Anda di halaman 1dari 17

Model Akuntabilitas di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemahaman umum tentang good governance mulai mengemuka di
Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an.
Kepemeritahan yang baik banyak diperkenalkan oleh lembaga donor atau pemberi
pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asean Development Bank, IMF maupun
lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya yang berasal dari negara-negara maju.
Good governance dijadikan aspek pertimbangan lembaga donor dalam memberikan
pinjaman maupun hibah.
Dalam good governance, akuntabilitas publik merupakan elemen terpenting
dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan pegawai negeri.
Akuntabilitas berada dalam ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu sosial
lainnya, seperti ekonomi, adminitrasi, politik, perilaku, dan budaya. Selain itu,
akuntabilitas juga sangat terkait dengan sikap dan semangat pertanggungjawaban
seseorang. Akuntabilitas secara filosofi timbul karena adanya kekuasaan yang berupa
mandat/amanah yang diberikan kepada seseorang atau pihak tertentu untuk
menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dengan
menggunakan sarana pendukung yang ada.
Reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan daerah
kemudian banyak dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan transparansi dan
akuntabilitas publik pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan publik. Salah satu
alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik adalah
melalui penyajian laporan keuangan pemerintah. Dalam era otonomi daerah dan
desentralisasi, sesuai dengan ketentuan UU No.32 dan 33 Tahun 2004, PP No. 24
Tahun 2005, dan PP No. 58 Tahun 2005, pemerintah daerah disyaratkan untuk dapat
menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bagian dari LKPJ Kepala
Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31
mengatur bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut setidak-
tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

Rusni C 301 13 051| 1


Model Akuntabilitas di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep dan pemahaman tentang akuntabilitas kaitannya dengan
good governance?
2. Sejauhmana implementasi konsep akuntabilitas di Indonesia?
3. Bagaimana prinsip akuntabilitas dalam good governance?
4. Bagaimana pemerintah yang responsive, transparan dan akuntabel dalam
mewujudkan good governance?
1.3 Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas softskill Akuntansi Sektor Publik, penyusunan
makalah ini juga bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep dan pemahaman tentang akuntabilitas kaitannya dengan
good governance.
2. Mengetahui implementasi konsep akuntabilitas di Indonesia.
3. Mengetahui prinsip akuntabilitas dalam good governance.
4. Mengetahui pemerintahan yang responsive, transparan dan akuntabel dalam
mewujudkan good governance.

Rusni C 301 13 051| 2


Model Akuntabilitas di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN PEMAHAMAN TENTANG AKUNTABILITAS


KAITANNYA DENGAN GOOD GOVERNANCE
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan
accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau
dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Lalu apa bedanya dengan responsibility
yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan
responsibility seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda.
Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi,
responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu
kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan
bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan Aslam Iqbal
berpendapat bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan
manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan eksternal seseorang. Dari sisi
internal seseorang akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang tersebut
kepada Tuhan-nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas
orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan)
maupun lingkungan masyarakat.
Deklarasi Tokyo mengenai petunjuk akuntabilitas publik menetapkan
pengertian akuntabilitas yakni kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program.
Ini berarti bahwa akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi
(penilaian) mengenai standard pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat
sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila dirasa sudah tepat,
manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimlementasikan standard-standard
tersebut.
Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama
dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan

Rusni C 301 13 051| 3


Model Akuntabilitas di Indonesia

evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta
cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai
bagian penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan
akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif
bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga
sebaliknya.
Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat
mengekspresikan pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu
organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan salah satu ukuran kinerja individu
maupun unit organisasi. Tujuan tersebut dapat dilihat dalam rencana stratejik
organisasi, rencana kinerja, dan program kerja tahunan, dengan tetap berpegangan
pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah (RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP). Media akuntabilitas lain yang cukup efektif dapat berupa laporan tahunan
tentang pencapaian tugas pokok dan fungsi dan target-target serta aspek penunjangnya
seperti aspek keuangan, aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia dan
lain-lain.
2.2 IMPLEMENTASI KONSEP AKUNTABILITAS DI INDONESIA
Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru.
Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep
akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan.
Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan
kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul
karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara
konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu
penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai
penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara
di Indonesia.
Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di
Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara
pemberi donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi
sistem birokrasi agar terwujudnya good governance. UNDP menegaskan bahwa
prinsip-prinsip good governance antara lain terdiri dari partisipasi, ketaatan hukum,
transparansi, responsif, berorientasi kesepakatan, kesetaraan, efektif dan efisien,

Rusni C 301 13 051| 4


Model Akuntabilitas di Indonesia

akuntabilitas dan visi stratejik. Tergambarkan jelas bahwa akuntabilitas merupakan


salah satu aspek penting dalam good governance.
Beberapa negara maju di Eropa seperti jerman dan Inggris telah menerapkan
konsep akuntabilitas hampir di setiap aspek kepemerintahan sejak tahun 1970-an.
Inggris di era John Major dan Toni Blair memasyarakatkan akuntabilitas dengan
menyusun Output and Performance Analysis (OPA Guidance) atau pedoman tresuri
kepada departemen/badan di lingkungan kepemerintahan dan Guidence on Annual
Report yang berisikan petunjuk dalam menyusun laporan tahunan suatu badan kepada
menteri, parlemen, dan masyarakat umum. Disamping itu pemerintah Inggris
menetapkan gagasan tentang Public Services for The Future: Modernisation, Reform,
Accountability yang intinya adalah setiap keputusan hendaknya jangan hanya
berorientasi pada berapa banyak pengeluaran dan atau penyerapan dana untuk tiap
area, tetapi juga mengenai peningkatan jasa yang diberikan dan perbaikan-perbaikan.
Berbeda dengan Inggris, Jerman sebagai negara yang berbentuk federasi,
menetapkan bahwa keterlibatan pusat (central involvement) dalam kegiatan setiap
menteri dibatasi pada masalah kepegawaian, teknologi informasi dan hal-hal
keuangan. Dari pola pemerintahan ini, maka pemerintah sesuai dengan tingkatannya
secara formal mempunyai akuntabilitas (public accountability) kepada parlemen di
tiap tingkatan pemerintahan (federal, negara bagian, dan lokal). Demikian pula
dengan menikmati tingkat independen operasional yang tinggi, maka seorang menteri
dapat secara leluasa melakukan kegiatannya, dan dengan demikian konsep dan prinsip
akuntabilitas dapat dilakukan secara komprehensif .
Di Indonesia, sosialisasi konsep akuntabilitas dalam bentuk Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) telah dilakukan kepada 41 Departemen/LPND.
Di tingkat unit kerja Eselon I, dilakukan berdasarkan permintaan dari pihak unit kerja
yang bersangkutan, oleh karenannya capaian dan cakupannya masih tergolong rendah.
Dengan komitmen tiga pihak yakni Lembaga Administrasi Negara (LAN),
Sekretariat Negara, dan BPKP, maka pemerintah mulai memperlihatkan perhatiannya
pada implementasi akuntabilitas ini. Hal ini terlihat jelas dengan diterbitkannya Inpres
No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres ini
menginstruksikan setiap akhir tahun seluruh instansi pemerintah (dari eselon II ke
atas) wajib menerbitkan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK). Dengan LAK seluruh
instansi pemerintah dapat menyampaikan pertanggungjawabannya dalam bentuk yang
kongkrit ke arah pencapaian visi dan misi organisasi.

Rusni C 301 13 051| 5


Model Akuntabilitas di Indonesia

Perkembangan penyelenggaraan negara di Indonesia memperlihatkan upaya


sungguh-sungguh untuk menghasilkan suatu pemerintahan yang berorientasi pada
pemenuhan amanah dari seluruh masyarakat. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1998
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN menguraikan mengenai
azas akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara dan pengelolaan pemerintahan. Hal
ini mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang responsif,
bebas KKN serta berkinerja, kondisi akuntabilitas merupakan sufficient condition atau
kondisi yang harus ada .
Wujud lain dari implementasi akuntabilitas di Indonesia adalah dengan
lahirnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
khususnya di pasal 14 ayat (2) yang menyatakan bahwa instansi pemerintah
diwajibkan menyusun rencana kerja dan anggaran yang didasarkan pada prestasi kerja
yang akan di capainya. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara
anggaran pemerintah (APBN dan APBD) dengan kinerja yang akan dicapainya
berdasarkan perencanaan stratejik tersebut.
Namun demikian, impelementasi konsep akuntabilitas di Indonesia bukan
tanpa hambatan. Beberapa hambatan yang menjadi kendala dalam penerapan konsep
akuntabilitas di Indonesia antara lain adalah; rendahnya standar kesejahteraan
pegawai sehingga memicu pegawai untuk melakukan penyimpangan guna mencukupi
kebutuhannya dengan melanggar azas akuntabilitas, faktor budaya seperti kebiasaan
mendahulukan kepentingan keluarga dan kerabat dibanding pelayanan kepada
masyarakat, dan lemahnya sistem hukum yang mengakibatkan kurangnya dukungan
terhadap faktor punishment jika sewaktu-waktu terjadi penyimpangan khususnya di
bidang keuangan dan administrasi.
Semua hambatan tersebut pada dasarnya akan dapat terpecahkan jika
pemerintah dan seluruh komponennya memiliki pemahaman yang sama akan
pentingnya implementasi akuntabilitas disamping faktor moral hazard individu
pelaksana untuk menjalankan kepemerintahan secara amanah.
2.3 PRINSIP AKUNTABILITAS DALAM GOOD GOVERNANCE
Secara garis besar akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban dari institusi
pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat
kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun

Rusni C 301 13 051| 6


Model Akuntabilitas di Indonesia

kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang


jelas dan efisien dari para aparat birokrasi.
Karena pemerintah bertanggung gugat baik dari segi penggunaan keuangan
maupun sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus
dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal , melalui umpan balik dari para pemakai
jasa pelayanan maupun dari masyarakat.
Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilainilai atau
norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan
dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program,
akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :
1. pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk
menjamin akuntabilitas publik adalah :
a. pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia
bagi setiap warga yang membutuhkan
b. pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang
berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders
c. adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai
dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku
d. adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,
dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar
tersebut tidak terpenuhi
e. konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah
ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.

2. pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin


akuntabilitas publik adalah :
a. penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal
b. akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan caracara
mencapai sasaran suatu program
c. akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan
dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat

Rusni C 301 13 051| 7


Model Akuntabilitas di Indonesia

d. ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang


telah dicapai oleh pemerintah.

2.4 PEMERINTAHAN YANG RESPONSIVE, TRANSPARAN DAN


AKUNTABEL DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
2.4.1. Akuntabilitas Publik dan Transparansi
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003).
Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-
pihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). Pemerintah,
baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi informasi
dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi
informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.
Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan
kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas
kebijakan, dan akuntabilitas finansial. Akuntabilitas manajerial merupakan
bagian terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen pemerintah
daerah. Tidak dipenuhinya prinsip pertanggungjawaban dapat menimbulkan
implikasi yang luas. Jika masyarakat menilai pemerintah daerah tidak
accountable, masyarakat dapat menuntut pergantian pemerintahan, penggantian
pejabat, dan sebagainya. Rendahnya tingkat akuntabilitas juga meningkatkan
risiko berinvestasi dan mengurangi kemampuan untuk berkompetisi serta
melakukan efisiensi.
Manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena dana yang
digunakan dalam penyediaan layanan berasal dari masyarakat baik secara
langsung (diperoleh dengan mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri),
maupun tidak langsung (melalui mekanisme perimbangan keuangan). Pola

Rusni C 301 13 051| 8


Model Akuntabilitas di Indonesia

pertanggungjawaban pemerintah daerah sekarang ini lebih bersifat horisontal di


mana pemerintah daerah bertanggung jawab baik terhadap DPRD maupun pada
masyarakat luas (dual horizontal accountability). Namun demikian, pada
kenyataannya sebagian besar pemerintah daerah lebih menitikberatkan
pertanggungjawabannya kepada DPRD daripada masyarakat luas (Mardiasmo,
2003a).
Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999) dalam
Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting
menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di
pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan
menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas memungkinkan
masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas
yang dilakukan. Concepts Statement No. 1 menekankan pula bahwa laporan
keuangan pemerintah harus dapat membantu pemakai dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik dengan membandingkan kinerja
keuangan aktual dengan yang dianggarkan, menilai kondisi keuangan dan hasil-
hasil operasi, membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan
perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya,
serta membantu dalam mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas.
Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan
transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang
berupa keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber
daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal
harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami (Schiavo-
Campo and Tomasi, 1999). Transparansi dapat dilakukan apabila ada kejelasan
tugas dan kewenangan, ketersediaan informasi kepada publik, proses
penganggaran yang terbuka, dan jaminan integritas dari pihak independen
mengenai prakiraan fiskal, informasi, dan penjabarannya (IMF, 1998 dalam
Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). Pada saat ini, Pemerintah sudah
mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan (PP No. 24 Tahun 2005).

Rusni C 301 13 051| 9


Model Akuntabilitas di Indonesia

2.4.2. Value For Money


Value for money (VFM)merupakan konsep pengelolaan yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Ekonomi adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas
tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan
dengan menghindari pengeluaran yang boros. Efisiensi merupakan pencapaian
output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efektivitas adalah tingkat
pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana,
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money yang
saling terkait. Ketiga elemen tersebut perlu ditambah dengan dua elemen lagi
yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan
mengacu pada adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan
layanan publik berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu
dilakukan distribusi secara merata. Artinya, penggunaan uang publik
hendaknya tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan
dilakukan secara merata dengan keberpihakan kepada seluruh rakyat
(Mardiasmo, 2002a).

2.4.3. Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan
kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik
tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di
dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-
lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas,

Rusni C 301 13 051|


10
Model Akuntabilitas di Indonesia

organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat


(LSM).
Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti politik, sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam
pengertian, cara pandang, dan definisi. Dari sudut pandang ilmu ekonomi,
sektor publik dapat dipahami sebagai entitas yang aktivitasnya menghasilkan
barang dan layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak publik.
American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993)
menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi yang diperlukan agar dapat mengelola suatu operasi dan
alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi secara tepat, efisien,
dan ekonomis, serta memberikan informasi untuk melaporkan pertanggung-
jawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil operasi dan
penggunaan dana publik. Dengan demikian, akuntansi sektor publik terkait
dengan penyediaan informasi untuk pengendalian manajemen dan akuntabilitas.
Kerangka transparansi dan akuntabilitas publik dibangun paling tidak
atas lima komponen, yaitu sistem perencanaan strategik, sistem pengukuran
kinerja, sistem pelaporan keuangan, saluran akuntabilitas publik (channel of
public accountability), dan auditing sektor publik yang dapat diintegrasikan ke
dalam tiga bagian akuntansi sektor publik, yaitu: Akuntansi Manajemen Sektor
Publik, Akuntansi Keuangan Sektor Publik, dan Auditing Sektor Publik.

2.4.4. Akuntansi Manajemen Sektor Publik


Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen. Fungsi
perencanaan meliputi perencanaan strategik, pemberian informasi biaya,
penilaian investasi, dan penganggaran, sedangkan fungsi pengendalian meliputi
pengukuran kinerja. Informasi yang diberikan meliputi biaya investasi yang
dibutuhkan serta identifikasinya, penilaian investasi dengan memperhitungkan
biaya dengan manfaat yang diperoleh (cost-benefit analysis), dan penilaian
efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis), serta jumlah anggaran yang
dibutuhkan.
Rusni C 301 13 051|
11
Model Akuntabilitas di Indonesia

Dalam perkembangannya, kelemahan dan ketertinggalan sektor publik


dari sektor swasta memicu munculnya reformasi pengelolaan sektor publik
dengan meninggalkan administrasi tradisional dan beralih ke New Public
Management (NPM), yang memberi perhatian lebih besar terhadap pencapaian
kinerja dan akuntabilitas, dengan mengadopsi teknik pengelolaan sektor swasta
ke dalam sektor publik.
Penerapan NPM dipandang sebagai suatu bentuk reformasi manajemen,
depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang mendorong
demokrasi (Pecar, 2002). Perubahan dimulai dari proses rethinking government
dan dilanjutkan dengan reinventing government (termasuk didalamnya
reinventing local government) yang mengubah peran pemerintah, terutama
dalam hal hubungan pemerintah dengan masyarakat (Mardiasmo, 2002b; Ho,
2002; Osborne and Gaebler, 1993; dan Hughes, 1998). Perubahan teoritis,
misalnya dari administrasi publik ke arah manajemen publik, pemangkasan
birokrasi pemerintah, dan penggunaan sistem kontrak telah meluas di seluruh
dunia meskipun secara rinci reformasinya bervariasi. Tren di hampir setiap
negara mengarah pada penggunaan anggaran berbasis kinerja, manajemen
berbasis outcome (hasil), dan pengunaan akuntansi accrual meskipun tidak
terjadi dalam waktu bersamaan (Hoque, 2002; Heinrich, 2002). Polidano (1999)
dan Wallis dan Dollery (2001) menyatakan bahwa NPM merupakan fenomena
global, akan tetapi penerapannya dapat berbeda-beda tergantung faktor
localized contingencies.
Walaupun penerapan NPM bervariasi, namun mempunyai tujuan yang
sama yaitu memperbaiki efisiensi dan efektivitas, meningkatkan responsivitas,
dan memperbaiki akuntabilitas manajerial. Pemilihan kebijakannya pun hampir
sama, antara lain desentralisasi (devolved management), pergeseran dari
pengendalian input menjadi pengukuran output dan outcome, spesifikasi kinerja
yang lebih ketat, public service ethic, pemberian reward and punishment, dan
meluasnya penggunaan mekanisme contracting-out (Hood, 1991; Boston et
al.,1996 dalam Hughes and O’Neill, 2002; Mulgan, 1997).
NPM memberikan kontribusi positif dalam perbaikan kinerja melalui
mekanisme pengukuran yang diorientasikan pada pengukuran ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas meskipun penerapannya tidak bebas dari kendala dan

Rusni C 301 13 051|


12
Model Akuntabilitas di Indonesia

masalah. Masalah tersebut terutama berakar dari mental birokrat tradisional,


pengetahuan dan ketrampilan yang tidak memadai, dan peraturan perundang-
undangan yang tidak memberikan cukup peluang fleksibilitas pembuatan
keputusan (Pecar, 2002).
Penerapan NPM seharusnya didukung dengan penerapan Public
Expenditure Management (PEM) dalam pengalokasian dan penggunaan sumber
daya secara responsif, efektif, dan efisien (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999).
PEM tidak hanya dikaitkan dengan pengeluaran, tetapi juga memperhatikan
pendapatan sebagai suatu kesatuan, sehingga kooperasi aparat pajak dengan
aparat penganggaran untuk berbagai hal seperti budget forecasting,
macroeconomic framework formulation, trade-offs between outright
expenditures, dan tax concessions adalah suatu keharusan.
Dalam kerangka desentralisasi, PEM dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi ekonomi, sosial, dan kemampuan daerah serta
memperhatikan local factor endowments, institusi daerah, dan kebutuhan daerah
dalam perspektif jangka panjang. Penerapan PEM dilaksanakan untuk
mewujudkan agregate fiscal discipline, allocative efficiency, dan operational
efficiency (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999; Campos, 2001). Hal tersebut
dapat dilaksanakan apabila StrategicManagementAccounting (SMA) diterapkan
dalam pemerintahan. SMA membantu penyediaan informasi, pengendalian, dan
evaluasi kinerja meskipun lingkungan dan kebutuhan organisasi terus berubah
karena SMA menekankan continual feedback dan orientasi jangka panjang
dalam membuat keputusan strategis dan menilai efektivitasnya (Hoque, 2002).
Dalam perkembangannya, konsep value for money diperluas dengan
penerapan best value performance framework yang menunjang reformasi
layanan publik. Reformasi layanan publik meliputi empat hal mendasar yaitu
adanya standar nasional, keleluasaan dalam menyediakan layanan, fleksibilitas
organisasi, dan eksplorasi jenis layanan yang dapat disediakan (ODPM, 2003).
Layanan masyarakat seharusnya mempunyai kriteria seperti adanya standar
yang tinggi dan responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya serta dapat diakses
oleh masyarakat yang membutuhkan. Standar yang tinggi dan responsif
merupakan sesuatu yang relatif yang dapat diantisipasi dengan penetapan
standar pelayanan minimal (SPM) atau minimum standard level of public

Rusni C 301 13 051|


13
Model Akuntabilitas di Indonesia

services. Indonesia saat ini sudah mempunyai PP No. 65 Tahun 2005 yang
mengatur tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal.
Tujuan pokok best value adalah memodernisasi penilaian pengelolaan
pemerintahan sehingga unit kerja yang berwenang menyediakan layanan yang
baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat sehingga layanan yang
disediakan bukan berdasarkan dana yang tersedia (pelayanan merupakan fungsi
pendapatan), tetapi lebih pada apa yang dibutuhkan masyarakat (pelayanan
merupakan fungsi kebutuhan). Setiap unit kerja menentukan target dan tujuan
serta merefleksikannya ke dalam suatu performance plan yang memberikan
informasi mengenai jenis layanan yang disediakan, cara menyediakan layanan,
obyek pemakai layanan, kualitas layanan yang diharapkan, dan tindakan yang
diperlukan dalam menyediakan layanan (Jones and Pendlebury, 2000). Best
value juga menyelaraskan prioritas dan fokus nasional dengan prioritas dan
fokus daerah sehingga pengembangan layanan publik tidak tumpang tindih.
Best value menitikberatkan pada pembangunan yang berkelanjutan,
keseimbangan kualitas layanan yang disediakan dengan biaya yang dikeluarkan,
dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah dalam menyediakan layanan
publik.Best value meningkatkan akuntabilitas dengan cara konsultasi dan
musyawarah untuk memastikan adanya komunikasi yang efektif dalam
komunitas daerah. Selain itu, best value juga mensyaratkan adanya evaluasi
pada setiap aspek pekerjaan dari berbagai perspektif untuk menilai kinerja unit
kerja tersebut. Best value dapat mengadopsi teknik-teknik manajemen sektor
privat seperti value planning, value engineering, dan value analysis, serta
konsep customer value. Dengan demikian, best value dapat dikatakan sebagai
konsep pengelolaan yang berfokus pada pelanggan dan kinerja.
Penerapan konsep-konsep di atas seperti value for money, NPM, dan
best value akan lebih nyata apabila sistem manajemen strategik yang berbasis
Balanced Scorecard (BSC). Sistem manajemen strategik tersebut terdiri dari
sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategi, sistem penyusunan
program, sistem penyusunan anggaran, sistem pengimplementasian, dan sistem
pemantauan.

Rusni C 301 13 051|


14
Model Akuntabilitas di Indonesia

Rusni C 301 13 051|


15
Model Akuntabilitas di Indonesia

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-
individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya
publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen
untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah dilaksanakan
secara bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan peraturan-peraturan yang
berhubungan langsung dengan keharusan pernerapan akuntabilitas di setiap instansi
pemerintah menunjukan keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reofrmasi
birokrasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa hambatan dalam implementasi
akuntabilitas seperti; masih rendahnya kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan
lemahnya penerapan hukum di Indonesia.

Rusni C 301 13 051|


16
Model Akuntabilitas di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/419-konsep-tentang-akuntabilitas-
dan-implementasinya-di-indonesia.html
http://romipermadi.blogspot.com/2013/10/pengaruh-transparansi-dan-akuntabilitas.html
http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/prinsip-akuntabilitas-dalam-good.html
http://cintaimabar.blogspot.com/2011/09/pewujudan-transparansi-dan.html

Rusni C 301 13 051|


17

Anda mungkin juga menyukai