Danish Putra Dandi – 5027201048 – RSUD Embung Fatimah
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Rumah sakit di Indonesia
Saat ini pandemi Covid-19 sedang menguji ketahanan sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kemampuan dalam merespons secara cepat dan tepat menjadi kunci agar kita dapat melalui krisis ini dengan baik sesuai dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI. Kondisi bencana Covid-19 membawa dampak pada kualitas dan keamanan dari pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Ukuran dari dampak tersebut susah untuk diukur akan tetapi dapat dikaji menggunakan dimensi kualitas dari Institute of Medicine (IOM) yakni pelayanan kesehatan yang diberikan harus aman, efektif, berfokus pada pasien, tepat waktu, efisien, dan adil.Sedangkan tingkat infeksi nosokomial (infeksi yang dapat terjadi pada pasien selama mereka menjalani perawatan di rumah sakit) terjadi pada 7-10 pasien di antara 100 pasien yang menjalani rawat inap. Kesalahan atau keterlambatan diagnosis penyakit berkontribusi terhadap kematian yang terjadi di rumah sakit sekitar 10%. Selain itu, kegagalan dalam berkomunikasi di antara tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan berkontribusi 70% terhadap insiden yang menyebabkan pasien meninggal atau menyebabkan pasien mengalami disabilitas. Pada kondisi pandemi ini, angka-angka tersebut kemungkinan menjadi lebih besar. Untuk mencegah infeksi selama di rumah sakit, protokol pengendalian infeksi Covid-19 dibuat sangat ketat. Item yang diatur meliputi berbagai aspek, mulai dari alur masuk pasien ke rumah sakit, ketika pasien berada di ruang tunggu, pengelompokan pasien berdasar kondisinya, saat pasien harus dibawa ke unit pelayanan lain di rumah sakit, perawatan di ruang isolasi ataupun di ruang perawatan intensif, pengelolaan linen, bahkan sampai pengelolaan limbah. Lebih dari setengah (53%) dari 155 negara yang disurvei menyatakan akses dan layanan masyarakat untuk pengobatan hipertensi menjadi tertunda. Dampak serupa juga tampak pada 49% untuk pengobatan diabetes dan komplikasi yang berhubungan dengan diabetes, 42% untuk pengobatan kanker, dan 31% untuk keadaan darurat kardiovaskular. Bahkan program pencegahan seperti skrining (kanker payudara dan serviks) juga ikut terganggu di lebih dari 50% negara Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan ventilator hanya dimiliki oleh 60% rumah sakit di Indonesia. Terbanyak di Jawa Barat ada sekitar 1.200 unit, sedangkan paling sedikit di Maluku (22 ventilator). Jumlah rata-rata ventilator secara kasar, di setiap rumah sakit hanya sekitar 3-4 unit yang amat sangat kurang untuk bisa memenuhi lonjakan pasien. Penyakit kanker dan pengobatannya, seperti kemoterapi dan terapi radiasi atau radioterapi, dapat menyebabkan sumsum tulang penderita kanker berhenti memproduksi sel darah putih yang berperan sebagai 'tentara' yang melindungi tubuh terhadap infeksi dan penyakit tertentu.Itulah sebabnya, penderita kanker akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuhnya tidak mampu melawan infeksi, termasuk infeksi virus Corona. Selain itu, kekurangan tempat tidur menyebabkan rumah sakit berusaha memulangkan pasien non-Covid-19 lebih cepat, yang menyebabkan pergantian tempat tidur yang tinggi. Meningkatnya jumlah pasien yang keluar rumah sakit lebih dini juga dapat membahayakan keselamatan pasien. Danish Putra Dandi – 5027201048 – RSUD Embung Fatimah