Disusun Oleh
Nama : Fatma Risda Hidayanti, S.Kep., Ns.
NIP : 1993092220190222014
Angkatan/ No Presensi : IV / 20
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Coach : Iswahyudi, SP., MP.
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari : Jum’at
Tanggal : 24 Januari 2020
Tempat : BPSDMD Provinsi Jawa Tengah
Coach Mentor
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
Coach Mentor
Penguji/ Narasumber
iii
PRAKATA
iv
6. Keluaga besar staf dan karyawan RSUD Dr. Moewardi Surakarta;
7. Seluruh Widyaiswara dan Binsuh yang telah memberikan ilmu dan
bimbingannya selama kegiatan pelatihan Dasar CPNS Golongan III
Angkatan IV;
8. Panitia Penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Provinsi
Jawa tengah yang telah bekerja keras dalam mensukseskan Latsar ini;
9. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya untuk
peserta;
10. Seluruh rekan-rekan peserta LATSAR golongan III Angkatan IV tahun
2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………….………… i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................... iii
PRAKATA………………………………………............................ iv
DAFTAR ISI…………………………………..……….................... vi
DAFTAR TABEL....………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR...………………………………………..…….. ix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...….... 1
A. Latar Belakang………………................................... 1
B. Identifikasi Isu ……………....................................... 3
C. Dampak Jika Isu tidak
Diselesaikan…………………………………............. 7
D. Rumusan Masalah………………………………….... 7
E. Tujuan..………………………………………………… 7
F. Manfaat………………………………………………… 8
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………… 9
A. Sikap dan Perilaku Bela Negara…………………….. 9
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil……………………. 11
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI…………... 26
D. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi Terapeutik dalam
Pelayanan Keperawatan……………………… 31
BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA….……. 40
A. Profil Organisasi ….…………………………………... 40
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi………... 40
2. Visi Misi dan Nilai Organisasi…………………….. 43
3. Struktur Organisasi………………………………… 43
4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya
Lainnya……………………………………………… 46
B. Tugas dan Jabatan Peserta Diklat..………………… 50
vi
C. Role Model…………................................................. 53
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI……………... 54
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan
Keterkaitan dengan NilaiANEKA……..................... 54
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Aktualisasi dan Habituasi…………………………… 68
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala…….. 69
BAB V PENUTUP…………………………………………………. 71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………… 75
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Pegawai Negri Sipil memiliki peranan yang menentukan dalam
mengelola sumber daya di Indonesia. Untuk dapat menjalankan peranannya pada
jalur yang benar dan profesional, maka setiap PNS harus senantiasa
menanamkan nilai-nilai dasar dalam segala tugasnya.
Menurut UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN pasal 63-64 dan PP no 11 tahun
2017 tentang manajemen PNS pasal 34-35 CPNS wajib menjalani masa
percobaan, masa percobaan melalui proses pendidikan dan latihan terintegrasi.
Masa pecobaan dilaksanakan selama 1 tahun. Tujuannya adalah untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis
Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS yang professional adalah melalui
Diklat Prajabatan/Pelatihan Dasar. Hal ini diperlukan dalam rangka menanamkan
nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang berperan dalam membentuk
karakter PNS yang professional di masyarakat.
Masa percobaan selama 1 (satu) tahun yang wajib dijalani oleh CPNS melalui
proses pendidikan dan pelatihan diatur dalam peraturan Lembaga Administrasi
Negara (LAN) Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil, menjelaskan bahwa Pelatihan Dasar (Latsar) yang diberikan untuk
CPNS bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai wawasan
kebangsaan melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela negara, membekali
dengan nilai-nilai dasar ANEKA, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
1
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
secara profesional sebagai pelayan masyarakat memegang nilai-nilai tersebut.
ASN diharapkan dapat menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan,
serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan merasakan manfaatnya
sehingga terpatri dalam dirinya karakter seorang PNS yang professional.
Salah satu sektor pelayanan publik yang harus dibangun dengan baik oleh
PNS adalah membangun kesejahteraan sosial melalui pelayanan kesehatan.
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
atau masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang
bergerak dalam pelayanan publik. Rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada pasiennya. Salah satunya adalah pelayanan
keperawatan bedah, khususnya di kamar operasi. Pelayanan yang baik terhadap
masyarakat harus selalu diterapkan.
Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit harus menerapkan nilai-nilai
ANEKA dalam menjalankan tugasnya karena mereka yang berhubungan
langsung dengan pelayanan kepada pasien. Pelayanan perawat kepada pasien
harus bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Dokumentasi keperawatan
mencerminkan pertanggungjawaban perawat dalam melayani masyarakat.
Dalam pelaksanaan pelayanan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada
prinsipnya sudah mengikuti ketentuan yang berlaku. Namun masih terdapat
beberapa kekurangan yang masih perlu ditingkatkan. Salah satu pelayanan yang
kurang optimal yaitu komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pada
pasien pre operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi. Komunikasi
terapeutik yang kurang optimal dapat menimbulkan kekecewaan pada pasien dan
juga menyebabkan kecemasan pada pasien pre operatif.
Disamping itu pelaksanaan cuci tangan bedah di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Dr. Moewardi Surakarta juga belum optimal. Pelaksaan cuci tangan bedah
yang tidak lengkap dapat menyebabkan peningkatan penularan infeksi.
2
Pelayanan lain yang kurang optimal yaitu handover pasien post operasi kepada
perawat bangsal. Handover yang kurang maksimal menimbulkan informasi yang
tidak lengkap bagi perawat bangsal. Selanjutnya adalah masalah monitoring suhu
dan kelembaban kamar operasi yang juga kurang optimal dilaksanan. Selain itu
penggunaan daftar set instrumen steril yang kurang optimal juga menjadi
perhatian. Masalah ini dapat menimbulkan gangguan pada persiapan alat operasi.
B. Identifikasi Isu
Rancangan kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Rancangan aktualisasi tersebut disusun
sesuai dengan nilai-nilai dasar Pegawai Negri Sipil (PNS) yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan sesuai
dengan peran dan kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat diidentifikasi isu-isu yang dapat
dilihat pada table 1.1 sebagai berikut:
Keterkaitan
Kondisi yang
No Isu Mata Kondisi Saat Ini
Diharapkan
Pelatihan
3
Dr. Moewardi menggunakan - Perawat bedah
Surakarta scrub brush menggunakan
scrub brush agar
cuci tangan
bedah optimal
3. Kurangnya Manajemen - Ditemukan keluhan - Handover pasien
informasi ASN; dari perawat post operasi
keperawatan bangsal tentang kepada perawat
pada handover handover yang bangsal menjadi
pasien post kurang lengkap dari lengkap
operasi kepada IBS
perawat bangsal
di Instalasi Bedah
Sentral RSUD
Dr. Moewardi
Surakarta
4. Kurang Manajemen - Ditemukan lembar - Lembar
optimalnya ASN, monitoring suhu monitoring suhu
monitoring suhu Pelayanan dan kelembaban dan
dan kelembaban Publik yang belum diisi kelembababn
di Instalasi Bedah lengkap sesuai diisi tepat waktu
Sentral RSUD Dr tanggal - Suhu
Moewardi - Suhu dan dankelembaban
kelembaban diluar di ruang operasi
SPO sesuai SPO
5. Kurang Manajemen - Belum semua set - Ketersediaan set
optimalnya daftar ASN; instrumen operasi instrumen yang
set instrumen memiliki daftar lengkap beserta
steril di Instalasi instrumen daftar set
Bedah Sentral - Kelengkapan setiap instrumen steril
RSUD set instrumen
Dr.Moewardi belum sesuai
standar
4
Kemudian akan dilanjutkan penentuan prioritas isu. Prioritas isu dapat
ditentukan dengan analisis USG. USG terdiri dari urgency, seriousness dan
growht. Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness artinya seberapa serius suatu isu
harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth artinya
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera. Skor 1 berarti isu tersebut tidak urgent, serius, dan berkembang, skor
2 berarti kurang, skor 3 berarti cukup, skor 4 berarti isu tersebut urgent, serius
dan berkembang, serta skor 5 berarti SANGAT USG.
Berikut ini beberapa isu yang ada di RSUD Dr. Moewardi yang akan
ditentukan kelayakannya menggunakan metode APKL dan USG, untuk lebih
jelasnya lihat tabel 1.2 berikut ini:
5
Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL dan USG
Keterkaitan Analisis APKL KRITERIA USG
Dengan
No Isu Pering
Mata A P K L Ket U S G Tot
Pelatihan kat
1 Pelayanan Kurang Optimalnya komunikasi + + + + MS
Publik; terapeutik dalam pelayanan
5 5 5 15 1
keperawatan pasien pre operatif di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta
2 Manajemen Kurang optimalnya Cuci Tangan Bedah + + + + MS
ASN; di IBS RSUD Dr. Moewardi Surakarta
3 4 2 9 4
Pelayanan
Publik;
3 Manajemen Kurangnya informasi keperawatan pada + + - + TMS
ASN; handover pasien post operasi kepada - - - - -
perawat bangsal
4 Manajemen Kurang optimalnya monitoring suhu dan + + + + MS
ASN; kelembaban di Instalasi Bedah Sentral
4 3 3 10 3
Pelayanan RSUD Dr Moewardi
Publik;
5 Manajemen Kurang optimalnya daftar set instrumen + + + + MS
ASN; steril di Instalasi Bedah Sentral RSUD 5 3 4 12 2
Dr.Moewardi
6
Dari tabel 1.2 dilakukan identifikasi isu menggunakan metode APKL dan
USG ditemukan bahwa isu Kurang Optimalnya Komunikasi Terapeutik dalam
Pelayanan Keperawatan pada pasien pre operasi di RSUD Dr. Moewardi
mempunyai skor urgency, seriousness, dan growth yang tinggi. Isu ini
mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk segera diselesaikan. Dampak
keseriusan juga tinggi dan laju pertumbuhannya akan meningkat dan melebar
jika tidak segera diselesaikan.
Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan akan
ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu tentang Kurang
Optimalnya Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan pada
pasien pre operasi di RSUD Dr. Moewardi.
C. Dampak jika Isu tidak DIselesaikan
Dampak yang mungkin akan terjadi apabila isu tentang kurang optimalnya
komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif tidak
segera diatasi adalah:
1. Pasien akan merasa cemas hingga durante dan post operasi
2. Ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi.
3. Menurunkannya kepuasan pasien di RSUD Dr Moewardi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada rancangan aktualisasi
ini adalah:
Bagaimana cara mengoptimalkan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan pasien pre operatif di Instalasi Bedah sentral Rumah Sakit Umum
Dr. Moewardi Surakarta dalam rangka mengaktualisasi dan menghabituasikan
nilai- nilai dasar, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI?
E. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah ditemukan,
tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan rancangan aktualisasi ini adalah:
1. Mengoptimalkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan pasien pre operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi
7
2. Mampu mengaktualisasikan dan menghabituasikan nilai-nilai dasar profesi
PNS yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi (ANEKA) dan peran kedudukan PNS dalam NKRI yang telah dipelajari
dan dipahami saat melakukan aktualisasi dan habituasi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
3. Mampu Meningkatnya pemahaman perawat terkait komunikasi terapeutik
dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif
4. Meningkatnya kepatuhan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif
5. Meningkatnya kualitas mutu pelayanan keperawatan.
F. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pengetahuan dan implementasi nilai dasar ANEKA, kedudukan,
tugas, dan peran PNS sebagai landasan dalam menjalankan profesi di tempat
kerja melalui kegiatan Optimalisasi Dokumentasi Keperawatan Intraoperatif di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta
2. Bagi RSUD Dr. Moewardi
a. Membantu terwujudnya visi dan misi RSUD Dr. Moewardi Surakarta
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta
3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Moewardi yang bermutu
dan terakreditasi sebagai wujud aktualisasi nilai dasar ANEKA.
b. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
yang berkaitan dengan saat ini. Perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat adalah sesuatu hal yang pasti terjadi.
Perubahan tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya
kepentingan global ke dalam negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi,
pembangunan, dan lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu
tentang tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan atau diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari kehidupan
sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang berlebihan akan
menghilangkan keharmonisan hidup di dalam anggota keluarga, sebagai
akibat dari ketidakharmonisan hidup di lingkungan keluarga maka secara
tidak langsung membentuk sikap ego dan apatis terhadap tuntutan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan
perkembangan lingkungan pada tataran makro merupakan faktor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi
pemahaman terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya
saing nasional.
Dalam konsep bela negara, seorang PNS diharapkan mampu
mengindentifikasi isu-isu modern yang baru terjadi di sekelilingnya,
melakukan analisis serta menyelesaikan isu-isu tersebut secara bijak
dalam tujuan untuk bela negara. Mempertahankan keutuhan bangsa dan
negara dari ancaman-ancaman pemecah persatuan yang berasal dari isu
kontemporer tersebut.
Usaha protektif dan penanggulangan isu yang berkembang
dilakukan agar tidak terpengaruh secara negatif oleh isu tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 merupakan salah satu
upaya awal penanggulanan isu kontemporer. Seorang PNS juga
diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami isu dengan cara
10
peduli, memetakan hubungan kausalitas yang terjadi, serta melakukan
analisis panapisan isu-isu tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan upaya
penyelesaian isu dengan meningkatkan kemampuan dalam mencari
alternatif-alternatif solusi serta memilih dengan bijak alternatif tersebut.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara
yangsecara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani
yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan
intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan
raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji,
merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh
sebab tiu dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan
latihan-latihan seperti:
a. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental
c. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara
d. Keprotokolan
e. Kegiatan ketangkasan dan permainan
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil
11
dan tugasnya sebagai ASN. Nilai -nilai dasar tersebut meliputi:
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi. Kelima nilai-nilai tersebut kemudian menjadi akronim “ANEKA”
yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
12
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atausanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja(accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
b. Jenis-jenis akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada
otoritas yang lebihtinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melapor “kesamping” kepada pejabat
lainnya dan lembaga negara.
c. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu:
1) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada
diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya
sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.
2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara
13
individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan
instansinya sebagai pemberi wewenang.
3) AkuntabilitasKelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya atas kerja sama kelompok,
maka pembagian kewenangan dan semangat kerja sama
yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah
institusi memainkan peranan penting dalam tercapainya
kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan
kinerjayang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh
individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum,
pengguna layanan, pembayar pajak yang memberikan
masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang
adil, responsive dan bermartabat.
14
Konsistensi dan keteguhan yangtak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atauorang.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
17
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanahair dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
18
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. SilaKelima:Keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan keputusan
19
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas,
guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal- hal
yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nila-nilai yangdianut. Sebagai ASN diharapkan mampu
menanamkan nilai dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada
standard etika publik yang tinggi.
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yaitu:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secaraprofesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
20
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu:
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa
memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi cenderung tidak peka, tidak
pedulidan bahkan seringkali deskriminatif , terutama pada masyarakat
tingkat bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi
kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
21
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik
harusdirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga, menyadari
bahwa pejabat publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
4. KomitmenMutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri ata u pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
a. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
1) Efektif
Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya
diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu,
kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan
juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
22
dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan sumber daya,
alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme keluar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif, dan lahirnya
kreativitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk
keluar dari rutinitas yang membosankan. Munculnya ide/gagasan
baru, kreativitas,dan inovasi dilatarbelakangi oleh semangat
belajar yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses
pembelajaran secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang muncul
dari hasil pemikiran individu akan mendorong munculnya berbagai
prakarsa, sehingga dapat memperkaya program kerja dan
memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring dengan
berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan.
4) Adaptif
Sebagai ASN kita harus mempunyai jiwa adaptif yang baik.
Kemampuan menyesuaikan dan menempatkan diri di lingkungan
yang ditempati menjadi syarat memberikan pelayanan yang baik
pada masyarakat.
5) Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan menuntut ASN untuk terus memberikan
pelayanan yang optimal pada masyarakat. Monitoring dan evaluasi
menjadi syarat kegiatan agar ASN mampu memberikan pelayanan
yang terbaik.
6) Sepenuh hati
Pelayanan sepenuh hati harus diberikan dengan dasar keihklasan.
Bentuk pelayanan yang memberikan keihklasan akan senantiasa
memberikan hasil yang optimal dalam pelayanan.
23
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan,yaitu:
7) Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
8) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
9) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
10) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
11) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara
pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai dasar
orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik. Setiap
individu aparatur turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang
dapat dilakukan dari posisinya masing-masing. Dipihak lain pimpinan
melakukan pemberdayaan aparatnya secara optimal, dan memberi
arah menuju terciptanya layanan prima yang dapat memuaskan
stakeholder.
5. AntiKorupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering disebut
dengan kejahatan luar biasa karena dampaknya dapat menyebabkan
kerusakan yangluar biasa baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga,
masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak
hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak
secara jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 joNo. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
24
tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan negara,
(2) suap -menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5)
penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan delik-
delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub C UUNo.3/71).
a. Nilai-Nilai AntiKorupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang
lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) TanggungJawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yangsalah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua
masalah yang telah dilakukan.
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
25
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas , daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga,
kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
Semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan kehidupan
yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula bersifat
jangka panjang. Fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan
kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab manusia sebagai
yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat menjadikan sarana
untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi.
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional diperlukan ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
26
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pegawai
ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas pegawai ASN adalah
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan
pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu,
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Peran dan kedudukan ASN
dalam NKRI dapat dilihat dari kemampuan memahami manajemen ASN,
Pelayanan Publik, dan inovasi yang berkaitan dengan Whole of
Government (WoG).
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem
birokrasi selama ini belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
professional.
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu , diangkat sebagai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untukmenduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. PPPK adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesusi dengan kebutuhan
instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
menjalankan tugas pemerintahan.
27
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
2014).
2. Whole of Government(WoG)
Whole of Government (WoG) adalah kerjasama kolaboratif
pemerintahan dari banyak sektor yang terkait dalam mencapai tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Dari definisi itu diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat
sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk
pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau
pendekatan informal.
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan baik dari
sisi penataan institusi formal maupun informal antara lain:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga, yaitu penguatan koordinasi
yang dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus, yaitu pembentukan
lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian.
c. Membentuk gugus tugas, yaitu bentuk pelembagaan koordinasi
yang dilakukan diluar struktur formal, yang sifatnya tidak
permanen.
d. Koalisi sosial, yaitu merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk
pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran
28
praktek antara lain:
a. Kapasitas SDM dan institusi
b. Nilai dan budaya organisasi
c. Kepemimpinan
Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh
pendekatan WoG adalah:
a. Pelayanan yangbersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat.
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat seperti
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan
lainnya.
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis
barang yang dibutuhkan warga masyarakat seperti jalan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
d. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman
dan peraturan perundang-undangan maupun kebijakan publik
yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan
dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan
publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai
dengan bidang, tugas, fungsi dan wewenangnya.
29
terkait lainnya yang bersangkutan.
d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pelayanan masyarakat yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku
koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah.
e. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang
merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang
bersifat elektronik atau on-line sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan keinginan dankapasitas masyarakat pengguna.
3. Pelayanan Publik
Pelayan publik adalah sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan
Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau
jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga
Admunistrasi Negara: 1998). Sedangkan definisi yang ada saat ini
menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik
sebagaimana termuat dalam Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
30
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel,
akuntabel, dan berkeadilan.
PNS perlu memahami berbagai hal yang menjadi fundamen
pelayanan publik antara lain:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.
31
Kecemasan biasanya ditunjukan sebagai perasaan tidak nyaman
atau tegang yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis dan
parasimpatis, sistem endokrin dan adanya kenaikan hormon katekolamin
sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan takikardi hipertensi
dan hemodinamik yang tidak stabil (Stuart, 2007).
Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah
adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat di identifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai
suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi
dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh
kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit
waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi
atau pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal,
takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, 2005 dalam Nurjamiah,
2015).
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun
mental aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001
dalam sari, 2016), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional
berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara
lain:
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi normal.
c. Takut keganasan (bila diagnose yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain
yang mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
32
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi
g. Takut operasi gagal
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat
mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatkan frekuensi nadi dan
pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang
kali, sulit tidur dan sering berkemih.
Tindakan keperawatan preoperative merupakan tindakan yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena
kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan
persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
2. Pengertian Komunikasi terapeutik
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis
yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjang sering, menumbuhkan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat
yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi),
mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan,
melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses
keperawatan.
33
Komunikasi terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat dalam
menjalin hubungan saling percaya, sehingga dapat meningkatkan citra
yang baik bagi tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keperawatan.
Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perawat dalam
berinteraksi dengan pasien (Mustikasari, 2006).
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan
pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu
proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik
komunikasi terapeutik meliputi :
1. Mendengakan dengan penuh perhatian
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan
verbal maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan
bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.
Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh
keperhatian adalah:
a. Pandang pasien saat bicara
b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam
mengeluarkan segala keluh kesahnya
c. Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau
membutuhkan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.
34
2. Menunjukkan penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima
yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu
sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala
bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan
untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang
menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau
menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam
hal ini adalah:
a. Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.
b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian
c. Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba
mengubah pikiran pasien.
3. Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan
Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap
pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka ,
akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan
topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks
sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan,
selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.
4. Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik
terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan
perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati
karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya
menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang
disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.
35
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi
seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi
serta menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan
bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh
yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan
tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan
guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien.
Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien
saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut
melenceng dari tujuan.
7. Menyampaikan Hasil Observasi
Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil
pengamatannya. Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi
dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham mengenai
kondisi yang diperlukan.
8. Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi
mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan
kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna untuk
meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila
terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan
klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.
9. Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan
kepada perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode
diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat
membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam
36
mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan
perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil
keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan
secara singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.
11. Menawarkan Diri
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain,
perawat harus mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa
mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien
menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang terjadi, lalu
menceritakan permasalahannya pada perawat.
12. Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang
harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdiskusi dengan
pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan demikian, perawat
mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa
pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga
memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki
kapasitas dan kemampuan.
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi
yang ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang
efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala
komunikasi yaitu :
37
a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang
peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh
masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita berita tentang
perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh
klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita
klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan
pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang
meliputi bio, psiko dan sosial.
1) Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan
keturunan.
2) Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan
masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa
3) Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat dari klien di dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta
kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga
menghambat hubungan baik.
Tujuan Komunikasi Terapeutik menurut Indrawati (2003):
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri
sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat
dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat
kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.
38
4. Manfaat Penerapan Komunikasi Terapeutik
a. Manfaat bagi Klien
Dengan pemberian komunikasi terapeutik diharapkan dapat
menurunkan tingat kecemasan pasien karena pasien merasa bahwa
interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi
pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai
tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses operasi lebih
lancar (Pohan, 2007).
Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk menegakkan
hubungan terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien,
mengidentifikasi kebutuhan pasien atau klien yang penting (client-
centered goal) dan menilai persepsi pasien terhadap masalahnya.
Tujuan komunikasi terapeutik untuk membantu pasien memperjelas
dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien (Ester, 2003)
b. Manfaat bagi Tenaga Keperawatan
Komunikasi terapeutik diterapkan oleh perawat dalam
berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling
percaya antara perawat dan pasien, apabila tidak diterapkan akan
mengganggu hubungan terapeutik dan berdampak pada
ketidakpuasan pasien (Pohan, 2007).
c. Manfaat bagi Institusi
Dengan pemberian komunikasi terapeutik yang baik pada
pasien pre operasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan meningkatkan kepuasan pasien. Sehingga hal ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi pasien terhadap rumah sakit.
39
BAB III
A. PROFIL ORGANISASI
Organisasi : RSUD Dr Moewardi
Status Kepemilikan : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Alamat : Jl. Kolonel Sutarto No 132, Kelurahan Jebres
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta
40
kepada perhimpunan Bale Kusolo, ini merupakan lanjutan dari
Partikelir Islandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg.
Disamping Rumah Sakit Bale Kusolo di Surakarta
masih terdapat dua Rumah Sakit Partikelir yaitu : Rumah Sakit
Surakarta adalah ex Zending Ziekenhuis dan Rumah Sakit
Kadipolo adalah ex Rs Panti Rogo. Mulai tanggal 1 Januari
1950 Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan dikelola oleh
pemerintah RI dan menetapkan nama Rumah Sakit Bale
Kusolo diganti dengan nama Rumah Sakit “Pusat” Surakarta. ,
Mulai saat itu di kota Surakarta terdapat 3 Rumah Sakit, yaitu :
Rumah Sakit “Pusat” Surakarta (Mangkubumen), Rumah Sakit
“Surakarta” (Jebres), dan Rumah Sakit “Kadipolo” (Kadipolo).
Ketiga Rumah Sakit itu di serahkan kepada Pemerintah Daerah
Swantantra Tingkat 1. Berdasarkan Surat Keputusan dari
Gubernur Kepala daerah Tingkat 1 Jawa Tengah di Semarang
Nomor H.149/2/3 dengan dasar Surat dari Kepala Dinas
Kesehatan Nomor K.693/UNH, menetapkan mempersatukan
Rumah Sakit Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres, ketiga-
tiganya di kota Surakarta dalam satu organisasi dibawah satu
orang pemimpin dengan stafnya dengan nama Rumah Sakit
Umum ‘Surakrata’. Ketiga Umah Sakit itu diadakan spesialisasi
ataupun unit-unit pelaksana fungsional, diantaranya :
a. Rumah Sakit Kadipolo di sebut Rumah Sakit Kompleks A, khusus
untuk penyakit dalam
b. Rumah Sakit Mangkubumen disebut Rumah Sakit Kompleks B,
kusus pelayanan Radiologi, Kulit dan Kelamin, Gigi, Mata, THT,
Bedah, Saraf.
c. Rumah Sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Kompleks C.
khusus untuk pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan,
Anak dan Keluarga Berencana.
Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu sudah
41
tidak efisien, mapa pada bulan September 1976, Rumah Sakit
Kadipolo dipindahkan ke Rumah Sakit Mangkubumen.
Mengingat masih sering terjadinya perbedaan pendapat di
kalangan masyarakat mengenai nama Rumah Sakit Pusat dan
Rumah Sakit Surakarta, maka Isnpektur Kepala Jabatan
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah mengusulkan pada
Gubernur Jawa Tengah untuk mengganti nama Rumah Sakit di
Surakrata antara lain Rumah Sakit Pusat menjadi RSU
Mangkubumen, dan Rumah Sakit Surakarta menjadi RSU
Jebres. Pengantian ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Mentri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/Rs. Dan
pada akhirnya Gubernur Jawa Tengah melalui SK Nomor
445/29684 tanggal 24 oktober 1988 menetapkan nama Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
Berdasar Surat Keputusan bersama Menteri
Kesehtan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri
Dalam Negeri RI, Nomor 544/Menkes/SKB81, Nomor
043a/V/1981 dan BO; 324 tahun 1981, ditetapkan bahwa RSUD
Dr. Moewardi Surakrata menjadi Rumah Sakit Pendidikan.
Namun pada kenyataanya belum memenuhi syarat sebagai
Rumah Sakit Pendidikan. Wilayah Surakarta oleh Pemerintah
Propinsi Dati 1 jawa tengah di tetapkan sebagai wilayah
pengembangan Jawa Tengah sehingga RSUD Dr. Moewardi
yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Pemerintah
terbesar di wilayah tersebut harus menyesuaikan dan mampu
sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Atas
pertimbangan tersebut pada lokasi Jebres kemudian dibangun
bangunan fisik baru yang memenuhi standar Rumah Sakit B2
sekaligus Rumah Sakit Pendidikan. Baru pada taggal 28
Februari 1996 RSUD Dr. Moewardi lokasi Jebres diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah
42
seluruh kegiatan RSUD Dr. Moewardi menjadi satu lokasi. Dari
sejarah tersebut ditetapkan hari jadi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta pada tanggal 1 Januari 1950. Banyak prestasi yang
telah diperoleh oleh RSUD. Dr. Moewardi diantaranya :
a. Lulus akredisai 16 pelayanan + pasient safety yang ke3
kalinya
b. Lulus ISO 9001: 2008 yang ke3 kalinya
c. Lulus ISO 22000 : 2005 tentang Food Safety
d. Penghargaan Citra Pelayanan Prima 2013
e. Penghargaan Citra Bhakti Kenerja Pelayanan Publik 2014
44
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
45
4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya Lain
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi Provinsi Jawa Tengah
dan dalam rangka pelaksanaan program kegiatan RSUD
Dr. Moewardi maka perlu adanya dukungan sumber daya manusia,
teknologi informasi, sarana Renstra RSUD Dr. Moewardi Tahun
2018-2023 14 dan prasarana dan pendanaan. Sumber daya di
RSUD Dr. Moewardi sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 2.263
orang, terdiri dari PNS sebanyak 1.118 orang, tenaga BLUD
sebanyak 1.056 orang, dokter mitra mandiri sebanyak 46 orang
dan dokter mitra UNS sebanyak 43 orang. Gambaran susunan
pegawai RSUD Dr. Moewardi adalah sebagaimana pada tabel
di bawah ini :
46
17 Psikolog Klinis 1 1
18 Fisioterapi 19 1 20
19 Okupasi Terapi 4 4
20 Terapi Wicara 1 1 2
21 Akupuntur 0 1 1
22 Ortotis Prostetis 0 2 2
23 Perekam Medis 23 37 60
24 Nutrisionis 15 9 24
25 Sanitarian 13 13
26 Teknik Elektromedik 9 2 11
27 Teknik Kardiovaskular 0 3 3
28 Pembimbing K3 0 1 1
29 Pranata Komputer 1 1
30 Pustakawan 0 0
31 Administrasi 223 340 563
Jumlah 1118 1056 46 43 2263
b. Sarana Prasarana
Gambaran umum mengenai sarana dan prasarana yang
dikelola oleh RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada table-tabel
berikut :
Tabel 3.2. Sarana RSUD Dr. Moewardi
Luas
Jenis Barang Jumlah Satuan
Tanah/Bangunan
1. Tanah dan 40.359/ 78.133 m² 1 Bidang
bangunanJl.Kol
Soetarto
No. 132
2. Tanah dan 1.565/ 1.125 m² 1 Bidang
bangunan di
Jl.Yosodipuro
3. Tanah Kosong di 11.000 m² 2 Bidang
Mojosongo
4. Rumah dinas (4 3.218 m² 31 Unit
lokasi)
Tabel 3.3. Prasarana RSUD Dr. Moewardi
Jenis Barang Jumlah Satuan
1) Alat Angkutan
a) Jenis Sedan 6 Buah
b) Jenis Ambulance 13 Buah
c) Jenis Sepeda Motor 6 Buah
d) Pickup 13 Buah
e) Bus 1 Buah
f) Alat kedokteran canggih 1 Buah
2) Alat Kedokteran Canggih
a) MSCT 64 slice 1 Buah
b) CT Scan 1 Buah
c) Computed Radiographi 1 Set/Buah
d) Cat lab Unit 3 Buah
e) Hard Lung Machine 1 Buah
f) Echocardiografi color Doppler 2 Set
g) Intra aortic balloon pump, authomatic 1 Buah
autho pilot
h) Radio Frekwention Ablation (RFA) 1 Buah
i) Endoscopy for gastro colonoscopy 2 Set
and broncoscopy
j) Cobalt Radioteraphi 2 Buah
k) Simulator Radioteraphi 1 Buah
l) Treatment Planning System 2 Buah
Radioteraphi
m) USG TCCD (Neurosonology) 1 Buah
n) USG Echo 1 Buah
o) Neuro Navigasi 1 Buah
p) MRI 1 Buah
q) MSCT 16 slice 1 Buah
r) Cavitron Ultra Sonic Aspiration 1 Buah
s) Optical Coherence Tomography 1 Buah
(OCT)
t) Body Pletismograph + 1 Buah
Cardiopulmonary Exercise
u) Electrosurgery cyro therapy 1 Buah
v) Bronkoskopy Fluorocent 1 Buah
w) Brakhiterapi 1 Buah
x) TranscCranial Magnetic Stumulation 1 Buah
(TMS)
y) Laser Ndyag 1 Buah
z) Full Body Phototherapy 1 Buah
aa) Vitrectromy 1 Buah
bb) Echocardiography 3 Buah
cc) Bone densitometry 1 Buah
Gambar 3.2
Bapak H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P.
Gubernur Jawa Tengah
Role model adalah orang yang lebih sukses dari kita dan
nantinya akan kita jadikan sebagai panutan kita. Yang menjadi role
model dalam kegiatan aktualisasi ini adalah Bapak H. Ganjar Pranowo,
S.H., M.I.P. beliau adalah seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan
yang tinggi. Sikap dan sifat kepemimpinan yang dimiliki Beliau terlihat
dari ketegasan dan kegigihannya dalam memperjuangkan kemajuan
Jawa Tengah.Sebagai seorang pemimpin, beliau adalah orang yang
taat kepada aturan, profesional dan berintegritas mencerminkan nilai-
nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi).
Beliau adalah pribadi yang ramah dan peduli dengan rakyat
kecil. Dalam menjalan amanah yang diberikan, Beliau sangat
menjunjung tinggi integritas, bertanggungjawab, konsisten dan pribadi
yang berani melawan korupsi.
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
28
29
30
31
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
1 Identifikasi regulasi Lembar persetujuan,
tentang komunikasi Lembar konsultasi,
terapeutik pada pasien pre Foto/video kegiatan,
operasi
2 Telaah SPO komunikasi Lembar konsultasi,
terapeutik pada pasien pre lembar
operasi SPO/SAK/PAK,
foto/video kegiatan
3 Pembuatan media Lembar konsultasi,
sosialisasi video komunikasi video media
terapeutik pada pasien pre sosialisasi,
operasi foto/video kegiatan
4 Sosialisasi komunikasi Lembar konsultasi,
terapeutik pada pasien pre lembar persetujuan,
operasi video sosialisasi,
notulen, daftar hadir
5 Melakukan praktik Foto/video kegiatan,
komunikasi terapeutik pada
pasien pre operasi
6. Melakukan evaluasi Lembar konsultasi,
pelaksanaan Komunikasi lembar ceklis
terapeutik komunikasi
terapeutik
Keterangan :
71
2. Telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi
Bedah Sentral
3. Pembuatan media sosialisasi video komunikasi terapeutik pada pasien
pre operasi
4. Sosialisasi Komunikasi Terapeutik pada pasien pre operasi pada teman
sejawat
5. Praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi
6. Evaluasi pelaksanaan Komunikasi terapeutik
ANEKA sebagai ruh aktifitas seorang PNS hendaklah diterapkan
dalam melaksanakan tugas. Penerapan kegiatan tersebut merupakan
langkah yang sangat awal dalam perjalanan pengabdian seorang Calon
Pegawai Negri Sipil. Kegiatan-kegiatan yang disusun mencerminkan nilai
ANEKA walaupun dalam setiap kegiatan tidak selalu mengandung nilai
ANEKA secara lengkap.
Peserta menyadari rancangan ini jauh dari kesempurnaan baik dari
segi teknis maupun filosofi ANEKA yang terkandung didalamnya. Saran dan
kritik selalu terbuka demi perubahan ke arah yang lebih baik. Semoga
rancangan ini dapat bermanfaat bagi peserta secara khusus dan bagi
Institusi secara lebih luas.
72
DAFTAR PUSTAKA
73
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Spry, Cynthia. 1997. Essentials of Perioperative Nursing. Maryland: Aspen
Publishers,Inc.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC
74
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
Nama Fatma Risda Hidayanti, S.Kep.,Ns
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat, tanggal lahir Grobogan, 22 September 1993
Kewarganegaraan Indonesia
Status Perkawinan Menikah
Tinggi, berat badan 163 cm / 50 Kg
Kesehatan Sehat
Agama Islam
Alamat Lengkap Kampung Sekip Rt 2 RW V No. 32
Desa Kadipiro Kecamatan Banjarsari,
Surakarta
Telepon / HP 081259509960
E-mail fatmaniack@yahoo.co.id
B. Riwayat Pendidikan
75
2011 – 2014 DIII Keperawatan Poltekkes
Semarang
2014-2017 S1 Keperawatan + Ners UNAIR
76
77