Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TUGAS

‘’PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK, MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK DAN

LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK’’

Di Susun oleh

Nama : Linda Latri Djabumir

Nim : 201730197
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Maha Esa kerena Rahmatnya saya dapat

menyelasaikan Tugas Ringkasan Akuntansi forensic ini dengan baik. di mana Makalah ini saya

menggunakan Pemikiran saya sendiri dalam menanggapi kasus-kasus yang ditayangkan dalam

video dan file yang di paparkan.

Ambon,10 November 2020

Linda Latri Djabumir

2017-30-197
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

………………………………………………………………………………………………………

…………………………….

DAFTAR ISI

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

………………………………………………………………………………………………………

………………………

I.I Latar Belakang

………………………………………………………………………………………………………

………………..

I.II Rumusan Masalah

………………………………………………………………………………………………………

………….

I.III Tujuan Penulisan

………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN

………………………………………………………………………………………………………

………………………..

BAB III PENUTUP

………………………………………………………………………………………………………

……………………………….

III.I Kesimpulan

………………………………………………………………………………………………………

…………………….
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Fraud adalah tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri

sendiri, kelompok, atau pihak lain (perorangan, perusahaan atau institusi).Secara

skematus,association of general fraud Examiners(ACFE) menggambarkan accupational fraud

falam bentuk fraud tree.

Korupsi Menurut Ahli Ekonomi Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret.

Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan

kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang

melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau

wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

Dalam pendekatan sosiologi, definisi korupsi yang lazim dipergunakan adalah “penyalahgunaan

wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi” (“the abuse of public power for private gain”)

Kasus fraud dan korupsi yang dilakukan keluarga cendana merupakan suatu tindakan yang

merugikan negara dan terlebih khusus masyarakat Indonesia.

I.II Rumusan Masalah

1, Apakah kejahatan dalam video dapat dapat dijerat dengan hukum yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana kasus kejahatan korupsi di dalam pandangan Fraud Tree?

3. Bagaimana pandangan penulis terkait kasus korupsi soeharto dan keluarganya di dalam

tinjauan sosiologi?
I.III Tujuan Penulisan

1. Agar pembaca dapat memahami kasus-kasus yang ada dengan pandangan hukum serta

pandangan Fraud tree yang ada

2. Agar pembaca dapat mendaptkan pandangan terkait kasus-kasus yang ada dengan tinjauan

sosiologi
BAB II

PEMBAHASAN

JAWABAN NOMOR 1.

"Soeharto sebagai Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahannya melakukan praktik

penyalahgunaan wewenang yang membawa kerugian keuangan negara (korupsi) bukan lagi hanya

sebuah opini, melainkan sudah menjadi keputusan hukum negara," kata ahli hukum tata negara, Bayu

Dwi Anggono.

Bayu bicara bukannya tanpa bukti. Sebab, sudah banyak keputusan hukum oleh negara, baik berupa Tap

MPR maupun putusan pengadilan yang di dalamnya telah menyebut bahwa selama pemerintahan

Soeharto dipenuhi praktik korupsi, termasuk yang dilakukan Soeharto sendiri.

Putusan hukum oleh negara itu berupa:

1. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme.

"Secara jelas dalam bagian menimbang menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan negara selama era

Orde Baru telah terjadi praktik-praktik usaha yang lebih menguntungkan sekelompok tertentu yang

menyuburkan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang melibatkan para pejabat negara dengan para

pengusaha sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan

nasional,"
2. Pasal 4 Tap MPR XI/MPR/1998 berisi perintah negara untuk melakukan penegakan hukum terhadap

Soeharto, yaitu upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme harus dilakukan secara tegas

terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga dan kroninya, maupun

pihak swasta/konglomerat, termasuk mantan presiden Soeharto

3. Pada 31 Maret 2000, kejaksaan menetapkan Soeharto sebagai tersangka atas dugaan korupsi tujuh

yayasan yang dipimpinnya. Kemudian, pada Agustus 2000, perkara masuk tahap persidangan.

Mengingat upaya menghadirkan Soeharto dalam persidangan selalu gagal, maka pada 11 Mei 2006

kejaksaan memilih menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Soeharto karena perkara

ditutup demi hukum, yaitu gangguan kesehatan permanen pada Soeharto sehingga persidangan tidak

mungkin dilanjutkan.

4. Pada 9 Juli 2007, Kejaksaan Agung menggugat Soeharto secara perdata. Yayasan Supersemar

termasuk yang digugat jaksa. Hasilnya, pengadilan melalui berbagai putusan mulai Putusan PN sampai

putusan peninjauan kembali (PK) menyatakan Yayasan Supersemar terbukti telah melakukan perbuatan

melawan hukum. MA menghukum Yayasan Supersemar mengembalikan dana sebesar Rp 4,4 triliun ke

negara.

"Jumlah tersebut merupakan total dana yang diselewengkan yayasan yang diketuai Soeharto sejak 1974

hingga lengser dari kursi presiden,"

5. Dalam putusannya, MA tegas menyatakan bahwa Soeharto selaku Ketua Yayasan Supersemar

melakukan perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian keuangan negara. Dana negara yang

masuk ke kas Yayasan Supersemar oleh Soeharto dibelokkan di luar tujuan pendidikan dan disalurkan ke

kroninya
"Dengan telah jelasnya putusan negara, baik dalam bentuk Tap MPR maupun putusan pengadilan, maka

sebenarnya tidak perlu lagi perdebatan perihal terbukti-tidaknya Soeharto melakukan praktik

penyalahgunaan wewenang yang merugikan keuangan negara. Justru saat ini semua kelompok

masyarakat seharusnya bersatu untuk mencegah agar segala bentuk penyelewengan selama masa

Soeharto tidak terulang,"

JAWABAN NOMOR 2.

Dalam kasus ini keluarga cendana sudah melanggar sistem Fraud Tree dimana keluarga cendana

sudah bersekongkol untuk melakukan kecurangan pelaporan(fraudulent

statements),penyalahgunaan asset(Asset Misappropriation) dam korupsi.

dimana dalam pandangan fraud tree ini merupakan pemalsuan dan penyampaian laporan

keungan yang menyesatkan atau pemutarbalikan keadaaan .

Dengan kekuasaan yang ada sehingga keluarga cendana dengan lancarnya mencuri Asset negara

dengan berbagai cara yaitu dengan membangun Yayasan seakan-akan merupakan Yayasan

bayangan mengapa ? karna merupakan sarana untuk keluarga cendana mengeluarkan dana secara

tidak sah ke luar yayasan dan lain-lain.

Dengan adanya kasus seperti ini diharapkan agar semua auditor harus lebih berhati-hati dan

independensi dalam menjalankan Tugas sehingga dapat lebih teliti dalam mendapatkan fraud.

Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan fraud tree yaitu :

Fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat, Fraud tree memetakan fraud dalam lingkungan

kerja. Peta ini membantu akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada

gejala-gejala “penyakit” farud yang dalam auditing dikenal sebagai red flags. Dengan memahami
gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensic dapat

mendeteksi fraud tersebut.

Sehingga dalam pandangan fraud ini diharapkan agar semua yang dijelaskan di atas dapat

dijalankan dengan cermat dan saksama.

JAWABAN NOMOR 3.

Terlepas dari apa yang sudah dilakukan oleh soeharto dan keluarganya maka pendapat saya

dalam tinjauan sosiologi yaitu :

Dalam memberantas tindak pidana korupsi perlu diketahui sebelumnya faktor

penyebab dari korupsi itu sendiri, faktor penyebab orang melakukan korupsi

disebabkan dua faktor yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern berasal

dari ketidakpuasan orang tersebut atas harta yang dimiliknya juga karena kebutuhan

ekonomi, dan faktor intern yaitu moral dari orang itu sendiri.

Dari sinilah perlu kerja keras pejabat pemberantasan serta diiringi dengan peran

penting sosiologi dalam memberantas tindak pidana korupsi tersebut. Sanksi yang

lemah dan penerapan hukum yg tidak konsisten masih mewarnai penegakan hukum

dalam memberantas korupsi di Indonesia ini.  

Jika Indonesia benar-benar ingin memberantas korupsi maka dimulai dari moral

yang baik bagi setiap masyarakat Indonesia, terutama moral para pejabat negara

yang menjadi panutan bagi masyarakat.  

Dari segi Perspektif saya yaitu Beberapa Faktor yang membuat keluarga cendana melakukan

Fraud yaitu salah satunya seperti NAFSU dimana kenginan mereka yang ingin memuaskan
nafsu mereka sehingga berdampak bagi negara dan masyarakat Indonesia merupakan tindakan

yang tidak senonoh.

kasus yang dilakukan oleh keluarga cendana ini merupakan kasus yang sangat luas dimana kita

sudah tahu bahwa banyak bentuk kasus yang dilakukan .

saya harap dengan kasus seperti ini yang sudah terjadi maka diarapkan agar berpartispasi dalam

menghilangkan gejala seperti ini karna dapat merugikan masa depan bangsa Indonesia.
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

Dengan terselesainya makalah ini maka diharapkan agar pembaca dapat memahami Fraud yang

ada dan dapat mengetahui akibat fraud bagi negara yaitu dengan melihat kasus-kasus yang ada

dengan menjadikan pedoman dalam hidup untuk menghindari fraud yang berdampak negatif.

Anda mungkin juga menyukai