Anda di halaman 1dari 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ISI CERITA PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN STRATEGI


DIRECRED READING THINKING ACTIVITY (DRTA)
DI KELAS V SDS IT DARUL HIKAM
KABUPATEN TEBO
TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (SI) Pada Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI

OLEH:

NURUL AFIFAH
NIM/NIRM: 02.216.0418/13004151620539

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
MUARA BUNGO
2020
YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) BUNGO

Alamat: Jl. Lintas sumatera Km 4 Arah Padang Kel: Sei Binjai Kec. Batin III Kab . Bungo

MOTO
‫يا ََ أي َهاَّا ِلذيهَ آ ُمىىا إََ ذا ِقي َل َلُكم َتَفسحىا ِفي‬
ََُ ََ ََ َِ َ َُ َََ
ََ َ ََ
‫َ َلُكم َ ِِإ ذا ِقي َل‬ُ ‫ل‬ََّ َِ َ
‫ح‬ ‫س‬ ‫ف‬‫َي‬ ‫ىا‬ ‫ح‬
ُ َ ‫ال ََم َجا ِل ِس فاف‬
‫س‬
َ‫َ َََا ِلذيه‬
ََ ََ
ُ ‫ش َُزِا َيز فع َِ ََّل‬ ُ ِ‫ش َُزِا فا‬ ُ ِ‫ا‬
َُ
‫آمَىىا ِمىكم َِالذيهَ أِتُىا‬
ِ َّ ُ ُ َ
َ َ‫ىى‬
‫َ ََِبيز‬ َ ‫َ َِبَاا َتََ ُا‬ ٍۚ ‫ال َِعىَم َدَر َج‬
ُ ‫ات َََِّل‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.1

1
Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: PT Senergi Pustaka Indonesia,2014), h.245
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini dengan baik. Sholawat berserta salam

dihaturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang

telah membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Proposal ini berjudul “Meningkatkan Kemampuan Memahami

Isi Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Di Kelas V SD Swasta IT

Darul Hikam Kabupaten Tebo Tahun 2020” Diajukan pada Institut

Agama Islam (IAI) YASNI Muara Bungo program studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) untuk memenuhi syarat penyelesaian

Program Strata Satu (S.I).

Selanjutnya dalam penulisan proposal ini, penulis tidak lepas dari

bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua Saya Bp. SHOBRON dan Ibu JUMARMAH

2. Bapak M. Solihin,S.Ag.M.Pd.I, selaku Ketua IAI YASNI Bungo

3. Bapak Sungkowo, S.Ag. M.Pd.I, Selaku Ketua Prodi PGMI.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAI YASNI Bungo

5. Teman- teman seperjuangan PGMI yang telah memberikan

Motivasi kepada penulis sehinggga terselesainya Proposal ini.

3
Akhirnya apabila terdapat kekurangan dalam penulisan Proposal

ini, penulis sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaannya. Semoga Allah memberi ridho atas jasa dan

bimbingan dari semua pihak. Amin ya robbal ‘alamin.

Muara Bungo, Maret 2020


Penulis/ Peneliti

NURUL AFIFAH
NIM. Pm.02.216.0418

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa nasional Bangsa

Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap penting

sehingga wajib diberikan disemua jenjang pendidikan formal, karena

dengan pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, danbudaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, serta berpartisipasi dalam

masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut.2

Adapun menurut Akhdiah dkk, tujuan pembelajaran Bahasa

Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia

yang lebih baik dan benar serta dapat menghayati Bahasa dan sastra

Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tinkat

pengalaman siswa Sekolah Desar.3

Tujuan Bahasa Indonesia juga untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik agar dapat berkomunikasi dalam Bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun secara tertulis,

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia maka dibutuhkan suatu kreatifitas dan hendaknya sistem

pendidikan dapat menarik perhatian, sikap dan prilaku kreatif-

2
Yuyun Ustazah, Skripsi: “Upaya meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I
melalui metode permainan di MI Tarbiyah sleman magelang” (yogyakarta UIN, 2014), h. 2
3
Wahnin Ikhtiar, Skripsi: “Peningkatan hasil belajar membaca mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan pembelajaran koperatif modes team game tournamen (TGT) Kelas I di MI
Muhamadiyah Lasari Kecamatan Rawalo” (purwokerto: STAIN, 2014), h. 21

5
produktif, disamping pemikiran logis dan penalaran.4 Dan juga

meningkatkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat

yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta

menggunakan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

bahasa indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupu

tertulis5

Salah satu materi pembelajaran dalam bahasa indonesia yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu materi memahami isi

cerita, pembahasan mengenai materi memahami isi cerita ini terdapat

pada standar kompetensi (SK) Mendengarkan, 5 Memahami cerita

tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan

secara lisan, dan kemampuan tersebut ditunut dalam kompetensi dasar

(KD) 5.1 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, amanah).

Peneliti memilih SDS IT Darul Hikam Karna di SD tersebut

belum pernah ada yang meneliti, dan SD tersebut juga sangat

terjangkau dari rumah peneliti. Peneliti memilih pelajaran Bahasa

Indonesia karna berdasarkan pengalam pribadi peneliti, pelajaran

Bahasa Indonesia memang banyak tidak isukai oleh sebagian peserta

didik, apalagi bagi peserta didik yang merasa dirinya belum dapat

membaca dengan lancar, serta belum dapat memahami isi bacaan, dan

kenyataan yang terjadi di kelas V SDS IT Darul Hikam kemampuan

memahami isi cerita yang dibacakan oleh pendidik sangatlah rendah.

4
Ustazah, Op.Cit., hal. 2
5
Ikhtiar, Loc.Cit., hal. 21

6
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran

yang beberapa waktu lalu peneliti kunjungi pada 21/Februari/2020

hanya ada 35% siswa yang benar-benar memahami isi cerita yang telah

dibacakan oleh pendidik, selebihnya hanya mengobrol dengan teman

sebangku, memperhatikan tetapi tidak dapat memahami, keluar masuk

kelas dengan alasan ke toilet, bahkan sampai ada yang tertidur di

mejanya. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan oleh

pendidik dikelas adalah pembelajaran yang konvensional yang

diaplikasikan dengan bentuk cramah. Teknisnya yaitu pendidik berada

di depan kelas dan menyampaikan materi pelajaran, sedangkan peserta

didik medengarkan, menyimak, dan mencatat hal-hal yang dianggap

penting, terkadang kegiatan diselingi dengan beberapa pertanyaan,

diskusi dan kegiatan latihan. Dengan begitu peserta didik menjadi tidak

terbiasa untuk membaca dari kecil yang akibatnya susah memahami

suatu isi bacaan atau cerita.

Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil nilai rata-rata peserta

didik pada materi memahami isi cerita selalu rendah jika dibandingkan

dengan mata pelajaran atau materi lainnya, dan akibatnya banyak

peserta didik yang nilainya belum memenuhi standar kompetensi yang

telah ditentukan sekolah. Keberhasilan belajar peserta didik akan

tercapai apabila terjadi interaksi dua arah antara pendidik dengan

peserta didik sudah berjalan dengan baik, untuk itu dalam sebuah

pembelajaran diperlukan sebuah strategi belajar yang memberdayakan

peserta didik dengan aktif.

7
Dari 28 siswa hanya 35% atau sekitar 10 siswa yang mendapat

nilai rata-rata 70 atau sudah memenuhi standar KKM.6

Beberapa kemungkinan yang menyebabkan timbulnya masalah

diatas adalah karna: 1)proses pembelajaran bahasa indonesia pada

materi memahami isi cerita ini disampaikan hanya dengan metode

cramah yang monoton, sehingga memicu masalah berkurangnya

pemahaman siswa tentang cerita yang disampaikan oleh pendidik, 2)

pendidik belum menggunakan media yang baik, 3) Pendidik belum

menerapkan strategi yang sesuai dengan materi pelajaran, siswa belum

cermat menangkap isi cerita, 5) rendahnya minat baca peserta didik.

Dari ke 5 kemungkinan di atas yang menjadi pemicu utama timbulnya

masalah pada penelitian ini adalah penggunaan strategi pembelajaran

oleh pendidik yang hanya menggunakan metode cramah saja.

Permasalahan tersebut harus sesegera mungkin diatasi,

mengingat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah

satu mata pelajaran yang sangat penting di sekolah, sebab dengan

pembelajaran Bahasa Indonesia ini siswa dapat mengenal dirinya,

memahami dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, serta

menghayati Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan

tujuan berbahasa serta tingkat penalaman siswa tingkat Sekolah Dasar.

Apabila masalah ini terus berlanjut maka proses belajar

mengajar di kelas V SDS IT Darul Hikam menjadi tidak efektif dan

6
Hasil observasi di SDS IT Darul Hikam (kelas V) pada hari sabtu tgl 22/Febeuari/2020, jam
09.11- 10.30 WIB

8
tidak terjadinya korelasi antara pendidik dan peserta didik yang

menyebabkan tidak adanya kesesuaian antara kinerja pendidik dengan

standar hasilpenilaian yang ditetapkan sekolah. Sehingga peneliti

mempunyai inisiatif menggunakan strategi pembelajaran yang

sekiranya dapat membuat peserta didik akan lebih mudah memahami

isi cerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

strategi Directed Reading Thingking activity (DRTA). Strategi tersebut

dipilih karna dianggap sesuai dengan tingkat perkrmbangan peserta

didik dan materi pembelajarannya. Karna untuk ranah peserta didik

tingkat SD yang cenderung dibimbing atau diarahkan. strategi Directed

Reading Thingking activity (DRTA) ini juga sangat cocok diterapkan

dalam kegiatan membaca karna strategi ini bertujuan untuk melatih

peserta didik berkonsentrasi dan berfikir keras guna memahami isi

bacaan secara serius.

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya minat baca peserta didik.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia masih berpusat pada pendidik.

3. Strateggi yang digunakan pendidik kurang tepat.

4. Sebagian besar siswa belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

9
Siswa kelas V SDS IT Darul Hikam Rimbo Ulu dengan jumlah siswa

28 orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 15 perempuan untuk

meningkatkan kemampuan memahami isi cerita.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan btasan masalah di atas, maka masalah peneliti ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimanakah penerapan strategi Directed Reading Thingking

activity (DRTA) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam

meningkatkan kemampuan memahami isi cerita kelas V SDS-IT Darul

Hikam Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

masalah yang terjadi pada SD Swasta IT Darul Hikam Rimbo Ulu

berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui, apakah

materi memahami isi cerita jika menggunakan strategi Directed

Reading Thingking activity (DRTA) akan dapat meningkatkan

kemampuan memahami belajar siswa. Dan mengetahui pada indikator

manakah terjadinya peningkatan kemampuan memahami yang

signifikan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diraih melalui penelitian ini ada 4

aspek, yakni :

1. Bagi Siswa

10
Meningkatkan kemampuan memahami pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

2. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung

pada guru, dalam memperoleh pengalaman untuk menerapkan

strategi pembelajaran yang inovatif dan berfariasi.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah

dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran khususnya mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

4. Bagi Peneliti

Sebagai syarat untuk menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar

Sarjana program Strata satu (SI) pada jurusan tarbiyah dan

keguruan Program studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI).

11
BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) yaitu penelitian yang didasarkan pada

permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar Swasta Islam Terpadu Rimbo Ulu.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang

dilakukan guru di dalam kelas yang bertujuan untuk meningkatkan

kinerja guru dan siswa melalui hasil refleksi diri terhadap tindakan

yang dilakukan dalam beberapa siklus atau putaran.7

Penelitian Tindakan kelas dapat diartikan sebagai kegiatan

penelitian dalam bentuk siklus yang merupakan suatu tindakan sebagai

hasil refleksi seorang guru di kelas yang dikelolanya, dengan tujuan

utama untuk meningkatksn kualitas pembelajaran dalam rangka

perbaikan dan peningkatan kinerja siswa dalam bentuk presentasi

belajar.8

Penelitian ini menggunakan model penelitian yang

dikemukakan oleh Kemmis and Mc Taggart, model yang dikemukakan

oleh kemmis adalah konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin

kemudian di kembangkan oleh Kemmis and Mc Taggart. Penelitian

7
Mona Novita, PTK Tidak Horor, (Surabaya: CV Media Pustaka Guru, 2018).h.6
8
Benidiktus Tanujaya dan Jane Mumu, Penelitian Tindakan Kelas,(Yogyakarta :
media akademi,2016).h. 7

12
yang mengemukakan oleh kemis sangat sederhana dan praktias,

menurut Kemmis ada 4 tahap penelitian yang harus dilakukan oleh

seorang guru guna meningkatkan kinerja guru dan siswa, yang pertama

yaitu perencanaan (plan), yang kedua tindakan dan pengamatan (action

and observe), yang ketiga yaitu refleksi (reflect), dan yang terahir yaitu

perencanaan ulang (revised plan). Menurut Kemmis tindakan dan

pengamatan dilakukan secara bersamaan,maksudnya adalah pada saat

berlangsungnya suatu tindakan itu dilakukan, maka kegiatan observasi

juga harus di lakukan sesegera mungkin, karena tindakan dan

pengamatan saling berkaitan dan bisa dilakukan secara bersamaan. Dan

Kemmis juga mempunyai tahap perencanaan ulang, dimana tahap

tersebut dapat dibuat acuan apabila ingin melakukan siklus selanjutnya

jika siklus pertama belum teratasi beberapa masalahnya. Itulah

beberapa keunggulan dan alasanmengapa peneliti memilih model

Kemis and Mc Taggart.

Di bawah ini dapat peneliti paparkan beberapa prosedur

pelaksanaan menurut Kemmis and Mc Taggart :

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti perlu melakukan beberapa

persiapan sebagaimana persiapan yang dilakukan oleh Kemmis and

Taggart. Persiapan pertama yang dilakukan oleh guru adalah bukan

untuk menemukan akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya

berbagai ketimpangan dalam pembelajaran, tetapi menurut Kemmis

and Taggart adalah untuk menemukan gagasan umum yang ingin

13
dikembangkan. Gagasan umum dapat berasal dari gagasan baru yang

menjanjikan atau dari praktik yang sudah ada yang gagal memberikan

pengaruh yang signifikan. Persiapan selanjutnya yaitu melakukan

Kajian dengan baik kajian dengan baik, setelah kajian teoritik hendaknya

memperhatikan aspek teknis seperti sarana dan prasarana dsb. Untuk

selanjutnya peneliti juga perlu membuat indikator pencapaian untuk

melakukan evaluasi keberhasilan tindakan yang diambil.9

2. Tindakan dan Pengamatan

Dalam model ini, tindakan dan pengamatan dilakukan secara

bersamaan, dalam hal ini sewaktu melakukan tindakan maka peneliti

langsung melakukan observasi (pengamatan). Secara bersamaan

peneliti juga melakukan observasi dengan menggunakan instrumen

sesuai dengan kebutuhan. Pengamatan yang dilakukan sebaiknya

difokuskan kepada indikator pencapaian yang telah di tetapkan

sebelumnya.10

3. Refleksi

Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti

berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan yang dilakukan. Catatan

observasi, rekaman, maupun hasil yang diperoleh siswa serta aktivitas

lainnyayang dilakukan oleh siswa yang berhasil diamati oleh guru

merupakan bahan yang digunakan untuk melakukan refleksi.

Contoh : -Apakah terdapat perubahan sikap siswa dalam


pembelajaran?

9
Mumu, Op.Cit. h.23
10
Ibid., h.24

14
-Mengapa hal tersebut terjadi?11

4. Perencanaan Ulang

Pada Model Kemmis and Taggart menyatakan bahwa pasti

terdapat saran untuk memperbaiki tindakan yang dilakukan. Hal ini

tampak jelas pada tahapan peneitian tindakn yang mereka kemukakan.

Suatu keniscayaan apabila suatu tindakan secara langsung dapat

mengatasi permasalahan yang ada. Perbaikan tindakan sebagai hasil

dari refleksi inilah yang merupakan awal dari pelaksanaan siklus PTK

selanjutnya.12 Agar lebih memahami bagaimana prosedur pelaksanaan

PTK Model Kemmis and Taggart, di bawah ini penulis sertakan sebuah

gambar dari prosedur Model Kemmis and Taggart.12

Agar lebih memahami bagaimana prosedur pelaksanaan PTK

Model Kemmis and Taggart, di bawah ini penulis sertakan sebuah

gambar dari prosedur Model Kemmis and Taggart.13

Gambar 2.1 : Prosedur Pelaksanaan PTK Kemmis14

11
Mumu, Op.Cit. h.23
12
Ibid., h.24
13
Ibid., h.24
14
http://.kumpulan-contoh-ptk.blogspot.comDiakses pada tanggal 08 april 2018 jam 21:56 WIB.

15
Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa Model Kemmis and

Taggart mempunyai empat kegiatan, dan empat kegiatan tersebut saling berkaitan,

sehingga membentuk suatu siklus. Menurut Kemmis and Taggart jika semakin

banyak masalah yang belum terselesaikan melalui tinndakan yang diambil, maka

semakin banyak pula siklus yang dilaksanakan.

B. Konsep Model Tindakan

1. Pengertian Kemampuan Memahamai Isi Cerita

Kemampuan memahami memiliki beberapa pengertian menurut

pandangan beberapa ahli. Untuk lebih jelasnya berikut dikemukakan beberapa

pendapat yang berkaitan dengan kemampuan memahami.

Abdul Razak menyatakan kemampuan memahami cerita adalah

kesanggupan pembaca menyebutkan kembali isi bacaan tentang suatu topik

tertentu. Selanjutnya membaca merupakan suatu aktifitas penting. Melalui

kegiatan itu dapat memperoleh suatu gagasan. Melalui kegiatan itu juga kita

dapat memperoleh kesimpulan dan berbagai pandangan dari pengarang melalui

bukti tertulis. Cara atau kegiatan yang dicapai tingkat pemahaman tentang

sesuatu adalah dengan membaca. Karena menurut Abdul Razak membaca

sebagai suatu bentuk kegiatanyang dapat digunakan sebagai sarana untuk

memperoleh pemahaman tentang sesuatu.15

Menurut Bormouth yang dikutip Darmayati Zuchdi (2007: 22),

kemampuan adalah seperangkat keterampilan yang digeneralisasi, yang

15
Marzuki, Skripsi, “meningkatkan kemampuan memahami cerita melalui model pembelajaran problrm based
on introduction pada siswa kelas V madrasah ibtidaiyah darussalam sungai sabar desa bekawan kecamatan
mandah kabupaten undragiri hilir”, (riau pekanbaru:UIN, 2013), h.21

16
memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh

dari kegiatan.16

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasa dari kata

mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada,

kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan

alam menuasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan. Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar,

misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri

atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah

dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.17

Menurut W. S. Winkel, yang dimaksud dengan pemahaman adalah :

mencakup kemampuan untuk menangkap maksa dan arti dari bahan yang

dipelajari, adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari

suatu bacaan. Mengubah data yang disajikan dalam brntuk tertentu.18

Memahami cerita terbagi atas dua suku kata yaitu memahami dan cerita.

Bila diartikan masing-masing kata, memahami artinya mengerti benar akan

sesuatu atau mengetahui benar.19

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa

kemampuan memahami cerita merupakan suatu kesanggupan seorang siswa

16
Gimer Suyatno, Skripsi, “Upaya meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran
bahasa indonesia melalui pembelajaran membaca cerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB Tunas
pembangunan I nogosari boyolali tahun 2012”, (Surakarta: USM, 2012), h.12
17
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar(Bandung :PT.Remaja Roskarya, 1995), h.24
18
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakaeta : PT. Gramedia, 1996), h. 246
19
Desrawati, Skripsi, “Upaya Meningkatkan Memahami Cerita (Karangan Narasi) Dengan menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe practice rehearsal paird Dalam pelajaran bahasa Indonesia Kelas III SDN 024
Tarai Bangun tambang” (Riau Pekanbaru: UIN, 2011), h.11

17
atau pembaca dalam mengungkapkan kembali isi pokok dari cerita tersebut

dengan bahasanya sendiri.

2. Indikator Keberhasilan Kemampuan Memahami Cerita

Menurut Wardani, ia berpendapat bahwa ada 4 indikator keberhasilan

kemampuan memahami yaitu sebagai berikut: (1) siswa dapat menentukan

tokoh dalam cerita dengan benar, (2) siswa dapat menentukan tema dalam cerita

dengan benar, (3) siswa dapat menentukan latar dalam cerita dengan benar, (4)

siswa dapat menentukan amanat atau pesan dalam cerita dengan benar atau

mendekati benar. Peneliti menetapkan indikator keberhasilan penelitian ini

adalah apabila kemampuan memahami cerita siswa mencapai 75%.20

variabel Indikator Bentuk Tingkah Laku


Keberhasilan
1) siswa dapat Membaca materi ajar
menentukan Menyimak pelajaran
tokoh dalam Guru menerangkan pengertian tokoh dalam
cerita dengan cerita
benar Bersemangat mengikuti pelajaran
Menjawab pertanyaan guru
Menebak tokoh dalam cerita/materi ajar
Aktif bertanya saat cerita berlangsung
2) siswa dapat Memperhatikan saat guru membacakan cerita
Guru menjelaskan pengrtian tema
menentukan
Mengikuti pelajaran dengan sungguh-
tema dalam
sungguh
Menanggapi pertanyaan guru tentang tema
Berdiskusi dengan tema jika kesulitan

20
Marzuki, Op.Cit., h. 17

18
cerita dengan Tak menyerah jika mengalami kesulitan
dalam memahami
benar
Tidak gelisah saat belajar
3) siswa dapat Guru memberikan contoh cerita
Kemampuan Menebak latar dalam cerita
menentukan
Memahami Semangat mengikuti pembelajaran
latar dalam
Termotivasi untuk menentukan latar cerita
cerita dengan Guru menjelaskan makna dan pengertian

benar latar cerita


Dapat menjawab pertanyaan dengan benar
4) siswa dapat Guru menjelaksan amanat dalam cerita
menentukan Memperhatikan dengan seksama
amanat atau Bertanya jika mengalami kesulitan
pesan dalam Merenungkan pesan/amanat cerita tersebut
cerita dengan Menjawab pertanyaan tentang amanat cerita
benar atau Berdiskusi dengan teman
mendekati Aktif dalam bertanya
benar Menunjukkan sikap senang dalam belajar

Tabel 2.1 : Indikatoe Keberhasilan Kemampuan Memahami

3. Langkah Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Cerita

Berikut ini langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya

meningkatkan pemahaman siswa.21

a. Memperbaiki proses pembelajaran

Langkah ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan proses

pemahaman siswa dalam belajar. proses pengajaran tersebut menliputi:

21
Wulan Mayangsari, Op.Cit, h. 23-25

19
memperbanyak tujuan pembelajaran, bahan (materi) pemelajaran, strategi,

metode dan media yang tepat serta pengadaan evaluasi belajar. yang mana

evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang diberikan, tes ini bisa berupa tes formatif, tes

subsumatif dan sumatif.

b. Adanya kegiatan bimbingan belajar

Kegiatan bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberkan

kepada individu tertentu agar mencapai taraf perkembangan dan

kebahagiaan yang optimal.

Adapun tujuan dari kegiatan bimbingan belajar adalah:

1. Mencarikan cara-cara belajar yang efektif dan efisien bagi siswa.

2. Menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaan.

3. Memberikan infoemasi dan memilih bidang studi sesuai dengan bakat,

minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya.

4. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan atau

ujian.

5. Menunjukkan cara-cara mengatasi kesulitan belajar.

c. Menumbuhkan waktu belajar

Berdasarkan penemuan John Ahroll (1963) dalam observasinya

mengatakan bahwa bakat untuk suatu bidang studi tertentu oleh tingkat

pelajar siswa menurut waktu yang disediakan pada tingkat tertentu ini

mengandung arti bahwa waktu yang tepat untuk mempelajari suatu hal akan

memudahkan seseorang dalam mengerti hal tersebut dengan cepat dan tepat.

20
d. Pengadaan umpan balik (feedback) dalam belajar

Umpan balik menupakan respon terhadap akibat perbuatan dari

tindakan dalam belajar. oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru harus

sering mengadakan umpan balik sebagai pemantapan belajar. hal ini dapat

memberikan kepastian kepada siswa terhadap hal-hal yang masih

dibingungkan terksit mteri yang dibahas dalam pembelajaran. Juga dapat

menjadikan tolak ukur guru atas kekurangan dalam penyampaian materi. Jika

terjadi kesalahan pemahaman pada siswa, siswa akan memperbaiki segera

mempeerbaiki kesalahannya.

e. Pengajaran perbaikan (Remdial Teaching)

Remedial Teaching adalah upaya perbaikan terhadap pembelajaran

yang tujuannya belum tercapai secara maksimal. Pembelajaran kembali ini

dilakukan oleh guru terhadap siswanya dalam rangka mengulang kembali

materi pelajaran yang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, sehingga

setelah dilakukan pengulangan tersebut siswa dapat meningkatkan Hsil

belajar menjadi lebih baik. Pengajaran perbaikan biasanya mengandung

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Mengulang pokok bahasan seluruhnya.

2. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.

3. Memecahkan masalah aau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.

4. Memberikan tugas khusus.

21
1. Pengertian Strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA)

Katherine D. Weisendanger dalam bukunya Strategi for literacy

education mengemukakan bahwa Directed Reading – Thinking Activity

(DRTA) adalah strategi prabaca, baca, dan pascabaca. Dalam kegiatan ini siswa

diikutsertakan dalam menebak (mengira-ngira) akan seperti apa ceritanya

(tentang apa). Strategi Directed Reading - Thinking Activity (DRTA) juga

melibatkan pembaca untuk menggunakan pengalamannya untuk membangun

ide pengarang. Kegiatan ini dapat digunakan dalam setiap tingkat pembaca baik

dalam grub atau individu, baik dengan teks cerita atau penjelasan.22

Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) atau Membaca dan

Berfikir Secara Langsung (MBL), memfokuskan keterlibatan peserta didik

dengan teks, karena peserta didik memprediksi dan membuktikannya ketika

mereka membaca. Strategi ini diarahkan untuk mencapai tujuan umum, dengan

strategi DRTA pendidik DRTA banyak digunakan dengan fiksi, tapi bisaberhasil

digunakan dengan nonfiksi juga.23

Menurut Stauffer via Farida (2007: 47) bahwa strategi Directed Reading

- Thinking Activity (DRTA) merupakan suatu strategi yang memfokuskan

keterlibatan siswa dalam memprediksi dan membuktikan prediksinya ketika

mereka membaca teks. Lebih lanjut Stauffer menjelaskan bahwa guru bias

memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara

22
Chintya Febrie Hana Saputri, Skripsi, “Efektivitas Strategi Directed Reading -Thinking Activity (DRTA)
Untuk Pembelajaran Membaca Pemahaman Teks Ekplanasi Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Parakan
Temanggung”, (Yogyakarta: UNY 2015), h. 21
23
Anggi Anggara, Skripsi, “Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah
Ismaria Al-Qur’anniyah Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019”, (Lampung: UIN Raden
Intan 2018), h. 35.

22
intelektual serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis,

memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara.24

Abidin (2012:81) mengemukakan, “Strategi DRTA diarahkan untuk

mencapai tujuan umum agar siswa mampu melibatkan proses berpikir dan

pengalamannya ketika membaca dan merekonstruksi ide-ide pengarang”.25

Menurut Rahim (2011:47) strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa

memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.26

Jadi, dari beberapa definisi strategi Directed Reading Thingking

Activity (DRTA) diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa strategi Directed

Reading Thingking Activity (DRTA) merupakan strategi prabaca dan pascabaca.

Dimana strategi ini melibatkan siswa atau pembaca untuk memprediksi serta

menebak dengan menggunakan pemikirannya untuk membangun ide. Kegiatan

dalam strategi ini mengajak siswa memproses suatu informasi untuk

merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis solusi sementara.

2. Prosedur mencobakan Strategi Directed Reading Thingking Activity

Stauffer (1980) dalam Rahim (2011:47) menjelaskan strategi Directed

Reading Thinking Activity (DRTA) memiliki tiga tahap kegiatan yaitu:

memprediksi (Predicting), membaca (Reading), dan membuktikan (Proving)

yang melibatkan interaksi. Rahim (2011:48-51) menjelaskan bahwa:

Langkah-langkah strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)


adalah sebagai berikut: (1) membuat prediksi berdasarkan petunjuk

24
Chintya Febrie Hana Saputri., Op.Cit. h. 21-22
25
Wulan Mayang Sari, Skripsi, “Keefektifan Penerapan Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity)
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V Sdn Getaskerep 01
Kabupaten Tegal”, (Semarang: UNES 2017), h. 36
26
Ibid., h. 36

23
judul, (2) membuat prediksi berdasarkan petunjuk gambar, (3) membaca
bahan bacaan, (4) menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan
prediksi, (5) guru mengulang kembali tahapan 1 sampai 4.

Langkah pertama yaitu membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul.

Guru menuliskan judul cerita di papan tulis, kemudian guru menyuruh seorang

siswa membacakannya. Biarkan setiap siswa mempunyai kesempatan untuk

membuat memprediksi.

Langkah kedua yaitu membuat prediksi dari petunjuk gambar. Guru

menyuruh siswa memerhatikan gambar seri dengan seksama. Selanjutnya guru

menyuruh siswa memerhatikan salah satu gambar dan menanyakan kepada

siswa apa sebenarnya yang terjadi pada gambar tersebut.

Langkah ketiga yaitu membaca bahan bacaan. Guru menyuruh siswa

membaca bagian bacaan dari gambar yang telah mereka pilih atau prediksi.

Kemudian siswa disuruh menghubungkan bagian-bagian dari cerita itu dengan

judul cerita. Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk membaca bahan bacaan

yang telah disediakan.

Langkah keempat yaitu menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan

prediksi. Ketika anak-anak membaca bagian pertama dari cerita, guru

mengarahkan suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan. Kemudian guru

menyuruh siswa yang yakin bahwa prediksinya benar untuk membaca nyaring

ke depan kelas bagian dari bacaan yang mendukung prediksi mereka. Langkah

kelima yaitu guru mengulang kembali prosedur (a) sampai (d) hingga semua

bagian pelajaran di atas telah tercakup.27

27
Wulan Mayangsari, Op.Cit, h. 37-38

24
3. Keunggulan Strategi Directed Reading Thingking Activity

Keunggulan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA)

adalah sebagai berikut:

 Strategi DRTA ini berisi banyak jenis-jenis strategi membaca sehingga

pendidik dapat menggunakan dan dapat memperhatikan perbedaan

yang ada pada peserta didik.

 Strategi DRTA merupakan suatu aktivitas pemahaman yang

meramalkan cerita hingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang sudah

dibacanya.

 Strategi DRTA dapat menarik minat peserta didik untuk belajar, karena

dalam strategi DRTA menggunakan berbagai metode yang tidak hanya

melayani peserta didik secara audio-visual, tetapi juga kinestesis.

 Strategi DRTA menunjukkan cara belajar yang bermakna bagi murid,

sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan

untuk hidup selanjutnya.

 Strategi DRTA dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran baik

isi maupun prosedur mengajar.

4. Kelemahan Strategi Directed Reading Thingking Activity

Selain memiliki banyak keunggulan, strategi Directed Reading

Thingking Activity (DRTA) ini juga memiliki kelemahan yaitu :

 Strategi DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan

kelas tidak efisien.

25
 Strategi DRTA mengharuskan penyediaan buku bacaan dan

seringkali di luar kemampuan sekolah dan peserta didik, melalui

pemahaman membaca langsung, informasi tidak dapat diperoleh

dengan cepat, berbeda halnya jika memperoleh abstraksi melalui

penyajian secara lisan oleh pendidik.28

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian dengan judul meningkatkan kemampuan memahami

menggunakan Strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) sudah dilakukan

oleh beberapa orang sebelumnya, beberapa diantaranya adalah:

1. Anggi Anggara, Skripsi dengan judul penerapan strategi directed reading

thinking activity (DRTA) dalam meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman kelas V di madrasah ibtidaiyah ismaria al-qur’anniyah rajabasa

bandar lampung tahun pelajaran 2018/2019 di lampung. Hasil penelitian Anggi

Anggara mengungkapkan “Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 12

peserta didik atau (30%) yang tuntas. Pada siklus ke II mengalami peningkatan

yaitu sebanyak 21 peserta didik (52,5%) yang tuntas. Pada siklus ke III terjadi

peningkatan yang signifikan yaitu terdapat 35 peserta didik (90%) tuntas.Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan strategi Directed

Reading Thinking Activity (DRTA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata

28
Anggi Anggara, Skripsi, “Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah
Ismaria Al-Qur’anniyah Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019”, (Lampung: UIN Raden
Intan 2018), h. 42-43

26
pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Ismaria Al-

Qur’anniyah Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019. 29 Namun

berdasarkan penelitian yang peneliti temukan di SDS-IT kelas V pada materi

memahami isi cerita, endidik belum menggunakan strategi DRTA dan metode-

metode lainnya.

2. Dilla Puspitasari, Jurnal dengan judul peningkatan kemampuan membaca

pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed

Reading Thinking Activity (DRTA). Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas yang terdiri dari II siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah

semua siswa kelas V SD Negri I Rabak yang berjumlah 11 siswa yang terdiri

dari 5 siswa tes, observari untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan

wawancara. Hasil penelitian menunjukkan strategi DRTA dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan presentase

keaktifan siswa 61,47% dengan kriteria cukup pada siklus I kemudian pada

siklus II naik menjadi 75,68% dengan kriteria baik. adanya peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada siklus I ke silus II. Presentase

sikus I adalah 72,7% sedangkan presentase siklus II adalah 100%. 30 Hasil

pengamatan dapat disimpulkan bahwa strategi Directed Reading Thinking

29
Anggi Anggara, Skripsi, “Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah
Ismaria Al-Qur’anniyah Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019”, (Lampung: UIN Raden
Intan 2018)
30
Dilla Puspitasari, Jurnal “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Pendek Melalui Penerapan
Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Pada Siswa Kelas V Sd Negeri I Rabak kabupaten
Purbalingga”, (Purbalingga: UIN Mataram, METAFORA Volume 2 No 1 Oktober 2015)

27
Activity (DRTA) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada

pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Nurlanda, Skripsi dengan judul peningkatan kemampuan membaca pemahaman

cerita pendek melalui penerapan strategi directed reading thinking activity

(DRTA) pada siswa kelas V SD Negeri I Rabak Kabupaten Purbalingga. Hasil

penelitian Nurlanda menunjukkan adanya peningkatan pemahaman isi cerita

anak berdasarkan aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran. Hasil

observasi aktivitas guru pada siklus I yaitu 63,88% meningkatkan mringkat

menjadi 91,66% pada siklus II. Sedangkan observasi aktivitas siswa pada siklus

I yaitu 69,44% dan meningkat menjadi 88,88% pada siklus II dan hasil rata-rata

ketuntasan pemahaman belajar siswa untuk sikus I rata-rata siswa memperoleh

nilai 58 dan meningkat menjadi 87,26. Sedangkan ketuntasa belajar siswa juga

mengalami peningkatan pada siklus I memperoleh presentase sebesar 46,66%

(sedang) meningkat menjadi 86,66% (sangat tinggi) pada siklus II. Hal ini

menunjukkan pemahaman siswa telah mencapai sesuai dengan kurikulum.

Dengan demikian penggunaan strategi DRTA dapat meningkatkan pemahaman

isi cerita anak pada kelas V MI AL-Madaniyah Jempong Barat Kots Mataram

Tahun pelajaran 2017/2018.31 Dengan demikian pasa aspek Strategi DRTA

selalu meningkat pada setiap siklusnya.

31
Nurlanda, Skripsi “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Pendek Melalui Penerapan
Strategi Directed Reading Thinking Activity (Drta)Pada Siswa Kelas V Sd Negeri I Rabakkabupaten
Purbalingga”, (Purbalingga: UIN Mataram, 2018), h. 12.

28
D. Kerangka Teoritik

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimna yang telah dipaparkan di atas, maka

dalam penelitian ini penulis perlu mencantumkan gambar kerangka pemikiran seperti

dibawah ini:

Kegiatan awal Tindakan Kegiatan akhir

Kemampuan Kemampuan
memahami siswa memahami siswa
rendah rendah

Pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan penggunaan
strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA)

Kemampuan Kemampuan
memahami siswa memahami siswa
meningkat tinggi

Gambar 2.2: Kerangka Teoritik

Berdasarkan gambar 2.2 di atas, terlihat bahwa penggunaan strategi DRTA

akan mampu meningkatkan kemampuan memahami siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Adanya keterkaitan antara kemampuan memahami dengan

strategi DRTA yang diterapkan di SD Swasta Islam Terpadu Darul Hikam Rimbo Ulu

2020 dapat memotivasi siswa serta meningkatkan kemampuan memahami siswa untuk

materi menyimak cerita di buku teks.

E. Hipotesis Tindakan

Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah

kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataanya. Jika suatu hipotesis telah

29
dibuktikan kebenarannya, namanya bukan hipotesis melainkan suatu tes.32 Hipotesis

penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan memahami siswa dalam isi ceri melalui

strategi DRTA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Swasta Islam Terpadu

Darul Hikam.

32
Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 224

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research) yaitu penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang

muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Swasta Islam

Terpadu Rimbo Ulu.

Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu

untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih

baik.33

Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan inreiyen metode, cara,

atau strategi untuk meningkatkan kualitas hasil atau prestasi siswa. Penelitian

tindakan perlu dan penting dilakukan karena prestasi siswa pada umumnya

belum memuaskan.34

Kemmis and Taggart (1982) dalam Sukardi (20009: 210)


Action research is the way groups of people can organize the conditions under
which they can learn from their own experiences and make their expereince
accsible to others.
Jika kita artikan kalimat tersebut, PTK adalah cara suaru kelompok atau
seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat

33
Muhamad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : CV Wacana Prima 2017), h. 6.
34
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara 2015), h. 23.

31
mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat
diakses orang lain.35
PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas

yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan siswa melalui hasil refleksi

diri terhadap tindakan yang dilakukan dalam beberapa siklus atau putaran.36

Menurut Stephen Corey (1953) dalam Mumu (2016: 5) action


research is the process by which practitioners attempt to stady their problem
scientifically order to guide, correct, and evaluate their decisions and actions.
Penelitian tindakan kelas proses dimana praktisi berusaha untuk

mempelajari usaha mereka secara ilmiah dalam rangka untuk membimbing,

memperbaiki dan mengevaluasi keputusan dan tindakan yang dilakukan.37

Jadi, dari definisi di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa,

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang

guru di dalam kelas guna mengatasi permasalahan yang timbul di kelasnya yang

dilakukan dengan beberapa siklus dan sebagai refleksi diri dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerja guru dan siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

35
Mona Novita, PTK Tidak Horor (Surabaya: CV Pustaka Media Guru, 2018), cet, 1, h. 5
36
Ibid., cet, 1, h. 6.
37
Benidiktus Tanujaya dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Medi Akademi, 2006), cet,
1, h. 5

32
B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting penelitian pada kajian ilmiah ini adalah di SD Swasta IT Darul

Hikam Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo. Pemilihan setting ini

didasarkan pada beberapa pertimbangan: pertama, jarak antara sekolah dengan

rumah peneliti cukup dekat, kedua, masalah yang diteliti belum diteliti oleh

orang lain.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019/2020 di SD Swasta IT

Darul Hikam Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo pada materi Menyimak

Cerita Pada Buku Teks mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V, dengan jumlah

siswa 28 orang. 13 laki-laki dan 15 perempuan.Siswa di kelas II ini dipilih

sebagai subjek penelitian karena ditemukan permasalahan-permasalahan seperti

yang telah diuraikan pada latar belakang.

Obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah motivasi belajar

siswa, serta respon siswa terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi

menulis kalimat.

C. Prosedur Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Karena penelitian tindakan merupakan sebuah

inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam

situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan

kemantapan rasionalitas diri, (a) praktik-praktik sosial maupun

33
kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut, (c) situasi

pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran/pelatihan.38

2. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan pendekatan

kolaboratif, dimana guru sebagai pelaku tindakan dan peneliti sebagai

observer dan pemberi ide.

Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga siklus, dan masing-masing siklus

terdiri dari 4 tahap. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK Kemmis

and Taggart yng memiliki 4 tahap penelitian, yaitu:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan dan Observasi

3. Refleksi

4. Perencanaan Ulang

Adapun dalam penelitian ini dirancang dalam tiga siklus dengan beberapa

persiapan seperti di bawah ini:

a. Siklus 1

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini beberapa kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan sekolah dan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian.

b. Permohonan izin kepada Kepala Sekolah.

38
Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru, (Jakarta : Bestari Buana Murni,
2012), h. 65

34
c. Observasi ketika pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui

bagaimana cara guru mengajar dan cara siswa belajar.

d. Melakukan wawancara tersusun dengan guru kelas II SD Swasta IT

Darul Hikam.

e. Peneliti menyusun silabus pembelajaran

f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

g. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

h. Menyiapkan alat dan bahan penunjang pembelajaran.

i. Mempersiapkan lembar observasi yang terdiri atas lembar observasi

guru, dan lembar observasi siswa beserta indikatornya.

2). Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

dirancang oleh peneliti, kegiatan itu adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal/Pembukaan

a. Guru mengajak siswa berd’a

b. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.

c. Meminta informasi dari siswa mengenai kegiatan piket pagi hari

d. Guru memberikan semangat dengan mengajak siswa bermain tepuk-

tepuk dan beberapa permainan lainnya,serta memotivasi siswa.

e. Guru menginformasikan tema yang akan dipelajari.

f. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta mengulas pembelajaran

pada pertemuan sebelumya.

g. Guru menanyakan “apakah sudah siap belajar?”.

35
Kegiatan inti

a. Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil

b. Menjelaskan kepada siswa bahwa kelas dipenuhi oleh individu-

individu penuh bakat dan pengalaman.

c. Guru membagikan kertas folio guna menulis suatu kesimpulan, latar,

dan alur cerita yang akan dibacakan oleh guru

d. Guru Membacakan suatu cerita pendek

e. Siswa menyimak dengan seksama.

f. Siswa diminta untuk berdiskusi tentang cerita tersebut.

g. Guru membimbing siswa untuk memprediksi isi cerita

h. Mengarahkan kegiatan diskusi

i. Guru menyiapkan loutre

j. Siswa diminta untuk mengambil loutre yang telah disiapkan, guna

nomor urut untuk presentasi agar tidak berebut.

k. Siswa dipersilahkan berpresentasi sesuai nomor urut.

l. Guru meminta tanggapan siswa yang lain atas presentasi temannya.

m. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai isi cerita, alur, dan latar

cerita tersebut.

n. Guru memberikan komentar terhadap diskusi

o. Memberikan kesempatan terhadap siswa tentang materi yang belum

dipahami.

Kegiatan akhir/prnutup

a. Meminta siswa untuk menyimpulkan hasil prediksi isi cerita.

b. Mencatat kesimpulan di papan tulis

36
c. Menginformasi materi untuk pertemuan selanjutnya.

d. Guru menutup pelakaran

e. Mrngajak siswa berdoa

D. Jenis dan Sumber Data

a. Data

1) Data Kualitatif

Data kualitatif digunakan untuk memaknai atau menafsirkan hasil

pengamatan, dalam hal ini dikhususkan pada tindakan yang dilakukan guru

selama proses pembelajaran. Hasil refleksi siklus 1 menjadi dasar untuk

pelaksanaan siklus 2 dan seterusnya. Analisis data kualitatif dalam penelitian

ini adalah dengan memaknai dokumentasi yaitu foto yang didapatkan selama

proses pembelajaran berlangsung.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai evaluasi pada akhir pertemuan dianalisis

dengan teknik persentase, kemudian didistribusikan dalam bentuk tabel, dan

difrekuensikan dengan grafik.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana data

diperoleh. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua sumber yaitu

sumber data primer dan sekunder.

1) Data Primer

37
Data primer yaitu data yang di peroleh peneliti dari sumber

pertama.39Data primer motivasi belajar di peroleh melalui wawancara kepada

guru dan hasil wawancara kepada peserta didik.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tangan kedua dalam

bentuk dokumen-dokumen40Data sekunder meliputi data umum tentang sekolah

dan semua pihak seperti guru, peserta dididk, karyawan, dan sarana prasarana.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya teknik pengumpulan data terbagi atas dua yaitu:


a. teknik tes

Tes adalah cara/prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian

yang berupa pemberian tugas sehingga dihasilkan nilai yang menunjukkan

prestasi siswa, pada intinya, tes di isi langsung oleh siswa. Teknik tes terbagi

atas dua, yakni:

 Tes berdasarkan modelnya

• Dikotomi Benar Salah

• Politomi Benar Salah

• Ujian Pilihan Baik Buruk

 Tes berdasarkan bentuknya

• Tes lisan

• Tes tulisan

• Tes perbuatan

b. Teknik Non Tes

39
Sumadi Suryabrata, op cit, hlm 75
40
Ibid, h.102

38
Teknik non tes dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, teknik

non tes digunakan untuk penilaian sikap. Teknik non tes terbagi atas:

• Pemberian Angket

• Penceklist-an lembar observasi

• Melakukan wawancara

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik tes berdasarkan

bentuknya, diantara tiga bentuk teknik tes tersebut, peneliti tertarik

menggunakan teknik tes tertulis. Ter tersebut merupakan tes yang sudah biasa

digunakan dalam suatu pembelajaran di tingkat SD, SMP maupun SMA, dimana

tes ini adalah tes yang meminta suatu jawaban dengan pemikirannya sendiri,

dan tidak bisa asal-asalan. Peneliti memilih teknik tes ini dengan beberapa

pertimbangan, pertama, yang peneliti teliti adalah kelas tinggi yang tentunta

kelas tersebut sudah pandai membaca dan menulis, kedua, cukup mudah

dimengerti karna hanya siswa diminta untuk menulis jawaban dari soal tersebut

dengan benar.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dilapangan penulis menggunakan beberapa instrumen

pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

a. Lembar Observasi (Pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yanf

diselidiki.41Metode ini digunakan untuk mengetahui cara guru mengajar dan

41
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.70

39
cara siswa belajar di kelas II SD Swasta IT Darul Hikam, sebagaimana seperti

yang terlampir dalam daftar lampiran.

b. Lembar Angket (Kuesioner)

Metode Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian

pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.42

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar

siswa pada saat KBM berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

angket (kuesioner) jenis pertanyaan tertutup dengan skala likert, seperti yang

sudah terlampir pada daaftar lampiran, berikut juga peneliti lampirkan tabel

kriteria penilaian angket skala likert di bawah ini:

NO Alternatif Jawaban Skor Pertanyaan

1. Selalu 5

2. Sering 4

3. Sangat sering 3

4. Kadang-kadang 2

5. Tidak Pernah 1

Tabel 3.1: Skor Instrumen Penilaian Menggunakan Angket Skala Likert

c. Lembar Wawancara (Interview)

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan, terdapat dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

42
Ibid, h. 76

40
keterangan.43 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tertutup,

Seperti yang terlampir dalam daftar lampiran.

d. Lembar Tes

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan tes yang berupa

pre tes, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemampuan

memahami terhadap pelajaran Bahasa Indonesia, pre tes dilakukan berupa tes

ujian baik buruk yang tergolong berdsarkan modelnya. Pre tes ini dilakukan

pada akhir siklus, untuk mengetaui sampai sejauh mana pemahaman siswa

tentang materi yang telah diajarkan, sebagaimana yang terlampir pada daftar

lampiran.

G. Teknik Analisis Data

Dalam setiap penelitian, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan.44 Menurut Miles dan Huberman, analisis data terdiri

atas 3 koponen kegiatan yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu reduksi

data (data reduction), penyajian data (display data), dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

1) Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul

43
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Ibid, h. 83
44
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 147

41
dari catatan tertulis di lapangan.45 Adapun yang menjadi penelitian tindakan kelas

ini adalah motivasi belajar siswa.

2) Penyajian data

Penyajian data; Miles & Huberman mambatasi suatu “penyajian”

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.46

Ada dua cara dalam penyajian data ini, yaitu sebagai berikut:

a. Angka

Dalam penelitian ini, angket yang ditampilkan yaitu berupa angket

motivasi belajar siswa menggunakan metode reward. Adapun angkket tersebut

peneliti dapatkan dari dua acuan, yaitu:

1) Ukuran pemusatan

 Mean

Arti daripada mean adalah nilai rata-rata, Istilah mean akan

tetap dipakai, oleh karena sudah lazim digunakan dalam statistik.47

 Median

Median adalah suatu nilai yang membatasi 50 persen dari

frekuensi distribusi sebelah atas dan 50 persen frekuensi distribusi

sebelah bawah.48 Atau dapat dipahami bahwa median adalah nilai

tengah.

 Modus

45
http://www.kompasiana.com/unik/penelitian-kualitatif Diakses pada Senin 10 Maret 2020,
19:55 WIB
46
Ibid,
47
Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 45
48
Ibid, h. 53

42
Modus adalah suatu nilai dalam distribusiyang menjadi

pemusatandari nilai-nilai lainya, atau dengan kata lain, nilai yang

paling banyak timbul dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya.49

b. Gambar

Dalam penelitian tindakan kelas ini, hasil penelitian juga dapat

disajikan dengan gambar, artinya, selain angka, peneliti juga akan menampilkan

hasil penelitian dengan menggunakan gambar.

2) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian

dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di

verifikasikan selama penelitian berlangsung.50

H. Verifikasi Data

1. Validitas

Menurut Sujana (2004:12) Validitas adalah ketepatan alat penilaian

terhadap konsep yang dinilai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya

dinilai. Dan menurut Azwar (1987:173) validitas atau validity berarti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukiran tersebut.51

2. Reliabilitas

49
Ibid, h. 60
50
http://www.kompasiana.com/unik/penelitian-kualitatif Diakses pada selasa 10 Maret 2020, jam 21:55 WIB
51
http://www.sekolahpendidikan.com/2017/08/pengertian-dan-reliabilitas Diakses Rabu 11 Maret
2020, jam 18:41 WIB

43
Reliabilitas adalah suatu konsistensi sebuah tes untuk mengukur atau

mengamati suatu yang manjadi objek ukur. Menurut Sugiono (2005), reliabilitas

adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki

konsistensi jika pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara

berulang. Dan menurut Nursalam (2003), reliabilitas adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan jika fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau

diamati berulangkali dalam waktu yang berlainan.52

I. Indikator Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila penggunaan penerapan strategi

DRTA dapat meningkatkan kemampuan memahami siswa kelas V SD Swasta IT Darul

Hikam Kecamatan Rimbo Ulu. Peningkatan kemampuan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia materi menyimak isi cerita pendek yang dilakuikan peneliti, dapat diketahui

dengan sikap yang dicapai berdasarkan 4 indikator kemampuan memahami yaitu: (1)

siswa dapat menentukan tokoh dalam cerita dengan benar, (2) siswa dapat menentukan

tema dalam cerita dengan benar, (3) siswa dapat menentukan latar dalam cerita dengan

benar, (4) siswa dapat menentukan amanat atau pesan dalam cerita dengan benar atau

mendekati benar. Sehinga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dan lebih

kondusif.

J. Jadwal penelitian

Untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan penelitian maka

peneliti menggunakan tabel kegiatan yang terjadwal, seperti yang dapat

dilihat di bawah ini:

52
http://www.sekolahpendidikan.com/2017/08/pengertian-dan-reliabilitas Diakses Rabu 11 Maret 2020, Jam 19.24
WIB

44
BULAN

No Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni


Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal

2 Bimbingan
proposal

3 Seminar
proposal

4 Perbaikan
proposal

Tabel 3.2 : Jadwal Penelitian Tindakan

45
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama RI. Alquran dan terjemahan. Jakarta: PT.Senergi Pustaka


Indonesia, 2014.
Yuyun Ustazah. “Upaya meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa
kelas I melalui metode permainan di MI Tarbiyah salaman magelang” (Skripsi,
UIN Yogyakarta, 2014).
Wahnin Ikhtiari. “Peningkatan hasil belajar membaca mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan pembelajaran kooperatif model team game tournament
(TGT)Kelas I di MI Muhamadiyah Losari Kecamatan Rawalo” (Skripsi, STAIN
Purwokerto, 2014).
Hasil Observasi di SD sSwasta IT Darul Hikam. Pada hari Senin 22 Maret 2019.
Benidiktus Tanujaya dan Mumu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Media
Akademi, 2016.
http://.kumpulan-contoh-ptk.blogspot.com Diakses pada tanggal 08 april 2018 jam
21:56 WIB.
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011,
cet. 3, h. 148
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukuranny. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2016, cet. 14.

Nyayu Khodija. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014,


cet. 2, h. 150.

Ahmad Rohani HM. Pengelolaan Pengajaran, Sebuah Pengantar Menuju Guru


Profesional. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.

Siti Khamsina. “Hubungan Variasi Gaya Mengajar Guru PAI Dengan Motivasi
Belajar PAI Peserta Didik Di SMP N 20 Semarang”. (Skripsi, Unissula Semarang,
2018).

Makmun Khairani. Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2012, h. 137

Lisnawati. “Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Siswa pada


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negri 2 Rokan IV Koto
Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu”. (Skripsi, UIN Sultan Syarif
Kasim Riau Pekanbaru, 2012).

Sri Rejeki Rachmasari. “Penerapan Metode Reward and Punishment dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Mengetik Sistem 10 JariSiswa Kelas X SMK
Muhamadiyah 1 Tempel”. (Skripsi, UNY Yogyakarta, 2015).

46
Moh.Haitami dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Isla. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012).

Aris Shoimin. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, cet. 1.

Navril Alfarisi Abbas. “Pengaruh Metode Reward dan Punishment Terhadap


Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS SMA N1
Kalianda” .(Skripsi, Universitas Lampung, 2017).

Tarigan, Jurnal “Penerapan Metode Reward and Punishment Untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas
IV SDN 101800 Delitua T.A 2016/2017” (Delitua: 2017).

Pujimah, Skripsi “Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi


Belajar Siswa Kelas V SDN Jeketro Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
T.A 2013/2014 (Yogyakarta: Miftahul Ulum S.Kom, 2014)

47
LAMPIRAN-LAMPIRAN

48
Lampiran 1:
Lembar observasi penilaian guru
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/II
Topik/Tema : Menyimak isi cerita pendek
Nama Guru : Indah Wahyuni S.Pdi
Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan
 Apakah guru menggunakan alat,
Bahaatau media pembelajaran?

Sesuaikah media denganmateri ?
 Memotivasi siswa untuk
bertanyakah?
 Berperan sebagai fasilitator

 Memantau kesulitan/kemajuan
belajar siswa ?
 Apakah guru ceria?

Apakah guru antusias dalam
mengajar

Apakah guru memiliki semangat
dalam mengajar ?

Apakah guru menggunakan sebagian
waktu untuk menciptakan situasi
siswa belajar ?

Apakah guru melakukan refleksi ?

Apakah tulisan guru di papan tulis
dapat terbaca sampai belakang ?
 Apakah guru menyebarkan
pertanyaan kepada siswa?

Apakah guru menanggapi jawaban
siswa dengan baik dan penuh
perhatian ?


Apakah guru memberikan ujian awal
dan ujiakhir ?
Rimbo Ulu, Maret 2020
Observe

(Nurul Afifah)

49
Lampiran 2:
Lembar Observasi Siswa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/II
: menyimak isi cerita
Topik/Tema pendek
Nama Guru : Indah Wahyuni S.Pdi

NO CIRI PRILAKU SISWA YA TIDAK KOMENTAR


DALAM MELAKSANAKAN
KEGIATAN BELAJAR NYA
1. Mencari dan memberikan
informasi
2. Bertanya pada guru atau siswa
lain
3. Diskusi atau memecahkan
masalah
4. Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
5. Memanfaatkan sumber belajar
yang ada
6. Menilai dan memperbaiki
pekerjaannya
7. Dapat menjawab pertanyaan
guru dengan tepat saat KBM
berlangsung
8. Dapat memecahkan masalah
dengan tepat
9. Ada usaha dan motivasi untuk
mempelajari bahan atau
stimulus yang diberikan guru
10. Dapat bekerja sama dan
berhubungan dengan siswa lain

Rimbo Ulu, Maret 2018


Observer

(Nurul Afifah

50
Lampiran 3:
Kisi-Kisi Angket Kemampuan Memahami.
VARIABEL INDIKATOR NO ITEM
+ -
1. Siswa Menemuk an 1, 2, 10, 17,
Tokoh dalam cerita dengan 21, 22, 28, 33
benar 35, 43
7,8,9,16,34,42
Siswa dapat
2. menentukan 3, 11, 12, 18,
Kemampuan Tema dalam cerita dengan
memahami benar 23, 24, 36

Siswa dapat menentukan


3. latar 4, 5, 19, 25 13
Dalam cerita dengan 6,
benar 14,15,20,32,40

Siswa dapat menentukan


4. amanat 26, 30, 37, 29,
Dalam
cerita Dengan ben ar 38, 39 32

51
Lampiran 4:

ANGKET SISWA

Angket Kemampuan Memahami Menggunakan Strategi DRTApada


Pelajaran Bahasa Indonesia

A. Pengantar
Untuk menyelesaikan studi program SI pada Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAI Yasni Bungo, maka dapat dikemukakan satu

ide penggunaan strategi DRTA yang digunakan sebagai pembangkit

kemampuan memahami siswa. Metode pembelajaran yang digunakan dirancang

dan dituangkan dalam judul PTK “Meningkatkan Kemampuan

Membaca Isi Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Dengan Strategi Direcred Reading Thinking Activity (DRTA) Di

Kelas V SDS IT Darul Hikam Kabupaten Tebo Tahun 2020

Untuk mengetahui apakah metode reward ini dapat digunakan

sebagai alat untukmeningkatkan motivasi belajar siswa di kelas V dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

B. Petunjuk Pengisian

1. Isilah nama dan kelas anda pada tempat yang telah disediakan.

2. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan dan pilihlah jawaban yang

tersedia dengan jujur.

3. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai apapun termasuk nilai

raport.

4. Jawaban anda akan dirahasiakan.

52
5. Berilah tanda () pada salah satu jawaban yang anda anggap paling

sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan ketentuan:

SL = Selalu

SR = Sering

SS = Sangat Sering
KK = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah

C. Identitas Siswa
Nama Lengkap :
Hari/Tanggal :
Kelas :
Jenis Kalamin :

JAWABAN
PERNYATAAN PERNYATAAN
S S S K T
L S R K P
5 4 3 2 1
1. Saya selalu datang tepat waktu
ketika belajar.
2. Saya ingin menjadi siswa yang
pandai di kelas.
3. Saya menyelesaikan tugas pelajaran
Bahasa Indonesia dengan usaha
sendiri.
4. Saya ingin berprestasi dalam
belajar.
5. Saya merasa bangga jika
berprestasi dalam belajar Bahasa
Indonesia.
6. Guru membimbing siswa ketika
jawaban pertanyaan kurang tepat.
7. Saya merasa ruang kelas bersih dan
tenang digunakan untuk belajar.

53
8. Saya senang belajar dalam suasana
lingkungan tenang
9. Saya mempunyai keinginan
mampu menguasai dan memahami
materi Bahasa Indonesia.
10. Saya berdiskusi dengan teman jika
menemukan kesulitan belajar
Bahasa Indonesia.
11. Saya tidak menyerah jika
mengalami kesulitan belajar Bahasa
Indonesia.
12. Saya memanfaatkan waktu luang
untuk belajar Bahasa Indonesia.
13. Saya rajin belajar ketika akan ujian
saja.
14. Guru menguasai materi yang
disampaikan.
15. Saya merasa sudah mengikuti
kegiatan belajar Bahasa Indonesia
dengan baik.
16. Saya berkonsentrasi belajar Bahasa
Indonesia di kelas.
17. Saya menyimak pelajaran Bahasa
Indonesia dari awal hingga akhir.
18. Saya belajar PAI dirumah
meskipun tidak ada PR.
19. Saya merasa belajar Bahasa
Indonesia bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
20. Guru ketika mengajar
menggunakan metode yang
bervariasi.
21. Saya memperhatikan pelajaran
Bahasa Indonesia dengan baik.
22. Saya selalu mengerjakan tugas atau
latihan yang diberikan guru.
23. Saya termotivasi belajar Bahasa
Indonnesia.
24. Saya mengikuti pelajaran dengan

54
58

senang hati.
25. Saya bercita-cita mengajarkan
materi Bahasa Indonesia kepada
orang lain.
26. Saya senang ketika dikatakan pintar
oleh guru dan teman-teman.
27. Saya tidak nyaman jika kelas terasa
panas.
28. Saya bertanya kepada guru jika ada
pelajaran yang tidak saya pahami.
29. Saya rajin belajar Bahasa
Indonesia karena takut mendapat
hukuman dari guru.
30. Saya senang jika dipanggil guru
untuk mengerjakan contoh soal di
depan kelas.
31. Saya senang belajar Bahasa
Indonesia karena mendapat hadiah.
32. Saya merasa pelajaran Bahasa
Indonesia mudah untuk dipahami.
33. Saya merasa terganggu ketika
kelas ramai.
34. Saat pelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung, kondisi kelas selalu
tenang dan kondusif.
35. Saya selalu bersemangat
ketika mengikuti pelajaran
Bahasa Indonesia.
36. Saya belajar Bahasa Indonesia
dengan sungguh-sungguh.
37. Saya senang dipuji ketika
nilai belajar saya baik.
38. Guru memberi nilai tambahan
jika saya aktif belajar.
39. Saya mendapatkan pujian atau
hadiah dari guru jika nilai Bahasa
Indonesia saya baik.
40. Guru menggunakan contoh dalam
menjelaskan materi.

55
59

41. Menurut saya


pelajaran Bahasa
Indonesia sangat
menarik.
42. Saya merasa ruang
kelas nyaman

56

Anda mungkin juga menyukai