Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RESUME JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL

KEMASAN OBAT

Dosen Pembimbing :

Ida Zuroida S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di Susun Oleh :

NAMA : Yuzaidan Wisnu M

NIM : 192303102082

KELAS : 2b

Program Studi DIII Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Jember Kampus Pasuruan
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan Hidayah-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Resume Jurnal Farmakologi”
tepat waktu

Makalah “Resume Jurnal Farmakologi” disusun guna memenuhi tugas Ns. Ida
Zuhroidah, S.Kep.,M.Kes pada mata kuliah Farmakologi di Universitas Jember
Kampus Kota Pasuruan. Selain itu saya juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang obat obatan.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam mengerjakan makalah ini dan kami ucapkan teriasih
kepada Ns. Ida Zuhroidah, S.Kep.,M.Kes selaku salah satu dosen mata kuliah
Farmakologi.

Karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang farmakologi. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

ii
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

• A. Latar Belakang ………………...................................................... 1


• B. Rumusan Masalah…………………………….…..........................1
• C. Tujuan Penulisan ………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 2

• Jurnal 1 …………………………………......................................... 2
• Jurnal 2 .………….…………………………………....................... 7
• Jurnal 3 ……………………………………………………............. 12

BAB III PENUTUP ……………………………………………………..…… 21

• A. Simpulan ………………………………………………………. 21
• B. Saran ……………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengemasan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
industri pangan. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi
produk dari kerusakan lingkungan, menjaga kualitas produk, selain itu
kemasan juga berfungsi sebagai media informasi produk kepada
konsumen. Dalam kemasan dapat dicantumkan segala macam informasi
tentang produk seperti komposisi, kandungan nilai gizi dan standar mutu
yang digunakan, karena itu selain mempertimbangkan aspek keamanan
produk juga harus diperhatikan aspek estetika dan preferensi konsumen
yang berhubungan dengan kemasan produk. Saat ini, pertarungan produk
tidak lagi terbatas pada keunggulan kualitas produk saja tetapi juga pada
kemasan yang membungkus produk tersebut.
Maka, salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi
persaingan adalah melalui desain kemasan. Kemasan yang baik diharapkan
dapat memperhatikan keamanan produk, informatif serta memiliki daya
tarik visual (Cenadi, 2000). oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kemasan produk memiliki peranan penting karena berhadapan langsung
dengan calon pembeli dan menjadi first experience konsumen dengan
produk

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kemasan obat ?
2. Apa karakteristik kemasan obat ?
3. Apa fungsi kemasan obat ?
4. Bagaimana perspsi produk melalui kemasan obat ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi kemasan obat
2. Untuk mengetahui karakteristik kemasan obat
3. Untuk mengetahui fungsi kemasan obat
4. Untuk mengetahui persepsi produk melalui kemasan obat

1
BAB II
PEMBAHASAN

JURNAL 1 : RELASI PERSEPSI VISUALISASI DESAIN KEMASAN OBAT


SAKIT KEPALATERHADAP KEPERCAYAAN KONSUMEN

A. PENDAHULUAN

Saat kita ingin membeli sebuah produk, maka proses pertama yang akan
kita lakukan saat berhadapan dengan produk tersebut adalah mencoba membaca
dan menerka karakteristik produk melalui desain kemasannya. Informasi yang
diberikan produsen kepada calon konsumennya diberikan melalui desain kemasan.
Interaksi antara konsumen dengan desain kemasan produk adalah sebuah proses
pemaknaan yang melibatkan penglihatan dan proses berpikir yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, referensi, pengalaman dan latar belakang budaya maupun
pendidikannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemasan produk memiliki
peranan penting karena berhadapan langsung dengan calon pembeli dan menjadi
first experience konsumen dengan produk. Melihat bahwa desain kemasan
berhadapan langsung dengan calon pembeli, maka bukan tidak mungkin keputusan
membeli calon konsumen dipengaruhi oleh bentuk dan desain kemasan produk.
B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan data


menggunakan kuesioner. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data preferensi
dan persepsi mereka terhadap produk melalui desain kemasan. Responden
kuesioner berumur 18 - 45 tahun berdomisili di kota Bandung. Pertanyaan dalam
kuesioner menggunakan skala Likert (Likert Scale) untuk mengukur variabel dalam
kuesioner yang berkaitan dengan faktor psikometri responden dan untuk mengukur
impresi konsumen terhadap tampilan visual kemasan produk obat.

1. Instrumen Penelitian

a. Alat uji dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan kepada responden
sebagai instrument untuk mendapatkan data primer.

b. Skala Likert (Likert Scale) untuk mengukur variable dalam kuesioner yang
berkaitan dengan respon psikometri responden terhadap produk. Respon
psikometri diukur dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi atau tingkat
kesepakatan responden dengan pernyataan. Skala Likert dipakai pada
pernyataan yang sifatnya non-komparatif dan unidimensional (hanya
mengukur sifat tunggal).

2
2. Teknik Perolehan Data

Sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data premier dan data
sekunder. Data premier didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner yang terbagi
dalam dua tahap. Pada praktiknya koesioner akan diberikan dalam satu waktu
kepada responden namun antara koesioner mengukur persepsi dan preferensi
(Tahap 1) dan koesioner mengukur kepercayaan (Tahap 2) diberi waktu jeda
selama 10 menit. Jeda waktu ini diberikan agar responden bisa merefresh
pikirannya.

a. Tahap 1

Responden: Menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah


responden sebanyak 50 orang, berumur 18-45 tahun, dengan domisili di kota
Bandung.

Stimuli: Stimuli penelitian ini berupa desain kemasan produk obat Paramex,
Bodrex, Aspirin, Pamol dan Panadol Paracetamol. Bagian desain kemasan yang
diukur hanya pada tampilan kemasan terluar karena bagian kemasan tersebut
merupakan bagian yang pertama kali dilihat oleh calon konsumen. Responden
diberikan stimuli dalam bentuk gambar bukan berupa produk asli, hal ini untuk
menghindari kerancuan data akibat faktor material pembentuk kemasan.

b. Tahap 2

Responden: Menggunakan responden yang sama dengan Tahap 1.

Prosedur: Responden pada tahap ini akan diukur kepercayaan mereka terhadap (a)
obat sakit kepala bebas yang mereka konsumsi, dan (b) kepercayaan mereka
terhadap obat-obatan pada umumnya. Pada tahap 2 ini kuesioner menggunakan
kuesioner BMQ (Beliefs about Medicines Questionnaire) yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu BMQ-Specific dan BMQ-General dengan item pertanyaan yang
sudah diadaptasi unsur bahasanya agar mudah dipahami oleh responden. Setiap
item kuesioner akan diukur dengan 5 (lima) skala Likert.
3. Teknik Analisis Data

Data yang didapatkan akan dianalisis dengan perhitungan statistika dengan


bantuan software SPSS. Untuk melihat adanya hubungan antar variabel, peneliti
menggunakan scatter plot. Pearson. Selanjutnya, hasil data kuantitatif tersebut
akan diberikan juga analisis secara kualitatif. Tujuannya untuk lebih memberikan
pemahaman yang mendalam tentang hasil data kuantitatif. Ulasan kualitatif

3
nantinya akan membahas semua unsur visualisasi desain kemasan obat yaitu
tipografi, warna, layout, dan ilustrasi dan relasinya dengan persepsi, preferensi,
dan kepercayaan konsumen.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
1. 1 Nilai Kepercayaan Responden
A. Kepercayaan Terhadap Obat Sakit Kepala (BMQ– Specific).

*Ket : SS = Sangat setuju S = Setuju N =


Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Tabel 1 Data Jumlah Jawaban Responden Terhadap Pernyataan
Kepercayaan Responden terhadap Obat Sakit Kepala (BMQ-Specific)
(Sumber: olahan penulis).
Data pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada pernyataan
1, responden tidak setuju bahwa kesehatan mereka tergantung pada obat
sakit kepala. Responden juga tidak merasa khawatir setelah meminum
obat sakit kepala (pernyataan nomor 2). Responden menyatakan bahwa
mereka bisa lepas dari obat sakit kepala mereka (pernyataan nomor 3).
Responden menyatakan tidak setuju bahwa tanpa obat sakit kepala
mereka merasa sangat sakit (pernyataan nomor 4). Responden
4
menyatakan setuju bahwa kadang-kadang mereka khawatir terhadap efek
jangka panjang obat sakit kepala yang mereka konsumsi (pernyataan
nomor 5). Responden menyatakan tidak setuju bahwa kesehatan mereka
tergantung pada obat sakit kepala (pernyataan nomor 6). Pada pernyataan
nomor 7 responden menyatakan netral pada pernyataan bahwa
mengonsumsi obat sakit kepala dapat mengganggu aktivitas. Responden
menyatakan setuju pada pernyataan nomor 8 bahwa mereka merasa
khawatir menjadi terlalu tergantung dengan obat sakit kepala. Pada
pernyataan nomor 9 responden setuju bahwa obat sakit kepala melindungi
mereka dari sakit kepala yang lebih parah.

*Ket : SS = Sangat setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju


STS = Sangat Tidak Setuju

Tabel 2 Data Jumlah Jawaban


Responden Terhadap Pernyataan Kepercayaan Responden terhadap Obat Pada
Umumnya (BMQ-General) (Sumber: olahan penulis).
Data tabel diatas merupakan nilai kepercayaan responden terhadap obat-
obatan pada umumnya. Pada pernyataan nomor 1. Responden menyatakan setuju
bahwa dokter biasanya menggunakan obat-obatan yang banyak. Pernyataan
5
nomor, 2. Responden menyatakan netral terhadap pernyataan bahwa orang
yang mengonsumsi obat-obatan harus menghentikan konsumsi obat mereka secara
berkala. Pada pernyataan nomor, 3. Responden menyatakan setuju bahwa
kebanyakan obat menimbulkan ketergantungan. Pada pernyataan nomor, 4.
Responden menyatakan netral bahwa jamu lebih aman dari pada obat-obatan. Pada
pernyataan nomor, 5. Responden menyatakan netral

bahwa obat-obatan memiliki sisi yang membahayakan yang lebih besar dari pada
sisi penyembuhan. Pada nomor, 6. Responden juga menyatakan netral pada
pernyataan bahwa obat-obatan adalah racun. Pada nomor, 7. Responden
menyatakan setuju pada pernyataan bahwa dokter saat ini terlalu banyak percaya
terhadap obat-obatan. Pada nomor, 8. Responden menyatakan setuju pada
pernyataan bahwa dokter akan memberikan resep obat yang lebih sedikit jika
dokter memiliki waktu yang lebih banyak ketika konsultasi dengan pasiennya.
D. KESIMPULAN

Pada data diatas dapat kita ketahui bahwa nilai persepsi visual Aspirin
tertinggi dibandingkan yang lainnya namun desain kemasan produk Bodrex
lebih dapat meningkatkan kepercayaan responden terhadap produk. Dari
data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persepi visual pada produk
obat-obatan khususnya pada penelitian ini yaitu obat sakit kepala tidak
mempengaruhi kepercayaan seseorang terhadap produk tersebut. Oleh
karena itu produk Bodrex lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
produk Aspirin karena produk Bodrex lebih familiar dengan responden.
Warna kemasan produk Aspirin juga tidak mengasosiasikan warna yang
sering digunakan untuk kemasan obat sakit kepala di Indonesia. Menurut
Ambose dan Haris, warna dapat membantu membangun adaptasi dan
familiaritas sehingga memudahkan dalam proses pemilihan (Ambrose dan
Harris, 2011: 106).

6
JURNAL 2 : PERANCANGAN KEMASAN OBAT TRADISIONAL
MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

A. PENDAHULUAN

Dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature),


kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat.
Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia,
dan perkembangan pola penyakit (Maheswari, 2002). Obat tradisional memiliki
beberapa keunggulan, yaitu efek samping obat tradisional relatif kecil bila
digunakan secara benar dan tepat, adanya efek saling mendukung dalam
komponen bioaktif obat tradisional jika diramu secara tepat, dan obat tradisional
lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif seperti asam urat,
diabetes dan hepatitis. (Katno, 2003).

Saat ini, pertarungan produk tidak lagi terbatas pada keunggulan kualitas
produk saja tetapi juga pada kemasan yang membungkus produk tersebut. Maka,
salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan adalah
melalui desain kemasan. Kemasan yang baik diharapkan dapat memperhatikan
keamanan produk, informatif serta memiliki daya tarik visual (Cenadi, 2000).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk merancang kemasan obat
tradisional agar sesuai dengan preferensi customer adalah Quality Function
Deployment (QFD). QFD adalah sistem untuk menerjemahkan keinginan
customer ke dalam kebutuhan perusahaan secara tepat ke setiap bagian dan tidak
hanya berfungsi sebagai alat kualitas tetapi sebagai alat perencanaan suatu produk
alam melakukan suatu perbaikan. Pemilihan metode QFD didasarkan kepada
keterlibatan customer sedini mungkin dalam proses perancangan produk yang
melibatkan kebutuhan customer dan harapan - harapan customer sehingga
menjamin produk dapat memuaskan customer. Dengan penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan masukan berupa usulan rancangan kemasan obat tradisional
yang baik.

B. METODE
Penelitian ini menggunakan metode QFD dengan tahapan awal yaitu
wawancara responden. Selanjutnya, penentuan atribut mengacu hasil wawancara
dan atribut lain berdasarkan hasil studi literatur yang kemudian dikonfirmasikan
kepada responden sehingga menjadi Voice Of Customer. Untuk mengetahui
informasi mengenai tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden
7
digunakan kuesioner. Kemudian, dilakukan penghitungan tingkat
kepentingan, kepuasan dan harapan responden serta GAP. Selanjutnya, penentuan
karakteristik teknis dan kemudian pembuatan House Of Quality (HOQ).
Pengembangan konsep rancangan kemasan dilakukan berdasar informasi pada
HOQ dan literatur.
Visualisasi usulan rancangan menggunakan Adobe Illustrator CS5.
Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Kemudian, diikuti penyampaian saran-saran yang dapat nantinya dapat
ditindaklanjuti oleh pembaca ataupun peneliti sesudahnya.
C. PEMBAHASAN
Wawancara dilakukan selama 15 menit setiap kali wawancara. Jumlah responden
15 orang dengan proporsi 7 responden untuk penjual obat tradisional, 4 orang
responden pengguna obat tradisional dan 4 orang responden non pengguna obat
tradisional. Penentuan atribut dilakukan dengan mengacu pada data hasil
wawancara dengan penambahan atribut-atribut lain berdasarkan hasil studi
literatur. Data hasil pengolahan keluhan responden dan feature tambahan yang
diinginkan oleh responden ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1. Voice of Customer
terhadap Usulan Rancangan Kemasan Obat Tradisional

8
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut
yang memiliki GAP paling tinggi adalah “Kemasan memberi informasi khasiat
produk”, “Kemasan memberi informasi aturan pakai produk”, “Kemasan
memberi informasi efek samping produk”, “Kemasan memberi informasi tanggal
kadaluarsa produk”, “Kemasan memberi informasi cara penyimpanan produk”
dan “Kemasan memberi label halal” dengan nilai GAP masing-masing sebesar -
4,00. Artinya atribut tersebut belum terpenuhi pada kemasan obat tradisional yang
ada sekarang ini.

Penentuan karakteristik teknis dilakukan melalui studi literatur tentang


perancangan dan teknologi pengemasan. Dari setiap atribut yang ada, akan
dibuatkan karakteristik teknisnya masing-masing dan disesuaikan dengan literatur
dan aturan peemerintah mengenai pengemasan.

House of Quality adalah bagan yang menampilkan hubungan antara suara


konsumen dan karakteristik teknisnya. Penggambaran House of Quality dapat
dilihat pada gambar 1. Selanjutnya menentukan bobot teknis yang bertujuan agar
tim pengembang dapat lebih memfokuskan pada karakteristik teknis yang
memiliki respon tinggi dalam memenuhi kebutuhan konsumen (customer
requirement). Penghitungan bobot teknis diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut :

ti= Σ (Kti x Hi)

Dimana:
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik
teknis i.

Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan


karakteristik teknis i (how).
Berdasarkan perhitungan bobot karakteristik teknis secara keseluruhan,
dapat diketahui bahwa karakteristik teknis yang memiliki bobot paling tinggi yaitu
background berwarna muda dan warna tulisan berwarna tua, atau sebaliknya
sehingga kontras, susunan layout gambar dan tulisan tidak saling bertabrakan dan
sesuai dengan panduan FDA, pemilihan teknik pencetakan yang menjamin
informasi tahan lama tertera pada kemasan, pemilihan jenis, ukuran dan jarak antar
huruf yang menarik namun tetap mudah dibaca, dan informasi menggunakan
Bahasa Indonesia, apabila untuk ekspor maka ada translasi Bahasa Inggris. Artinya
karakteristik teknis tersebut perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan
karakteristik yang lain.

9
Bentuk yang dipilih untuk kemasan obat tradisional adalah berupa jar silinder.
Bentuk jar dipilih karena disesuaikan dengan material yang dipilih yaitu
polypropylene (PP). Kemasan jar merupakan pilihan yang unik jika dibandingkan
dengan kemasan obat tradisional lainnya. Jar silinder memiliki bentuk yang sangat
sederhana sehingga nyaman untuk dipegang dan dibawa. Selain itu, jar dapat
dipajang berdiri sehingga memudahkan pemajangan di toko dan penyimpanan di
rumah. Karena produk Klaster Biofarmaka dijual per 200 gr, maka ukuran jar yang
dipakai adalah 7,5 oz (212,62 gr) dengan dimensi 6 cm (diameter) x 13 cm (tinggi)
beserta tutupnya. Penutup jar yang dipakai merupakan screw cap berbahan sama
namun tidak bening sehingga dapat diberi bermacam-macam warna. Screw cap
dipilih karena aman melindungi produk dari udara luar namun tetap mudah dibuka
dan ditutup kembali.

10
Label berupa sticker persegi panjang berbahan film polyvinyl chloride
(PVC) dengan dimensi 18 cm x 8 cm yang ditempel memutar pada jar. Sticker
film PVC dipilih karena flexibel, kuat menempel pada kemasan, memiliki hasil
cetak yang jelas, tidak luntur dan relatif murah. Print label menggunakan tinta
khusus untuk film PVC. Warna yang dipakai sebagai dasar label adalah hitam
karena terkesan serius, eksklusif dan mudah untuk dikombinasikan dengan warna
lain sehingga cocok sebagai background. Sedangkan untuk warna informasi yang
tertera akan menggunakan warna-warna terang (selain putih) agar kontras dengan
warna background yang gelap. Kemasan jar menggunakan PP bening sehingga
produk terlihat dari luar dan screw cap menggunakan warna hitam menyesuaikan
warna dasar label.

D. KESIMPULAN
Pembuatan rancangan kemasan obat tradisional dengan menggunakan
metode Quality Function Deployment dilakukan dengan menjaring keluhan-
keluhan konsumen (VOC) dan menerjemahkannya menjadi bahasa teknis
(karakteristik teknik). Diperoleh 28 atribut (VOC) dan 30 karakteristik teknis.
Berdasarkan pengembangan konsep rancangan dihasilkan rancangan kemasan
berbentuk jar ukuran 7,5 oz (212,62 gr) dimensi 6 cm (diameter) x 13 cm (tinggi),
berbahan polypropylene (PP), menggunakan tutup screw cap hitam, label sticker
PVC hitam, tertera gambar produk dan informasi lengkap dengan jenis huruf yang
mudah dibaca berwarna terang. Rancangan tersebut dibuat dalam bentuk gambar
2D dan 3D.

11
JURNAL 3 : Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga

Apotek Kota Panyabungan

PENDAHULUAN
Self-medication (pengobatan sendiri) adalah penggunaan obat-
obatan dengan maksud terapi tanpa saran dari profesional atau tanpa resep.
Pengobatan sendiri termasuk memperoleh obat-obatan tanpa resep, membeli obat
berdasarkan resep lama yang pernah diterima, berbagi obat-obatan dengan kerabat
atau anggota lingkaran sosial seseorang atau menggunakan sisa obat- obatan yang
disimpan di rumah. Berdasarkan data dari laporan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012, terdapat 44,14% masyarakat Indonesia yang berusaha untuk
melakukan pengobatan sendiri. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
mencatat sejumlah 103.860 (35,2%) rumah tangga dari 294.959 rumah tangga di
Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi [3].Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan tentang swamedikasi, rasionalitas penggunaan
obat pada pasien swamedikasi untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan desain
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini telah mendapatkan izin etik dari Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dengan nomor persetujuan etik 106/KOMET/FK USU/2015.

Populasi dan sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien swamedikasi yang berusia
18-60 tahun di tiga Apotek yang berada di wilayah Kota Panyabungan. Berdasarkan
data yang diperoleh dari tiga apotek yang menjadi tempat penelitian, jumlah pasien
swamedikasi perbulan di apotek A (1495 pasien), di apotek B (1180 pasien) dan di
apotek C (450 pasien), sehingga diperoleh jumlah pasien swamedikasi di tiga
apotek adalah 3125 pasien.

12
Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: pasien dengan usia 18-60 tahun dan
melakukan swamedikasi di apotek. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien
yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi penelitian ini.

Pengambilan data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh secara langsung
dari responden melalui pengisian kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri
dari 4 bagian, yaitu bagian pendahuluan untuk mengetahui: apakah pasien pernah
menggunakan obat swamedikasi, bagian pengetahuan swamedikasi bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi, bagian rasionalitas
swamedikasi bertujuan untuk mengetahui rasionalitas obat swamedikasi yang
digunakan responden dan bagian data demografi responden yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik responden. Kuesioner yang digunakan sebelumnya
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Analisis data
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu tingkat pengetahuan baik
(skor <60%), sedang (skor 60%-80%) dan buruk (skor >80%). Sedangkan
rasionalitas dikategorikan menjadi 2 yaitu rasional jika memenuhi enam kriteria
ketepatan pengobatan sendiri dan tidak rasional jika tidak memenuhi enam kriteria
ketepatan pengobatan sendiri. Dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS.
Analisis data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu analisis univariat, digunakan untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik demografi dan variabel
lain. Analisis bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi
dengan tingkat pengetahuan tentang swamedikasi dan rasionalitas swamedikasi
menggunakan uji chi-square dan fisher.

HASIL
Karakteristik Responden Sebanyak 342 responden yang terlibat dalam penelitian
ini, 164 responden berasal dari apotek A, 129 responden berasal dari apotek B,
dan 49 responden berasal dari apotek C. Berdasarkan hasil penelitian ini,
responden didominasi oleh perempuan (69,3%) dengan golongan umur antara 18-
28 tahun (83,0%) dan mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA (58,2%) dengan
kategori pekerjaan yang paling banyak adalah petani, karyawan dan wiraswasta
(di dalam tabel disebut sebagai lainnya (47,4%). Karakteristik responden dapat
dilihat pada Tabel 1.
14
Sumber Informasi dan Tempat Mendapatkan Swamedikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas


responden melakukan swamedikasi berdasarkan pengalaman pribadi/
keluarga (31,6 %).Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi
adalah di warung 55,8%; di apotek 29,8%; di toko obat 8,5%; di
supermarket 4,4%; dan lainnya 1,5 % seperti dari tetangga atau saudara/i
responden. Alasan masyarakat cenderung membeli obat di warung adalah

karena lebih terjangkau, lebih murah dan dapat juga menyembuhkan


rasa sakit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Keluhan Penyakit
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia banyak melakukan pengobatan sendiri untuk keluhan

15
demam, sakit kepala, batuk dan flu [10]. Berdasarkan hasil penelitian ini,
keluhan yang paling banyak dialami responden adalah nyeri 51,2%. Nyeri
yang dialami responden seperti sakit kepala, sakit gigi, pegal-pegal dan nyeri
haid. Persentase keluhan yang diatasi responden dengan pengobatan sendiri
dapat dilihat pada Tabel 2.

Pilihan Subkelas Farmakologi Obat


Sejalan dengan mayoritas keluhan yang dialami, jenis obat yang paling banyak
digunakan responden adalah golongan analgetik-antipiretik. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.

16
Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi

Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan, dapat diketahui


bahwa mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong sedang yaitu 41,8%. Data
lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagian besar pertanyaan yang diberikan
tidak dapat dijawab dengan benar oleh responden. Mayoritas responden menjawab
dengan baik

mengenai pertanyaan perbedaan dosis obat antara orang dewasa dan anak-anak
(78,4%), kemudian diikuti pengetahuan pasien mengenai tugas apoteker (73,7%)
dan mengenai aturan penyimpanan obat (65,8%). Tetapi responden paling sedikit

17
menjawab dengan baik pertanyaan tentang Logo obat (26,0) dan definisi
swamedikasi (28,4%). Hal ini karena kurangnya pengetahuan responden
mengenai resiko dari pengobatan yang tidak tepat sehingga menganggap informasi
tentang obat tidak begitu penting. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
5.

Rasionalitas Penggunaan Obat dalam Swamedikasi

Berdasarkan hasil penilaian mengenai rasionalitas penggunaan obat, dapat


disimpulkan bahwa mayoritas responden di tiga apotek menggunakan obat
secara rasional (59,4%). Menurut WHO [12], penggunaan obat yang rasional
merujuk pada penggunaan obat

Yang benar, sesuai dan tepat. Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan
umumnya belum rasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu promosi
penggunaan obat yang rasional dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi
yang efektif dan terus-menerus yang diberikan kepada tenaga kesehatan dan
masyarakat melalui berbagai media [13].

Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak disebabkan oleh


ketidaktepatan penggunaan dosis obat (34,5%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 7.

Efek samping yang paling umum dialami responden adalah jantung berdebar
dan nyeri lambung. Efek samping seperti itu banyak dirasakan pasien yang
menggunakan obat-obat pereda nyeri yang mengandung kafein.

Kejadian polifarmasi terjadi karena kesadaran masyarakat untuk membaca


label pada kemasan obat masih minim dan pengetahuan masyarakat mengenai obat-
obatan pun masih kurang. Penggunaan obat bebas yang tidak sesuai aturan adalah
salah satu bentuk penyimpangan

18
19
dari pemanfaatan obat, sebagaimana hasil penelitian WHO yang mengidentifikasi
beberapa bentuk penyimpangan penggunaan obat yang seringterjadi yang tidak
sesuai dan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat, yang
diantaranya adalah penggunaan yang berlebihan dari obat-obat bebas [14].

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
pasien tentang swamedikasi di tiga apotek Kota Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal, mayoritasnya adalah tergolong sedang (41,8%). Rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi dari pasien di tiga apotek Kota Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal yaitu rasional (59,4%) dan tidak rasional (40,6 %).
Tingkat pengetahan dipengaruhi oleh Pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Sedangkan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi tidak dipengaruhi faktor-
sosiodemografi.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemasan adalah pembungkus atau wadah yang biasa dimanfaatkan untuk
mencegah atau meminimalisasi adanya kerusakan pada barang yang dibungkus.
Adapun definisi pengemasan adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus
untuk suatu produk. Produk yang dikemas biasanya adalah produk yang akan
didistribusikan, disimpan, dijual, dan digunakan. Pengemasan juga berfungsi
sebagai sarana informasi dan pemasaran yang baik, terutama jika didesain dengan
kreatif dan menarik sehingga mudah diingat oleh konsumen.

B. Saran
Demikian dengan makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi
pembaca. Meski makalah ini jauh dari kata sempurna. Apabila ada san dan kritik
yang ingin di sampaikan, silahkan di sampaikan kepada penulis

21
DAFTAR PUSTAKA

Fatima, R., Rahmaniyah, D. A., & Priadythama, I. (1979). Perancangan Kemasan Obat
Tradisional Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD). In Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN (p. 911X).

Nur, A., Harahap, K., & Juanita, T. (2017). Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas
Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p-ISSN:
2407-7062| e-ISSN: 2442-5435).

Huda, M. N. (2019). Relasi Persepsi Visualisasi Desain Kemasan Obat Sakit Kepala
Terhadap Kepercayaan Konsumen. Candrarupa: Journal of Art, Design, and Media, 1(1),
20-27.

22

Anda mungkin juga menyukai