Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN INTERVENSI GIZI

DI DESA TUKUM KABUPATEN LUMAJANG

Disusun oleh :

Rizky Maulidina (NIM G42171268)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020

0
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN INTERVENSI GIZI

DI DESA TUKUM KABUPATEN LUMAJANG

Disusun oleh :

Rizky Maulidina (NIM G42171268)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020

1
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN INTERVENSI GIZI

DI DESA TUKUM KABUPATEN LUMAJANG

Rizky Maulidina
NIM G4217126

Telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang dan dinyatakan lulus


Pada tanggal :

Tim penilai
Penguji I ( Pembimbing PKL ) Penguji II / Pembimbing Lapang

(Dahlia Indah Amareta, S.KM.M.Gizi) (Richo Hendriyanto, S.ST)


NIP. 19841114 200812 2001 NIP.

Mengetahui
Ketua Jurusan Kesehatan

(Sustin Farlinda, S.Kom, MT)


NIP. 1972204 200112 2 003

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................3
DAFTAR TABEL.........................................................................................................-
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................-
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................-
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Perumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................................6
1. Tujuan Umum.....................................................................................................6
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................6
D. Manfaat................................................................................................................7
1. Bagi Lahan PKL..................................................................................................7
2. Bagi Program Studi Gizi Klinik..........................................................................7
3. Bagi Mahasiswa..................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................8
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN.................................................21
A. Tempat dan Waktu............................................................................................21
B. Jenis dan Metode...............................................................................................21
C. Populasi dan Sampel.........................................................................................21
D. Instrumen...........................................................................................................21
E. Pengumpulan Data............................................................................................22
F. Pengolahan Data................................................................................................22
G. Analisis Data.....................................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................32
H. Perencanaan Program Intervensi Gizi...............................................................32
1. Analisis Situasi..................................................................................................32
2. Penentuan Prioritas Masalah.............................................................................33
3. Penentuan Penyebab Masalah...........................................................................35
4. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah........................................................37
I. INTERVENSI.....................................................................................................40
1. Perencanaan Intervensi.......................................................................................40
2. hasil intervensi...................................................................................................43
J. Monitoring dan Evaluasi....................................................................................68

3
BAB V PENUTUP................................................................................................69
1. Kesimpulan........................................................................................................69
2. saran...................................................................................................................69
J. Daftar Pustaka...................................................................................................70
K. Lampiran...........................................................................................................72

4
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Secara klasik, gizi hanya dihubungkan dengan
kesehatan tubuh, tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas
disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang,
karena gizi berkaitan dengan perkembanan otak, kemampuan belajar, dan
produktivitas kerja. Oleh karena itu, faktor gizi di samping faktor-faktor lain
dianggap penting untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas
(Almatsier, 2009).
Syafrizar dan Welis (2008) mengemukakan bahwa jenis zat gizi yang
terkandung dalam makanan kita antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Karbohidrat merupakan jenis zat gizi yang memegang peranan
penting dalam kehidupan karena merupakan sumber energi utama, selain
karbohidratm lemak juga penghasil energi yang memberikan kontribusi terhadap
tubuh. Sebagai zat yang membangun sel-sel tubuh, protein merupakan zay gizi
penting lain yang harus terdapat dalam konsumsi makanan sehari-hari, di samping
vitamin dan mineral yang berperan dalam zat pengatur metabolisme. Air
merupakan bagian utama tubuh yaitu 55,60 persen dari berat badan orang dewasa.
Semua proses kehidupan berlangsung di dalam cairan tubuh yang mengandung
mineral.
Masalah gizi di Indonesia pada hakikatnya merupakan masalah kesehatan
masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Pendekatan penanggulangannya harus benar-
benar memperhatikan berbagai faktor dan melibatkan berbagai sector yang terkait
seperti ahli gizi dan tenaga medis lainnya sehingga prevalensi masalah gizi benar-
benar menurun.
Permasalahan terkait gizi yang kerap timbul di masyarakat adalah
kurangnya cakupan pemberian vitamin A pada balita, kurangnya konsumsi tablet

5
tambah darah selama hamil, penimbangan balita secara tidak rutin, balita
mengalami stunting, obesitas dan lain-lain. Salah satu faktor penyebab dari
masalah tersebut antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya melakukan
pemantauan status gizi secara rutin.
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE /
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. stunting
pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang dapat
memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di
masa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak
yang sulit diperbaiki.
Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya
risiko terjadinya kesakitan, kematian, daya tahan tubuh yang rendah, kurangnya
kecerdasan, produktivitas yang rendah dan perkembangan otak suboptimal
sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan
mental.
Stunting yang terjadi pada di Desa Tukum mempunyai nilai sebesar 26, 5 %
hal ini termasuk dalam kategori berat. Menurut bidan desa banyaknya balita
stunting diakibatkan karena kondisi sosial ekonomi pada keluarga, serta
kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang.
Praktik Kerja Lapangan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk melaksanakan pelayanan gizi sehingga masalah gizi yang ada di
lingkungan sekitar dapat tertasi secara optimal. Mahasiswa secara langsung
terlibat dalam situasi lingkungan sekitar yang sesungguhnya sehingga mahasiswa
mengetahui secara langsung tentang masalah-masalah gizi serta upaya
penanggulangannya yang dilakukan oleh mahasiswa.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana karateristik keluarga, perilaku keluarga, status gizi, serta
program keluarga sadar gizi (KADARZI) yang akan dilakukan pada masing-
masing keluarga di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

6
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui capaian program keluarga sadar gizi (kadarzi) pada masing-
masing keluarga di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karasteristik keluarga (pendidikan dan pekerjaan) di Desa


Tukum Kabupaten Lumajang.

2. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan penimbangan berat


badan dalam 3 bulan sekali di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

3. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan penimbangan berat


badan pada balita secara teratur di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

4. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan asi ekslusif di Desa


Tukum Kabupaten Lumajang.

5. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan penggunaan garam


beryodium di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

6. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan pola makan gizi


seimbang di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

7. Mengetahui perilaku keluarga ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe


di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

8. Mengetahui status gizi pada keluarga di Desa Tukum Kabupaten


Lumajang.

9. Mengetahui perilaku keluarga dalam menerapkan konsumsi kapsul


Vitamin A pada balita di Desa Tukum Kabupaten Lumajang.

7
D. Manfaat
1. Bagi lahan PKL

Sebagai tambahan informasi terkait permasalahan gizi dan cara


penanggulangan serta mengevaluasi tercapainya program-program yang
telah dijalankan sehingga dapat dijadikan perbaikan untuk masa yang akan
datang

2. Bagi program studi Gizi Klinik

Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan kepustakaan

3. Bagi mahasiswa

Sebagai tambahan informasi terkait permasalahan gizi yang ada di desa


tempat kita tinggal beserta solusi untuk menanggulangi masalah tersebut

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita

2.1.1 Definisi Balita

Balita merupakan kelompk anak yang berada pada rentan usia 0-5 tahun.
Pada masa balita merupakan masa penting dalam proses tumbuh kembang
manusia dikarenakan tumbuh kembangnya berlangsung cepat. Pada masa ini
merupakan masa penentu untuk menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di masa pendatang (Prasetyawati, 2011).

2.1.2 Karakteristik Balita

Berdasarkan karakteristik balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu anak lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun dikenal dengan “batita” dan
anak usia lebih dari 3 tahun sampai 5 tahun dikenal dengan usia “prasekolah”
(Irianto, 2014).

Menurut Irianto (2014) Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak akan menerima makanan apa saja yang disediakan oleh ibunya. Laju
pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah di playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999)

9
2.1.3 tumbuh kembang

Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang akan berkelanjutan dari


konsepsi sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
(Soetjiningsih, 2012). Pertumbuhan paling cepat terjadi pada masa janin, usia 0-1
tahun, dan masa pubertas. Sedangkan untuk tumbuh kembang yang mudah untuk
diamati pada masa balita. Setiap anak tumbuh kembang dan pola
perkembangannya sama, akan tetapi kecepatannya berbeda (Soetjiningsih, 2012).

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada


konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai
oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

c. Muncul dan bertambahnya gigi

d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan


sebagainya

Pertambahan ukuran pada tubuh balita tidak harus secara drastis.


Sebaliknya, berlangsung secara perlahan, bertahap, dan terpola secara proposional
pada setiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran pada tubuhnya, artinya
proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala
penurunan ukuran, itu terjadi gangguan atau terdapat hambatan proses
pertumbuhan.

Pada masa balita termasuk kelompok umur paling rawan terhadap


kekurangan energi dan protein, asupan gizi yang baik sangat diperlukan pada saat
proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang baik adalah zat gizi yang

10
jumlahnya dapat mencukupi kebutuhan. Jika zat gizi di dalam tubuh tidak
terpenuhi maka dapat menyebabkan beberapa dampak yang serius, seperti halnya
terjadi gagal dalam pertumbuhan fisik serta perkembangan yang tidak optimal
(Waryana, 2016).

2.1.4 Kebutuhan Gizi Balita

Pada masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan
perlu diperhatikan yang serius. Pada masa ini balita perlu memperoleh gizi dari
makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dengan kualitas yang baik (Adriani
dan Bambang 2014).

Antara asupan zat gizi dan pengeluarnnya harus ada keseimbangan hingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau menggunakan
penimbangan anak setiap bulan dan dicocokan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) (Proverawati dan Erna, 2010).

1. energi

Kebutuhan energi pada tahun pertama 100-200 Kkal/kg BB. Untuk setiap
tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 kkal/kg BB (Adriani dan
Bambang, 2014).

2. Protein

Kebutuhan protein sebagai zat pembangun yaitu untuk pertumbuhan dan


sumber energi. Disarankan untuk memberikan 2,5 – 3 g/kg BB bagi bayi dan 1,5 –
2 g/kg BB bagi anak sekolah (Adriani dan Bambang, 2014).

3. lemak

Kebutuhan lemak WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak


20-30 % kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini
memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan
vitamin larut-lemak (Almatsier, 2009).

4. karbohidrat

11
Kebutuhan karbohidrat WHO (1990) menganjurkan agar 50-65 %
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya
10 % berasal dari gula sederhana (Almatsier, 2009).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

a. Faktor external

Faktor external yang mempengaruhi status gizi antara lain (Marmi, 2013):

1) Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf


ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli keluarga tersebut.

2) Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah


pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat tentang status
gizi yang baik.

3) Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama


untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4) Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah


laku dan kebiasaan.

b. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi status gizi anatara lain (Marmi, 2013):

1) Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang


dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dan remaja.

2) Kondisi fisik Seseoarang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan


dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status
kesehatan mereka yang buruk. Anak dan remaja pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

12
3) Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

Teknik yang digunakan untuk menilai status gizi ada 2 yaitu penilaian status gizi
secara tidak langsung dan langsung

a. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1) Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara


tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat.

2) Statistik vital

Pengukuran ststus gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis


data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lain
yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa faktor malnutrisi merupakan maslah


ekologi sebagai hasil dari interaksi beberpa faktor fisik, biologisdan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

b. Penilaina status gizi secara langsung

1) Antropmetri

Antropometri berasal dari kata Anthropos (tubuh) dan metros (ukuran).


Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah hubungan dengan
berbagi macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagi tingkatan umur dan tingkatan gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein daan energi.

13
Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa I.
D., 2016) Menurut Sandjaya, 2009 dalam kamus gizi menyatakan bahwa
antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. dalam bidang ilmu gizi, antropometri digunakan untuk menilai
status gizi. Parameter yang sering digunakan adalah berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), lingkar lengan atas
(LILA), rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP), indeks masa tubuh (IMT).

a) Berat badan (BB)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan


gambaran masah tubuh. Indeks berat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi yang mengambarkan
status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). Berat badan
yang dianjurkan sebagai patokan yang dibandingkan menurut umur.
Tinggi badan memberikan gambaran pertumbuhan tulang yang sejalan
dengan pertumbuhan umur. Tinggi badan tidak banyak berpengaruh
dengan perubahan mendadak, karena tinggi badan merupakan hasil
pertumbuhan secara akumulatif semenjak lahir, dan karena itu
memberikan gambaran status gizi masa lalu (Merryana, 2012).

b) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan.


Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks independen terhadap
umur.

c) Lingkar lengan atas (LILA)

lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan


otot dan lapisan lemak di bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi
dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan

14
parameter yang labil, dapat berubah-uabah dengan cepat. Oleh karea itu
lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini (Supariasa I.
D., 2016).

d) Rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP)

Rasio lingkar pinggang panggul berkaitan dengan sindrom metabolic


(sekumpulan gejala yang secara bersama atau sendiri meningkatkan
resiko terjadinya penyakit jantung coroner, diabetes, dan penyakit
lainya). Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul harus tepat,
karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil pengukuran
yang berbeda.

e) Indeks masa tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada seorang merupakan


masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit
tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara kesinambungan.
Salah satu cara adalah mempertahankan berat badan yang ideal dan
normal. IMT merupakan salah satu pengukuran yang sederhana untuk
memantau status gizi orang khususnya berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Untuk status gizi remaja pengukuran yang
digunakan adalah IMT/U setelah diketahui IMT kemudian hitung nilai
z-score

2.3 Gizi Seimbang

2.3.1 Definisi Gizi Seimbang

Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat


gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
(Kemenkes RI, 2014).

15
Gizi Seimbang yang biasanya digambarkan dengan bentuk Piramida
Makanan adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan
berat badan ideal (Dickson, 2013).

2.3.2 Tujuan dan Sasaran Pedoman Gizi Seimbang

Tujuan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk menyediakan


pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat
berdasarkan prinsip konsumsi aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih,
aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.

Sasaran Sasaran PG adalah penentu kebijakan, pengelola program, dan semua


pemangku kepentingan antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi
profesi, organisasi keagamaan, perguruan tinggi, media massa, dunia usaha, dan
mitra pembangunan internasional.

2.3.3 Tingkatan dalam Piramida Makanan

Menurut Dickson (2013) Piramida Makanan versi Indonesia terdiri dari 5


tingkatan makanan dan minuman sesuai kebutuhan tubuh manusia serta 1 Tingkat
pondasi hidup sehat seperti berolahraga teratur dan menjaga berat badan yang
ideal. Piramida Makanan untuk menjaga keseimbangan Gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh yaitu :

1. Tingkat Pertama

Tingkat Pertama atau tingkat dasar adalah dalam piramida makanan sehat
adalah menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga. Kedua unsur tersebut
sangat mempengaruhi kualitas hidup sehat. Salah satu alasan akan pentingnya
olahraga adalah dengan menggunakan aturan sederhana seperti dibawah ini :
“Perubahan Berat Badan sama dengan Kalori yang masuk dikurangi dengan
Kalori yang keluar” Dengan berolahraga dapat membakar kalori yang dikonsumsi
dan menjaga tubuh tetap berada di berat badan yang ideal. Makan lebih banyak
daripada yang dibakar akan menyebabkan pertambahan lemak dan berat badan

16
sehingga menimbulkan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat
badan tersebut.

2. Tingkat Kedua

Air memegangkan peranan yang sangat penting dalam tubuh manusia.


Dalam tubuh manusia, air berfungsi sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh,
pengatur suhu tubuh, pelarut zat-zat gizi lainnya dan sebagai pembantu dalam
proses pencernaan. Dalam satu hari, tubuh kita memerlukan 8 gelas air atau setara
dengan 2 liter air.

3. Tingkat Ketiga

Tingkat ketiga adalah makanan-makanan yang merupakan sumber


karbohidrat tinggi seperti Nasi, Kentang, Roti, Biskuit, Jagung dan Ubi. Makanan-
makanan tersebut biasanya disebut dengan makanan pokok yang biasanya
dikonsumsi 3 hingga 8 porsi sehari

4. Tingkat Keempat

Tingkat keempat dari Piramida Makanan adalah sayur-sayuran dan


buahbuahan yang merupakan sumber serat, vitamin dan mineral. Sayur-sayuran
sebaiknya dikonsumsi 3 hingga 5 porsi sedangkan buah-buah dapat dikonsumsi 2
sampai 3 porsi sehari 5.

5. Tingkat Kelima

Tingkat kelima adalah makanan-makanan yang merupakan sumber protein


baik protein nabati maupun protein hewani. Protein Nabati adalah protein yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti Kacang-kacangan dan makanan olahannya
(tempe, tahu). Sedangkan Protein Hewani adalah Protein yang didapat dari hewan
diantaranya seperti daging sapi, ikan, ayam, telur dan produk-produk susu.
Makanan-makanan yang berprotein (nabati dan hewani) sebaiknya dikonsumsi 2
hingga 3 porsi setiap hari.

6. Tingkat Tertinggi (Puncak)

17
Tingkat Tertinggi atau posisi Puncak merupakan makanan-makanan yang
tingkat konsumsinya harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan butuh
akan makanan-makanan tersebut sangat rendah. Makanan-makanan tersebut
diantaranya adalah Garam, Gula dan Minyak.

2.3.4 Konsep gizi seimbang

Konsep gizi seimbang menetapkan tiga belas pesan dasar sebagai pedoman
praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman. Tujuannya
agar status gizi serta kesehatan yang optimal dapat tercapai serta dipertahankan.
Adapun 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :
1) Makanlah Aneka Ragam Makanan

2) Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi

3) Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

5) Gunakan garam beryodium

6) Makanlah makanan sumber zat besi

7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya

8) Biasakan makan pagi

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur

11) Hindari minuman yang beralkohol

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas

2.3.5 Gizi Pada Balita

Pada usia balita, anak-anak membutuhkan dukungan nutrisi yang lengkap


untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak. Masa balita adalah masa

18
kritis, maka pertumbuhan nutrisi bagi balita harus seimbang. Gizi seimbang
didapat dari asupan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi sesuai usia dan
kegiatan sehingga tercapai berat badan normal. Gizi balita harus seimbang,
mencakup gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Balita
membutuhkan asupan karbohidrat sebesar 75-90℅. Protein sebesar 10-20℅ dan
lemak sebesar 15-20℅ (Yanti Anggraini, 2010).

Porsi makan balita di dasarkan pada “Isi Piringku”,isi piringku merupakan


panduan makan sehat yang dapat menjadi acuan sajian sekali makan. Isi piringku
digunakan untuk mendorong masyarakat menyajikan makanan dengan gizi yang
seimbang dengan cara yang mudah dikenali dan dipahami. Aturan pembagian
dalam isi piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu kali
makan yang terdiri dari 50% makanan pokok sebagai sumber karbohidrat dan
lauk-pauk sebagai sumber protein. Dari separuh isi piring tersebut dibagi menjadi
2/3 bagian terdiri dari makanan pokok dan 1/3 sisanya adalah lauk-pauk.
Sedangkan 50% lagi sebagai sumber serat pangan, vitamin, dan mineral yang
terdiri dari sayuran dan buah-buahan, pembagiannya 2/3 sayuran dan 1/3 buah-
buahan (kemenkes, 2018).

Makanan pada anak harus serasi, selaras, dan seimbang. Artinya sesuai
dengan tingkat tumbuh kembang anak dan nilai gizinya harus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan usia serta beragam jenis bahan makanan. Kualitas makan
anak sangat ditentukan oleh kualitas menu yang disediakan di lingkungan
keluarga. Tingginya kualitas dan kuantitas konsumsi balita juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, faktor ekonomi orang tua, pendidikan orang tua, dan
kebiasaan makan dari segi jenis dan jumlah porsi makanan yang dihidangkan.
Menu gizi seimbang artinya susunan makanan yang mengandung zat-zat gizi
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan
berat badan ideal (Kurniasih, Hilmansyah, Astutidan Iman 2010).

2.4 Stunting
2.4.1 Definisi Stunting

19
Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan
terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek
adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umur bila dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z- scorenya kurang dari
-2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z- scorenya kurang dari -3SD
(Kemenkes,RI 2016).
2.4.2 Indikator Stunting
Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
Growth Standard didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U)
atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan batas (z-score) <-2
SD (WHO, 2010) Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang
sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, seringmenderita
penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik (DepKes
RI, 2007).
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting
WHO (2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4
kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan dan
komplementer yang tidak adekuat, menyusui dan infeksi.
1. Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan
faktor lingkungan rumah. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat
prekonsepsi, kehamilan dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi,
kehamilan pada usia remaja, kesehatan mental, Intrauterine Growth
Retardation (IUGR) dan kelahiran preterm, jarak kelahiran yang pendek dan
hipertensi. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang

20
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasokan air yang tidak
adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi dalam rumah tangga
yang tidak sesuai dan edukasi pengasuh yang rendah.
2. Wanita Usia Subur dengan LILA <23,5 cm

Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Wanita hamil berisiko mengalami
KEK jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm. Ibu hamil KEK
berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak tertangani
dengan baik akan berisiko mengalami stunting (Kemenkes,RI 2016).
3. Anemia pada Ibu Hamil

Kondisi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, terutama
anemia defisiensi besi. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelah dilahirkan. Diperkirakan
41,8% ibu hamil di seluruh dunia mengalami anemia. Paling tidak setengahnya
disebabkan kekurangan zat besi. Ibu hamil dinyatakan anemia jika hemoglobin
kurang dari 11 mg/dl (Kemenkes RI, 2015).

21
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tempat dan waktu
1. Tempat kegiatan
Kegiatan ini dilakukan di Desa Tukum Kabu[aten Lumajang.
2. Waktu kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan mulai bulan Oktober s.d November
2020.
B. Jenis dan Metode
Jenis penelitian yang dilakukan selama kegiatan praktik kerja lapangan
adalah eskperimental dikarenakan adanya intervensi yang akan dilakukan atau
perlakuan yang akan diberikan oleh peneliti setelah mengumpulkan data. Metode
penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Cross sectional adalah metode
yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek yang akan timbul
melalui suatu pendekatan/observasi ataupun pengumpulan data melalui kuisioner
(Notoadmodjo, 2002).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari kegiatan ini adalah keluarga berada di Kabupaten Lumajang.
2. Sampel
Sampel yan digunakan dalam kegiatan ini adalah keluarga yang berada di
Desa Tukum berjumlah 38 Responden .
D. Instrumen
Instrumen pada kegiatan yang dilakukan adalah sebegai berikut :
1. Google Formulir
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau
jumlah dan dapat diukur besar kecilnya serta bersifat obyektif. Data kuantitatif
dalam penelitian ini adalah berat badan, tinggi badan. Data kualitatif adalah data
yang berhubungan dengan kategorisasi atau karakteristik dalam bentuk sifat
(Bukan Angka) yang tidak dapat diukur besar kecilnya. Data kualitatif dalam

22
penelitian ini adalah pola konsumsi keluarga, jenis kelamin, dan pendidikan
terakhir. Sumber data dilakukan secara primer dikarenakan peneliti memperoleh
data secara langsung melalui link kuisioner yang diberikan kepada responden.
1) Persiapan

a. Meminta izin kepada RT desa Tukum bahwa akan dilakukan kegiatan


pelaksanaan praktik kerja lapangan dan menggunakan warga desa tukum
sebagai responden.
b. Menyiapkan google form sebagai langkah awal untuk mengumpulkan
responden.
c. Dengan kondisi daring langkah awal untuk mengumpulkan responden
dengan dibagikannya kuisioner google form ketersediaan menjadi
responden melalui whatsapp group maupun personal chat.

F. Pengoalahan Data
1. Cara pengolahan data
a. Menyebarkan kuisioner google form melalui personal chat maupun
grup.
b. Selanjutnya dari hasil dari penyebaran kuisioner google form dianalisis
menggunakan aplikasi who anthroplus untuk mengetahui status gizi
balita.
c. Memasukkan data dalam bentuk tabel terhadap hasil kuisioner yang
telah diisi oleh responden.

2. Cara penyajian data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan masalah


kesehatan dan gizi yang terjadi di lingkungan sekitar, cara penanggulangannya,
program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) serta perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program yang akan ditujukan di desa tukum.
G. Analisis Data
1) Analisis Univariat

23
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing
variabel penelitian. Data yang diperoleh kemudian di analisis univariat
ditampilkan berupa tabel distribusi.

1. Anggota Keluarga Menimbang Berat Badan Secara Teratur Minimal 3 Bulan


Sekali
Ya/Tidak Jumlah Responden Presentase
Ya 19 50%
Tidak 19 50%
38 100%
2. Konsumsi tablet Fe untuk Ibu Hamil Dan Ibu Nifas Atau Yang Mempunyai
Bayi <3bulan
Banyaknya tablet Fe dikonsumsi selama masa kehamilan
Jumlah tablet Fe Jumlah Responden Presentase
<90 12 60%
9 8 40%
3. konsumsi keluarga
Konsumsi Lauk Hewani Dalam 3 Hari Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 19 50 %

Ya, tidak setiap hari 19 50%

38 100%
Konsumsi Buah atau Sayur dalam 3 Hari Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 21 55,3%

Ya, tidak setiap hari 17 44,7 %

38 100%

4. Jenis Garam Yang Digunakan

Kategori Jumlah Responden Presentase

Garam bata 1 2,6%

24
Garam curah - -

Garam halus 37 97,4 %


5. Asi Dan Pola Makan Bayi 0-5 Bulan

Kategori Jumlah responden Presentase

ASI saja 6 30 %

ASI, sufor dan makanan 4 20 %


lain

Sufor dan makanan lain 4 20 %

ASI dan makanan lain 4 20 %

ASI dan sufor 1 5%

Susu formula 1 5%

6. Konsumsi Balita 6-59 Bulan

Konsumsi Lauk Hewani Dalam Seminggu Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 8 40%

Ya, tidak setiap hari 12 60%


Konsumsi Buah/Sayur Dalam Seminggu Terakhir?

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 10 50%

Ya, tidak setiap hari 10 50%

7. Kapsul Vitamin A Untuk Balita 6-59 Bulan

Usia Vitamin A biru Vitamin A merah

8 1 0

10 1 1

24 1 1

24 1 1

25
24 0 3

27 2 2

29 1 1

31 1 1

36 1 1

36 0 2

42 0 2

Frekuensi Pemberian
Jumlah Responden Presentase
Vitamin A biru
0 3 23,1 %

1 9 69,2 %

2 1 7,7%
Frekuensi Pemberian Jumlah Responden Presentase
Vitamin A merah
0 1 7,7 %
1 7 53, 8 %
2 4 30,8 %
3 1 7,7 %

8. Penimbangan Balita Secara Rutin Tiap Bulan (>6 Bulan)

Usia Frekuensi

7 6

8 6

9 7

10 7

24 6

26
24 3

24 6

27 8

31 6

36 6

36 6

36 6

42 1

9. Status Gizi Balita


Indeks BB/U
Usia
BB Sumber
NO Nama L/P (bulan BB/U Kategori
(kg) Informasi
)
-1, 69 BB
1. Raden algifari L 24 10 KMS
SD normal
0,60 BB
2. Gibran L 9 9,5 KMS
SD normal
-1,01 BB
3. El Ghazai L 24 11 KMS
SD normal
0,73 BB
4. Rhaesa P 36 13 -
SD normal
-0,84 BB
5. Fitri aida P 24 11 -
SD normal
-1,97 BB
6. Fifi indah P 8 5 -
SD normal
-1,05 BB
7. Asyifa P 24 10,1 -
SD normal
-0,67 BB
8. Azmi L 36 13 KMS
SD normal
1,24 BB
9. Fira P 36 13 -
SD normal
-3,08 BB
10. Davin L 36 10 -
SD kurang

27
0,09 BB
11. Dava L 12 10 -
SD normal
-1,85 BB
12. Reza L 24 13 KMS
SD normal
-0,45 BB
13. Nilam P 42 14 KMS
SD normal
-1,28 BB
14. Shameera P 2 4 -
SD normal
-0,77 BB
15. Rizki L 24 11 KMS
SD normal
-0,14 BB
16. Hanun P 9 6,5 -
SD normal
-1,46 BB
17. Asyifa P P 36 11,3 KMS
SD normal
-0,85 BB
18. Nailul author L 12 10 KMS
SD normal
-1,43 BB
19. Aleena P 24 10,4 KMS
SD normal

28
Indeks PB/U

Usia
PB Sumber
NO Nama L/P (bulan PB/U Kategori
(kg) Informasi
)
-7, 55 Sangat
20. Raden algifari L 24 64 KMS
SD pendek
-0,12
21. Gibran L 9 71 KMS Normal
SD
-2,23
22. El Ghazai L 24 81 KMS Pendek
SD
-0,16
23. Rhaesa P 36 96 - Normal
SD
-1,67
24. Fitri aida P 24 83 - Normal
SD
0,36
25. Fifi indah P 0 63 - Normal
SD
-0,23
26. Asyifa P 24 85 - Normal
SD
0,26
27. Azmi L 36 96 KMS Normal
SD
1,87
28. Fira P 36 90 - Normal
SD
-2,43
29. Davin L 36 85 - Pendek
SD
1,28
30. Dava L 12 79,5 - Normal
SD
-1,98
31. Reza L 24 93 KMS Normal
SD
-1,64
32. Nilam P 42 92 KMS Normal
SD
-3, 36 Sangat
33. Shameera P 2 55,3 -
SD pendek
0,06
34. Rizki L 24 80 KMS Normal
SD
-0,14
35. Hanun P 9 10 - Normal
SD
36. Asyifa P P 36 87 KMS -1,85 Normal

29
SD
3,45
37. Nailul author L 12 81 KMS Tinggi
SD
-2,43
38. Aleena P 24 81 KMS Pendek
SD

30
Indeks BMI/U

Usia
NO Nama L/P (bulan BMI/U Kategori
)
5,10 Gizi
39. Raden algifari L 24
SD lebih
0,90
40. Gibran L 9 Gizi baik
SD
0,61
41. El Ghazai L 24 Gizi baik
SD
-1,01
42. Rhaesa P 36 Gizi baik
SD
0,28
43. Fitri aida P 24 Gizi baik
SD
-2,95 Gizi
44. Fifi indah P 8
SD kurang
-1,41
45. Asyifa P 24 Gizi baik
SD
-1,33
46. Azmi L 36 Gizi baik
SD
0,25
47. Fira P 36 Gizi baik
SD
-3,01 Gizi
48. Davin L 36
SD kurang
-0,88
49. Dava L 12 Gizi baik
SD
-0,67
50. Reza L 24 Gizi baik
SD
0,86
51. Nilam P 42 Gizi baik
SD
0,58
52. Shameera P 2 Gizi baik
SD
0,26
53. Rizki L 24 Gizi baik
SD
0,58
54. Hanun P 9 Gizi baik
SD
55. Asyifa P P 36 0,39 Gizi baik

31
SD
-1,61
56. Nailul author L 12 Gizi baik
SD
0,21
57. Aleena P 24 Gizi baik
SD

H. Jadwal Kegiatan
no Kegiatan pelaksanaan Oktober November
1 2 3 4 5 1 2 3
1 Penyebaran kuisioner
2 Mengumpulkan hasil data
3 Menganalisis data
4 Presentasi
5 Konseling pribadi
6 Penyuluhan dengan grup
7 Pengembangan teknologi
tepat guna
8 Presentasi

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi
A. Gambaran umum geografi desa tukum

Desa tukum merupakan daerah yang berada di wilayah kecamatan tekung


kabupaten lumajang. Desa tukum di kelilingi banyak persawahan, serta dialiri
sungai. Desa tukum merupakan tipe daerah desa dan didominasi oleh kawasan
pertanian.

b. Gambaran fasilitas di desa tukum

Fasilitas kesehatan yang ada di desa tukum yaitu terdapat polindes tukum.
Polindes ini melayani berbagai masalah kesehatan seperti periksa kesahatan
(check up), serta posyandu untuk balita, rumah bersalin untuk ibu dan lain-lain.
Polindes ini dapat menjadi salah satu pilihan warga masyarakat des tukum untuk
memenuhi kebutuhan terkait masalah kesehatan yang sedang dialami. Selain
fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan berupa sekolah dari tingkat pendidikan
anak usia dini (paud) hingga sekolah dasar (sd). Serta fasilitas untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga seperti swalayan atau minimarket.

c. Gambaran potensi ekonomi dan sumber daya daerah

Potensi ekonomi yang diberdayakan di desa tukum diantaranya pertanian.


Hasil pertanian berupa padi dan jagung.

d. Gambaran program atau kegiatan di masyarakat

Program yang diselenggarakan di desa tukum diantaranya yaitu posyandu


yang biasanya dilakukan satu bulan sekali, pihak penyelenggaraan ini dari
organisasi pkk desa dan pihak pelaksana tenaga kesehatan dari polindes.

33
B. Penentuan Prioritas Masalah
Tabel Indikator Gizi
No Masalah Jumlah Prevalensi Target Keterangan
1. Tidak menimbang 19 50 %
BB minimal 3
bulan
2. Ibu hamil 20 95, 2 % Target tahun Masalah
mendapatkan tablet 2019 jumlah
Fe 98 % (sc :
sakip gizi
2018)
3. Mengkonsumsi 8 40% 90 % (sc : Masalah,
tablet Fe <90 tablet Depkes ) konsumsi
pada masa tablet Fe
kehamilan tidak rutin
5. a. memberikan ASI 6 30% Target tahun Masalah :
saja pada saat usia 2019 jumlah 1. ASI tidak
<6 bulan 50% (sc : cukup (35,
4 20% sakip gizi 7%)
b. Memberikan ASI 2018) 2. ASI tidak
dan makanan lain 4 20% keluar
pada saat usia <6 (28,6%)
bulan 4 20%
c. memberikan
Sufor dan makanan
lain pada saat usia
<6 bulan
d. memberikan
ASI, Sufor, dan
makanan lain pada
saat usia <6 bulan
6. Setiap hari keluarga 19 50 %
mengkonsumsi lauk
hewani

7. Setiap hari keluarga 21 55, 3 % 92,5 % (sc : Masalah


mengkonsumsi Ketahanan
buah atau sayur Pangan
Indonesia)
8. Dalam rumah 37 97,4 % 90 % (sc : Bukan
tangga WHO) masalah
menggunakan
garam halus
6. Konsumsi kapsul 10 76, 9 % Target Masalah
vitamin A biru konsumsi vit
dalam 1 tahun (usia A >80 % (sc
6-11 bulan) : Kemenkes)

34
7. Konsumsi kapsul 12 92,3 % Target Bukan
vitamin A merah konsumsi vit masalah
dalam 1 tahun (usia A >80 %
12-59 bulan)
8. Tidak menimbang 2: 12, 6% 54, 6 % Masalah
balita usia >6 bulan 24 bulan
dalam 6 bulan (3x)
terakhir 42 bulan
(1x)

10. Balita sangat 5 26, 5 % 30 % ( sc : Masalah


pendek dan pendek Riskesdas
2018)
11. Balita kurus 2 15 % 9,5 % ( sc : Masalah
sakip gizi
2018)
12. Balita gemuk 1 7 % 8 % (sc : Bukan
Riskesdas masalah
2018)
13. Dewasa 3 25 % 13, 6 % Masalah
Overweight
Tabel prioritas masalah
Penentuan prioritas masalah dengan metode Reinke P = (M x I x V) : C
• M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat
dari % atau jumlah / kelompok yang terkena masalah, keterlibatan
masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
• I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu
• V = Vulnerability yaitu ada atau tidaknya metode pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
• C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
• P = Prioritas atau pemecahan masalah.

No Daftar masalah M I V C Total Urutan


1. Penimbangan berat badan 4 2 2 2 8 5
2. Pemberian tablet Fe 4 4 3 3 16 4
3. KVA 2 3 3 4 4,5 6
4. Dewasa Overweight 4 5 4 4 20 2
5. Stunting 4 5 5 4 25 1
6. Wasting 3 5 3 3 15 3

35
Prioritas masalah yang ditemukan yaitu balita stunting, karena pada
responden ditemukan balita yang mengalami pendek dan sangat pendek. Masalah
stunting dapat mengakibatkan timbulnya beberapa masalah kesehatan fisik dan
psikologi.

C. Penentuan Penyebab Masalah

a. faktor penyebab

Informasi yang saya dapatkan dari Bidan di Polindes desa Tukum, karena banyak
Balita yang mengalami stunting disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Asupan gizi kurang

2. Imunisasi tidak lengkap

3. Anemia pada ibu hamil

3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan pelayanan


kesahatan
4. Tingginya tingkat kemiskinan
5. Kurangnya sanitasi lingkungan

b. Analisa Pohon Masalah

Tingginya angka status gizi Pertumbuhan badan anak


stunting pada balita tidak sesuai dengan umur

Tidak adanya upaya pencegahan stunting secara konparatif

Resiko stunting pada anak Upaya penanganan


cukup tinggi stunting pada usia dini

Pola hidup masyarakat Belum adanya kesadaran


pada lingkungan kumuh masyarakat tentang gizi

36
Kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai Tingkat kemiskinan tinggi
hygen sanitasi
D. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Penentuan tujuan dengan menggunakan Objective tree


No Problem tree Objective tree
1. Asupan zat gizi rendah Meningkatkan asupan zat gizi
2. Imunisasi tidak lengkap Meningkatkan kesadaran untuk
pentingnya imunisasi
3. Pemanfaatan pelayanan Meningkatkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan kurang kesehatan pada puskesmas terdekat
4. Tingginya tingkat kemiskinan Menurunkan prevalensi angka
kemiskinan
5. Kurangnya sanitasi lingkungan Meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk menjaga pola hidup bersih
6. Tingginya prevalensi stunting Menurunkan prevalensi stunting
Dari ke 6 tujuan diatas saya memilih untuk menurunkan prevalensi
stunting, karena dampak stunting dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

37
E. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Alternatif
Analisis
Goal Menurunkan prevalensi stunting
Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2
Meningkatkan asupan zat Meningkatkan kesadaran
gizi melalui konsumsi imunisasi
makanan beragam
1. sumberdaya
a. manusia 3 2
b. dana 2 3
c. sarana 3 3
d. prasarana 3 3
e. waktu 4 2
2. dukungan kebijakan 4 3
3. dukungan masyarakat 3 3
4. keberlangsungan 3 3
Total skor 25 22
Keterangan skor: 1-5
Paling tidak favorable: 1
Paling favorable: 5

Tujuan dari analisis masalah ini adalah untuk menurunkan angka prevalensi
stunting di desa tukum. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan sebuah alternatif
yaitu :

1. Meningkatkan asupan zat gizi dan meningkatkan sanitasi lingkungan


untuk menjaga pola hidup bersih

2. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta meningkatkan kesadaran


imunisasi

Sumber daya seperti masyarkat, dana, sarana dan prasarana, serta waktu
merupakan mudah atau tidaknya masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang akan
dilakukan. Dukungan kebijakan merupakan dukungan dari pemerintah setempat ada
atau tidaknya program pemerintah dalam menangani kasus tersebut. Dukungan
masyarakat merupakan bentuk pastisipasi dalam kegiatan tersebut. Dan
keberlangsungan merupakan berapa lama setelah kegiatan diberikan intervensi
kemungkinan dapat terus dijalankan atau diterapkan oleh responden atau sudah
diterapkanolehmasyarakat.

38
F. Intervensi

1. Perencanaan Intervensi

Tabel POA (PLAN OF ACTION)


Nama program intervensi : Penyuluhan Gizi Seimbang Ibu Dan Balita
Waktu : 15 Oktober 2020 - Selesai
Lokasi kegiatan : Desa Tukum
no Nama Deskripsi lokasiSasara Targe Durasi Medi Biaya Jadwal Pelaksanaa Rencana Rencana Ketera
kegiatan kegiatan n t a n monitoring evaluasi ngan
1. Konsultasi Konsultasi Whats Ibu dan 2 15 Power - Kamis, Mahasiswa 1. Evaluasi
secara dilakukan app ibalita orang menit point 17 dan ibu Melakukan dilakuka
personal secara personal perso oktober yang komunikasi n setelah
melaui nal sampai mempunyai secara kegiatan
whatsaap chat dengan balita personal berlangs
mengenai 19 dengan ibu ung
materi gizi oktober untuk
seimbang 2020 memantau
makanan
apa saja
yang
dikonsumsi
oleh balita
dalam
sehari
2.

39
melakukan
komunikasi
dengan ibu
mengenai
pola makan
balita dalam
sehari
2. Penyuluhan Memberikan Whats Perwak 3 60 Power Rp. Sabtu, Mahasiswa, Melakukan Evaluasi
gizi seimbang penyuluhan app ilan orang menit point, 20.00 20 perwakilan komunikasi dilakuka
mengenai gizi grup Keluarg pretes 0 oktober keluarga melalui n melalui
seimbang, a dan dan sampai dan ibu whatssap hasil
serta ibu post 22 yang grup untuk pretest
mengenalkan yang test oktober mempunyai memantau dan post
kepada ibu mempu balita pola gizi test serta
untuk nyai seimbang hasil dari
mengkonsumsi balita yang komunik
makanan diterapkan asi
beragam dalam dalam
sehari serta kehidupan
mengenalkan sehari-hari
porsi piring
makan ku
3. Pengembang Memberikan whats Ibu dan 3 15 video Rp.10 26 Mahasiswa Mahasiswa Evaluasi
an teknologi video berupa app balita orang menit 0.000 oktober membuat dilakuka
tepat guna cara 2020 video yang n pada
pembuatan sampai berisi saat
makanan 30 pembuatan selesai
selingan Oktobe produk kegiatan
(Pudding r 2020 berupa

40
Kelor) makanan
mengunakan selingan
bahan lokal menggunak
untuk an bahan
mengatasi produk
kejadian lokal untuk
stunting mengatasi
masalah
kejadian
stunting

G. Hasil Intervensi

a. Intervensi dan Konseling 2 responden melalui personal chat


Kartu kendali pencatatan konsumsi makanan anak responden (konseling )
Nama : Raden Alghifahri
Usia : 24 bulan
Jenis kelamin : laki-laki

41
No Waktu makan Nama makanan Bahan makanan Keterangan
Pokok Lauk Sayur Buah
1. Makan pagi (17- Nasi Nasi Daging - -
10-2020) Daging kambing
Makan sore Nasi Nasi Daging Sayur
Daging kambing bayam
sayur
Selingan malam Susu formula
2. Makan pagi (18- Nasi kuning Nasi kuning Sosis - -
10-2020) Mie Mie
Sosis

Diberikan intervensi dan konseling mengenai gizi seimbang dan pola


makan

Selingan siang Donat


Makan sore Nasi dan bakso Nasi Pentol - pepaya
daging

42
Konseling mengenai gizi seimbang

Malam Susu formula - - - -


3. Makan pagi (19- Nasi Nasi Sayur
10-2020) Tongkol Ikan bening
Tempe pindang
Sayur Tempe

Selingan siang Buah pepaya pepaya


Makan siang Nasi Nasi Ikan Sayur -
Ikan mujair tongkol bening
Sayur

43
Makan malam Nasi goreng Nasi Ayam
Telur Telur
Buah pisang Pisang

Selingan malam Susu formula

44
Kartu kendali pencatatan konsumsi makanan anak responden (konseling )
Nama : Fifi
Usia : 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
No Waktu makan Nama makanan Bahan makanan Keterangan
Pokok Lauk Sayur Buah
1. Makan pagi Nasi Nasi - Sayur -
(17-10-2020) Sayur bayam bayam

Makan sore Nasi bakso Nasi Pentol


daging

Makan malam Nasi Nasi Tahu Sayur


Sayur bening
Tahu
2. Makan pagi (18- Nasi Nasi - Sayur -
10-2020) Sayur bayam bayam

45
Diberikan intervensi dan konseling mengenai gizi seimbang dan pola makan

3. Makan pagi (19- Nasi tim halus Nasi Ikan Wortel -


10-2020) Sayur sup tengiri Kentang

Makan siang Nasi tim Nasi Ikan Sup bening -


Sayur tengiri isi kentang

Makan malam Nasi bakso Nasi Pentol


daging

46
Dari informasi yang di dapatkan oleh responden pertama. Balita bernama
Raden Algifahri usia 24 bulan, dan berjenis kelamin Laki-laki. Dari usia 2 bulan
sudah diberi susu formula dikarenakan Ibu sibuk bekerja dan ASI tidak lancar. Sehari
makan 2x sehari makanan pokok, dikarenakan malamnya minum susu formula.
MPASI dimulai dari usia 6 bulan. Diperoleh dari informasi BB/U dengan hasil -1,69
termasuk dalam kategori BB normal. Hasil dari PB/U -7,55 termasuk dalam kategori
Sangat Pendek. Dan BMI/U dengan hasil 5,10 termasuk dalam kategori Gizi Lebih.

Pada responden yang kedua didapatkan informasi yaitu balita berama Fifi
Indah usia 8 bulan, dan berjenis kelamin perempuan. Dari bayi sudah minum susu
forumla dan belum pernah diberi ASI karena ASI dari ibu tidak keluar. Waktu
pemberian MPASI pada usia 5 bulan dengan keterangan awal makan berupa
makanan yang di blender yang terdiri dari nasi, sayur, ikan (tetapi jarang). Lalu
memasuki usia 6 bulan balita diberi makan nasi tim dengan sayur (setiap hari) dan
lauk nabati, sedangkan lauk hewani (jarang). Balita dalam sehari makan 3x sehari
dan selingan berupa biskuit dan pernah diberi cilok. Diperoleh informasi dari BB/U
dengan hasil -1,97 termasuk kategori BB normal. Hasil dari PB/U dengan hasil 0,36
termasuk dalam kategori normal. Hasil dari BMI/U dengan hasil -2,95 termasuk
dalam Gizi kurang.

Intervensi dan konseling dilakukan yaitu memberi materi mengenai gizi


seimbang dan pola makan dalam sehari. Gizi Seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari- hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan
(Dirjen BKM, 2002). Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam
penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang.
Setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yang digunakan untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup, (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral)
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping
itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali
dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka
terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi (Riskesdas, 2013).

47
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah
berlebih, sehingga menimbulkan efek toksik atau membehayakan. Baik pada status
gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi
disebabkan oleh factor primer atau sekunder. Faktor primer adalah apabila susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh
setelah makanan dikonsumsi (Setyawati B, 2015).

Menurut Depkes (2011) Gizi Balita Usia 1 – 3 Tahun Pemberian zat gizi yang
tepat pada usia ini akan membantu pertumbuhan fisik dan juga mentalnya. Berikut
zat – zat gizi penting yang harus diberikan pada usia 1 – 3 tahun :

a. karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat yang digunakan untuk aktivitas dan energi bagi
tubuh. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat diperlukan anak untuk
aktivitasnya mempertahankan panas tubuh dan pertumbuhannya. Kebutuhan energi
dari karbohidrat harus memenuhi sekitar 50 % dari jumlah total kalori yang
dibutuhkan sehari.

b. protein

Pada usia 1 – 3 tahun, protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan


kekuatan tubuhnya, dalam jumlah sekitar 1,5/kg berat badan (BB). Jumlah ini lebih
sedikit daripada kebutuhan protein 16 pada masa bayi yaitu sekitar 2,0 – 2,5 g/kg
BB.

c. lemak dan asam lemak esensial

Sejak dini, asupan lemak bagi anak sebaiknya sekitar 20 – 25 % dari total
kalori yang dibutuhkan. Asam lemak esensial sangat penting untuk perkembangan
otak dan retina mata pada anak. Pertumbuhan sel-sel otak berlangsung sangat cepat
pada usia 0 – 1 tahun, terutama 6 bulan pertama usia kehidupan dan berhenti pada

48
usia anak 6 bulan. 17 Pertumbuhan otak akan disempurnakan hingga usia 2 – 3
tahun, dimana pada masa ini berat dan besar sel – sel otak yang akan bertambah.

Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah


faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang
baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan
yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya
kekurangan. Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi
menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki
keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila
terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena
infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak
tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh
kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita (Sulistyoningsih, 2012).

49
B. Intervensi Dan Penyuluhan Secara Kelompok

Penyuluhan dilakukan secara kelompok dengan 3 responden melalui grup whatsapp. Penyuluhan ini mengenai Gizi Seimbang dan
Pola makan. Penyuluhan dilakukan selama 3 hari pada waktu malam hari, dikarenakan responden jika siang sibuk bekerja. Output yang
diharapkan dari penyuluhan ini dalah responden dapat mengetahui, mengerti, serta mempraktikannya dirumah masing-masing. Dilihat dari
hasil kuisioner post test dan pre test yang diberikan hasilnya dapat dilihat sebagai berikut

A. Post Test Penyuluhan

Responden Pertanyaan Jawaban Keterangan


1. Bu parno A. Apakah pengertian dari Gizi seimbang adalah
Usia : 31 tahun gizi seimbang? ukuran makanan sehari-
Nama balita : Azmi hari yang kandungannya
Usia : 36 bulan sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh masing-
masing tubuh manusia.
B. Sebutkan tujuan dari
gizi seimbang! Untuk memenuhi
C. Apa yang anda ketahui kebutuhan gizi bagi tubuh
mengenai tumpeng gizi Tumpeng gizi seimbang Makan Malam Ibu
seimbang? menurut pemahaman saya
merupakan urutan

50
makanan yang harus
dipenuhi saat konsumsi.
Jadi di dalamnya terdapat
porsi penyesuaian apa
saja yang diperlukan
D. Apa saja makanan yang untuk keperluan
terdapat dalam porsi piring konsumsi pemenuhan gizi
makanku? yang baik.

Makan malam balita


Protein nabati dan hewani
(Lauk pauk), karbohidrat
E. Sebutkan minimal 5 isi
(nasi, kentang, jagung,
dari pedoman gizi
dsb), vitamin (sayur dan
seimbang!
buah).

Tidak tahu

51
2. Mbak Hamida A. Apakah pengertian dari Gizi untuk memenuhi
Usia : 42 tahun gizi seimbang? kebutuhan tubuh
B. Sebutkan tujuan dari Supaya sehat
gizi seimbang!
C. Apa yang anda ketahui Tidak tahu
mengenai tumpeng gizi
seimbang?
D. Apa saja makanan yang Nasi, lauk, sayur
terdapat dalam porsi piring
makanku? Tidak tahu Makan siang responden
E. Sebutkan minimal 5 isi
dari pedoman gizi
seimbang!

52
2. Mbak Yashinta A. Apakah pengertian dari gizi seimbang adalah
Usia : 35 tahun gizi seimbang? makanan yang
mengandung zat gizi yang
jumlahnya sesuai dengan
B. Sebutkan tujuan dari kebutuhan tubuh.
gizi seimbang! agar tubuh tetap sehat,
imun agar tetap terjaga.
C. Apa yang anda ketahui bentuknya seperti
mengenai tumpeng gizi piramida berisi gambaran
Makan siang responden
seimbang? empat sehat lima
D. Apa saja makanan yang sempurna.
terdapat dalam porsi piring nasi, sayur, lauk hewani,
makanku? lauk nabati.

E. Sebutkan minimal 5 isi


dari pedoman gizi makanlah aneka ragam
seimbang! makanan, yg memenuhi
kebutuhan energi,
gunakan garam
beryodium, sumber zat

53
besi, biasakan sarapan

54
B. Pree Test Penyuluhan

Responden Pertanyaan Jawaban Keterangan


1. Bu parno A. Apakah pengertian dari Gizi seimbang adalah
Usia : 31 tahun gizi seimbang? ukuran makanan sehari-
Nama balita : Azmi hari yang kandungannya
Usia : 36 bulan sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh masing-
masing tubuh manusia.
B. Sebutkan tujuan dari
gizi seimbang! Untuk memenuhi
C. Apa yang anda ketahui kebutuhan gizi bagi tubuh
mengenai tumpeng gizi Tumpeng gizi seimbang
seimbang? menurut pemahaman saya
merupakan urutan
makanan yang harus
dipenuhi saat konsumsi.
Jadi di dalamnya terdapat
porsi penyesuaian apa
saja yang diperlukan
D. Apa saja komponen untuk keperluan

55
yang terdapat dalam porsi konsumsi pemenuhan gizi
piring makanku? yang baik.
Protein nabati dan hewani
E. Sebutkan minimal 5 isi (Lauk pauk), karbohidrat
dari pedoman gizi (nasi, kentang, jagung,
seimbang! dsb), vitamin (sayur dan
buah).
1. Makanlah makanan
sumber karbohidrat
setengah dari kebutuhan
energi.
2. Pilihlah makanan
berkadar lemak sedang
dan rendah lemak jenuh.
3. Gunakan garam
beriodioum.
4. Makanlah makanan
sumber zat besi. 5.
Minumlah air bersih dan
aman yang cukup

56
jumlahnya.
2. Mbak Hamida A. Apakah pengertian dari Asupan sehari-hari yang
Usia : 42 tahun gizi seimbang? jenis dan jumlah zat
gizinya sesuai dengan
kebutuhan.
B. Sebutkan tujuan dari Pemenuhan kebutuhan
gizi seimbang! gizi guna mencegah
terjadinya gizi kurang dan
C. Apa yang anda ketahui gizi lebih.
mengenai tumpeng gizi
seimbang? Pedoman untuk pola Makan siang responden
D. Apa saja komponen makan hidup sehat.
yang terdapat dalam porsi Makanan pokok, sayur,
piring makanku? lauk, dan buah.
E. Sebutkan minimal 5 isi
dari pedoman gizi 1. cuci tangan sebelum
seimbang! makan
2. melakukan olahraga
3. sarapan pagi
4. banyak makan sayur

57
dan buah-buahan
5. membatasi konsumsi
manis, dan asin.
2. Mbak Yashinta A. Apakah pengertian dari gizi seimbang adalah
Usia : 35 tahun gizi seimbang? makanan yang
mengandung zat gizi yang
jumlahnya sesuai dengan
B. Sebutkan tujuan dari kebutuhan tubuh.
gizi seimbang! pemenuhan gizi agar
tubuh tetap sehat, imun
agar tetap terjaga serta
mencegah terjadinya gizi
C. Apa yang anda ketahui kurang dan lebih. Makan siang responden
mengenai tumpeng gizi
seimbang? Piramida berisi tentang
D. Apa saja komponen pedoman melakukan pola
yang terdapat dalam porsi hidup sehat.
piring makanku? nasi, sayur, lauk hewani,
lauk nabati, dan buah
E. Sebutkan minimal 5 isi

58
dari pedoman gizi
seimbang! 1. makanlah aneka ragam
makanan.
2. gunakan garam
beryodium, sumber zat
besi,
3. biasakan sarapan.
4. syukuri aneka ragam
makanan
5. minum air putih

59
Berdasarkan hasil dari post test dan pree test, responden sudah memahami
dan mampu menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari mengenai konsep dari Gizi
seimbang, Tujuan, dan lain-lain. Terlihat bahwa hasil porsi makan responden sudah
hampir mendekati dengan anjuran Piring Makan-Ku. Berdasarkan informasi dari
responden pertama bahwa dalam keluarga mereka mengkonsumsi makanan pokok 3x
dalam sehari disertai dengan selingan buah. Rutin mengkonsumsi sayur, serta lauk
hewani dan nabati. Pada responden kedua didapatkan informasi yakni bahwa dalam
keluarga mereka mengkonsumsi makanan pokok 2x dalam sehari. Setiap hari rutin
mengkonsumsi sayur dan lauk nabati, sedangkan untuk lauk hewani tidak rutin.
Sedangkan pada responden ketiga didapatkan informasi yakni bahwa dalam keluarga
mereka mengkonsumsi makanan pokok 3x dalam sehari. Konsumsi buah dan sayur
tidak rutin setiap hari, dan mengkonsumsi lauk hewani dan nabati rutin setiap hari.

Tumpeng gizi Seimbang dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan


sederhana tentang panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik
sehari-hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memantau berat
badan. PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai
panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap kali makan
(misal sarapan, makan siang dan makan malam). Piring Makanku juga menganjurkan
makan bahwa porsi sayuran harus lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan
pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu
minum setiap kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun
gambar gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam
satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya
segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah makan (Kemenkes, 2014).

60
C. Teknologi Tepat Guna menggunakan pangan lokal

Pada pembuatan produk tepat guna dengan memanfaatkan sumber pangan


lokal. Saya disini membuat pudding yang ditambahkan dengan daun kelor. Alasan
saya memilih menggunakan daun kelor yakni kelor dapat diperoleh dengan mudah,
harganya murah, kebanyakan orang suka. Alasan saya membuat puding yaitu karena
masyarakat sekitar mengolah daun kelor hanya sebagai sayur bening, oleh karena itu
mencoba memperkenalkan bahwasanya kelor tidak hanya dibuat sebagai sayur, tetapi
bisa dimanfaatkan untuk makanan lainnya seperti pudding,ice cream, cookies, dan
lain-lain. Selain itu alasan saya membuat pudding karena prosesnya sangat mudah,
tidak memerlukan bahan, alat yang mahal, serta tidak memerlukan waktu yang lama.

Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat pudding antara lain :

1. 1 sdt kelor bubuk


2. 4 sdm gula pasir
3. 1 bungkus agar-agar bubuk plain (tanpa rasa)
4. 100 cc susu cair
5. 200 cc air sari daun kelor
6. 15 ml santan
7. sendok
8. wadah / mangkuk

61
9. panci
10. saringan
11. kompor
Cara membuat :

1. Cuci bersih daun kelor, lalu potong daun dari tangkainya. Selanjutnya masukan
kedalam blender dan tambahkan air, lalu di blender sampai halus.

2. Saring daun kelor. Ambil air sari dan tuangkan kedalam gelas.

3. Masukkan sari kelor kedalam panci, lalu tambahkan bubuk kelor aduk sampai rata,
kemudian tambahkan santan. Aduk sampai rata. Masukkan gula

4. Selanjutnya letakkan diatas kompor dengan api kecil, kemudian aduk sampai rata.
Jika sudah mulai keliatan ada gelembung tambahkan susu cair. Aduk hingga
tercampur rata

5. Rasakan sesuai selera. Jika sudah matikan kompornya

6. Tunggu adonan hingga hangat, kemudian letakkan kedalam cetakan pudding /


mangkuk

7. Siap disajikan

Pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak gizi kurang berupa puding
daun kelor. Puding daun kelor ini merupakan racikan dari puding yang ditambahkan
dengan campuran daun kelor. Sebab, daun kelor banyak tumbuh di daerah tropis
seperti di Indonesia. Konsumsi daun kelor merupakan salah satu alternatif untuk
menanggulangi kasus kekurangan gizi di Indonesia (Widowati, dkk, 2014). Hasil
Penelitian Zakaria, dkk. 2012 menunjukkan bahwa penambahan tepung daun kelor 3
- 5 gram sehari pada makanan anak balita gizi kurang dapat meningkatkan napsu
makan anak dan berat badan anak pada umumnya naik setiap bulan.

Kandungan gizi tepung daun kelor yaitu: 9,57% kadar air, 7,85% kadar abu,
4,03% kadar serat, 2,52% kadar lemak, 26,02% kadar protein, 1,92% kadar vitamin
C dan 51,91% kadar karbohidrat. kandungan nutrisi yang cukup kompleks, senyawa
organik yang terkandung dalam 100 g tepung daun kelor diantaranya adalah tinggi

62
kandungan protein 6,8 g, ß-karoten 6,78 mg, mineral terutama zat bezi 7 mg, fosfor
70 mg, dan vitamin C 220 mg (Krisnadi, A. D. (2015).

63
F. Monitoring dan Evaluasi (beserta tabel Plan of Action)
Komponen
Indikator Penanggung
Project yang MoV Frq Metode
Monitoring Jawab
akan dipantau
Input
Sumber daya Kualitas dari  Penguasaan 3x Membaca Mahasiswa
Manusia pemateri materi yang dan
(mahasiswa itu akan memahami
sendiri) terhadap dijelaskan materi secara
penguasaan materi berulang-
tentang gizi ulang
seimbang
Proses
Konseling dan Memastikan Ibu Penguasaan 3 kali Komunikasi Mahasiswa
Intervensi Gizi memberi makanan materi yang melalui
anak dengan dijelaskan whatsapp
makanan yang secara rutin
beragam dan
mencukupi status
gizi balita

Penyuluhan dan Memastikan ibu Kuisioner 2 kali Komunikasi Mahasiswa


pelatihan Gizi menerapkan pola melalui
Seimbang makan dengan gizi whatsaap
seimbang pada secara rutin
keluarga dalam
kehidupan sehari-
hari

Output
Prevalensi  Jumlah balita Kartu pencatatan 3 hari Kartu Mahasiswa
stunting dengan konsumsi pencatatan
menurun prevalensi konsumsi

64
stunting
menurun
 Konsumsi
makan
beragam
 Status gizi
balita
tercukupi

65
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penyuluhan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. adanya peningkatan pengetahuin responden mengenai Gizi Seimbang dan


bisa menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari

2. Adanya peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pengolahan daun


kelor sebagai pangan fungsional yang yang bermanfaat untuk kesehatan dan
kebutuhan gizi keluarga.

B. Saran

Masyarakat desa tukum terutama ibu yang mempunyai balita baiknya aktif
membawa anaknya ke Posyandu terdekat, mendapat vitamin dan vaksin. Serta
keluarga dirumah memanfaatkan ragam pangan lokal untuk memenuhi Gizi
Seimbang dan bisa mengurangi gizi kurang dan gizi lebih.

66
DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, Bambang W (2014). Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro Zinc
pada pertumbuhan balita).Jakarta : Kencana

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Dickson, 2013. Prinsip Kerja Relay Beserta Fungsi dan Simbolnya.


http://www.produksielektronik.com/2013/10/cara-prinsip-kerja-relayfungsi-simbol-
relay.

Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.

Irianto, Koes.2014.Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced Nutrition


in Reproductive Health).Bandung:ALFABETA

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015.

Krisnadi, A. D. (2015). Kelor Super Nutrisi. Kunduran Blora: Moringa Indonesia.

Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Prasetyawati, A.E. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, Atikah. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja.
Yogyakarta : Nuha Medika

Setyawati B, Pradono J, Rachmalina R. Peran iIndividu, rumahtangga dan pelayanan


kesehatan dasar terhadap status gizi buruk pada balita di Indonesia. Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. 2015;25(4):227-234

Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I


Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .Pp 86-90.

Sulistyoningsih, H. (2012). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak . Yogyakarta : Graha
Ilmu.

67
Supariasa. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.

Syafrizar dan Welis, W. (2008). Ilmu Gizi. Malang: Wineka Media.

Waryana. 2016. Promosi Kesehatan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Widowati, I., dkk. 2014. Universitas Negeri Yogyakarta. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Bakteri Pembusuk Ikan Segar
(Pseudoonas Aeruginosa). Tanggal Akses 19 Oktober 2018.

Zakaria, dkk. 2012. Penambahan Tepung Daun Kelor Pada Menu Makanan Sehari-
hari dalam Upaya Penanggulangan Gizi Kurang pada Anak Balita. Media Gizi
Pangan, Volume XIII, Edisi 1, Januari-Des 2012.

68
LAMPIRAN

A. Kuisioner

B. Rekapitulasi data

1. Anggota Keluarga Menimbang Berat Badan Secara Teratur Minimal 3 Bulan


Sekali
Ya/Tidak Jumlah Responden Presentase
Ya 19 50%
Tidak 19 50%
38 100%
2. Konsumsi tablet Fe untuk Ibu Hamil Dan Ibu Nifas Atau Yang Mempunyai Bayi
<3bulan
Banyaknya tablet Fe dikonsumsi selama masa kehamilan
Jumlah tablet Fe Jumlah Responden Presentase
<90 12 60%

69
9 8 40%
3. konsumsi keluarga
Konsumsi Lauk Hewani Dalam 3 Hari Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 19 50 %

Ya, tidak setiap hari 19 50%

38 100%
Konsumsi Buah atau Sayur dalam 3 Hari Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 21 55,3%

Ya, tidak setiap hari 17 44,7 %

38 100%

4. Jenis Garam Yang Digunakan

Kategori Jumlah Responden Presentase

Garam bata 1 2,6%

Garam curah - -

Garam halus 37 97,4 %


5. Asi Dan Pola Makan Bayi 0-5 Bulan

Kategori Jumlah responden Presentase

ASI saja 6 30 %

ASI, sufor dan makanan 4 20 %


lain

Sufor dan makanan lain 4 20 %

ASI dan makanan lain 4 20 %

ASI dan sufor 1 5%

Susu formula 1 5%

6. Konsumsi Balita 6-59 Bulan

70
Konsumsi Lauk Hewani Dalam Seminggu Terakhir

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 8 40%

Ya, tidak setiap hari 12 60%


Konsumsi Buah/Sayur Dalam Seminggu Terakhir?

Kategori Jumlah Responden Presentase

Ya, setiap hari 10 50%

Ya, tidak setiap hari 10 50%

7. Kapsul Vitamin A Untuk Balita 6-59 Bulan

Usia Vitamin A biru Vitamin A merah

8 1 0

10 1 1

24 1 1

24 1 1

24 0 3

27 2 2

29 1 1

31 1 1

36 1 1

36 0 2

42 0 2

Frekuensi Pemberian
Jumlah Responden Presentase
Vitamin A biru
0 3 23,1 %

1 9 69,2 %

71
2 1 7,7%
Frekuensi Pemberian Jumlah Responden Presentase
Vitamin A merah
0 1 7,7 %
1 7 53, 8 %
2 4 30,8 %
3 1 7,7 %

8. Penimbangan Balita Secara Rutin Tiap Bulan (>6 Bulan)

Usia Frekuensi

7 6

8 6

9 7

10 7

24 6

24 3

24 6

27 8

31 6

36 6

36 6

36 6

42 1

9. Status Gizi Balita


Indeks BB/U

NO Nama L/P Usia BB Sumber BB/U Kategori

72
(bulan
(kg) Informasi
)
-1, 69 BB
58. Raden algifari L 24 10 KMS
SD normal
0,60 BB
59. Gibran L 9 9,5 KMS
SD normal
-1,01 BB
60. El Ghazai L 24 11 KMS
SD normal
0,73 BB
61. Rhaesa P 36 13 -
SD normal
-0,84 BB
62. Fitri aida P 24 11 -
SD normal
-1,97 BB
63. Fifi indah P 8 5 -
SD normal
-1,05 BB
64. Asyifa P 24 10,1 -
SD normal
-0,67 BB
65. Azmi L 36 13 KMS
SD normal
1,24 BB
66. Fira P 36 13 -
SD normal
-3,08 BB
67. Davin L 36 10 -
SD kurang
0,09 BB
68. Dava L 12 10 -
SD normal
-1,85 BB
69. Reza L 24 13 KMS
SD normal
-0,45 BB
70. Nilam P 42 14 KMS
SD normal
-1,28 BB
71. Shameera P 2 4 -
SD normal
-0,77 BB
72. Rizki L 24 11 KMS
SD normal
-0,14 BB
73. Hanun P 9 6,5 -
SD normal
-1,46 BB
74. Asyifa P P 36 11,3 KMS
SD normal
-0,85 BB
75. Nailul author L 12 10 KMS
SD normal

73
-1,43 BB
76. Aleena P 24 10,4 KMS
SD normal

74
Indeks PB/U

Usia
PB Sumber
NO Nama L/P (bulan PB/U Kategori
(kg) Informasi
)
-7, 55 Sangat
77. Raden algifari L 24 64 KMS
SD pendek
-0,12
78. Gibran L 9 71 KMS Normal
SD
-2,23
79. El Ghazai L 24 81 KMS Pendek
SD
-0,16
80. Rhaesa P 36 96 - Normal
SD
-1,67
81. Fitri aida P 24 83 - Normal
SD
0,36
82. Fifi indah P 0 63 - Normal
SD
-0,23
83. Asyifa P 24 85 - Normal
SD
0,26
84. Azmi L 36 96 KMS Normal
SD
1,87
85. Fira P 36 90 - Normal
SD
-2,43
86. Davin L 36 85 - Pendek
SD
1,28
87. Dava L 12 79,5 - Normal
SD
-1,98
88. Reza L 24 93 KMS Normal
SD
-1,64
89. Nilam P 42 92 KMS Normal
SD
-3, 36 Sangat
90. Shameera P 2 55,3 -
SD pendek
0,06
91. Rizki L 24 80 KMS Normal
SD
-0,14
92. Hanun P 9 10 - Normal
SD
93. Asyifa P P 36 87 KMS -1,85 Normal

75
SD
3,45
94. Nailul author L 12 81 KMS Tinggi
SD
-2,43
95. Aleena P 24 81 KMS Pendek
SD

76
Indeks BMI/U

Usia
NO Nama L/P (bulan BMI/U Kategori
)
5,10 Gizi
96. Raden algifari L 24
SD lebih
0,90
97. Gibran L 9 Gizi baik
SD
0,61
98. El Ghazai L 24 Gizi baik
SD
-1,01
99. Rhaesa P 36 Gizi baik
SD
0,28
100. Fitri aida P 24 Gizi baik
SD
-2,95 Gizi
101. Fifi indah P 8
SD kurang
-1,41
102. Asyifa P 24 Gizi baik
SD
-1,33
103. Azmi L 36 Gizi baik
SD
0,25
104. Fira P 36 Gizi baik
SD
-3,01 Gizi
105. Davin L 36
SD kurang
-0,88
106. Dava L 12 Gizi baik
SD
-0,67
107. Reza L 24 Gizi baik
SD
0,86
108. Nilam P 42 Gizi baik
SD
0,58
109. Shameera P 2 Gizi baik
SD
0,26
110. Rizki L 24 Gizi baik
SD
0,58
111. Hanun P 9 Gizi baik
SD
112. Asyifa P P 36 0,39 Gizi baik

77
SD
-1,61
113. Nailul author L 12 Gizi baik
SD
0,21
114. Aleena P 24 Gizi baik
SD

C. Dokumentasi

78
79
80

Anda mungkin juga menyukai