Anda di halaman 1dari 6

Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.

php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

PENGARUH BIBLIOTERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD TERPADU AISYIYAH
NUR’AINI YOGYAKARTA
Rosikhah Al-Maris*, Yayi Suryo Prabandari**, Akhmadi*
*Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
**Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,

Abstrak
Kecemasan masuk sekolah secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari kecemasan umum
akibat rasa takut berpisah dari ibu atau pengganti ibu, dan ketidakmampuan berdiri sendiri.
Kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah akan berisiko mengganggu tumbuh kembang
anak. Pada anak, membaca merupakan bagian dari fokus perkembangan. Biblioterapi merupakan
salah satu bentuk dari terapi yang melibatkan buku untuk membantu anak dengan masalah mental
maupun emosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biblioterapi terhadap tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta. Penelitian
ini adalah quasi experimental dengan pre-test dan post-test design tanpa kelompok kontrol. Penelitian
ini dilakukan di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta pada bulan September 2015 dengan
besar sampel 27 responden yang pada pelaksanaan biblioterapi dibagi menjadi tujuh kelompok kecil.
Instrumen pengukuran tingkat kecemasan yang digunakan adalah SCAS (Spence Children’s Anxiety
Scale) yang ditulis oleh Susan H. Spence tahun 2000. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon,
dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah biblioterapi berpengaruh
secara signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia prasekolah di PAUD Terpadu
Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta.

Kata Kunci: Biblioterapi; Kecemasan; Prasekolah; Anak

Abstract
[Effect of Bibliotherapy on The Anxiety Level of Preschool Children at PAUD Terpadu Aisyiyah
Nur’Aini Yogyakarta]. Attending school anxiety can be defined as part of common anxiety parted
from mother or family. Experiencing anxiety by preschool child aged will risky disturbing children’s
development and sprouting. For children, reading is a part of focus development. Bibliotherapy is one
form of therapy that involves book to help children with mental or emotion problems. This research
was to identify effects of bibliotherapy on the anxiety level of preschool child at PAUD Terpadu
Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta. This research was a quasi-experimental research using pre-test post-
test without control group design. It was conducted at PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta
on September 2015. The samples included 27 respondents consisting of seven groups during
bibliotherapy process. This research employed an instrument, namely Spence Children’s Anxiety
Scale (SCAS) written by Susan H. Spence. Data were analyzed using Wilcoxon test, with p = 0,000 <
0,05. Bibliotherapy does have significant effect on the anxiety level of preschool child at PAUD
Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta.

Key words: Bibliotherapy, Anxiety, Preschool, Child

Article info: Sending on April 20, 2019; Revision May 06, 2019; Accepted on May 25, 2019

--------------------------------------------
*) Corresponding author:
Email : rosikhah.almaris@gmail.com

630
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

1. Pendahuluan mengatasi permasalahan yang sedang menimpa salah


Anak adalah individu yang masih bergantung satu individu (Amer, 1999). Biblioterapi telah
pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya digunakan untuk memfasilitasi komunikasi terbuka di
membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi antara anak, orangtua, dan guru (Gregory & Vessey,
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk 2004).
belajar mandiri (Supatini, 2004). Jumlah anak usia
prasekolah, berdasarkan Survei Ekonomi Nasional 2. Metode
tahun 2001, sebesar 20,72% dari jumlah total Penelitian ini dilaksanakan di PAUD terpadu
penduduk Indonesia (Badan Perencanaan Nasional, Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta. Sejak berdiri, PAUD
2004). Nur’aini berkembang hingga memiliki total murid
Hasil survei tahun 2006 menunjukkan bahwa berjumlah 134 anak yang tergabung di taman asuh
pada minggu-minggu pertama anak memasuki taman anak (TAA), play group (PG), dan TK. Penelitian
kanak-kanak, beberapa anak menangis karena harus dilakukan pada bulan September 2015.
berpisah dengan orangtuanya, anak tidak ingin Populasi penelitian adalah semua anak usia
ditinggal orangtuanya, anak menjadi pendiam dan prasekolah yang bersekolah di PAUD Terpadu
pemalu, dan anak datang ke sekolah dengan wajah Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta. Populasi dalam
murung (Elvidawati & Mulyati, 2006). Fenomena ini penelitian ini berjumlah 89 anak. Sampel pada
tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di penelitian ini adalah anak usia prasekolah di PAUD
Amerika Serikat yang juga banyak ditemui anak-anak Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta dan
yang mengeluh dan menolak untuk pergi ke sekolah. memenuhi kriteria penelitian menjadi sampel.
Penolakan tersebut ditunjukkan dengan munculnya Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
keluhan anak, seperti: sakit perut setiap Senin pagi, (1) anak terdaftar di PAUD Terpadu Aisyiyah
anak terlihat enggan dan harus dipaksa berangkat ke Nur’Aini Yogyakarta, (2) anak berusia 3-6 tahun, (3)
sekolah, anak dengan sengaja melupakan sesuatu dari screening awal yang sudah dilakukan, anak
supaya terlambat pergi ke sekolah, anak sering teridentifikasi mengalami kecemasan, dan (4) anak
berkata benci sekolah atau tidak ingin berangkat dan orangtua bersedia menjadi responden. Kriteria
sekolah dan ketika berada di sekolah selalu eksklusi dalam penelitian ini adalah: (1) anak tidak
mengatakan ingin pulang (D’Alessandro & Huth, kooperatif, ditandai dengan: anak dalam kondisi sakit
2002). atau lemah fisik, anak mengalami gangguan visual
Kecemasan yang dialami oleh anak usia dan atau pendengaran. Pada penelitian ini, peneliti
prasekolah akan berisiko mengganggu tumbuh mengambil sampel semua anak yang teridentifikasi
kembang anak. Kecemasan yang teratasi dengan mengalami kecemasan saat screening awal.
cepat dan baik akan membuat anak lebih nyaman dan Kecemasan pada anak usia prasekolah bisa
lebih kooperatif. Jika kecemasan berlangsung lama diukur dengan menggunakan Spence Children’s
dan tidak teratasi, maka akan menimbulkan reaksi Anxiety Scale (SCAS) yang ditulis oleh Susan H.
kekecewaan pada orangtua yang akan menimbulkan Spence tahun 2000. Kuesioner ini ditujukan kepada
sikap pelepasan pada anak, sehingga anak mulai tidak caregiver anak yang dinilai paling memahami
peduli dengan ketidakhadiran orangtuanya dan lebih kondisi anak. Dalam kuesioner SCAS tersebut
memilih untuk berdiam diri (Wong, 2008). Dampak terdapat 28 item pertanyaan, serta satu tambahan
buruk dari kecemasan pada anak yang mengalami pertanyaan yang jika dijawab “Ya” maka orangtua
kecemasan berat pada tingkat satu akan sepuluh kali diminta melanjutkan menjawab pertanyaan tambahan
memperoleh prestasi di bawah teman-temannya yang hingga nomor 34. Jumlah skor maksimal pada skala
lain saat berada di tingkat lima (Spence, 2001). kecemasan SCAS prasekolah adalah 112. 28 item
Pada anak, membaca merupakan bagian dari kecemasan tersebut memberikan ukuran keseluruhan
fokus perkembangan. Buku mampu mengarahkan kecemasan, yang menekankan pada lima sub-skala
anak menjadi lebih mengerti lingkungan dan situasi dari kecemasan anak yang meliputi: kecemasan
yang sedang mereka hadapi (Goddart, 2011). umum (item nomor 1, 4, 8, 14, dan 28) kecemasan
Biblioterapi merupakan salah satu bentuk dari terapi sosial (item nomor 2, 5, 11, 15, 19 dan 23) gangguan
yang melibatkan buku untuk membantu anak dengan obsesif kompulsif (item nomor 3, 9, 18, 21 dan 27) ,
masalah mental maupun emosi (Pardeck & Pardect, ketakutan cedera fisik (item nomor 7, 10, 13, 17, 20,
1994). Biblioterapi menjadi terapi dengan membantu 24 dan 26) , dan kecemasan pemisahan (item nomor
anak mengidentifikasi situasi sulit yang sedang 6, 12, 16, 22 dan 25) (Spence, 2001).
dialaminya berdasarkan cerita fiksi yang dibacanya Screening awal dilakukan dengan
melalui buku (Prater et al., 2006). Penelitian membagikan kuesioner SCAS kepada 89 wali anak
mengenai biblioterapi sudah banyak dilakukan untuk mendeteksi adanya kecemasan kepada anak.
peneliti dari berbagai benua, di antaranya Asia, Setelah peneliti membagikan kuesioner, wali anak
Amerika, juga Eropa. dibolehkan untuk membawa pulang kuesioner dan
Buku sekaligus bisa dijadikan sebagai sarana maksimal dua hari dikumpulkan kembali di kantor
komunikasi yang terstuktur di antara dua individu guru. Dari 89 kuesioner yang telah dibagikan peneliti,
yang nantinya diharapkan bisa membantu dalam terdapat tiga kuesioner yang tidak kembali. Peneliti

631
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

kemudian melakukan penghitungan skor pada 86 kecemasannya tetap. Hasil dari penelitian ini
kuesioner dan mendapati 27 anak teridentifikasi memiliki nilai p 0,000 (< 0,05), sehingga bermakna
mengalami kecemasan, yaitu: cemas ringan, sedang, terdapat penurunan kecemasan yang signifikan
bahkan berat. Semua anak yang mengalami setelah diberikan intervensi biblioterapi.
kecemasan dijadikan sampel, dan diberi terapi biblio.
Tahap selanjutnya adalah tahap intervensi, Tabel 1. Data demografi responden biblioterapi di
yaitu peneliti melakukan sendiri biblioterapi selama PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta,
enam hari dengan masing-masing durasi 30 menit. September 2015, (n = 27)
Sebanyak 27 anak yang pada tahap pre-test Responden
teridentifikasi mengalami kecemasan dibagi menjadi Karakteristik
N %
tujuh kelompok berdasarkan usia dan kelas yang Jenis kelamin
sama. Dalam satu kelompok terdiri dari 3-4 anak. 1. Laki-laki 5 18,5
Peneliti memulai biblioterapi pukul 8 pagi bergilir 2. Perempuan 22 81,5
pada semua kelompok hingga selesai. Proses rolling Usia
kelompok saat terapi dibantu oleh guru kelas masing- 1. 3-4 tahun 13 48,1
masing. 2. 4-5 tahun 6 22,2
Setelah tahap terapi biblio selama enam hari 3. 5-6 tahun 8 29,6
selesai, tahap selanjutnya adalah tahap post-test. Jenis kelas
Sampel yang berjumlah 27 diukur kembali tingkat 1. Reguler 17 63,0
kecemasannya dengan membagikan kuesioner 2. Fullday 10 37,0
tingkat kecemasan untuk diisi lagi oleh wali anak Tahun terdaftar
atau perwakilan anak yang sudah mengisi kuesioner di PAUD 3 11,1
saat screening awal. Jika saat pengukuran tingkat 1. 2013 5 18,5
kecemasan post pemberian terapi biblio, terdapat 2. 2014 19 70,4
anak yang masih mengalami kecemasan, maka 3. 2015
peneliti akan melanjutkan pemberian biblioterapi
kepada anak selama enam hari berikutnya. Tabel 2. Gambaran tingkat kecemasan responden
Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu biblioterapi di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’ Aini
melakukan uji normalitas menggunakan Shapiro- Yogyakarta, September 2015, (n = 27)
Wilk karena jumlah populasi < 200 orang. Dari hasil
Tingkat Pre-test Post-test
uji normalitas, jika disimpulkan data terdistribusi
kecemasan N % N %
tidak normal, maka pengaruh biblioterapi terhadap
tingkat kecemasan akan diuji menggunakan Tidak cemas 0 0,0 18 66,7
Wilcoxon. Ringan 22 81,5 9 33,3
Sedang 4 14,8 0 0,0
3. Hasil Berat 1 3,7 0 0,0
Gambaran responden dalam penelitian ini
terdiri atas data demografi, meliputi jenis kelamin, Tabel 3. Pengaruh biblioterapi terhadap tingkat
usia, jenis kelas, dan tahun terdaftar di PAUD. kecemasan di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini
Menurut data demografi, responden sebagian besar Yogyakarta, September 2015 (n = 27)
adalah perempuan dengan jumlah 22 orang (81,5%) Kecemasan N Mean P
dan responden paling banyak berusia 3-4 tahun, yaitu pre-test 27 42.00
13 orang (48,1%). PAUD yang dijadikan tempat 0,000
post-test 27 27.19
penelitian memiliki dua jenis kelas, yaitu kelas
reguler dan kelas fullday. Responden paling banyak 4. Pembahasan
termasuk ke dalam kelas reguler, yaitu berjumlah 17 Gambaran data demografi responden dalam
orang (63,0%). Responden paling banyak terdaftar penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, jenis kelas,
sejak tahun 2015, yaitu berjumlah 19 orang (70,4%). dan tahun masuk PAUD. Responden penelitian
Tabel 2 menunjukkan tingkat kecemasan sebagian besar adalah perempuan sejumlah 22 orang
berdasarkan kuesioner yang diisi orangtua responden (81,5%). Teridentifikasinya responden berjenis
saat pre-test, dengan mayoritas responden mengalami kelamin perempuan yang lebih banyak mengalami
kecemasan ringan, yaitu 22 orang (81,5%) dan pada kecemasan sesuai dengan teori yang menyatakan
saat post-test responden yang mengalami kecemasan bahwa perempuan lebih mudah cemas dibandingkan
ringan turun menjadi sembilan orang (33,3%), dengan laki-laki karena laki-laki lebih aktif dan
sedangkan mayoritas responden tidak mengalami eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif dan
kecemasan, yaitu sejumlah 18 orang (66,7%). menggunakan perasaan (Myers, 1983).
Tabel 3 menunjukkan perbandingan tingkat Kelompok usia terbanyak yang mengalami
kecemasan saat pre-test dan post-test. Terdapat 22 kecemasan adalah usia 3-4 tahun sejumlah 13 orang
orang yang kecemasan pada saat post-test lebih (48,1%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin
rendah daripada pre-test, dan lima orang tingkat tua seseorang, semakin baik ia dalam mengendalikan
632
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

emosinya, sehingga juga mempengaruhi dalam pucat, pernafasan cepat, dan berkeringat memang
pengontrolan kecemasan (Kartono, 2002). Responden berkaitan dengan teori psikoneuroimmunologi.
yang berusia lebih muda cenderung lebih diam dan Bersumber dari kecemasan anak pada
tidak banyak berkomentar saat biblioterapi dilakukan. lingkungan sekolah yang mengharuskan anak
Hal ini bisa terjadi karena responden yang merupakan berpisah sementara dengan rumah dan keluarga,
anak-anak masih membutuhkan waktu untuk sekaligus mengondisikan anak mengikuti kegiatan di
beradaptasi dengan situasi kelompok kecil dan lingkungan yang masih asing juga bersama orang-
aktivitas yang baru untuk mereka. Berbeda dengan orang asing. Kondisi stress dan ketegangan itulah
responden yang berusia lebih tua, mereka dominan yang dihadapi anak usia prasekolah pada periode
sudah mampu mengutarakan komentar dan lebih perkembangannya. Teori perkembangan berpendapat
cepat berbaur dengan peneliti selama kegiatan bahwa perkembangan manusia terjadi sepanjang
biblioterapi. siklus kehidupan dengan masing-masing tahap
Menurut data karakteristik jenis kelas, perkembangan menghadapkan individu pada krisis
responden terbanyak mengalami kecemasan pada yang dihadapi (Erikson, 1994). Pada anak usia
kelas reguler sejumlah 17 orang (63,0%). Kelas prasekolah, jika krisis (stresor) ini dapat dilewati
reguler merupakan kelas yang mengikuti kegiatan di dengan baik, maka ke depannya perkembangan
PAUD dari pukul 7.30 hingga pukul 11 siang dan mereka akan semakin sehat. Berbeda jika krisis ini
merupakan kelas yang paling banyak. Responden tidak mampu dihadapi dan terus berkelanjutan, maka
terbanyak yang mengalami kecemasan adalah yang tugas perkembangan bisa gagal dilewati sekaligus
terdaftar pada tahun 2015 sejumlah 19 orang menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ
(70,4%), kemudian tahun 2014 sejumlah 5 orang tubuh. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
(18,5%), dan tahun 2013 sejumlah 3 orang (11,1%). bahwa stresor pertama kali ditampung oleh
Hal ini sesuai dengan penelitian yang menemukan pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang
bahwa lama terpapar stresor merupakan salah satu terletak di sistem saraf pusat (Dhabhar & Mc.Ewen,
faktor yang mempengaruhi kecemasan (Sarinti, 2001). Dari sini, stresor akan dialirkan ke organ
2007). Hal ini berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh melalui saraf otonom. Organ yang antara lain
seseorang untuk beradaptasi terhadap tempat yang dialiri stresor adalah kelenjar hormon dan terjadilah
baru dan asing. Tahun ajaran baru untuk 2015 perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya
dimulai pada bulan Juni, yang artinya sejumlah anak akan menimbulkan tanda dan gejala patologis.
yang terdaftar di PAUD tahun 2015 dan Pada item kuesioner nomor 23: Anak saya
teridentifikasi mengalami kecemasan, baru sekitar takut pergi ke kelompok bermainnya (PAUD), 19
dua bulan beradaptasi di PAUD. responden (70,3%) menjawab “sering”. Begitupun
Pada hasil pengukuran kecemasan dengan item kuesioner nomor 2: Anak saya tidak
berdasarkan kuesioner SCAS, diketahui bahwa percaya diri di depan banyak orang, jumlah
responden yang mengalami kecemasan teridentifikasi responden yang menjawab “sering” masih dominan,
mengalami gangguan dominan pada item nomor 2, 5, yaitu sejumlah 15 responden (55,5%). Dari hasil
11, 15, 16, 22, dan 23. Dari 27 responden, 25 analisis peneliti, kemampuan bersosialisasi memang
responden (92,5%) menjawab “sering” untuk item memegang peranan penting jika dikaitkan dengan
kuesioner nomor 22: Anak saya menjadi rewel saat kecemasan anak selama di sekolah. Teori
akan saya tinggalkan di sekolahnya. Pada item pertumbuhan dan perkembangan juga berperan. Pada
kuesioner nomor 16: Anak saya khawatir sesuatu anak usia prasekolah yang sedang dalam
yang buruk akan terjadi padanya saat di sekolah kecenderungan iniatiative-guilty, anak dikatakan
(misalnya: diculik, jatuh, dan sebagainya); dari 27 telah memiliki beberapa kecakapan untuk
responden, sejumlah 15 responden (55,5%) berhubungan sosial. Kecakapan yang dimiliki ini di
menjawab “sering”. Hal ini sesuai dengan hasil antaranya adalah: sudah mampu berbicara, menyapa,
penelitian yang menemukan bahwa kecemasan anak mengungkapkan pendapat, juga berkenalan.
saat akan berangkat sekolah bisa ditunjukkan dengan Kecakapan sosialisasi anak pada usia prasekolah
penolakan saat berangkat dengan munculnya masih terbatas, sehingga adakalanya anak mengalami
berbagai keluhan seperti sakit perut setiap pagi, anak kegagalan dan memunculkan rasa bersalah atau
terlihat enggan dan harus dipaksa berangkat ke sementara waktu anak tidak mau berinisiatif kembali
sekolah, anak dengan sengaja melupakan sesuatu (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan
supaya terlambat pergi ke sekolah, anak sering pernyataan bahwa penyebab dari kecemasan masuk
berkata benci sekolah atau tidak ingin berangkat sekolah salah satunya adalah kegagalan dalam
sekolah dan ketika berada di sekolah selalu menjalin hubungan dan interaksi sosial dengan teman
mengatakan ingin pulang (D’Allessandro & Huth, sebayanya (Kartono, 2002). Kegagalan ini akan
2002). membuat rasa cemas pada diri anak, dia diterima atau
Berdasarkan analisis peneliti dari hasil ditolak oleh teman sebayanya. Pada anak usia
penelitian yang didapatkan, tanda dan gejala yang prasekolah, lingkungan ternyaman adalah saat
muncul saat anak mengalami kecemasan, seperti: bersama orangtuanya. Rasa nyaman tersebut akan
anak mengatakan pipis padahal tidak, anak terlihat terganggu saat harus dihadapkan pada situasi ketika

633
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

ia bisa terpisah sementara waktu dengan orangtuanya menunjukkan perubahan yang lebih baik terbukti
(Spence, 2001). dengan skor kecemasan yang mengalami penurunan,
Setelah post-test dilakukan, meski masih juga respon anak ketika proses biblioterapi dilakukan
terdapat sembilan orang (33,3%) yang termasuk yang kian bersahabat setiap harinya, seperti:
dalam kecemasan ringan, namun dari skor tersenyum, mau dan mampu mempertahankan kontak
penghitungan kuesioner, terdapat penurunan skor mata dengan peneliti, tidak pucat, berkeringat
kecemasan pada responden tersebut. Dari pengakuan berlebih, dan pernafasan tidak meningkat jika
guru kelas, terdapat responden yang teridentifikasi dibandingkan pada saat awal proses biblioterapi
mengalami kecemasan, sebelum mengikuti dilakukan.
biblioterapi tidak bersedia mengikuti kegiatan kelas Biblioterapi dapat digunakan dalam terapi
seperti menyanyi dan aktivitas di luar kelas. Berbeda kelompok sosial semua usia sekolah yang dirawat di
saat sudah mendapatkan biblioterapi, responden rumah sakit, yang menjalani rawat jalan atau bagi
tersebut mulai bersedia mengikuti kegiatan kelas. orang sehat yang ingin meningkatkan perkembangan
Berdasarkan analisis peneliti, anak memang pribadinya Pardeck & Pardeck, 1994). Nilai-nilai
merupakan individu yang unik, sehingga satu dengan yang terdapat pada biblioterapi pada anak adalah :
yang lainnya mempunyai kebutuhan dan perhatian bersifat terbuka dan menuntun untuk diskusi,
yang berbeda. Saat proses biblioterapi misalnya, menjawab pertanyaan yang belum terjawab,
untuk menarik perhatian dan mempertahankan memberikan pemahaman dan harapan, menyadarkan
ketertarikan antara satu anak dengan anak yang lain anak bahwa anak tidak sendiri, bermanfaat bagi
sangat berbeda. Terdapat anak yang dengan mudah pengasuh (memberdayakan dan mendidik), dan
mengikuti jalan cerita, namun juga ada yang hanya sebagai terapi tambahan bukan terapi pengganti (Gale
tertunduk dan menghindari kontak mata dengan & Austin, 2003). Pernyataan di atas sesuai dengan
peneliti, sehingga peneliti harus memberikan kondisi saat anak menerima terapi biblio selama
sentuhan terapeutik ekstra agar anak tersebut enam hari. Saat melihat sampul buku bacaan yang
berkonsentrasi dengan cerita yang disampaikan oleh digunakan sebagai sumber terapi, beberapa anak
peneliti. sudah mampu mengutarakan pendapat dan cerita
Biblioterapi sendiri bisa menjadi sarana bagi mereka yang terkait dengan tema buku yang akan
anak untuk mendapatkan perhatian ekstra dari dibacakan.
fasilitator kelas, dalam hal ini adalah peneliti. Terdapat perubahan sikap anak selama proses
Berbeda dengan kelas biasa yang diikuti anak sehati- biblioterapi yang diamati oleh peneliti. Misalnya saja,
hari, yang mengharuskan anak berada pada kelompok saat hari pertama biblioterapi dilakukan, masih ada
kelas atau kelompok bermain dengan jumlah anak anak yang menangis dan menolak bertatapan muka
yang lebih banyak, sehingga kesempatan anak atau dengan peneliti, sehingga perlu untuk didampingi
guru untuk mengenal dan memperhatikan satu sama guru kelasnya selama sepuluh menit awal terapi.
lain cenderung lebih kecil. Teori menyatakan bahwa Berbeda saat sudah memasuki hari kedua, anak sudah
buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja mau bersalaman dan bertatap muka hingga
dalam mengenalkan anak-anak tentang kata, tetapi tersenyum. Gejala kecemasan yang muncul pada
juga membantu perkembangan bahasa lisan anak anak di antaranya adalah: menangis, keringat
(Behrman & Kliegman, 2000). Membaca dengan berlebih, dan anak tidak terlihat santai. Gejala
keras bersama anak juga merupakan proses interaktif, tersebut muncul pada beberapa responden di hari
orangtua atau guru dapat memfokuskan perhatian pertama dan kedua pelaksanaan biblioterapi
pada anak, sehingga baik dilakukan setiap hari. (Maramis, 2004).
Terdapat 22 orang yang kecemasan pada saat Pada penelitian ini, dari hari ke-1 hingga ke-6
post-test lebih rendah dari pada pre-test, dan 5 orang proses biblioterapi, responden semakin baik mampu
tingkat kecemasannya tetap. Hasil dari penelitian ini mengutarakan kembali isi dari buku yang sudah
memiliki nilai p 0,000 < 0,05, sehingga bermakna diceritakan oleh peneliti. Banyak penelitian
terdapat penurunan kecemasan yang signifikan mengungkapkan efek positif biblioterapi terhadap
setelah diberikan intervensi biblioterapi. Terdapat stresor yang dialami anak. Penelitian seputar
lima responden yang tingkat kecemasannya tetap biblioterapi dilakukan dengan dasar bahwa
setelah post-test dilakukan, namun dari skor menggunakan cerita fiksi dapat mengembangkan self-
penghitungan kuesioner, semua responden esteem anak, membantu anak dengan kondisi
mengalami penurunan skor kecemasan dibandingkan penyakit kronis, kemudian mempersepsikan diri
dengan sebelum pemberian terapi biblio. Berdasarkan sesuai dengan kondisi pemeran utama buku yang
analisis peneliti, setelah proses biblioterapi enam dibacanya (Hayes & Amer, 1999) . Responden dalam
hari, jika responden sudah teridentifikasi mengalami penelitian ini juga mengungkapkan senang selama
penurunan skor kecemasan, maka biblioterapi sudah mengikuti biblioterapi bersama peneliti, bahkan ada
dapat dikatakan memiliki pengaruh yang baik. beberapa responden yang meminta peneliti untuk
Perihal masih terdapatnya lima responden yang datang kembali keesokan harinya dan membacakan
tingkat kecemasannya tetap, jika diruntut lebih detail buku cerita lagi.
ke-5 responden tersebut, sebenarnya mereka sudah

634
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), Mei 2019, 630-635

Teori tentang asal kecemasan di antaranya on immune function: Possible explanations for
bermula dari konflik emosional yang terjadi antara paradoxical observations.
dua elemen kepribadian – id dan superego (Stuart & Psychoneuroimmunology, 3rd, 301 – 338.
Sundeen, 2006) . Memang tidak dapat dipungkiri Elvidawati dan Mulyati. (2006). Hubungan antara
bahwa kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi ketrampilan sosial anak dengan kecemasan
dengan lingkungan di luar rumah erat kaitannya masuk sekolah. Psikologi. Naskah Publikasi.
dengan tipe kepribadian masing-masing individu. Erikson, E.H. (1994). Identity and the Life Cycle.
Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti tipe Online version. New York: International
kepribadian masing-masing anak. Universities Press.
Gale, A.U., & Austin, B.D. (2003). Professionalism’s
5. Kesimpulan challenges to professional counselors
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh collective identitiy. Journal of Counseling &
biblioterapi terhadap tingkat kecemasan anak usia Development, 81(1), 3-10.
prasekolah di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Goddard, A. T. (2011). Children's Books for Use in
Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa Sebelum Bibliotherapy. Journal Pediatric Health Care,
dilakukan biblioterapi, tingkat kecemasan pada anak 57-61.
usia prasekolah di PAUD Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Gregory, K. W. & Vessey, J. A. (2004).
Yogyakarta didominasi oleh tingkat kecemasan Bibliotherapy: A strategy to help student with
ringan. Setelah dilakukan biblioterapi, tingkat bullying. The journal of school Nursing, 20,
kecemasan pada anak usia prasekolah di PAUD 127 – 133.
Terpadu Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta didominasi Hayes, J. S., & Amer, K. (1999). Bibliotherapy:
oleh tidak cemas. Biblioterapi memiliki pengaruh Using fiction to Help Children in Two
yang signifikan terhadap penurunan tingkat Populations Discuss Feelings. Journal of
kecemasan anak usia prasekolah di PAUD Terpadu Pediatric, 25(1), p91.5p.
Aisyiyah Nur’Aini Yogyakarta. Kartono, K (2002) . Gangguan-gangguan Psikis.
Bandung: Penerbit Sinar Baru.
6. Saran Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran
Terdapat beberapa saran yang penulis berikan Jiwa. Surabaya: Airlangga. University Press.
terkait dengan proses dan hasil dari penelitian. Saran- Myers, E. G. (1983). Social Psychology. Tokyo.
saran tersebut antara lain Bagi orangtua anak, McGraw Hill.
diharapkan mampu mengidentifikasi kecemasan yang Pardeck, J.T., & Pardeck, J.A. (1994). Bibliotherapy:
terjadi pada anak dan tidak membiarkan begitu saja. a clinical approach for helping children. New
Orangtua dapat berkonsultasi dengan guru sekolah York: Gordon and Breach Science Publishers.
anak dan menerapkan beberapa cara yang dianjurkan Potter, P.A. & Perry, A.G (2005). Buku Ajar
untuk mengurangi kecemasan anak. Selain itu, bagi Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
profesi keperawatan, diharapkan mampu dan mau dan Praktik, 2 (5).Alih Bahasa : Yasmin, A.
menerapkan biblioterapi sebagai salah satu metode Jakarta : EGC.
menurunkan tingkat kecemasan. Bagi peneliti Prater, M.A., Johnstun, M.L., Dyches, T.T., &
selanjutnya, hendaknya bisa melakukan penelitian Johnstun, M.R. (2006). Using children’s
serupa dengan sampel yang lebih besar dan books as bibliotherapy for at riskstudents: A
menggunakan kelompok kontrol agar dapat guide for teachers, Preventing school Failure:
mengetahui perbandingan pengaruh antara kelompok Alternative Education for Children and Youth,
kontrol dan kelompok intervensi. 50 (4), 5-10.
Sarinti. (2007). Hubungan Jenis Penyakit dengan
7. Daftar Pustaka Lama Rawat Pasien Gangguan Fungsi
Amer. (1999). Bibliotherapy: Using fiction to Help Jantung di Ruang ICCU RSU Tugurejo
Children in Two Populations Discuss Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu
Feelings. Journal of Pediatric, 25(1), p91.5p. Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Badan Perencanaan Nasional (Bappenas). (online) Muhammadiyah Semarang.
http://www.bappenas.go.id/ Diakses pada Spence, H., Susan. (2001). The Structure of anxiety
tanggal 11 Maret 2013 Pukul 20.00 WIB. symptoms among praescholers. School of
Behrman, Robert M., Kliegman, Ann. (2000). Ilmu Psychology, University of Queesland,
Kesehatan Anak 15(2) Jakarta: EGC. 854 – Brisbane. Australia.
856. Stuart G. W., & Sundeen, S.J (2006). Buku Saku
D’Allessandro, D., huth, Lindsay. (2002). Children Keperawatan Jiwa, edisi 5.Jakarta: EGC.
and School Anxiety. (online) Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Keperawatan
http://www.vh.org.11/05/13 Diakses pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
tanggal 15 Juni 2014 Pukul 19.00 WIB. EGC.
Dhabhar, F.S., & McEwen, B.S. (2001). Bidirectional Wong, Dona L. (2008). Buku Ajar Keperawatan
effects of stress and glucocorticoid hormones Pediatric. Jakarta: EGC.

635
Copyright ©2019, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728

Anda mungkin juga menyukai