Kep Bencana
Kep Bencana
DISUSUN OLEH
Tresia Paruntung (C1714201048)
Tresia Tandi’ Pau (C1714201049)
Venska Triyana Pattirousamal (C1714201050)
Veronika Tumaruk (C1714201051)
Verrel Brayen Siahaya (C1714201052)
Veske Kiding (C1714201053)
Victor Aditya Dos Remedios (C1714201054)
Yovita Linda Jehani (C1714201055)
Yunety Avalda Lein (C1714201056)
Yunita Noviline Lawalata (C1714201057)
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini tentang “Komunikasi dan
Care Giver” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Bencana.
menyusun makalah ini. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa
maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna
A. LATAR BELAKANG.
Indonesia merupakan negeri yang beruntung karena dianugerahi oleh
Tuhan YME sumber daya alam yang berlimpah. Tanahnya yang subur,
alamnya yang indah beserta kandungan kekayaan di perut bumi nusantara
pantas untuk disyukuri oleh seluruh bangsa. Namun begitu, di balik kekayaan
alamnya, negeri nusantara menyimpan segudang potensi bencana baik alam
maupun non alam. Gempa, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran,
kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi dan lainnya menjadi bagian
kehidupan rakyat negeri ini. Terlepas bagi sebagian kalangan itu bentuk
cobaan dari Tuhan atau bukan, cara terbaik menyikapi ancaman bencana
adalah mempersiapkan diri sebelum bencana itu hadir.
Belajar dari bencana gempa dan tsunami Aceh-Nias 2004 yang
menimbulkan korban jiwa lebih dari dua ratus ribu jiwa, Indonesia baru mulai
mempersiapkan penanggulangan bencana dengan lebih terencana.
Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat
nasional dan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) di level daerah
diharapkan mampu mengefektifkan upaya untuk mempersiapkan masyarakat
menghadapi situasi bencana, mengatasi kondisi darurat bencana hingga
merehabilitasi pasca-bencana. Kehadiran UU nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana juga merupakan bagian dari rencana bangsa ini
mempersiapkan segala potensi menghadapi bencana.
Penanggulangan bencana harus didukung dengan berbagai pendekatan
baik soft power maupun hard power untuk mengurangi resiko dari bencana.
Pendekatan soft power adalah dengan mempersiapkan kesiagaan masyarakat
melalui sosialisasi dan pemberian informasi tentang bencana. Sementara hard
power adalah upaya menghadapi bencana dengan pembangunan fisik seperti
membangun sarana komunikasi, membangun tanggul, mendirikan dinding
beton, mengeruk sungai dan lain-lain. Dalam UU, dua hal ini yang disebut
mitigasi bencana. Pada dua pendekatan inilah, komunikasi bencana amat
dibutuhkan.
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat
bencana, tapi juga penting pada saat dan pra bencana. Mempersiapkan
masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan. Selain
informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan
dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan
secara berkelanjutkan. Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak
cukup untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam.
Cara menyampaikan informasi juga harus dilakukan dengan tepat.
Kekeliruan dalam mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa menimbulkan
ketidakpastian yang memperburuk situasi. Dalam situasi ini, pendekatan
komunikasi budaya dan lintas budaya amat dibutuhkan
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
2. Apa fungsi dari komunikasi?
3. Apa saja yang menjadi landasan komunikasi bencana?
4. Bagaimana proses manajemen komunikasi bencana saat tanggap darurat?
5. Bagaimana pengelolaan data dan infromasi penanggulangan?
6. Bagaimana desain sistem penyebaran informasi?
7. Apa yang dimaksud dengan Care Giver ?
8. Apa saja karakteristik Care Giver?
9. Apa saja jenis-jenis Care Giver?
10. Apa saja tugas-tugas Care Giver?
11. Bagaimana standarisasi petugas pelayanan Kesehatan dan Care Giver
dalam bencana?
12. Bagaimana perlindungan dan perawatan petugas dan Care Giver ?
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi.
2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi.
3. Untuk mengetahui landasan komunikasi bencana.
4. Untuk mengetahui proses manajemen komunikasi bencana saat tanggap
darurat.
5. Untuk mengetahui pengelolaan data dan infromasi penanggulangan.
6. Untuk mengetahui desain sistem penyebaran informasi.
7. Untuk mengetahui definisi Care Giver.
8. Untuk mengetahui karakteristik Care Giver.
9. Untuk mengetahui jenis-jenis Care Giver.
10. Untuk mengetahui tugas-tugas Care Giver.
11. Untuk mengetahui standarisasi petugas pelayanan Kesehatan dan Care
Giver dalam bencana.
12. Untuk mengetahui perlindungan dan perawatan petugas dan Care Giver.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Fungsi Komunikasi.
Komunikasi yang berada di dslam jarring koordinasi untuk
penanganan bencana (disaster) harus berfungsi setiap saat, baik pada
tahap sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, maupun pada tahap
pasca terjadinya bencana. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:
a. Early Warning System (sarana peringatan dini) yang dilakukan
untuk memprediksi akan terjadinya bencana sejak awal, sehingga
semua usaha pertolongan dan penyelamatan dapat dilakukan tepat
waktu, terseleksi tepat guna) dan mengurangi timbulnya kerugian
yang banyak (harta benda bahkan jiwa manusia).
b. Sarana koordinasi antar semua institusi atau organisasi yang akan
terlibat dalam operasi, agar menemukan cara yang tepat, cepat,
efektif dan efisien.
c. Sarana untuk memberikan perintah dan berita-berita.
d. Sarana bantuan administrasi dan logistik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu maksud, tujuan,
ataupun berita-berita kepada pihak lain dan mendapatkan respon atau
tanggapan sehingga masing-masing pihak mencapai pengertian yang
makasimal. Bentuk komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tulisan,
isyarat dan juga media lainnya.
Berkaitan dengan bencana, komunikasi dapat berfungsi sebagai radar
sosial yang memberi kepastian kepada pihak lain mengenai adanya
bencana di suatu tempat. Dalam konteks ini, komunikasi diperuntukkan
pada kegiatan pra bencana yang meliputi kesiagaan, peringatan dini dan
mitigasi.
Komunikasi yang berada di dslam jarring koordinasi untuk
penanganan bencana (disaster) harus berfungsi setiap saat, baik pada tahap
sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, maupun pada tahap pasca
terjadinya bencana.
Proses penyebaran informasi dimulai dari sumber informasi, seperti
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik (BMKG), Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan SAR Nasional
(BASARNAS), para relawan dan masyarakat. Selanjutnya informasi
diverivikasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk
mengecek kebenarannya dan dikirim ke operator seluler yang selanjutnya
disebarluaskan ke masyarakat di daerah yang ditujuh melalui pesan
singkat.
Care giver adalah individu yang memberikan bantuan kepada orang
lain yang mengalami disabilitas atau ketidakmampuan dan memerlukan
bantuan dikarenakan penyakit dan keterbatasannya yang meliputi
keterbatasan fisik dan lingkungan.
Untuk memastikan kualitas dan profesionalitas dalam menangasi
kondisi gawat darurat dan tanggap bencanam ada beberapa sertifikasi yang
ditetapkan oleh negara
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi
hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum. Perlidungan hukum adalah suatu
Perlindungan yang diberikan keada subjek hukum sesuai dengan aturan
hukum, baik itu yang bersifat prevenif (pencegahan) maupun dalam
bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis
maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.
B. SARAN.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan. Semoga dapat menjadi bahan acuan
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan. Adapun, semoga makalah ini
dapat menambah wawasan yang berarti bagi pembaca mengenai proses
penanggulangan bencana baik dari segi komunikasi dan penyebaran
informasi serta perlindungan hukum pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, M. (2007). Caregiving and the Elderly. Ohio: Case Western Reserve
University.
BNPB (2011). PerKa Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17
Tahun 2011 Tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana. Jakarta:
Mentri Hukum & HAM.mc
Lestari, Puji. 2013. Manajemen Komunikasi Bencana Gunung Sinabung 2010
Saat Tanggap Darurat. Yogyakarta: UPN Veteran.
McQuerry, L. (2012). Good Qualities of a Caregiver. USA: Presbyterian Chruch.
M. Fakih, S.H., M.Si. (2013). Aspek Keperdataan Dalam Pelaksanaan Tugas
Tenaga Keperawatan Di Bidang Pelayanan Kesehatan Di Provinsi
Lampung. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Prasojo, I. (2011). Desain Sistem Penyebaran Luasan Informasi Bencana Alam
Dengan Telepon Seluler. Yogyakarta: UPN Veteran.
Rudianto. 2015. Komunikasi Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal Simbolika.
Volume 1. Nomor 1.
Widiastuti, R. (2009). Coping Stress Pada Primary Caregiver. Medan: F.
Psikologi USU.