Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


DI LABORATORIUM MEDIK

DOSEN PEMBIMBING
Andi Maya Kesrianti, S.Si. ,M.Kes

DISUSUN OLEH :
JUDMAINNAH
B1D120108

PROGRAM STUDI
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini, namun hal ini tidak lepas dari bimbingan Bapak dan Ibu
Dosen.

Melalui makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
dan Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa karya tulis ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan berbagai kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan guna untuk menyempurnakan makalah ini.

                                                       Makassar, 14 November 2020

Penulis

                                                                                                   JUDMAINNAH
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui tujuan utama k3 adalah mencegah, mengurangi bahkan
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya k3 adalah
untuk mencegah terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan
peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan
norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yg menciptakam dan memelihara derajat
kesehatan kerja.
Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Maka dari itu kita perlu pemahaman mengenai pengertian kecelakaan kerja,
jenis-jenis kecelakaan, sumber kecelakaan, dan penanganan kecelakaan kerja di laboratorium,
sehingga kita dapat mengaplikasikannya secara nyata saat bekerja di Laboratorium. 
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD) dan apa saja Alat Pelindung Diri yang ada
di Laboratorium ?
2.  Masalah dan kecelakaan apa saja yang terjadi dalam laboratorium saat praktikum?
3. Bagaimana upaya atau tindakan P3K untuk kecelakaan yang terjadi dalam praktikum di
laboratorium kimia?
4. Cara penggunaan dan pelepasan APD pada penanganan Covid !
C. Tujuan
1.  Tujuan Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
2.  Tujuan Umum :
 Penulis ingin memperkenalkan apa itu APD dan bagaimana pentingnya.
 Sebagai wawasan tambahan informasi serta memperbanyak ilmu pengetahuan
khususnya untuk Teori K3.
  Untuk lebih memperdalam ilmu dalam Analis Kesehatan.

D. Sistematika
Penulis membuat sistematika laporan sebagai berikut :
1. Pada bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tenteng latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisannya.
2. Pada bab dua adalah pembahasan . dalam bab ini menyebutkan isi dari rumusan masalah dan
manfaatnya.
3. Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran yang mana merupakan akhir
penutup laporan serta lampiran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang No.1 tahun 1970.
 Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat
untuk memberikan APD
  Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD.
 Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan
menyediakan APD secara cuma-Cuma.
b. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981  Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya
untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
c. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang
diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
d. Permenakertrans  No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang
mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja,
sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung
pernafasan.
2. Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif
lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.
3. Jenis-jenis APD
a. Perlindungan Mata Dan Wajah

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata
dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan
radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari Kacamata
pelindung, Goggle,Pelindung wajah, Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan
masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).
b. Perlindungan Badan

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, merupakan suatu perlengkapan


yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium dikenal oleh
masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Hal yang perlu
diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium yaitu kancing jas laboratorium tidak
boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas
dengan ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas secepatnya. Selain jas
laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits. Apron digunakan
untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi, yang berbentuk
seperti celemek terbuat dari karet atau plastik.Untuk apron yang terbuat dari plastik, bahwa
tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat
terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi
loncatan listrik statis. Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini
direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi Bahan dari peralatan
perlindungan badan ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja
laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.
c. Perlindungan Tangan

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila
terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi tidak hanya
melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga
dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan benda
yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin.  Sarung tangan harus secara
periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang
ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat
dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang
digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril,
dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan
kimia yang akan ditangani.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya.
Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya
untuk melindungi dari bahan kimia. Jenis-Jenis Safety Glove antara lain : Sarung Tangan
Metak Mesh, Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong,
Sarung tangan Kulit, Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari
permukaan kasar, Sarung tangan Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan
kimia beracun,  Sarung tangan Padded Cloth Melindungi tangan dari ujung yang tajam,
pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi, Sarung tangan Heat resistant Mencegah terkena panas
dan api, Sarung tangan karet Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet
merupakan isolator (bukan penghantar listrik), Sarung tangan Latex disposable Melindungi
tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai,Sarung tangan
lead lined Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.
d. Perlindungan Pernafasan

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat
membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan
kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus
memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang
sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan
batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa
pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut
harus diganti.
B. Alat Pelindung Diri Untuk penanganan Covid
Alat pelindung diri (APD) merupakan salah satu strategi untuk memecah atau
memutus rantai infeksi. Pemakaian APD merupakan salah satu komponen dalam
kewaspadaan standar. OSHA Occupational Safety and Health Administration,
mendefinisikan APD sebagai “pakaian dan perlengkapan spesial” yang dipakai oleh
petugas kesehatan sebagai proteksi terhadap paparan material infeksius. Secara garis
besar, APD merupakan alat kesehatan yang terdiri dari masker, topi, sarung tangan,
pelindung wajah, dan sepatu yang digunakan petugas maupun pasien untuk
melindungi diri dari kontaminasi penyakit infeksi. Penggunaan APD mengikuti
kaidah keilmuan tertentu dan digunakan sesuai indikasi dan segera dilepas jika sudah
selesai tindakan.
Ketika menentukan pemakaian APD, maka selalu pertimbangkan tiga hal:
1. Tentukan jenis paparan atau kontaminasi yang akan diantisipasi. Apakah yang
akan dihalau dari tubuh berupa kontaminasi kontak, cairan tubuh, droplet,
ataupun udara.
2. Kedua, dan sangat terkait dengan yang pertama, adalah daya tahan dan
kesesuaian APD untuk tindakan tersebut. Misalnya pemilihan antara 10 
pemakaian gaun atau apron. Harus dipilih sesuai indikasi, jika memang
diperlukan memakai salah satunya maka dipertimbangkan pula bahan yang
tidak tembus cairan.
3. Ketiga merupakan ketentuan yang bersifat pilihan dalam penentuan pemakaian
APD. Misalnya ukuran APD setiap individu berbeda maka harus dipilih yang
ukurannya sesuai dengan postur tubuh pekerja kesehatan tersebut.
Di fasilitas pelayanan kesehatan, strategi-strategi pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) utama untuk mencegah atau membatasi penularan COVID-19 meliputi:
1. menjalankan triase, pengenalan dini, dan pengendalian sumber (mengisolasi
pasien suspek dan terkonfirmasi COVID-19)
2. 2.menerapkan kewaspadaan standar3 untuk semua pasien termasuk rajin
membersihkan tangan
3. menerapkan kewaspadaan tambahan (kewaspadaan dropletdan kontak
dankewaspadaan airborne, jika sesuai untuk prosedur yang menghasilkan aerosol
dan perawatan dukungan) untuk kasus suspek dan terkonfirmasi COVID-19)
4. mengimplementasikan pengendalian administrative
5. menggunakan pengendalian lingkungan dan mekanik
1. Pemasangan APD pada Penanganan Covid

Wikan menjelaskan, bahwa observer bertugas untuk mengawasi, membantu,


sekaligus membawa checklist kelengkapan pada APD yang digunakan. Namun, jika
tidak terdapat observer dikarenakan keterbatasan SDM, dapat memakai cermin.
Tetepi, cermin diusahakan memiliki tinggi sesuai postur badan, kemudian
menempatkan checklist pada dinding.

1. Sebelum memakai perlengkapan, pastikan telah memakai baju kerja. Serta,


pastikan semua alatnya sudah lengkap (2 sarung tangan (nonsteril (dalam) dan
steril (luar); gown dan cover shoes, masker N95, face shield, google, headcap,
desinfektan, cuci tangan (hand sanitizer), tempat sampah non medis dan medis)
2. Memakai sarung tangan dalam, pastikan ukurannya nyaman, tidak terlalu ketat
dan tidak terlalu longgar.
3. Memakai coverall, pastikan tidak ada yang sobek atau rusak jahitan. Kemudian
dilanjutkan dengan pemakaian cover shoes dan menalinya dengan rapat.
4. Selanjutnya, memakai masker N95, kemudian mengecek masker dan pastikan
tidak ada udara yang bisa keluar masuk. Jika dirasa kurang rapat, bagian
belakang masker bisa di tali.
5. Setelah itu, bisa memakai masker bedah lagi (optional).
6. Kemudian, memakai headcap hingga telinga dan memakai penutup kepala yang
ada di coverall.
7. Cek ulang dan pastikan resleting tertutup, serta tidak ada area yang terbuka
menggunakan selotip plastik.
8. Lalu, mengunci cover shoes dengan selotip.
9. Kemudian memakai google (kacamata), dilanjutkan dengan memakai face
shield.
10. Kemudian memakai sarung tangan luar. Sarung tangan luar harus melewati
pergelangan tanga, lalu diselotip.
11. Petugas sudah siap melakukan pelayanan kepada pasien. Perlu ditekankan, jika
saat pemakaian petugas tidak boleh menyentuk area muka dan selalu menjaga
kebersihan.
2. Pelepasan APD Penanganan Covid

Kita harus membiasakan cuci tangan pada setiap ganti langkah atau prosedur dalam
pelepasan APD,” tegas Wikan.

1. Sebelum melepas APD, diwajibkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu atau
menggunakan handsanitizer.
2. Kemudian, melepas semua isolasi yang menempel pada badan. Lalu, langsung
dibuang pada tempat sampah medis dan pastikan tidak ada yang robek dari isolasi
tersebut.
3. Kemudian melepas sarung tangan bagian luar. Ketika melepas, harus hati-hati dan
jangan sampai mengkontaminasi sarung tangan bagian dalam.
4. Selanjutnya, melepas face shield. Cara melepas yakni dilonggarkan dulu dari
bagian samping. Kemudian membersihkan face shield menggunakan tisu/ kasa yg
sudah dibasahi dengan desinfektan, dengan arah zig zag atau memutar dari dalam
keluar.  (sebanak 2 kali)
5. Lalu, melepaskan google. Diambil dari samping dan dibersihkan menggunakan
tisu sama dengan cara membersihkan face shield.
6. Kemudian melepas penutup kepala. Pastikan ada cermin untuk mempermudah.
7. Selanjutnya melepas cover shoes dengan cara menggulung dari dalam ke luar.
Gulung dengan hati-hati dan jangan terlalu cepat untuk menghindari kontaminasi
dengan bagian yang lain.
8. Setelah itu, membuka penutup kepala. Jangan lupa digulung juga. Pastikan
tergulung keluar dan jangan sampai bagian luar menyentuh bagian dalam. Serta,
usahakan coverall ini tidak menyentuh lantai dengan kondisi tergulung. Lalu,
buang pada sampah medis.
9. Membuang sarung tangan bagian dalam. Kemudian memakai kembali sarung
tangan yang baru.
10. Lalu, melepas penutup kepala.
11. Masker tidak dilepas karena masih di dalam ruangan APD kotor jadi ditakutkan
terkontaminasi. Banyak tenakes yang menggunakan double masker, kemudian
masker bagian luar dibuang.
12. Setelah selesai, lepas sarung tangan dan kemudian cuci tangan kembali.
13. Kemudian, tenakes bisa keluar dari ruangan kotor ke kamar mandi yang telah
disediakan di samping ruangan kotot.
14. Di dalam kamar mandi, masker N95 dapat dilepas dan dibuang dalam sampah
medis yang telah disediakan. Di sini, tenakes bisa membersihkan diri seperti
mandi.
15. Terakhir, jangan lupa untuk mendesinfeksi sepatu yang digunakan.

C. Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam Laboratorium


Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia adalah :
1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti
ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat
berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih sering terjadi
baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka
panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan
bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
2. Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asamklorida,
natrium hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada
kulit, saluran pernapasan dan mata.
3. Kebakaran dan Luka Bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol, dan sebagainya.  Hal yang
sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
4. Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi
pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
5. Bahaya lainnya
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran
lingkungan. Jadi jelas bahwa laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi
potensi bahaya apapun sebenarnya dapat atau karena kecerobohan.
D. Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yakni :
1. Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan
cara penyimpanannya. Contohnya: bahan kimia beracun, mudah terbakar,
eksplosif, karsinogenik, dan sebagainya.
2. Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi kimia,
dan sebagainya.
3. Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.

Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta keterkaitannya perlu
dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin
terjadi sehingga mampu mencegah atau menghindarinya. Selain itu, perlu pula dipahami tentang
alat pelindung diri serta cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.

E. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia (P3K)


Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski
kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek
yang lebih besar. Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia,
bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak
diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada
kecelakaan di Laboratorium kimia :
a. Luka bakar akibat zat kimia
Terkena larutan asam
1. Kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 
2. Dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 
3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3 K
4. Kemudian cuci lagi dengan air 
5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.

 Terkena logam natrium atau kalium

1. Logam yang nempel segera diambil 

2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 

3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat 

4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau
kapas yang telah dibasahi asam pikrat
Terkena bromin

1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer 

2.  Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.  

Terkena phospor  

1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 


2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
b. Luka bakar akibat benda panas
1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran 
2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang.
c. Luka pada mata

Terkena percikan larutan asam

1. Jika terkena percikan asam encer,


2. Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
3. Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa

1. Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus


2. Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
d. Keracunan

Keracunan zat melalui pernafasan

Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.

1. Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke


tempat  yang berudara segar.
2. Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara menekan bagian
dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban.
e. Shock yang Disebabkan Listrik
Apabila ada kecelakaan yang disebabkan karena aliran listrik, maka matikan arus
listrik sebelum berusaha menolong korban yang terkontak dengan arus listrik. Jika tidak
memungkinkan , lindungi tangan dengan sarung tangan karet atau material atau wol kering
sebelum menyentuh korban untuk penangan selanjutnya.
f. Jika terjadi kecelakaan laboratorium

Segera menghubungi Badan Layanan/personel seperti :     


1. Biological Safety Officer        
2. Pejabat laboratorium
3. Engineering/Water/Gas/Electrical

Dan hal yang tidak kalah penting dalam menangani kecelakaan di lab adalah mengetahui
cara penggunaan perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat
laboratorium dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa. Setiap orang yang bekerja di
lab harus mengetahui bagaimana menggunakan semua perlengkapan keselamatan kerja di lab.

Berikut beberapa peralatan darurat yang diperlukan pada saat kecelakaan dengan
mengutamakan kecepatan yaitu :

1. Alarm Kebakaran (fire alarm) : Sebagai tanda jika terjadi kebakaran di laboratorium.
2. Pendeteksi Asap (Smog detector) : Untuk mendeteksi jenis asap yang ada di laboratorium
3. Kotak P3K (kid acid) 
Kotak yang berisi obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama seperti : Kain
kasa, kapas, plester, gunting, betadine, alkohol.
4. Ventilasi (ventilation) 
Ventilasi ini ada 2 macam yaitu ventilasi sentral dan ventilasi lokal, digunakan untuk
menjaga sirkulasi udara.
5. Alat dan bahan pemadam kebakaran (fire extinguisher)
Fire extinguisher digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Fire
extinguisher ini ada 4 macam berdasarkan zat yang ada di dalamnya dimana
penggunaannya didasarkan pada material penyebab kebakaran.
6. Pancuran Keselamatan (shower) : Shower digunakan untuk mandi jika badan terkena
tumpahan zat berbahaya.
7. Pencuci mata (eye wash) : Pencuci mata digunakan apabila ada zat yang masuk ke mata.
8. Pintu Darurat (emergency door)
Pintu darurat digunakan untuk evakuasi cepat dan aman menuju tempat aman atau ke
luar laboratorium jika terjadi kebakaran atau kecelakaan lainnya.
9. Selimut Kebakaran
Selimut kebakaran merupakan selimut yang terbuat dari bahan yang tahan terhadap
api. Selimut ini digunakan apabila kita terjebak dalam kebakaran.

Bagaimana pun canggih dan hebatnya cara pertolongan pertama pada kecelakaan di
laboratorium, tetap saja pencegahannya lebih baik. Pencegahan kecelakaan harus
dilakukan sedini mungkin karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan perbaikan
dan penggantian akibat kecelakaan yang sudah terjadi apalagi kerugian akibat kebakaran
dan kematian.
Pada dasarnya ada tiga prinsip untuk membuat suatu laboratorium bebas dan aman
dari kecelakaan (accident free operation), yaitu:
a. Semua kecelakaan sekecil apapun yang mungkin terjadi, harus dapat dicegah sedini
mungkin.
b. Lingkungan kerja termasuk bangunan, alat, sistem, dan sarana laboratorium harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kecelakaan.
c. Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus dilatih agar membiasakan diri
bekerja secara aman, bersih dan disiplin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan
lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman,
selamat, dan produktif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan
dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Penanggung jawab laboratorium, stake holder
laboratorium yang lain seperti pemilik, karyawan yang bekerja didalamnya dan bahkan
pelanggan harus mempunyai sikap yang sama dalam pelaksanaan keamanan kerja di
laboratorium kesehatan. Untuk menjamin keselamatan diri di laboratorium, salah satu
persyaratan adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan, jas laboratorium
dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian alat
pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian
tangan tidak boleh diabaikan.
B. Saran
1. Petugas Kesehatan dan non kesehatan sebaiknya disiplin terhadap pemakaian alat
pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian
tangan tidak boleh diabaikan.
2. Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan
kualitas kerja (perfomance) pada setiap taraf/langkah dalam keseluruhan rantai
prosesnya, agar nantinya tidak terjadinya kecelakaan kerja.
3. Penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka
kecelakaan pada saat bekerja dan Penggunaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan
tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai