T O P I K : P E N D U D U K , S U M B E R D A Y A A L A M, D A N K E R U S A K A N L I N G K U N G A N
Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk dapat diartikan sebagai perubahan atau pergerakan dari orang (sekelompok orang/ populasi manusia) yang
mendiami suatu wilayah tertentu, perubahan berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kurun waktu tertentu menunjukkan perubahan
penduduk bersifat dinamis, terdapat variasi dan waktu ke waktu.
Faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika penduduk adalah:
a. kelahiran,
b. kematian, dan
c. perpindahan/migrasi.
Indikator yang menunjukkan pertumbuhan penduduk, dalam ilmu kependudukan (demografi) dikenal istilah angka kematian
kasar, angka kelahiran kasar, dan persentase pertumbuhan penduduk per tahun.
p = (1 - m) + (i - e)
Pertumbuhan populasi penduduk dapat dinyatakan dalam bentuk kurva yaitu kurva J dan kurva S, coba Anda perhatikan
perubahan kurva tersebut.
Silakan diskusikan dengan teman Anda apa isi pesan yang terkandung dalam kurva tersebut. Bila mana terjadi
hal tersebut bagaimana mengatasinya dan bagaimana jika tidak teratasi.
Saudara mahasiswa kita lanjutkan dengan materi penduduk dan sumber daya alam.
Alam merupakan penyedia seluruh kebutuhan dasar manusia, dengan bertambahnya pengetahuan manusia dan bergesernya
kebudayaan membawa konsekuensi pada perubahan pola hidup dan tingkat kebutuhan manusia akan sumber daya alam. Bagaimana
kaitan antara pola hidup manusia dengan lingkungannya?
Pola Hidup dan Kebutuhan Sumber Daya Alam
Pengaruh manusia terhadap alam pada mulanya sangat kecil dan terbatas pada lingkungan tertentu, hal ini karena jumlah
(populasi) manusia masih sedikit, membawa konsekuensi pola hidup masih dalam kelompok kecil dan sumber penghidupannya dan
lingkungan lokal. Tetapi saat ini populasi manusia telah mencapai angka lebih dari empat miliar jiwa yang semuanya sangat
bergantung pada dunia global, tidak hanya lingkungan lokal, untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Peningkatan populasi,
konsumsi, dan pencemaran tampak adanya tanda-tanda perubahan kultur secara cepat dari kelompok masyarakat tradisional yang
hanya berburu dan mengumpulkan makanan, ke masyarakat petani yang bercocok tanam sampai ke masyarakat industri dan
masyarakat yang peduli pada kelangsungan bumi.
Perubahan kebudayaan yang berhasil diciptakan manusia merupakan upaya untuk beradaptasi dan bertahan hidup, manusia
dengan akalnya dikaruniai kemampuan berpikir, merasakan, serta menciptakan alat-alat/teknologi yang dapat membantu manusia
dalam beradaptasi dengan alam. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan pola hidup dan kebudayaan manusia serta
tingkat pertumbuhan populasi manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Masyarakat Pemburu-Pengumpul Awal
Masyarakat pemburu-pengumpul tingkat awal ini diperkirakan oleh tiga pola adaptasi kultural (budaya)yaitu:
a. penggunaan benda-benda yang ada di sekitar untuk berburu, (misal batu, kayu sebagai alat pemukul, dan sebagainya),
mengumpulkan makanan, dan sekadar pakaian untuk pelindung tubuh;
b. belajar hidup dalam lingkungan/alam liar dengan organisasi sosial dan bekerja sama dengan manusia lain;
c. menggunakan bahasa sebagai alat/media bekerja sama serta berbagi pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Kelompok manusia purba bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan tanaman, yang sangat tergantung pada alam
karena:
a. hanya memiliki kemampuan yang terbatas, tidak mampu memburu hewan dalam jumlah banyak karena keterbatasan peralatan
yang mereka miliki.
b. tergantung pada lingkungan alam lokal untuk dapat bertahan hidup.
3. Masyarakat Petani
Pada masa ini manusia memulai sebuah perubahan besar-besaran dalam budaya mereka, yakni pertanian. Kelompok pemburu
dan pengumpul tingkat lanjut memulai perubahan budaya ini karena dipengaruhi kenyataan dan keadaan dengan semakin sedikitnya
jumlah hewan dan tumbuhan yang dapat dikumpulkan akibat perburuan berlebihan. Seiring dengan perkembangan ilmu yang
dimilikinya, mereka berupaya memelihara (mendomestikasi) hewan, mereka lantas menjadi penggembala, bukan lagi menjadi seorang
pemburu. Perubahan pola hidup ini juga tampak dan perilaku mereka yang membuka hutan untuk dijadikan lahan terbuka pertanian.
Mereka membuat dan menciptakan tongkat-tongkat pelubang tanah, menanam benih-benih dan akar tanaman kesukaan mereka. Pola
penanaman seperti ini lantas disebut sebagai tanaman budidaya dengan bercocok tanam di wilayah yang terbatas dekat dengan tempat
mereka.
Perkembangan lebih lanjut dari budaya bertani (agrikultur) ini adalah pertanian tanaman dasar untuk memenuhi kebutuhan
makanan pokok seperti gandum, kacang polong, beras, jagung, atau kentang yang diikuti ber-kembangnya pola agrikultur, dengan
mengolah lahan menggunakan bajak dan bantuan hewan. Manusia kemudian menjadi produser makanan yang mampu menyediakan
bahan makanan secara berkala. Beberapa efek pengiring yang muncul antara lain:
a. tanpa adanya tekanan kelaparan, populasi menjadi meningkat;
b. manusia membuka lahan besar-besaran dan mulai mengendalikan serta mengubah permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehingga masalah lingkungan meningkat dengan pesat tanpa disadari;
c. pola-pola ekonomi, politik kebijakan sosial yang baru lahir, mulai dari perdagangan produk, kepemilikan lahan sampai dengan
sistem keamanan atas hak kepemilikan lahan, hasil produksi dan perairan;
d. mulai adanya pembentukan kelompok manusia sebagai masyarakat kota yang me-ngembangkan kemampuan serta keterampilan
khusus di luar pertanian.
Akibat perubahan pola hidup dan harapan dapat menikmati hidup lebih baik dengan kurang mempertimbangkan daya dukung
lingkungan dan alam terjadi masalah ekologis antara lain.
a. Beberapa spesies tanaman terancam punah,
b. lahan menjadi tidak produktif,
c. hutan menjadi gundul dan mengakibatkan munculnya erosi.
4. Masyarakat Industri
Keadaan pada masyarakat industri merupakan kelanjutan dari pola hidup masyarakat petani. Manusia menemukan cara
bagaimana memanfaatkan energi kimia yang selama ini tersimpan dalam batubara, minyak dan gas alam, serta metode/cara menggali
sumber-sumber energi secara efisien.
Revolusi industri ini, sebagaimana revolusi pada agrikultur, merupakan tahapan proses munculnya perubahan yang lebih besar
pada perubahan sosial dan teknologi. Masyarakat industri secara sadar maupun kurang sadar telah menambah berbagai masalah
ekologik. Pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan habisnya lahan-lahan hijau menjadi semakin cepat, diikuti
dengan pencemaran suara.
Masyarakat industri telah menurunkan kepentingan masyarakat atas agrikultur. Sebaliknya terjadi peralihan besar-besaran dari
masyarakat yang hidup dengan bertani di pedesaan menjadi masyarakat perkotaan. Tingkat perpindahan ini menimbulkan masalah-
masalah baru dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Peningkatan jumlah populasi manusia di dunia memberi dampak pada peningkatan permintaan dan kebutuhan sumber daya alam.
Pencemaran dan populasi manusia menambah berat tekanan pada lingkungan dengan mengubah faktor-faktor mikro yang kadang
“melumpuhkan” spesies dari kebutuhan pemeliharaannya. Apabila peningkatan populasi terjadi secara tajam, masyarakat tidak hanya
akan memerlukan konsumsi lebih banyak namun juga akan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang lebih besar.
Kerusakan tersebut mengancam keberlangsungan ekosistem di alam.
Faktor penyebab kerusakan lingkungan:
(1) jumlah penduduk;
(2) konsumsi per kapita;
(3) dampak kerusakan per unit penggunaan sumber daya alam.
Secara spesifik kerusakan lingkungan dapat dijelaskan dengan model matematik, dengan rumus bahwa kerusakan lingkungan
dan pencemaran merupakan hasil dari perkalian dari tiga faktor tersebut.
(Kerusakan Lingkungan + Pencemaran) = (Jumlah Penduduk Konsumsi per Kapita Jenis Bahan)
Besarnya kerusakan lingkungan di pencemaran juga sangat ditentukan oleh kurun waktu penggunaan, sistem ekonomi, sistem
politik, dan sistem budaya.
Untuk lebih memahami coba perhatikan gambar berikut.
Pertumbuhan penduduk dapat meningkat terus didukung kemampuan dan kepandaian manusia, teknologi yang diciptakan serta
kemampuan adaptasi sosial sebagai bentuk evolusi kebudayaan. Salah satu dampak teknologi industri ciptaan manusia, yang pada
tahun ini (sejak bulan Mei 2006) masih hangat dibicarakan dan belum dapat ditemukan solusi yang tepat adalah kasus PT Lapindo
Brantas Inc dengan luapan lumpur panasnya di wilayah Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Silakan Anda diskusikan
Bagaimana solusi terbaik menurut Anda?
Bagaimana kaitannya dengan penduduk di sekitar wilayah tersebut?
Apa yang sebaiknya kita dilakukan?
Demo pada pemerintah?
Akankah menyelesaikan masalah?
Akankah mampu menahan dan menghentikan luapan lumpur panas tersebut?
Kemudian diskusikan pula bagaimana mengatasi pesatnya pertumbuhan penduduk
Selamat Belajar
Tuton PLH,