MAKALAH Yuzaidan
MAKALAH Yuzaidan
KEMASAN OBAT
Dosen Pembimbing :
Di Susun Oleh :
NIM : 192303102082
KELAS : 2b
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan Hidayah-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Resume Jurnal Farmakologi”
tepat waktu
Makalah “Resume Jurnal Farmakologi” disusun guna memenuhi tugas Ns. Ida
Zuhroidah, S.Kep.,M.Kes pada mata kuliah Farmakologi di Universitas Jember
Kampus Kota Pasuruan. Selain itu saya juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang obat obatan.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam mengerjakan makalah ini dan kami ucapkan teriasih
kepada Ns. Ida Zuhroidah, S.Kep.,M.Kes selaku salah satu dosen mata kuliah
Farmakologi.
Karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang farmakologi. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
• Jurnal 1 …………………………………......................................... 2
• Jurnal 2 .………….…………………………………....................... 7
• Jurnal 3 ……………………………………………………............. 12
• A. Simpulan ………………………………………………………. 21
• B. Saran ……………………………………………………………21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengemasan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
industri pangan. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi
produk dari kerusakan lingkungan, menjaga kualitas produk, selain itu
kemasan juga berfungsi sebagai media informasi produk kepada
konsumen. Dalam kemasan dapat dicantumkan segala macam informasi
tentang produk seperti komposisi, kandungan nilai gizi dan standar mutu
yang digunakan, karena itu selain mempertimbangkan aspek keamanan
produk juga harus diperhatikan aspek estetika dan preferensi konsumen
yang berhubungan dengan kemasan produk. Saat ini, pertarungan produk
tidak lagi terbatas pada keunggulan kualitas produk saja tetapi juga pada
kemasan yang membungkus produk tersebut.
Maka, salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi
persaingan adalah melalui desain kemasan. Kemasan yang baik diharapkan
dapat memperhatikan keamanan produk, informatif serta memiliki daya
tarik visual (Cenadi, 2000). oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kemasan produk memiliki peranan penting karena berhadapan langsung
dengan calon pembeli dan menjadi first experience konsumen dengan
produk
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kemasan obat ?
2. Apa karakteristik kemasan obat ?
3. Apa fungsi kemasan obat ?
4. Bagaimana perspsi produk melalui kemasan obat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi kemasan obat
2. Untuk mengetahui karakteristik kemasan obat
3. Untuk mengetahui fungsi kemasan obat
4. Untuk mengetahui persepsi produk melalui kemasan obat
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Saat kita ingin membeli sebuah produk, maka proses pertama yang akan
kita lakukan saat berhadapan dengan produk tersebut adalah mencoba membaca
dan menerka karakteristik produk melalui desain kemasannya. Informasi yang
diberikan produsen kepada calon konsumennya diberikan melalui desain kemasan.
Interaksi antara konsumen dengan desain kemasan produk adalah sebuah proses
pemaknaan yang melibatkan penglihatan dan proses berpikir yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, referensi, pengalaman dan latar belakang budaya maupun
pendidikannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemasan produk memiliki
peranan penting karena berhadapan langsung dengan calon pembeli dan menjadi
first experience konsumen dengan produk. Melihat bahwa desain kemasan
berhadapan langsung dengan calon pembeli, maka bukan tidak mungkin keputusan
membeli calon konsumen dipengaruhi oleh bentuk dan desain kemasan produk.
B. METODE PENELITIAN
1. Instrumen Penelitian
a. Alat uji dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan kepada responden
sebagai instrument untuk mendapatkan data primer.
b. Skala Likert (Likert Scale) untuk mengukur variable dalam kuesioner yang
berkaitan dengan respon psikometri responden terhadap produk. Respon
psikometri diukur dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi atau tingkat
kesepakatan responden dengan pernyataan. Skala Likert dipakai pada
pernyataan yang sifatnya non-komparatif dan unidimensional (hanya
mengukur sifat tunggal).
2
2. Teknik Perolehan Data
Sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data premier dan data
sekunder. Data premier didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner yang terbagi
dalam dua tahap. Pada praktiknya koesioner akan diberikan dalam satu waktu
kepada responden namun antara koesioner mengukur persepsi dan preferensi
(Tahap 1) dan koesioner mengukur kepercayaan (Tahap 2) diberi waktu jeda
selama 10 menit. Jeda waktu ini diberikan agar responden bisa merefresh
pikirannya.
a. Tahap 1
Stimuli: Stimuli penelitian ini berupa desain kemasan produk obat Paramex,
Bodrex, Aspirin, Pamol dan Panadol Paracetamol. Bagian desain kemasan yang
diukur hanya pada tampilan kemasan terluar karena bagian kemasan tersebut
merupakan bagian yang pertama kali dilihat oleh calon konsumen. Responden
diberikan stimuli dalam bentuk gambar bukan berupa produk asli, hal ini untuk
menghindari kerancuan data akibat faktor material pembentuk kemasan.
b. Tahap 2
Prosedur: Responden pada tahap ini akan diukur kepercayaan mereka terhadap (a)
obat sakit kepala bebas yang mereka konsumsi, dan (b) kepercayaan mereka
terhadap obat-obatan pada umumnya. Pada tahap 2 ini kuesioner menggunakan
kuesioner BMQ (Beliefs about Medicines Questionnaire) yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu BMQ-Specific dan BMQ-General dengan item pertanyaan yang
sudah diadaptasi unsur bahasanya agar mudah dipahami oleh responden. Setiap
item kuesioner akan diukur dengan 5 (lima) skala Likert.
3. Teknik Analisis Data
3
nantinya akan membahas semua unsur visualisasi desain kemasan obat yaitu
tipografi, warna, layout, dan ilustrasi dan relasinya dengan persepsi, preferensi,
dan kepercayaan konsumen.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
1. 1 Nilai Kepercayaan Responden
A. Kepercayaan Terhadap Obat Sakit Kepala (BMQ– Specific).
bahwa obat-obatan memiliki sisi yang membahayakan yang lebih besar dari pada
sisi penyembuhan. Pada nomor, 6. Responden juga menyatakan netral pada
pernyataan bahwa obat-obatan adalah racun. Pada nomor, 7. Responden
menyatakan setuju pada pernyataan bahwa dokter saat ini terlalu banyak percaya
terhadap obat-obatan. Pada nomor, 8. Responden menyatakan setuju pada
pernyataan bahwa dokter akan memberikan resep obat yang lebih sedikit jika
dokter memiliki waktu yang lebih banyak ketika konsultasi dengan pasiennya.
D. KESIMPULAN
Pada data diatas dapat kita ketahui bahwa nilai persepsi visual Aspirin
tertinggi dibandingkan yang lainnya namun desain kemasan produk Bodrex
lebih dapat meningkatkan kepercayaan responden terhadap produk. Dari
data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persepi visual pada produk
obat-obatan khususnya pada penelitian ini yaitu obat sakit kepala tidak
mempengaruhi kepercayaan seseorang terhadap produk tersebut. Oleh
karena itu produk Bodrex lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
produk Aspirin karena produk Bodrex lebih familiar dengan responden.
Warna kemasan produk Aspirin juga tidak mengasosiasikan warna yang
sering digunakan untuk kemasan obat sakit kepala di Indonesia. Menurut
Ambose dan Haris, warna dapat membantu membangun adaptasi dan
familiaritas sehingga memudahkan dalam proses pemilihan (Ambrose dan
Harris, 2011: 106).
6
JURNAL 2 : PERANCANGAN KEMASAN OBAT TRADISIONAL
MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
A. PENDAHULUAN
Saat ini, pertarungan produk tidak lagi terbatas pada keunggulan kualitas
produk saja tetapi juga pada kemasan yang membungkus produk tersebut. Maka,
salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan adalah
melalui desain kemasan. Kemasan yang baik diharapkan dapat memperhatikan
keamanan produk, informatif serta memiliki daya tarik visual (Cenadi, 2000).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk merancang kemasan obat
tradisional agar sesuai dengan preferensi customer adalah Quality Function
Deployment (QFD). QFD adalah sistem untuk menerjemahkan keinginan
customer ke dalam kebutuhan perusahaan secara tepat ke setiap bagian dan tidak
hanya berfungsi sebagai alat kualitas tetapi sebagai alat perencanaan suatu produk
alam melakukan suatu perbaikan. Pemilihan metode QFD didasarkan kepada
keterlibatan customer sedini mungkin dalam proses perancangan produk yang
melibatkan kebutuhan customer dan harapan - harapan customer sehingga
menjamin produk dapat memuaskan customer. Dengan penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan masukan berupa usulan rancangan kemasan obat tradisional
yang baik.
B. METODE
Penelitian ini menggunakan metode QFD dengan tahapan awal yaitu
wawancara responden. Selanjutnya, penentuan atribut mengacu hasil wawancara
dan atribut lain berdasarkan hasil studi literatur yang kemudian dikonfirmasikan
kepada responden sehingga menjadi Voice Of Customer. Untuk mengetahui
informasi mengenai tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden
7
digunakan kuesioner. Kemudian, dilakukan penghitungan tingkat
kepentingan, kepuasan dan harapan responden serta GAP. Selanjutnya, penentuan
karakteristik teknis dan kemudian pembuatan House Of Quality (HOQ).
Pengembangan konsep rancangan kemasan dilakukan berdasar informasi pada
HOQ dan literatur.
Visualisasi usulan rancangan menggunakan Adobe Illustrator CS5.
Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Kemudian, diikuti penyampaian saran-saran yang dapat nantinya dapat
ditindaklanjuti oleh pembaca ataupun peneliti sesudahnya.
C. PEMBAHASAN
Wawancara dilakukan selama 15 menit setiap kali wawancara. Jumlah responden
15 orang dengan proporsi 7 responden untuk penjual obat tradisional, 4 orang
responden pengguna obat tradisional dan 4 orang responden non pengguna obat
tradisional. Penentuan atribut dilakukan dengan mengacu pada data hasil
wawancara dengan penambahan atribut-atribut lain berdasarkan hasil studi
literatur. Data hasil pengolahan keluhan responden dan feature tambahan yang
diinginkan oleh responden ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1. Voice of Customer
terhadap Usulan Rancangan Kemasan Obat Tradisional
8
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut
yang memiliki GAP paling tinggi adalah “Kemasan memberi informasi khasiat
produk”, “Kemasan memberi informasi aturan pakai produk”, “Kemasan
memberi informasi efek samping produk”, “Kemasan memberi informasi tanggal
kadaluarsa produk”, “Kemasan memberi informasi cara penyimpanan produk”
dan “Kemasan memberi label halal” dengan nilai GAP masing-masing sebesar -
4,00. Artinya atribut tersebut belum terpenuhi pada kemasan obat tradisional yang
ada sekarang ini.
Dimana:
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik
teknis i.
9
Bentuk yang dipilih untuk kemasan obat tradisional adalah berupa jar silinder.
Bentuk jar dipilih karena disesuaikan dengan material yang dipilih yaitu
polypropylene (PP). Kemasan jar merupakan pilihan yang unik jika dibandingkan
dengan kemasan obat tradisional lainnya. Jar silinder memiliki bentuk yang sangat
sederhana sehingga nyaman untuk dipegang dan dibawa. Selain itu, jar dapat
dipajang berdiri sehingga memudahkan pemajangan di toko dan penyimpanan di
rumah. Karena produk Klaster Biofarmaka dijual per 200 gr, maka ukuran jar yang
dipakai adalah 7,5 oz (212,62 gr) dengan dimensi 6 cm (diameter) x 13 cm (tinggi)
beserta tutupnya. Penutup jar yang dipakai merupakan screw cap berbahan sama
namun tidak bening sehingga dapat diberi bermacam-macam warna. Screw cap
dipilih karena aman melindungi produk dari udara luar namun tetap mudah dibuka
dan ditutup kembali.
10
Label berupa sticker persegi panjang berbahan film polyvinyl chloride
(PVC) dengan dimensi 18 cm x 8 cm yang ditempel memutar pada jar. Sticker
film PVC dipilih karena flexibel, kuat menempel pada kemasan, memiliki hasil
cetak yang jelas, tidak luntur dan relatif murah. Print label menggunakan tinta
khusus untuk film PVC. Warna yang dipakai sebagai dasar label adalah hitam
karena terkesan serius, eksklusif dan mudah untuk dikombinasikan dengan warna
lain sehingga cocok sebagai background. Sedangkan untuk warna informasi yang
tertera akan menggunakan warna-warna terang (selain putih) agar kontras dengan
warna background yang gelap. Kemasan jar menggunakan PP bening sehingga
produk terlihat dari luar dan screw cap menggunakan warna hitam menyesuaikan
warna dasar label.
D. KESIMPULAN
Pembuatan rancangan kemasan obat tradisional dengan menggunakan
metode Quality Function Deployment dilakukan dengan menjaring keluhan-
keluhan konsumen (VOC) dan menerjemahkannya menjadi bahasa teknis
(karakteristik teknik). Diperoleh 28 atribut (VOC) dan 30 karakteristik teknis.
Berdasarkan pengembangan konsep rancangan dihasilkan rancangan kemasan
berbentuk jar ukuran 7,5 oz (212,62 gr) dimensi 6 cm (diameter) x 13 cm (tinggi),
berbahan polypropylene (PP), menggunakan tutup screw cap hitam, label sticker
PVC hitam, tertera gambar produk dan informasi lengkap dengan jenis huruf yang
mudah dibaca berwarna terang. Rancangan tersebut dibuat dalam bentuk gambar
2D dan 3D.
11
JURNAL 3 : Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga
PENDAHULUAN
Self-medication (pengobatan sendiri) adalah penggunaan obat-
obatan dengan maksud terapi tanpa saran dari profesional atau tanpa resep.
Pengobatan sendiri termasuk memperoleh obat-obatan tanpa resep, membeli obat
berdasarkan resep lama yang pernah diterima, berbagi obat-obatan dengan kerabat
atau anggota lingkaran sosial seseorang atau menggunakan sisa obat- obatan yang
disimpan di rumah. Berdasarkan data dari laporan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012, terdapat 44,14% masyarakat Indonesia yang berusaha untuk
melakukan pengobatan sendiri. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
mencatat sejumlah 103.860 (35,2%) rumah tangga dari 294.959 rumah tangga di
Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi [3].Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan tentang swamedikasi, rasionalitas penggunaan
obat pada pasien swamedikasi untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan desain
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini telah mendapatkan izin etik dari Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dengan nomor persetujuan etik 106/KOMET/FK USU/2015.
12
Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: pasien dengan usia 18-60 tahun dan
melakukan swamedikasi di apotek. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien
yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi penelitian ini.
Pengambilan data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh secara langsung
dari responden melalui pengisian kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri
dari 4 bagian, yaitu bagian pendahuluan untuk mengetahui: apakah pasien pernah
menggunakan obat swamedikasi, bagian pengetahuan swamedikasi bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi, bagian rasionalitas
swamedikasi bertujuan untuk mengetahui rasionalitas obat swamedikasi yang
digunakan responden dan bagian data demografi responden yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik responden. Kuesioner yang digunakan sebelumnya
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Analisis data
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu tingkat pengetahuan baik
(skor <60%), sedang (skor 60%-80%) dan buruk (skor >80%). Sedangkan
rasionalitas dikategorikan menjadi 2 yaitu rasional jika memenuhi enam kriteria
ketepatan pengobatan sendiri dan tidak rasional jika tidak memenuhi enam kriteria
ketepatan pengobatan sendiri. Dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS.
Analisis data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu analisis univariat, digunakan untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik demografi dan variabel
lain. Analisis bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi
dengan tingkat pengetahuan tentang swamedikasi dan rasionalitas swamedikasi
menggunakan uji chi-square dan fisher.
HASIL
Karakteristik Responden Sebanyak 342 responden yang terlibat dalam penelitian
ini, 164 responden berasal dari apotek A, 129 responden berasal dari apotek B,
dan 49 responden berasal dari apotek C. Berdasarkan hasil penelitian ini,
responden didominasi oleh perempuan (69,3%) dengan golongan umur antara 18-
28 tahun (83,0%) dan mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA (58,2%) dengan
kategori pekerjaan yang paling banyak adalah petani, karyawan dan wiraswasta
(di dalam tabel disebut sebagai lainnya (47,4%). Karakteristik responden dapat
dilihat pada Tabel 1.
14
Sumber Informasi dan Tempat Mendapatkan Swamedikasi
Keluhan Penyakit
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia banyak melakukan pengobatan sendiri untuk keluhan
15
demam, sakit kepala, batuk dan flu [10]. Berdasarkan hasil penelitian ini,
keluhan yang paling banyak dialami responden adalah nyeri 51,2%. Nyeri
yang dialami responden seperti sakit kepala, sakit gigi, pegal-pegal dan nyeri
haid. Persentase keluhan yang diatasi responden dengan pengobatan sendiri
dapat dilihat pada Tabel 2.
16
Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi
mengenai pertanyaan perbedaan dosis obat antara orang dewasa dan anak-anak
(78,4%), kemudian diikuti pengetahuan pasien mengenai tugas apoteker (73,7%)
dan mengenai aturan penyimpanan obat (65,8%). Tetapi responden paling sedikit
17
menjawab dengan baik pertanyaan tentang Logo obat (26,0) dan definisi
swamedikasi (28,4%). Hal ini karena kurangnya pengetahuan responden
mengenai resiko dari pengobatan yang tidak tepat sehingga menganggap informasi
tentang obat tidak begitu penting. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
5.
Yang benar, sesuai dan tepat. Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan
umumnya belum rasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu promosi
penggunaan obat yang rasional dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi
yang efektif dan terus-menerus yang diberikan kepada tenaga kesehatan dan
masyarakat melalui berbagai media [13].
Efek samping yang paling umum dialami responden adalah jantung berdebar
dan nyeri lambung. Efek samping seperti itu banyak dirasakan pasien yang
menggunakan obat-obat pereda nyeri yang mengandung kafein.
18
19
dari pemanfaatan obat, sebagaimana hasil penelitian WHO yang mengidentifikasi
beberapa bentuk penyimpangan penggunaan obat yang seringterjadi yang tidak
sesuai dan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat, yang
diantaranya adalah penggunaan yang berlebihan dari obat-obat bebas [14].
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
pasien tentang swamedikasi di tiga apotek Kota Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal, mayoritasnya adalah tergolong sedang (41,8%). Rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi dari pasien di tiga apotek Kota Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal yaitu rasional (59,4%) dan tidak rasional (40,6 %).
Tingkat pengetahan dipengaruhi oleh Pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Sedangkan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi tidak dipengaruhi faktor-
sosiodemografi.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemasan adalah pembungkus atau wadah yang biasa dimanfaatkan untuk
mencegah atau meminimalisasi adanya kerusakan pada barang yang dibungkus.
Adapun definisi pengemasan adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus
untuk suatu produk. Produk yang dikemas biasanya adalah produk yang akan
didistribusikan, disimpan, dijual, dan digunakan. Pengemasan juga berfungsi
sebagai sarana informasi dan pemasaran yang baik, terutama jika didesain dengan
kreatif dan menarik sehingga mudah diingat oleh konsumen.
B. Saran
Demikian dengan makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi
pembaca. Meski makalah ini jauh dari kata sempurna. Apabila ada san dan kritik
yang ingin di sampaikan, silahkan di sampaikan kepada penulis
21
DAFTAR PUSTAKA
Fatima, R., Rahmaniyah, D. A., & Priadythama, I. (1979). Perancangan Kemasan Obat
Tradisional Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD). In Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN (p. 911X).
Nur, A., Harahap, K., & Juanita, T. (2017). Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas
Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p-ISSN:
2407-7062| e-ISSN: 2442-5435).
Huda, M. N. (2019). Relasi Persepsi Visualisasi Desain Kemasan Obat Sakit Kepala
Terhadap Kepercayaan Konsumen. Candrarupa: Journal of Art, Design, and Media, 1(1),
20-27.
22