Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340963512

Menentukan Populasi dan Sampel puteri 2020

Presentation · April 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.28776.01285

CITATIONS READS

0 4,311

5 authors, including:

Hesi Eka Puteri


Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi
21 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

methodology class View project

All content following this page was uploaded by Hesi Eka Puteri on 28 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MENENTUKAN POPULASI DAN SAMPEL
DALAM RISET-RISET EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM

Hesi Eka Puteri

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Bukittinggi, Indonesia


hesiekaputeri@iainbukittinggi.ac.id

ABSTRAK
Banyak peneliti mencari berbagai referensi tentang jumlah ideal sampel yang mesti
diambil untuk penelitian survey. Apakah cukup sejumlah 30? 50? 100? atau 30 % dari
populasinya? atau semampu peneliti sajakah? Paper ini bertujuan untuk memberikan
gambaran secara teoritis tentang teknik sampling yang dapat diterapkan dalam berbagai
riset-riset sosial dan ekonomi, dengan memberikan contoh untuk riset Ekonomi dan
perbankan Islam. Tulisan ini juga memberikan hasil penelusuran literature tentang ukuran
sampel yang ideal dalam sebuah penelitian. Dengan demikian sampel yang diambil
memiliki kehandalan dan ketepatan serta mampu menggeneralisasi temuan kepada
populasinya

PENDAHULUAN
Penelitian survey banyak mengandalkan analisis berdasarkan sampel dari
populasi. Untuk menyiapkan disain riset dalam penelitian-penelitian social didasarkan
pada teknik sampling (Singh, 2006) . Jika populasi didefenisikan sebagai sebuah
keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti maka sampel merupakan cuplikan
dari populasi yang akan diteliti. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik
sampling atau teknik pengambilan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi,
artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Idealnya agar hasil penelitiannya
lebih bisa dipercaya maka seorang peneliti harus melakukan sensus yaitu penelitian yang
dilakukan atas seluruh elemen dalam populasi. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa
tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti
sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. Keunggulan ekonomis pengambilan
sampel daripada sensus sangatlah besar. Kenapa mesti membuang waktu dan uang untuk
melakukan wawancara terhadap beberapa ribuan atau ratusan orang jika dapat menjawab
pertanyaan penelitian dengan hanya mewawancarai beberapa puluh orang saja.
Ide dasar dari pengambilan sampel adalah bahwa dengan menyeleksi bagian dari
elemen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh.
Berbagai alasan mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah: (a) populasi
demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti,
(b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti
harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian, (c) bahkan kadang,
penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi
– misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan
fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (d) demikian pula
jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi
menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk,
adalah sebuah pemborosan energi dalam penelitian.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dan masih bisa mewakili karakteristik populasi maka penarikan sampel harus dilakukan

1
secara seksama. Tulisan ini mengurai hal-hal yang terkait dengan teknik penarikan
sampel, ukuran sampel serta beberapa contoh penarikan sampel dalam riset riset ekonomi
dan perbankan Islam.

BEBERAPA ISTILAH DALAM TEKNIK SAMPLING


Untuk menjelaskan berbagai aspek tentang teknik sampling, perlu adanya
penjelasan untuk beberapa istilah-istilah pokok yang sering ditemui dalam teknik
penarikan sampling, seperti populasi, sensus, sampel, kerangka sampling dan lainnya.
Berikut adalah beberapa istilah yang sering muncul dalam kerangka penarikan sampel
dalam penelitian:
1. Populasi, merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan
dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu
penelitian. Populasi tak lain adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang
dijadikan obyek penelitian. Misalkan jika peneliti ingin meneliti preferensi
konsumen terhadap satu produk dan layanan bank, maka populasinya adalah
seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan
Bank Syariah A maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan Bank
Syariah A tersebut.
2. Sampel, merupakan secuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan
diteliti secara rinci. Sampel diambil jika sebuah populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana,
waktu dan tenaga maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut. Misalkan jika peneliti ingin meneliti preferensi konsumen
terhadap satu produk dan layanan di Bank Syariah A dengan jumlah nasabah yang
besar sejumlah 23.500 orang. Tentu saja peneliti tidak mesti meneliti semuanya
namun hanya dilakukan sejumlah tertentu saja namun yang mewakili.
3. Sensus, merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap seluruh anggota
populasi.
4. Elementary Sampling Unit (ESU) merupakan sebuah unsur individual dari
populasi yang akan diambil sebagai sampel
5. Kerangka sampling (sampling frame) adalah Draft-draft, indeks-indeks, peta atau
catatan lain dari sebuah populasi darimana suatu sampel dipilih
6. Statistik merupakan semua perhitungan kuantitatif dari suatu sampel yang
dipergunakan untuk mengestimasi atau menduga suatu parameter populasi
7. Paramater merupakan nilai dari sebuah variabel atau atribut yang dihitung dari
sebuah populasi
8. Distribusi Sampling adalah distribusi frekuensi atas dasar sejumlah sampel
9. Kesalahan Sampling (Sampling Error) adalah perbedaan antara suatu estimasi
sampel dengan nilai parameter populasi yang sesungguhnya. Dapat terjadi karena
kesalahan percobaan akibat variabilitas populasi atau kesalahan pengukuran.
10. Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30
laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau
elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian.
Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam
populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.

KRITERIA SAMPEL YANG BAIK


Dasar pengujian dari desain sampel adalah seberapa baik sampel tersebut
mencerminkan kharakteristik populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat
mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Sebuah sampel mesti valid yang
berarti bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Contoh, jika penelitian ingin

2
meneliti preferensi masyarakat terhadap produk dan layanan Bank Syariah di Kota X,
namun yang diteliti hanyalah nasabah Bank Syariah A saja maka sampel tersebut tidak
valid, karena tidak mewakili kharakteristik populasi yang seharusnya diukur.
Sampel yang handal (reliable) dan valid harus mampu menggeneralisasi temuan
kepada populasinya (Ghozali, 2016). Sampel yang sedikit misal 30 unit, yang dipilih
secara random belum tentu dapat menggeneraliasi hasil terhadap populasi meskipun
jumlah tersebut memenuhi kriteria pengujian secara statistik. Sampel yang valid
ditentukan oleh dua pertimbangan yaitu akurasi dan ketelitian. Akurasi atau ketepatan
yaitu tingkat ketidakadaan bias atau kekeliruan dalam sampel. Dengan kata lain makin
sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel maka akan semakin akurat sampel
tersebut. (Cooper & Emory, 1996) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance”
yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena
pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung
mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin meneliti masalah perilaku
menabung masyarakat namun peneliti hanya mengambil kalangan tertentu saja sebagai
sampel seperti komunitas mahasiswa saja maka akan terdapat bias pada perilaku tersebut
karena mahasiswa adalah kelompok yang tidak dikategorikan sebagai pencari kerja yang
menerima penghasilan. Perilaku menabung mereka tentu akan sangat berbeda dengan
perilaku kelompok pencari kerja atau kelompok bekerja lainnya.
Presisi, merupakan ketelitian estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat
mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi,
diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang
menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa
menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian
yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel,
terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi
dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya.
Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat kesalahan-kesalahan,
yang dikenal dengan nama sampling error. Presisi diukur oleh simpangan baku (standard
error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel
dengan simpangan baku dari populasi, makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak
selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah
sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya lebih banyak.
Ketelitian diukur dengan kesalahan estimasi standar (standar error of estimate). Semakin
kecil kesalahan estimasi standar maka semakin tinggi tingkat ketelitian dari sampel
tersebut.

TEKNIK SAMPLING
Ada bermacam-macam teknik pengambilan sampel yang di sesuaikand engan
tujuan penelitian, persyaratan dari proyek, keterbatasan waktu atau ketersediaan dana.
Secara garis besar teknik sampling dibedakan menjadi Probability Sampling dan Non
Probability Sampling.
Pertama, Probability Sampling (Random Sampling). Metode sampling yang
setiap anggota populasinya memiliki peluang spesifik dan bukan nol untuk terpilih
sebagai sampel. Probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen
populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen
tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.

3
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak ini
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama sampling
frame. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data
tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika
populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa
memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A“ tersebut
selengkap mungkin. Nama, no induk mahasiswa, jenis kelamin, alamat, usia, dan
informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar inilah peneliti akan bisa
secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N).
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan
penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi
sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah tabel angka random, kalkulator, atau
undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen
populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu
konsep acak atau random itu sendiri. Beberapa teknik probability sampling yang dapat
digunakan meliputi sampling acak sederhana (random sampling), sampling acak berstrata
(stratified random sampling), cluster sampling, systematic random sampling dan
multistage sampling (sampling bertahap).
Kedua, Non Probability Sampling (Non Random Sampling). Teknik sampling
dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk
dijadikan sampel. Contoh; lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya
dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya
kemungkinannya 0 (nol). Beberapa teknik sampling yang populer digunakan pada
kelompok ini adalah Quota Sampling, Accidental Sampling, Purposive Sampling,
Judgement Sampling dan Snowball Sampling (Cooper & Emory, 1996; Ghozali, 2016).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika
peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi,
atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan
diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan
generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak
acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran
populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang
diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak
mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen.
Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa
200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti
memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri
konsumen? Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak
dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak
atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut
tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang
puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol
merasa kurang puas terhadap teh botol. Berdasarkan kedua kelompok besar teknik
sampling diatas, berikut rincian beberapa dari teknik sampling yang lazim digunakan
dalam penelitian-penelitian social ekonomi, dengan keunggulan dan kekurangannya
masing masing.

4
Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana) . Teknik sampling ini dilakukan
jika setiap unsur atau anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel. Sampling dapat dilakukan dengan metode undian dan metode tabel
bilangan acak. Pengambilan sampel ini dikatakan sederhana/simple karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang terdapat
dalam populasi. Cara ini biasa dilakukan jika anggota populasi bersifat homogen
(seragam) atau jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.
Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak
merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
Simple random sampling dapat digunakan dalam riset Ekonomi Islam jika analisis
penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Misalnya, peneliti ingin
mengevaluasi kepuasan nasabah dalam bertransasksi di Bank Syariah A. Dalam populasi
ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer,
dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan
kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan
sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil
penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Untuk lebih
terstrukturnya pengambilan sampel dengan Teknik ini, peneliti dapat menerapkan
nenerapa prosedur seperti menyusun “sampling frame”, menetapkan jumlah sampel yang
akan diambil, menentukan alat pemilihan sampel dan selanjutnya peneliti dapat memilij
sampel sampai dengan jumlah tertentu terpenuhi.

Sampling Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling). Bila unsur populasi tidak
homogen (unsur-unsur populasi bersifat heterogen) maka proses penarikan sampel
dengan teknik acak akan menyebabkan terjadinya bias. Teknik acak berstrata dilakukan
dengan cara mengelompokkan populasi ke dalam beberapa kelompok dengan ciri tertentu
(strata), lalu menarik sejumlah tertentu secara acak dari masing-masing kelompok baik
dalam jumlah proportional atau disproporsional. Berikut adalah contoh penarikan
Sampling Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling) yang ditarik dalam jumlah
proporsional. Jika dicontohkan bahwa unit analisis dalam penelitian ini adalah
Perbankan Syariah yang terdiri dari beberapa tiga strata dan sampel diambil 30% dari
populasi, maka rancangan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Contoh Penarikan Sampel dengan Stratified Random Sampling


Perbankan Syariah Jumlah Proportional 30% Jumlah
(strata) Populasi 30% x 210 = 63 sampel Sampel
BPR Syariah 75 (75/210) x 63 23
Unit Usaha Syariah 85 (85/210) x 63 25
Bank Umum Syariah 50 (50/210) x 63 15
Total 210 63

Jika dengan pertimbangan tertentu peneliti menerapkan jumalah yang sifatnya


disproporsional, maka berikut adalah rancangan sampel dengan teknik Stratified Random
Sampling yang ditarik dalam jumlah disproporsional.

5
Tabel 2. Contoh Penarikan Sampel dengan Stratified Random Sampling
(Disproporsional)
Perbankan Syariah Jumlah Dis proportional Jumlah
Populasi Jika diambil 100 Sampel
sampel
BPR Syariah 75 30% 30% x 100 = 30
Unit Usaha Syariah 85 30% 30% x 100 = 30
Bank Umum Syariah 50 40% 40% x 100 = 40
Total 210 100

Cluster Sampling. Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang
distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu strata memiliki karakteristik yang
homogen (strata A : laki-laki semua, strata B : perempuan semua), maka dalam sampel
gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau
heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap
departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis
kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingkat
manajerialnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui
tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan
perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah
terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur pengambilan
sampel ini dapat dilakukan dengan cara Menyusun sampling frame berdasarkan gugus
(dalam kasus di atas elemennya ada 100 departemen) dan menentukan berapa gugus yang
akan diambil sebagai sampel. Selanjutnya peneliti dapat memilih gugus sebagai sampel
dengan cara acak dan meneliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sampel.

Systematic Sampling atau Sampel Sistematis. Jika peneliti dihadapkan pada ukuran
populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara
pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut peneliti untuk
memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel
adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa
dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel
tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi
terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian
interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya
pengambilan sampel dengan Teknik ini dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Menyusun sampling frame, 2) Menetapkan jumlah sampel yang ingin diambil, 3)
Menentukan K (kelas interval), 4) Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas
interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja, 5) Mulailah
mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih dan 6) Pilihlah
sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

Area Sampling atau Sampel Wilayah. Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan
pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, pihak
Bank Indonesia ingin mengetahui akses masyarakat terhadap Bank Syariah di Sumatera
Barat. Teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
• Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah Sumatera Barat
menurut kabupaten/kota, Kecamatan, kelurahan/ desa.

6
• Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kota?,
Kecamatan?, Desa?)
• Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
• Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
• Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya,
bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

Berdasarkan uraian teknik sampling diatas, berikut adalah perbandingan


keuntungan dan kerugian disain pengambilan sampel probabilitas sebagai berikut
(Cooper & Emory, 1996):

Tabel 3. Keuntungan Dan Kerugian Disain Pengambilan Sampel Probabilitas


Tipe Uraian Keuntungan Kerugian
Acak Setiap elemen Mudah diterapkan • Membutuhkan daftar
Sederhana populasi memiliki dengan putaran elemen populasi
peluang yang sama otomatis • Butuh waktu yang lebih
untuk dipilih lama
menjadi anggota • Menggunakan ukuran
sampel sampel yang lebih besar
• Menghasilkan
kesalahan yang lebih
besar
Sistematik Memilih elemen • Mudah untuk di • Mahal
dari populasi pada desain • Secara berkala dalam
awalnya dengan • Pemakaiannya populasi bisa membuat
acak dan mengikuti lebih mudah sampel dan hasilnya
fraksi elemen daripada acak tidak simetris
memilih setiap sederhana • Jika daftar populasi
elemen ke-k • Lebih mudah memiliki trend yang
untuk monoton, estimasi yang
menentukan bias akan terjadi
distribusi berdasarkan titik awal
pengambilan (start point)
sampel dari rata-
rata dan proporsi
• Sedikit lebih
murah daripada
acak sederhana
Bertingkat/ Membagi Populasi • Peneliti • Kesalahan yang
Stratifikasi menjadi mengontrol meningkat akan terjadi
(Stratified subpopulasi atau ukuran sampel di jika subgroup dipilih
Random strata dan dalam strata pada rate yang berbeda
Sampling) menggunakan acak • Meningkatkan • Mahal
sederhana pada efesiensi statistik • Mahal, terutama jika
masing-masing • Menyediakan data strata pada populasi
strata untuk harus diciptakan
menunjukkan dan

7
menganalisis sub
group
• Memungkinkan
penggunaan
metode yang
berbeda di dalam
strata
Kumpulan Populasi dibagi • Memberikan data • Seringkali efesiensi
(cluster menjadi subgroup estimasi parameter statistik nya lebih
sampling) Yang secra internal populasi yang rendah (lebih banyak
bersifat heterogen. tidak biasa jika kesalahan)mengacu
Beberapa dipilih dilakukan dengan pada subgroup yang
secara acak untuk tepat menjadi bersifat
studi selanjutnya • Lebih efesien homogen ketimbang
secara ekonomis bersifat heterogen
daripada acak
sederhana
• Biaya per sampel
paling rendah
khususnya dengan
kumpulan
geografis
• Mudah digunakan
tanpa daftar
populasi
Ganda Proses meliputi Dapat menurunkan Jika digunakan secara
Berjenjang/ pengumpulan data biaya jika hasil tahap tidak diskriminatif akan
Multi tahap dari sampel dengan pertama dalam data meningkatkan biaya
(Multiphase menggunakan cukup untuk
Sampling) teknik yang telah meningkatkan atau
ditentukan mengumpulkan
sebelumnya, populasi
berdasarkan
informasi yang
diperoleh memilih
sub-sampel untuk
studi selanjutnya

Accidental Sampling. Teknik ini merupakan prosedur sampling yang memilih sampel
dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses. Contoh: Kuisioner yang
diselipkan dimajalah, survey konsumen di swalayan, bank atau dijalan-jalan. Kelemahan
nya adalah sampel yang ditarik tidak representatif dan bias dan tidak tepat digunakan
untuk generalisasi. Penarikan sampel ini paling cocok digunakan untuk riset eksploratoris
untuk menghasilkan gagasan, wawancara atau riset pendahuluan, yang kemudian diikuti

8
oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus
penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya terkadang kurang obyektif.
Beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling dengan istilah captive sample
(man-on-the-street). Beberapa riset perilaku konsumen dalam ranah ekonomi Islam juga
dapat didekati dengan Teknik sampling ini. Misalkan peneliti ingin mendapat respon
nasabah terhadap kuliatas layanan front office di sebuah Bank Syariah. Maka peneliti
dapat saja meminta nasabah yang barusaja bertransaksi untuk mengisi kuisioner respon
kepuasan yang di inginkan.

Quota Sampling. Metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam
jumlah atau kuota yang ditentukan. Dalam menerapkan teknik sampling ini, peneliti harus
memastikan bahwa suatu populasi terwakili dengan jumlah kuota yang diambil. Teknik
mengambil sampel quota dapat saja berupa accidental sampling. Keuntungan metode ini
adalah karena murah, mudah dan cepat. Kelemahannya teknik ini membuat peneliti
cenderung mengambil orang yang mudah didekati atau yang berada disekitarnya sehingga
kemungkinan bias tentu saja semakin besar. Studi-studi tentang respon konsumen
seringkali didekati dengan teknik sampling ini . Misalnya, di sebuah kantor terdapat
pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari
30 orang pegawai dari kedua gender tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-
laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik
pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara
kebetulan saja. Sampel yang diambil dengan teknik ini mungkin mencerminkan
populasinya sehingga generalisasi terhadap temuan sangat terbatas.

Purposive Sampling. Merupakan teknik non probability sampling yang memilih orang-
orang yang terseleksi oleh peneliti berpengalaman berdasarkan ciri-ciri khusus yang
dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive sampling tergantung pada keahlian
dan kreativitas peneliti. Teknik sampling ini bermanfaat jika generalisasi untuk populasi
umum tidak diperlukan. Berikut contoh penarikan purposive sampling:
• Penelitian dengan tema: pembiayaan bank syariah. Sampel purposive: manager
pemasaran dan account officer

9
• Penelitian dengan tema: Layanan Bank Syariah. Sampel purposive: Karyawan
bagian front office dan nasabah yang bertransaksi di bagian front office
• Penelitian dengan tema pembangunan masyarakat perdesaan. Sampel purposive
adalah pemuka adat-pemuka masyarakat-pejabat pemerintahan daerah.
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi,
judgement sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena
mereka mempunyai “information rich”.

Judgement Sampling. Prosedur penerapan sampling ini dilakukan dengan cara memilih
subjek yang dapat memberikan informasi terbaik yang diperlukan. Teknik sampling ini
membutuhkan Teknik khusus untuk mencari akses terhadap individu yang expert
dibidang nya dan mempunyai kemampuan terbaik dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan. Misalkan peneliti ingin mencari tahu factor-faktor penentu kesuksesan
branch manager dalam memperluas segmentasi pasar bank Syariah. Sumber informasi
yang paling tepat dalam menjawab persoalan ini adalah mereka yang duduk di level
branch manager, top manager atau middle manager di sebuah bank Syariah. Judgement
sampling tidak memerlukan jumlah yang banyak namun mengutamakan pemberi
informasi terbaik.

Snowball Sampling. Prosedur sampling dimana sampel awal dipilih secara acak
kemudian mereka diminta memberikan informasi rekan-rekan mereka lainnya untuk
dijadikan responden tambahan. Semakin lama kelompok responden makin membesar
seperti bola salju yang menggelinding dari bukit. Biasanya teknik ini digunakan untuk
menjaring responden yang langka. Teknik ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak
tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu

10
dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel.
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui perilaku konsumsi konsumen dari
sekelompok komunitasi yang memiliki hobby membeli tas-tas branded atau barang-
barang antik. Peneliti cukup mencari salah satu pengkoleksi barang antik. Setelah selesai
peneliti tadi meminta si kolektor menunjukkan atau merekomendasi untuk mewawancarai
teman lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada para pecandu narkotika, pekerja seks
komersial, para gay, kelompok penggemar motor besar, kelompok rentenir, pemalsu
barang dan lainnya.

Sampling Kombinasi. Kombinasi sampling dapat dilakukan jika satu teknik tidak dapat
memberikan sampel yang representatif karena kompleksnya gejala yang di amati.
Penerapan sampling kombinasi dapat diterapkan untuk sebuah riset ekonomi Islam, misal
tema penelitian adalah “kajian tentang pengangguran terdidik”. Teknik Sampling yang
dapat diterapkan: 1) Pilih area sampling berdasarkan desa kota dengan cara purposive,
2) Lakukan stratified random sampling berdasarkan tingkat pendidikan, 3) Tarik populasi
pada masing-masing kelompok dalam jumlah yang proporsional secara acak. Dengan
demikian terdapat kombinasi empat Teknik sampling yang dapat digunakan untuk riset
tersebut.

UKURAN SAMPEL
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting
manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan
analisis kuantitatif (Ghozali, 2016; Puteri, 2014; Santoso & Tjiptono, 2001; Sugiyono,
2003). Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel tentu saja
tidak menjadi persoalan karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi dan
penamaannya pun mengacu pada informan penelitian saja.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa
faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2)
rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia (Masri & Effendi, 1989).
Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel
yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah

11
sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen
terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara
sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus
terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya. Makin sedikit
waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa
diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola
dengan baik (manageable). Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian
ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel
agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada yang
mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup,
tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau
ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari
populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian
perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15
elemen per kelompok (L.R & Diehl, 1992). Literature lainnya memberikan memberikan
pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut (Sekaran & Bougie, 2016) :
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD/SLTP/SMU,
dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variabel yang akan
dianalisis.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat,
ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Terkadang peneliti menanyakan berapakah sampel yang kita butuhkan untuk populasi
sejumlah 500? Cukupkah 30 % dari total tersebut ataukah cukup 100 saj sesuai
kemampuan peneliti? Sebagian informasi lainnya terkait penentuan sampel ini, beberapa
peneliti mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi
ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika
diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Bahkan jika

12
sampelnya di atas 500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji statistik. Terdapat
beberapa factor yang menentukan besar ukuran sampel yaitu (Ghozali, 2016):
1. Tujuan penelitian
2. Sampai seberapa jauh presisi (ketepatan) yang diinginkan
3. Risiko yang diterima untuk meramalkan tingkat ketepatan (tingkat kepercayaan)
4. Variabilitas dalam populasi
5. Batasan waktu dan biaya
6. Ukuran populasi itu sendiri

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, berikut beberapa teknik menentukan ukuran


sampel menurut beberapa ahli yang dapat dijadikan rujukan:

Penghitungan Sampel Penelitian Menurut Slovin. Slovin menawarkan formula dalam


penghitungan sampel penelitian, dengan asumsi data terdistribusi secara normal, sebagai
berikut:

N
n =
1 + N. e2

n = ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Batas kesalahan misal 5%

Penghitungan Sampel Penelitian Menurut Gay. Ada kategori jumlah sampel menurut
Gay berdasarkan pada jenis penelitian yang digunakan sebagai berikut (L.R & Diehl,
1992):
▪ Metode deskriptif : untuk populasi besar minimal 10% dari populasi sedangkan
untuk populasi kecil minimal 20% dari populasi
▪ Metode deskriptif korelasional: minimal 30 subjek
▪ Metode ex post facto: minimal 15 subjek perkelompok
▪ Metode eksperimental: minimal 15 subjek perkelompok

13
Penghitungan Sampel Penelitian Menurut Kracjie
Membuat suatu daftar yang disebut tabel kracjie untuk tingkat kesalahan  = 5% dan
jumlah populasi mulai dari 10 hingga 100.000. (Krejcie & Morgan, 1970) .membuat
daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut:

Tabel 4. Penentuan Sampel Dengan Table Krejcie


Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384

14
Referensi:
Cooper, D. R., & Emory, C. W. (1996). Metode penelitian bisnis. Jakarta: Erlangga.
Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif untuk Akuntansi, Bisnis,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Semarang: Yoga Pratama.
Krejcie, R. V, & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities.
Educational and Psychological Measurement, 30(3), 607–610.
L.R, G., & Diehl. (1992). PL Research Methods for Business and Management.
Management.
Masri, S., & Effendi, S. (1989). Metode penelitian survey. LP3Es, Jakarta.
Puteri, H. E. (2014). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Perbankan Islam. IAIN
Bukittinggi Press.
Santoso, S., & Tjiptono, F. (2001). Riset Pemasaran: konsep dan aplikasi dengan SPSS.
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building
approach. John Wiley & Sons.
Singh, Y. K. (2006). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New Age
International (P) Ltd., Publishers.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis (Cetakan ke). Bandung: Alfabeta.

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai