Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN

MANAGEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BOUGENVILE
RS KASIH

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Managemen Keperawatan Program


Profesi Ners STIKES “ Artha Bodhi Iswara” Surabaya

Oleh :

1. Ertina Octavia Wijayanti 2040007 6. Eunike Dessy Wadjin 2040008


2. Anggie G.O Imsula 2040001 7. Maria Antonia Roju 2040014
3. Doktuter Tanaem 2040004 8. Silvadina D. Ovieyanti 2040022
4. Joao Xavier Ximenes 2040013 9. Rike Irmawati Tallo 1510039
5. Apriwana Fallo 2040002 10. Rina Ridwana Q.A 2040021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA
2020/2021
2

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu
instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen
merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan
keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan
pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi)
dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (Griffin,
2004).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya (Sabarguna, 2008). Suatu rumah sakitmemerlukan pengorganisasian
untuk melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan
staf-staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu
mejalankan
pelayanan yang optimal. Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan
dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan
jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian
tugas, kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan
pelayanan yang optimal. Oleh karena itu menejer keperawatan perlu menetapkan
kerangka kerja, yaitu dengan cara: mengelompokan dan membagi kegitan yang
harus dilakukan, menentukan jalinan hubungan kerja antara tenaga dan
menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui penugasan,delegasi dan
wewenang. Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional peran
dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga
kompetensi kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena
kemampuan itu manajer kepala ruang akan diuji untuk menata pengorganisasian
staf dan menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
sebagai refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Peran dan fungsi
kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan organisasi dalam
sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan fungsi kepala ruang antara lain
mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi ketenagaan, merencanakan
pengorganisasian, melakukan pengarahan dan melakukan pengendalian
organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berarti seseorang yang tanggung
jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen dalam suatu organisasi
memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal, peran pemberi
informasi serta peran pengambilan keputusan.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagakerjaan,
pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan
dapat mengerti prinsip managemen keperawatan dan model pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai dengan ruangan.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di ruangan mahasiswa
mampu :
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan (5 M = Man, Methode,
Material, Money, Marketing)
b. Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana di ruang Bougenvile
c. Melakukan analisis SWOT
d. Mengidentifikasi permasalah dan menentukan prioritas masalah
e. Melakukan penghitungan BOR
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengolahan suatu ruang rawat inap
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model yang
diaplikasikan di ruang Arofah
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MAKP di ruang Bougenvile
d. Mahasiswa dapat menganilisi maslah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di ruang Bougenvile
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruang Bougenvile yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas disiplin dari perawat.
BAB 2

PENGKAJIA

2.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16-20 November 2020, meliputi :
ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan dan pemasaran. Data
yang didapat dianalisis menggunakan Analisis SWOT sehingga diperoleh
beberapa rumusan masalah kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
a. KETENAGAAN (M1-MAN)
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan
non keperawatan, keunggulan dari ruang Bougenvile adalah telah
menerapkan model keperawatan MAKP dalam pelaksanaan proses
keperawatan. Bedah Bougenvile memiliki tenaga perawat sebanyak 17 orang
dimana terdapat kualifikasi S2 sebanyak 1 orang (5,8%), S1 keperawatan
sebanyak 5 orang (29,5%) dan jumlah tenaga D3 keperawatan sebanyak 11
orang (64,7%). Terdapat tenaga pekarya kesehatan sebanyak 6 orang, pekarya
rumah tangga sebanyak 2 orang serta cleaning service ruangan sebanyak 2
orang.
1. Struktur MAKP Ruang Bedah Bougenvil
Kepala ruangan

Perawat primer I Perawat primer II

Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate Perawat Assosiate
Perawat Assosiate
Perawat Assosiate

Pekarya kesehatan Pekarya rumah tangga


Sore Perawat Perawat
Penanggung
Jawab Assosiate Assosiate

Malam Perawat
Penanggung
Assosiate
Jawab

Gambar 2.1 Struktur MAKP Ruang Bedah Bougenvil Model MAKP Moduler
Sumber : Data Sekunder Hasil Wawancara Kepala Ruangan Bedah Bougenvil
RSUD KASIH

Tabel 2.1 Daftar Perawat Ruang Bedah Bougenvil RSUD KASIH Bulan
NOVEMBER 2020
Lama Kerja
Pendidikan
No Nama Jabatan di Ruangan Pelatihan
Terakhir
(Th)
1 Ibu E, Ka Ruang S2 24 tahun PKMRS, Rehabilitasi,
S.Kep.,Ns., CI, AT, Meneg. Kep,
M.Kes Palliative, LSH, K3RS,
PPGD, Renpra,
Tranfusi, LKE,
Radiologi, Laborat,
Komputer, PPI,Patient
Safety
2 Ibu EY, CI S1 23 tahun PKMRS, Rehabilitasi,
S.Kep. Ns CI, AT, Meneg. Kep,
Palliative, LSH, K3RS,
PPGD, Renpra,
Tranfusi, LKE,
Radiologi, Laborat,
Komputer, PPI,Patient
Safety
3 Bpk M CI S1 19 tahun Dalin, PKMRS, ATLS,
S.Kep.Ns Rehabilitasi, CI, AT,
PPOSR, Palliative,
LSH, Flu Burung,
K3RS, LKE, Laborat,
HIV, PPI, Patient
Safety
4 Bp. D Pelaksana D3 22 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
5 Bp S, Pelaksana D3 17 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, LKE,
Radiologi, Komputer,
PPI, Patient Safety
6 Bp K, Pelaksana D3 20 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
7 Bp R, Pelaksana D3 17 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
8 Bp G, Pelaksana D3 9 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
9 Bp SW, Pelaksana D3 7 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
10 Bp SA, Pelaksana D3 7 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
11 Bpk Nu, Pelaksana S1 4 tahun Renpra, Pra Tugas,
S.Kep.Ns Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
12 Bp BA, Pelaksana S1 3 tahun Renpra, Pra Tugas,
S.Kep.Ns Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
13 Ibu Al, Pelaksana D3 2 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
14 Bp Hs. Pelaksana S1 1 tahun Renpra, Pra Tugas,
S.Kep. Ns Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD Renpra,
Pra Tugas, Laborat,
HIV, Meneg. Kep,
GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
15 Ibu Dha, Pelaksana D3 1 tahun Renpra, Pra Tugas,
A.Md.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
16 Bp Pelaksana D3 1 tahun Renpra, Pra Tugas,
AW.AMd.Ke Laborat, HIV, Meneg.
p Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, PPI,
Patient Safety
17 Bp DW, Pelaksana D3 3 bulan Renpra, Pra Tugas,
Amd.Kep Laborat, HIV, Meneg.
Kep, GKM, PPLSR,
Tranfusi, Palliative, Flu
Burung, Audit Kep,
K3RS, PPGD, LKE,
Radiologi, Komputer,
PPI, Patient Safety
2. Tenaga medis
Tabel 2.2 Daftar Kualifikasi Pendidikan Ketenagaan Ruang Bedah Bougennvile Bulan
november 2020

NO Kualifikasi Jumlah Jenis


1 S2 Kesehatan Masyarakat 1 PNS
2 S1 Keperawatan 5 2 PNS, 3 BLUD
3 D3 Keperawatan 11 5 PNS, 6 BLUD

3. Tenaga non medis


Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Medis Ruang Bedah Bougenville Bulan November
2020
No. Nama Jumlah
1. Tata usaha 1
2. Pekarya Kesehatan 6
3. Pekarya Rumah Tangga 2
4. Cleaning Service 2

4. Daftar Kasus Terbanyak


Tabel 2.4 Daftar kasus terbanyak di Ruang Bedah Bougenville bulan oktober
2020
No. Klasifikasi Jumlah
1. DPJP Upper Extremity 4
2. DPJP Lower Extremity 4
3. DPJP C Spine 2
4. DPJP Muskuloskeltal Tumor 2
5. DPJP Pediatri 4
DPJP lain-lain
6. DPJP Digestif 2
7. DPJP Gigi Mulut 2
8. DPJP Kepala Leher 3
9. DPJP Onkologi 3
10. DPJP TKV 3
11. DPJP Plastik 2
5. Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
1) Rasio
Ruangan Bedah Bugenvile di RS Kasih merupakan RS Tipe A memiliki Jumlah
bed 36
2) Metode Douglas
Bagi klien rawat inap, standar waktu pelayanan klien antara lain:
(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 s/d 2 jam / 24 jam
(2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 s/d 4 jam / 24 jam
(3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5 s/d 6 jam / 24 jam

Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan sistem


klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kategori I: Perawatan Mandiri
2) Kategori II: Perawatan Intermediet
3) Kategori III: Perawatan Total

Tabel 2.5 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Klien
Klasifikasi Klien
Jumla Minimal Parsial Total
h P S M P S M P S M
Klien
1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,15 0,0 0,3 0,3 0,2
7 4 0 7 7 6 0 0
2 0,3 0,2 0,2 0,5 0,30 0,1 0,7 0,6 0,4
4 8 0 4 4 2 0 0
3 0,5 0,4 0,3 0,8 0,45 0,2 1,0 0,9 0,6
1 2 0 1 1 8 0 0
Dst

Tingkat ketergantungan menurut Ratna Sitorus (2006) dalam Nursalam


(2011), klien dan kebutuhan perawat secara keseluruhan diruang Bougenvile tanggal
15 November 2020:
Tabel 2.6 Tingkat Ketergantungan Klien di Ruang Bougenville tanggal 16 November
2020
Jumlah Kebutuhan tenaga perawat
Klasifikasi Klien
klien Pagi Sore Malam
Minimal care 22 4 3 2
Partial care 3 2 1 1
Total care - - - -
Total 25 6 4 3

3) Metode Gillies
Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan Metode Gillies di Ruang Bougenvile RSUD Kasih November
Kapasitas : 36 Bed
Pasien : 25 orang
Mandiri : 22 orang
Parsial : 3 orang
Total : - orang
BOR ( Bed Occupacy Rate )
a. BOR pasien di ruang Bedah Bougenvile RSUD Kasih
Tabel 2.7 BOR Ruang Bedah Bougenville tgl 16 November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)
2 Sore 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)
3 Malam 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)

Tabel 2.8 BOR Ruang Bedah Bougenville tgl 17 November 2020


NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 32 bed
(0 kosong) (10 kosong) X 100%=72,2%
2 Sore 4 bed 32 bed
(0 kosong) (10 kosong) X 100%=72,2%
3 Malam 4 bed 32 bed
(0 kosong) (10 kosong) X 100%=72,2%
Tabel 2.9 BOR Ruang Bougenville RSUD KASIH tanggal 18 November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)
2 Sore 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)
3 Malam 4 bed 32 bed
(0 kosong) (11 kosong)

Tabel 2.10 BOR Ruang Bougenville RSUD KASIH tanggal 19 November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 32 bed
(0 kosong) (8 kosong)
2 Sore 4 bed 32 bed
(0 kosong) (8 kosong)
3 Malam 4 bed 32 bed
(0 kosong) (8 kosong)

Tabel 2.11 BOR Ruang Bougenville RSUD KASIH tanggal 20 November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 32 bed
(0 kosong) (7 kosong)
2 Sore 4 bed 32 bed
(0 kosong) (7 kosong)
3 Malam 4 bed 32 bed
(0 kosong) (7 kosong)

b. BOR pasien kelolaan di ruang Bougenvile RSUD KASIH


Tabel 2.12 BOR Pasien Kelolaan Ruang Bedah Bougenville tanggal 16
November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 2 bed
(0 kosong) (0 kosong) X100%=100%
2 Sore 4 bed 2 bed
(0 kosong) (0 kosong) X100%=100%
3 Malam 4 bed 2 bed
(0 kosong) (0 kosong) X100%=100%
Tabel 2.13 BOR Pasien Kelolaan Ruang Bedah Bougenville tanggal 17
November 2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 3 bed
(0 kosong) (0 kosong)
2 Sore 4 bed 3 bed
(0 kosong) (0 kosong)
3 Malam 4 bed 3 bed
(0 kosong) (0 kosong)

Tabel 2.14 BOR Pasien Kelolaan Ruang Bougenville tanggal 18 November


2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 3 bed
(0 kosong) (1 kosong) X100%=85,7%
2 Sore 4 bed 3 bed
` X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)

3 Malam 4 bed 3 bed


(0 kosong) (1 kosong) X100%=85,7%

Tabel 2.15 BOR Pasien Kelolaan Ruang Bougenville tanggal 19 November


2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)
2 Sore 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)
3 Malam 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)
Tabel 2.16 BOR Pasien Kelolaan Ruang Bougenville tanggal 20 November
2020
NO SHIFT KELAS 2 KELAS 3 BOR
1 Pagi 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)
2 Sore 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)
3 Malam 4 bed 3 bed
X100%=85,7%
(0 kosong) (1 kosong)

6. Persentase kasus terbanyak diruang Bougenvile bulan Nov 2020


Tabel 2.17 Persentase kasus rata-rata terbanyak di ruang Bedah Boegenvile
bulan November
No. Klasifikasi Kasus Presentase Persentase
Total
1. Bedah Plastik 1
X100%=1,53
2. Digestif 7
X100%=10,7
3. Orthopedi 43

4. Gigi dan Mulut 3

5. TKV 7

6. KL 4

Total 65 100%

7. Beban Kerja Perawat di Ruang Bougenvile RSUD KAsih


Perhitungan beban kerja perawat menggunakan teknik Time and motion
study, teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan
personel yang diamati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban
kerja personel dan kualitas kerjanya (Nursalam,2014).
Tabel 2.18 Beban Kerja Perawat di Ruang Bedah Bougenvile

Kegiatan
Pagi Sore Malam
Tindakan Produktif :
DIRECT
a. Memberi obat kepada pasien (injeksi;oral) 25 menit 25 menit 25 menit
b. Pengambilan spesimen lab
c. Rawat luka 15 menit 5 menit 10 menit
d. Observasi TTV 15 menit 15 menit -
e. Merapikan tempat tidur 40 menit 40 menit 60 menit
f. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan elektrolit 30 menit 5 menit -
g. Memenuhi kebutuhan rasa aman 10 menit 5 menit 5 menit
dan nyaman
h. Menerima pasien baru 15 menit 15 menit 15 menit
i. Pendidikan kesehatan
j. Persiapan operasi 15 menit 20 menit -
15 menit 15 menit -
15 menit 15 menit 15 menit

Total 195 160 130


Tindakan Produktif tidak langsung
INDIRECT
a. Operan dinas 30 menit 30 menit 15 menit
b. Timbang terima pasien 10 menit 10 menit 10 menit
c. Menulis dokumentasi tindakan di RM 100 menit 100 menit 100 menit
d. Menulis laporan
e. Membantu transport pasien dari dan ke 30 menit 30 menit 50 menit
ruang operasi 15 menit 15 menit 15 menit

Total 185 185 190


Waktu non produktif
a. Duduk di nurse station 10 menit 25menit 180menit
b. Sholat 10 menit 30menit 30menit
c. Makan dan minum 10 menit 10menit 40menit
d. Toilet 10 menit 10menit 30menit
Total 40 75 280
Shift pagi
Waktu produktifitas 195
Tidak produktif 185
Jumlah jam kerja 40
Prosentase produktifitas kerja 420
Shift sore
Waktu produktifitas 160
Tidak produktif : 185
Jumlah jam kerja 75
Prosentase produktivitas kerja 420
Shift malam
Waktu produktifitas 130
Tidak produktif 190
Jumlah jam kerja 280
Prosentase produktivitas kerja 600
Keterangan:Tinggi > 80 %, Sedang 60 – 80 % dan Rendah < 60 %

2.2 Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2/Material)

Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 16 November 2020. Adapun data
yang didapat adalah sebagai berikut:
2.2.1 Visi Misi RS Kasih

a. Visi RSUD KASIH


Menjadi rumah sakit bermutu internasional dalam pelayanan, pendidikan dan
penelitian
b. Misi KASIH
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian yang
professional, akuntabel yang berorientasi pada kastemer untuk menuju
pelayanan kesehatan berstandar internasional
c. Motto KASIH
Noto roso, among roso, mijil tresno, agawe karyo “saya senantiasa
mengutamakan kesehatan penderita”
2.2.2 Visi Misi Instalasi Rawat Inap (IRNA Bedah)

1. Visi Instalasi Rawat Inap (IRNA Bedah)


Menjadi IRNA bedah yang mampu dan handal dalam mendukung dan
berperan aktif dalam pelayanan pendidikan dan penelitian di RSUD KASIH
2. Misi IRNA Bedah
1) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi baik secara horizontal (antara
staf, pelaksana program, dokter, perawat dan pelaksana kesehatan yang
ada dilingkungan IRNA bedah dan lintas sektoral) maupun secara vertikal
(corporate dan pengendali program) dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian.
2) Optimalisasi sarana yang ada sehingga efektif dan efisien
3) Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) IRNA bedah yang
profesional, akuntabel, yang berorientasi pada customer serta mempunyai
integritas yang tinggi dalam memberikan pelayanan dan tetap berpegang
teguh pada etika.
4) Mendukung dan berperan aktif pada pelaksaan proses pendidikan yang
menunjang pelayanan kesehatan berdasarkan standar nasional dan
internasional
5) Mendukung dan berperan aktif pada pelaksanaan penelitian yang
mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kedokteran
dan pelayanan kerumahsakitan
3. Motto IRNA Bedah
1) Saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderita
2) Tiada hari tanpa senyum
4. Nilai IRNA Bedah
Etika, Profesionalisme, Integritas, Kemitraan, Keadilan dan Kemandirian
5. Tujuan Khusus Unit Keperawatan: Ruang Boegenvile
Memberikan asuhan keperawatan meliputi bio, psiko, sosial dan spritual yang
ditujukan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal, antara lain :
a. Trauma
1) Cedera tulang belakang
2) Patah tulang femur/ humerus baik terbuka atau tertutup dengan
komplikasi
3) Patah tulang pendek antara lain tulang tangan dan tulang kaki dengan
komplikasi
b. Infeksi
1) Osteomielitis
2) Spondilitis TBC
3) Coxitis
4) Pyomielitis
c. Tumor atau Karsinoma
d. Degeneratif
e. Kongenital
1) CTEV
Polidaktil/
sindactili
2.2.3 Denah Lokasi

Lokasi ruang Bougenvile RSUD KASIH adalah dengan batas-batas sebagai


berikut:
1) Sebelah Timur berbatasan dengan ruang dept/SMF Orthopedi &
Traumatologi
2) Sebelah Barat berbatasan dengan GBPT
3) Sebelah Utara berbatasan dengan ruang Bedah Aster
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan ruang Cempaka

Dalam ruang Bougenvile sendiri terbagi menjadi ruang rawat inap yang
digolongan menjadi kasus orthopedik luka kotor, spine, non-orthopedik (seperti
digestive), dan orthopedik luka bersih atau tanpa luka. Secara umum, kapasitas ruang
Bedah Bougenvil memiliki kapasitas 36 tempat tidur (bed), terdiri dari 32 bed kelas
III dan 4 bed kelas II. Kelas III terdiri dari 4 bed untuk luka kotor, 8 bed untuk kasus
non-orthopedik, 7 bed untuk spine, dan 13 bed untuk luka bersih ataupun tidak ada
luka. Kelas II terdiri dari 4 bed yang diutamakan untuk kasus-kasus orthopedik.
Ruangan sebelah Barat terdapat pintu utama keluar/masuk Bedah Bougenvil, apotek,
tempat pembagian makanan, ruang mahasiswa, kamar mandi pasien, dan tempat tidur
pasien yang terdiri dari kasus spine, kasus orthopedik luka bersih, dan kelas II.
Ruangan sebelah Timur terdapat lemari linen, spoel hock, kamar pasien yang terdiri
atas kasus orthopedik luka kotor, non-orthopedik, dan spine. Ruangan sebelah selatan
adalah pintu keluar/masuk akses bedah Bougenvil yang sudah tidak digunakan dan
terdapat ruang edukasi yang didalamnya berisi kulkas penyimpan darah, lemari obat,
dan aerocom. Ruangan bagian Utara terdapat ruang kepala ruangan, TU, dapur,
kamar ganti, mushala untuk pegawai, dan meja perawat untuk timbang terima.
Ruangan Tengah, terdapat nurse station, kamar mandi pegawai, dan ruangan kecil
untuk menyimpan body jacket, brankard, dan kursi roda.
Gambar 2.2 Denah Ruangan Bedah Bougenville RSUD KASIH
23

2.2.4 Peralatan dan Fasilitas


1) Fasilitas untuk klien
Tabel 2.19 Fasilitas untuk Klien Ruang Bedah Bougenvil
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat tidur 8 buah Baik
2 Meja klien 4 buah Baik
3 Kursi klien 8 buah Baik
4 Bangku tunggu 8 buah Baik
5 AC 4 buah Baik
6 Kursi roda 8 buah Baik
7 Brankard 4 buah Cukup baik
8 Timbangan BB 1 buah Baik
9 Kamar mandi dan WC 4 buah Baik
10 Dapur 1 buah Baik
11 Rak handuk 2 buah Baik
12 Handrub 10 buah Baik
13 Handwash 1 buah Baik

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan


Tabel 2.20 Fasilitas untuk Petugas Kesehatan di Ruang Bedah Bougenvile Bulan
November 2020
No Nama barang Jumlah Kondisi
1 Tensimeter 12 buah 7 Baik, 5 Rusak
2 Stetoskop 12 buah 10 Baik, 2 Rusak
3 Termometer 7 buah Baik
4 Instrumen perawatan luka 12 buah Baik
5 Bak injeksi 2 buah Baik
6 Bak instrument 2 buah Baik
7 Vena sectio set 1 buah Baik
8 Gunting perban 13 buah Baik
9 Bengkok 52 buah Baik
11 Blas spuit 2 buah Baik
12 Baskom mandi 2 buah Baik
13 Standar infus 4 buah 3 Baik, 1 rusak
14 Pispot - -
15 Sarung tangan - Tinggal Bekas Pakai
16 Tabung oksigen 8 buah Cukup Baik
17 Flowmeter 5 buah Baik
18 Selang 4 buah Baik
19 Ambu bag 8 buah Baik
20 Timbangan badan 1 buah Baik
21 Tromol Kecil 8 buah Baik
24 Senter - -
25 Suction pump - -
26 Perlak 57 buah 51 Baik, 6 Rusak
27 Nebulizer - -
28 Suction - -
29 Syringe pump - -
30 EKG monitor - -
31 Infusion pump - -
32 Regulator oksigen 5 buah Baik
33 Almari kayu - -
34 Meja tulis 2 buah Baik
36 Kursi 16 buah Baik
36 Televisi 1 buah Baik
37 Meja obat - -
38 Kereta makan 4 buah Baik
39 Komputer - -
40 Kulkas - -

Daftar Linen:
Kondisi
No Nama Barang Jumlah Baik Rusak
1 Sprei 72 72 -
2 Penjurus - - -
3 Selimut 72 72 -
4 Sarung bantal 72 72 -
5 Sarung guling 72 72 -
6 Masker 50 50 -
7 Handuk 28 28 -
8 Celana klien 30 30 -
9 Baju klien 30 30 -
10 Waslap 28 28 -
11 Kordern besar 40 40 -
12 Korden jendela 8 8 -
13 Skort kerja 20 20 -
14 Taplak meja - - -
15 Sarung oksigen - - -
16 Serbet makan 1 1 -
17 Lap piring 2 2 -
18 Kasur 36 36 -
19 Bantal 36 36 -
Kepala Ruang mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab inventaris untuk
perawatan dari barang inventaris dan fasilitas di Ruang Bougenville. Semua alat
kesehatan yang berada di Ruang Bougenville di kalibrasi setiap bulan dan mendapat
tanda telah di kalibrasi.
a. Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Di Ruang Bougenville dalam memenuhi stok obat dan Consumable
dilakukan oleh pihak farmasi, namun ada 1 set obat emergency yang
disediakan di ruangan.
b. Administrasi penunjang
1. Buku injeksi
2. Buku observasi suhu dan nadi
3. Lembar dokumentasi
4. Buku timbang terima buku laporan
5. Buku konsultasi
6. Buku SAK
7. Buku-buku protap dan acuan
a) Buku protap rekam medik
b) Protap keperawatan
1) Pemberian makan/ minum melalui pipa lambung
2) Menolong klien BAK/BAB
3) Menyisir rambut
4) Memberikan oksigen
5) Menjaga keselamatan klien di tempat tidur
6) Membersihkan mulut
7) Membersihkan rongga mulut
8) Membantu klien tidur
9) Menghidangkan dan membantu memberikan makanan dan
minuman kepada klien
10) Memelihara dan memotong kuku
11) Memelihara rambut
12) Memandikan klien di tempat tidur
13) Mencuci tangan
14) Menerima klien baru
15) Melaksanakan program orientasi kepada klien
16) Persiapan klien pulang
17) Komunikasi secara langsung
18) Mengukur tekanan darah
19) Menghitung pernapasan
20) Mengukur denyut nadi
21) Mengukur suhu aksila
22) Mengukur suhu rektal
23) Menimbang berat badan orang dewasa
24) Menimbang berat badan bayi
25) Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
26) Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar
27) Melaksanakan ambulasi dini
28) Memberikan penyuluhan secara individual
29) Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur yang ada klien di
atasnya
30) Mencukur daerah operasi
31) Memberikan obat oral
32) Injeksi IM
33) Injeksi SC
34) Injeksi IV
35) Injeksi IC
36) Perawatan luka bersih
37) Perawatan luka kotor
38) Merawat borok tirah baring
39) Memasang infus
40) Mengambil darah vena
41) Posisi fowler
42) Mengatur posisi trendelenberg
43) Mengukur cairan masuk/ keluar
44) Penghisapan lendir
45) Persiapan pemasangan dan perawatan kateter
46) Pemasangan kateter
47) Melakukan enema dengan gliserin
48) Melakukan enema
49) Pengambilan gas darah
50) Timbang terima klien
51) Persiapan klien pulang
52) Mengangkat jahitan pada luka
53) Perawatan akut
54) Perawatan luka kronik
55) Prosedur assesment awal keperawatan
56) Catatan perkembangan terintegrasi keperawatan
57) Prosedur menerima pindahan klien dari Roy
58) Persiapan alat memberikan tranfusi darah
59) Penggunaan nebulizer
60) Perawatan fiksasi klien gaduh, gelisah dan beringas
61) Merujuk klien ke IRD
62) Drying stelilizer
63) Pemakaian penatalaksanaan alat pelindung diri bagi petugas
pada klien agresif
64) Kumbah lambung
65) Obat Suppositoria
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa di Ruang Bedah
Bougenville terdapat 1 booklet untuk edukasi kepada pasien, namun masih
belum ada leaflet yang seharusnya digunakan sebagai media penambah
pengetahun pasien di rumah dan sebagai komponen kelengkapan
discharge planning.
29

2.2.5 Alur Pengadaan Barang di Ruang Bedah Bougenvil


RUANG BEDAH BOUGENVIL

PENGADAAN KERUSAKAN

Alat Habis Pakai ATK Kran air, air Listrik padam, Pintu rusak
(kasa, handscone, alcohol swab, dll) (form/borang, alat tulis, tinta, stempel, dll) macet, limbah lampu padam

Diajukan ke farmasi 1x seminggu (hari kamis) Diajukan ke IRNA Bedah 1x dalam sebulan

Diajukan ke logistik RSUD KASIH oleh IRNA Bedah


Sanitasi IPS Rumah Tangga

Gambar 2.3 Alur Pengadaan Barang di Ruang Bedah Bougenvil


Sumber : Data Sekunder Hasil Wawancara Kepala Ruangan Bedah Bougenvil RSUD KASIH
30

2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3/Metode)


2.3.1 Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan
Professional (MAKP)

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan di


Ruang Bougenville adalah MAKP moduler atau MAKP Primer Modifikasi
yaitu tim-primer dengan kepala ruangan yang merupakan lulusan S1
Keperawatan yang berpengalaman. MAKP moduler dibentuk menjadi 2 tim,
dimana masing-masing tim terdiri dari 2 perawat primer dan beberapa perawat
assosiate. Perawat primer hanya dinas shift pagi sedangkan untuk shift sore
dan malam yang bertugas adalah perawat assosiate. Berdasarkan jenis metode
penugasan ini satu orang perawat bertanggungjawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien/klien masuk hingga
keluar dari rumah sakit. Bentuk modifikasi dari metode ini berupa penugasan
2 Perawat Primer (PP) yang bertanggung jawab terhadap pasien yang masuk
dan ada di ruangan, dibantu dengan 18 Perawat Associate (PA). Perawat
Primer dalam pelaksanaannya memungkinkan untuk menjadi Nurse in
Charge, yakni perawat yang bertanggung jawab sebagai ketua tim per shift
dan beberapa tugas dalam mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan kepada disiplin lain maupun perawat lain.

2.3.2 Timbang Terima

Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas dan juga
kepala ruangan kecuali untuk shift sore dan malam tanpa kepala ruangan.
Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang perawat. Timbang
terima didahului dengan pembukaan oleh kepala ruangan atau didelegasikan
kepada ketua tim kemudian memimpin berdoa dan perawat primer
dipersilahkan mengoperkan kliennya kepada perawat assosiate. Laporan yang
dibacakan pada timbang terima berupa identitas klien, nomor bed klien,
diagnosa medis, keadaan umum, keluhan utama, DPJP, dokter yang merawat,
data obyektif maupun subyektif, masalah keperawatan, intervensi baik
mandiri maupun kolaborasi. Pada saat timbang terima antara PP kepada PA
membahas setiap masalah keperawatan yang ada pada klien, kemudian
dilanjutkan validasi ke klien secara bersama-sama. Pelaksanaan timbang
terima tercatat di dalam buku timbang terima.

2.3.3 Supervisi Keperawatan

Supervisi yang dilakukan meliputi supervisi terjadwal dan yang tidak


terjadwal, supervisi yang terjadwal dilakukan secara periodik sesuai
kebutuhan dan dilakukan oleh kepala irna bedah untuk menilai kinerja
perawat secara umum. Supervisi yang dilakukan kepala ruang tidak terjadwal
untuk menilai kinerja perawat saat melakukan tindakan keperawatan sudah
sesuai dengan SPO yang ada atau tidak. Supervisi dilakukan lebih detail pada
masing-masing perawat. Tidak terdapat format penilaian yang baku,
terstruktur, dan dokumentasi supervisi.

2.3.4 Discharge Planning

Pada ruangan Bougenvile sudah dilakukan pada klien yang akan


pulang menggunakan form Discharge Planning. Proses pelaksanaan
Discharge Planning dilakukan di ruang perawat dengan cara memanggil
keluarga dan klien. Kartu Discharge Planning sudah ada dengan isi sesuai
dengan standart. Identitas klien, tanggal kontrol, aturan diet, obat, perawatan
luka di rumah, aktivitas dan istirahat, perawatan umum, dan hasil pemeriksaan
yang dibawa pulang. Pada ruangan ini belum terdapat leaflet tentang
perawatan lanjutan selama di rumah. Discharge Planning dilakukan oleh PP
tepat sebelum akan pulang.
2.3.5 Sentralisasi Obat

Obat oral maupun obat injeksi telah dilakukan sistem sentralisasi obat
dengan program yang disebut ODD (One Day Dose). Alur sentralisasi obat
adalah obat diresepkan adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian
diserahkan oleh keluarga untuk mengambil resep ke depo farmasi, setelah itu
berdasarkan resep obat diserahkan depo farmasi ke perawat dalam kemasan
perdosis pemberian dengan tanda bukti lembar serah terima obat namun
belum ada informed consent tentang sentralisasi obat dari depo farmasi kepada
klien. Terdapat format pencatatan jenis obat dan jadwal pemberiannya ke
klien serta nama perawat yang bertugas memberikan obat sehingga obat apa
saja yang sudah diberikan dapat terdokumentasikan. Jumlah obat oral dan
injeksi yang diserahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali pemberian dalam
waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan klien.
2.3.6 Dokumentasi Keperawatan

Menggunakan system SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu


sistem pendokumentasian yang berorientasi dari bebagai sumber tenaga
kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain. Berdasarkan
hasil observasi terhadap seluruh status klien yang ada didapatkan:
a. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan
pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data obyektif, data obyektif dan tindakan keperawatan
b. Pendokumentasian perawat pada daftar tersendiri yang terdiri dari lembar
penerimaan klien baru, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
implementasi serta format pembagian obat
c. SOP tentang cuci tangan ditempel di dekat tempat cuci tangan
d. Beberapa pendokumentasian yang dilaksanakan berdasarkan syarat LARB
(Langsung, Aktual, Relevan, dan Baru)
2.3.7 Penerimaan Klien Baru

Penerimaan klien baru dilakukan bila ada klien datang, perawat akan
menyiapkan tempat tidur klien, memperkenalkan diri, memberitahukan aturan
rumah sakit, dan memberikan petunjuk untuk pengambilan obat. Klien baru
yang datang diorientasikan berdasarkan format penerimaan klien baru yang
berisi identitas klien, dokter yang bertanggung jawab, dan perawat yang
bertanggung jawab.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus
perhitungan BOR:
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu
periode)
Tabel 2.21 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 16
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)
Tabel 2.22 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 17
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72 %
(0 kosong) (10 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72 %
(0 kosong) (10 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72 %
(0 kosong) (10 kosong)

Tabel 2.23 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 18
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69 %
(0 kosong) (11 kosong)

Tabel 2.24 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 19
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78 %
(0 kosong) (8 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78 %
(0 kosong) (8 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78 %
(0 kosong) (8 kosong)

Tabel 2.25 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 20
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya klien dirawat)


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of in patient discharge during the period under
consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang klien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus perhitungan ALOS:
(jumlah lama dirawat)
(jumlah klien keluar (hidup + mati)
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus TOI:
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari
Perawatan) (jlhklien keluar (hidup +
mati))
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed
in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus BTO:

Jumlah klien dirawat (hidup +


mati) (jumlah tempat tidur)

Tabel 2.26. Rekapitulasi Klien di Ruang Bougenville Agustus – Oktober 2020


No. Bulan Kapasitas BOR TOI BTO ALOS GDR NDR
1 Agustus 36 80,75 5,71 29,65 18,79 0,00 0,00
2 September 36 78,41 4,63 21,46 19,85 1,82 0,00
3 Oktober 36 82,87 5,14 30,00 18,47 0,00 0,00
2.3.8 Ronde Keperawatan
Dari hasil pengkajian tanggal 16-20 november 2020 ditemukan
bahwa di Ruang Bougenvile belum pernah dilakukan ronde keperawatan
dikarenakan belum ada masalah yang akan dirondekan dan adanya
keterbatasan waktu antara tenaga medis satu dengan tenaga medis yang
lain.

2.4 Pembiayaan dan Billing (M4- Money)

Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang Bougenvil


RSUD kasih didapatkan data sebagai berikut:
2.4.1 Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan
berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD provinsi Jawa Timur.
Sedangkan pembiayaan klien sebagian besar dari BPJS baik BPJS PBI
maupun BPJS Non-PBI dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang
berlaku saat ini sesuai kelas perawatan.
2.4.2 Jenis pembiayaan klien di Ruang Bougenvil meliputi
1) BPJS
Peserta BPJS terdiri dari:
a. PBI (Penerimaan Biaya Iuran)
Peserta PBI antara lain adalah klien yang mendapatkan jaminan dari
pemerintah seperti, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jamkesmas.
b. Non-PBI
Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS
peserta umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran
sesuai dengan kelas yang dikehendaki.
Alur penerimaan klien unit rawat inap yang menggunakan
BPJS yaitu klien melakukan proses transaksi di loker BPJS dengan
sebelumnya mendapatkan surat pengantar rawat inap dari ruangan
(Bougenvil) yang digunakan sebagai jaminan. Selain surat
pengantar rawat inap yang dibutuhkan lagi antara lain, kartu BPJS,
surat pengantar dari Poli atau SMF Orthopedi, serta fotocopy KTP/
KK. Kemudian diserahkan pada tim pengendali BPJS, setelah dari
tim pengendali klien akan mendapat SEP (Surat Eligibitas Peserta)
sebagai bukti bahwa klien telah dijamin oleh pihak BPJS.
c. Biaya Umum
Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah
diterima.
Jenis pembiayaan di ruang Bougenvil di RSUD kasih pada tanggal 16
November – 20 November 2020
Tabel 2.27 Jenis pembiayaan di ruang Bedah Bougenvil tanggal 16
November – 20 November 2020
No No. RM Nama Klien Usia Dokter Biaya
1 12.51.xx.xx Sdr.W 22 Dwikora Non-PBI
2 12.57.xx.xx Sdr.R 17 Dwikora Non-PBI
3 12.57.xx.xx Tn.A 56 Andre Non-PBI
4 12.55.xx.xx Tn.B 30 Maryono Non-PBI
5 12.10.xx.xx Sdr.A 20 Pramono PBI
6 12.39.xx.xx Tn.Y 47 Pramono PBI
7 12.52.xx.xx Tn.M 41 Primadeny Non-PBI
8 12.58.xx.xx Tn.J 45 Bramta Non-PBI
9 12.58.xx.xx Tn.I 47 Vicky PBI
10 12.53. xx.xx Tn.H 56 Yan Efrata Non-PBI
11 12.54.xx.xx Tn.M 51 Teddy PBI
12 12.56.xx.xx Tn.M 31 Jefry PBI
13 12.50.xx.xx Tn.A 46 Dwikora Non-PBI
14 12.44.xx.xx Tn.K 50 Pramono PBI
15 12.48.xx.xx Sdr.B 20 Jefry Non-PBI
16 12.40.xx.xx Tn.S 47 Edwin Non-PBI
17 12.56.xx.xx Tn.R 55 Dwi Hari PBI
18 11.53.xx.xx Tn.D 30 Lukas Non-PBI
19 12.52.xx.xx Tn.S 56 Lukas Non-PBI
20 12.39.xx.xx Tn.S 61 Lukas PBI
21 12.55.xx.xx Tn.M 42 Primadeny Non-PBI
22 12.47.xx.xx Tn.M 41 Heri Suroto Non-PBI
23 12.56.xx.xx Tn.P 26 Dwikora Non-PBI
24 12.56.xx.xx Sdr.D 18 Dwikora Non-PBI
25 12.39.xx.xx Tn.A 27 Heri Suroto Non-PBI
26 12.57.xx.xx Tn.M 25 Andre Non-PBI
27 12.17.xx.xx Tn.A 22 Jefri PBI

2) Billing System
Pelaksanaan billing klien di ruang Bougenvil dilakukan oleh petugas
administrasi. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat mengurangi
beban kerja perawat. Petugas administrasi merekap semua jenis pelayanan
yang diterima klien kemudian disajikan dalam bentuk Rincian Biaya Klien.
3) Tarif Rawat Inap
(1) Tarif Pelayanan Rawat Inap
Tabel 2.28 Tarif pelayanan ruang Bedah Bougenvil RSUD kasih
Kelas Perawatan Tarif
Kelas II Rp 95.000,00
Fasitiltas
1) Bedhead
2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) AC ruangan
5) Makanan + snack
6) Tirai
7) Kamar mandi luar
8) Hand rub
Kelas III Rp 75.000,00
Fasilitas
1) Bedhead
2) Meja bedside
3) Kursi bedside
4) Kamar mandi luar
5) AC ruangan
6) Makanan
7) Hand rub
Sumber: Observasi ruang Bougenvil RSUD kasih
4) Tarif Tindakan Keperawatan Di Rawat Inap
Tarif tindakan keperawatan di ruang Bougenvil berdasarkan paket perawatan
penyakit yang diderita oleh klien. Tarif pelayanan hanya diketahui oleh pihak
BPJS.
5) Gaji Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari negara,
sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari RSUD kasih sesuai
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah kasih tentang
pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan rumah sakit
umum kasih . Gaji pegawai RSUD kasih terdiri dari gaji pokok, remunerasi,
serta tunjangan daerah.
Berikut ini adalah rincian gaji pokok pegawai berdasarkan status kepegawaian
dan golongan:
(1) Golongan IIId : 4.162.900
(2) Golongan IIIc : 3.300.000
(3) Golongan IIIb : 3.100.000
(4) Golongan IIIa : 2.935.000
(5) Golongan IId : 2.886.000
(6) Golongan IIc : 2.400.000
(7) Golongan IIb : 2.315.800
(8) BLUD : 2.400.000 (S1)
2.390.000 (D3)
2.380.000 (SMA)
Tabel 2.29 Status Kepegawaian dan Golongan Karyawan di Ruang Bedah
Bougenvil RSUD kasih
No Nama Pegawai Status Golongan Pendidikan
Kepegawaian terakhir
1 Ibu EV, S.Kep., Ns., M.Kes PNS IIId S2
2 Ibu EY, S.Kep., Ns. PNS IIIc S1
3 Bp M, S.Kep., Ns PNS IIIc S1
5 Bp D, A.Md. Kep PNS IIId D3
6 Bp S, A.Md. Kep PNS IIIb D3
7 Bp K, A.Md. Kep PNS IIIa D3
8 Bp R, A.Md. Kep PNS IIIa D3
9 Bp DF, A.Md. Kep PNS IIIb D3
10 Bp G, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
11 Bp s, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
12 Bp SA, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
13 Bp Nu, S.Kep., Ns Non-PNS BLUD S1
14 Bp Ba, S.Kep., Ns Non-PNS BLUD S1
15 Ibu Al, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
16 Bp HS, S.Kep., Ns Non-PNS BLUD S1
17 Ibu DC, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
18 Bp Aw, A.Md. Kep Non-PNS BLUD D3
19 Ibu AR, A.Md.RMK Non-PNS BLUD D3
20 Bp Bu PNS IIIb SMA
22 Bp Su PNS IIIb SMA
23 Bp Wi PNS IIc SMA
24 Bp BUA PNS IIb SMA
25 Bp Ed PNS IIb SMA
26 Bp Ai PNS IIb SMA
27 Bp Ra PNS IIb SMA
28 Ibu Pe Non-PNS BLUD SMA

2.4.3 Remunerasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang Bougenvil,
remunerasi mulai ada sejak kurang lebih tujuh tahun yang lalu. Remunerasi
merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan setiap 1 bulan sekali.
Ada dua jenis remunerasi, remunerasi perfomance dan umum. Remunenasi
perfomance berdasarkan golongan, dan masa kerja, sedangkan remunerasi
umum dihitung berdasarkan poin, poin diperoleh dari jabatan (perawat
pelaksana, kepala ruang, atau perawat penanggung jawab). Setiap perawat
yang telah memberikan pelayanan menulis pada form yang sudah disediakan
kemudian dimasukkan ke dalam log book dan di rekap oleh kepala ruangan.
2.5 Pemasarran (M5/Marketing)

Macam-macam mutu pelayanan keperawatan menurut Nursalam (2015) adalah


sebagai berikut:
2.5.1 Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk


mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha
untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi
pada pasien selama di rawat di rumah sakit.
a. Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November
202 berikut:
1) Semua pasien menggunakan gelang identitas pasien. Adapum beberapa
pasien tidak menggunakan gelang dikarenakan putus, dan langsung
dipakaikan gelang yang baru oleh perawat.
2) Gelang identitas: semua pasien menggunakan gelang identitas berwarna biru
dikarenakan ruang bougenville merupakan ruang bedah khusus pria.
3) Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, nomer rekam medis, dan
tangal lahir.
4) Penjelasan mengenai fungsi identitas belum sepenuhnya disampaikan
kepada pasien dan keluarga
5) Identifikasi pasien beresiko
a) Gelang merah : Pasien alergi (sudah ada gelang, tidak ditemukan
pasien alergi)
b) Gelang Kuning : Risiko jatuh (sudah ada gelang, ada pasien resiko
jatuh tetapi tidak dipasang gelang resiko jatuh)
c) Gelang Ungu : Pasien DNR (Do Not Resucitate) (belum ada gelang)
d) Gelang Abu-abu : Terpasang Implan Radioaktif (belum ada gelang)
e) Gelang Putih : Keterbatasan ekstremitas (belum ada gelang)
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 November – 20
November 2020 komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang Bedah
Bougenvile RSUD kasih yaitu menggunakan metode SBAR. Pada stempel
readback, juga sudah ditandatangani oleh perawat yang menerima dan oleh
dokter sesuai ketentuan yang ada.
a) Komunikasi verbal
1) Komunikasi verbal dengan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation)
S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini)
A : Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
R : Recommendation
2) Komunikasi verbal dengan Read Back
b) Komunikasi tertulis
c) Komunikasi elektronik (telpon, sms, dan whatsapp)
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Di ruangan Bedah Bougenville kewaspadaan terhadap obat high alert
sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look
alike, Sound alike) dengan obat lainnya. Salah satu cara untuk mewaspadai
pemberian obat, perawat menggunakan double crosscheck mulai dari proses
persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November
2020, didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah
dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah
disediakan, selain itu ruang Bedah Bougenville sudah memberikan label
pembeda antara high alert dan LASA. Double crosscheck dan pemberian
labeling sudah ada, perawat menggunakan double crosscheck mulai dari proses
persiapan sampai pemberian ke pasien. Selain itu dalam idenfikasi obat telah
dilakukan dengan lengkap (memperhatikan tanggal expaired setelah obat itu
dibuka, menuliskan dosis obat yang akan diberikan, dan nama perawat yang
membuka). Penerapkan prinsip 7 benar di ruang Bedah Bougenvile sudah
dilakukan.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi
yang yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda
lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol
permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan
yaitu menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien
yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang
identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur pembedahan
dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
a. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluarga
dan tim anestesi.
b. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada tim
bedah.
c. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November
2020 di ruang Bedah Bougenvile RSUD kasih sudah terdapat form check list
pre operasi. Penandaan lokasi operasi tidak dilakukan di ruang Bedah
Bougenvile, tetapi dilakukan di ruang operasi. Persiapan operasi di ruang
Bedah Bougenvile yaitu mempersiapkan jalur infus, pemasangan tampon
menganjurkan pasien untuk puasa dan berdoa sebelum berangkat ke ruang
operasi.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di ruang Bedah Bougenvile telah
terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial
meliputi phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan
di masing-masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap
bulannya oleh IPCN (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal 16
November – 20 November 2020, didapatkan bahwa beberapa perawat sudah
menerapkan lima momen mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Saat
melakukan tindakan antara pasien satu dengan pasien lainya perawat telah
menerapkan satu handscoon satu pasien untuk tindakan pengambilan sampel
darah dan perawatan luka. Pengunaan masker di ruangan hanya pada saat
perawat berkontak dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit melalui
droplet. Dalam pemberian health education mengenai cara cuci tangan yang
benar dilakukan saat timbang terima pasien baru. Akan tetapi, tidak ada
evaluasi dan pemberian health education ulang terkait cuci tangan yang benar.
Saat dikaji pada tanggal 16 November – 20 November 2020, dari 26 pasien
dipilih 2 pasien secara acak, pasien tersebut kurang tepat dalam mempraktekan
cara cuci tangan yang benar.

f. Pengurangan resiko jatuh


Berdasarkan data yang diperoleh laporan peningkatan mutu &
keselamatan pasien ruang Bedah Bougenville, tidak ditemukan kejadian pasien
jatuh selama 3 bulan terakhir. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan
pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai
untuk dewasa. Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria
rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Selain itu sudah
ada usaha pencegahan pasien jatuh yang dilakukan meliputi menutup side rail,
mengunci bed pasien, dipasang tanda risiko jatuh pada bed dan masing-masing
pasien diberi penunggu pasien sebanyak 1 orang.
Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 16 November – 20 November
2020 dilakukan dengan menggunakan form pengkajian Morse Fall Scale (MFS)
untuk pasien dewasa.
Tabel 2.30 Angka kejadian resiko jatuh tanggal 16 November – 20 November
2020
No Resiko Jatuh 16nov 17 18 19 20
1. Tidak Beresiko 14 15 18 19 19
2. Resiko Rendah 9 6 6 7 7
3. Resiko Tinggi 2 2 2 2 3
4. Pasien Jatuh 0 0 0 0 0
Total 25 23 25 28 29

g. Plebitis
Penilaian Plebitis dilakukan pada tanggal 16 November – 20 November
2020
Tabel 2.31 Angka kejadian plebitis tanggal 16 November – 20 November 2020
No Plebitis 16nov 17 18 19 20
1. Ya 0 0 0 0 0
2. Tidak 25 23 25 28 29
Total 25 23 25 28 29

h. Dekubitus
Hasil data dari tiga bulan terakhir didapatkan kejadian dekubitus seperti
tabel dibawah ini:
Tabel 2.32 Angka kejadian dekubitus bulan sep- nov 2020
Indikator Kinerja Februari Maret April Total
Angka kejadian dekubitus grade II/lebih
0 0 0 0
akibat perawatan di Rumah Sakit
Sumber: Laporan peningkatan mutu & keselamatan pasien ruang bedah
bougenville bulan sep - nov

Hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November 2020 tentang


dekubitus didapatkan data kejadian dekubitus seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.33 Angka kejadian decubitus tanggal 16 November – 20 November
2020

No Dekubitus 16nov 17 18 19 20

1. Jumlah pasien dengan dekubitus 0 0 0 0


0
Jumlah pasien yang beresiko
2. 1 1 1 1 1
dekubitus
Jumah klien yang tidak beresiko
3. 24 22 24 27 28
dekubitus
Total 25 23 25 28 29

i. Restrain
Hasil data dari tiga bulan terakhir didapatkan kejadian tindakan restrain
seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.34 Angka kejadian tindakan restrain bulan sep - nov
Indikator Kinerja sep oct nov Total
Pasien gelisah yang dilakukan
0 0 0 0
pengikatan (restrain) saat rawat inap
Sumber: Laporan peningkatan mutu & keselamatan pasien ruang bedah
bougenvil bulan sep - nov

Hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November 2020, pasien


yang dirawat di ruang Bedah Bougenville tidak ada yang dilakukan restrain.
Pemberian restrain dianjurkan untuk diterapkan di ruang Bougenville hanya
ketika pasien sedang gelisah.
j. ILO (Infeksi Luka Operasi)
Hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November 2020, pasien
yang dirawat di ruang Bougenville tidak ada yang ditemukan terdapat infeksi
luka operasi.
k. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Hasil pengkajian pada tanggal 16 November – 20 November 2020, pasien
yang dirawat di ruang Bougenville tidak ada yang ditemukan terdapat infeksi
saluran kemih. Karena dari keseluruhan pasien tidak ada yang menggunakan
kateter.

2.5.2 Kepuasaan

Tabel 2.35 Angka kepuasan pasien tanggal 16 November – 20 November 2020


No Kepuasan Pasien 16nov 17 18 19 20
1. Puas 15 15 16 18 19
2. Cukup Puas 8 6 7 8 8
3. Tidak Puas 2 2 2 2 2
Total 25 23 25 28 29
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020

2.5.3 Kenyamanan (Nyeri)

Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrument Visual Aid Scale


(VAS) instrument penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi
belum diisi secara rutin setiap hari.
Tabel 2.36 Angka kenyamanan (nyeri) tanggal 16 November – 20 November 2020
No Kenyamanan 16nov 17 18 19 20
(Nyeri)
1. Tidak Nyeri 14 13 16 18 18
2. Nyeri Ringan 9 8 6 8 8
3. Nyeri Sedang 2 2 3 2 3
4. Nyeri Berat 0 0 0 0 0
Total 25 23 25 28 29
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020

2.5.4 Kecemasan

Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan kuesioner


tingkat kecemasan Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS).
Tabel 2.37 Angka kecemasan tanggal 16 November – 20 November 2020
No Kecemasan 16nov 17 18 19 20
1. Tidak Cemas 17 (68%) 13 (57%) 16 (64%) 18 (64%) 18 (62%)
2. Cemas Ringan 7 (28%) 8 (35%) 7 (28%) 8 (29%) 9 (31%)
3. Cemas Sedang 1 (4%) 2 (8%) 2 (8%) 2 (7%) 2 (7%)
4. Cemas Berat 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Total 25 23 25 28 29
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020

2.5.5 Perawatan Diri

Penilaian perawatan diri dilakukan dengan melakukan penilaian indeks


KATZ.
Tabel 2.38 Angka perawatan diri tanggal 16 November – 20 November 2020

No Indeks KATZ 16 nov 17 18 19 20


1. Indeks A 20 18 29 31 31
2. Indeks B 2 2 2 2 2
3. Indeks C 1 1 2 2 3
4. Indeks D 1 1 1 2 2
5. Indeks E 1 1 1 1 1
6. Indeks F 0 0 0 0 0
7. Indeks G 0 0 0 0 0
Total 25 23 25 28 29
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020
2.5.6 Pengetahuan

Tabel 2.39 Angka pengetahuan tanggal 16 November – 20 November 2020


No Pengetahuan 16 nov 17 18 19 20
1. Kurang 2 3 3 2 3
2. Cukup 8 4 3 4 4
3. Baik 15 16 19 22 22
Total 25 23 25 28
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020
2.5.7 LOS (Lenght of Stay)

Berikut data ALOS (Average Lenght of Stay) selama bulan september


samapi november 2020 klien yang di Ruang Bougenville RSUD kasih
Tabel 2.40 Angka ALOS (average lenght of stay) Bulan agustus – oktober 2020
Indikator Kinerja Agustus September Oktober
ALOS (Average Lenght of Stay) 18,79 19,85 18,47
Sumber: Laporan bulanan IRNA Bedah
Berikut data LOS tanggal 16 November – 20 November 2020 klien di Ruang
Bedah Bougenville RSUD Kasih
Tabel 2.41 Angka LOS (lenght of stay) tanggal 16 November – 20 November 2020
16 nov 17 18 19 20
No Lenght of Stay
1. < 3 hari 1 1 2 5 5
2. 4-6 hari 3 3 3 2 2
3. 7-9 hari 1 1 0 1 2
4. 10 hari 0 0 1 0 0
5. >10 hari 20 18 19 20 20
Total 25 23 25 28 29
Sumber: Data primer tanggal 16 November – 20 November 2020

2.5.8 Variasi Klien

Berdasarkan data variasi MRS dalam bulan nov 202 di Ruang Bougenville
RSUD Kasih didapatkan sebagian besar pasien menggunakan Non PBI.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 16 November – 20 November 2020
Tabel 2.42 Angka variasi klien tanggal 16 November – 20 November 2020
Tgl 16 November – 20
No Variasi Klien
November 2020
1. PBI 8 (32%)
2. Non PBI 17 (68%)
Total 25 100%

2.5.9 Praktik Mahasiswa

Berdasarkan data mahasiswa selama bulan nov 2020 , tidak ada mahasiswa
yang praktik di ruang Bedah Bougenvile RSUD Kasih Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan pedoman untuk
melaksanakan tindakan keperawatan maupun tindakan medis sesuai dengan
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator teknis,
administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem
kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Di ruang Bedah Bougenville telah
memiliki 25 jenis POKJA (Kelompok Kerja), dan jenis POKJA terdiri dari
berbagai SOP. (SOP Terlampir)

2.5.10 BOR (Bed Occupancy Ratio)

Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)


Tabel 2.43 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 16
November 2020
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)

Tabel 2.44 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 17
November 2020
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72%
(0 kosong) (10 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72%
(0 kosong) (10 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 26/36 x 100% = 72%
(0 kosong) (10 kosong)
Tabel 2.45 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 18
November 2020
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 25/36 x 100% = 69%
(0 kosong) (11 kosong)

Tabel 2.46 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 19 November
2020
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78%
(0 kosong) (8 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78%
(0 kosong) (8 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 28/36 x 100% = 78%
(0 kosong) (8 kosong)

Tabel 2.47 BOR (Bed Occupation Rate) Ruang Bedah Bougenville tgl 20 November
2020
Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
Pagi 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)
Sore 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)
Malam 4 bed 32 bed 29/36 x 100% = 81%
(0 kosong) (7 kosong)
2.6 Analisis SWOT

No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Hasil


Rating

1. M1 (Man)

Internal faktor (IFAS)

Strength

1. Sebanyak 97% 0,1 4 0,4


perawat menyatakan
bahwa struktur
organisasi yang ada
sesuai dengan
kemampuan perawat
2. Sebanyak 87% 0,2 3 0,6
perawat menyatakan
pembagian tugas
sesuai dengan struktur S-W
organisasi yang ada
2,85 – 2 =
3. Sebanyak 93%
0,2 3 0,6 0,85
Perawat menyatakan
kepala ruangan sudah
optimal dalam
melaksanakan tugas-
tugasnya
4. Adanya perawat yang
0,25 2 0,5
mengikuti seminar
dan workshop
5. Beban perawat di
ruangan tidak terlalu 0,25 3 0,75
tinggi

Total 1 15 2,85

WEAKNESS

1. Jumlah tenaga 0,42 2 0,84


perawat masih kurang
2. 74% Perawat berlatar
0,58 2 1,16
belakang pendidikan
DIII
1 4 2
Total

a.Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORNITY

1. Sebanyak 95%
0,5 3 1,5
perawat mempunyai
kemampuan untuk
melanjutkan
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi 0,5 3 1,5
2. Rumah sakit
memberikan
kebijakan untuk
memberi beasiswa
dan pelatihan bagi O–T
perawat ruangan
3 – 1,75 =
Total 1 6 3 1,25

THREATENED

1. Ada tuntutan tinggi


0,5 2 1
dari masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional
2. Makin tingginya 0,25 2 0,5
kesadaran masyarakat
akan hokum
3. Adanya
0,25 1 0,25
pertanggungjawaban
legalitas bagi pasien
1 5 1,75
Total

2. M2 sarana dan
prasarana Internal
Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. Mempunyai sarana
dan prasarana yang 0,25 3 0,75
mencukupi untuk
pasien dan tenaga
kesehatan.
2. Terdapat administrasi
penunjang 0,25 2 0,5
3. Tersedia nurse station
0,5 4 2

Total 1 9 3,25
WEAKNESS S–W
1. Terawatnya kamar 0,5 1 0,5 3,25 – 1 =
mandi ,AC, kelambu, 2,25
dan termometer, dan
tensi meter
0,5 1 0,5
2. Lokasi farmasi
strategis

Total 1 2 1

Faktor eksternal
(EFAS) peluang
(Opportunity)
1. Adanya kesempatan 0,58 3 1,74
menambah anggaran
untuk pembelian set
rawat luka
2. Adanya kesempatan
untuk penggantian 0,42 4 1,68
alat-alat yang tidak
layak pakai

Total 1 7 3,42

Ancaman (Threatened) O–T


3,42 -
1. Adanya tuntutan 1 0,6
0,6 1,4=2.02
yang tinggi dari
masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana
2. Adanya kesenjangan
0,4 2 0,8
antara jumlah pasien
dengan SDM

Total 1 3 1,4
3. M3-METHOD

(MAKP) Penerapan
Model

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. Sudah ada model 0,3 4 1,2


asuhan keperawatan
yang digunakan yaitu
metode tim-primer
2. Model yang
0,2 3 0,6
digunakan sesuai
dengan visi dan misi
ruangan
3. Semua perawat 0,2 3 0,6
memahami model
yang digunakan
4. Memiliki standart
0,2 3 0,6
asuhan keperawatan
5. Terlaksana
komunikasi yang 0,1 2 0,2

cukup baik kantar


profesi

Total
1 15 3,2 S–W
3,2 – 3 =
0,2
WEAKNESS (W)

1. Perawat primer yang


merangkap menjadi 0,5 3 1,5

ketua tim per shift


2. Hanya dapat 0,5 3 1,5
dilakukan oleh
perawat yang
memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang
memadai.

Total 1 6 3

Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Kepercayaan dari 0,60 3 1,8


pasien dan masyarakat
cukup baik
2. Diperlukannya
0,40 2 0,8
pelatihan dan seminar
terkait perawatan
setelah pembedahan. O–T

Total 1 5 2,6 2,6 – 1,57 =


1,03
THREAT (T)

1. Adanya tuntutan mutu


pelayanan dari rumah 0,57 2 1,14

sakit sehingga
diharapkan perawat
ruangan
melaksanakan MAKP
sesuai prosedur yang
ditentukan.
2. Persaingan dengan
institusi Kesehatan 0,43 1 0,43
lain semakin
meningkat
Total
1 3 1,57

TIMBANG TERIMA

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. Timbang terima 0,21 3 0,63


dilakukan setiap
pergantian shift
2. Timbang terima
dibuka oleh kepala 0,17 2 0,34

ruangan/ ketua tim S–W


3. Laporan dibacakan 0,20 2 0,4 2,63 – 5,54
secara lengkap = - 2,91
4. PP dan PA membahas 0,21 3 0,63
masalah keperawatan
yang ada pada pasien
kemudian melakukan
validasi langsung
kepada pasien secara
bersama-sama
5. Pelaksanaan timbang 0,21 3 0,63
terima tercatat di
dalam buku timbang
terima.

Total 1 13 2,63

WEAKNESS (W)

1. Perawat kadang lupa 0,73 4 4,73


tidak
memperkenalkan diri
saat timbang terima
2. Perawat jaga
0,27 3 0,81
sebelumnya kadang
tidak
memperkenalkan
perawat jaga shift
yang baru

Total
1 7 5,54
Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Sarana dan prasarana


1 3 3
penunjang cukup
tersedia O–T
3 – 2,8 =
0,2
Total 1 3 3

THREAT (T)

1. Adanya tuntutan yang 0,80 3 2,4


lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan
keperawatan yang
professional.
2. Meningkatnya 0,20 2 0,4
kesadaran masyarakat
tentang tanggung
jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan.
Total 1 5 2,8
SUPERVISI
KEPERAWATAN

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. RS Kasih merupakan 0,16 3 0,48


RS Tipe A yang
menjadi RS rujukan
bagi wilayah setempat

2. Ruangan bougenvile
0,16 3 0,48
yaitu ruangan bedah
di RS Kasih yang
memiliki 36 bed
3. Kepala Ruangan 0,26 4 1,04
Bougenvile
mendukung kegiatan
supervise demi
meningkatkan mutu
pelayanan
keperawatan
4. Supervisi yang 0,16 3 0,48
dilakukan meliputi
supervisi terjadwal S–W
dan yang tidak
3,52 – 1 =
terjadwal 2,52
5. Supervisi dilakukan
0,26 4 1,04
lebih detail pada
masing-masing
perawat.

Total
1 17 3,52

WEAKNESS (W)

1. Tidak terdapat format


1 1 1
penilaian yang baku,
terstruktur, dan
dokumentasi
supervisi.
Total 1 1 1

Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Hasil supervisi dapat


1 3 3
digunakan sebagai
pedoman (daftar
penilaian pegawai)
dan bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas
kerja
Total 1 3 3
THREAT (T) O–T
1 2 2 3–2=1
1. Terdapat supervisi
terjadwal dan tidak
terjadwal diruangan
bedah bougenvile
Total 1 2 2

DISCHARG
E
PLANNING

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)
0,30 4 1,2
1. Pada ruangan
Bougenvile sudah
dilakukan pada klien
yang akan pulang
menggunakan form
Discharge Planning
2. Proses pelaksanaan 0,20 2 0,4

Discharge Planning
dilakukan di ruang
perawat dengan cara
memanggil keluarga
S–W
dan klien
0,25 3 0,75 3,1 – 1 =
3. Kartu Discharge 2,1
Planning sudah ada
dengan isi sesuai
dengan standart.
Identitas klien,
tanggal kontrol,
aturan diet, obat,
perawatan luka di
rumah, aktivitas dan
istirahat, perawatan
umum, dan hasil
pemeriksaan yang
dibawa pulang.
4. Discharge Planning 0,25 3 0,75
dilakukan oleh PP
tepat sebelum akan
pulang.

Total 1 12 3,1

WEAKNESS (W)

1. Pada ruangan ini


1 1 1
belum terdapat leaflet
tentang perawatan
lanjutan selama di
rumah.
Total 1 1 1
Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Jumlah perawat
1 4 4
lulusan S2 dan S1
ners di ruangan bedah
bougenvile berpotensi
menjadi penyuluh
yang baik untuk
meningkatkan mutu
dan kepuasan pasien.
Total
1 4 4

THREAT (T)
O–T
1. Semakin tingginya
0,5 3 1,5 4–3=1
keingintahuan
klien/keluarga/masyar
akat tentang penyakit,
namun jarang
bertanya
2. Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih proesional

Total
1 6 3

SENTRALISASI OBAT

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. Obat oral maupun 0,50 4 2

obat injeksi telah


dilakukan sistem
sentralisasi obat
dengan program yang
disebut ODD (One
S–W
Day Dose).
3,5 – 3 =
2. Terdapat format
0,5
pencatatan jenis obat 0,25 3 0,75

dan jadwal
pemberiannya ke
klien serta nama
perawat yang bertugas
memberikan obat
sehingga obat apa saja
yang sudah diberikan
dapat
terdokumentasikan.
3. Jumlah obat oral dan 0,25 3 0,75
injeksi yang
diserahkan adalah
dosis obat untuk 2
atau 3 kali pemberian
dalam waktu 24 jam
berdasarkan
kebutuhan klien.
Total 1 10 3,5

WEAKNESS (W)

1. Belum ada informed


1 3 3
consent tentang
sentralisasi obat dari
depo farmasi kepada
klien
Total 1 3 3

Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Kesediaan pasien dan 1 3 3


keluarga untuk
dilakukan sentralisasi
obat, agar sentralisasi
obat dapat tercapai.
O–T
1 3 3 3–2=
Total
1
THREAT (T)

1. Adanya tuntutan dari


pasien untuk 0,5 2 1

mendapatkan
perawatan yang
professional
2. Semakin tinggi
0,5 2 1
kesadaran masyarakat
tentang hukum

Total 1 4 2

DOKUMENTASI
KEPERAWATAN

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. Dokumentasi di
0,25 4 1
ruangan bedah
bougenvile
Menggunakan system
SOR
(Source Oriented
Record)
0,25 4 1
2. Pendokumentasian
S–W
dilakukan satu kali
4–3=
pada setiap shift
3. Adanya SOP tentang 0,25 4 1 1
cuci tangan ditempel
di dekat tempat cuci
tangan
4. Beberapa 0,25 4 1
pendokumentasian
yang dilaksanakan
berdasarkan syarat
LARB (Langsung,
Aktual, Relevan, dan
Baru)
Total 1 16 4

WEAKNESS (W)

1. Belum semua
1 3 3
Tindakan perawat
didokumentasikan

Total 1 3 3

Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Peluang perawat
1 3 3
untuk meningkatkan
pendidikan
(pengembangan
SDM) O–T
Total 1 3 3 3–2=1
THREAT (T)

1. Adanya tuntutan dari


1 2 2
pasien untuk
mendapatkan
perawatan yang
profesional
Total 1 2 2

PENERIMAAN KLIEN
BARU

Internal Faktor (IFAS)

STERENGHT (S)

1. Penerimaan klien baru


dilakukan bila ada 0,5 3 1,5
klien datang, perawat
akan menyiapkan
tempat tidur klien,
memperkenalkan diri,
memberitahukan
aturan rumah sakit,
dan memberikan
petunjuk untuk S–W
pengambilan obat 3–4=
2. Klien baru yang 0,5 3 1,5 -1
datang diorientasikan
berdasarkan format
penerimaan klien baru
yang berisi identitas
klien, dokter yang
bertanggung jawab,
dan perawat yang
bertanggung jawab.
Total 1 6 3

WEAKNESS (W)

1. Perawat tidak 1 4 4
melakukan pengkajian
secara menyeluruh

Total 1 4 4

Eksternal Faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY (O)

1. Adanya kerjasama 1 4 4
baru antara perawat
dan pasien
Total
1 4 4 O–T
4–3=1
THREAT (T)

1 3 3
1. Adanya tuntutan dari
pasien untuk
mendapatkan
perawatan yang
profesional

Total 1 3 3

RONDE
KEPERAWATAN
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
S–W
1. Belum ada masalah 1 4 4 4–2=2
sehingga ronde belum
dilaksanakan
1 4 4
Total
WEAKNESS
1. Ronde keperawatan
0,5 1
2
belum terlaksana
2. Adanya keterbatasan
waktu antara tenaga 0,5 2 1
medis satu dengan
yang lain
Total 1 4 2

Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY O–T
1. Adanya kesempatan 1 3- 2,5 = 0,5
3 3
untuk mengadakan
ronde keperawatan
Total 1 3 3
THREAT
1. Adanya tuntutan yang 3 1,5
lebih tinggi dari 0,5
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan yang
professional
2. Adanya persaingan
2 1
antar ruangan dalam 0,5
pemberian pelayanan
Total 5 2,5
1
4. M4 (Money)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
S –W =
1. Pengadaan dana
RSUD Kasih dari 3 1,2 2,7 – 3 = -
0,4
APBD Provinsi Jawa 0,3
Timur
2. Sebagian besar biaya
operasional ruangan
Bougenvile disubsidi 3 0,9
0,3
dari RS
3. Pembiayaan pasien
sebagian besar dari 2 0,4
BPJS yang terdiri 0,2
dari PBI (penerimaan
biaya Iuran), Non-
PBI dan Biaya
sendiri (Umum)
4. Ada sumber
2 0,2
penghasilan lain 0,1
selain gaji di ruang
Bougenvile

Total
10 2,7
1
WEAKNESS
1. Banyak Pegawai 0,5 3 1,5
yang berlatar
pendidikan SMA
2. Pemutusan hubungan 0,5 3 1,5
kerja sama antara
KSO dengan RS
Total 1 6 3

Eksteral Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
O –T =
1. Adanya KSO
0,5 3 1,5 3,5-3 = 0,5
2. Adanya kerjasama 0,5 4 2
operasional pihak
penjamin dengan RS
1 6 3,5
Total

TREATHENED
1 3 3
1. Persaingan antar RS

Total 1 3 3

M5 MARKET
5.
a. Internal Faktor
(IFAS)
STRENGHT/
KEKUATAN
1) Pasien yang 0,5 4 2
dirawat di ruang
Bedah
Bougenville 64%
merasa puas
terhadap
pelayanan
kesehatan yang
diberikan
2) Rata-rata BOR S–W
cukup baik 0,25 3 0,75
(>60%) 3,5 – 3 =
3) Adanya variasi 0,5
karakteristik dari 0,25 3
pasien ( PBI, Non 0,75
PBI)

TOTAL 1 10 3,5

WEAKNESS/
KELEMAHAN
1) Dari 26 pasien
0,6 3
dipilih 2 pasien 1,8
secara acak,
pasien tersebut
kurang tepat
dalam
mempraktekan
cara cuci tangan
yang benar
2) Tidak adanya 0,4 3
praktik 1,2
mahasiswa
TOTAL
1 6 3

b. Eksternal Factor
(EFAS)
OPPORTUNITY/
PELUANG
1) Kerjasama yang 0,5 2
4
baik antar tenaga
medis
2) Tingkat 0,5 4 2
keamanan
pemberian obat
sudah
menggunakan 7
prinsip O–T

TOTAL 1 8 4 4 -2,5 =
1,5

TREATHENED/
ANCAMAN
1) Adanya
peningkatan 0,5 3 1,5
standart
kesehatan
masyarakat yang
harus dipenuhi
2) Persaingan RS 0,5 2 1
dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan

TOTAL
1 5 2,5
2.7 Diagram Layang

DIAGRAM LAYANG

ANALISIS SWOT
Keterangan :
M1 (0,85 ; 1,25)
M2 (2,25 ; 2,02)
M3 (0,2 ; 1,03)
Dokumentasi Keperawatan (DK) (1 ; 1)
Penerimaan Pasien Baru (PPB) (-1 ; 1)
Sentralisasi Obat (SO) (0,5 ; 1)
Supervisi (2,25 ; 1)
Timbang Terima (TT) (-2,91 ; 0,2)
Discharge Planning (DP) (2,1 ; 1)
M4 (-0,3 ; -2)
M5 ( 0,5 ; 1,5)
2.8 Identifikasi Masalah
1. Supervisi sudah berjalan dengan baik tetapi tidak terdapat format penilaian
yang baku.
2. Discharge planning sudah berjalan dengan baik tetapi tidak terdapat leaflet
tentang perawatan selama dirumah.
3. Sentralisasi obat sudah dilakukan dengan baik tetapi belum ada
informed consent tentang sentralisasi obat dari depo farmasi kepada
klien.
4. Dokumentasi keperawatan belum semua Tindakan keperawatan
didokumentasikan.
5. Timbang terima sudah dilakukan tetapi adanya keterlambatan dalam proses
timbang terima antara shift pertama dengan shift selanjutnya.
6. Penerimaan pasien baru sudah dilakukan tetapi ada sebagian tenaga perawat
yang tidak melakukan pengkajian secara menyeluruh.

2.9 Prioritas Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas 2 masalah teratas yaitu timbang terima
dan penerimaan pasien baru dengan alas an :
1. Timbang terima sudah dilakukan tetapi adanya keterlambatan dalam
proses timbang terima antara shift pertama dengan shift selanjutnya.
2. Penerimaan pasien baru sudah dilakukan tetapi ada sebagian tenaga
perawat yang tidak melakukan pengkajian secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai