Makalah Bahan Pakan Alternatif
Makalah Bahan Pakan Alternatif
Oleh :
Kelas A
Kelompok 5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
ii
KATA PENGANTAR
mengenai Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri Minyak Biji Karet ini dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sumedang.
Hidayat Tanuwiria, M.Si., IPU., Bapak Dr. Ir. Iman Hernaman, M.Si., IPU.,
Bapak Dr. Ir. Rahmat Hidayat, M.Si., IPM., dan Ibu Dr. Ir. Budi Ayuningsih,
M.Si. selaku para dosen pengampu mata kuliah Bahan Pakan Alternatif yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah akhir
praktikum ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR GAMBAR............................................................ iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Manfaat............................................................................. 2
II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Limbah Industri Biji Karet............................... 4
2.2 Potensi Limbah Industri Biji Karet sebagai Pakan........... 5
2.3 Upaya Perbaikan Mutu Pakan.......................................... 8
2.4 Pemanfaatan sebagai Pakan.............................................. 9
2.5 Respon Ternak terhadap Limbah Industri Biji Karet........ 11
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1 Tanaman Karet....................................................................... 5
2 Biji Karet................................................................................ 5
iv
v
PENDAHULUAN
dengan total produksi pada tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton/tahun. Luas seluruh
area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,4 juta hektar yang merupakan luas
banyak dibudidayakan, tanaman karet dapat menghasilkan 800 biji karet untuk
setiap pohonnya per tahun. Pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami sebanyak
400 pohon karet. Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat
menghasilkan 5.050 kg biji karet per tahunnya. Selain diambil getahnya tanaman
karet juga memiliki potensi lain yaitu terdapat pada bijinya. Biji karet selama ini
dahulu yaitu diambil minyaknya dan atau dijadikan dalam bentuk tepung.
perhatian lebih. Penggunaan minyak biji karet sebagai bahan pakan (minyak
makan) masih dalam taraf penelitian. Hal ini karena biji karet memiliki kelemahan
jika dijadikan sebagai pakan ternak khususnya ternak unggas yaitu mengandung
anti nutrisi HCN dan adanya asam linolenat yang cukup tinggi dalam minyak biji
karet serta mempunyai bau yang tidak enak yang dapat mempengaruhi
v
vi
diperkirakan minyak biji karet akan setaraf dengan minyak nabati lainnya. Oleh
karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui potensi dan
1.2 Manfaat
Dalam industri karet, hasil utama yang diambil dari tanaman karet adalah
latex. Sementara itu biji karet masih belum dimanfaatkan dan dibuang sebagai
limbah. Biji karet mempunyai bentuk ellipsoidal, dengan panjang 2,5-3 cm, yang
mempunyai berat 2-4 gram/biji. Biji karet terdiri dari 40-50% kulit yang keras
berwarna coklat, dan 50-60% kernel yang berwarna putih kekuningan. Kernel biji
karet terdiri dari 45,63% minyak, 2,71% abu, 3,71% air, 22,17% protein dan
minyak. Kandungan air yang besar dalam biji karet memicu hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak. Maka biji karet dikeringkan dan dipres untuk diambil
yang terdiri atas 17%-22% asam lemak jenuh dan 77%-82% asam lemak tak jenuh
(Swern, 1994). Kadar lemak total dalam biji karet mentah adalah 45,63%
Pemanfaatan minyak biji karet yang sejauh ini dilakukan adalah sebagai
ransum atau pakan ternak. Kandungan gizi dalam biji karet cukup tinggi, sehingga
minyak tersebut potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pangan
atau pakan. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa daging biji karet
mempunyai komposisi kimia dengan kandungan lemak atau minyak berkisar 40-
50% (Siahaan et al, 2012). Minyak tersebut dapat dihasilkan dengan proses
vi
vii
ekstraksi menggunakan pelarut atau dengan cara press hidrolik dengan tekanan
8,5 ton, namun di dalam biji karet terdapat zat beracun yang jika terhidrolisis akan
membentuk asam sianida (HCN). Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan awal
dilakukan proses penghilangan racun HCN pada pengolahan minyak biji karet
dengan cara perendaman dan perebusan. Minyak yang dihasilkan dari proses
ekstraksi biji karet merupakan minyak nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai
vii
viii
II
PEMBAHASAN
braziliensis (Marjanin dan Ed, 1982). Tanaman karet berasal dari Negara Brazilia
atas introduksi yang dilakukan oleh Wickham pada tahun 1876, dan pertama kali
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di sekitar ekuator antara 10º LU
dan 10º LS. Pertumbuhan tanaman karet sangat ideal bila ditanam pada ketinggian
0-200 mdpl dengan curah hujan berkisar antara 2500-4000 mm per tahun dan pH
3.8-8.0. Suhu harian yang cocok untuk tanaman karet rata-rata 25-30ºC. Suhu di
bawah 20ºC atau terlalu tinggi kurang baik terhadap petumbuhan tanaman karet.
Syarat lain yang dibutuhkan tanaman karet adalah sinar matahari dengan
Biji karet merupakan hasil lain disamping karet alam dari tanaman karet
yang kurang dimanfaatkan. Biji karet berukuran besar dan memiliki kulit atau
yang khas. Dilihat dari komposisi kimianya, kandungan protein biji karet
viii
ix
amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan
Selama ini biji karet hampir tidak me miliki nilai ekonomis sama sekali
dan hanya dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Pada faktanya biji
karet mengandung minyak nabati dan dimanfaatkan menjadi input yang berharga
pada berbagai industri. Biji karet mengandung sekitar 40-50% minyak nabati
dengan komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat dan asam linoleat,
sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam arachidat dan asam
adalah 3 juta hektar yang terdiri atas 81% perkebunan karet rakyat, 10%
diperkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar lahan
dapat menghasilkan 2.253 sampai 3 juta biji/tahun (Wizna dkk., 2000). Selain
sebagai penghasil bahan baku karet alam, tanaman karet juga penghasil biji karet
yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini ditunjukkan oleh komposisi
ix
x
zat nutrisi biji karet yang relatif cukup tinggi yakni protein kasar 17,5%, serat
kasar 5,2% dan lemak kasar 23,7% (Murtidjo, 1992). Dilaporkan oleh Anggraeni
dan Afzalani (1990) bahwa inti biji karet mengandung sekitar 45 hingga 50%
lemak yang terdiri dari 17 hingga 22% asam lemak jenuh dan 77 hingga 82%
Kandungan gizi yang cukup baik dalam biji karet tidak bisa dimanfaatkan
secara optimal tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu karena adanya senyawa
beracun berupa asam sianida (HCN) yang cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
(Sudarmaji dkk., 1996) bahwa biji karet segar mengandung HCN sebesar 1.200
ppm dan bungkil biji karet (BBK) mengandung HCN sebesar 27 ppm. Adapun
kandungan asam sianida (HCN) dalam biji karet dapat diturunkan dengan
Biji karet dapat diolah menjadi minyak biji karet, dimana banyak
digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan sabun, bahan pengering cat,
sedangkan bungkil biji karet selama ini belum dimanfaatkan dan dibuang begitu
saja. Bungkil biji karet dapat diupayakan sebagai komponen ransum untuk ternak
unggas, babi, domba, kambing, sapi potong, dan sapi perah. Tanaman karet dapat
x
xi
menghasilkan 80% buah karet dengan produksi satu ton per hektar per tahun, dari
produksi biji karet tersebut diperoleh kulit biji karet (40%) dan daging biji karet
(60%). Dari biji karet diperoleh minyak biji karet (40%) dan sisanya berupa
bungkil biji karet (BBK) 57,5% dan 2,5% merupakan komponen yang hilang.
karet dilihat dari komposisi kimianya yaitu: bahan kering 90%, protein kasar
29,99%, lemak kasar 11,38%, serat kasar 7,59%, BETN 34,83% dan abu 6,21%
(Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak IPB, 1986). Selain itu, biji karet dapat diolah
menjadi tepung dan digunakan sebagai bahan baku campuran pakan ternak
(Oluodo dkk., 2018). Dengan melihat kandungan protein kasarnya yang tinggi,
maka limbah industri biji karet potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber
Endosperm biji dapat diolah menjadi tepung dan digunakan sebagai bahan
baku campuran pakan ternak (Oluodo dkk., 2018). Hasil penelitian Syamsunarno
dan Sunarno (2014), menunjukkan bahwa tepung biji karet memiliki kandungan
nutrisi cukup tinggi. Adapun kandungan asam sianida (HCN) dalam biji karet
pengukusan (Yatno dkk., 2015) atau pemberian abu sekam padi (Fortuna dkk.,
2015).
xi
xii
bungkilnya sebanyak 16% dalam ransum ternyata dapat bersaing dengan bungkil
kelapa dalam konsumsi, efisiensi pakan maupun pertambahan berat badan ternak
babi. Sementara itu, hasil penelitian penggunaan biji karet pada domba yang
sedang tumbuh didapatkan bahwa substitusi konsentrat dengan biji buah karet
sampai tingkat 50% (0,5% bobot badan) dapat memberikan pertambahan bobot
kematian pada ternak. Asam sianida merupakan salah satu racun yang tergolong
kuat dan sangat cepat cara kerjanya. Gejala keracunan HCN pada ternak ditandai
ternak terjadi karena ion sianida yang lepas dari ikatan glukosida sianogenik
Dengan adanya kandungan asam sianida dalam biji karet yang dapat
menghilangkan kandungan asam sianida tersebut yaitu dengan cara fisik seperti
Asam sianida yang terkandung dalam biji karet dapat dihilangkan dengan proses
perendaman selama 24 jam dengan pergantian air yang sering dan atau melalui
perebusan terbuka. Asam sianida dalam biji karet dapat dihilangkan atau
xii
xiii
pengukusan selama 6 jam pada suhu 100°C, penjemuran selama 12 jam dibawah
sinar matahari atau kombinasi antara pengukusan dan penjemuran selama 12 jam.
Adapun selain cara fisik tersebut pengolahan biji karet dapat juga melalui
perlakuan kimiawi dengan cara fermentasi, cara yang dapat dilakukan adalah biji
dikupas dari kulit buahnya, dicuci dalam air yang mengalir, setelah itu biji
direndam dalam air selama 12 jam, biji lalu dikukus selama 30-40 menit terhitung
dari air mendidih, kemudian didinginkan lalu dicampur jamur yang ada dalam
oncom dan tempe diperam selama 36 jam dalam suhu ruangan sebanyak 2 g/ kg
bahan, biji diiris lalu dijemur, setelah itu biji kering lalu digiling halus, dan siap
Pengolahan biji karet diubah dalam bentuk tepung yang siap digunakan
sebagai pakan ternak. Cara solvent (kimia) yaitu : biji karet dikupas terlebih
kecil agar permukaannya lebih luas, lalu dilakukan ekstraksi menggunakan hexan
pada suhu 80°C, lalu diuapkan secara vakum dalam rotari evaporator selama satu
jam, dan diperoleh MBK, sedangkan hasil sampingannya berupa BBK terlebih
dahulu dilakukan pengukusan pada suhu 90-100°C selama setengah jam, lalu
pengolahan biji karet adalah karena pemansan dengan waktu yang cukup lama dan
menyebabkan warna coklat pada biji karet dan menyebabkan palatabilitas ternak
menurun.
xiii
xiv
Biji karet dapat digunakan untuk bahan campuran pakan ternak yaitu
tertentu. Penggunaan bungkil biji karet sebagai ransum konsentrat sampai level
pertambahan bobot badan, daya cerna efesiensi penggunaan ransum yang lebih
karet dalam ransum ayam petelur maksimum 20%, sebab kalau lebih dari 20%
akan menurunkan bobot telur dan kerabang telur menjadi tipis. Hal ini
Vitamin D, sehingga telur infertil meningkat, daya tetas turun dan anak ayam
menetas lebih ringan serta anak ayam lemah dan mudah diserang penyakit.
Penggunaan biji karet sebagai komposisi pakan ternak unggas harus disangrai
Tepung biji karet merupakan salah satu bahan baku alternatif dari pakan
puyuh. Keunggulan tepung biji karet adalah tepung biji karet dihasilkan dari biji
tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam
itu biji karet selama ini merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan
dan tidak dapat dimakan langsung. Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan
intinya banyak mengandung minyak (Murni, dkk., 2008). Menurut Wizna, dkk.,
(2010), kandungan dari daging biji karet terdiri atas bahan kering 92,22%, protein
kasar 19,20%, lemak kasar 47,20%, serat kasar 6,00%, abu 3,49%, BETN
24,11%. Sehingga biji karet bagus untuk dijadikan makanan sumber protein dan
xiv
xv
Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet
juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji
karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan
cysteine merupakan kandungan asam amino yang terendah. Agar biji karet dapat
2006). Menurut Karossi, dkk., (1985) tepung biji karet dapat digunakan sebesar
12% dalam ransum ayam petelur tanpa mengganggu pertumbuhan dan mutu telur
yang dihasilkan.
2.5 Respons Ternak Terhadap Pakan Asal Limbah Industri Biji Karet
Keunggulan tepung biji karet adalah tepung biji karet dihasilkan dari biji
tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam
itu biji karet selama ini merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan
dan tidak dapat dimakan langsung. Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan
intinya banyak mengandung minyak (Murni, dkk., 2008). Menurut Wizna, dkk.,
(2010), kandungan dari daging biji karet terdiri atas bahan kering 92,22%, protein
kasar 19,20%, lemak kasar 47,20%, serat kasar 6,00%, abu 3,49%, BETN
24,11%. Sehingga biji karet bagus untuk dijadikan makanan sumber protein dan
pemanfaatan biji karet sebagai bahan pakan belum optimal digunakan. Selain
kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik.
Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam
glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan
kandungan asam amino yang terendah. Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka
harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat (Zuhra, 2006). Menurut Karossi,
xv
xvi
dkk., (1985) tepung biji karet dapat digunakan sebesar 12% dalam ransum ayam
Japonica)”, dijelaskan bahwa tepung biji karet merupakan salah satu bahan baku
alternatif dari pakan puyuh. Pada perlakuan P0 diberi perlakuan pakan ransum
tanpa mengandung tepung biji karet, sedangkan pada perlakuan P1, P2, P3, P4
12%,15%, 18% dalam ransum yang diberikan pada burung puyuh. Hasil analisis
data menyatakan bahwa tingkat konsumsi ransum terendah dengan nilai rata-rata
hanya pada level 12% tepung biji karet, dimana kebutuhan protein pada burung
puyuh fase bertelur 21% sedangkan yang terkandung pada biji karet 27% jadi bisa
dikatakan bahwa kebutuhan nutrisi burung puyuh terpenuhi. Jika melihat dari
hasil produksi telur pada perlakuan P5 sangat berbeda dengan perlakuan P0, hal
tersebut menunjukan bahwa semakin banyak persentase tepung biji karet yang
diberikan memberikan efek penurunan bagi produksi telur (Novita, dkk., 2019).
Kondisi tersebut dikarenakan oleh konsumsi pakan rendah dan serat kasar yang
tinggi pada tepung biji karet mengganggu laju produksi telur pada burung puyuh
(Mawaddah, 2011).
xvi
xvii
penambahan tepung inti biji karet tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi
disebabkan karena tingkat palatabilitas pakan yang diberikan tepung inti biji
karet hingga level 9% relatif sama. Kondisi ini didukung dengan kandungan
protein kasar dan energi metabolis ransum penelitian relatif sama yaitu 16-
17% dan 2.836,09-2.968,32 kkal/kg. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh Parakkasi (1995) bahwa tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh
9% tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan kelinci. Hal ini
diduga karena konsumsi pakan yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata. Selain
itu energi yang relatif sama dan lemak yang tinggi menyebabkan kelinci
ransum menghasilkan PBBH yang makin tinggi pula. Pemberian BBKD dalam
Penambahan tingkat BBKD sebanyak 22% dan 27% dalam ransum betul betul
xvii
xviii
efisien dan dimanfaatkan untuk produksi daging dan mampu dikonsumsi oleh
amino yang seimbang dengan TDN yang tinggi yang mampu berinteraksi dengan
bobot jaringan tubuh akibat penambahan jumlah protein dan mineral yang
terakumulasi dalam tubuh. Sejalan pula dengan pendapat Tillman, dkk (1998),
Soeparno (1994), Arora (1995) bahwa performa ternak akan dipengaruhi langsung
oleh ransum yang diberikan, baik jumlahnya maupun mutunya yang memadai
xviii
xix
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
(1) Biji karet merupakan hasil lain disamping karet alam dari tanaman karet
yang kurang dimanfaatkan yang berukuran besar dan memiliki kulit atau
(2) Potensi biji karet sebagai pakan ternak sangat tinggi, setiap pohon
diperkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar
(3) Asam sianida dalam biji karet yang dapat menyebabkan kematian bagi
asam sianida tersebut yaitu dengan cara fisik seperti melalui pengukusan,
perebusan atau dengan perendaman dalam air mengalir dan secara kimiawi
yaitu fermentasi.
xix
xx
(4) Biji karet dapat digunakan untuk bahan campuran pakan ternak yaitu
sampai kadar tertentu dan biasa diberikan dalam bentuk tepung biji karet.
(5) Respon tepung biji karet terhadap puyuh menunjukan bahwa semakin
DAFTAR PUSTAKA
xx
xxi
Murni, R., Suparjo, Akmal, B. & L. Ginting. (2008). Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Jambi: Universitas Jambi Pres.
Novita, R., B. Herlina, L. Permata. 2019. Level Pemberian Tepung Biji Karet
Terhadap Produksi dan Bobot Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix
Japonica). Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi. Vol 1 (2): 87-94.
Oluodo, L. A., Huda, N., & Komilus, C. F. (2018). Potential utilization of rubber
seed meal as feed and food. International Journal of Engineering &
Technology
Setyawardhani, D.A., Distantina, S., Henfiana, H., & Dewi, A.S., 2010,
Pembuatan Biodiesel Dari Asam Lemak Jenuh Minyak Biji Karet,
Prosiding Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses. Teknik Kimia UNDIP,
Semarang.
xxi
xxii
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Kedua. UGM Press.
Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Suhardi dan Haryono, B. (2003) Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta
xxii