PENYEMBUHAN LUKA
LITERATURE REVIEW
SALWIYA HADI
2014)
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
dokumentasi hasil yang sistematis. Isu lain yang harus dipahami oleh
paling baik dengan memilih bahan perawatan yang efektif dan efisien,
seperti cairan NaCl 0.9% sebagai pengganti bahan lain yang lebih
2012 adalah 46,9 responden dengan lama hari rawat < 3 hari, dan 53,1
responden dengan lama hari rawat > 3 hari. Terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata lama hari rawat pada perawatan luka bersih dengan
Siang Subang.
2. Tujuan
3. Outline
topic tentang :
1. Konsep Pivodine I
LitteratureReview.Dimana Literature
ReviewinimenggunakanbeberapajurnalpenelitianyangrelevandenganPivodine
lukayangdiaksesdaribasisdataberbahasaInggrisdanIndonesia(EbscoHost,PubM
ed,ScienceDirect,GoogleScholar,
Proquestyangditerbitkandaritahun2015sampaitahun2020.Denganmenggunaka
referensiyangdidapatkankemudiandilakukanScreeningberdasarkanKriteriaInkl
usidaneksklusiyangtelahditetapkan.Halinipenelaahyakinidapatmenjawabpertan
yaanklinispenelitianyangtelahdibuat.
a. Inklusi
Dalamkajian
Reviewerini,kriteriainklusidiantaranya:PrimarySource(RCT,CohortRetrospecti
b. Ekslusi
- Penelitiandibawahtahun2015
EbscoHost,PubMed,ScienceDirect,GoogleScholar, Proquest.Adapaun
lebih lama dan seringkali disertai dengan perburukan kondisi luka. Sehingga
pemilihan bahan yang tepat dalam perawatan luka diabetes sangat dibutuhkan
untuk mencegah hal yang tidak diharapkan dari kondisi luka. Chen, et al. (2019)
melakukan penelitian laboratorium kepada 70 ekor tikus jenis wistar jantan yang
dibagi dalam tujuh kelompok, dengan perlakuan yang berbeda. Dua kelompok
kontrol dan lainnya dibedakan dalam kandungan bahan yang digunakan pada
perawatan luka. Tikus yang digunakan telah memenuhi standar kesehatan nasional
Iodine 0.1% efektif dalam menekan respon inflamasi, relatif lebih cepat dalam
proses penyembuhan luka, proliferasi dan regenerasi sel lebih cepat, luka
lainnya (p<0.001). Sementara itu, asam Hyaluronic yang tidak ditambah senyawa
statistik, sama halnya dengan senyawa povidone iodine yang tidak ditambahkan
zat lainnya.
Penelitian dari wang, et al. (2016) menggunakan jenis tikus yang berbeda,
yakni jenis Sprague Dawley, tikus dicukur dan disayat area punggungnya, dan
segera setelah terjadi luka selama 1 jam dalam sehari. Setelah 5 hari dilakukan
peninjauan terhadap kondisi luka, hasil menunjukkan bahwa aplikasi topikal 0,5%
PVI meningkatkan penyembuhan luka kulit akut, dan TGF-β memiliki peran
memainkan peran sentral dalam setiap fase dari penyembuhan luka; secara umum,
daerah luka. Dalam studi saat ini, ditemukan bahwa pengobatan PVI mendorong
penutupan luka dan pembentukan jaringan granulasi, selain itu jaringan granulasi
Peningkatan ekspresi α-SMA pada luka yang dirawat dengan PVI bahwa
keefektifan dari pembalutan luka insisi post operasi, dengan balutan Povidone
Iodine dua hari post operasi, dan lima hari post operasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada luka yang dibalut segera dan dibalut setelah lima hari,
menunjukkan bahwa luka yang dibalut segera setelah dua hari menunjukkan tanda
peradangan. insiden peradangan luka secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
dinyatakan bahwa penggunaan Povidone Iodine Pada luka sayatan terbuka harus
langkah penyembuhan luka. Pembukaan dini dari luka bedah yang telah ditutup di
ruang operasi dibawah kondisi steril tidak disarankan, karena hasil penelitian ini
iodine akan lebih maksimal dalam proses penyembuhan luka dan pencegahan
dini, namun, tanda infeksi lain tidak ditemukan, misalnya nanah dan peningkatan
suhu sekitar.
digunakan untuk luka dan pembersihan kulit di sekitar luka, sedangkan povidone-
signifikan tepi luka, dengan infeksi, jaringan mengelupas, dan debit sedang.Busa
poliuretan digunakan selama 60 hari balutan, bersama dengan kain kasa steril dan
bilas. Setelah 60 hari perawatan kondisi luka tampak membaik, nekrosis tidak ada,
diperluas dalam kultur sel dan diberi paparan berbagai konsentrasi PVI (0%,
0,001%, 0,01%, 0,1%, 0,35%, 1%) selama 3 menit. Untuk menilai efek PVI pada
migrasi sel, pengujian awal dilakukan, di mana "goresan" dibuat oleh ujung pipet
standar dalam satu lapisan sel setelah paparan PVI. Kelangsungan hidup dan
proliferasi sel diukur 48 jam setelah pajanan PVI menggunakan viabilitas sel dan
uji sitotoksisitas. Hasil tes awal Fibroblas, osteoblas, dan myoblas yang terkena
kondisi kontrol (0% PVI) menunjukkan penutupan dari kerusakan awal dalam
waktu 24 jam, yang didefinisikan sebagai momen ketika sel-sel di tepi depan cacat
tumbuh ke dalam area dengan sel. Setelah paparan selama 3 menit ke 0,35% PVI
(konsentrasi dan paparan yang digunakan secara klinis), ketiga jenis sel tidak
menutup cacat awal mereka dalam 24 jam pertama. Cacat awal bertahan setelah 5
hari, dan terus bertahan pada 14 hari setelah dimulainya cacat awal. Fibroblas,
osteoblas, dan mioblas yang terpapar pada konsentrasi PVI 0,1% atau lebih
memiliki sel tingkat kelangsungan hidup kurang dari 6 persen relatif terhadap
kondisi kontrol (p <0,001) Selain itu, tidak ada perbedaan dalam kelangsungan
hidup sel dalam tiga jenis sel untuk konsentrasi ini. Semua sel yang terpapar
konsentrasi PVI 0,01% dan 0,001% memiliki tingkat kelangsungan hidup sel yang
tidak berbeda secara signifikan dari kondisi kontrol (p> 0,05), dengan
Povidone Iodine dapat bereaksi secara maksimal dalam mencegah infeksi, dan
dinyatakan bahwa pada kadar 0.35 % sesuai dengan yang sering digunakan secara
klinis berperan dalam menghambat migrasi sel. Sedangkan migrasi sel dikaitkan
dengan terjadinya infeksi dan inflamasi di tingkat sel. Kadar kurang dari 0.35%
tidak menunjukkan keefektifan dalam mencegah migrasi sel. Hal ini dikaitkan
keefektifan dari tiga bahan, untuk digunakan dalam penyembuhan luka, hasil uji
Povidone Iodine. Epithelisasi paling singkat dengan balutan busa PVP-I (12,74 +
3,51 hari) versus pembalut busa hidroseluler (16,61 + 4,45 hari; P = 0,0003) dan
petrolatum (15,06 + 4,26 hari, P = 0,0205). Pada hari ke-14, 83,87% busa PVP-I
55,88% dari r kasa petrolatum situs ( P = 0,0146). Tidak ada infeksi luka. Tingkat
infeksi menjadi tolak ukur hasil penelitian. Tingkat infeksi pada kelompok
diamati antara tingkat infeksi dan luka lokasi. Tungkai bawah (OR = 9,23, p
<0,0001) dan tungkai atas (OR = 5,47, p = 0,011) menunjukkan nilai tertinggi
Saline 0.9%. pada hasil akhir, dari keseluruhan sampel yang diteliti pada kedua
terlihat pada 29 dari 446 (7,4%) pasien (15 pada povidone-iodine versus 14 pada
untuk irigasi luka, tidak terbukti menurunkan atau meningkatkan kejadian infeksi
D. Pembahasan
permukaan kulit atau mukosa dan juga digunakan untuk meniadakan atau
mencegah keadaan sepsis biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada
percobaan yang dilakukan pada tikus didapatkan hasil bahwa tikus tersebut
denga masa proliverasi yang lebih baik dengan menggunakan Pivodine Iodine
tanpa asam hyaluronic proses proliverasi sangat lambat. Penulis berasumsi bahwa
sekitar luka, sehingga proses penyembuhan menjadi lebih cepat. Selain itu, asam
hialuronat juga memiliki sifat antibakteri yang dapat melindungi luka dari infeksi.
Hal ini ditunjang dalam teori yang dikemukakan oleh Eliza 2018
bahwa Asam hialuronat adalah salah satu dari senya-wa dasar pada
kulit.
dasarnya genetic dari tikus itu sendiri memiliki persamaan 99% dengan
biak sangat cepat, dan 99% gennya mirip dengan manusia. Oleh karena
bahwa ketika tikus diberikan perlakuan dalam hal ini yaitu diberikan
luka.
yaitu Alpaslan Kaban, et al. 2019, Hamed Basir Ghafouri 2016 ed. 1
Hal ini ditunjang dalam teori yang dikemukakan oleh Walker 1996
untuk yang memerlukan saja karena memliki efek toksik terhadap sel
E. Kesimpulan
yaitu berkisar di atas 4 hari, ketika betadin diberikan diatas 4 hari maka akan
Chang Sik Pak, et al. 2018. Comparison of the efficacy and safety of povidone-
iodine foam dressing (Betafoam), hydrocellular foam dressing (Allevyn),
and petrolatum gauze for split-thickness skin graft donor site dressing.
South Korea
James X. Liu, et al. 2017. Povidone-Iodine Solutions Inhibit Cell Migration and
Survival of Osteoblasts, Fibroblasts, and Myoblasts. New York, USA.
Supardi, F. Perbedaan hari rawat pada pasien luka bersih menggunakan betadin
dengan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% di puskesmas tanjung
siang kabupaten subang tahun 2012. Skripsi. Cirebon: Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon; 2012.
Walker, 1996. Back to Basic; Choosing the correct wound Dressing. American
Journal of Nursing, 96 (9), 35-39