Anda di halaman 1dari 20

PELANGGARAN ETIKA PROFESI

DALAM PERUSAHAAN
(MALINDA DEE)

Tugas Kelompok Mata Kuliah :


ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Dosen pembimbing :
Lely Suryani

Disusun Oleh :

1. M. Dzikirriansyah (171011200040)
2. M. Ferdiansyah (171011200171)
3. Merli Mardiyanti (171011200019)
4. Nurhikmah (171011201990)
5. Oktaviani K Dewi (171011200169)
6. Rohadi (171011200158)
7. Riane (171011202317)
8. Rofiatun (171011200162)
9. Susi Nurbayani (171011200035)

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI


UNIVERSITAS PAMULANG
2017 – 2018
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang,
Tangerang Selatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Etika Profesi Akuntansi”, dan tak
lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang dngan membawa agama
yang sempurna addinul islam.
Makalah yang kami susun ini telah berhasil menguraikan tentang Pelanggaran Etika Profesi
dalam Perusahaan yang terdiri dari berbagai bahasan. Makalah yang berjudul “Pelanggaran
Etika Profesi dalam Perusahaan”.
Makalah ini berisikan informasi bagi pribadi maupun masyarakat yang ingin menjalankan
usaha, maka harus memiliki suatu bentuk bahan usaha atau yang lebih khususnya membahas
tentang Pelanggaran Etika dalam Perusahaan yang terdapat di Indonesia.
Sebagai seorang yang masih belajar penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat memberikan wawasan luas bagi pembaca.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… I

DAFTAR ISI ..…………………………………………………………………………………... II

BAB I PENDAHULAN …………………………………………………………………………. 1


1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...1
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………2


ertian Badan Usaha dan Perusahaan ……………………………………………...2
2.1. Pelanggaran Kode Etik dan Pelanggaran Hukum ......………………………………….2
2.2. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik Profesi ……..…………..…………………...4
2.3. Dampak Terhadap Profesi Organisasi dan Relasi ……………………………………...4
2.4. Minimalisasi Pelanggaran Kode Etika, Hukum dan Perilaku menyimpang ………..….5

BAB III LANDASAN TEORI ……………………………………………………………………7


3.1. Kode Etik Profesi Banker ……………………………..……………………………….7
3.2. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) …………………………………8

BAB IV ANALISA KASUS ……………………………………………………………………11


4.1. Analisa dari Sisi Perbankan …………………………………………………………..13
4.2. Analisa dari Segi Politik dan Sosial …………………………………………………..14
4.3. Analisa dari Segi Hukum ……………………………………………………………..14

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………...15


5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………...15
5.2. Saran ………………………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………...17

PUTUSAN MA ………………………………………………………………………………….18

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia profesi, kode etik menjadi dasar untuk berperilaku bagi orang-orang yang
memiliki suatu profesi tertentu, dimana kode etik tersebut lebih kita kenal dengan “kode etik
profesi”. Menurut Undang-undang No 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) , kode etik profesi
adalah pedoman sikap , tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kegiatan
sehari-hari. Para pelaku profesi diharapkan dapat berperilaku sesuai pedoman kode etik yang telah
ada,bahkan profesi-profesi tertentu mengembangkan kode etik mereka sendiri yang menjadi aturan
absolut dan tidak boleh dilanggar oleh anggota profesi tersebut.

Namun, walaupun kode etik dan etika telah diketahui para pelaku profesi secara umum masih
banyak orang yang melanggar pedoman – pedoman yang telah ada di dunia kerja mereka. Beberapa
tahun ini kasus yang cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia adalah kasus pencucian uang
dan penggelapan uang nasabah oleh salah satu pegawai senior Citibank bernama Malinda Dee.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja pelanggaran kode etik profesi dan pelanggaran hukum yang dilakukan Malinda Dee ?
2. Apa saja bentuk hukuman yang didapatkan oleh Malinda Dee dalam pelanggaran kode etik
profesi yang dilakukannya?
3. Bagaimana imbas atau dampak yang didapatkan oleh profesi Bankir, organisasi, dan individu
lain yang memiliki relasi dengan Malinda Deedari adanya kasus tersebut?
4. Bagaimana caranya agar kasus pelanggaran etika sekaligus pelanggaran hukum tidak terulang
kembali?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pelanggaran kode etik profesi dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
Malinda Dee.
2. Untuk mengetahui bentuk hukuman apa saja yang di dapat oleh Melinda Dee.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pelanggaran etika profesi tersebut.
4. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana caranya agar kasus pelanggaran etika tersebut
tidak terulang kembali.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pelanggaran kode etik profesi dan pelanggaran hukum


Kasus Malinda Dee merupakan kasus pelanggaran ganda, yaitu pelanggaran terhadap kode etik
profesi sebagai bankir dan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Sebagai seorang
karyawan Citibank, sudah seharusnya Malinda mengikuti kode etik profesi Bankir dan kode etik
yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Namun karena kepentingan pribadinya, Malinda
mengesampingkan kode etik yang ada dan melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.

Dari 9 pilar kode etik bankir, ada 3 kode etik yang dilanggar oleh Malinda, yaitu :

1. Setiap bankir harus patuh dan taat kepada ketentuan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku. Hal ini diperkuat dengan adanya dukungan dari Undang - Undang , yang
tercantum dalam UU No. 7 tahun 1992 yang telah disempurnakan dengan UU No. 10 tahun
1998 pasal 49 ayat 2b.
Malinda terbukti tidak patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku karena ia melakukan penggelapan dan pencucian uang, dimana tindakan tersebut
bertentangan dengan pasal dalam Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang.
2. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi.

Malinda melanggar kode etik ini karena dia telah terbukti menyalahgunakan wewenangnya
sebagai Relationship Manager Citibank (dengan pangkat Vice President) dengan mengajukan
blanko kosong untuk ditandatangani nasabah. Blanko inilah yang Malinda gunakan untuk
mencuri uang nasabah tanpa disadari oleh pemilik rekening. Selain itu, Malinda juga
menggunakan surat kuasa dari nasabah, meminta teller Citibank membantu melakukan
pencatatan palsu terhadap beberapa transfer uang, dan memerintahkan bawahannya mentransfer
uang ke empat perusahaan miliknya. Dana nasabah juga digunakan Malinda untuk kepentingan
pribadinya, seperti membeli mobil mewah, serta membiayai kehidupan suami dan adiknya.
3. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya dan
lembaga.

2
Tindakan penggelapan dan pencucian uang yang dilakukan oleh Malinda jelas merupakan suatu
perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesi bankir dan lembaga (Citibank).

Selain melanggar 9 pilar kode etik bankir, Malinda juga melanggar salah satu dari kode etik yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, yaitu : Pegawai dilarang menyalahgunakan jabatan, wewenang,
dan atau fasilitas yang diberikan oleh Bank Indonesia.Namun kode etik tersebut hampir sama
dengan salah satu kode etik bankir, seperti yang sudah dijelaskan di poin kedua di atas.

Dari kasus pelanggaran kode etik bankir di atas, menunjukkan bahwa Malinda juga melanggar
prinsip – prinsip kode etik profesi pada umumnya. Malinda tidak memiliki prinsip tanggung jawab
terhadap dana nasabah yang seharusnya ia kelola dengan baik, dan tidak melakukan pertimbangan
professional dalam semua kegiatan yang dia lakukan. Malinda juga mengabaikan prinsip kejujuran
karena ia telah menipu nasabah – nasabahnya. Selain itu, Malinda tidak memiliki prinsip integritas
karena ia tidak memilik kejujuran dan komitmen dalam menjalankan profesinya serta tidak dapat
memelihara dan meningkatkan kepercayaan nasabah.

Pelanggaran kode etik bankir yang dilakukan Malinda Dee sudah termasuk dalam aspek
kriminalitas, sehingga kasus ini juga merupakan pelanggaran hukum. Malinda melanggar ketentuan
hukum yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 55
ayat 1 dan pasal 65 KUHP; Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang
Pasal 65 KUHP; dan UU Nomor 8 Tahun 2010 mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.

Berdasarkan tiga macam jenis pencucian uang yang ada menurut UU Nomor 8 Tahun 2010 ,
Malinda termasuk ke dalam jenis “Tindak pidana pencucian uang aktif”, karena Malinda
mentransfer, membelanjakan, membayarkan, dan menghibahkan dana nasabah untuk keperluan
pribadinya, dan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana karena uang
50 orang pejabat negara yang menjadi nasabah Malinda berasal dari pencucian uang hasil korupsi,
yang merupakan dugaan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Sementara itu, suami, adik, adik ipar, dan para petinggi perusahaan Malinda yang dialiri dana hasil
curian Malinda termasuk ke dalam jenis “Mereka yang menikmati hasil tindak pidana pencucian
uang”.Pihak – pihak tersebut masuk ke dalam jenis ini karena mereka menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana.

3
2.2. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi

Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian dan
tanggungjawab sosial yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan manajemen
bank yang profesional pula. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang Bankir harus berpedoman
pada kode etik profesi yang ada. Kode etik tersebut menjadi pijakan dalam berperilaku dan
bertindak agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar serta tidak merugikan diri sendiri dan orang
lain.

Malinda Dee melakukan pekerjaannya sebagai Relationship Manager tanpa memperhatikan


kode etik profesi seorang bankir. Konsekuensi dari perilaku menyimpang yang ia lakukan adalah
harus menerima sanksi seperti yang telah diatur dalam Ikatan Bankir Indonesia. Karena pelanggaran
yang dilakukan Malinda termasuk pelanggaran kode etik berat, maka dapat dikenakan sanksi oleh
Dewan Pimpinan Pusat berupa pemberhentian sebagai Bankir. Selain karena pelanggaran kode etik
berat, pemberhentian tersebutjuga dikarenakan Malinda telah dijatuhi hukuman oleh pengadilan
yang telah mempunyai kekuataan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana. Citibank pun
memberikan sanksi terhadap Malinda dengan memberhentikannya sebagai karyawan.Di lain pihak,
pandangan atau respect masyarakat terhadap Malinda akan menurun, karena pelanggaran etika akan
menimbulkan ketidaksukaan dari suatu kelompok tertentu, dan tentunya Malinda akan merasa
tersisih dari masyarakat sekitar.

2.3. Dampak terhadap profesi organisasi dan relasi


Kasus Malinda Dee tidak hanya melibatkan dirinya dan pihak - pihak lain yang ikut
membantu tindak kriminalnya, namun juga ikut melibatkan profesi yang digelutinya dan organisasi
atau lembaga tempatnya bekerja. Dalam hal ini, profesi yang ikut terkena dampak negatif adalah
profesi bankir, dan organisasi atau lembaga yang ikut terkena imbas perbuatan Malinda adalah
Citibank. Selain itu, kasus besar ini tentunya juga akan memberikan kerugian terhadap orang – orang
terdekat Malinda, seperti keluarganya. Jadi, meskipun tidak ikut terlibat namun secara teori dan
fakta, profesi sejenis, organisasi tempat bekerja, dan keluarga juga akan ikut merasakan imbas dari
perbuatan tercela yang dilakukan Malinda.

Secara lebih rinci, dampak yang ikut dirasakan oleh pihak – pihak lain yang bersangkutan
dengan Malinda namun tidak ikut membantu tindak kriminalnya, antara lain :

4
a. Profesi Bankir

Dengan adanya kasus Malinda Dee, mau tidak mau profesi Bankir akan mendapatkan
imbasnya juga. Dari kasus ini, kepercayaan masyarakat terhadap seorang bankir akan berkurang
dan citra profesi seorang bankir akan menurun. Selain itu, prosedur perbankan menjadi lebih
diperketat sehingga akan lebih membatasi ruang gerak bankir.

b. Citibank
Citibank sebagai tempat Malinda bekerja, akan dilanda krisis reputasi dan krisis
kepercayaan dari masyarakat. Dengan adanya kasus yang melibatkan beberapa karyawannya,
reputasi perusahaan pasti akan menurun. Masyarakat akan menjadi ragu untuk menyimpan uang
nya di Citibank, dan apakah uangnya akan benar – benar aman, karena Bank ini tidak dapat
mengontrol dan mengawasi perilaku karyawannya dengan baik. Jika tidak mampu
mengembalikan kepercayaan masyarakat dan menjamin keamanan dana nasabahnya, Citibank
bisa dilanda krisis keuangan.
c. Keluarga
Perbuatan tidak beretika seorang pegawai senior yang seharusnya menjadi panutan para
juniornya ini dapat menurunkan reputasi dan nama baik keluarga di mata masyarakat.

2.4. Minimalisasi pelanggaran kode etika, hukum dan perilaku menyimpang


Dengan adanya kasus Malinda Dee, menyadarkan berbagai pihak untuk meminimalisasi dan
mencegah pelanggaran terhadap kode etik, pelanggaran hukum, dan perilaku menyimpang tiap
profesi yang ada, khususnya profesi bankir. Berikut ini adalah beberapa cara agar kasus seperti
Malinda Dee tidak terulang kembali.

a. Keluarga, sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya individu yang pertama dan utama,
harus dapat membentuk individu menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab terhadap
segala pekerjaan.

b. Setiap individu seharusnya belajar dan memiliki kesadaran untuk tidak melakukan tindakan
menyimpang atau kriminal. Kontrol internal dianggap lebih berpengaruh dari pada kontrol
eksternal.

5
c. Lembaga pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pelajaran tentang sikap moral dan
etika, tidak hanya mementingkan ilmu dan pengetahuan.Kemampuan dan kemahiran seseorang
akan sia – sia jika tidak diikuti oleh perilaku yang baik dan beretika.

d. Organisasi atau perusahaanharus memperketat pengawasan internal, untuk mencegah oknum-


oknum pegawai bank yang nakal. Untuk memperketat pengawasan tersebut memang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kasus
pembobolan uang nasabah. Kemudian dengan memperketat perekrutan Sumber Daya Manusia
( SDM ) perbankan sehingga yang diterima benar-benar individu yang mempunyai kredibilitas
tinggi. Tidak hanya dari sisi skill dan knowledge namun yang lebih penting dari itu adalah
attitude, yang menyangkut kejujuran dan komitmen tinggi pada profesi bankir. Disamping itu,
organisasi juga harus perlu lebih banyak memberikan training dan seminar yang dapat
menumbuhkan integritas para pegawai.

e. Pemerintah harus mulai memperkuat penegakan hukum, membersihkan aparat atau oknum-
oknum penegak hukum yang masih dapat dengan mudah disuap.

f. Memperbaiki dua kelemahan mendasar BI yaitu pengawasan dan koordinasi. Dua hal ini harus
terus-menerus diperbaiki karena selama ini dijadikan jalan bagi pembobol bank untuk beraksi.
Aturan yang dikeluarkan oleh BI harus lebih diperketat.

6
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Kode Etik Profesi Bankir


Menyadari bahwa pentingnya etika untuk setiap profesi, khususnya dalam bidang perbankan,
maka telah dikeluarkan kode etik bankir sebagai penuntun profesi yang berisi nilai-nilai dan norma-
norma untuk mengatur pelayanan bankir secara baik dan pantas. Kode etik bankir terdiri dari 9 pilar
yang berisi :

1. Setiap bankir harus patuh dan taat kepada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku. Hal ini diperkuat dengan adanya dukungan dari Undang - Undang , yang tercantum
dalam UU No. 7 tahun 1992 yang telah disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 pasal 49
ayat 2b.
2. Seorang bankir harus melakukan pencatatan dengan benar mengenai segala transaksi yang
berkaitan dengan kegiatan banknya. Dengan payung hukum yang tercantum dalam UU No 7
tahun 1992 dan yang kemudian disempurnakan dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 49 ayat 1a.
3. Seorang bankir harus menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.
4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi
5. Seorang bankir harus menghidarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan jika terdapat
pertentangan kepentingan.
6. Seorang bankir wajib menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya.
7. Seorang bankir harus memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang
diterapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan.
8. Seorang bankir dilarang menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadinya
maupun keluarganya.
9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya dan
Lembaga.
Apabila kita melihat berdasarkan kode etik yang diterapkan Bank Indonesia (www.bi.go.id),
terdapat kode etik sebagai pegawai Bank Indonesia yang berisi :
1. Pegawai dilarang menyalahgunakan jabatan, wewenang, dan atau fasilitas yang diberikan oleh
Bank Indonesia.

7
2. Pejabat Bank Indonesia wajib untuk melaporkan harta kekayaannya kepada Bank Indonesia dan
atau Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Pegawai dilarang meminta / menerima, memberi persetujuan untuk menerima, mengizinkan atau
membiarkan keluarga untuk meminta /menerima fasilitas dan hal-hal lain yang dapat dinilai
dengan uang dari perorangan atau badan yang diketahui atau patut diduga bahwa hal tersebut
mempunyai hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan jabatan atau
pekerjaan Pegawai yang bersangkutan.
4. Pegawai wajib menjaga rahasia Bank Indonesia untuk hal yang dikategorikan rahasia.
5. Pegawai dilarang menjadi anggota, pengurus partai politik, dan atau melakukan kegiatan untuk
kepentingan partai politik.

Sedangkan berdasarkan kode etik sebagai bankir seperti yang telah dijelaskan diatas, apabila
pegawai bank terbukti melakukan pelanggaran terhadap salah satu dari konten kode etik tersebut,
maka mereka akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Esensi atau isi dari kode
etik tersebut yaitu untuk memberikan panduan bagi karyawan perbankan untuk dapat bersikap sesuai
dengan prinsip moral atau nilai-nilai mengenai sesuatu yang baik dan yang tidak baik. Dengan
mamatuhi program tersebut, para bankir diharapkan dapat menyadari pentingnya prinsip dasar yang
dapat membantu mereka dalam membuat keputusan yang dapat berpengaruh bagi bank dimana
mereka bekerja. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bahwa seorang bankir memberikan pelayanan
yang terbaik seperti cepat, ramah, adil, serta beretika. Pelayanan menurut Malayu S.P Sihabuan
(2005) yaitu sebuah kegiatan memberikan jasa dari pihak yang satu dengan pihak yang lain.

3.2. Tindak Pencucian Uang (Money Laundering)

Secara harafiah, money loundering merupakan pencucian uang atau pemutihan uang hasil
kejahatan. Sebenarnya tidak ada definisi yang umum untuk dapat menjelaskan tindak pidana
tersebut, namun baik dari negara-negara maju maupun berkembang telah memiliki definisi tersendiri
untuk masing-masing negara berdasarkan prioritas dan prespektif yang berbeda. Namun para ahli
hukum di Indonesia telah sepakat untuk mendefinisikan money laundering sebagai tindak pencucian
uang (Sutedi Adrian, 2010).

8
Tindak pencucian uang menurut Sutan Remy Sjahdeini, merupakan sebuah rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, atau uang yang berasal dari
kejahatan dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari
pemerintah atau otoritas yang berwenang, kemudian memasukkan uang tersebut ke dalam suatu
sistem keuangan sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu
sebagai uang yang halal.

Di Indonesia, tindak pencucian uang telah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2010 mengenai
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Menurut Undang-udang tersebut
tindak pencucian uang dibedakan menjadi 3 macam, seperti :

a. Tindak pidana pencucian uang aktif (setiap orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana),
b. Tindak pidana pencucian uang pasif (setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana. Namun,
dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini). (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010),
c. Mereka yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang (setiap orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang yaitu hukuman penjara paling lama maksimum 20
tahun, dengan denda paling banyak 10 miliar rupiah.

3.3. Perilaku Menyimpang


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviourcauses) dan faktor diluar
perilaku (non behaviour causes).

9
Selanjutnya teori tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mendefinisikan bahwa perilaku
terbentuk karena 3 faktor seperti : faktor predisposisi (mencakup pengetahuan, sikap dan
sebagainya), faktor pemungkin (mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja), faktor penguat (meliputi undang-undang, peraturan-
peraturan, pengawasan dan sebagainya). (Notoatmodjo,2003)

Sedangkan tindak pencucian uang merupakan sebuah penyimpangan perilaku individu.


Menurut Robert M.Z. Lawang, bahwa penyimpangan merupakan tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku umum dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak
yang berwajib untuk memerbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Perilaku manusia pada
umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut
tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu tersebut (Winardi, 2004). Sedangkan berdasarkan
teori kontrol yang dikemukakan oleh para ahli, penyimpangan merupakan sebuah konsekuensi dari
gagalnya seseorang dalam menaati hukum. Salah satu ahli yang mengemukakan teori kontrol in
yaitu Hirschi (1969, dalam Atmasasmita, 1992).Hirschi mengemukakan bahwa berbagai bentuk
pengingkaran terhadap aturan yang berlaku merupakan akibat dari kegagalan mensosialisasi individu
warga masyarakat untuk bertindak sesuai dengan aturan atau tata tertib yang ada;penyimpangan dan
bahkan kriminalitas merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional untuk
mengikat individu agar tetap bertindak dengan semestinya, seperti : keluarga, sekolah atau institusi
pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya; setiap individu seharusnya belajar untuk
tidak melakukan tindakan menyimpang atau kriminal; serta kontrol internal dianggap lebih
berpengaruh dari pada kontrol eksternal.

10
BAB IV
ANALISA PERMASALAHAN

Tribunnews.Com, Jakarta - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus
Husein menduga, dalam kasus penggelapan dana nasabah prioritas Citibank dengan tersangka Inong
Melinda terkandung tindak pidana pencucian uang. "Pasti ada pencucian uang," ucap Yunus di kantor
PPATK, Rabu (13/4/2011).
Menurutnya, adanya dugaan pencucian uang dalam kasus penggelapan Melinda, dikarenakan ada uang
tidak halal yang coba dibersihkan. "Karena modus Melinda itu mengambil uang orang dari rekening
orang" ujar Yunus.
Melinda, bila terbukti melakukan pencucian uang, bisa dikenakan Undang - Undang No.8 Tahun 2010
tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

KASUS

Malinda Dee menjadi karyawan di Citibank sejak Agustus 1989. Saat ditangkap polisi, Malinda
menduduki jabatan Relationship Manager Citibank di Kantor Cabang Citibank Landmark, Jakarta
Selatan, dengan pangkat Vice President. Pangkat tersebut merupakan pangkat yang tertinggi untuk
karyawan Citibank. Sejak diterima, Malinda dikenal sebagai salah satu aset yang berharga di Citibank
karena prestasi Malinda Dee dalam pekerjaannya terbilang bagus, yakni kemampuannya dalam membawa
nasabah kaya untuk menggunakan jasa Citibank, hal tersebut membuatnya diberi keleluasaan oleh pihak
Citibank dalam mencari nasabahnya sendiri.

Pada 25 Maret 2011, Mabes Polri mengungkap kasus penggelapan dana nasabah di Citibank atas
laporan para nasabah. Delapan penyidik dari Direktorat Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal
Markas Besar Polri menangkap Malinda di apartemennya kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Polisi
menyita sejumlah barang bukti, antara lain dokumen-dokumen transaksi, uang tunai dan 1 unit mobil
merek Ferari. Tersangka Malinda Dee diserahkan dari penyidik Polri kepada Kejari Jakarta Selatan pada
pukul 09.45 WIB. Malinda diduga sudah melakukan aksinya sejak tahun 2009 lalu. Dari tiga perusahaan
yang menjadi nasabah Citibank, Malinda dapat mencuri uang dari para nasabah tersebut hingga Rp17
miliar.

11
Jaksa Penuntut Umum mendakwa Malinda melakukan penggelapan dan pencucian uang dalam
kurun waktu 22 Januari 2009 hingga 7 Februari 2011 melalui 117 transaksi, dimana 64 transaksi di
antaranya dalam bentuk pecahan rupiah senilai Rp. 27,36 miliar dan 53 transaksi senilai 2,08 juta dolar
AS.

Jaksa menuntut Malinda atas kejahatan yang telah dilakukannya selama ini dengan pasal berlapis,
yaitu pasal dalam Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Pertama, dia dijerat Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 dan pasal 65
KUHP.Kedua, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 KUHP. Ketiga, Pasal
3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang juncto Pasal 65 ayat 1 KUHP, yang ancamannya adalah dipenjara selama 15 tahun.

Selama ini Malinda Dee melakukan pembobolan dana nasabah dengan cara meraih kepercayaan
terhadap nasabah tersebut dan menyalahgunakan kepercayaan para nasabah yang kaya terhadap dirinya.
Malinda terlebih dahulu memperlakukan mereka secara istimewa, yang salah satu contohnya adalah
dengan melayani para nasabah yang kaya di ruang khusus di kantor Citibank. Perlakuan ini tidak hanya
diberikan Malinda dalam waktu singkat, tetapi hingga puluhan tahun sampai para nasabah sangat percaya
terhadap Malinda karena perlakuan istimewanya tersebut.

Dari hal tersebut Malinda mencermati pola transaksi nasabah yang bersangkutan, kemudian
mengajukan blanko kosong untuk ditandatangani agar memudahkan transaksi. Blanko inilah yang dia
gunakanan untuk menarik dana dengan mencuri uang tersebut sedikit-demi sedikit tanpa disadari oleh
pemilik rekening melalui persekongkolan jahat dengan bawahannya, Dwi Herawati, Novianty Iriane dan
Betharia Panjaitan selaku Head Teller Citibank. Malinda memerintahkan bawahannya mentransfer uang
ke beberapa perusahaan miliknya. Malinda juga menggunakan surat kuasa dari nasabah, sehingga
nasabah seolah-olah datang ke bank untuk melakukan transaksi. Lalu Malinda meminta teller Citibank
yang bernama Dwi untuk membantu melakukan pencatatan palsu terhadap beberapa transfer uang, yang
nilainya antara Rp1 miliar hingga Rp 2 miliar. Catatan tersebut merupakan manipulasi transfer uang dari
rekening nasabah ke beberapa rekening milik Malinda di dalam maupun di luar Citibank.

12
Rohly Pateni, merupakan salah satu nasabah Citibank yang menjadi korban dari Malinda. Menurut
Rohly Pateni, dia sangat percaya kepada Malinda karena sudah 18 tahun menjadi nasabah dari Citibank
dan ditangani Malinda. Rohly Pateni jarang mengecek rekening banknya karena sibuk bekerja, yang
membuat Malinda memanfaatkan hal tersebut.

Untuk menghilangkan bukti kejahatannya, Dia membuat perusahaan pribadinya yang dialiri dana
nasabah Citibank atas nama orang lain. Malinda mengalirkan dana nasabah yang berhasil dicuri ke empat
perusahaan miliknya yaitu, PT Sarwahita Global Manajemen, PT Porta Axell Amitee, PT Qadeera Agilo
Resources, dan PT Axcomm Infoteco Centro. Keempat perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang
didirikannya bersama dengan Reniwati, Roy Sanggilawang, dan Gesang Timora. Reniwati merupakan
Citigold Executive Head di Citibank Landmark. Selain itu, Malinda juga telah menggunakan dana
nasabah untuk menyicil angsuran mobil super mewah seperti Ferrari. Kemudian dari keempat perusahaan
ini, Malinda kembali menarik uang untuk kepentingan pribadinya, Andhika suami sirinya, maupun
adiknya, Visca Lovitasari serta suami Visca, Ismail bin Janim.

Selain orang – orang tersebut, terdapat keterlibatan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional
(Lemhannas) Marsekal Madya TNI Rio Mendung Thalieb. Dia menjadi Komisaris Utama PT Sarwahita
Group Managemen, yakni salah satu perusahaan milik Malinda. Dia mengaku tak melakukan bisnis
dalam perusahaan tersebut, tidak jelas apakah pengakuan ini benar atau tidak karena tidak pernah ada
pemeriksaan terhadap Rio Mendung Thalieb. Lalu pihak lain yang juga terlibat adalah 50 orang pejabat
negara yang menjadi nasabah Malinda yang uangnya berasal dari pencucian uang hasil korupsi, yang
merupakan dugaan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

4.1. Analisa dari sisi Perbankan


Kasus ini  tentunya bisa menimbulkan kerugian dan dampak buruk bagi dunia perbankan
Indonesia serta Citibank itu sendiri khususnya pada manajemen likuiditasnya. Manajemen likuiditas
adalah  Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utk memenuhi semua
kewajibannya maupun komitmen yg telah dikeluarkan kpd nasabah serta pengelolaan atas reserve
requirement (RR) atau Primary reserve atau Giro wajib minimum sesuai ketentuan BI, dan secondary
reserve. Resiko yang dapat timbul apabila gagal dalam manajemen likuiditas adalah resiko pendanaan
dan resiko bunga.
Bisa dikatakan bahwa implikasi negatif dari kasus ini, Jika Citibank tidak bisa atau tidak
memiliki kemampuan dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya
maupun komitmen yang telah dikeluarkan nasabah,

13
sebab penggelapan dana oleh Malinda Dee ini maka Citibank bisa saja dilikuidasi oleh Bank
Indonesia serta hilangnya trust atau kepercayan nasabah dan masyarakat kepada Citibank pada
khususnya dan perbankan indonesia pada umumnya. Informasi baru, Citibank mengkonfirmasikan ke
masyarakat bahwa pihak Citibank menjamin uang nasabah dan aman.
4.2. Analisa dari segi Politik dan Sosial
Media berpengaruh besar dalam membentuk main set pola pikir masyarakat. Yang terjadi saat
ini media dapat dipesan untuk mengabarkan suatu berita dan fokus pada berita tersebut dalam jangka
waktu yang sudah ditentukan yang memang sengaja untuk membuat masyarakat lupa dengan kasus
besar yang sudah terlanjur menjadi berita besar sebelumnya. Jika kita peka mengamati situasi
nasional, maka kasus Malinda dee ini merupakan isu turunan untuk menutupi kasus besar yang
pernah terjadi dan diberitakan sebelumnya, sebut saja kasus talangan dana Bank Century dan
beberapa kasus lainnya yang memang sedang menyudutkan pemerintah Indonesia sekarang ini.
4.3. Analisa dari segi Hukum

Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuanuntuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang
kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah dari kegiatan yang sah. Sesuai dengan
pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, tindak
pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan
barang / tenaga kerja / imigran, Perbankan,  narkotika, psikotropika, perdagangan budak / wanita /
anak / senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, dan penipuan.

Dengan sudah dikeluarkannya UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang ini, tindak pidana pencucian uang dapat dicegah atau diberantas, antara lain kriminalisasi atas
semua perbuatan dalam setiap tahap proses pencucian uang yang terdiri atas :

a. Penempatan (placement) yakni upaya menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke
dalam sistem keuangan (financial system) atau upaya menempatkan uang giral (cheque, wesel
bank, sertifikat, deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam sistem keuangan, terutama sistem
perbankan.
b. Transfer (layering) yakni upaya untik mentransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana
(dirty money) yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan (terutama bank)
sebagai hasil upaya penempatan (placement) ke penyedia jasa keuangan yang lain. Dilakukannya
layering, membuat penegak hukum sulit untuk dapat mengetahui asal usul harta kekayaan
tersebut.
c. Menggunakan harta kekayaan (integration) yakni upaya menggunakan harta kekayaan yang
berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui
penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan halal (clean money),
untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kembali kegiatan kejahatan.

Pelaku dijerat pasal 49 ayat 1 dan 2 UU No 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No 10
tahun 1998 tentang perbankan dan atau pasal 6 UU No 15 tahun 2002 sebagaimana diubah dengan
UU No 25 tahun 2003 sebagaimana diubah dengan UU no 8 tahun 2010 tentang tindak pidana
pencucian Uang dan pastinya pelaku dikenakan sanksi berupa denda dan hukuman penjara.

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam menjalani profesi sebagai bankir harus mengikuti prinsip – prinsip kode etik profesi
Bankir yang berlaku, termasuk prinsip umum yang berlaku salah satunya adalah prinsip integritas
yang mencakup kejujuran, tanggungjawab, pertimbangan professional, komitmen, dan bisa
dipercaya. Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian dan
tanggungjawab sosial yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan manajemen
bank yang profesional pula. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang Bankir harus berpedoman
pada kode etik profesi yang ada sebagai pedoman dalam berperilaku dan bertindak agar pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar serta tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Jika seorang bankir melakukan penyimpangan dari kode etik dan prinsip yang ada maka
konsekuensinya akan menerima sanksi seperti yang telah diatur dalam Ikatan Bankir Indonesia
berupa pemberhentian sebagai Bankir. Selain itu, penyimpangan yang dilakukan juga akan
memberikan dampak yang merugikan terhadap banyak pihak diantaranya pihak bank yang
bersangkutan, nasabah, masyarakat, orang – orang terdekat, dan juga pada profesi bankir itu sendiri.
Seperti pada kasus ini Melinda sebagai bankir yang bekerja pada Citibank melakukan pelanggaran
kode etik bankir bahkan juga melakukan pelanggaran hukum. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa
Malinda melanggar 3 kode etik bankir. Pelanggaran kode etik pertama adalah Malinda terbukti tidak
patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku karena ia melakukan
penggelapan dan pencucian uang, dimana tindakan tersebut bertentangan dengan pasal dalam
Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Kemudian
pelanggaran kode etik ke dua Malinda terbukti menyalahgunakan wewenangnya sebagai
Relationship Manager Citibank (dengan pangkat Vice President) dengan mengajukan blanko kosong
untuk ditandatangani nasabah yang digunakan untuk mencuri uang nasabah tanpa disadari oleh
pemilik rekening. Selain itu, Malinda juga menggunakan surat kuasa dari nasabah, meminta teller
Citibank melakukan pencatatan palsu terhadap beberapa transfer uang ke empat perusahaan
miliknya. Dana nasabah juga digunakan Malinda untuk kepentingan pribadinya. Dan pelanggaran
kode etik yang ketiga, melakukan perbuatan tercela yang merugian citra profesi dan lembaga. Selain
itu dapat dilihat juga dari kasus ini bahwa Malinda tidak memiliki prinsip tanggung jawab terhadap
dana nasabah yang seharusnya ia kelola dengan baik. Malinda juga mengabaikan prinsip kejujuran
karena ia telah menipu nasabah – nasabahnya. Selain itu, Malinda tidak memiliki prinsip integritas
karena ia tidak memiliki kejujuran dan komitmen dalam menjalankan profesinya serta tidak dapat
memelihara dan meningkatkan kepercayaan nasabah. Akibatnya, perbuatan Malinda memberikan
dampak negatif terhadap profesi bankir yaitu kepercayaan masyarakat terhadap seorang bankir akan
berkurang dan citra profesi seorang bankir akan menurun. Dan juga prosedur perbankan menjadi
lebih diperketat sehingga akan lebih membatasi ruang gerak bankir. Kemudian juga pihak Citibank
menjadi dilanda krisis reputasi dan krisis kepercayaan dari masyarakat.

15
Kemungkinan terburuk Citibank bisa dilanda krisis keuangan. Selain itu pihak keluarga Melinda
juga ikut merasakan imbasnya dengan tercemarnya nama baik keluarga di mata masyarakat. Di lain
pihak, pandangan atau respect masyarakat terhadap Malinda akan menurun, karena pelanggaran
etika akan menimbulkan ketidaksukaan dari suatu kelompok tertentu, dan tentunya Malinda akan
merasa tersisih dari masyarakat sekitar. Dan konsekuensi dari semua tindakanya itu Malinda
diberhentikan dari profesinya sebagai seorang bankir di Citibank.
Kemungkinan penyimpangan kode etik yang dilakukan oleh Malinda disebabkan oleh kegagalan
sosialisasi tentang perlunya bertindak sesuai dengan aturan atau tata tertib yang ada. Dalam kasus
ini, kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional bisa berasal dari tiga kemungkinan. Yang
pertama yaitu kegagalan keluarga dan lingkungan sekitar dalam membentuk seorang individu
menjadi pribadi yang baik. Yang kedua adalah peran dari lembaga pendidikan. Selain memberikan
ilmu dan pengetahuan, lembaga pendidikan juga harus menanamkan perilaku beretika dan bermoral
kepada tiap – tiap individu. Dan yang ketiga adalah kegagalan dari pihak organisasi (Citibank)
dalam mengatur dan mengawasi karyawannya.
5.2. Saran
Sebagaimana pada kesimpulan diatas perusahaan harus menerapkan suatu kebijakan yang jelas yang
disetujui oleh atasan sampai bawahan sehingga masalah- masalah pelanggaran etika bisnis tidak
terjadi karena secara keselurahan akan menggangu jalanya kinerja perusahaan sebagai contohnya
dapat menerapkan International Organization for Standardization (ISO). Untuk meminimalisir dan
mencegah pelanggaran terhadap kode etik, pelanggaran hukum, dan perilaku menyimpang tiap
profesi yang ada, khususnya profesi bankir, ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu melalui
keluarga sebagai pembentuk utama individu menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab,
kesadaran individu untuk tidak melakukan tindakan menyimpang atau kriminal, lembaga pendidikan
yang harus lebih menekankan pelajaran tentang sikap moral dan etika tidak hanya ilmu pengetahuan,
organisasi atau perusahaan harus memperketat pengawasan internal,untuk memperketat pengawasan
tersebut memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi diharapkan dapat mencegah
terjadinya kasus pembobolan uang nasabah. kemudian dengan memperketat perekrutan Sumber Daya
Manusia ( SDM ) perbankan sehingga yang diterima benar-benar yang mempunyai kredibilitas tinggi.
tidak hanya dari sisi skill dan knowledge namun lebih penting dari itu attitude, yang menyangkut
kejujuran dan komitmen tinggi pada profesi bankir. dan yang selanjutnya pemerintah harus mulai
memperkuat penegakan hukum, membersihkan aparat atau oknum-oknum penegak hukum yang
masih dapat dengan mudah disuap. lalu memperbaiki dua kelemahan mendasar BI yaitu pengawasan
dan koordinasi. dua hal ini harus terus-menerus diperbaiki karena selama ini dijadikan jalan bagi
pembobol bank untuk beraksi. Atau dengan mengadakan kerjasama dengan para provider seperti
Telkomsel, Satelindo dll untuk pengungkapan jaringan melalui mobile phone.
Jadi, kasus Malinda Dee harus benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk mengembangkan tata
kelola dan standar etika bankir yang lebih baik. Perilaku etis bankir membutuhkan regulasi serta
edukasi yang kuat. Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam membentuk pribadi
berkualitas yang taat pada aturan dan norma – norma yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atmasasmita, Romli.1992. Tindak Pidana, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi.Bandung: PT. Eresco
Hasibuan, Malayu S.P.2005. Dasar-Dasar Perbankan.Jakarta: PT. Bumi Aksara
http://ikatanbankir.com/ibi/content.php?id=4&top=3
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1224/1/Si.Cantik.Pembobol.Bank
http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1381232/aksi-tipu-tipu-melinda-dee
http://tv.okezone.com/play/10160/kasus-melinda-dee-mulai-menyeret-citibank
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_20025_3o.ppt
http://www.bamsoetnews.com/berita/berita9063-Kronologis-Kasus-Malinda-Dee.html
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/kode-etik-pegawai/Contents/Default.aspx
https://www.lintas.me/article/id.berita.yahoo.com/inilah-kronologi-inong-alias-melinda-dee-si-pembobol
citibank/1
http://www.lppi.or.id/index.php/module/Pages/sub/16/id/kode-etik-bankir
http://www.tempo.co/read/news/2011/11/16/063366926/Kasus-Citibank-Malinda-Suka-Tebar-Uang-ke-
Teller
http://www.tempo.co/topik/tokoh/585/Inong-Malinda-Dee
http://www.tribunnews.com/topics/si-seksi-pembobol-citibank
Kasmir.2002. Manajemen Perbankan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Lawang, Robert M.Z.1980. Pengantar Sosiologi.Jakarta: Universitas Terbuka
Notoatmodjo, Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Remy, Sutan Sjahdeini.2007.Seluk-Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme.Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Sandhikatullah,Vaza.2011.Pengaruh Kasus Melinda Dee dan Bank Mega terhadap Pergerakan Harga
Saham Perbankan Nasional. Semarang : Universitas Diponegoro
Sumarni, Murti.1996. Marketing Perbankan.Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Sutedi, Adrian.2010. Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, Dan
Kepailitan.Jakarta: Sinar Grafika
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang
Winardi J.2004. Manajemen Perilaku Organisasi.Jakarta: Prenada M
http://www.tribunnews.com/nasional/2011/04/13/kasus-melinda-dee-ada-tindakan-pencucian-uang
https://diptyaaris.wordpress.com/2012/12/20/analisis-kasus-melinda-dee/
17

Anda mungkin juga menyukai