Anda di halaman 1dari 201

MEDIA PEMBELAJARAN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Buku Referensi untuk Guru, Mahasiswa dan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal
49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
Asrorul Mais, ST., S.Pd., M.Pd.

MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Buku Referensi untuk Guru, Mahasiswa, dan Umum

Penerbit Pustaka Abadi

iii
MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Hak Cipta © 2016, Asrorul Mais
All rights reserved

Penulis: Asrorul Mais


Editor: Hermawan Septian Abadi
)lustrasi Sampul: Achmad Lutfi Sanggar Seni Banitas

Diterbitkan oleh:
CV Pustaka Abadi
Jl. Agus Salim No. 11 Jombang, Jember 68168
Website: www.pustakaabadi.com
E-mail: pustakaabadi@yahoo.com

Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Cetakan I: Januari 2016
x + 190 hlm; 15,5cm x 23,5cm
ISBN: 978-602-72754-2-3

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

iv
Kata Pengantar

Pterselesaikannya penyusunan buku dengan judul Media


uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.


Seperti anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus juga
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
layak dan bermartabat, namun kenyataannya layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus masih kurang optimal. Salah
satu penyebabnya adalah kurang optimalnya pengguaan media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan
khusus di sekolah baik segregasif maupun inklusif.
Untuk mencoba menjawab permasalahan tersebut, buku ini
berusaha memberikan pengetahuan tentang media pembelajaran
bagi anak berkebutuhan khusus yang sampai saat ini masih jarang
ditemukan literasinya. Buku ini merupakan buku panduan bagi
guru, mahasiswa, orang tua dan umum untuk menambah wawasan
tentang media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Penyajian materi dalam buku ini sengaja menggunakan
banyak gambar sebagai contoh media untuk setiap jenis anak
berkebutuhan khusus agar pembaca dapat lebih memahami
istilah dan fungsi media pembelajaran tersebut. Dengan demikian

v
pembaca dapat dengan mudah membeli atau membuat tiruan
media tersebut sesuai dengan tujuan media tersebut dibuat agar
dapat diimplementasikan dalam pembelajaran baik di sekolah
maupun di rumah.
Dalam penyusunan buku ini tentunya banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif
dari berbagai pihak sangat diharapkan guna adanya perbaikan
yang lebih baik agar buku ini lebih bermanfaat. Semoga Tuhan
memberikan kemudahan bagi hambanya yang senantiasa ingin
berbuat baik dan membantu sesamanya. Amin.

Jember, Januari 2016


Penulis

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar v
Daftar Isi vii

BAB 1
KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN 1
1.1 Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi 1
1.2 Tingkatan Pemahaman dalam Belajar 5

BAB 2
PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN 7
2.1 Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran 7
2.2 Pengertian Media Pembelajaran 9
2.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran 10

BAB 3
PERAN DAN KEDUDUKAN MEDIA PEMBELAJARAN 12
3.1 Manfaat Media Pembelajaran 12
3.2 Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar 13
3.3 Nilai Praktis Media Pembelajaran 14
3.4 Posisi Media Pembelajaran 15
3.5 Fungsi Media Pembelajaran 16

BAB 4
KELAYAKAN MEDIA PEBELAJARAN 19
4.1 Kelayakan Media Pembelajaran 19
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran 20

BAB 5
JENIS MEDIA PEMBELAJARAN 26
5.1 Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran 26
5.2 Media-media yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran 28
5.2.1 Media Visual 29
5.2.2 Media Audio 32
5.2.3 Media Dua Dimensi Non Proyeksi 33
5.2.4 Media Proyeksi Diam 37

vii
5.2.5 Media Proyeksi Gerak dan Audia Visual 39
5.2.6 Multimedia 41
5.2.7 Benda 41

BAB 6
TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN 43
6.1 Rudy Bretz 44
6.2 Duncan 44
6.3 Briggs 45
6.4 Gagne 45
6.5 Edling 46

BAB 7
PRINSIP MEDIA PEMBELAJARAN 47
7.1 Prinsip Umum Pembuatan Media Pembelajaran 47
7.2 Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran 47

BAB 8
KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN 49
8.1 Pengelompokan Media oleh Para Tokoh 49
8.1.1 Seel & Glasgow (1950) 49
8.1.2 Kemp & Dayton (1985) 49
8.1.3 Sahtoso S. Hamjaya (1985) 50
8.1.4 Gerlach (1971) 50
8.1.5 Edgar Dale (1975) 50
8.1.6 R. Murry Thomas (1984) 50
8.1.7 Jerold E. Kemp (1975) 50
8.1.8 Lashin, Pollock & Regeluth (1992) 51
8.2 Association for Education Communication and Technology 51
8.3 Perpustakaan sebagai Sumber Belajar 52

BAB 9
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT 54
9.1 Pembelajaran Multimedia 54
9.2 E-Learning 55
9.2.1 Internet sebagai Media Pembelajaran 55
9.2.2 Pembelajaran Berbasis Website 58
9.2.3 Pembelajaran Berbantu Komputer 59
9.2.3.1 Bentuk-bentuk Penggunaan Komputer untuk Pembelajaran 60

viii
BAB 10
MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERALATAN UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS 64
10.1 Ruang Lingkup 64
10.2 Perencanaan 65
10.3 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus, Kebutuhan
Pendidikan dan Media Pembelajaran 67
10.3.1 Tunanetra 67
10.3.1.1 Low Vision 88
10.3.1.2 Tenaga Ahli yang Terlibat dalam Pendidikan bagi Anak
Tunanetra 95
10.3.2 Tunarungu 96
10.3.2.1 Anak Tunarungu 96
10.3.2.2 Karakteristik Ketunarunguan 97
10.3.2.3 Sarana Fisik Sekolah 98
10.3.2.4 Tata Letak Ruang 101
10.3.2.5 Sarana Pendidikan 101
10.3.2.6 Tenaga Ahli 116
10.3.3 Tunagrahita 117
10.3.4 Tunadaksa 135
10.3.4.1 Karakteristik Anak Tunadaksa 136
10.3.4.2 Ketenagaan 137
10.3.4.3 Alat atau edia Pebelajaran 139
10.3.5 Tunalaras 157
10.3.5.1 Jenis Gangguan atau Hambatan 157
10.3.5.2 Teknik Mengenal Anak Tunalaras 159
10.3.5.3 Alat atau Media Pembelajaran 160
10.3.6 Berkesulitan dan Lamban Belajar 163
10.3.7 Autis 165
10.3.8 Anak Berbakat 181
10.4 Unsur Pelaksana 183
10.5 Evaluasi 184
10.6 Faktor Pendukung 185
10.7 Faktor Penghambat 185

Daftar Pustaka 187


Tentang Penulis 189

ix
x
BAB 1

KOMUNIKASI DALAM
PEMBELAJARAN

1.1 Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi


Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi
adalah dosen, guru, instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan
sebagainya. Menurut Schramm (1977), media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Briggs mendifinisikan media
pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau
materi pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986)
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga
proses belajar terjadi.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran (media) tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber
pesan, saluran (media) dan penerima pesan adalah komponen-

1
2 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan


adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber
pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan
produser media. Salurannya adalah media pembelajaran dan
penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis)
maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke
dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya
penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan
pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi
tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-
simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut
disebut decoding.
Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak.
Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan atau
kekurangberhasilan dalam memahami apa-apa yang didengar,
dibaca, atau dilihat dan diamatinya.
Pada gambar 1.1 akan kita lihat kegagalan proses komunikasi
tersebut. Guru menyampaikan pesan A, dari kelima siswa hanya siswa
pertama yang tepat dalam menafsirkannya. Tiga di antaranya kurang
tepat (Al, A2, A3) sedang satu lainnya salah sama sekali.

Gambar 1.1 Proses komunikasi yang gagal


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 3

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau


penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal
dengan istilah barriers atau noises.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat
menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi
karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan
(ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan
guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang
sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya
guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan
media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan
sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang
lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara
mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran
tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki
kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat,
dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis
mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik
seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh.
Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya
tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tak
menyukai semua itu.
Anda jangan terlalu banyak berharap dari siswa yang lagi
sakit karena pesan-pesan yang anda sampaikan padanya akan
terhambat karenanya. Anda juga jangan berharap pada siswa yang
sehat sekalipun untuk mengamati kehidupan binatang satu sel
dengan mata telanjang.
Dua jenis hambatan yang lain; pertama hambatan kultural
seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan
4 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

dan nilai-nilai panutan; kedua hambatan lingkungan yaitu hambatan


yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses belajar
mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan
berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas
dan berjubel. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan
kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya
berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun
siswa, baik sewaktu mengcode pesan maupun mendecodenya, proses
komunikasi belajar mengajar sering kali berlangsung secara tidak
efektif dan efisien.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang
dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal
tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi, keterbatasan
daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu
dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media
pembelajaran.
Gambar berikut memperlihatkan proses komunikasi yang
berhasil berkat ikut sertanya media dengan proses belajar mengajar.
Sumber pesan bisa penulis buku, pelukis, fotografer, produser dan
guru sendiri. Medianya bisa berupa buku, poster, foto, program
kaset audio, film, kaset video. Pesan A yang disampaikan oleh guru
maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai A pula oleh
para siswa. Guru dan media bekerja sama, bahu-membahu dalam
menyajikan pesan.

Gambar 1.2 Proses komunikasi yang berhasil


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 5

Mungkin saja guru tidak banyak berperan karena proses belajar


mengajar terjadi dalam jarak jauh. Pada situasi seperti ini penulis buku,
modul atau produser program-program audio, video maupun film
merupakan sumber pesan. Siswa berinteraksi dengannya secara tak
langsung lewat media-media yang mereka buat.

Gambar 1.3 Proses Komunikasi Jarak Jauh

1.2 Tingkatan Pemahaman dalam Belajar


Manusia pada hakikatnya dapat belajar melalui enam
tingkatan (Vemon A. Magnesen), yaitu:
1. 10% dari apa yang dibaca,
2. 20% dari apa yang didengar,
3. 30% dari apa yang dilihat,
4. 50% dari apa yang dilihat dan didengar,
5. 70% dari apa yang dikatakan,
6. 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.

Gambar 1.4 “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale


6 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Menurut Peoples, (1988) seluruh pengetahuan yang kita


peroleh didapatkan dari:
1. 75% dari melihat,
2. 13% dari mendengar,
3. 12% dari mengecap, mencium, dan meraba.
Berikut ini adalah filosofi China dari Confusius tahun
silam mengenai media pembelajaran:
1. Saya mendengar, saya dapat lupa.
2. Saya melihat, saya akan ingat.
3. Saya melakukan, saya lebih paham.
BAB 2

PENGERTIAN MEDIA
PEMBELAJARAN

2.1 Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran


Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya
sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan
selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan
adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan
Amos Camenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis
buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah.
Jika kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media
pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu
guru, dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar
grafts atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan
untuk memberikan pengalaman lebih konkret, memotivasi serta
mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.
Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan alat
visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio. Dari hal ini,
maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha

7
8 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret terus


dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi
tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai yang
paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan
nama “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale.

Gambar 2.1 “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi


penggunaan alat audio visual. Begitupun dalam dunia. pendidikan.
Alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru
saja, melainkanjuga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar.
Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memerhatikan siswa
sebagai komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada
saat itu teori Behaviorisme dari BF. Skinner mulai memengaruhi
penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Produk
media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah
diciptakannya Teaching Machine (mesin pengajar) dan Programmed
Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun 1965-1970,
pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan
pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika saat ini kita
mendengar kata media, hendaklah kata tersebut diartikan dalam
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 9

pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru dalam


mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke
penerima pesan belajar (siswa).

2.2 Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa
Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara
lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual dan verbal.
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002:
137). Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah
media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur
pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat.
Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa
yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru.
Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan
tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan
praktik-praktik dengan benar.
Media belajar dan sumber belajar:
1. Media belajar merupakan bagian dari sumber belajar.
2. Sumber belajar dapat berupa; pesan, orang, bahan, alat, teknik,
10 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

dan lingkungan.
3. Media belajar merupakan kombinasi antara alat (hardware)
dan bahan (software).
4. Guru hanya merupakan salah satu jenis sumber belajar yang
berupa “orang”.
Dua jenis sumber belajar yaitu:
1. By Design Learning Resources
Sumber belajar yang sengaja dirancang khusus untuk tujuan
pembelajaran. Misalnya: buku pelajaran, modul, program audio,
program video, transparansi OHP, dan lain-lain.
2. Learning Resources by Utilization
Sumber belajaryang bukan dirancang untuk tujuan
pembelajaran, namun sudah tersedia dan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Misalnya sawah, pasar, surat
kabar, siaran televisi, pabrik, terminal, dan lain-lain.

2.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran


Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja
yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu
atau kurang efisien melakukannya, yaitu:
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa
atau objek. Dengan ciri fiksatif, media memungkinkan suatu
rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu
ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 11

tiga menit dengan teknik pengambilan gambar timelapse recording.


Suatu kejadian dapat dipercepat dan dapat juga diperlambat pada
saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.
3. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
BAB 3

PERAN DAN KEDUDUKAN


MEDIA PEMBELAJARAN

3.1 Manfaat Media Pembelajaran


Manfaat umum media pembelajaran antara lain:
1. Menyeragamkan penyampaian materi.
2. Pembelajaran lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran lebih interaksi.
4. Efisiensi waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar.
6. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
7. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan
materi belajar.
8. Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif.
Manfaat khusus media pembelajaran anatara lain:
1. Memperjelas penyajian pesan (tidak verbalis).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
3. Objek bisa besar atau kecil.

12
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 13

4. Gerak bisa cepat atau lambat.


5. Kejadian masa lalu, objek yang kompleks.
6. Konsep bisa luas atau sempit.
7. Mengatasi sikap pasif peserta.
8. Menciptakan persamaan pengalaman, dan persepsi peserta
yang heterogen.

3.2 Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar


Mengajar
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan
sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
misalnya:
a. objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film, atau model;
b. objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film, atau gambar;
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timelapse atau high-speed photography;
d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai,
foto maupun secara verbal;
e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain;
f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,
iklim, dan lain-lain dapat divisualkan dalam bentuk film,
film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pembelajaran berguna untuk:
14 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

a. menimbulkan kegairahan belajar;


b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk
setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana
semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila
latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu
dengan kemampuannya dalam:
a. memberikan perangsang yang sama,
b. mempersamakan pengalaman,
c. menimbulkan persepsi yang sama.

3.3 Nilai Praktis Media Pembelajaran


Sebagai komponen dari sistem instruksional, media
mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan, antara lain
untuk:
1. Konkritisasi konsep yang abstrak (sistem peredaran darah).
2. Membawa pesan dari objek yang berbahaya dan sukar, atau
bahkan tidak mungkin dibawa ke dalam lingkungan belajar
(binatang buas, letusan gunung berapi).
3. Menampilkan objek yang terlalu besar (Candi Borobudur,
Monas).
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati oleh mata
telanjang (bakteri, struktur logam).
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat (lompat indah, putaran
roda yang keduanya slow motion).
6. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungan.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 15

7. Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi


pengalaman belajar siswa.
8. Membangkitkan motivasi siswa.
9. Memberi kesan perhatian individual bagi anggota kelompok
belajar.
10. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat
diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

3.4 Posisi Media Pembelajaran


Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media
pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah
satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi
tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem
pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen
komunikasi ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Posisi media dalam sistem pembelajaran


16 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Gambar 3.2 Peran media dalam keterampilan, metode, strategi, dan


model pembelajaran

3.5 Fungsi Media Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima
(siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu
siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai
tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran
ditunjukkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Fungsi media dalam proses pembelajaran

Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan,


fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media
dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 17

Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim,


et.al., adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali
suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau
kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian
dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan
diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan
manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,
serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan
distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya
siaran TV atau Radio.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
1. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal
pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau
mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui
over head projector (OHP) dapat menenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima.
Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaran semakin besar.
2. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras.
3. Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan
18 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau


gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami
dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
4. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks
untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
BAB 4

KELAYAKAN MEDIA
PEMBELAJARAN

4.1 Kelayakan Media Pembelajaran


Dikenal adanya tiga macam kelayakan media yaitu:
1. Kelayakan Praktis
Berdasarkan pada kemudahan dalam mengajarkannya
bahan ajar dengan menggunakan media, seperti: (a) media yang
digunakan telah lama diakrabi, sehingga mengoperasikannya dapat
terlaksana dengan mudah dan lancar, (b) mudah digunakan tanpa
memerlukan alat tertentu, (c) mudah diperoleh dari sekitar, tidak
memerlukan biaya mahal, (d) mudah dibawa atau dipindahkan
(mobilitas tinggi), dan (e) mudah pengelolaannya.
2. Kelayakan Teknis
Kelayakan teknis adalah potensi media yang berkaitan dengan
kualitas media. Di antara unsur yang menentukan kualitas tersebut
adalah relevansi media dengan tujuan belajar, potensinya dalam
memberi kejelasan informasi, kemudahan untuk dicerna. Dan segi
susunannya adalah sistematik, masuk akal, apa yang terjadi tidak

19
20 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

rancu. Kualitas suatu media terutama berkaitan dengan atributnya.


Media dinyatakan berkualitas apabila tidak berlebihan dan tidak
kering informasi.
3. Kelayakan Biaya
Mengacu pada pendapat bahwa pada dasarnya ciri pendidikan
modern adalah efisiensi dan keefektifan belajar mengajar. Salah
satu strategi untuk menekan biaya adalah dengan simplifikasi dan
memanipulasi media atau alat bantu dan material pengajaran.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media


Pembelajaran
Dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipakai
dalam proses belajar mengajar, pertama-tama seorang guru
harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, kondisi
dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan
karakteristik media yang akan dipilihnya. Dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, maka pemilihan media dapat dilakukan
berdasarkan:
1. Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai?
2. Apakah ada sumber informasi, katalog mengenai media yang
bersangkutan?
3. Apakah perlu dibentuk tim untuk memonitor yang terdiri dari
para calon pemakai? (Sadiman, 1986).
Dalam pemilihan media, salah satu cara yang dapat digunakan
untuk memilih yaitu dengan menggunakan matriks. Selain dari itu,
dapat dikemukakan pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan media antara lain adalah : (a) tujuan instruksional yang
ingin dicapai, (b) karakteristik siswa, (c) jenis rangsangan belajar
yang diinginkan (audio atau visual), keadaan latar atau lingkungan,
dan gerak atau diam, (d) keterssediaan sumber setempat, (e) apakah
media siap pakai, ataukah media rancang, (f) kepraktisan dan
ketahanan media, g efektifitas biaya dalam jangka waktu panjang.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 21

Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengajukan model


perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah
ASSURE. ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics,
State objective, Select or modify media, Utilize, Require learner response
and Evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam
perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
(A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran,
apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi,
anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin,
latar belakang budaya dan sosial ekonomi, serta menganalisis
karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain pengetahuan,
keterampilan dan sikap awal mereka.
(S) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu
perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan,
atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses
belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan
media dan urutan penyajian dan kegiatan belajar.
S Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan
materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran
yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu
sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di
samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan
mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi,
memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berpartisipasi, telah terbukti efektif jika pernah diuji cobakan,
dan menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow up.
Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau
tidak sesuai dengan sasaran partisipan, materi dan media itu dapat
dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi yang
telah tersedia, barulah memilih alternatif ketiga yaitu merancang dan
mengembangkan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini
jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu dan tenaga. Namun demikian
kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media
yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
22 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi


dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa
banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Di samping
praktik dan latihan menggunakannya, persiapan ruangan juga
diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang
diperlukan seperti meja peralatan, listrik, layar, dan lain-lain harus
dipersiapkan sebelum penyajian.
(R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya
mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik
mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat
bermacam-macam, seperti mengulangi fakta-fakta, mengemukakan
ikhtisar atau rangkuman informasi (pelajaran), atau menganalisis
alternatif pemecahan masalah (kasus). Dengan demikian, siswa
akan menampakkan partisipasi yang lebih besar.
(E) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di
sini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai
tujuan pembelajaran, keefektivan media, pendekatan dan guru
sendiri.
Dari segi teori belajar, Arsyad (1997: 72) menyatakan
bahwa berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu
mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media
adalah sebagai berikut:
1. Motivasi
Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari
pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan
tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami siswa
harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu
untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi
dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu.
2. Perbedaan Individual
Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang
berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia,
tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 23

kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan


penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada
tingkat pemahaman.
3. Tujuan Pembelajaran
Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari
melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam
pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernyataan mengenai
tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan
penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian
isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam
media pembelajaran.
4. Organisasi Isi
Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau
keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan
ke dalam urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan
mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun
dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan
materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas
dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam
pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk
secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang
akan dipelajari.
5. Persiapan sebelum Belajar
Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar
atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang
mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan
sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran,
perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan
siswa.
6. Emosi
Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan
pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media
24 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan


respon emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan
kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan
kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan
berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7. Partisipasi
Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa
harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan
kepada siswa. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi
aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton
secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi
di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan
lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi
pelajaran itu.
8. Umpan Balik
Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa
diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil
belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada
sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi
belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (Reinforcement)
Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus
belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat
bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif
mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.
10. Latihan dan Pengulangan
Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara
efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau
keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan
intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan
itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 25

11. Penerapan
Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan
kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil
belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan
ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa
mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan
generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan
tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan
memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur
terhadap berbagai masalah atau tugas baru.
BAB 5

JENIS MEDIA
PEMBELAJARAN

5.1 Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran


Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut
dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, maupun pembauan (penciuman). Dari
karakteristik ini, untuk memilih suatu media pembelajaran
yang akan digunakan oleh seorang guru pada saat melakukan
proses belajar mengajar, dapat disesuaikan dengan suatu situasi
tertentu. Media pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas,
berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
. Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan
pesan yang akan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol
komunikasi verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu dipahami

26
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 27

dengan benar, agar proses penyampaian pesannya dapat berhasil


dengan baik dan efisien. Selain fungsi tersebut secara khusus,
grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
terlupakan bila tidak digrafiskan divisualkan . Bentuk-bentuk
media grafis antara lain adalah: a gambar foto, b sketsa, c
diagram, (d) bagan (chart), e grafik, f kartun, g poster, h
peta, i papan flannel, dan j papan buletin.
2. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan
yang disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam
lambang-lambang auditif, balk verbal maupun non-verbal.
Bebarapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok
media audio antara lain: (a) radio, dan (b) alat perekam pita
magnetik, alat perekam pita kaset.
3. Media Proyeksi
Media proyeksi diam memiliki persamaan dengan media
grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media proyeksi
diam. Media proyeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan
bahan-bahan grafis, misalnya untuk lembar peraga captions).
Dengan menggunakan perangkat komputer (multi media), rekayasa
proyeksi gerak lebih dapat bervariasi, dan dapat dikerjakan
hampir keseluruhannya menggunakan perangkat komputer.
Untuk mengajarkan skill (keterampilan motorik) proyeksi gerak
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan proyeksi diam.
Beberap media projeksi antara lain adalah: a film bingkai, b film
rangkai, c film gelang loop , d film transparansi, e film gerak
mm, 16 mm, 32 mm, dan (f) televisi dan video.
Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut
Heinich dan Molenda (2005) yaitu:
1. Teks
Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu
28 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang


berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.
2. Media Audio
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan
membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu
persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau
rekaman suara dan lainnya.
3. Media Visual
Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan
visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun,
poster, papan buletin dan lainnya.
4. Media Proyeksi Gerak
Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV,
video kaset (CD, VCD, atau DVD).
5. Benda-benda Tiruan (Miniatur)
Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan
diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan
baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap
berjalan dengan baik.
6. Manusia
Termasuk di dalamnya guru, siswa, pakar atau ahli di bidang
tertentu.
Menurut Oemar (amalik : ada empat klasifikasi
media pengajaran yaitu:
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar.
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka,
dan sebagainya.

5.2 Media-media yang digunakan dalam Proses


Pembelajaran
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 29

5.2.1 Media Visual


Seperti halnya media yang lain, media visual berfungsi untuk
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual.
Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta
yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan.
Data numerik, skema, gambar umum, tabel, atau bahkan
sindiran dan kritik, dapat divisualisasikan dalam bentuk media
dua dimensi non-proyeksi yang biasa digunakan antara lain adalah
bentuk-bentuk:
1. Gambar atau Foto
Kita sering menggunakan gambar atau foto sebagai media
pembelajaran karena gambar merupakan bahasa yang umum
yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja oleh siapa
saja. Manfaat atau kelebihan gambar atau foto sebagai media
pembelajaran adalah:
a. Memberikan tampilan yang sifatnya konkret.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
c. Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
kita.
d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja
dan untuk tingkat usia berapa saja.
e. Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa
memerlukan peralatan khusus.
2. Sketsa
Sketsa merupakan gambar yang merupakan draft kasar yang
menyajikan bagian-bagian pokoknya saja tanpa detail. Sketsa
selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat
menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian
pesan.
3. Diagram
30 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks


sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada
umumnya berupa petunjuk-petunjuk. Sebagai suatu gambar
sederhana yang menggunakan garis dan simbol, diagram
menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar,
menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-
sifat proses yang ada. Ciri-ciri dari sebuah diagram yang baik adalah:
benar, digambar rapi, diberi judul, label dan penjelasan-penjelasan
yang perlu cukup besar dan ditempatkan strategis penyusunannya
disesuaikan dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke kanan
dan dari atas ke bawah.
4. Bagan (Chart)
Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan
pesannya secara bertahap dan chart yang menyajikan pesannya
sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap
misalnya adalah flipchart atau hidden chart, sementara bagan atau
chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya bagan
pohon (tree chart), bagan alir (flow chart), atau bagan garis waktu
(time line chart). Bagan atau chart Berfungsi untuk menyajikan ide-
ide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan secara
tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan
ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam bagan
biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar,
diagram, atau lambang-lambang verbal. Ciri-ciri bagan sebagai
media yang baik adalah:
a. Dapat dimengerti oleh pembaca
b. Sederhana dan lugas tidak rumit atau berbelit-belit
c. Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap
d. Mengikuti perkembangan jaman juga tidak kehilangan daya
tarik
. Grafik
Grafik adalah visualisasi data yang menggambarkan
hubungan numerik antara dua variabel. Macam-macam grafik
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 31

antara lain adalah: a grafik garis line graph , b grafik batang


(bar graph , c grafik lingkaran circle/pie graph , d grafik
luasan (area graph , e grafik solid solid graph , dan f grafik
piktorial (pictorial graph).
Grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan
menggunakan data-data komparatif, grafik merupakan gambar
sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau simbol-simbol
verbal yang berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif secara
teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu
objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan
jelas. Dengan menggunakan grafik kita dapat melakukan analisis
dengan cepat, interpretasi dan perbandingan data-data yang
disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan arah.
Terdapat beberapa macam grafik diantaranya adalah grafik garis,
grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar.
6. Kartun
Kartun adalah gambaran piktorial karikatur, simbolisme dan
humor. Kartun dapat mengekspresikan ide secara tunggal ataupun
secara berurutan yang menggambarkan suatu cerita atau dongeng
sehingga terwujud apa yang sering disebut dengan komik.
Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-
simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan
ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadian-
kejadian tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan
yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar
sederhana dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter
yang mudah dikenal dan diingat serta dimengerti dengan cepat.
7. Poster
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan
sebagainya. Poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan
atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi
dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Ciri-ciri
poster yang baik adalah:
32 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

a. Sederhana
b. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok
c. Berwarna
d. Slogan yang ringkas dan jitu
e. Ulasannya jelas
f. Motif dan desain bervariasi
8. Peta dan Globe
Peta (chart) yang biasa juga diistilahkan karta, merupakan
kombinasi dari piktorial, grafik, numerik, atau material verbal
yang bersama-sama akan menunjukkan visualisasi yang jelas dan
ringkas dari suatu proses atau hubungan. Macam-macam peta
(chart), antara lain adalah: (a) peta pohon (tree chart), (b) peta
arus (flow chart), (c) peta garis-besar (outline chart), dan (d). peta
tabulasi (tabular chart).
Peta berfungsi untuk menyajikan data-data yang berhubungan
dengan lokasi suatu daerah baik berupa keadaan alam, hasil bumi,
hasil tambang atau lain sebagainya. Secara khusus peta dan globe
dapat memberikan informasi tentang:
a. Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai, gunung, lautan
dan bentuk daratan serta perairan lainnya.
b. Tempat-tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lain.
c. Data-data budaya dan kemasyarakatan.
d. Data-data ekonomi, hasil pertanian, industri dan
perdagangan.

5.2.2 Media Audio


Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan
indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif. Beberapa jenis media yang dapat
digolongkan ke dalam media audio adalah sebagai berikut:
1. Radio
Media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar.
Siaran radio sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 33

Bahkan radio juga dapat digunakan sebagai pemberi petunjuk


mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa dalam
pembelajaran.
2. Alat Perekam Magnetik
Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah
satu media yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyampaian keakuratan sebuah informasi. Melalui media ini kita
dapat merekam audio, mengulang dan menghapusnya. Selain itu
pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi
suara, sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi
atau dramatisasi.

5.2.3 Media Dua Dimensi Non Proyeksi


Jenis media yang termasuk kelompok ini antara lain:
1. Papan Tulis
Papan tulis yang bersih, belum bertuliskan isi pesan, belum
merupakan media, melainkan sebagai alat perlengkapan kelas.
Sebagai alat atau perlengkapan mengajar, papan tulis adalah alat yang
paling tua, murah, dan mudah menggunakannya. Papan tulis juga
dapat dipergunakan sebagai media komunikasi atau informasi yang
luwes. Sebagai misal penggunaan papan tulis untuk pengumuman
atau pemberitahuan, papan catatan atau catatan agenda pada kantor-
kantor dan tempat kerja lain.
2. Papan Putih dan Papan Magnet
Bahan papan putih atau magnet adalah pelat baja yang dapat
menangkap gaya medan magnet, kemudian dilapis dengan cat
atau lembaran lapisan bahan yang tidak mengisolasi gaya medan
magnet dengan warna putih. Alat tulis papan putih atau magnet
menggunakan spidol khusus (boardmarker) yang bersifat non-
permanen atau soluble sehingga dapat dihapus. Karena sifatnya
yang dapat menangkap gaya medan magnet, maka benda lain yang
bersifat magnetis dapat melekat dan dipaparkan pada papan putih
atau magnet. Alat atau benda magnetis yang dapat dimanfaatkan
34 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

untuk suatu paparan antara lain yaitu keping magnetis (magnetic


button) dan pita magnetis (magnetic tape). Sebagai contoh, bila sebuah
ALG (Alat Lebar Gantungan) akan dipaparkan menggunakan papan
magnet, maka ALG direntangkan pada papan magnet kemudian pada
keempat sudutnya dilekatkan keping magnetis. Maka ALG terpapar
pada papan magnet, dan melepaskan kembali sangat mudah.
3. Papan Electronic Print
Papan electronic print, misalnya panaboard adalah papan
putih yang dilengkapi dengan perlengkapan elektronik yang dapat
merekam segala yang telah ditulis pada papan. Setelah selesai suatu
presentasi dengan menggunakan papan ini, segala tulisan dan
gambar yang ada pada permukaan papan dapat secara langsung
di print (cetak) sampai sebanyak sembilan cetak. Suplai kertas
untuk mencetak berupa kertas gulungan khusus diperuntukkan
keperluan papan electronic print. Dengan kemampuan yang
demikian, kiranya penggunaan papan perlu memperhatikan tata
letak, kejelasan tulisan, efisiensi luasan, dan keefektifan materi.
4. Papan Flanel
Papan flanel tidak digunakan untuk tulis menulis,
melainkan untuk memaparkan benda-benda dua dimensi yang
relatif ringan, misalnya huruf-huruf kertas atau susunan satu
kata pada kertas dan kartun yang pada bagian belakangnya
ditempel dengan potongan kertas amril (ampelas kasar) untuk
melekatkan. Untuk melekatkan juga dapat digunakan potongan
kain flanel. Penggunaan papan flanel harus dijauhkan atau bahkan
dipisahkan dengan penggunaan papan tulis, karena debu kapur
akan merusak flanel. Papan flanel terbuat dari papan biasa yang
dilapis kain flanel. Warna flanel yang digunakan biasanya warna
gelap, misalnya hitam, biru, merah atau hijau. Papan flanel hampir
tidak digunakan sama sekali dalam proses belajar mengajar di
atas tingkat sekolah dasar.
5. Papan Buletin
Papan ini tidak dilapisi oleh kain flanel, tetapi langsung
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 35

ditempeli gambar atau tulisan. Papan ini berfungsi untuk


memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Media visual
lainnya seperti gambar, poster, sketsa atau diagram dapat dipakai
sebagai bahan pembuatan papan buletin.
6. Alat Lebar Gantungan (ALG)
Alat lebar gantungan yang biasa juga disebut sebagai
wallchart, merupakan media dua dimensi non-proyeksi yang
dikomunikasikan kepada kelas. Maka ukuran kertas, gambar
dan tulisannya harus disesuaikan dengan kebutuhan informasi
oleh seluruh kelas. Agar tujuan komunikasi visual menggunakan
ALG dapat dicapai secara optimal, maka dipersyaratkan agar:
(a) ukuran kertas cukup besar, dan gambar serta huruf-hurufnya
terbaca oleh kelas, (b) visualisasi ide dan pesan mudah ditangkap
dan dipahami, (c) penampilan cukup menarik atau atraktif, (d)
komposisi warna serasi dan seimbang dengan luas kertas, (e)
penggunaan dan penyimpanan serta pemeliharaan mudah, (f)
tahan dipergunakan berkali-kali dan tahan lama, dan (g) mudah
dan sederhana pembuatannya.
Macam-macam hal yang dapat divisualisasikan menggunakan
ALG antara lain adalah: peta, diagram, grafik, tabel, poster, kartun,
dan sejenisnya. Tinggi dan besar huruf serta jarak antar huruf
dapat dicoba-coba dengan jalan menuliskan jenis-jenis karakter
huruf tersebut, kemudian dilihat (baca) dari jarak maksimum
sesuai dengan keadaan kelas.
7. Alat Lebar Sampiran (ALS)
Alat lebar sampiran atau yang sering disebut flipchart, adalah
alat lebar yang terdiri dari lembar kertas ukuran plano (luas 9
kali luas ukuran folio), yang disusun tumpang tindih dan salah
satu ujung (sisi pendek) di bagian atas dijepit pada kerangka yang
berkaki. Bila halaman pertama telah terisi, kemudian disingkapkan
ke atas dan disampirkan ke belakang, sehingga dapat diteruskan
ke halaman berikutnya, dan seterusnya. Apabila kertas yang dijepit
berupa kertas kosong, maka ALS yang demikian dapat dipergunakan
36 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

sebagai pengganti papan tulis atau papan putih. Ada kemungkinan


bahwa kertas yang dijepit telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan
diurutkan sesuai dengan kebutuhan presentasi.
Di dalam penggunaan sehari-hari terdapat dua macam ALS,
yaitu ALS kosong seperti dijelaskan di atas, dan satunya ALS siap
pakai (ready made). ALS yang siap pakai telah dipersiapkan lebih
dahulu oleh guru. Ada kemungkinan bahwa ALS terdiri dari beberapa
ALG yang telah dipersiapkan sebelumnya. Alat tulis yang digunakan
adalah marker permanen. Besar dan tinggi huruf disesuaikan dengan
ukuran kelas, atau jumlah siswa yang ada. Beberapa keuntungan
pemakaian ALS adalah : (a) dapat digunakan lebih dari sekali, (b)
sangat mudah dibawa (dipindahkan), dan (c) pada penggunaan
kelas-kelas paralel, penggunaan ALS sangat membantu guru, karena
materi yang diberikan kepada kelas yang satu dapat sama persis
dengan yang diberikan kepada kelas yang lain.
8. Poster
Poster dirancang untuk menyalurkan informasi dengan
visualisasi ide atau pesan yang meriah, atraktif, akan tetapi
ekonomis. Poster yang baik menunjukkan adanya: (a) tujuan
untuk sesuatu keperluan tertentu, (b) penampillan yang tegas dan
jelas, sehingga orang yang membaca atau mengamati tidak ragu-
ragu akan pesan yang terkandung, (c) warna-warna yang meriah
dan menarik perhatian berfokus pada topik atau judul tertentu,
(d) cukup lebar agar mudah dibaca dan dicerna dalam sekejap.
9. Handouts
Handouts merupakan selebaran yang dibagikan (to hand out)
oleh dosen atau guru kepada mahasiswa atau siswa berisi tentang
bagian materi pelajaran, kutipan, tabel, dan sejenisnya, untuk
memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar. Handouts
dapat dirancang (disusun) secara lengkap (complete), ataupun
tidak lengkap (in-complete). Yang tidak lengkap dimaksud agar
mahasiswa atau siswa masih harus melengkapi ketika mengikuti
pelajaran (aktif), sehingga subjek belajar tersebut akan lebih
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 37

memperhatikan pelajaran. Rambu-rambu penyusunan handouts


adalah sebagai berikut: (a) kalimat singkat, mudah dimengerti,
penuh dengan kata-kata kunci, (b) tata letak dan perwajahan
menarik, diberi ruang (bagian) yang sela atau kosong untuk
tempat subjek belajar menuliskan sesuatu atau perlu melengkapi,
(c) tidak panjang lebar sehingga menyerupai diktat mini, (d) untuk
lebih menarik dan memberikan variasi, handouts digandakan
dengan kertas berwarna yang berbeda-beda untuk hal (topik)
yang berbeda.

5.2.4 Media Proyeksi Diam


Beberapa media yang termasuk ke dalam media proyeksi
diam diantaranya adalah:
1. Film Bingkai
Film bingkai adalah suatu film positif baik hitam putih ataupun
berwarna yang berukuran 35 mm, dan umumnya dibingkai dengan
ukuran 2 x 2 inchi. Untuk melihatnya perlu ditayangkan dengan
proyektor slide. Beberapa keuntungan penggunaan film bingkai
sebagai media pembelajaran adalah:
a. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan kepada
seluruh siswa secara serentak.
b. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada satu persoalan,
sehingga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
c. Fungsi berpikir siswa dirangsang dan dikembangkan secara
bebas.
d. Penyimpanannya mudah dan praktis.
e. Film bingkai dapat mengatasi keterbatasan ruang waktu
dan indera.
f. Program dapat dibuat dalam waktu singkat tergantung
kebutuhan dan perencanaan.
2. Film Rangkai
Film rangkai hampir sama dengan film bingkai, bedanya pada
38 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

film rangkai frame atau gambar tidak memerlukan bingkai dan


merupakan rangkaian berurutan dari sebuah film atau gambar
tertentu. Jumlah gambar pada rol film rangkai adalah sekitar
50 sampai dengan 75 gambar dengan panjang kurang lebih 100
cm sampai dengan cm tergantung pada isi film itu. Film
rangkai dapat mempersatukan berbagai media pembelajaran yang
berbeda dalam satu rangkai sehingga cocok untuk mengajarkan
keterampilan, penyimpanannya mudah serta dapat digunakan
untuk bahan belajar kelompok atau individu.
3. Over Head Transparancy (OHT)
OHT adalah media visual proyeksi, dibuat di atas bahan
transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran
8,5 x 11 inchi. Media ini memerlukan alat khusus untuk
memproyeksikannya yang dikenal dengan sebutan Over Head
Projector (OHP). Beberapa keuntungan penggunaan OHT sebagai
media pembelajaran diantaranya adalah:
a. Gambar yang diproyeksikan lebih jelas bila dibandingkan
jika digambarkan di papan tulis.
b. Ruangan tidak perlu digelapkan.
c. Sambil mengajar, guru dapat berhadapan dengan siswa.
d. Mudah dioperasikan sehingga tidak memerlukan bantuan
operator.
e. Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai
berulang-ulang.
f. Praktis dapat digunakan untuk semua ukuran kelas atau
ruangan.
4. Opaque Projektor
Proyektor yang tidak tembus pandang, karena yang
diproyeksikan bukan bahan transparan tetapi bahan-bahan yang
tidak tembus pandang (opaque). Kelebihan media ini sebagai media
pembelajaran adalah bahwa bahan cetak pada buku, majalah, foto,
grafis, bagan atau diagram dapat diproyeksikan secara langsung
tanpa dipindahkan ke permukaan transparansi terlebih dahulu.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 39

Kelebihan proyektor tidak tembus pandang adalah:


a. Dapat digunakan untuk hampir semua bidang studi yang
ada di kurikulum.
b. Dapat memperbesar benda kecil menjadi sebesar papan
sehingga bahan yang semula hanya untuk individu menjadi
untuk seluruh kelas.
. Mikrofis
Mikrofis adalah lembaran film transparan yang terdiri
atas lambang-lambang visual yang diperkecil sedemikian rupa
sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Keuntungan
dari media ini adalah sebagai berikut:
a. Mudah diduplikasi dengan biaya relatif murah.
b. Dapat diproyeksikan ke layar lebar karena dalam bentuk
lembaran, ringkas, hemat tempat dan praktis untuk
dikirim.
c. Memudahkan identifikasi informasi kepustakaan karena
letaknya berada di bagian atas lembaran.

5.2.5 Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual


Beberapa jenis media yang masuk dalam kelompok ini
adalah:
1. Film Gerak
Film gerak merupakan sebuah media pembelajaran yang
sangat menarik karena mampu mengungkapkan keindahan dan
fakta bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak, film juga dapat
diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, beberapa
keunggulan film sebagai media pembelajaran adalah:
a. Keterampilan membaca atau menguasai penguasaan bahasa
yang kurang bisa diatasi dengan menggunakan film.
b. Sangat tepat untuk menerangkan suatu proses.
c. Dapat menyajikan teori atau praktik yang bersifat umum ke
sifat yang khusus atau sebaliknya.
40 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

d. Film dapat mendatangkan seorang yang ahli dan


memperdengarkan suaranya di depan kelas.
e. Film dapat lebih realistis, hal-hal yang abstrak dapat terlihat
menjadi lebih jelas.
f. Film juga apat merangsang motivasi kegiatan siswa.
2. Film Gelang
Film gelang atau film loop adalah jenis media yang terdiri atas
film berukuran mm dan mm masing-masing ujungnya saling
bersambungan sehingga film ini akan berulang terus menerus jika
tidak dimatikan. Kelebihan penggunaan media ini sebagai media
pembelajaran adalah:
a. Ruangan tidak perlu digelapkan.
b. Dapat berputar terus berulang-ulang sehingga pengertian
yang kabur menjadi jelas.
c. Mudah diintegrasikan ke dalam pelajaran dan dipakai
bersama dengan media lain.
d. Siswa juga dapat menggunakannya sendiri karena sederhana.
e. Film dapat dihentikan kapan saja untuk diselingi oleh
penjelasan atau diskusi.
3. Program Televisi
Televisi merupakan media menarik dan modern karena
merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Televisi dapat menjadi
sebuah media pembelajaran yang menarik dalam menyampaikan
pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai
unsur gerak.
4. Video
Pesan yang disajikan dalam media video dapat berupa
fakta maupun fiktif, dapat bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional. Beberapa kelebihan penggunaan media video dalam
pembelajaran adalah:
a. Dengan alat perekam video sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari para ahli.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 41

b. Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam


sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar seorang guru
dapat memusatkan perhatian pada penyajiannya.
c. Menghemat waktu karena rekaman dapat diputar ulang.
d. Dapat mengamati lebih dekat dengan objek yang berbahaya
ataupun objek yang sedang bergerak.
e. Ruangan tidak perlu digelapkan pada saat penyajian.

5.2.6 Multimedia
Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah
sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi,
animasi dan video yang diterima oleh pengguna melalui komputer.
Sejalan dengan hal di atas, Heinich et. al. (2005) multimedia
merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih
format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video
untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.
Namun kelemahan dari media ini adalah harus didukung oleh
peralatan memadai seperti LCD proyektor dan adanya aliran
listrik. Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran
diantaranya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, selain itu
juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia dapat
memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu
guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu
dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

5.2.7 Benda
Benda-benda yang ada disekitar dapat digunakan pula
sebagai media pembelajaran, baik benda asli maupun benda
tiruan atau miniatur. Benda-benda ini dapat membantu proses
pembelajaran dengan baik terutama jika metode yang digunakan
adalah metode demonstrasi atau praktik lapangan.
Sedangkan menurut Aqib (2013: 52) menyatakan:
42 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

. Media Grafis simbol-simbol komunikasi visual antara lain:


a. gambar/foto
b. sketsa
c. diagram
d. bagan/chart
e. grafik/graphs
f. kartun
g. poster
h. peta/globe
i. papan flannel,
j. papan buletin.
2. Media Audio (dikaitkan dengan indra pendengaran) antara
lain:
a. radio
b. alat perekam pita magnetik
. Multimedia dibantu proyektor LCD , misalnya file program
komputer multimedia.
BAB 6

TAKSONOMI MEDIA
PEMBELAJARAN

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses


komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan,
melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di
dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi
ajar yang disampaikan oleh dosen atau guru, sedang saluran
atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi
ajar adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media
instruksional. Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar
tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada
subjek belajar, (4) membangkitkan motivasi pada subjek belajar.
Untuk mendapatkan gambaran yang rinci tentang macam-macam
media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan seperlunya
tentang taksonomi media pembelajaran.

43
44 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

6.1 Rudy Bretz


Bretz mengidentifikasikan ciri utama media menjadi
tiga unsur, yaitu unsur suara, visual, dan gerak. Media visual
sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis, dan simbol,
yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan
indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga
membedakan antara media siar (telecomunication) dan media
rekam (recording , sehingga terdapat delapan klasifikasi media,
yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam,
(3) media visual gerak, (4) media visual diam, (5) media semi gerak,
(6) media audio, dan (7) media cetak.

6.2 Duncan
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki
pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini hirarki disusun
menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi
satuan biaya, semakin umum sifat penggunaannya. Namun
sebaliknya kemudahan dan keluwesan penggunaannya, semakin
luas lingkup sasarannya. Menurut Duncan, hirarki media seperti
gambar 6.1.

Gambar 6.1 Hirarki media audio visual dari C.J Duncan


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 45

6.3 Briggs
Taksonomi oleh Briggs lebih mengarah kepada karakteristik
siswa, tugas instruksional, bahan dan transmisinya. Briggs
mengidentifikasikan tiga macam media yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar antara lain objek, model, suara
langsung, rekaman audio, media cetak, pelajaran terprogram,
papan tulis, media transparansi, film bingkai, film rangkai, film
gerak, televisi dan gambar. Matrik taksonomi media menurut
Briggs dilukiskan seperti gambar 6.2.

Gambar 6.2 Taksonomi Media menurut Briggs

6.4 Gagne
Gagne membagi media menjadi tujuh macam pengelompokan
media yang dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi
menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkan.
Pengelompokan tersebut antara lain meliputi: benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar gerak, didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak,
gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.
Ketujuh kelompok media tersebut kemudian dikaitkan dengan
kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar
46 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, memberi


kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasuk-alihkan
ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik.

6.5 Edling
Menurut Edling media merupakan bagian dari unsur-unsur
rangsangan belajar, yaitu dua unsur untuk pengalaman visual
meliputi kodifikasi subjek audio, dan kodifikasi objek visual, dua
unsur pengalaman belajar tiga dimensi, meliputi pengalaman
langsung dengan orang, dan pengalaman langsung dengan
benda-benda. Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan,
pengalaman subjektif, objektif, dan langsung menurut Edling
merupakan suatu kontinum kesinambungan pengalaman belajar
yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalaman menurut
Edgar Dale.
BAB 7

PRINSIP MEDIA
PEMBELAJARAN

7.1 Prinsip Umum Pembuatan Media Pembelajaran


Menurut Aqib (2013:52) ada 7 prinsip dalam pembuatan
media pembelajaran yaitu:
1. Visible : mudah dilihat
2. Interesting : menarik
3. Simple : sederhana
4. Useful : bermanfaat bagi pelajar
5. Accurate : benar dan tepat sasaran
6. Legitimate : sah dan masuk akal
7. Structured : tersusun secara baik dan runtut

7.2 Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran


Menurut Aqib (2013:53) ada 7 prinsip dalam pembuatan
media pembelajaran yaitu:
1. Kompetensi pembelajaran
2. Karakteristik sasaran didik

47
48 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

3. Karakteristik media yang bersangkutan


4. Waktu yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
6. Ketersediaan fasilitas (peralatan)
7. Konteks penggunaan
8. Mutu teknis media
Sedangkan prinsip penggunaan media pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan.
2. Gunakan media seperlunya, jangan berlebihan.
3. Penggunaan media mampu mengaktifkan pelajar.
4. Pemanfaatan media harus terencana dalam program
pembelajaran.
5. Hindari penggunaan media yang hanya sekadar mengisi waktu.
6. Perlu persiapan yang cukup sebelum menggunakan media.
Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran hendaknya
menyesuaikan dengan pola pembelajaran. Aqib (2013:53)
membagi pola tersebut dalam 4 macam yaitu:
Pola 1 : Guru sebagai satu-satunya penyampaian materi
pelajaran (pola teacher contered).
Pola 2 : Pola guru dibantu oleh media.
Pola 3 : Pola guru dan media berbagi tugas.
Pola 4 : Media sebagai satu-satunya penyampaian bahan
pelajaran (pola medium contered).

Gambar 7.1 Pola pembelajaran dengan menggunakan media


BAB 8

KLASIFIKASI MEDIA
PEMBELAJARAN

8.1 Pengelompokan Media oleh Para Tokoh


8.1.1 Seels & Glasgow (1950)
1. Media tradisional (visual, audio, multimedia, cetak, permainan,
realita)
2. Media teknologi mutakhir:
a. media berbasis telekomunikasi (Teleconference, kuliah
jarak jauh), dan
b. media berbasis mikroprosesor (Computer assisted instruction,
permainan computer, sistem tutor intelejen, interaktif,
hypermedia, compact/video disc).
8.1.2 Kemp & Dayton (1985)
1. Media cetak (teks terprogram)
2. Media pajang (papan tulis, papan magnet, papan kain, dan
Iain-lain)
3. Over Head Transparies (OHP)
4. Rekaman audio tape

49
50 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

5. Multi image slide, film dan video, televisi


6. Komputer

8.1.3 Sahtoso S. Hamjaya (1985)


1. Media dengan penggunaan cara massal televisi, film, slide,
dan radio).
2. Media dengan penggunaan cara individual (kelas,
laboratorium, alat otoinstruktif, kotak unit instruksional).
3. Media dengan penggunaan cara konvensional.
4. Media pembelajaran modern (ruang kelas otomatis, sistem
proyeksi berganda, sistem interkomunikasi).

8.1.4 Gerlach(1971)
1. Benda asli dan manusia.
2. Gambar dan gambar yang disorotkan.
3. Benda-benda yang didengar.
4. Benda-benda cetakan.
5. Benda-benda yang dipanaskan.

8.1.5 Edgar Dale (1975)


Berdasarkan pengalaman belajar siswa, dari yang bersifat
konkret hingga abstrak.

8.1.6 R. Murry Thomas (1984)


1. Pengalaman dari benda asli (reliefe experience).
2. Pengalaman dari benda tiruan gambar, film, model,
sandiwara).
3. Pengalaman dari kata-kata (bulan, majalah, kaset, program
radio, piringan hitam).

8.1.7 Jerold E. Kemp (1975)


Media cetak, media display, OHP, audio tape, slide dan film-
strips, montipicture, komputer.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 51

8.1.8 Lashin, Pollock & Regeluth (1992)


1. Media berbasis manusia (guru, tutor).
2. Media berbasis cetak (buku, dsb).
. Media berbasis visual grafik, peta, globe, dsb .
. Media berbasis audiovisual video, film, tv, dsb .

8.2 Association for Education Communication and


Technology (AECT)
AECT mengklasifikasikan sumber belajar menjadi sebagai
berikut:
1. Pesan (messages), yaitu informasi yang ditransmisikan
(diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti
dan data. Termasuk ke dalam kelompok pesan adalah semua
bidang studi atau mata kuliah yang harus diajarkan kepada
peserta didik.
2. Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Dalam kelompok ini
misalnya seorang guru, dosen, tutor, peserta didik, tokoh
masyarakat atau orang-orang lain yang mungkin berinteraksi
dengan peserta didik.
3. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh
dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori
bahan, misalnya transparansi, slide, film, filmstrip, audio,
video, buku, modul, majalah, bahan instruksional terprogram,
dan lain-lain.
4. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk
penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya,
proyektor slide, overhead, video tape, pesawat radio, pesawat
televisi, dan lain-lain.
5. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan
untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan
untuk menyampaikan pesan. Contohnya instruksional terprogram,
52 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

belajar sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demonstrasi,


ceramah, tanya jawab, dan lain-lain.
6. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan
disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik gedung sekolah,
kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium,
museum, taman maupun lingkungan non-fisik suasana
belajar, dan lain-lain).

8.3 Perpustakaan sebagai Sumber Belajar


Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap
sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi
terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit perpustakaan
keliling (mobile library) dari departemen pendidikan dan
kebudayaan tersedia di kota-kota besar guna melayani kebutuhan
para pelajar.
Perpustakaan merupakan pusat sarana akademis.
Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang
cetakan seperti buku, majalah atau jurnal ilmiah, peta, surat kabar,
karya-karya tulis berupa monografi yang belum diterbitkan,
serta bahan-bahan non-cetakan seperti micro-fish, micro-film,
foto-foto, film, kaset audio atau video, lagu-lagu dalam piringan
hitam, rekaman pidato (dokumenter), dan Iain-lain. Oleh karena
itu, perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa
dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi
dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis
maupun untuk rekreasi. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat
dikelompokkan ke dalam jenis (a) referensi, (b) reserve, (c)
pinjaman.
Bahan-bahan referensi yang biasanya ditata dalam satu
ruang khusus merupakan sumber-sumber untuk fakta-fakta
tertentu yang sudah baku, misalnya ensiklopedia, kamus,
statistik, buku tahunan, biografi, buku pegangan, atlas, indeks
(tesis, disertasi, artikel ilmiah), abstrak dan lain-lain yang sejenis.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 53

Bahan-bahan sumber ini diperlukan oleh banyak orang sehingga


tidak dipinjamkan untuk dibawa keluar perpustakaan. Dengan
demikian seseorang yang memerlukan informasi dari bahan dan
buku-buku referensi ini hanya diperbolehkan membacanya dalam
ruang yang telah disediakan.
Bahan-bahan reserve biasanya terdiri dari buku-buku,
artikel-artikel, atau hand out untuk mata pelajaran tertentu atas
permintaan tenaga pengajarnya. Ini dimaksudkan agar semua
pelajar maupun mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran itu
dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan
bagian dari penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh
pengajar. Dengan jumlah pelajar dan mahasiswa yang banyak,
sementara jumlah buku atau artikel pada perpustakaan sangat
terbatas, bahan-bahan reserve hanya dapat dibaca oleh seorang
pelajar dan mahasiswa antara satu sampai dua jam.
Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada umumnya
siap untuk dipinjamkan dalam jangka waktu antara dua minggu
sampai satu bulan kepada pelajar dan mahasiswa atau masyarakat
umum yang memiliki kartu anggota perpustakaan. Untuk
memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, pelajar-mahasiswa
perlu mengetahui sistematika penataan dan penyimpanan buku-
buku pada perpustakaan. Klasifikasi buku yang umum digunakan
pada perpustakaan adalah Klasifikasi Desimal Dewey dan Klasifikasi
Library of Congress. Klasifikasi Desimal Dewey mengidentifikasi
bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga digit, sedangkan
Klasifikasi Library of Congress menggunakan abjad, misalnya
bidang bahasa: 400 (Desimal Dewey), P (Library of Congress). Oleh
karena itu, pelajar dan mahasiswa yang ingin menemukan bahan
atau buku di perpustakaan haras mengetahui nomor klasifikasi
buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam pada kartu katalog,
biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog yaitu kartu subyek,
kartu judul, dan kartu pengarang.
BAB 9

MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS ICT

9.1 Pembelajaran Multimedia


Hingga saat ini masih ada anggapan bahwa untuk belajar,
guru-lah yang mendatangi rumah atau kantor. Guru masuk ke
ruangan menyajikan materi pembelajaran, membagi pengalaman
atau menginformasikan sesuatu. Anggapan ini tidak sepenuhnya
benar karena belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara,
apakah itu melalui media audio-visual; televisi, video cassette,
video compact disc (VOID), atau melalui komputer; CBT (Computer
Based Training), CDI (Compact Disc Interactive), CAI (Computer
Assisted Instruction), dan IMI (Interactive Multimedia Instruction).
Walaupun tersedia beragam sumber belajar, kita sebagai
makhluk otonom dan mandiri dapat bebas memilih informasi
yang tepat untuk masing-masing individu. Setiap individu dapat
memilih cara belajar dan menyesuaikan diri dengan tipe (learning
styles) masing-masing, apakah tipe audio, visual, atau keduanya.
Setiap individu dapat menentukan dari media sumber belajar

54
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 55

mana yang akan digunakan, dari radio, TV, internet (web-based


instruction), buku, majalah, atau surat kabar, atau mungkin melalui
kegiatan eksperimen. Kalaupun kita tidak termasuk di antaranya,
ternyata alam sekitar dengan segala fenomenanya cukup menjadi
pelajaran buat mereka yang mau berpikir.

9.2 E-Learning
Karena e-learning kepanjangan dari electronic learning, ada
yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi elektronik radio, televisi, film, komputer,
internet, dan lain-lain).
Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet.
E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang
dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh
karena itu, e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan
jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional.
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara
cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Ada tiga kemungkinan
dalam pengembangan pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric couse, dan web enhanceed course. Web course
adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang
mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka.
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dengan tatap muka
(konvensional). Web enhanced course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.

9.2.1 Internet sebagai Media Pembelajaran


Internet lahir pada masa perang dingin, yaitu sekitar tahun
1969 dan digunakan pertama kali untuk keperluan militer (Ahmad
Bustari). Melalui internet, faktor jarak dan waktu sudah tidak
56 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

menjadi masalah.
Internet, singkatan dari interconection and networking,
adalah jaringan informasi global, yaitu “the largest global network
of computers, that enables people throughout the world to connect
with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R.
Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada
bulan Agustus tahun 1962.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran
mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa
dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan,
museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang
berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data
statistik. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat
berasal dari commercial businesses (.com), goverment services
(.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions
(.edu), atau artistic and cultural groups (.arts).
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi
seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka
menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan
melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya
(real life Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas
(classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar
dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan
cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara
online. Siswa juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu
sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail)
untuk mendiskusikan bahan ajar. Kemudian, selain mengerjakan
tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman
sekelasnya (classmates).
Pembelajaran melalui internet di dapat diberikan dalam
beberapa format di antaranya : (a) electronic mail (b) bulletin
boards/newsgroups for discussion of special group, (c) downloading
of course materials or tutorials, (d) interactive tutorials on the web,
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 57

dan (e) real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser


Object Oriented) Systems or Internet Relay Chat.
Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan
dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui
internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah
mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut
agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon
peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar
mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran melalui intenet. Karakteristik (potensi) internet
sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat
diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidaknya ketiga
karakteristik (potensi) internet tersebut dipandang sudah memadai
sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran melalui internet.
Internet memiliki banyak fasilitas yang digunakan dalam
berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk
pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, telnet, internet, relay
chart, newsgroup, mailing list (milis), file trasnsfer protocol (FTP), atau
world wide web (WWW). Di antara banyak fasilitas tersebut ada lima
aplikasi standar internet yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pendidikan yaitu e-mail, mailing list (milis), newsgroup, file transper
protocol (FTP), dan world wide web (www).
Electronic mail (e-mail) mulai diperkenalkan tahun 1971
(http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini sering disebut
sebagai surat elektronik. Selain itu juga merupakan fasilitas yang
paling sederhana dan mudah digunakan.
Mailing List mulai diperkenalkan setelah e-mail, yaitu
sejak tahuin 1972 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas
ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk
membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi.
Newgroup adalah fasilitas internet yang dapat dilakukan untuk
komunikasi antar dua orang atau lebih secara serentak (waktu
bersamaan) atau bersifat langsung (synchronous). Bentuk pertemuan
58 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ini sering disebut konferensi dengan fasilitas video conferencing atau


teks saja, atau bisa audio dengan menggunakan fasilitas chat (IRC).
Melalui fasilitas file transfer protocol (FTP) ini, orang dapat mentransfer
data atau file dari satu komputer ke internet upload) sehingga bisa
diakses pengguna internet di seluruh dunia. Di samping itu fasilitas
ini dapat mengambil arsip file dari situs internet ke dalam komputer
pengguna (download).
World wide web (www) atau sering disebut web mulai diperkenalkan
tahun 1990-an (hltp://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan
kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server
yang terhubung menjadi suatu jaringan.
Menurut Budi Rahardjo manfaat internet bagi pendidikan
adalah dapat menjadi akses sumber informasi, akses narasumber,
dan sebagai media kerja sama. Akses sumber informasi, yaitu sebagai
perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian,
dan akses materi kuliah. Akses narasumber bisa dilakukan
komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai
media kerja sama internet bisa menjadi media untuk melakukan
penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.

9.2.2 Pembelajaran Berbasis Website


Dengan pertumbuhan internet yang pesat, web telah menjadi
suatu medium belajar dan mengajar jarak jauh yang penuh daya,
interaktif, dinamik, ekonomis dan demokratis (Khan). Web
menyediakan suatu kesempatan mengembangkan pembelajaran
dan pelatihan yang sesuai tuntutan dan berorientasi pada yang
belajar (learning centered). Web juga merupakan representasi suatu
paradigma baru mengenai pembelajaran terutama bagaimana
pembelajaran diorganisasikan dan disajikan.
Informasi dalam web diorganisasikan dalam suatu jaringan
yang terus berkembang dan dikaitkan pada domain pengetahuan
tradisional. Mengembangkan pembelajaran berbasis web yang
efektif, memerlukan penerapan suatu pendekatan sistem dan
prinsip-prinsip desain pembelajaran.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 59

9.2.3 Pembelajaran Berbantu Komputer


Secara umum pembelajaran berbasis komputer dapat
dimasukkan dalam dua kategori, yaitu komputer mandiri (stand
alone) dan komputer dalam jaringan. Perbedaan yang utama antara
keduanya terletak pada aspek interaktivitas. Dalam pembelajaran
melalui komputer mandiri, interaktivitas peserta ajar terbatas pada
interaksi dengan materi ajar yang ada dalam program pembelajaran.
Pada pembelajaran dengan komputer dalam jaringan,
interaktivitas peserta ajar menjadi lebih banyak alternatifnya.
Pada pembelajaran dengan komputer dalam jaringan dikenal dua
jenis fungsi komputer, yaitu komputer server dan komputer client.
Interaksi antara peserta ajar dengan tenaga pengajar dilakukan
melalui kedua jenis komputer tersebut.
Dalam era kemajuan teknologi diabad modern ini, komputer
merupakan sarana penunjang aktivitas manusia di dalam bekerja dan
berusaha demi tercapainya hasil kerja yang optimal efisien, efektif,
dan ekonomis). Di dunia pendidikan misalnya, proses pengolahan nilai
siswa, pembuatan modul pembelajaran, demonstrasi materi belajar,
dan proses penerimaan siswa merupakan contoh-contoh aktivitas
pendidikan yang akhir-akhir telah menggunakan teknologi komputer.
Keuntungan pembelajaran menggunakan media komputer
antara lain :
1. Pembelajaran berbantu komputer bila dirancang dengan baik,
merupakan media pembelajaran yang efektif, dapat memudahkan
dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan
siswa.
4. Dapat digunakan sebagai penyampai-balikkan langsung.
5. Materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan, tanpa
menimbulkan rasa jenuh.
Sedangkan keterbatasan pembelajaran menggunakan media
komputer adalah :
60 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Keterbatasan bentuk dialog atau komunikasi.


2. Keterseringan menggunakan komputer dapat menyebabkan
ketergantungan yang berakibat kurang baik.
3. Mengurangi sikap interaksi sosial yang seharusnya merupakan
bagian penting dalam pendidikan (Krismanto, 2003 : 8).
Setting kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
komputer dibagi menjadi 2 yaitu: Pertama, Computer Based
Instruction (CBI) merupakan istilah umum untuk segala kegiatan
belajar yang berbasis pada komputer, baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Pembelajaran Berbasis Komputer (CBI) adalah
sebuah konsep baru yang sampai saat ini banyak jenis desain
dan implementasinya, tentunya dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran. Kedua adalah Computer Assisted Instruction (CAI),
kemudian mengalami perbaikan menjadi Intelligent Computer
Assisted Instruction (ICAI), dengan dasar orientasi aktivitas yang
berbeda muncul pula Computer Assisted Learning (CAL), Computer
Based Learning (CBL), Computer Assisted Personalized Assigment
(CAPA), dan Intelligent Tutoring System (ITS). CAI adalah
pembelajaran dengan menggunakan alat bantu komputer, seperti
untuk presentasi, sebagai alat peraga dan sebagainya.

9.2.3.1 Bentuk-bentuk Penggunaan Komputer untuk


Pembelajaran
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat
bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media
juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan
media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola
bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:
1. Penggunaan Multimedia Presentasi
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-
materi yang bersifat teoritis, digunakan dalam pembelajaran
klasikal dengan kelompok belajar yang cukup banyak diatas 50
orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 61

proyektor yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan


media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks,
video, animasi, image, grafik dan suara menjadi satu kesatuan
penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas
belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang
memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik.
Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi
dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat
menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh
perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu
produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian
bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor,
chard video, sound chard serta perkembangan proyektor digital
(digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi
dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam kepentingan
dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai
karakteristik audien. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan
besar pada tren metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan
untuk mengajar di jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan
komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan
menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk multimedia
proyektor (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga
dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti
over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah
lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang
belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah
memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan
bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut
pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu
metode pembelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi
paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat
yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat
basar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam
62 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-


teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang
presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan
perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya
tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan
para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam
media presentasi yang berbasis komputer.
2. Multimedia Interaktif
Secara umum multimedia interaktif disajikan dalam bentuk
CD, sehingga sangat cocok dalam pembelajaran individual. Manfaat
dari pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif
antara lain:
a. Mendorong siswa belajar secara mandiri.
b. Membantu siswa meningkatkan pemahaman materi.
c. Membantu dan mendorong guru dalam menjelaskan hal-hal
yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multimedia
terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound,
animasi, video, teks dan grafis.
Beberapa model multimedia interaktif berbasis komputer
yaitu:
a. Model Drill: Model drill dalam CBI pada dasarnya merupakan
salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang lebih kongkret melalui penciptan
tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana
yang sebenarnya. Biasanya dalam bentuk latihan soal-soal.
b. Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan
program pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa
program komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran
dan evaluasi pembelajaran. Metode tutorial dalam CBI pola
dasarnya mengikuti pengajaran berprogram tipe branching
dimana informasi atau mata pelajaran disajikan dalam unit-
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 63

unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan dan respon jawaban


dari komputer.
c. Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya
merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui
penciptaan simulasi-simulasi dalam bentuk pengalaman yang
mendekati suasana yang sebenarnya.
d. Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan
atas “pembelajaran yang menyenangkan”, dimana peserta
didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan
permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan
Instructional Games.
BAB 10

MEDIA PEMBELAJARAN DAN


PERALATAN UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

10.1 Ruang Lingkup


Ruang lingkup media pembelajaran segregatif atau inklusif
sebaiknya mencakup semua jenis media pembelajaran untuk
semua peserta didik termasuk didalamnya anak berkebutuhan
khusus, seperti; tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, tunawicara, tunaganda, HIV/AIDS, gifeted, talented,
kesulitan belajar, lamban belajar, autis, korban penyalahgunaan
narkoba, indigo, dan lain sebagainya.
Sementara itu bentuk atau tampilan media pembelajarannya sendiri
dapat berupa:
1. Gambar (bagan, diagram, penampang, gambar situasi, notasi)
2. Kartu
3. Model (tiruan benda, binatang, tumbuhan, manusia)
4. Komponen alat (komponen mandiri, komponen rakitan)
5. Instrumen (quesioner, skala sikap, observasi)

64
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 65

Bentuk dan tampilan media pembelajaran sedapat mungkin dari


yang nyata sampai yang abstrak, sebagai contoh:
1. Benda asli
2. Model (benda tiruan)
3. Benda tiga dimensi
4. Foto
5. Gambar
6. Skema (sketsa)
7. Tulisan
8. Suara dan lain-lain
Sampai saat ini kebutuhan akan media pembelajaran bagi
peserta didik terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus
termasuk sekolah penyelenggara pendidikan segregatif atau
inklusif dirasakan belum memadai. Oleh karena itu dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan, maka media pembelajaran
diupayakan sesuai dengan yang diharapkan. Disinilah pentingnya
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring terhadap pengadaan
dan pengelolaan media pembelajaran pada sekolah-sekolah
penyelenggara pendidikan segregatif atau inklusif.

10.2 Perencanaan
Dalam merencanakan pengadaan media pembelajaran di
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi agar sesuai dengan
materi pelajaran, kondisi serta potensi peserta didik, maka perlu
memperhatikan kriteria-kriteria antara lain:
1. Kriteria Umum
a. Segi edukatif
Segi edukatif berarti bahwa media pembelajaran harus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang harus mengacu
kepada kompetensi yang diharapkan, materi, metode
pembelajaran dan sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan
pendidikan serta tingkat perkembangan anak.
66 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

b. Segi teknis
Segi teknis meliputi kebenaran media (validity), ketepatan
ukuran media, ketelitian media, keamanan dan kemudahan
penggunaan, keawetan dan ketahanan serta kejelasan
panduan.
c. Segi estetika
Segi estetika menyangkut bentuk dan warna. Bentuk dan
warna yang menarik dan estetik (indah) akan dapat menjadi
daya tarik bagi peserta didik.
d. Efektivitas dan efisiensi
Media pembelajaran yang efektif dan efisien adalah apabila
penggunaan media pembelajaran tersebut dapat menghemat
waktu, tenaga dan tepat mencapai sasaran atau tujuan.
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus adalah kriteria yang dituangkan dalam bentuk
spesifikasi media yang biasanya meliputi bentuk, ukuran, bahan,
dan warna dari media pembelajaran tersebut yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
pengadaan media pembelajaran yaitu perlu dilakukan analisis
kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi yang
diharapkan, materi pembelajaran, strategi dan metode yang akan dipakai.
Contoh analisis kebutuhan media pembelajaran:
Mata Pelajaran : ..................................................
Satuan Pendidikan : ..................................................
Kelas : ..................................................
Kompetensi/ Media Pembelajaran yang Dibutuhkan
Materi Metode Ket.
Sub Komptnsi Nama Bentuk Ukuran Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 67

Secara umum langkah-langkah dalam merencanakan


pembuatan media untuk anak berkebutuhan khusus baik di
sekolah luar biasa atau khusus maupun sekolah inklusif adalah
sebagai berikut:
1. )dentifikasi karakteristik dan kebutuhan siswa.
2. Perumusan tujuan pembelajaran (instructional objective).
3. Perumusan butir-butir materi yang terperinci.
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
5. Menuliskan media.
6. Merumuskan instrumen dan tes serta revisi (Budianto, dkk:
2009).

10.3 Karakteristik Anak Berkubutuhan Khusus, Kebutuhan


Pendidikan dan Media Pembelajarannya
10.3.1 Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Tunanetra
memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1
meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang
mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20o (Heward &
Orlansky, 1988: 296).
Tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan antara
lain:
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka
yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi
mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan
dan mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
menggunakan fungsi penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka
yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan
68 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan


biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat.
Dari karakteristik tunanetra tersebut di atas, tunanetra
memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Keterbatasan dalam memahami konsep visual dan pengalaman
baru.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan
khususnya lingkungan yang baru.
3. Keterbatasan mengorientasi dan mobilitas di tempat yang baru.
Untuk itu pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada:
1. Pemberian pengalaman yang bersifat konkret.
2. Pemberian pengalaman yang bersifat mendeskripsikan
konsep visual.
3. Pemberian pembelajaran terpadu antara teori dengan praktik
sehingga memiliki konsep yang utuh.
4. Pengalihan fungsi indera dari indera penglihatan menjadi
indera peraba (taktual).
Alat atau media yang dibutuhkan oleh anak tunanetra antara
lain:
1. Alat Bantu Pembelajaran/Akademik
Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain pada
gambar berikut ini:
a. Reglet plastik kecil dan pena
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 69

b. Reglet stainless kecil dan pena

c. Reglet stainless besar dan pena

d. Keyboard Braille

e. Abacus
70 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

f. Riglet generasi baru

g. Penggaris Braille

h. Alat berhitung permulaan

i. Penggaris busur derajat Braille


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 71

j. Jam peraga

k. Meteran Braille

l. Kotak berhitung Braille

m. Kertas Braille
72 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

n. Papan baca dan tulis Braille (Braille text)

o. Al Quran 30 juz Braille

p. Buku-buku dengan huruf Braille

q. Botol aroma
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 73

r. Printer Braille - Romeo50

s. Printer Braille ET Juliet

t. Mesin ketik Braille - Perkins Brailler

u. Gelas rasa
74 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

v. Braille kit

w. Blokies (kubus matematika)

2. Alat Bantu Auditif


Alat pendidikan untuk alat bantu auditif antara lain pada
gambar berikut ini:
a. Talking books (buku bicara)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 75

b. Kaset dan walkman

c. CD Bicara/Victor Reader

d. Kamus bicara

e. MP3 Player/Recorder
76 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

f. View scan

g. Radio

h. Software Braille dan Talking Sreen Reader

i. Komputer bicara
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 77

j. Jam dinding bicara

k. Talking watch

l. Alat-alat musik
78 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

m. Kompas bicara

n. Kalkulator bicara

3. Alat Latihan Fisik


Alat bantu latihan fisik antara lain pada gambar berikut ini:
a. Catur tunanetra
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 79

b. Tenis meja tunanetra

c. Bola bunyi

d. Papan keseimbangan

e. Alat-alat masage
80 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

f. Braille bridge cards

g. Power rider

h. Static bycicle

i. Domino timbul
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 81

4. Alat Peraga Taktual


Alat peraga taktual yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui
perabaan seperti pada gambar-gambar berikut ini:
a. Benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing,
ayam, ikan hias), tubuh anak itu sendiri, tumbuhan/tanaman, alat
elektronik, kaset, dan sebagainya.

b. Benda asli yang diawetkan: binatang liar (buas) atau yang


sulit di dapatkan

c. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)


82 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

d. Benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat


pernafasan, dll.

e. Gambar timbul sesuai dengan bentuk asli; grafik, diagram, dll.

f. Peta timbul; provinsi, pulau, negara, daratan, benua.

g. Topografi timbul
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 83

h. Globe timbul

i. Papan paku

j. Papan grafik

k. Papan geometri
84 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

l. Torso anatomi tubuh manusia

m. Alat Peraga KESPRO

n. Puzzle Ball

5. Alat Asesmen
Alat asesmen seperti pada gambar-gambar berikut ini:
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 85

a. Survival lens set

b. Ishihara test

c. Snellen chart

d. Snellen chart electronics


86 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

e. Trial lens set

6. Alat Orientasi Mobilitas


Alat orientasi mobilitas seperti pada gambar-gambar berikut ini:
a. Tongkat panjang

b. Tongkat lipat

c. Tongkat elektrik
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 87

d. Blind fold

e. Bel

f. Lonceng

g. Pelindung kepala
88 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

h. Miniatur rumah (bagian-bagian rumah)

i. Gambar timbul skematik, denah, dll.

10.3.1.1 Low Vision


Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO),
seseorang dikatakan low vision apabila:
1. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah
dilakukan pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi
refraksi standart (kacamata atau lensa).
2. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai
dapat menerima persepsi cahaya.
3. Luas penglihatan kurang dari derajat dari titik fiksasi.
4. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk
perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 89

Alat atau media yang dubutuhkan oleh anak tunanetra antara


lain:
1. Alat Bantu Visual Optik
a. Kacamata perbesaran

b. Kacamata

c. Syand magnifier

d. Hand magnifier
90 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

e. Magnifer lens set

f. Mikroskop

g. Teleskop

h. CCTV (Closed Circuit Television)


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 91

i. Televisi

j. Prism monocular

k. Typoscope

l. Screen Reader Lens


92 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

m. Proyektor

2. Alat Bantu Visual Non Optik


a. Kertas bergaris tebal

b. Metal writting guide kit

c. Spidol hitam
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 93

d. Pensil hitam tebal


e. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar

f. Penyangga buku

g. Lampu senter
94 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

h. Lampu meja

i. Bingkai untuk menulis dan menggambar

j. Color sorting box

k. Lampu warna-warni
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 95

3. Alat Peraga
a. Gambar-gambar yang diperbesar.
b. Benda asli; makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing,
ayam, ikan hias, dsb), anggota tubuh anak itu sendiri,
tumbuhan (tanaman), elektronik, kaset.
c. Benda asli yang diawetkan; binatang liar (buas) atau yang
sulit di dapatkan.
d. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium).
e. Benda (model) tiruan; model kerangka manusia, model alat
pernafasan.

10.3.1.2 Tenaga Ahli yang Terlibat dalam Pendidikan bagi


Anak Tunanetra
. Guru dengan kualifikasi:
a. Sarjana (S-1) PLB
b. Pasca Sarjana (S-2) PLB
c. Sarjana (S-1) bukan PLB tetapi memiliki latar belakang
keahlian tertentu/khusus yang dibutuhkan anak tunanetra,
seperti; Pendidikan Agama, Musik, Massage.
d. Guru sekolah umum yang diberi training minimal 6 bulan.
2. Psikolog
Psikolog diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan intelegensi anak tunanetra. Disamping itu membantu
guru dalam assesment. Tujuan assesment adalah untuk mengetahui
sejauh mana potensi dan kekurangan/hambatan yang dimiliki anak
tunanetra, sehingga dapat diketahui apa kebutuhan anak tunanetra
dalam proses pembelajaran.
3. Dokter mata
Rekomendasi dari dokter mata sangatlah diperlukan bagi
lembaga penyelenggara pendidikan tunanetra. Seorang dokter
mata memiliki kewenangan untuk menentukan bahwa seseorang
memiliki hambatan dalam penglihatan.
96 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

4. Optometris
Kemampuan penglihatan anak tunanetra dapat dikatehui salah
satunya dari hasil assessment klinis yang dilakukan oleh seorang
optometris. Kondisi anak tunanetra dapat diketahui melalui laporan
hasil assessment, misalnya:
a. ketajaman penglihatan,
b. lapang pandang,
c. kebutuhan media baca tulis,
d. alat bantu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak,
e. alat peraga yang dibutuhkan,
f. penempatan di dalam kelas.

10.3.2 Tunarungu
10.3.2.1 Anak Tunarungu
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar
pada umumnya. Orang akan mengetahui bahwa anak penyandang
ketunarunguan pada saat berbicara tanpa suara atau dengan
suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya atau bahkan tidak
berbicara sama sekali, mereka hanya berisyarat.
Ketunarunguan yang berdampak kepada kemiskinan bahasa
dan hambatan dalam berkomunikasi, dianggap menyulitkan orang
lain termasuk dalam layanan pendidikannya. Hal ini dapat dibuktikan
terutama di Indonesia, hingga kini layanan pendidikan bagi anak
tunarungu sebagian besar bersifat segregatif, yaitu pelayanan
pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus yang terpisah
dari satuan pendidikan pada umumnya. Wujud dari pendidikan
segregatif ini adalah yang lazim dikenal Sekolah Khusus (SKh) atau
Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sistem segregatif ini baik, jika hanya untuk kepentingan
pembelajaran, namun jika sampai kepada layanan pendidikan,
segregatif tentu saja akan merugikan anak. Mereka akan kehilangan
haknya untuk belajar, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 97

teman sebayanya yang mendengar. Sistem pendidikan segregatif


(SKh) sangat tidak membantu perkembangan sosialitas peserta didik.
Sehingga tetap sulit bagi anak khusus, khususnya anak tunarungu
yang sudah tamat dari SKh untuk dapat diterima sebagai anggota
masyarakat. Hal ini merupakan akibat dari adanya penyederhanaan
strategi pembelajaran yang tidak memperhitungkan bahwa pergaulan
antar peserta didik dalam komunitasnya merupakan bentuk proses
pembelajaran natural yang seharusnya tidak boleh diabaikan.
Berdasarkan tingkat kerusakan atau kehilangan kemampuan
mendengar percakapan (bicara) orang digolongkan dalam 5
kelompok, yaitu:
a. Sangat ringan: 27 – 40 dB
b. Ringan: 41 – 55 dB
c. Sedang: 56 – 70 dB
d. Berat: 71 – 90 dB
e. Ekstrim: 91 dB ke atas tuli

10.3.2.2 Karakteristik Ketunarunguan


Kognisi anak tunarungu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah
dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar.
2. Namun kemampuan IQ anak tunarungu sama dengan anak
mendengar.
3. Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah
daripada anak mendengar terutama pada informasi yang
bersifat suksesif atau berurutan.
4. Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan
anak mendengar tidak ada perbedaan.
5. Daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan,
walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah.
Dengan demikian, pendidikan bagi tunarungu harus mengacu
pada:
1. Pemberian pembelajaran yang bersifat konkret.
98 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2. Penyampaian materi pembelajaran disampaikan dengan


bahasa yang sederhana, lugas dan menggunakan kalimat yang
tidak terlalu panjang.
3. Pengenalan kosakata baru yang relevan dengan materi
pembelajaran untuk menambah kosakata anak tunarungu.
4. Pembelajaran dilakukan dengan praktik untuk membantu
pemahaman konsep pembelajaran.
5. Pembelajaran disajikan dengan lebih mengoptimalkan
penggunaan media visual (gambar atau video) untuk
membantu memahami pemahaman yang bersifat verbal.

10.3.2.3 Sarana Fisik Sekolah


Dalam membangun kampus pendidikan khusus untuk anak
tunarungu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara
lain:
1. Karakteristik
Faktor edukasi harus menjadi titik tolak perencanaan bentuk
sekolah harus diciptakan dalam hubungan yang harmonis dengan
tujuan yaitu untuk mengembangkan potensi anak tuna rungu
semaksimal mungkin termasuk didalamnya beberapa persyaratan
pedagogi yang bersifat umum dan khusus antara lain:
a. Suasana yang tentram, tidak berdekatan dengan pasar atau
bengkel, pabrik-pabrik. Suasana yang ramai dari hiruk pikuk
dengan segala macam bunyian yang merusak telinga tidak
menguntungkan anak-anak tuli apa lagi kalau anak tuli itu
sedang mengadakan latihan mendengar dengan hearing aid.
b. Tanah yang disediakan selain untuk membangun juga cocok
bagi latihan berkebun, beternak dan sebagainya.
c. Adanya fasilitas air dan listrik yang dapat menjadi penunjang
sarana pendidikan.
2. Bangunan-bangunan yang diperlukan di sekolah pendidikan
khusus tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Ruang belajar
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 99

1) Ruang teori

2) Ruang bina wicara

3) Ruang latihan mendengar (ruang training 1 ruang)

4) Ruang audiologi
100 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

5) Ruang observasi

6) Ruang laboratorium
7) Ruang keterampilan putri
8) Ruang keterampilan putra
9) Ruang serba guna/kesenian
b. Ruang penunjang
1) Ruang perpustakaan
2) Ruang bimbingan dan penyuluhan
3) Ruang klinik ruang dokter anak, dokter THT dan psikolog
4) Ruang UKS
5) Ruang audiometer
6) Ruang pameran
7) Ruang kepala sekolah
8) Ruang tata usaha
9) Ruang guru
10) Ruang ibadah
11) Gudang
12) Kamar mandi murid
13) Kamar mandi guru
14) Ruang koperasi (kantin)
15) Ruang tunggu atau bangsal pertemuan
16) Bangsal kendaraan
17) Rumah penjaga
18) Ruang latihan keterampilan menjahit, seni lukis,
pekerjaan tangan, perbengkelan, dan koleksi hasil
pekerjaan tangan
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 101

19) Rumah kepala sekolah


20) Ruang guru

10.3.2.4 Tata Letak Ruang


1. Ruang-ruang di Sekolah
a. Ruang kelas biasa. Bangunan dan ruang kelas untuk anak
tunarungu dan anak normal pada umumnya tidak berbeda
dengan sekolah umum yaitu bangunan harus kokoh, udara
harus cukup untuk anak dan selalu segar karena ventilasi
yang sempurna, dinding dan lantai harus kering tidak
boleh lembab, penerangan harus cukup dan cahaya dari
luar hendaknya datang dari sebelah kiri anak. Persyaratan
mengenai papan tulis dan bentuk bangku yang tidak
membahayakan kesehatan anak.
b. Ruang latihan bicara dan ruang audiometri. Agar tidak
terganggu oleh anak-anak lain pada saat pelajaran latihan
bicara diberikan dalam suatu ruang khusus, cukup untuk
1 guru 2 anak dan alat-alat yang diperlukan. Jika ruangan
latihan bicara sekaligus dipakai untuk latihan mendengar
dengan menggunakan alat bantu dengar, sebaiknya dinding
ruang dilapisi dengan peredam suara semacam gabus/
stereofoam.
c. Ruang audiometri, yaitu ruang untuk keperluan meneliti
dan mengukur (sisa) pendengaran dengan audimeter,
merupakan ruang khusus yang letaknya jauh dari sumber
kegaduhan. Ruang itu dibuat kedap suara sedemikian
rupa sehingga tidak ada suara yang dapat masuk ke dalam
ruangan. Dinding dibagian dalam sebaiknya dilapisi bahan
peredam suara.

10.3.2.5 Sarana Pendidikan


1. Alat Pendidikan Khusus
Berhubung dengan ketulian yang diderita, maka sangat
102 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

diperlukan alat bantu khusus untuk meningkatkan potensi yang


masih dapat diperbaiki dan dikembangkan terutama masalah
komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun
tulisan.
Kebutuhan minimal alat kebutuhan khusus di Sekolah Luar
Biasa untuk anak-anak tunarungu antara lain:
a. Audiometer
Yaitu alat penelitian yang dapat mengukur segala aspek
dari pendengaran seseorang. Dengan audiometer dapat
dibuat sebuah audigram yang dapat memberitahukan angka
dari sisa pendengaran anak.

b. Alat bantu mendengar (Hearing Aid)


Dengan mempergunakan alat bantu dengar (hearing
aid) perorangan dan alat bantu dengan (group hearing
aid) kelompok, anak-anak tunarungu diberikan latihan
mendengar. Latihan-latihan tersebut dapat diberikan secara
individual atau secara kelompok.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 103

c. Cermin
Untuk memberikan contoh-contoh ucapan dengan
artikulasi yang baik diperlukan sebuah cermin. Dengan
bantuan cermin kita dapat menyadarkan anak terhadap posisi
bicara yang kurang tepat. Dengan bantuan cermin kita dapat
mengucapkan beberapa contoh konsonan, vokal dan kata-kata
atau kalimat dengan baik.

2. Alat Bantu Wicara (Speech Trainer)


Speech trainer ialah sebuah alat elektronik terdiri dari
amplifaer, headphone dan microphone. Gunanya untuk memberikan
latihan bicara individual. Bagi yang masih mempunyai sisa
pendengaran cukup banyak akan sangat membantu pembentukan
ucapannya. Bagi yang sisa pendengarannya sedikit akan membantu
dalam pembentukan suara dan irama.
104 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

3. Alat Peraga
Untuk memperkaya perbendaharaan bahasa anak hendaknya
jangan dilupakan alat-alat peraga tradisional seperti:
a. Miniatur binatang-binatang
b. Miniatur manusia
c. Gambar-gambar yang relevan
d. Buku perpustakaan yang bergambar
e. Alat-alat permainan anak
Sesuai dengan kemampuan anak tunarungu dalam kurikulum
lebih diutamakan mata pelajaran keterampilan yang menuju
kearah irama. Untuk itu diperlukan alat-alat keterampilan untuk
pria dan atau wanita antara lain sebagai berikut:
a. Alat pertukangan
b. Alat pertanian
c. Alat perbengkelan
d. Alat tenun
e. Alat masak memasak
f. Alat jahit menjahit
g. Alat salon kecantikan
h. Alat potong rambut (barber shop)
i. Ukir
j. Anyam
k. Sablon
l. Tata boga
m. Peternakan
n. Keramik

4. Alat Asesmen
a. Scan tes
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 105

b. Garputala

c. Bunyi–bunyian: gendang, krincingan, dll

d. Audiometer dan blanko audiogram


e. Sound level meter
106 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

f. Mobile sound proof

5. Alat Bantu Dengar (Hearing Aid)

a. Model saku


b. Model belakang telinga dan dalam telinga
1) Behind the Ear (BTE) adalah alat bantu dengar yang
dipasang pada bagian belakang telinga dan dihubungkan
ke earmould yang dipasang tepat ditelinga luar.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 107


2) In the Ear (ITE) atau model dalam telinga adalah alat
bantu dengar model dalam telinga (In the ear aids)


3) In the Canal (ITC) adalah alat bantu dengar bentuk kanal
tersebut terdiri atas dua jenis yaitu ITC dan ICC. Alat
bantu dengar jenis ITC bentuk dan ukurannya dapat
disesuaikan dengan penggunanya. Alat bantu jenis ini
relatif berukuran kecil. Jenis lain adalah ICC. Alat ini
terletak di dalam saluran telinga.


4) Completely in the Canal (CIC) adalah jenis alat bantu
dengar ini berukuran lebih kecil yang diletakan agak ke
dalam lubang telinga. Dilengkapi dengan tangkai mini
sehingga memudahkan pemasangan dan pelepasan.
108 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


5) Cochlear Implant adalah sebuah alat elektronik kecil
yang dapat membantu orang untuk mendengar. Implan
ini biasanya digunakan pada tunarungu ataupun orang
yang kesulitan mendengar. Cochlear implant tidak sama
dengan hearing aid (alat bantu dengar) karena alat ini
ditanamkan dengan pembedahan dan bekerja dengan cara
yang berbeda. Tidak seperti alat bantu dengar (hearing
aid), cochlear implant tidak memperkuat suara, akan
tetapi bekerja secara langsung merangsang fungsi nervus
auditorius di dalam koklea menggunakan medan listrik.
Bagian cochlear implant ada dua yaitu bagian pertama
komponen eksternal yang bertempat di belakang telinga
dan bagian kedua yang ditanamkan secara bedah dibawah
kulit kepala (bagian temporal).


6) Bone Conducting Implant (Implan Hantaran Tulang)
digunakan untuk penderita dengan gangguan pendengaran
konduktif dan memiliki masalah otologi, misalnya masalah
otitis media dan kelainan telinga luar.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 109


c. Model kacamata

d. Group hearing

e. Loop induction system


110 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

6. Alat Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)


a. Speech trainner and sound simulation


b. Spatel

c. Alat latihan meniup (seruling, kapas, terompet, peluit)

d. Lampu aksen (kontrol suara)


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 111

e. Alat musik perkusi (gong, gendang, tamborin, triangle, drum)

f. Sikat terapi wicara

g. Cermin dan meja latihan wicara


112 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

7. Alat Bantu Belajar/Akademik

a. Miniatur benda

b. Finger Alphabet and Number System (Isyarat Bahasa


Indonesia/SIBI)


c. Finger Alphabet and Number (Bahasa Isyarat Indonesia/
BISINDO)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 113

d. Kartu kata

e. Kartu kalimat

f. Menara Lingkaran

g. Menara Segitiga atau Segi Banyak


114 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

h. Model Geometri

i. Globe

j. Peta dinding

k. Komputer dan gadget


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 115

l. Alat elektronik (TV/ VCD/ DVD)

m. Proyektor

n. Alat-alat drumband

o. Alat-alat olahraga
116 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

p. Jaringan ICT

10.3.2.6 Tenaga Ahli


Ahli-ahli yang diperlukan antara lain:
1. Dokter THT (dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan)
Bertugas mengevaluasi hidung, tenggorokan dan telinga,
untuk menetapkan apakah organ-organ tersebut berfungsi normal,
apakah terjadi pembesaran tonsil, terjadi infeksi dan apakah ada
kelainan pada organ pendengaran tersebut.
2. Audiometris
Bertugas memeriksa derajat sisa pendengaran anak,
memeriksa anak mendengar dengan kondisi hawa atau dengan
kondisi tulang, ia juga menentukan sisa pendengaran pada telinga
kiri dan kanan serta menentukan jenis alat.
3. Psikolog
Bertugas menentukan tingkat kecerdasan anak, menentukan
kalainan-kelainan psikologis lainnya yang berpengaruh negatif
pada diri anak misalnya perkembangan kepribadian anak,
kemampuan ingatan anak, kemajuannya di sekolah, tingkah laku
anak, keadaan emosinya dan sebagainya.
4. Pekerja Sosial
Bertugas mengumpulkan data terutama yang berhubungan
dengan latar belakang sosial anak problem-problem yang terjadi
hubungan antar keluarga, latar belakang ekonomi keluarganya,
sikap sosial anak, orangtua dan masyarakat sekitar.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 117

5. Orto Pedagogis
Seorang ahli pendidikan anak luar biasa bertugas dan
berwenang menentukan jenis program pendidikan untuk setiap
kelompok anak tunarungu. Bimbingan dan Penyuluhan selama
anak mengikuti pendidikan di sekolah perlu diselenggarakan
bimbingan dan penyuluhan yang positif dalam berbagai
keaktifan hidup mereka. Bimbingan dan penyuluhan tersebut
bertujuan memberikan kemampuan kepada anak supaya dapat
menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi mereka dalam bermacam-macam situasi bimbingan dan
penyuluhan yang diperlukan antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
b. Bimbingan dan penyuluhan dalam kejuruan/kerja
c. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi sosial/
kemasyarakatan
d. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi pribadi
e. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi kesehatan

10.3.3 Tunagrahita
American Asociation on Mental Deficiency (AAMD) dalam
B PTKSM, p. , mendefinisian tunagrahita sebagai kelainan:
1. Meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-
average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes.
2. Muncul sebelum usia 16 tahun.
3. Menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian tunagrahita menurut Japan League for
Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai
berikut:
1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan
tes inteligensi baku.
2. Kekurangan dalam perilaku adaptif.
3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi
hingga usia 18 tahun.
118 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dari karakteristik tunagrahita tersebut di atas, tunagrahita


memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Keterbatasan dalam memahami konsep yang bersifat abstrak.
2. Keterbatasan dalam mamahami pembelajaran yang bersifat
teoritis.
3. Mudah merasakan kejenuhan dalam pembelajaran
4. Keterbatasan dalam hal interaksi sosial.
5. Memiliki usia kronoligis yang lebih tua dibandingkan usia
mentalnya.
6. Pada umumnya memiliki limit dalam hal kemampuan kognitif
untuk menerima pembelajaran yang bersifat akademis
disebabkan oleh rendahnya IQ.
Untuk itu, pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada:
1. Pemberian pembelajaran yang bersifat konkrit dan
realistik (langsung diperlihatkan pada situasi dan kondisi
sesungguhnya).
2. Pemberian pembelajaran dilakukan dengan banyak melakukan
praktik menggunakan alat peraga sesugguhnya.
3. Pembelajaran dan setting kelas dikondisikan sedimikian rupa
sehingga tercipta suasana bermain sambil belajar.
4. Pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan interaksi sosial dengan berbagai macam
pendekatan dan strategi pembelajaran.
5. Pembelajaran dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
psikologis dalam hal menyikapi usia kronologis dan aspek
kognitif dalam menyikapi hal usia mental.
6. Pembelajaran tidak menitikberatkan pada aspek akademis
melainkan pada kemampuan kemandirian dalam mengurus dan
merawat diri, berinteraksi dengan lingkunga dan keterampilan
sebagai modal untuk mencari penghidupannya kelak.
Alat atau media yang dubutuhkan oleh anak tunagrahita
antara lain:
1. Alat Assesmen
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 119

a. Tes intelegensi (WISC-R)

b. Tes intelegensi Stanford Binet

c. Cognitive visual
2. Alat Sensori Visual
a. Gradasi Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran
yang bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman
perbandingan ukuran).
b. Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang
bervariasi satu warna).
c. Gradasi Balok 2.
120 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

d. Silinder 1 (bentuk silinder untuk melatih motorik mata dan


tangan pada usia dini).
e. Silinder 2

f. Gradasi Silinder (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran


dan warna yang bervariasi untuk melatih kemampuan/
pemahaman warna dan ukuran silinder)
g. Menara segitiga

h. Box Shape
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 121

i. Multisensori (Sensory Integration Room)

j. Puzzle Binatang

k. Puzzle Konstruksi
122 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

l. Puzzle Bola

m. Box Sortir Warna

n. Puzzle Set

3. Latihan Sensori Perabaan


a. Keping Raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dan
tekstur bervariasi)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 123

b. Keping Raba 2/Gradasi keping (keping-keping benda dengan


ukuran dan tekstur/tingkat kehalusan tinggi)

c. Keping Raba 3/Gradasi Kain (berbagai kain dengan tingkat


kekasaran/pakan/serta kain yang bervariasi)

d. Alas Raba/Tactile Footh (melatih kepekaan kaki pada lantai


yang dikasarkan)
124 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

e. Fub and Hand (Siluet tangan dan kaki)

f. Tactila (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi


tactual dan visual)

4. Sensori Pengecap dan Perasa


a. Gelas Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur
tingkat sensitifitas rasa

b. Botol Aroma (Botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur


tingkat sensitifitas bau
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 125

c. Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan)

d. Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit )

5. Latihan Bina Diri


a. Berpakaian (bentuk kancing)
126 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

b. Berpakaian (bentuk resleting)

c. Berpakaian (bentu tali)

d. ADL Training Equipment


1) ADL Training Equipment Used in Occupational Therapy
(untuk melatih kemampuan mengoperasikan jendela dan
pintu)

2) Dressing Frame Sets (rangkaian pemasangan pakaian


kancing, resleting dan tali dikemas dalam satu bingkai)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 127

3) Door Latch Frame Set (untuk melatih kemampuan


membuka dan menutup aneka peralatan yang dilengkapi
system pengunci)

4) Electro Equipment Frame Set (untuk melatih kemampuan


menggunakan aneka saklar dan stop kontak elektronika)

e. Alat-alat mandi
128 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

f. Alat-alat merias diri

g. Perlengkapan pakaian

h. Perlengkapan rumah tangga

i. Alat-alat keterampilan: pertukangan/kerajinan kayu, pertanian,


peternakan, perikanan, perkebunan, dan tata boga
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 129

j. Alat-alat olahraga

k. Alat-alat kesenian

6. Konsep dan Simbol Bilangan


a. Keping pecahan (peraga bentuk lingkaran yang menunjukkan
bagian benda yang bernilai pecahan)

b. Balok bilangan (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan


satuan)
130 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

c. Balok bilangan (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan


puluhan)

d. Geometri Tiga Dimensi

e. Abacus (alat untuk melatih pemahaman konsep bilangan dan


nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, dst)

f. Papan Bilangan /Cukes (untuk melatih kemampuan memahami


bilangan dan dasar-dasar operasi hitung)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 131

g. Tiang Bilangan /Seguin Bretter (papan bersekat dengan angka


puluhan dan nilai tempat)

h. Kotak Bilangan (kotak dilengkapi angka 1 s.d. 10)

i. Uang Asli

7. Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi


a. Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan
sesuai petunjuk gambar.
132 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

b. Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik


bentuk kotak)

c. Puzzle Konstruksi (puzzle bentuk kontruksi)

d. Rantai bentuk-bentuk bangun


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 133

e. Lego/Lazi

8. Alat Pengajaran Bahasa


a. Alphabet Loweincase

b. Alphabet Fibre Box

c. Pias Kata
134 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

d. Pias Kalimat

9. Latihan Perseptual Motor


a. Bak pasir

b. Papan keseimbangan

c. Gradasi Papan Titian


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 135

d. Keping keseimbangan

e. Power rider

10.3.4 Tunadaksa
Tunadakasa berasal dari kata “ tuna “ yang berarti rugi (kurang)
dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh
atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang
kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health
Impairments“ kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan . (al
ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia.
Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat
mengakibatkan sesuatu pada fisik atau tubuh, pada emosi atau
terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak
baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan
retardasi dari mental (tunagrahita). Pada dasarnya kelainan pada
136 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar,


yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan (2)
kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).

10.3.4.1 Karakteristik Anak Tunadaksa


Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan
penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk
bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak
tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah
laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung
merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
lingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa
problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain:
1. Kelainan perkembangan (intelektual)
2. Ganguan pendengaran
3. Gangguan penglihatan
4. Gangguan taktik dan kinestetik
5. Gangguan pesepsi
6. Gangguan emosi
Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain:
1. Latihan wicara (speech Therapy)
2. Fisioterapi
3. Occupational therapy
4. Hydro therapy
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak
normal lainnya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari fisik dan
psiko-sosial. Dari segi fisik, mereka dapat makan, minum, dan
kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu
bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan
rasa aman dalam beraktivitas, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari
orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapun unsur kesamaan
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 137

kebutuhan antara anak tunadaksa dan anak normal, karena pada


dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia.
Pandangan yang melihat anak tunadaksa dan anak normal dari
sudut kesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang
pandangan yang semata-mata mengekspos segi kekurangannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang sering melihat orang lain
tentang kelemahannya, sehingga yang muncul adalah kritik
atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kita melihat anak
tunadaksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu,
pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tunadaksa
perlu dimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan
dirinya yang baik semakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan
kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan
dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunasaksa.
Melalui pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Anak-
anak tunadaksa diharapkan memiliki masa depan yang tidak
selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat. Optimalisasi
pendidikan bagi tunadaksa harus mengacu pada:
1. Rehabilitasi medis (terapis) yang bersifat promotif, preventif
dan kuratif.
2. Rehabilitasi sosial yang berorientasi pada pembangunan mental
dan pemberian motivasi untuk menyikapi kondisi yang dihadapi
dan implikasinya dalam kehidupan.
3. Melakukan bimbingan dan konseling terhadap bakat, minat dan
kemampuan yang dimiliki anak tunadaksa.

10.3.4.2 Ketenagaan
1. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan untuk Pendidikan Luar Biasa bagian D
(tunadaksa) adalah guru yang secara khusus mempersiapkan diri
untuk mengajar anak tunadaksa yang mempunyai berbagai masalah
dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Tingkat Menengah.
138 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disamping itu juga dapat merencanakan dan melaksanakan tugas


pendidikan bagi anak yang sedang dalam perawatan karena
operasi.
a. Tenaga Guru yang diperlukan adalah :
1) Guru kelas atau guru bidang studi
2) Guru keterampilan
3) Guru agama
4) Guru olahraga
b. Persyaratan Tenaga Guru/Pendidik adalah:
1) Tamatan minimal sarjana pendidikan luar biasa dari IKIP/
Universitas.
2) Untuk guru agama dari S1 IAIN atau sederajat.
3) Untuk guru olahraga dari S1 IKIP atau Universitas.
4) Untuk guru keterampilan S1 IKIP/Universitas
5) Untuk guru bidang studi minimal S1 IKIP/Universitas dari
jurusan yang sesuai.

2. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk:
a. Remedial Teaching
Guru yang mendapat tugas khusus untuk remedial atau
bertugas memberi bimbingan dan penyuluhan.
b. Team Rehabilitasi
1) Dokter umum
2) Dokter anak
3) Dokter anak pediatry
4) Dokter orthopedic
5) Psikolog
6) Orthopedagogik
7) Speech therapist
8) Occupational therapist
9) Pekerja sosial
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 139

10.3.4.3 Alat atau Media Pembelajaran


Alat atau media pembelajaran yang dubutuhkan oleh anak
tunadaksa antara lain:
1. Assesment
a. Finger goniometer (alat ukur sendi daerah gerak)

b. Flexometer (alat ukur kelenturan)

c. Plastik goniometer (alat ukur sendi)

d. Anthropometrics
140 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

e. Reflex hammer palu untuk mengukur gerak reflek kaki

f. Postur evaluation set (mengukur posisi tubuh dan kelainan


tulang belakang)

g. Aesthesiometer

h. Ground rhytm timbre instrument


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 141

i. Cabinet geometri insert

j. Color sorting box

k. Collor sorting insert

l. Tactile board set


142 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

m. Kolam bola-bola

n. Bola besar

2. Alat Latihan Fisik


a. Pulley weight

b. Kanavel table
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 143

c. Squeeze ball

d. Exerciser Leg Restorator

e. Exerciser Hand Restorator

f. Arm Exerciser
144 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

g. Treadmill jogger

h. Safety walking strap

i. Straight Staircase

j. Sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi)

k. Pivotal Therapy System


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 145

l. Exercise mat

m. Incline mat

n. Wall mat

o. Neurodevelopment rolls
146 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

p. Height adjustable crawler

q. Floor sitter

r. Kursi khusus anak CP

s. Commode Chair & Kursi Toilet


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 147

t. Individual stand-in table

u. Standing-positioner-with-tray

v. Walking paralel

w. Walker khusus CP
148 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

x. Cerebral palsy wheelchair

y. Vestibular board

z. Balance beam set

aa. Dynamic body and balance


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 149

ab. Kolam bola-bola

ac. Vibrator

ad. Infrared lamp infra film

ae. Dual speed messager


150 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

af. Speed Training Devices

ag. Bola karet

ah. Balok berganda

ai. Balok titian

3. Alat Bina Diri


a. Swivel Utensil
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 151

b. Wrist Support

c. Adaptive Eating Utensils

d. Dressing Frame Set

e. Lacing Shoes

f. Mobile Shower Commodes (alat latih kloset berjalan)


152 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

4. Alat Orthotic dan Prosthetic


a. Cock-up resting splint

b. Rigit immobilization elbow brace

c. Ankle Immobilize

d. Flexion extention
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 153

e. Back splint/brace

f. X–splint

g. O–splint

h. Long leg brace set


154 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

i. Ankle or short leg brace

j. Simple cervical brace

k. Corset

l. Crutch (kruk)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 155

m. Walking Stick

n. Tripod Cane Set

o. Walker

p. Wheel Walker
156 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

q. Club foot walker shoes

r. Whell chair (kursi roda)

s. Kaki dan tangan palsu (protese)

5. Alat-alat Kesenian Musik


a. Sound system
b. LCD
c. Komputer
d. Handycam
e. Camera Photo
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 157

6. Alat -alat olahraga


7. Alat-alat keterampilan
8. Alat bantu belajar akademik (pada anak tunadaksa yang
mengalami kelambanan dalam hal belajar, media yang
dibutuhkan sama dengan media pada anak tunagrahita)

10.3.5 Tunalaras
Anak tunalaras, yang dimaksud disini adalah anak yang
mengalami hambatan atau kesulitan untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering
disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan (mengganggu)
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

10.3.5.1 Jenis Gangguan atau Hambatan


1. Gangguan Emosi
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan
emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih,
lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya
menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas.
Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada keadaan
dalam dirinya. Macam-macam gejala hambatan emosi, yaitu:
a. Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap suatu ancaman yang tidak
disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas obyeknya.
b. Takut, yaitu rekasi kurang senang terhadap macam benda,
mahluk, keadaan atau waktu tertentu. Pada umumnya
anak merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak, dan
sebagainya.
c. Gugup nervous, yaitu rasa cemas yang tampak dalam
perbuatan-perbuatan aneh. Gerakan pada mulut seperti
meyedot jari, gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh
sekitar hidung, seperti mencukil hidung, mengusap-usap atau
menghisutkan hidung. Gerakan sekitar jari seperti mencukil
158 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari. Gerakan


sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti
atau mencakar rambut. Demikian pula gerakan-gerakan
seperti menggosok-menggosok, mengedip-ngedip mata dan
mengrinyitkan muka, dan sebagainya.
d. Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang apabila orang
lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
e. Perusak, yaitu memperlakukan bedan-benda di sekitarnya
menjadi hancur dan tidak berfungsi.
f. Malu, yaitu sikap yang kurang matang dalam menghadapi
tuntunan kehidupan. Mereka kurang berang menghadapi
kenyataan pergaulan.
g. Rendah diri, yaitu sering minder yang mengakibatkan
tindakannya melanggar hukum karena perasaan tertekan.
2. Gangguan Sosial
Gangguan atau merasa kurang senang menghadapi
pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan
hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap
bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain,
keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak
milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat
mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.
Beberapa data tentang anak tunalaras dengan gangguan sosial
antara lain adalah:
a. Mereka datang dari keluarga pecah (broken home) atau
yang sering kena marah karena kurang diterima oleh
keluarganya.
b. Biasa dari kelas sosial rendah berdasarkan kelas-kelas
sosial.
c. Anak yang mengalami konflik kebudayaan yaitu, perbedaan
pandangan hidup antara kehidupan sekolah dan kebiasaan
pada keluarga.
d. Anak berkecerdasan rendah atau yang kurang dapat
mengikuti kemajuan pelajaran sekolah.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 159

e. Pengaruh dari kawan sekelompok yang tingkah lakunya


tercela dalam masyarakat.
f. Dari keluarga miskin.
g. Dari keluarga yang kurang harmonis sehingga hubungan
kasih sayang dan batin umumnya bersifat perkara.
Salah satu contoh, kita sering mendengar anak delinkwensi.
Sebenarnya anak delinkwensi merupakan salah satu bagian anak
tunalaras dengan gangguan sosial karena perbuatannya menimbulkan
kegoncangan ketidak bahagiaan atau ketidak tentraman bagi masyarakat.
Perbuatannya termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri,
menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap
ganja, anak kecanduan narkotika, dan sebagainya.

10.3.5.2 Teknik Mengenal Anak Tunalaras


Ada beberapa cara untuk menetapkan tunalaras, yaitu:
1. Psikotes
Psikotes dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan
gangguan emosi. Sedangkan alat tes yang lain yaitu tes proyektif
yang memiliki beberapa jenis tes yaitu :
a. Tes Rorchach. Tes ini memberikan gambaran mengenai
keseluruhan kepribadian, kelainan dan perlunya psikoterapi.
Gambaran ini ditafsirkan dari reaksi anak terhadap gambar-
gambar yang terbuat dari tetesan tinta.
b. Thematic Apperception Test (TAT). Tes ini memperlihatkan
berbagai situasi-emosi dalam bentuk gambar-gambar.
Gambaran kepribadian nampak dari tafsiran anak mengenai
situasi emosi tersebut untuk itu disediakan skala khusus.
c. Tes Gambar Orang. Dalam tes ini persoalan-persoalan
emosi nampak dari gambar yang harus dibuat oleh anak.
Gambarnya ialah seorang laki-laki dan seorang perempuan.
d. Dispert Fable Tes. Tes ini memberikan gambaran mengenai:
iri hati, rasa dosa, rasa cemas, tanggapan terhadap diri
sendiri, ketergantungan kepada orang tua, dan sebagainya.
160 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Yang berhak melakukan psikotes dan mengumumkannya


adalah psikolog, psikiater, dan counselor, atau orang lain di bawah
bimbingannya. Tenaga-tenaga ini ada yang membuka praktek
sendiri, ada pula yang tidak membuka praktek sendiri tetapi bekerja
di Fakultas Psikologi, Fakultas Kedokteran, Lembaga Kesehatan
Jiwa, Balai Bimbingan dan Penyuluhan, Biro Konsultasi Psikologi,
dan sebagainya.
2. Sosiometri
Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/
mengetahui suka atau tidaknya seseorang. Caranya ialah tanyakan
kepada para anggota kelompok siapa diantara anggotanya yang
mereka sukai. Setiap anggota hendaknya memilih menurut
pilihannya sendiri. Dari jawaban itu akan diketahui siapa yang lain
disukai oleh para anggota.
Perlu diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri adalah hasil
sementara yang perlu ditelaah lebih lanjut. Anak yang terpencil dalam
suatu saat belum tentu anak yang tunalaras, bahkan mungkin tidak
terpencil lagi dalam sosiometri berikutnya. Walaupun demikian,
sosiometri dapat dipakai bersama-sama dengan cara yang lain.
3. Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya
Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan jalan
membandingkan tingkah laku anak dengan tingkah laku anak pada
umumnya. Pekerjaan membandingkan boleh dilakukan oleh setiap
orang dewasa.

10.3.5.3 Alat atau Media Pembelajaran


1. Alat assesmen
a. Adaptive Behavior Inventory Child
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 161

b. AAMD Adaptve Behaveor Scale

2. Alat terapi perilaku


a. Puzzle (untuk melatih memecahkan masalah)

b. Sarung tinju (untuk menyalurkan rasa emosi)

c. Samsak
162 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

d. Hoopla (untuk latihan koordinasi mata dan tangan)

e. Matching game (untuk melatih mencocokkan)

f. Musik Instrumental (untuk melatih kepekaan,


kesenian, dan mengekspresikan musik)

g. Torso (untuk mengenal organ tubuh manusia)


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 163

h. Sand pits

i. Konsentrasi mekanik

. Alat-alat terapi fisik


4. Alat-alat keterampilan:
a. batik
b. bubut
c. pertukangan kayu
d. pertukangan batu
e. ukir
f. sablon
5. Alat-alat pertanian
a. peternakan
b. pertanian
c. perikanan
d. Alat-alat kesenian : musik dan tari
e. Alat-alat olahraga

10.3.6 Berkesulitan dan Lamban Belajar


Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya:
(1) learning disorder; (2) learning disfunction; (3) underachiever; (4) slow
164 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

learner, dan (5) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari
masing-masing pengertian tersebut.
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah
terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang
menuntut gerakan lemah-gemulai.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses
belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat pria, atau gangguan psikologis
lainnya. Contoh: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi
atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola voli, namun karena tidak
pernah dilatih bermain bola voli, maka dia tidak dapat menguasai
permainan voli dengan baik.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang
telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ= 130–140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat
dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 165

Media pembelajaran yang digunakan untuk anak yang


mengalami masalah lamban dan berkesulitan belajar sama dengan
media belajar yang digunakan anak tunagrahita.

10.3.7 Autis
Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak
yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial,
dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi
Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000).
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi
sosial (Mardiyatmi, 2000).
1. Tanda-tanda Anak Autistik
a. Komunikasi anak autistik
1) Sebagian tidak berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.
2) Tidak mampu mengekpresikan perasaan maupun keinginan.
3) Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya
kata-kata/bahasa mereka sukar dipahami maknanya.
d) Berbicara sangat lambat, monoton, atau tidak berbicara
sama sekali.
4) Kadang-kadang mengeluarkan suara-suara aneh.
5) Berbicara tetapi bukan untuk berkomunikasi.
6) Suka bergumam.
7) Dapat menghafal kata-kata atau nyanyian tanpa memahami
arti dan konteksnya.
8) Perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering tidak
tampak.
9) Komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menarik-narik
tangan orang lain untuk menyampaikan keinginannya.
b. Pergaulan anak austistik
1) Tidak ada kontak mata
166 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2) Menyembunyikan wajah
3) Menghindar bertemu dengan orang lain
4) Menundukkan kepala
5) Membuang muka
6) Hanya mau bersama dengan ibu atau keluarganya
7) Acuh tak acuh, interaksi satu arah.
8) Kurang tanggap isyarat sosial.
9) Lebih suka menyendiri.
10) Tidak tertarik untuk bersama teman.
11) Tidak tanggap (empati) terhadap reaksi orang lain atas
perbuatan sendiri.
c. Sikap anak autistik
1) Menarik diri
2) Seolah-olah tidak mendengar (acuk tak acuh/tambeng)
3) Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara
4) Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam.
5) Lebih senang menyendiri
6) Hidup dalam alam khayal (bengong)
7) Konsentrasi kosong
8) Menggigit-gigit benda
9) Menyakiti diri sendiri
10) Sering tidak diduga-duga memukul teman.
11) Menyenangi hanya satu/terbatas jenis benda mainan
12) Sering menangis/tertawa tanpa alasan
13) Bermasalah tidur/tertawa di malam hari
14) Memukul-mukul benda (meja, kursi)
15) Melakukan sesuatu berulang-ulang (menggerak-gerakkan
tangan, mengangguk-angguk dsb).
16) Kurang tertarik pada perubahan dari rutinitas
d. Kepekaan sensori integratif anak autistik
1) Sangat sensitif terhadap sentuhan ,seperti tidak suka dipeluk.
2) Sensitif terhadap suara-suara tertentu
3) Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
4) Sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitif terhadap rasa sakit.
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 167

e. Pola bermain anak autistik


1) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2) Kurang/tidak kreatif dan imajinatif
3) Tidak bermain sesuai fungsi mainan
4) Menyenangi benda-benda berputar, seperti kipas angin
roda sepeda, dan lain-lain.
5) Sering terpaku pada benda-benda tertentu
f. Emosi anak autistik
1) Sering marah tanpa alasan.
2) Sering mengamuk tak terkendali (temperantrum) bila
keinginan tidak dipenuhi.
3) Tiba-tiba tertawa terbahak-bahak atau menangis tanpa alasan.
4) Kadang-kadang menyerang orang lain tanpa diduga-duga.
g. Kondisi kognitif anak autistik
Menurut Penelitian di Virginia University di Amerika
Serikat diperkirakan 75–80% penyandang autis mempunyai
kemampuan berpikir di bawah rata-rata/retardasi mental,
sedangkan 20% sisanya mempunyai tingkat kecerdasan normal
ataupun di atas normal untuk bidang-bidang tertentu.
1) Sebagian kecil mempunyai daya ingat yang sangat kuat
terutama yang berkaitan denga obyek visual (gambar).
2) Sebagian kecil memiliki kemampuan lebih pada bidang
yang berkaitan dengan angka.
h. Terapi untuk anak autistik
Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
1) Terapi wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar
dapat berbicara lebih baik.
2) Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
3) Terapi bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui
belajar sambil bermain.
4) Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk
168 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh


dokter yang berwenang.
5) Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/
mengurangi tingkat gangguan autisme.
6) Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan
kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan,
perabaan)
7) Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan
pendengaran anak lebih sempurna
8) Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan
kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang
merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine
dan gliadorphine, allergen, dsb)
9) Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan
energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air.
10) Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan
emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.

2. Media untuk Anak Autis


a. Media pembelajaran di bidang akademik
1) Educard

2) Memory game
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 169

3) Smart card

4) Finger spacer

5) Reading tracker

6) Bangku khusus terapi

b. Peralatan untuk melatih koordinasi motorik


1) Solo grip
170 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2) Regular pencil grip

3) Streto grip

4) Ridged foam grip

5) Extreme gel grip


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 171

6) Triangular grip

7) Jumbo pencil grip

8) Medium CLAW

9) Squiggle wriggle pen


172 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

10) Super ferby graphite

11) Popcorn fork

12) Textured pop beads

13) Counting links

14) Giant nuts and bolts


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 173

15) Meronce packs

16) Rapper snapper

17) Easi grip blunt scissors

18) Stretchy
174 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

19) Linking cubes

c. Peralatan untuk melatih integrasi sensori


1) Sensory brush

2) Massage ball

3) Mini massager
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 175

4) Gym ball

5) Face up roller

6) Bola duri

7) REP putty
176 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

8) REP band

9) Peanut ball

10) Squeezer

11) Twister ring

12) Yuk e ball


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 177

13) Olive massage ball

d. Peralatan untuk melatih motorik organ bicara


1) Siren whistle

2) Duck call whistle

3) Mini harmonica
178 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

4) Two tone whistle

5) Lip whistle

6) Mini pan whistle

7) Slide whistle
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 179

8) Magic ball pipe

9) Kazoo

10) Toucha bubbles

11) Lip Block


180 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

12) Chewy tubes

13) REP tubing

14) ARK Z vibe tips

15) Infadent with case

16) Wooden tongue depressor


Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 181

17) Flavoured tongue depressor

18) Assorted straw

19) Whistle sipper

20) Horn

10.3.8 Anak Berbakat


Marland (1972 dalam Gallagher, l985) menyatakan bahwa
anak-anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh ahli
sebagai anak yang mempunyai potensi dan prestasi unggul.
182 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Sifat multidimensional keberbakatan dikemukakan oleh Renzuli


(1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model”
atau Three-Ring Conception tentang keberbakatan. Menurut Renzulli
keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu
kecakapan diatas rata-rata, kreativitas dan komitment pada tugas.
Secara lebih rinci Martison (1974) mengemukakan ciri anak
berbakat sebagai berikut:
1. Membaca pada usia lebih muda.
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas.
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
5. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa.
6. Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.
7. Menunjukan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik.
9. Dapat memberikan banyak gagasan.
10. Luwes dalam berpikir.
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
12. Mempunyai pengamatan tajam.
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati.
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
15. Senang mencoba hal-hal baru.
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
18. Cepat menangkap hubungan-hubungan sebab akibat.
19. Berperilaku terarah kepada tujuan.
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi).
22. Mempunyai daya ingat yang kuat.
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya.
. Peka sensitif dan menggunakan firasat intuisi .
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Alat atau media pembelajaran untuk anak berbakat adalah
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 183

sebagai berikut:
1. Alat assesmen
a. Test intelegensi WISC-R
b. Test intelegensi Stanford Binet
c. Cognitive Ability Test
d. Differential Aptitude Test
2. Sarana sebagai sumber belajar
a. Buku-buku perpustakaan
b. Internet/ICT (komputer)
c. CD, VCD, DVD, OHP
d. Kaset Rekaman
e. Slide Proyektor, LCD
f. Laboratorium MIPA
g. Laboratorium Bahasa
h. Alat-alat kesenian
i. Alat-alat olahraga
j. Handycam
k. Kamera digital
l. Studio musik atau kesenian
m. Alat-alat keterampilan seperti:
1) batik
2) bubut
3) pertukangan kayu
4) pertukangan batu
5) ukir
6) sablon
3. Alat-alat pertanian seperti:
a. peternakan
b. pertanian
c. perikanan
4. Alat-alat olahraga

10.4 Unsur Pelaksana


Komponen-komponen yang terkait dengan media pembelajaran
184 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

adalah sebagai berikut:


1. Sumber daya manusia
2. Bahan
3. Peralatan
4. Lingkungan
5. Teknik
6. Pesan

Sedangkan unsur pelaksana media pembelajaran dapat


diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru reguler
2. Guru Pendidkan Khusus
3. Dokter
4. Psikolog
5. Ahli pendidikan luar biasa
6. Ahli olah raga
7. Ahli gizi
8. Konselor
9. Sosial worker
10. Speechtherapy
11. Fisiotherapi
12. Ahli teknologi komunikasi (ICT) dan lain-lain

10.5 Evaluasi
Untuk mengetahui apakah media pembelajaran yang
digunakan efektif dan efisien, maka perlu dilakukan evaluasi secara
menyeluruh. Dalam evaluasi hendaknya mempertimbangkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) aspek yang terkait, yakni:
1. Evaluasi terhadap media pembelajaran
Apakah media pembelajaran berguna untuk menimbulkan
motivasi belajar peserta didik dan interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan.
2. Evaluasi terhadap pendidik (fasilitator)
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 185

Apakah pendidik (fasilitator) memiliki kemampuan


untuk menyampaikan pesan melalui media pembelajaran yang
digunakannya.
3. Evaluasi terhadap peserta didik.
Apakah media pembelajaran memungkinkan peserta didik
dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.

10.6 Faktor Pendukung


1. Adanya kepedulian pemerintah, baik pemerintah pusat,
propinsi maupun daerah untuk mendukung penyelenggaraan
pendidikan segregatif atau inklusif sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
2. Keterlibatan stakeholder sebagai penyelenggara pendidikan
yang menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
3. Adanya kepedulian pihak dunia usaha untuk menyediakan dan
memproduksi media pembelajaran yang dibutuhkan.

10.7 Faktor Penghambat


1. Terbatasnya dana untuk penyediaan media pembelajaran yang
dibutuhkan.
2. Minimnya kreativitas dikalangan masyarakat dalam menciptakan
media pembelajaran.
3. Terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
untuk menyampaikan pesan-pesan melalui media pembelajaran.
4. Kurangnya sosialisasi akan pentingnya media pembelajaran bagi
peserta didik dan lembaga penyelenggara pendidikan.
5. Terbatasnya keberadaan media pembelajaran yang spesifik
bagi peserta didik berkebutuhan khusus, karena tidak semua
produk bisa dengan mudah didapatkan di lapangan (pasar).
186 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 187

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media, Dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Budiman, Rudy. 2008. Media Pembelajaran. Materi Diklat Terakreditasi
Guru SD Semester 2. Bandung: PPPPTK TK dan PLB.
Budiyanto, dkk. 2009. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Suplemen Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah.
Direktorat Pembinaan PK-LK Dikmen. Pendidikan Khusus. http://
pkplkdikmen.net (diunduh 19 April 2013)
Heinich, Molenda, Russell, Smaldino. 2005. Instructional Technology
and Media for Learning 8th Edition. New Jersey: Pearson Merrill
Prentice Hall.
Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan Pengembangan Media Slide
Pembelajaran. Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi
dan penggunaan media pembelajaran bagai dosen MDU
Universitas Negeri Malang, 8 Februari s/d 6 Maret 1999.
Meimulyani, Yani dan Caryoto. 2013. Media Pembelajaran Adaptif
bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta Timur: PT. Luxima
Metro Media.
188 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Moedjiono. 1981. Media Pendidikan III : Cara Pembukaan Media


Pendidikan. Jakarta: P3G Depdikbud.
Sadima, Arief. S, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sharp, V. 2005. Computer Education for Teachers: Integrating
Technology into Classroom Teaching. New York: Mc Graw Hill.
Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran. Jakarta:
Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak Dan Pendidikan
Luar Biasa.
Toh Seong Chong. 2006. Designing Effective Interactive Multimedia
Courseware: Use and Misuse. Retrieved on 13th December 2006
from http://210.187.10.244/moodle/
Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 189

Tentang Penulis

A
srorul Mais, ST, S.Pd, M.Pd. Lahir di
Jember pada tanggal 29 Agustus 1983
sebagai putra pertama dari pasangan Moch. Sholeh
dan Cholifah. Setelah menempuh pendidikan
formal di SLB-D YPAC Jember, SMP Negeri 5 Jember
dan SMA Negeri 4 Jember, penulis melanjutkan
pendidikan tinggi di S1 Teknik Elektro Fakultas
Teknik Uniersitas Jember (UNEJ) pada tahun 2003. Tidak puas
dengan itu, penulis menempuh S1 lagi pada Program Studi
Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP IKIP PGRI Jember pada tahun
2008 dan dilanjutkan dengan mengambil Program Pascasarjana
(S2) Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
pada tahun 2010.
Sejak awal tahun 2008, penulis mengabdikan dirinya menjadi
guru di beberapa lembaga pendidikan yaitu, SLB BCD YPAC Jember,
SLB ABC dan Autis TPA Jember, SMP Inklusi TPA Jember, dan SMK
Inklusi TPA Jember. Tidak hanya bergelut di bidang pendidikan,
penulis juga aktif di bidang organisasi sosial. Sebagai penggiat
bagi kaum difabel, pada tahun 2003 penulis bersama rekan difabel
lainnya menggagas berdirinya organisasi yang berorientasi pada
pemberdayaan difabel di Kabupaten Jember bernama Persatuan
Penyandang Cacat (PERPENCA) Jember dan saat ini bertindak
sebagai Ketua Dewan Pertimbangan di organisasi tersebut.
Setelah lulus dari studi S2 PLB, penulis mulai mengawali
190 MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

karirnya sebagai dosen tetap pada Program Studi PLB FIP IKIP PGRI
Jember dan saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi PLB.
Sebagai dosen, penulis aktif dalam kegiatan penelitian, seminar,
workshop, lesson study dan pengabdian kepada masyarakat baik
yang berskala nasional maupun internasional di bidang pendidikan
luar biasa (pendidikan khusus). Selain itu, penulis juga bertindak
sebagai ketua Tim Penggagas Perda Difabel Kabupaten Jember dan
Ketua Tim Konsultan Aksesibilitas Rumah Sakit Bina Sehat Jember.

Anda mungkin juga menyukai