikan ada yang
merawat klien di rumah.
2. Client/family education
Berikan edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal yang harus dilakukan atau dihindari
kepada keluarga klien, terutama orang yang merawat klien.
3. Psychososial preparation
Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan hubungan interpersonal sosial dan aspek psikososial
klien tetap terjaga.
4. Health care resources
Pastikan bahwa klien atau keluarga mengetahui adanya pusat layanan kesehatan yang terdekat dari rumah
klien, seperti rumah sakit, puskesmas dan lain-lain. Jadi jika dalam keadaan darurat bisa segera ada
pertolongan.

Menjahit Luka
DEFINISI:Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.
LUKA
Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Trauma tajam menyebabkan :
a. luka iris : vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk : vulnus ictum

11
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
c. luka gigitan : vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan :
a. luka terbuka : vulnus apertum
b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )
Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.

Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :


a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam .
(golden period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan telah timbul gejala lokal
maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor, fungsio lesa).

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PENJAHITAN luka:


Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
bergigi ujungnya ( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu
atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c.Dissecting scissors ( Metzen baum )
d. Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk
segitiga dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps
Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.

PERSIAPAN PENJAHITAN ( KULIT)


a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah kemudian menjauh
dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya bagian kulit dan luka
yang akan dijahit.
d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut atau poiiglactin secara
simple interrupted suture.
i. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu silk atau nylon.

TEKNIK PENJAHITAN KULIT


Prinsip yang harus diperhatikan :
a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan secara halus dengan
mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.
b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.
c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi luka.Khusus‖ daerah wajah 2-3mm.
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum dari tepi luika.
e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah penjahitan.

SIMPLE INTERUPTED SUTURE


A. Indikasi: pada semua luka

12
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Kontra indikasi : tidak ada Teknik penjahitan
Dilakukan sebagai berikut:
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk subcutan terus kekulit
sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi luka yang dijahit dapat
mendekat dengan posisi membuka kearah luar ( everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
B. Indikasi : Luka pada persendian
Luka pada daerah yang tegangannya besar
Kontra indikasi : tidak ada
Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka dimana tepinya cenderung
mengalami inverse. misalnya kulit yang tipis. Teknik ini dilakukan sebagai berikut:
1. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya, kemudian keluar pada kulit
tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis, menyeberangi luka dan
dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama.
3. Dibuat simpul dan benang diikat.

SUBCUTICULER CONTINUOS SUTURE


Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga yang terlihat hanya
bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka yang dilakukan sebagai berikut.
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis kulit salah satu dari
tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara bergantian terus menerus
sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara parallel disepanjang luka
tersebut.

PERAWATAN LUKA
 Pengertian Merawat Luka
Merawat luka adalah untuk mencegah trauma(injuri)pada kulit,membrane mukosa atau jaringan lain yang
disebabkan adanya trauma,fraktur,luka operasi yang dapat merusak kalori.
 Tujuan Merawat luka
 Mencega infeksi dari masuknya mikroorganisme kedalam kulit dan membran mukosa
 Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
 Mempercepat penyembuhan
 Membersikan luka dari benda asing atau febris
 Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
 Mencegah perdarahan

 Pengangkatan jahitan luka


PENGERTIAN
Mengangkat / membuka jahitan pada luka yang dijahit
TUJUAN
Mencegah terjadinya infeksi dari benang
Mencegah tertinggalnya benang
INDIKASI
Luka jahit yang sudah waktunya diangkat jahitannya
Luka jahitan yang infeksi
 Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka
 Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
 Muka atau leher hari ke 5
 Pereut hari ke7-10
 Telapak tangan 10
 Jari tangan hari ke 10
 Tungkai atas hari ke 10
 Tungkai bawah 10-14
 Dada hari ke 7

13
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
 Punggung hari ke 10-14

PROSES KEHILANGAN DAN DUKACITA


KEHILANGAN
Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial
yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup terjadi perasaan kehilangan. ( Loss).
Kehilangan dapat dikelompokkan kedalam 5 kategori :
1.Kehilangan benda external
2.Kehilangan lingkungan yang tidak dikenal
3.kehilangan orang yang dicintai
4.kehilangan aspek diri
5.kehilangan hidup
DUKACITA
Dukacita adalah proses mengalami reaksi psikologis, sosial dan fisik terhadap kehilangan yang
dipersepsikan. ( Rando, 1991 )
Respon ini termasuk keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersala dan marah.
Dukacita ini mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.
Tujuan dukacita adalah untuk mencapai fungsi yang lebih efektif dengan menginterogasikan kehilangan
kedalam pengalaman hidup klien.
Worden ( 1982 ) menggaris bawahi 4 tingkatan dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat
terhadap kehilangan. Dan menurut Harper (1987) merancang tugas dalam istilah ― TEAR‖ :
T: untuk menerima realitas dan kehilangan
E: Mengalami kepedihan akibat kehilangan
A: Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda atau aspek diri yang hilang.
R: Memberdayakan kembali energi emosional ke dalam hubungan yang baru.

LATIHAN SOAL
1. Sebutkan definisi dari Obat!
2. Sebutkan bentuk-bentuk Obat!
3. Sebutkan Prinsip pemberian obat yang benar!
4. Sebutkan tehnik-tehnik pemberian obat!
5. Sebutkan 3 Fase pengalaman Nyeri!
6. Sebutkan Definisi dari luka
7. Sebutkan Klasifikasi luka
8. Sebutkan Ciri-ciri orang yang akan meninggal
9. Sebutkan Jenis-jenis dari definisi mati
10. Jelaskan singkat cara-cara mendampingi orang yang hampir meninggal
11. HIERARCHY OF NEEDS FROM MASLOW terdiri dari BERAPA HIERARCHY?
12. Makan,minum,Eliminasi termasuk Hirarki?
13. Oksigen termasuk Hirarki?
14. Ambisius termasuk Hirarki?
15. Kalau memang kamu mencintai aku janganlah tinggalkan aku, itu artinya manusia membutuhkan
hirarki?
16. Sebutkan Factor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan dasar Manusia
17. Suatu keadaan tubuh mempertahankan kondisi yang dialaminya adalah definisi dari?
18. Pertukaran energi secara terus menerus antara manusia dan lingkungan sekitarnya adalah definisi
dari?
19. komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh adalah?
20. Apakah Jenis Benang jahit Untuk Otot?
21. Apakah nama Jenis Chateter yang di pasang sementara?
22. Jenis dan Cara Injeksi apa Di Dalam Kulit?
23. Sebutkan Unsur-unsur dalam transmisi kuman!
24. Dekontaminasi adalah?
25. Larutan yang biasa di pakai untuk DTT?
26. Seorang Ibu umur 24 thn dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke UGD RS karena
Mual,Muntah dan Pusing serta terjadi penurunan kesadaran karena kehilangan banyak cairan,atas
advis dokter di berikan tindakan pemasangan IVFD dengan pemberian Cairan Resusitasi sejumlah
1500 ml di berikan selama 4 Jam

14
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA
Pertanyaan:
a. Apakah Diagnosis Medis Ibu tersebut?
b. Cairan apakah yang paling cocok di berikan?
c. Berapa tetes / menit cairan yang di berikan?

SELAMAT BELAJAR,…
SEMOGA A.Md.Keb. DAPAT DI RAIH TEPAT PADA WAKTUNYA!

15
BSM(Basic Skill Midwifery) / KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN --HAND OUT ; UNIVERSITAS TRINITA

Anda mungkin juga menyukai