Anda di halaman 1dari 20

PANDAUN PRAKTIK

APENDISITIS AKUT
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Proses keradangan akut pada usus buntu.

Anamnesis 1. Nyeri perut daerah umbilikal dan 7-12 jam


2. Nyei perut berpindah ke daerah Mc Burney
3. Demam
4. Mual disertai muntah
Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri tekan kanan bawah (Mc Burney point) .
2. Obturator Sign (+)
3. Psoas Sign (+)
4. Rebound Fenomen Tenderness (+)
5. Right Rectus Rigidity (+)
Kriteria Diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesis,
2. Sesuai kriteria pemeriksaan fisik
3. Laboatorium: Leukositosis, segmen naik & gt;70%
4. Appendicogram non filling
Diagnosis Kerja Appendicitis akut
Diagnosis Banding 1. Divertikulitis
2. Pelvic inflammatory disease
3. Infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Penunjang 1. Lab darah rutin
2. USG Abdomen
3. Appendicogram
4. EKG
Terapi 1. Appendektomi wide open
2. Inf Asering / D5% 15 tpm
3. Inj Ceftriaxon 2x1gr, Inj ketorolac 3x30 mg
selama 3 hari
4. Diet 2000 kalori , protein 200 gram 3 hari
5. Mobilisasi bertahap
Edukasi 1. Mobilisasi bertahap sedini mungkin
(Hospital Health 2. Perawatan luka (ICD9CM: 93.57)
Promotion) 3. Kontrol post operasi (ICD 10: Z48.8)
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Tingkat Evidens IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Medis 1. Pasien appendicitis akut dirawat 3 hari
2. Skala nyeri berkurang
3. Tidak ada demam
4. Tidak ada tanda infeksi pada luka operasi
Kepustakaan 1. Pedoman managemen klinis spesialis bedah
umum indonesia.
2. Schwartz SI. Principles of Surgery. 7 th ed. New
York: McGraw-Hill; 1999.
3. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong,
Sjamsuhidajat 3 nd ed. 2010
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan
PANDAUN PRAKTIK
APPENDEKTOMI WIDE OPEN
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Suatu tindakan pembedahan dengan membuang apendik


vermiformis
Indikasi 1. Apendisitis akut
2. Periapendikuler infiltrat
3. Apendisitis perforate
Kontraindikasi Tidak ada
Persiapan 1. Pasien :
a. Informed consent tindakan operasi,
b. Informed consent tindakan anestesi,
c. Edukasi keluarga,
d. Marking medan operasi,
e. Puasa 6 jam pre operasi

2. Bahan habis pakai :


a. Alkohol 70 % 100 cc,
b. betadine 2% 100cc,
c. kassa 50 lembar
d. bisturi no 10 (1),
e. benang :cromic 2.0 tapper (1) catgut 2.0 tapper silk 2.0
(1)
f. sarung tangan no 7,5(3) ,
g. sufratul (1), hipafix 30 cm.
h. Perlengkapan alat:
i. Set appendektomi
j. Linen
k. Petugas : dr Bedah, dr anetesi, penata anestesi,
l. perawat asisten, instrumen, sirkuler
Prosedur Tindakan 1. Pasien posisi di meja operasi
2. Tim operasi siap
3. Sign in
4. time out
5. Dalam stadium anestesi,
6. Dilakukan antiseptik medan operasi dengan alkohol 70 %
dan betadine 2%, drapping
7. Incisi transversal sejajar langers line melalui titik Mc
Burney
8. Perdalam luka irisan, subkutis buka fascia camperi,fascia
scarpa, fascia muskulus oblikus externus dibuka sesuai arah
seratnya, muskulus oblikus internus displit sesuai arah
seratnya, muskulus transversus abdominis displit, lsampai
peritoneum, peritoneum dibuka.
9. Omentum disisikan ke atas, identifikasi caecum, caecum
dipaparkan.
10. Identifikasi appendiks, dilakukan appendektomi jahit
dengan silk 2.0 , jahit appendicularis dengan silk 2.0
11. Kontrol bleeding
12. Sign out
13. Jahit peritoneum dg cromic 2.0, jahit muskulus transversus
abdominis dan m obliquus internus dengan cat gut 2.0, Jahit
fascia muskulus oblikus externus dg cromic 2.0, jahit
subcutan dg cat gut, jahit kulit dengan silk 2.0
14. Tutup luka operasi dengan sufratul kassa
15. Pasien pindah ke Recovery Room
Pasca Prosedur 1. Monitoring perdarahan
Tindakan 2. Pasien pindah bangsal
Tingkat Evidens IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur Operasi appendektomi 45 menit selesai
Tindakan Target 80% operasi appendektomi 45 menit selesai
Kepustakaan 1. Pedoman Klinis Medik sp Bedah Umum Indonesia
2. Schwartz SI. Principles of Surgery. 7 th ed. New York:
McGraw-Hill; 1999.
3. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidajat 3
nd ed. 2010
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan
PANDUAN PRAKTIK
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Hernia adalah protrusi / penonjolan isi dari cavum abdomen


melalui defek canalis inguinalis
Anamnesis 1. Mual disertai muntah
2. Tidak bisa BAB
3. Nyeri
Pemeriksaan Fisik 1. Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen untuk mencari tanda-tanda
obstruksi (inkarserata).
2. Status Lokalis
a. Inspeksi :
Benjolan pada saat berbaring dan berdiri (membesar pada
saat berdiri, batuk atau mengejan), kemerahan pada kulit
(curiga strangulasi)
b. Palpasi :
Menggunakan jari kedua atau ketiga dimasukkan dalam
canalis inguinalis (ujung jari pada annulus externus)
kemudian diminta mengejan (valsava manuever) sensasi
seperti menyentuh sarung tangan sutra (silkglove sign).
Kriteria Diagnosis Dibagi dalam beberapa kriteria :
1. Reponible : Benjolan hilang timbul
2. Irreponible : Benjolan tidak dapat dikembalikan ke cavum
abdomen
3. Inkarserata : Benjolan menimbulkan tanda-tanda obstruksi
membutuhkan tindakan bedah emergensi.
4. Strangulata : Nyeri pada benjolan disertai vascular
compromise, membutuhkan tindakan bedah emergensi.

Diagnosis Kerja Hernia Inguinalis Lateralis


Diagnosis Banding 1. Orchitis
2. Hidrokel
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Terapi Hernioraphy
Kompetensi Bedah umum, Bedah Digestif
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Tingkat Evidens Diagnosa : I/II/III/IV
Terapi : I/II/III/IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Medis Klinis ( Benjolan hilang, tidak ada tanda obstruksi, luka operasi
baik )
Kepustakaan 1. Norman S Williams. Bailey and love’s, short pratice of
surgery, 26 th ed. CRC Press. 2013.
2. F Charles Brunicardi, Schwartz’s, Principles of surgery. 10
th ed. Mc Graw Hill. 2015
3. Michael J Zinner, Maingot’s, abdominal operation. 12 th ed.
Mc Graw Hill. 2013

Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan

HERNIORAPHY
PANDAUN PRAKTIK
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Tindakanyang terdiri dari herniotomi ( memotong kantong hernia


dan mengembalikan isi kantong ke dalam cavum abdomen ) dan
hernioplasty ( menutup defek )
Indikasi Hernia inguinalis lateralis, medialis, dan femoralis
Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi spesifik
Prosedur Tindakan 1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum,
spinal anestesi
2. Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi.
3. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril.
4. Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum
inguinal.
5. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
(Muskulus Obligus Abdominis Eksternus)
6. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam.
7. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya
dan dikait pita dan kantong hernia diidentifikasi.
8. Isi hernia dimasukkan ke dalam cavum abdomen, kantong
hernia secara tajam dan tumpul sampai anulus internus.
9. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium,
dilanjutkan dengn herniotomi.
10. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengernioplasty dengan
mesh.
11. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Kompetensi Dokter spesialis bedah konsultan bedah digestif
Dokter spesialis bedah umum
Pasca Prosedur 1. Monitoring perdarahan.
Tindakan 2. Pasien pindah bangsal
Tingkat Evidens Diagnosa : I/II/III/IV
Terapi : I/II/III/IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur 1. Letak benjolan
Tindakan 2. Insisi +1 cm diatas ligamentum inguinale dengan acuan
tuberculum pubicum.
3. Identifikasi kantong hernia
Kepustakaan 1. Pedoman Klinis Medik sp Bedah Umum Indonesia
2. Schwartz SI. Principles of Surgery. 7 th ed. New York:
McGraw-Hill; 1999.
3. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidajat 3
nd ed. 2010
Unit Terkait Instalasi Rawat Inap

TUMOR JINAK PAYUDARA


PANDUAN PRAKTIK
KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Tumor jinak ialah lesi jinak yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mamma.
Anamnesis 1. Gejala tumor primer
2. Gejala metastasis regional
3. Gejala meststasis jauh
4. Faktor risiko untuk kanker payudara
5. Keluhan penyerta / penyakit lain
Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik tumor primer
2. Pemeriksaan fisik metastasis regional
3. Skrining adanya metastasis jauh.
Kriteria Diagnosis 1. Fibroadenoma Mamma
a. Timbul pada wanita 15-30 th
b. Bentuk bulat dan oval
c. Batas tegas
d. Tidak besar, 2-5 cm
e. Konsistensi padat dan kenyal
2. Tumor Filodes
a. Tidak melekat dengan kulit mamma.
b. Vena subkutan melebar.
c. Ukuran besar > 5cm
3. Displasia Mamma
4. Hipertrofi Mamma
5. Cairan Putting Susu
a. Mastitis
b. Galaktore
Diagnosis Kerja Tumor Jinak Payudara
Diagnosis Banding 1. Tumor payudara suspek benigna
2. Proses infeksi kronik spesifik payudara
Pemeriksaan Penunjang 1. X- foto toraks AP/Lat
2. USG abdomen
3. Bone scan
Terapi 1. Biopsi eksisi / insisi
2. Pemeriksaan patologi anatomi dari spesimen operasi
mastektomi.
Kompetensi Bedah umum, Bedah Onkologi
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Tingkat Evidens Diagnosa : I/II/III/IV
Terapi : I/II/III/IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Medis Hasil histopatologis dan imunohistokimia diketahui
Kepustakaan 1. Disease of the breast 4th edition (2010)
2. The breast comprehensive management of benign and
malignant disease 4th edition (2009)
3. Saint gallen (2013)
4. ESMO guidelines for breast cancer (2013)
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan

LUKA BAKAR
PANDAUN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Trauma yang disebabkan oleh terpapar yang mengenai kulit,


mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Paparan suhu extreme
panas, arus listrik, bahan kimia dan petir.
Indikasi Hernia inguinalis lateralis, medialis, dan femoralis
Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi spesifik
Prosedur Tindakan 1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum,
spinal anestesi atau anestesi lokal.
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai
tuberkulum pubikum
3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
(Muskulus Obligus Abdominis Eksternus).
4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam.
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya
dan dikait pita dan kantong hernia diidentifikasi.
6. Isi hernia dimasukkan ke dalam cavum abdomen, kantong
hernia secara tajam dan tumpul sampai anulus internus.
7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium,
dilanjutkan dengn herniotomi.
8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengernioplasty dengan
mesh.
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Kompetensi Dokter spesialis bedah digestif
Dokter spesialis bedah umum
Pasca Prosedur 1. Monitoring perdarahan.
Tindakan 2. Pasien pindah bangsal
Tingkat Evidens Diagnosa : I/II/III/IV
Terapi : I/II/III/IV
Tingkat Rekomendasi C
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur 1. Keluhan benjolan menghilang
Tindakan 2. Keluhan nyeri berkurang
Kepustakaan 1. Schwartz priciple of surgery 10 th edition
2. De Jong W, sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah 2nd ed,
EGC, 2005
3. Atlas Of Surgical Technique Zollinger 7th ed, Mc Graw
Hill Inc, 1993
Unit Terkait Instalasi Rawat Inap
SIRKUMSISI
PANDAUN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Prosedur bedah untuk membuang atau memotong kulit (kulup)


yang menutupi penis, yang terdiri dari jaringan otot dan
pembuluh darah.
Indikasi fimosis, parafimosis, balanitis dan posthitis.
Kontraindikasi 1. Hiospadia
2. Kelainan hemostatis
3. Infeksi berat
4. Pasien tidak kooperatif
Persiapan 1. Alat :
a. 2 Pean Lurus
b. 2 Pean Bengkok
c. 1 Needle Holder
d. 1 Pinset Anatomis
e. 1 Gunting Jaringan
f. 1 Duk Steril
g. 1 Bengkok
h. 2 Kom Kecil

3. Bahan habis pakai :


a. Kasa steril
b. Povidon Iodine
c. Alcohol 70%
d. Benang Plain Catgut 3.0
e. PH cain
f. Sarung tangan steril
g. Lidocain
h. Spuit 3cc
i. Underpad
4. Persiapan Obat
a. Analgesic
b. Vitamin
c. Antibiotik
5. Memastikan alat couter berfungsi dengan baik
6. Cuci tangan 7 langkah
Prosedur Tindakan 1. Sambung Rasa
2. Menjelaskan prosedur sirkumsisi
3. Inform consent
4. Petugas mencuci tangan
5. Memakai APD
6. Pastikan area operasi bebas, baringkan pasien, dan buat
kondisi senyaman mungkin.
7. Pastikan apa ada kontra indikasi.
8. Pakailah sarung tangan dan bilas dengan larutan disinfektan
(alcohol 70%).
9. Lakukan antiseptic (providon iodine) terhadap area operasi
diawali dari ujung penis (sebagaipusat) lalu melingkar
dengan arak sentripetal sampai batas atas simpisis dan kedua
paha. Diulang 2 kali dan pastikan tidak ada kulit yang luput
dari larutan providon iodine Diamkan 2-3menit.
10. Persempit area operasi dengan duk streril.
11. Lalukan anestesi local dengan tehnik infiltrasi melingkar
seluruh pangkal penis. Tusukan di jam12 dan jam 6.
12. Melakukan uji rasa nyeri pada ujung preputium. Pastikan
pasien kondisi tenang. Ingat…!!! Nyeri adalah persepsi.
13. Bersihkan glans penis dari perlekatan dengan preputium,
Sehingga terlihat sulkus coronaries.dan pastikan tidak ada
spegma yang tertinggal.
14. Di frenulum cari batas antara mukosa dengan kulit, jepit
dengan pean lurus.
15. Regangkan preputium Di area jam 12 dengan pean lurus,
pastikan mukosa tersisa kurang lebih 3mm, lalu jepit.
16. Tarik dan regangkan preputium ke bagian atas secara
legal artis.
17. Jepit preputium denga pean bengkok, pastikan seluruh
preputium terjepit dan frenulum tidakterjepit. Dan sedekat
mungkin dengan glands penis.
18. Pastikan glands penis tidak terjepit. Lalu kunci maksimal.
19. Panaskan coter hingga berpijar kemerahan.
20. Lakukan eksisi di bagian sisi bawah pean bengkok dengan
couter secara legal artis. Hati-hatimengenai glands penis.
21. Kompres luka dengan kasa basah (aquabides atau providon
iodine)
22. Meminimalkan luka bakardan mengangkat debris.
23. Pastikan tidak ada perdarahan aktif.
24. Lakukan jahitan matras pada frenulum dan pastikan simpul
tidak mudah lepas. Hati-kati!!. Jikasimpul lepas atau jahitan
tidak tepat akan terjadi perdarahan massive.
25. Dekatkan mukosa dengan kulit. Biasanya di jahit simple
pada jam 12, 3, dan 9. Jahitan bolehlebih tergantung kondisi.
26. Pastikan tidak ada perdarahan.21.
27. Tutup luka dengan sufratule dan beri salep gentamicin.
28. Jika area higine pasien baik, maka luka tidak perlu ditutup
dengan kasa.
Pasca Prosedur 1. Tahap Pembersihan
Tindakan a. Lakukan disinfeksi alat dengan larutan klorin 0.5%
dengan kondisi terbuka selama 10 menit.
b. Bersikkan dengan sabun.
c. Keringkan alat.
d. Susun alat sedemikian rupa dan siap untuk di streril.

2. Tahap Pasca Pembedahan


a. KIE pasien tentang perawatan luka, dan kondisi yang
membutuhkan pertolongan segera.
b. KIE pasien tentang makanan yang dianjurkan.
c. Beri obat pasien dan jelaskan cara pemakaian.
d. Pastikan pasien kontrol untuk menilai perawatan luka.
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur
Operasi Sirkumsisi selesai dilakukan dalam 30 menit
Tindakan
Kepustakaan 1. Pedoman Klinis Medik sp Bedah Umum Indonesia
2. Schwartz SI. Principles of Surgery. 7 th ed. New York:
McGraw-Hill; 1999.
3. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidajat 3
nd ed. 2010
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan

PANDAUN PRAKTIK
EKSTRAKSI KUKU
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Ekstraksi kuku (Rosser Plasty) adalah suatu tindakan


pengangkatansebagian atau seluruh bagian kuku yang tumbuh
kearah dalam (ingrowntoenail removal) berikut matrik tunasnya,
dilanjutkan reposisi jaringanlunak tepi kuku.
Indikasi 1. Indikasi Diagnostik
a. Explorasi dari dasar kuku dan matriks kuku
b. Explorasi lipatan kuku proksimal dan lipatan kuku
lateral
c. Keperluan biopsi pada dasar atau matriks kuku
2. Indikasi Teraupetik
a. Terapi Ajuvan
b. Ingrown Toenail
c. Onikomikosis Kronik
d. Trauma pada kuku
e. Paronikia Kronik
f. Warts atau kutil
g. Tumor
Kontraindikasi 1. Penyakit vaskuler perifer
2. Penyakit kolagen vaskuler
3. Gangguan hemostasis
4. DM
5. Pasien dengan inflamasi atau infeksi akut pada daerah
paronikia
Persiapan 1. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Klem 
b. Gunting kecil tajam.
c. Bengkok
d. Kasa sterile.
e. Cairan bethadine / povidon iodine 10%
f. Spuit 3 cc.
g. Lidocain / PH Cain
h. Sarung tangan sterili.
i. Kassa gulung
j. Plester.
k. Alkohol Swab
l. Benang T-Line 2.0 cuting
m. Scalp
n. Bisturi no. 15
o. Underpad
Prosedur Tindakan 1. Sambung Rasa
2. Menjelaskan proseur sirkumsisi
3. Inform consent
4. Petugas mencuci tangan
5. Memakai APD
6. Petugas mendesinfeksi daerah kuku yang akan
dicabut/ekstraksidengan menggunakan cairan bethadine.d.
7. Petugas melakukan Anastesi blok bagian kuku yang akan
diekstraksi dengan menggunakan lidokain.
8. Petugas memastikan pasien sudah merasa baal (Mati rasa)
padadaerah kuku yang telah disuntikan lidokain.
9. Petugas mengangkat kuku dengan menggunakan klem dari
tepikiri ke kanan atau arah sebaliknya.
10. Petugas membersihkan bagian atas jari yang kukunya
telahdiangkat, perlahan-lahan dengan menggunakan kasa
steril.
11. Petugas mengolesi salep antibiotik di atas permukaan
tersebut,kemudian tempelkan kasa steril yang sudah di beri
bethadine.Balut daerah kuku dengan menggunakan verban
gulung.
12. Petugas memasukkan alat medis yang telah digunakan ke
dalamPiala ginjal untuk dilakukan pengelolaan alat
kesehatanselanjutnya. 
13. Petugas membuang bahan medis yang telah dipakai ke
tempatsampah medisk.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Petugas mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
kedalam rekam medis
Pasca Prosedur 1. Tahap Pembersihan
Tindakan a. Lakukan disinfeksi alat dengan larutan klorin 0.5%
dengan kondisi terbuka selama 10 menit.
b. Bersikkan dengan sabun.
c. Keringkan alat.
d. Susun alat sedemikian rupa dan siap untuk di streril.
2. Tahap Pasca Pembedahan
a. KIE pasien tentang perawatan luka, dan kondisi yang
membutuhkan pertolongan segera.
b. KIE pasien tentang makanan yang dianjurkan.
c. Beri obat pasien dan jelaskan cara pemakaian.
d. Pastikan pasien kontrol untuk menilai perawatan luka.
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur
Tindakan Estraksi kuku selama 20 menit
Tindakan
Kepustakaan Arif mansjoer,dkk,kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2,fa
kultaskedokteran UI,2000
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan

PANDAUN PRAKTIK
EKSISI CLAVUS
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
- 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan :
DIREKTUR RSUD PANTI NUGROHO

dr. Jusi Febrianto, MPH


NIP. 19700219200212 1 004
RSUD
PANTI NUGROHO

Pengertian Pengerasan pada telapak kaki atau tangan yang disebut mata
ikan. Seperti kapalan tetapi lebih keras dan sakit jika ditekan.
Indikasi fimosis, parafimosis, balanitis dan posthitis.
Kontraindikasi 5. Hiospadia
6. Kelainan hemostatis
7. Infeksi berat
8. Pasien tidak kooperatif
Persiapan 2. Alat :
i. 2 Pean Lurus
j. 2 Pean Bengkok
k. 1 Needle Holder
l. 1 Pinset Anatomis
m. 1 Gunting Jaringan
n. 1 Duk Steril
o. 1 Bengkok
p. 2 Kom Kecil

7. Bahan habis pakai :


j. Kasa steril
k. Povidon Iodine
l. Alcohol 70%
m. Benang Plain Catgut 3.0
n. PH cain
o. Sarung tangan steril
p. Lidocain
q. Spuit 3cc
r. Underpad
8. Persiapan Obat
d. Analgesic
e. Vitamin
f. Antibiotik
9. Memastikan alat couter berfungsi dengan baik
10. Cuci tangan 7 langkah
Prosedur Tindakan 29. Sambung Rasa
30. Menjelaskan prosedur sirkumsisi
31. Inform consent
32. Petugas mencuci tangan
33. Memakai APD
34. Pastikan area operasi bebas, baringkan pasien, dan buat
kondisi senyaman mungkin.
35. Pastikan apa ada kontra indikasi.
36. Pakailah sarung tangan dan bilas dengan larutan disinfektan
(alcohol 70%).
37. Lakukan antiseptic (providon iodine) terhadap area operasi
diawali dari ujung penis (sebagaipusat) lalu melingkar
dengan arak sentripetal sampai batas atas simpisis dan kedua
paha. Diulang 2 kali dan pastikan tidak ada kulit yang luput
dari larutan providon iodine Diamkan 2-3menit.
38. Persempit area operasi dengan duk streril.
39. Lalukan anestesi local dengan tehnik infiltrasi melingkar
seluruh pangkal penis. Tusukan di jam12 dan jam 6.
40. Melakukan uji rasa nyeri pada ujung preputium. Pastikan
pasien kondisi tenang. Ingat…!!! Nyeri adalah persepsi.
41. Bersihkan glans penis dari perlekatan dengan preputium,
Sehingga terlihat sulkus coronaries.dan pastikan tidak ada
spegma yang tertinggal.
42. Di frenulum cari batas antara mukosa dengan kulit, jepit
dengan pean lurus.
43. Regangkan preputium Di area jam 12 dengan pean lurus,
pastikan mukosa tersisa kurang lebih 3mm, lalu jepit.
44. Tarik dan regangkan preputium ke bagian atas secara
legal artis.
45. Jepit preputium denga pean bengkok, pastikan seluruh
preputium terjepit dan frenulum tidakterjepit. Dan sedekat
mungkin dengan glands penis.
46. Pastikan glands penis tidak terjepit. Lalu kunci maksimal.
47. Panaskan coter hingga berpijar kemerahan.
48. Lakukan eksisi di bagian sisi bawah pean bengkok dengan
couter secara legal artis. Hati-hatimengenai glands penis.
49. Kompres luka dengan kasa basah (aquabides atau providon
iodine)
50. Meminimalkan luka bakardan mengangkat debris.
51. Pastikan tidak ada perdarahan aktif.
52. Lakukan jahitan matras pada frenulum dan pastikan simpul
tidak mudah lepas. Hati-kati!!. Jikasimpul lepas atau jahitan
tidak tepat akan terjadi perdarahan massive.
53. Dekatkan mukosa dengan kulit. Biasanya di jahit simple
pada jam 12, 3, dan 9. Jahitan bolehlebih tergantung kondisi.
54. Pastikan tidak ada perdarahan.21.
55. Tutup luka dengan sufratule dan beri salep gentamicin.
56. Jika area higine pasien baik, maka luka tidak perlu ditutup
dengan kasa.
Pasca Prosedur 3. Tahap Pembersihan
Tindakan e. Lakukan disinfeksi alat dengan larutan klorin 0.5%
dengan kondisi terbuka selama 10 menit.
f. Bersikkan dengan sabun.
g. Keringkan alat.
h. Susun alat sedemikian rupa dan siap untuk di streril.

4. Tahap Pasca Pembedahan


e. KIE pasien tentang perawatan luka, dan kondisi yang
membutuhkan pertolongan segera.
f. KIE pasien tentang makanan yang dianjurkan.
g. Beri obat pasien dan jelaskan cara pemakaian.
h. Pastikan pasien kontrol untuk menilai perawatan luka.
Penelaah Kritis dr. Endro Ri Wibowo, M,Si.Med, Sp.B
Indikator Prosedur Operasi Sirkumsisi selesai dilakukan dalam 30 menit
Tindakan
Kepustakaan 4. Pedoman Klinis Medik sp Bedah Umum Indonesia
5. Schwartz SI. Principles of Surgery. 7 th ed. New York:
McGraw-Hill; 1999.
6. Buku Ajar Ilmu Bedah Indonesia, De Jong, Sjamsuhidajat 3
nd ed. 2010
Unit Terkait Instalasi Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai