Makalah Kecerdasan Emosi
Makalah Kecerdasan Emosi
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Febriyani 15108241078
2015
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak
nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
yang merupakan tugas mata kuliah Psikologi Umum. Penulis sampaikan terimakasih kepada
Ibu Muthmainnah, S.pd., M.Pd. dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kecerdasan Emosi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi?
3. Apa macam-macam Kecerdasan Emosi?
4. Bagaimana meningkatkan Kecerdasan Emosi?
5. Apa pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Siswa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kecerdasan Emosi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi.
3. Untuk mengetahui macam-macam Kecerdasan Emosi.
4. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan Kecerdasan Emosi.
5. Untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Goleman (1999:7), asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin
yang berarti ”menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan ”e-” untuk memberi arti
”bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi, emosi memancing tindakan dan akar dorongan untuk bertindak
dalam menyelesaikan suatu masalah dengan seketika. Menurut Goleman (2002:45)
kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih–lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berfikir, dan berempati. Cooper dan Sawaf (dalam Efendi, 2005 : 172)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagaimana di bawah ini : ”Emotional
Intelligence is the ability to sense, understand, and effectivelly apply the power and
acumen of emotions as a source of human energy, information, connection, and
influence.” (Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber
energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh). Menurut Salovey dan Mayer
(dalam Goleman, 2003 : 513) kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan – perasaan
itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
1. Emosi. Dalam model ini, emosi mengacu pada keadaan perasaan (termasuk respon
fisiologis dan kognisi) yang menyampaikan informasi tentang hubungan. Misalnya,
kebahagiaan adalah keadaan perasaan yang juga menyampaikan informasi tentang
hubungan - biasanya, salah satu yang ingin bergabung dengan orang lain. Demikian
pula, rasa takut adalah keadaan perasaan yang sesuai dengan hubungan - dorongan
untuk melarikan diri orang lain.
2. Intelijen. Dalam model ini, intelijen mengacu pada kapasitas untuk alasan sah tentang
informasi.
Adapun ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi adalah mudah bergaul, tidak
mudah takut, bersikap tegas, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang
lain, konsisten, tidak emosional, lebih mengutamakan rasio daripada emosi, dapat
memotivasi dirinya sendiri, dan lebih penting dapat memecahkan solusi dalam keadaan
yang darurat.
Seperti dikatakan oleh Doug Lennick seorang executive vice president di Amerika
Express Financial Services (dalam Goleman, 2003 : 36) bahwa yang diperlukan untuk
sukses dimulai dengan ketrampilan intelektual, tetapi orang memerlukan kecakapan
emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara maksimal, jadi kecerdasan
emosional dapat membantu seseorang dalam menggunakan kemampuan kognitifnya
sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara maksimum.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan
aspek yang sangat dibutuhkan dalam bidang kehidupan sehari-hari kita baik di
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Selain itu, kecerdasan
emosionallah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat, potensi dan mengubahnya
dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita lakukan.
Dengan demikian kecerdasan emosi adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan
yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk
pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam
hubungan dengan orang lain dengan indikator :
(1) Kesadaran diri,
Meliputi : kesadaran diri emosi yaitu membaca emosi diri sendiri dan mengenali
dampaknya dan menggunakan “insting” untuk menuntun keputusan, penilaian diri
yang akurat adalah mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan kepercayaan diri
meliputi kepekaan yang sehat mengenai harga diri dan kemampuan diri.
(2) Pengelolaan diri
Meliputi : kendali diri emosi yaitu mengendalikan emosi dan dorongan yang
meledak–ledak, transparansi adalah menunjukkan kejujuran dan integritas serta
kelayakan untuk dipercaya, kemampuan menyesuaikan diri meliputi kelenturan di
dalam beradaptasi dengan perubahan situasi atau mengatasi hambatan, pencapaian
yaitu dorongan untuk memperbaiki kinerja untuk memenuhi standar–standar prestasi
yang ditentukan oleh diri sendiri, inisiatif merupakan kesiapan untuk bertindak dan
menggunakan kesempatan, dan optimisme yaitu melihat sisi positif suatu peristiwa.
(3) Kesadaran sosial
Meliputi: empati merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang mereka, dan
berminat aktif pada kekhawatiran mereka, kesadaran organisasional adalah membaca
apa yang sedang terjadi, keputusan jaringan kerja, dan politik di tingkat organisasi,
pelayanan yaitu mengenali dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien, atau pelanggan.
(4) Pengelolaan relasi
Meliputi: kepemimpinan yang menginspirasi yaitu membimbing dan memotivasi
dengan visi yang semangat, pengaruh adalah menguasai berbagai taktik membujuk,
mengembangkan orang lain meliputi menunjang kemampuan orang lain melalui
umpan–balik dan bimbingan, katalis perubahan yaitu memprakarsai, mengelola dan
memimpin di arah yang baru, pengelolaan konflik yaitu menyelesaikan pertengkaran,
membangun ikatan adalah menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi, kerja
kelompok dan kolaborasi yaitu kerjasama dan pembangunan kelompok.
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol,
mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam
perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya
dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem
limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama
bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi
secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan
dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls
emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.
3) Faktor pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk
mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai
bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak
hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan
akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran
agama sebagai ritual saja. Sebagai contoh, pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis
yang berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan
kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk
memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan,
keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi
kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi dapat ditinggkatkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Berikut adalah
cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional.
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau
buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk
mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil
akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan
mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa
langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai
emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui
pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil
menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita
mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi
adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena
kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan
sebaliknya.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan
dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya
kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan
ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka
kerjakan.
Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang kecerdasan
emosi juga mengatakan bahwa setinggi–tingginya, IQ hanya menyumbang kira–kira 20
persen bagi faktor–faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen
diisi oleh kekuatan–kekuatan lain. Kekuatan–kekuatan lain dimaksud salah satunya
adalah kecerdasan emosi. Selain itu, Cooper dan Ayman (dalam Efendi, 2005 : 65) juga
menulis ”Voltaire” menunjukkan bahwa bagi bangsa romawi, sensus communis dan
sensibility (kemampuan), mencakup seluruh penggunaan indera, hati dan intuisi.
Memang, bisnis berjalan di atas kekuatan otak (brain power). Tetapi, untuk berpikir
dengan baik dan agar kesuksesan itu bertahan lama, kita harus belajar untuk menyaingi
setiap aspek kecerdasan kita, bukan hanya dari kepala saja. Di samping itu, bukti–bukti
mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan bakar yang sangat
diperlukan bagi kekuatan penalaran otak...”.
Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai jika seseorang mencapai keadaan
flow, yaitu sebuah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang
sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, dan kesadarannya
menyatu dengan tindakan. Flow merupakan prasyarat penguasaan keahlian tertentu,
profesi, atau seni. Proses belajarpun memprasyaratkannya. Mahasiswa–mahasiswa yang
belajar saat memasuki keadaan flow, maka prestasinya akan lebih baik, terlepas dari
bagaimana potensi mereka diukur oleh tes–tes prestasi,” tulis Goleman (dalam Efendi,
2005 : 184).
http://kumpulanmateripenting.blogspot.co.id/2013/04/macam-macam-kecerdasan-
dan-emosi-manusia.html
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://www.unh.edu/emotional_intelligence/ei%2520What%2520is
%2520EI/ei
%2520definition.htm&ei=6bMITJH8HoHGrAffl4GUAQ&sa=X&oi=translate&ct=re
sult&resnum=5&ved=0CDcQ7gEwBA&prev=/search%3Fq%3Ddefinition
%2Bemotional%2Bintelligence%26hl%3Did
http://kumpulanmateripenting.blogspot.co.id/2013/04/macam-macam-kecerdasan-
dan-emosi-manusia.html
http://www.ayahbunda.co.id/balita-psikologi/5-kecerdasan-emosional-