Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

JURNAL KEPERAWATAN TRIAGE

MATA KULIAH ILMU KEGAWAT DARURATAN


DOSEN PEMBIMBING : Ns. AYU WAHYUNI LESTARI, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KARTINI

NPM 2019030036

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAHYA BIMA


S1 KEPERAWATAN
NON REGULER

1
PENTINGNYA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TAHAPAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TRIAGE DI IGD

ABSTRAK

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit krusial yang berperan sebagai gerbang utama
dalam penanganan kasus kegawat daruratan. Kesalahan pada saat pengambilan keputusan,
apalagi salah dalam pengkategorian pasien dapat berakibat fatal sehingga bisa menyebabkan
keterlambatan pengobatan dan ketidakmampuan serta cacat permanen bagi pasien. Pentingnya
perawat mengetahi tahapan pengambilan keputusan agar pada saat pengambilan keputusan klinis
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triage sehingga dalam penangan pasien
bisa lebih optimal dan terarah. Tujuan: untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang
pentingnya mengetahui tahapan pengambilan keputusan agar perawat tidak salah dalam
pengambilan keputusan triage di Instalagi Gawat Darurat (IGD). Metode: metode yang
dilakukan adalah literatur review melalui sumber buku dan jurnal untuk mengidentifikasi
pentingnya perawat mengetahui tahapan pengambilan keputusan dimana pengambilan keputusan
memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Hasil: Perawat mengetahui tentang tahapan pengambilan keputusan.

Kata Kunci: Perawat, Tahapan, Pengambilan Keputusan, Triage, Instalasi Gawat


Darurat.

LATAR BELAKANG dialaminya (Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, 2009).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit
krusial yang berperan sebagai gerbang Rumah sakit khususnya IGD mempunyai
utama dalam penanganan kasus kegawat tujuan agar tercapainya pelayanan kesehatan
daruratan. Pasien yang datang ke Instalasi yang optimal pada pasien secara cepat dan
Gawat Darurat (IGD) adalah pasien yang tepat dalam penanganan tingkat kegawat
membutuhkan pertolongan cepat dan tepat daruratan agar mampu mencegah resiko
sesuai dengan kondisi klinis yang kecacatan dan kematian (to save life and
limb) dengan respon time selama < 5 menit

2
dan waktu definitif ≤ 2 jam (Basoeki dkk, segera (decision making), melakukan
2008). pengkajian resiko, pengkajian sosial,
diagnosis, menentukan prioritas dan
Salah satu peran dan fungsi perawat gawat
merencanakan tindakan berdasarkan tingkat
darurat adalah melakukan triage, mengkaji,
urgency pasien (Sands, 2007). Perawat juga
dan menetapkan prioritas dalam spectrum
bertanggung jawab memberi dukungan
lebih luas terhadap kondisi klinis pada
kepada pasien dan keluarga selama di ruang
berbagai keadaan yang bersifat mendadak
emergency, membangun komunikasi yang
mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi
baik antara tenaga kesehatan dengan pasien
kritis. Triage harus dilakukan oleh dokter
atau keluarga serta memberi saran, edukasi
atau perawat yang sudah bersertifikat
dan konsultasi dalam membuat perencanaan
Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat
tindakan bersama (Sands, 2004).
(PPGD) (Depkes RI, 2006).
Perawat memiliki peranan penting dalam
Triage diartikan sebagai proses memilah-
mengambil keputusan klinis yang tepat dan
milah pasien menurut tingkat keparahan
akurat karena perawat akan menemukan
cedera atau kesakitannya dan
berbagai situasi klinis yang berkaitan
memprioritaskan pengobatan menurut
dengan masyarakat atau pasien,anggota
ketersediaan sumber daya dan kemungkinan
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
pasien bisa bertahan hidup (Gerdtz and
Bucknall, 2001). Sistem triage di Indonesia Pengambilan keputusan merupakan proses
belum terstandart secara nasional, meskipun pemecahan masalah yang berfokus pada
Departemen Kesehatan telah menetapkan analisa situasi yang sulit untuk mengambil
sistem triage nasional akan tetapi solusi yang memutuskan permasalah
pelaksanaannya belum teraplikasi secara tersebut. Dalam pengambilan keputusan
nasional. Secara konsep, perawat merupakan perawat harus mempertimbangkan segala
petugas kesehatan yang mempunyai peran aspek, baik dari pasien itu sendiri, keluarga
dan tanggung jawab utama dalam pasien, tenaga kesehatan lain, dan psiko,
melakukan triage di (IGD) (Andersson, sosial, dan cultural yang diterapkan, Perawat
Omberg & Svedlund, 2006). juga harus ikut membantu klien ataupun
keluarga klien dalam mengambil keputusan
Pada kegiatan triage perawat bertanggung
yang berhubungan dengan kesehatan klien.
jawab untuk dapat mengambil keputusan

3
Jika dalam proses pengambilan keputusan Metode yang digunakan adalah literature
dilakukan secara tergesa-gesa ataupun tidak review menggunakan analisis data dari
tepat, ini akan berpengaruh bagi kualitas berbagai sumber untuk menguraikan suatu
serta kuantitas pelayanan kesehatan kepada masalah dan mengevaluasi masalah tersebut
pasien. danm erangkum menjadi suatu pembahasan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kesalahan pengambilan keputusan, apalagi
dalam pengkategorian pasien dengan Literatur review adalah uraian tentang teori,
kategori poor triage menyebabkan temuan, dan bahan penelitian lain yang
keterlambatan pengobatan dan diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan
ketidakmampuan serta cacat permanen bagi landasan kegiatan penelitian untuk
pasien. Tanggung jawab tersebut menuntut menyusun kerangka pemikiran yang jelas
perawat untuk terus mengembangkan dari perumusan masalah yang ingin di teliti.
perannya dalam hal mengambil keputusan
Metode ini memberikan gambaran mengenai
yang tepat terutama dalam penentuan
pentingnya pengetahuan perawat dalam
prioritas kegawatdaruratan pada instalasi
pengambilan keputusan terutama
gawat darurat. Dalam pengambilan
pengambilan keputusan triage di Instalasi
keputusan terdapat faktor- faktor yang
Gawat Darurat (IGD).
mempengaruhi perawat dalam
melaksanakan triage antara lain faktor HASIL
internal mencakup kemampuan psikomotor
Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara
dan kapasitas personal perawat, sedangkan
keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan
faktor eksternal adalah lingkungan kerja di
perannya sebagai pusat rujukan penderita
IGD yang keputusan segera (decision
dari pra rumah sakit tercermin dari
making), melakukan pengkajian resiko,
kemampuan instalasi gawat darurat
pengkajian sosial, diagnosis, menentukan
(Hardianti, 2008). Instalasi gawat darurat
prioritas dan merencanakan tindakan
(IGD) memiliki peran sebagai gerbang
berdasarkan tingkat urgency pasien (Sands,
utama masuknya penderita gawat darurat.
2007).
Keadaan gawat darurat merupakan suatu
METODE keadaan klinis dimana pasien membutuhkan
tindakan medis segera guna menyelamatkan

4
nyawa dan kecacatan lebih lanjut (Undang- Cardiac Life Support), PPGD (Pertolongan
Undang Republik Indonesia nomor 44 Pertama Gawat Darurat) dan lainlain.
tentang rumah sakit, 2009).
Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara
Rumah sakit khususnya IGD mempunyai keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan
tujuan agar tercapai pelayanan kesehatan perannya sebagai pusat rujukan penderita
yang optimal pada pasien secara cepat dan dari pra rumah sakit tercermin dari
tepat serta terpadu dalam penanganan kemampuan instalasi gawat darurat
kegawatdaruratan sehingga mampu (Hardianti, 2008). Instalasi gawat darurat
mencegah resiko kecacatan dan kematian. (IGD) memiliki peran sebagai gerbang
Di Indonesia penyebab kegagalan nomor utama masuknya penderita gawat darurat.
satu dalam penanganan kasus Keadaan gawat darurat merupakan suatu
kegawatdaruratan adalah kegagalan keadaan klinis dimana pasien membutuhkan
mengenal resiko khususnya dalam tindakan medis segera guna menyelamatkan
memutuskan pelaksanaan triage. nyawa dan kecacatan lebih lanjut (Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 44
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang rumah sakit, 2009).
Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang PEMBAHASAN
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dimana
Keputusan (decision) berarti pilihan
setiap rumah sakit harus memiliki program
(choice). Pilihan yang dimaksud di sini ialah
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
pilihan dari dua atau lebih kemungkinan,
baru yang memuat topik keselamatan pasien
atau dapat dikatakan sebagai keputusan yang
sesuai dengan tugasnya masingmasing yang
dicapai setelah dilakukan pertimbangan
dapat menambah keterampilan dalam
dengan memilih satu kemungkinan pilihan.
melaksanakan peran perawat khususnya di
Seperti yang diungkapkan oleh Gito
ruang instalasi gawat darurat, perawat dapat
Sudarmo, bahwa keputusan terkait dengan
mengikuti beberapa pelatihan
ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang
kegawatdaruratan yang dapat diikuti
diinginkan.
diantaranya seperti BTLS (Basic Trauma
Life Support), BT&CLS (Basic Trauma & Penjelasan di atas mengandung arti, dalam
keputusan yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

5
logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa tindakan yang akan ditempuh ialah inti
alternatif yang harus dipilih salah satu yang perencanaan. Terkait dengan pendapat
terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin tersebut William mendefinisikan bahwa
dicapai dan keputusan itu makin pengambilan keputusan sebagai seleksi
mendekatkan pada tujuan tersebut. berbagai alternatif kegiatan yang diusulkan
untuk memecahkan masalah.
Setelah dipahami pengertian keputusan,
selanjutnya dikutipkan pendapat para ahli Berdasarkan pandangan-pandangan di atas,
mengenai pengertian pengambilan dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan. Menurut Steiner pengambilan keputusan senantiasa berkaitan dengan
keputusan didefinisikan sebagai suatu proses problem atau masalah dalam organisasi, sifat
manusiawi yang didasari dan mencakup baik hakiki dari pengambilan keputusan adalah
fenomena individu maupun sosial, memilih satu dua atau lebih alternatif
didasarkan pada premis nilai dan fakta, pemecahan masalah menuju satu situasi
menyimpulkan sebuah pilihan dari antar yang diinginkan, melalui keputusan atau
alternatif dengan maksud bergerak menuju penetapannya orang berharap akan tercapai
suatu situasi yang diinginkan. Pengertian ini suatu pemecahan masalah dari problem yang
menunjukkan bahwa pengambilan terjadi.
keputusan ialah suatu proses pemilihan
Tahapan pengambilan keputusan adalah
alternatif terbaik dari beberapa alternatif
salah satu penyelesaian yang dinamis.
secara sistematis untuk ditindak lanjuti
Penyebab umum gagalnya pengambilan
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
keputusan adalah kurang tepat dalam
masalah.
mengidentifikasi masalah . Oleh karena itu,
Steers mengemukakan bahwa “decision identifikasi masalah merupakan langkah
making is a process of selecting among yang paling penting karena kualitas hasil
available alternatives”. Di sini jelas bahwa tergantung pada keakuratan hasil dalam
pengambilan keputusan menyangkut pilihan mengidentifikasi masalah.
dari berbagai macam alternatif yang ada
Pengambilan keputusan adalah suatu
dalam organisasi. Selanjutnya Koontz
pendekatan yang sistematis terhadap hakekat
mengatakan bahwa pengambilan keputusan
suatu masalah dngan mengumpulkan fakta-
merupakan seleksi berbagai alternatif
fakta dan data, menemukan alternative yang

6
matang untuk mengambil suatu tindakan Faktor internal dari diri perawat sangat
yang tepat. Ada lima hal yang perlu mempengaruhu proses pengambilan
diperhatikan dalam pengambilan keputusan, keputusan . Faktor internal tersebut meliputi
yaitu : 1) Dalam proses pengambilan keadaan emosional dan fisik, personal
keputusan tidak terjadi secara kebetulan; 2) karakteristik,sosial, budaya, latar belakang
Masalah harus diketahui dengan jelas; 3) filosofi, masa lalu, dan sikap pengambilan
Pengambilan keputusan tidak dilakukan keputusan yang dimiliki.
secara sembrono; 4) Pemecahan masalah
2. Faktor eksternal
harus didasarkan pada fakta-fakta yang telah
terkumpul secara sistematis; 5) Keputusan Faktor eksternal termasuk kondisi dan
yang baik adalah keputusan yang telah lingkungan waktu. Suatu nilai yang
dianalisa secara matang. berpengaruh pada semua aspek dalam
pengambilan keputusan adalah pernyataan
Apabila pengambilan keputusan tidak
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat
didasarkan pada kelima hal diatas, akan
dilaksanakan.
menimbulkan berbagai masalah, diantaranya
: 1) Tidak tepatnya keputusan; 2) Tidak Perawat memiliki peranan penting dalam
terlaksananya keputusan karena tidak sesuai mengambil keputusan klinis yang tepat dan
dengan kemampuan organisasi baik dari segi akurat karena perawat akan menemukan
manusia, uang maupun material; 3) berbagai situasi klinis yang berkaitan
Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja dengan masyarakat atau pasien,anggota
karena tidak ada sinkronisasi antara keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
kepentingan organisasi dengan orang-orang
Pada kegiatan triage perawat bertanggung
di dalam organisasi tersebut; 4) Timbulnya
jawab untuk dapat mengambil keputusan
penolakan terhadap keputusan.
segera (decision making), melakukan
Banyak faktor yang berpengaruh kepada pengkajian resiko, pengkajian sosial,
indivvidu ataupun kelompok dalam diagnosis, menentukan prioritas dan
mengambil keputusan, yaitu: merencanakan tindakan berdasarkan tingkat
urgency pasien (Sands, 2007).
1. Faktor internal
Triage berasal dari bahasa Perancis trier
yang artinya macam atau dapat diartikan

7
bermacam-macam dalam memilih dalam penilaian awal dengan tepat
gangguan. Triage memiliki fungsi penting di (Andersson dkk, 2009).
IGD terutama apabila banyak pasien datang
Kesalahan pengambilan keputusan, apalagi
pada saat yang bersamaan. Hal ini bertujuan
dalam pengkategorian pasien dengan
untuk memastikan agar pasien ditangani
kategori poor triage menyebabkan
berdasarkan urutan kegawatannya untuk
keterlambatan pengobatan dan
keperluan intervensi. Seiring dengan
ketidakmampuan serta cacat permanen bagi
rendahnya pelaksanaan triage, maka angka
pasien. Tanggung jawab tersebut menuntut
kematian juga meningkat.
perawat untuk terus mengembangkan
Triage kuning diberikan kepada pasien yang perannya dalam hal mengambil keputusan
memerlukan perawatan segera, namun yang tepat terutama dalam penentuan
masih dapat ditunda karena ia masih dalam prioritas kegawatdaruratan pada instalasi
kondisi stabil. Pasien dengan kondisi kuning gawat darurat.
masih memerlukan perawatan di rumah sakit
Dalam pengambilan keputusan terdapat
dan pada kondisi normal akan segera
faktor- faktor yang mempengaruhi perawat
ditangani. Triage hijau diberikan kepada
dalam melaksanakan triage antara lain faktor
pasien yang memerlukan perawatan tetapi
internal mencakup kemampuan psikomotor
masih dapat ditunda, biasanya pasien cedera
dan kapasitas personal perawat, sedangkan
yang masih sadar dan bisa berjalan masuk
faktor eksternal adalah lingkungan kerja di
dalam kategori ini. Ketika pasien gawat lain
IGD yang keputusan segera (decision
sudah selesai ditangani, maka pasien dengan
making), melakukan pengkajian resiko,
kode warna hijau akan ditangani. Triage
pengkajian sosial, diagnosis, menentukan
hitam diberikan kepada pasien yang setelah
prioritas dan merencanakan tindakan
diperiksa tidak menunjukkan tanda-tanda
berdasarkan tingkat urgency pasien (Sands,
kehidupan.
2007).
Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
PENUTUP
perawat sangat dibutuhkan, perawat harus
mampu memprioritaskan perawatan pasien Triage diartikan sebagai proses memilah-
atas dasar pengambilan keputusan klinis milah pasien menurut tingkat keparahan
dimana ketrampilan penting bagi perawat cedera atau kesakitannya dan

8
memprioritaskan pengobatan menurut Mutu Madrasah. Jurnal Pendidikan Islam.
ketersediaan sumber daya dan kemungkinan 8(1): 37-56.
pasien bisa bertahan hidup.
Andrayoni, N. L. D. dkk. (2019). Hubungan
Jika dalam proses pengambilan keputusan Peran dan Sikap Perawat IGD
dilakukan secara tergesa-gesa ataupun tidak Dengan Pelaksanaan Triage
tepat, ini akan berpengaruh bagi kualitas Berdasarkan Prioritas. Journal of
serta kuantitas pelayanan kesehatan kepada Telenursing. 1(2):294-303.
pasien.
Ardiyani, V. M. dkk. (2015). Analisis Peran
Kesalahan pengambilan keputusan, apalagi Perawat Triage Terhadap Waiting
dalam pengkategorian pasien dengan Time dan Length oF STAY Pada
kategori poor triage menyebabkan Ruang Triage di Instalasi Gawat
keterlambatan pengobatan dan Darurat Rumah Sakit dr Saiful
ketidakmampuan serta cacat permanen bagi Anwar Malang. Jurnal Care.
pasien. Tanggung jawab tersebut menuntut 3(1):39-50.
perawat untuk terus mengembangkan
Ardiyani, V. M. (2018). Analisis Peran
perannya dalam hal mengambil keputusan
Perawat Terhadap Ketepatan
yang tepat terutama dalam penentuan
Penetuan Prioritas I, II danIII Pada
prioritas kegawatdaruratan pada instalasi
Ruang Triage di Instalasi Gawat
gawat darurat.
Darurat Rumah Sakit dr. Saiful
REFRENSI Anwar Malang. Jurnal Ners Lentera.
6(2):103-112.
Amri, A. Manjas, M. Hardisman. (2019).
Analisis Implementasi Triage, Fadli. Sastria, A. Usman, E. (2017).
Ketepatan Diagnosa Awal Dengan Pengetahuan dan Pengalaman
Lama Waktu Rawatan Pasien di Perawat Dalam Penilaian Triage di
RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Instalasi Gawat Darurat. Jurnal
Batusangkar. Jurnal Kesehatan Ilmiah Kesehatan Pencerah. 6(1):54-
Andalas. 8(3):484-492. 58.

Anwar, H. (2014). Proses Pengambilan Faridah, N. Ratnawati, R. Setyoadi. (2013).


Keputusan untuk Mengembangkan Pengalaman Perawat dalam

9
Pengambilan Keputusan Triage di Kinerjanya Diruang Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat RSUD RAA RSUD Kota Jakarta Utara (Doctoral
Soewondo Pati. Jurnal Keperawatan dissertation, Tesis FIK UI, Tidak
dan Kesehatan Masyarakat Stikes dipublikasikan).
Cendikia Utama Kudus. 1(2):35-43.

Herawati, T. Gustina, D. S. Utami, D. S.


(2019). Pelaksanaan Triage Oleh
Perawat di Instalasi Gawat Darurat
Rsud Lembang. Jurnal Kesehatan
Aeromedika. 5(1):59-64.

Khairina, I. Malini, H. Huraini, E. (2018).


Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Pengambilan Keputusan
Perawat Dalam Ketepatan Triase di
Kota Padang. Indonesian Journal for
Health Sciences. 2(1):1-6.

Khairina, I. Malini, H. Huriani, E. (2020).


Pengetahuan dan Keterampilan
Perawat dalam Pengambilan
Keputusan Klinis Triase. Jurnal
Link. 16(1):2-5.

Simamora, R. H. (2019). Menjadi perawat


yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata
Publisher.

Simamora, R. H. Hubungan Persepsi


Perawat Pelaksana Terhadap
Penerapan Fungsi
Pengorganisasian Yang Dilakukan
Oleh Kepala Ruangan Dengan

10

Anda mungkin juga menyukai