Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling
ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang yang
kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota
keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh
(Gavaghan & Carroll, 2009). 

Asuhan keperawatan keluarga merupakan rangkaian kegiatan yang diberikan melalui


praktik keperawatan keluarga. Adapun kriteria keluarga yang harus mendapatkan asuhan
keperawatan keluarga adalah keluarga yang dalam tahap perkembangan keluarga, misalnya
keluarga dengan pasangan baru (Berganning family) / keluarga pemula.

FCMC merupakan pemberian asuhan kepada wanita dan keluarganya pada saat
kehamilan, kelahiran, post partum dan perawatan bayi yang dimasukan ke dalam siklus
kehidupan keluarga sebagai peristiwa normal dan sehat. Melalui pendekatan FMCM, peran
keluarga dikenali dan di hargai keterlibatannya, keluarga diberikan dorongan untuk mengenali
dan membangun kekuatannya, serta memungkinkan keluarga untuk membuat keputusan terbaik
dalam perawatan ibu hamil.

Cara pandang dasar dalam melihat suatu permasalahan dalam suatu disiplin. ilmu disebut
dengan paradigma. Paradigma juga sering diartikan sebagai suatu perangkat bantuan yang
memiliki nilai dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara
pandang dasar dalam melihat, memikirkan, menentukan makna serta menyikapi dan memilih
tindakan dalam menyelesaikan masalah kehidupan manusia (Poerwanto,1997).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Family Centered Maternity Care ?
2. Apa saja aspek penting dalam Family Centered Maternity Care?
3. Apa itu falsafah Family Centered Maternity Care?
4. Apa saja bentuk tindakan dalam Family Centered Maternity Care ?
5. Bagaimana model konseptual dari Ernestine Wiedenbach ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep Family Centered Maternity Care
2. Mengetahui aspek-aspek penting dalam Family Centered Maternity Care
3. Mengetahui falsafah dari Family Centered Maternity Care
4. Mengetahui bentuk tindakan dalam Family Centered Maternity Care
5. Mengetahui model konseptual dari Ernestine Wiedenbach

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Family Centered Maternity Care ( FCMC )

Family Centered Maternity Care (FCMC) merupakan pemberian asuhan kepada wanita
dan keluarganya pada saat kehamilan, kelahiran, post partum dan perawatan bayi yang
dimasukan ke dalam siklus kehidupan keluarga sebagai peristiwa normal dan sehat. Sebagaimana
yang dikutip menurut( Phillips 2003) ”Family centered maternity care is a way providing care for
women and their families that integrates pregnancy, childbirth, post partum and infant care into
the continuum of the family life cycle as a normal, healthy live event ” Pemberian asuhan FCMC
didasarkan pada kepercayaan bahwa kelahiran itu proses natural yang membutuhkan intervensi
yang minimal dan selektif, sehingga menghasilkan kualitas yang sangat tinggi dengan biaya
perawatan yang rendah. Sesuai dengan kutipan menurut Phillips 2003 “Providing family
centered-maternity care, based on the belief that birth is a natural process requiring minimal and
selective intervention, in general results in the highest quality low-cost care” Simpson Knox,
1999 dalam Phillips, 2003 Perawatan ibu-bayi merupakan bentuk lain perawatan yang berpusat
pada keluarga. Perawatan ibu dan bayi diberikan oleh perawat yang mendukung kesatuan
keluarga. Orang tua lebih memiliki rasa percaya diri dalam merawat dan ikatan maternal serta
peran maternal ditingkatkan NAACOG, 1989 dalam Bobak, 2005.

Salah satu metode perawatan yang berpusat pada keluarga adalah memberi fasilitas
ruangan bagi perawatan ibu dan bayi. Bayi ditransfer dari ruangan perawatan transisi jika ada
fasilitas semacam ini pada rumah sakit tersebut setelah menunjukkan adaptasi ekstrauterin yang
memuaskan. Ayah dianjurkan mengunjungi dan berpartisipasi dalam perawatan bayi. Saudara
kandung dan kakek-nenek juga dianjurkan melakukan kunjungan dan mengenali bayi. Banyak
rumah sakit yang menyediakan unit bersalin keluarga, ibu ditemani ayah sewaktu melahirkan
bayi dan mereka bertiga tinggal bersama sampai keluar dari rumah sakit. Petugas kesehatan,
dokter dan perawat memberikan perawatan yang diperlukan Bobak, 2005.

Dengan perawatan berpusat pada keluarga, suami, kakek, nenek, saudara kandung dan
teman-teman boleh hadir saat ibu bersalin dan melahirkan. Ayah boleh mengikuti proses
kelahiran sesaria. Neonatus tinggal bersama ibunya dan boleh segera disusui setelah lahir. Kelas-
3
kelas penyuluhan pra kelahiran adalah hal yang umum dan mendorong partisipasi individu
pendukung, mengajarkan teknik relaksasi dan bernapas dan memberi informasi umum tentang
kelahiran Bobak, 2005.

 Prinsip Phillips, 2003 :

a. Persalinan terlihat sehat, tidak bermasalah. Asuhan diberikan untuk mempertahankan


persalinan, kelahiran, post partum dan asuhan bayi baru lahir sebagai peristiwa hidup
yang normal termasuk perubahan dinamis pada emosional, sosial dan fisik.

b. Asuhan prenatal adalah bersifat individual sesuai dengan kondisi psikososial, pendidikan,
fisik, spiritual dan kultur individu yang dibutuhkan pada setiap wanita dan keluarganya.

c. Program komprehensif pendidikan perinatal yang mempersiapkan keluarga untuk aktif


berpartisipasi pada seluruh proses mulai dari prakonsepsi, kehamilan, kelahiran, dan
proses menjadi orang tua.

d. Tim rumah sakit membantu keluarga membuat pilihan-pilihan yang sebelumnya


diberikan informasi informed choices untuk perawatan selama kehamilan, persalinan,
kelahiran, post partum dan asuhan bayi baru lahir dan berusaha untuk memberikan
mereka pengalaman yang diinginkan.

2.2 Aspek Penting Dalam Family Centered Maternity Care

Salah satu aspek terpenting keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada unit
keluarga. Secara empiris, kesehatan anggota keluarga berhubungan erat dengan kualitas
kehidupan dalam sebuah keluarga. Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat ddddan
merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya.

Keluarga yang didalamnya mempunyai beragam fungsi seperti fungsi fisik, psikologis,
reproduksi, sosial, dan fungsi ekonomi merupppakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi
dalam kesehariannya (Friedman,2003). Lebih konkrit dijelaskan oleh Gillies (1994) bahwa saat
perawatan difokuskan pada keluarga, efektivitas perawatan terbukti meningkat. Keluarga adalah
salah satu institusi masyarakat yang paling penting. Keluarga mengemban tanggung jawab utama
dalam memperkenalkan dan mensosialisasikan individu. Keluarga meneruskan latar belakang

4
budaya dasar suatu keluarga kepada anggota-anggotanya. Guna memberikan perawatan yang
aman, komprehensif dan holistik dalam konteks proses keperawatan, perawat memerlukan
pemahaman yang baik tentang keluarga sebagai suatu institusi dalam masyarakat.

Pemberian layanan keperawatan khususnya keperawatan maternitas juga berfokus pada


keluarga (family centered maternity care).

Keperawaatan maternitas yang berfokus pada keluarga adalah pelayanan profesional,


bermutu, mengakui serta berfokus pada adaptasi terhadap kebutuhan fisik dan psikososial ibu,
keluarga dan bayinya. Melalui perspektif keperawatan maternitas, keluarga dipandang sebagai
unit dasar masyarakat dalam memberikan dukungan selama periode kehamilan, melahirkan, dan
masa nifas sampai membesarkan anak.

Konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga juga diarahkan kepada


pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan dan nifas,
mempromosikan dan melindungi kesejahteraan ibu dan bayinya dengan melibatkan keluarga dan
lingkungan dalam intervensi keperawatan baik intervensi edukasi maupun kebutuhan ibu pada
saat menjalani kehamilan, persalinan dan nifas (Pilliteri,2003). Keberhasilan implementasi
asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga meliputi pengetahuan bahwa pemberian asuhan
bermutu tinggi memerlukan upaya tim yang terdiri atas ibu dan jeluarganya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan maternitas berfokus


pada keluarga (family centered maternity care) merupakan bentuk pemberian asuhan
keperawatan pada klien yang berfokus pada keluarga sebagai sistem pendukung dalam
pemenuhan kebutuhan ibu dan bayi pada masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

2.3 Falsafah Family Centered Maternity Care (FCMC)

Falsafah merupakan keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk


mencapai suatu tujuan. Falsafah menjadi ciri utama pada suatu komunitas, baik komunitas
berskala besar maupun skala kecil, salah satunya adalah profesi keperawatan (Meleis, 2007).
Falsafah keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga adalah nilai yang menjadi
pedoman dalam memberikan layanan keperawatan pada klien melalui proses keperawatan.
5
Falsafah Family Centered Maternity Care menurut May & Mahlmeister (1990)
menyatakan bahwa:

1. Keluarga dapat membuat keputusan sendiri jika diberikan informasi yang adekuat dan
dukungan profesional dari petugas kesehatan. Artinya keluarga mempunyai hak dalam
segala keputusan yang menyangkut kesehatan anggota keluarganya. Petugas kesehatan
mempunyai peranan penting dalam menguatkan persepsi keluarga melalui informasi yang
tepat dan dukungan yang adekuat dalam membantu keluarga membuat keputusan.

2. Kelahiran adalah peristiwa yang normal atau sehat. Dalam perspektif FCMC, kelahiran
merupakan sebuah proses yang normal dan dinamis dengan terjadinya perubahan fisik,
emosional, dan sosial dalam keluarga.

3. Kelahiran adalah proses awal hubungan keluarga yang penting. Proses melahirkan
merupakan langkah awal sebuah keluarga mengalami perubahan peran sehingga ini
merupakan masa yang penting bagi hubungan keluarga dalam menjalankan peran
masing-masing anggota keluarga.

Falsafah tersebut kemudian dikembangkan oleh Reeder, Martin & Koniak (1997) yang
meliputi:

1. Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu meyakini bahwa
peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikososial dari individu dan keluarga.
Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang
positif dan menyenangkan.

2. Pengalaman reproduksi bukanlah pengalaman pribadi seorang ibu saja melainkan


keluarga. Peran petugas kesehatan adalah mempersiapkan keluarga untuk aktif
berpartisipasi sepanjang periodeperinatal: prekonsepsi, kehamilan, persalinan dan
kelahiran, serta masa menjadi orang tua.

3. Adalah salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan individu sehingga semua
kebutuhan pada tahap perkembangan ini penting untuk dipenuhi oleh keluarga.

6
4. Perubahan fisiologis dan adaptasi cenderung membuat keluarga rentan terhadap proses
perubahan dan adaptasi yang terjadi . Periode ini merupakan periode transisi peran
menjadi orang tua yang harus dijalani dengan informasi yang adekuat dari petugas
kesehatan dan kesadaran keluarga untuk menjalani tugas keluarga pada tahap
perkembangan

5. Budaya dan beberapa akses sosial dapat mempengaruhi hasil reproduksi dan proses
dalam keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan
sosial ekonominya sehingga perawat penting untuk memperhatikan aspek sosial budaya
ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa falsafah yang mendasari konsep
keperawatan maternitas berfokus pada keluarga meliputi:

1. Peristiwa kelahiran merupakan peristiwa normal dan sehat dalam kehidupan suatu
keluarga serta awal tahap perkembangan baru bagi suatu hubungan keluarga.

2. Pengalaman reproduksi dan proses melahirkan merupakan bagian dari keluarga sehingga
perlu dukungan yang adekuat dari keluarga untuk memenuhi tugas dalam tahap
perkembangan ini

3. Adaptasi selama periode persalinan dan merawat bayi menjadikan keluarga rentan karena
merupakan periode transisi peran orang tua sehingga membutuhkan dukungan yang
adekuat dari seluruh anggota keluarga dan petugas kesehatan.

2.4 Bentuk Tindakan Dalam Family Centered Maternity Care (FCMC)

Pelayanan keperawatan maternitas yang terus berkembang dari pelayanan tradisional


menjadi berpusat pada keluarga menjadikan tindakan tersebut dapat diterapkan diarea manapun
baik di rumah sakit maupun di rumah. Beberapa bentuk implementasi Family Centered
Maternity Care yang bisa diterapkan di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan yang lain yaitu:

a. Melaksanakam kelas prenatal untuk mempersiapka ibu dan keluarga dalam


merencanakan kehamilan, kelahiran, dan merawat bayi.

7
b. Melibatkam keluarga dalam proses pemeriksaaan kehamilan dan persalinan.

c. Kehadiran keluarga saat ibu harus dilakukan tindakan operasi.

d. Penggunaan rooming-in yaitu menggabungkan ruang rawat ibu dan bayi agar tercipta

e. Kontak orang tua dan bayi sedini mungkin jika kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik
tanpopa komplikasi.

f. Kunjungan keluarga tidak ketat. Dalam artian keluarga mempunyai akses yang adekuat
untuk bersama dengan ibu dan bayi apabila kondisi ibu dan bayi dalam keadaan optimal.

g. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan ibu dan bayi.

h. Pemulangan secepat mungkin. Hal ini ditujukan agar ibu dan bayi tidak berada terlalu
lama di rumah sakit sehingga meminimalkan resiko infeksi dan mengembalikan ibu dan
bayi ke tengah-tengah keluarga di rumah.

i. Follow-up di rumah. Peran petugas kesehatan adalah melakukan tindak lanjut dengan tim
kesehatan dikomunitas untuk memantau kondisi ibu, bayi dan keluarga saat di rumah.

Tindak lanjut perawatan dirumah merupakan salah satu bentuk implementasi


kepeeawatan maternitas yang berfokus pada keluarga. Peran petuvas kesehatan sangat penting
untuk memantau perkembangan kondisi kesehatan ibu dan bayi serta bagaimana keterlibatan
anggota keluarga ketika di rumah dalam merawat ibu dan bayi. Dalam perspektif model FCMC,
ibu dianggap sebagai “perawat” bagi bayinya sehingga peran petugas kesehatan adalah
memfasilitasi ibu agar mampu merawat bayinya secara mandiri dengan melibatkan keluarga.
Perawat penting untuk memperhatikan pengaruh sosial budaya yang berkembang dimsyarakat
khususnya yang dianut oleh keluarga dalam perawatan ibu melahirkan, nifas, dan perawatan bayi
sehingga perawatan yang dilakukan optimal.

Segala bentuk implementasi dalam keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga
yang telah dijelaskan diatas pada dasarnya mempunyai tujuan agar terjadi satu kesatuan sistem
yang saling mendukung antara ibu dan keluarga dalam proses persalinan, nifas, dan dalam
perawatan bayi baru lahir. Dengan adanya dukungan yang adekuat dari keluarga diharapkan

8
kondisi perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang dialami selama periode ini dapat berjalan
optimal dan sehat sesuai dengan tahap mengasuh anak

2.5 Model Konseptual Dari Ernestine Wiedenbach : “The Need For Help”

A. Biografi Ernestine Wiedenbach


Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan
teori dan perawatan maternal bayi. Dia menulis suatu artikel teori klasik bersama Dicroff dan
Yakobus, artikel tersebut berisi tentang suatu disiplin praktik yang masih digunakan sekarang ini
ketika mempelajari teori evolusi keperawatan. Ernestine dilahirkan di suatu keluarga makmur
pada tahun 1900. Keluarganya berimigrasi dari Jerman ketika ia masih muda. Ernestine mulai
berminat pada ilmu keperawatan ketika melihat perawatan pada neneknya yang sedang sakit-
sakitan. Kemudian ia senang mendengar saudara perempuantemannya yang adalah seorang
mahasiswi kedokteran menceritakan pengalamannya dirumah sakit.
Ernestine menjadi sangat terkesan dengan peran perawat setelah lulus dari Wellesley
Collage dan mendapatkan gelar sarjana muda di bidang budaya liberal tahun 1922, lalu ia
mendaftarkan diri di sekolah keperawatan agar tidak mengecewakan kedua orangtuanya.Menurut
Nickel, Gesse dan McLaren, 1992, Ernestine mula-mula memasuki Post-Graduate Hospital
School Of Nursing, tetapi setelah “ pertemuan dengan administrasi sekolah “ dimana ia menjadi
pembicara untuk menyampaikan keluhan sekelompok murid. Oleh karena itu ia di keluarkan.
Adelaide Nutting, lulusan Johns Hopkins, ikut campur dan menghubungi Elsie Lawler, Direktur
Johns Hopkins School Of Nursing yang mengijinkan Ernestine melanjutkan pendidikan
perawatnya.
Ernestine berhutang budi pada Nutting karena masih memiliki kesempatan untuk menjadi
perawat. Ernestne berjanji untuk tidak lagi mencoba untuk mengorganisir atau mendorong
kesalahpahaman diantara murid Hopkins. Dia menaati semua peraturan perawat saat itu, bahkan
ketika “memotong pendek” satu saja rambut akan menyebabkan dikeluarkan dari sekolah
(Nickel, 1992). Setelah lulus dari Johns Hopkins pada tahun 1925, ia telah mendapat tawaran
sebagai pengamat karena ia memiliki gelar sarjana muda. Ia bekerja di Johns Hopkins dan
kemudian di Bellevue di New York. Ernestine melanjutkan pendidikannya di Teacher Collage,
Columbia University dengan menghadiri kelas malam, dimana ia mendapatkan gelarsarjana
tinggi dan sertifikat perawatan kesehatan masyarakat pada tahun 1934. Ernestine meninggalkan
9
rumah sakit dan bekerja dengan perawatan kesehatan masyarakat dari Henry Street Settlement
sebagai perawat untuk sebuah asosiasi untuk meningkatkan kondisi orang-orang
lemah/Association for Improving Conditions Of The Poor (AICP). Ernestine meninggalkan
klinik perawatan dan bekerja sebagai penulis professional dengan The Nursing Information
Bureau (NIB) untuk The American Journal of Nursing. Ia mengembangkan kemampuan
menulisnya dan membuat banyak orang professional penting menghubunginya.
Setelah pengeboman Pearl Harbor, Ernestine bekerja di NIB untuk menyiapkan perawat-
perawat untuk memasuki Perang Dunia II. Penyakit jantung menyebabkan Ernestine tidak dapat
melanjutkan tugasnya pada saat perang. Setelah perang, Ernestine memohon untuk kembali
merawat pasien dan Direktur The Maternity Center Association of New York, Hazel Corbin,
membujuknya untuk mendaftar di sekolah bidan diumur 45 tahun. Setelah lulus, Ernestine
berlatih sebagai bidan di Maternity Center Association dan mengambil mata pelajaran sore di
Teachers Collage untuk perawatan maternitas. Ernestine menyatakan bahwa bagian favoritnya di
pelatihan bidan adalah kedatangannya di rumah pasien untuk memberikan pertolongan
melahirkan. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur program kelulusan di
perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of Nursing, yang
dimulai pada tahun 1956. Ia tidak terima posisi itu, karena tujuannya untuk menetapkan suatu
program perawat kebidanan, bagaimanapun, ia telah melobi untuk masuk kebidanan ketika Yale
memulai program kelulusannya.
Pada tahun 1958 ia menulis sebuah keperawatan klasik, Family-Centered Maternity
Nursing, sebuah teks menyeluruh pada perawatan kandungan. Ernestine mengajar bersama Ida
Orlando di Yale dan berkerjasama
dengan Patricia James dan William Dickoff tentang perawatan dan filosofi. Contoh ilmu
perawatan klinis Ernestine Wiedenbach telah dikembangkan berdasarkan pengetahuannya
selama bertahun-tahun di aturan klinis dan ajarannya sebagai hubungan profesionalnya. Menurut
Ernestine terdapat 4 elemen / unsur dalam perawatan klinis, yaitu : filosofi, tujuan/maksud,
pelatihan, dan seni. Ernestine Wiedenbach memiliki banyak buku dan artikel yang telah
diterbitkan. Beberapa diantaranya adalah:
1. Wiedenbach, E (1958). Family-Centered maternity nursing, New York: G.P. Putnam’s
Sons.
2. Wiedenbach, E (1964). Clinical Nursing: A helping Art. New York: Spinger.
10
Artikel yang ditulis oleh Nickle, Gesse, dan McLarren pada tahun 1992 di Journal of
Nurse-Midwifery sangat luar biasa dan menjadi acuan untuk banyak fakta pribadi yang
dipersembahkan di dalam website. Adalah suatu keharusan bagi seseorang yang mempelajari
pengaruh Ernestine untuk membaca artikel mereka. Satu kaset dan wawancara dengan Ernestine
Wiedenbach bertindak sebagai basis untuk artikel yang berjudul “Ernestine Wiedenbach : Her
Professional Legacy (Warisan Profesionalnya)”. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri pada
tahun 1966. Ia tidak pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret 1998
(Currentnursing, 2012).

B. Pengertian Teori Ernestine Wiedenbach


Ernestine Wiedenbach adalah seorang perawat kebidanan (nurse midwifery) yang sangat
tertarik pada masalah sepitar keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga (Family-
Centered Maternity Nursing). Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek
yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach
mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasi dalam
praktik.konsep teori yang dihasilkan Ernestine Wiedenbach bukan hasil penelitian melainkan
hasil pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya. Teori Ernestine Widenbach dikenal dengan
“The Need For Help”. Teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang lingkup asuhan
keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar
pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan penggunaan teori ini diharapkan dapat melihat
keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada
pasien terutama dalam keadaan emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengidentifikasi
bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien (kegawatdaruratan), perawat dapat
menggunakan sumber dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai apakah
bantuan yang diberikan benar-benar dibutuhkan oleh pasien (Alligood, 2014).

C. Model Konseptual Teori Ernestine Wiedenbach


1. Elemen-Elemen Model Konseptual
Model konseptual Wiedenbach membantu mengidentifikasi kebutuhan terhadap keyakinan
kepercayaan pada nurse midwife dan kepercayaan rekan. Berikut ini komponen model

11
konseptual Wiedenbach yang diketahui sebagai lima elemen dalam the Realistis of Nursing,
yaitu:
a. The Agents
Wiedenbach mengidentifikasi empat elemen dalam praktik klinik perawat. Empat elemen
dalam ”clinical nursing” yaitu Philosophy, tujuan,praktik dan art (seni) ( Raleigh, 1989 dan
Wiedenbach, 1964 ) sebagai berikut penjelasannya :
1. Philosophy
Berikut ini adalah 3 point dasar philosophy keperawatan :
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada
setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain (Raleigh, 1989)
Philosophy yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
2. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah apa yang ingin perawat capai melalui apa yang dilakukan-
keseluruhan tujuan untuk praktik professional, termasuk keseluruhan kegiatan yang berdampak
baik pada pasien
3. Praktik
Mengobservasi aksi keperawatan termasuk disiplin dalam pemikiran dan perasaan
melalui pertemuan bantuan yang dibutuhkan pasien. Aksi ini adalah tujuan secara langsung dan
berpusat pada pasien
4. Art
Art pada keperawatan klinik terdiri dari :
a) Pemahaman perawat pada kondisi, situasi dan kebutuhan pasien
b) Tujuan internal perawat dan aksi eksternal untuk meningkatkan kemampuan pasien
melalui perawatan yang sesuai
c) Aktivitas perawat secara langsung memperbaiki kondisi pasien melalui penggunaan
artful pada perencanaan perawatan medis
d) Intervensi perawat bertujuan mencegah kekambuhan dan membangun new concern

12
b. The Recipient (wanita, keluarga dan komunitas)
Perawat memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan
masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang
berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri serta dapat memastikan jika need-for-
help telah menjadi pengalaman. Sehingga perawat memberi pertolongan hanya apabila individu
tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
c. The Goal
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan “ sebuah ukuran atau tindakan
yang diperlukan dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang
kemampuan seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan.Wiedenbach mendefinisikan need-
for-help adalah pengukuran atau tindakan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh individu dan
yang berpotensi untuk memulihkan atau memperluas kemampuannya untuk mengatasi implisit
dalam situasi. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum
menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan
dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda
dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
d. The Means
Maksud atau arti pada pencapai tujuan perawatan midwifery diekpresikan dalam praktik
terdiri dari empat fase :
1) Identifikasi pengalaman need-for-help pasien
2) Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
3) Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang
dibutuhkan

13
4) Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien Model Wiedenbach mengidentifikasi kebutuhan dari nurse midwife akan
pengetahuan, penilaian dan keterampilan yang dapat dicapai:
a. Pengetahuan meliputi segala sesuatu yang telah dipahami. Pengetahuan dapat berupa
fakta, spekulatif atau praktik dan menyediakan sumber
b. Penilaian meliputi kemampuan perawat dalam membuat keputusan
c. Keterampilan menunjukan kemampuan perawat dalam mencapai keberhasilan hasil

e. The Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional.
Tujuan Wiedenbach dalam teorinya adalah untuk mengindentifikasi bantuan yang dibutuhkan
pasien melalui tahapan berikut:
1) Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak konsisten terhadap kenyamanan pasien
2) Mengeksplorasi maksud atau arti dari perilaku pasien
3) Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan pasien
4) Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri atau membutuhkan
bantuan

Philosopi Tujuan
Identifikasi, pertolongan, validasi, koodinasi
need-for-help Tujuan

The Midwife The Resipient: Meeting The Need


The Woman for help
The Agent

Art Praktik

 Point 2.1 Model Praktik Keperawatan Ernestine Wiedenbach


Wiedenbach mengidentifikasi tiga elemen interdependen dalam preskriptif teorinya yaitu:
tujuan utama yang menjadi alasan perawat, preskriptif dari aksi dalam pertimbangan untuk
pencapaian misi dan realitas yang menantang kecerdikan dan kreativitas perawat sebagai usaha

14
untuk memenuhi tujuan utama keperawatan melalui praktek. Kemudian, tiap-tiap perawat
memformulasikan preskriptif teorinya sebagai sebuah disiplin praktik sesuai dengan realitas dan
situasi.
 Fokus Konseptual Wiedenbach dan Komponen-komponen Praktik Keperawatan
Berdasarkan ilustrasi di atas, pusat dari bulatan adalah pengalaman individu atau pasien.
Individu menerima pelayanan secara langsung melalui komponen-komponen praktik klinik.
Komponen-komponen ini mengidentifikasi need-for-help, pemberian bantuan (pertolongan) yang
dibutuhkan (skema 2.2), dan validasi bantuan yang dibutuhkan (skema 2.3). Komponen ini
memasukkan koordinasi pelayanan keperawatan, kolaborasi dan konsultasi secara langsung.
Pendidikan keperawatan, administrasi keperawatan dan organisasi keperawatan terlihat sebagai
level praktik selanjutnya, dengan bekerja bersama-sama untuk mencapai perawatan yang
berkualitas. Advanced study, penelitian dan publikadi dipandang sebagai level tertinggi pada
praktik keperawatan profesional untuk menginvestigasi masalah keperawatan dan mencari solusi.
Wiedenbach percaya bahwa perbaikan kualitas praktik keperawatan dengan pendidikan
yang didukung usaha perawat secara individual untuk bertanggung jawab akan hasil tanpa
adanya pelanggaran keperawatan yang ideal. Wiedenbach mengatakan bahwa pelayanan
keperawatan dan pendidikan keperawatan saling ketergantungan. Melalui kerja sama dengan
mutual respect, dan melalui pembelajaran yang sistematik akan masalah yang telah menjadi
pengalaman dalam praktik keperawatan, perawat dapat memberikan konsistensi dan stabilitas
pada penyediaan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Adapun skema dari pengelolaan bantuan yang dibutuhkan dan validasi bantuan digambarkan
dalam point-point di bawah ini.

1. Pengelolaan Bantuan yang Dibutuhkan


 Point 2.2 Pemberian Bantuan untuk Pertolongan (Wiendenbach, 1964)
Perawat memformulasikan perencanaan dalam pertemuan dengan pasien need-for help
berdasarkan sumber: “apa yang pasien pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah dilakukan”
+ “apa yang perawat pikirkan, ketahui, dapat dilakukan, telah dilakukan”.Perawat
membuat perencanaan untuk pasien Pasien merespon presentasi perencanaan.Perawat
mempersepsikan perilaku konsisten atau tidak konsisten pasien dengan penerimaan konsep yang
direncanakan. Perawat mengeksplorasi, klarifikasi tujuan, maksud/arti perilaku pasien yang

15
diikuti presentasi perencanaan. Pasien sependapat dengan perencanaan Pasien tidak sependapat
dengan perencanaan. Perawat menyarankan cara implementasi Perawat mencari bantuan untuk
mendapatkan dalam perencanaan respon definitiv. Pasien menerima saran Pasien tidak menerima
saran.
Perencanaan implementasi perawat: Perawat mengeksplorasi penyebab pemberian
pertolongan yang dibutuhkan ketidakterimaan pasien.Pasien mengungkapkan penyebab Pasien
tidak mengungkapkan penyebab ketidakterimaan: masalah yang mengganggu
ketidakterimaan.Pasien membutuhkan: penyelesaian masalah.Perawat dapat mencari bantuan
untuk menetapkan penyebab ketidakterimaan pasien.Perawat mengeksplorasi kemampuan
pasien.dalam solusi masalah indikasi kemampuan pasien indikasi ketidakmampuan pasien dalam
menyelesaikan masalah: dalam menyelesaikan masalah pasien tidak membutuhkan bantuan
pasien membutuhkan bantuan.Perawat memformulasikan perencanaan dalam pertemuan ini
need-for-help berbasis pengenalan sumber yang baru; perencanaan pasien; dan mengeksplorasi
maksud perilaku.pasien dalam merespon perencanaan baru menurut outline pada chart.

2. Validasi Bantuan yang Dibutuhkan yang Telah Ditemukan


Perawat mempersepsikan perilaku konsisten atau tidak konsisten pasien dengan konsep
kenyamanan atau kemampuan. Perawat mengeksplorasi, klarifikasi tujuan, maksud perilaku
pasien. Pasien memberikan keyakinan bukti Pasien tidak memberikan keyakinan bukti pada
kenyamanan atau kemampuan pada kenyamanan atau kemampuan need-for-help-met need-for-
help may not have been met.
Perawat membutukan rekonstruksi pengalaman untuk memastikan:
a. Identifikasi need-for-help
b. Kebutuhan apa yang ditemukan perawat dalam sebuah cara penerimaan
c. Apa perawat membutuhkan bantuan untuk mengetahui dimana memulai
kembali dan kemudian menetapkan aksi yang sesuai

 Point 2.3 Validasi Bantuan yang Dibutuhkan yang Telah Ditemukan (Wiedenbach,
1964)

D. Tahap-Tahap Untuk Mencapai Tujuan Asuhan Keperawatan Melalui Teori Ernestine


Wiedenbach

16
Tujuan Wiedenbach adalah untuk mengindentifikasi bantuan yang dibutuhkan pasien
melalui tahapan berikut :
a) Mengobservasi perilaku yang konsisten atau tidak konsisten terhadap kenyamanan pasien
b) Mengeksplorasi maksud/arti dari perilaku pasien
c) Memastikan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakmampuan pasien
d) Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri atau membutuhkan
bantuan

E. Aplikasi Teori Ernestine Wiedenbach Dalam Keperawatan


Aplikasi teori Ernestine Wiedenbach paling sesuai digunakan untuk kasus
kegawatdaruratan maternal yang membutuhkan penanganan segera dengan cepat dan tepat.
Tenaga kesehatan khususnya keperawatan harus memiliki potensi dan kompentensi yang
memadai untuk mengatasi permasalahan yang muncul, dengan melihat aspek dari perawat dan
respon dari klien teori Wiendenbach dianggap mewakili untuk menyelesaikan kasus perdarahan
ini. Teori Wiendenbach merupakan teori yang terdiri dari lima (5) konsep dari realitas
keperawatan, yaitu :
1. Agent : Bidan / perawat
2. Penerima : Wanita, keluarga dan masyarakat
3. Tujuan / Goal : tujuan dan pelayanan
4. Alat : metode untuk mencapai tujuan
5. Kerangka : sosial dan lingkungan organisasi dan professional
Penggunaan teori ini melihat segala aspek yang terdapat dalam ruang lingkup asuhan
keperawatan baik dari aspek pasien, perawat dan lingkungan sosial yang berada di sekitar
pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan penggunaan teori ini diharapkan dapat melihat
keseluruhan dari aspek-aspek yang terkait dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada
pasien terutama dalam keadaan emergensi dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengidentifikasi
bantuan segera apa yang dibutuhkan oleh pasien (kegawatdaruratan), perawat dapat
menggunakan sumber dukungan pasien untuk memenuhi kebutuhannya dan menilai apakah
bantuan yang diberikan bener-bener dibutuhkan oleh pasien.
Adapun tabel pengkajian Wiedenbanch yaitu :
 Tahap Hasil

17
1. Agen: Perawat maternitas atau tenaga medis yang bertugas pada saat itu
2. Penerima: Pasien
3. Tujuan : Mengindentifikasi bantuan pasien

4. Metode: a. Identifikasi bantuan yang dibutuhkan


b. Memberikan bantuan
c. Validasi
d. Koordinasi
5. Framework : Faktor pendukung pasien

2.6 Prinsip Family Centered Maternity Care (FCMC)

1) Kelahiran seorang anak dianggap kebahagiaan, bukan sebagai penyakit. Perawatan


difokuskan pada pemeliharaan persalinan, baring dan postpartum sebagai peristiwa
normal yang terjadi dalam kehidupan manusia yang disertai dinamika perubahan
emosional, sosial dan fisik
2) Perawatan prenatal bersifat individual tergantung pada tingkat Pendidikan dan fisik,
psikososial, agama dan kebutuhan budaya setiap wanita dan keluarganya.
3) Pelajaran prenatal mempersiapkan keluarga pada partisipasi aktif dalam perkembangan
proses pemupukan kehamilan dan kelahiran dan menjadi orangtua
4) Tim perawatan membantu keluarga selama membuat pilihan berdasarkan informasi
terkait dengan perawatan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan postpartum dan
perawatan untuk bayi baru lahir. Mereka berusaha untuk memenuhi orangtua menjadi
orangtua yang professional seperti apa yang ditawarkan
5) Ayah/ orang pendukung lain yang dipilih ibu memiliki partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, persalinan, kelahiran, postpartum dan perawatan bayi baru lahir
6) Setiap kali ibu melakukan keinginannya, keluarga dan teman-teman didorong untuk hadir
selama ia tinggal dirumah sakit, termasuk fase persalinan kelahiran
7) Setiap perempuan membuatnya bekerja dan dilahirkan oleh tempat yang disediakan yang
sama, kecuali jika operasi Caesar. Jika memungkinkan, temukan juga postpartum dan
merawat bayi baru lahir ditempat yang sama dan oleh pelayan kesehatan yang sama

18
8) Ibu adalah pengasuh terbaik bagi anak-anak mereka sendiri. Jika nantinya peran dialihkan
kepada tenaga keperawatan, maka peran ibu tetaplah yang utama. Sedangkan pelayan
kesehatan merupakan peran pendukung
9) Saat ibu mengasuh bayi, mereka harus menyadari pelayanan kesehatan dan bayi nya
masih tetap sama
10) Orangtua selalu memiliki izin untuk mereka baru lahir, bahkan jika itu adalah bayi
berisiko tinggi. Mereka menjadi terlibat dalam merawat anak-anak mereka sejauh status
kesehatan bayi memungkinkan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan kesehatan masyarakat dan permintaan konsumen membawa pelayanan yang


berpusat dan berfokus pada keluarga. Karena asuhan keperawatan berbasis keluarga merupakan
bagian dari kontinum layanan perawatan kesehatan, penting bagi perawat untuk memahami
konsep keluarga. Melalui pelayanan kesehatan Family Centered Maternity Care tercipta satu
19
kesatuan sistem yang saling mendukung antara ibu dan keluarga dalam proses persalinan, nifas,
dan dalam perawatan bayi baru lahir. Dengan adanya dukungan yang adekuat dari keluarga
diharapkan kondisi perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang dialami selama periode ini dapat
berjalan optimal dan sehat sesuai dengan tahap mengasuh anak.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa keluarga harus berperan aktif dalam
membantu ibu agar dapat menjalani proses kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan bayi
dengan baik, dukungan keluarga sangat berpengaruh untuk kesehatan ibu dan anak.

20

Anda mungkin juga menyukai