Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

NEURODERMATITIS
(LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS)

Disusun Oleh :
Dhita Andini G1A212082

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2013
HALAMAN PENGESAHAN

NEURODERMATITIS
(LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mengikuti


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh :
Dhita Andini G1A212082

Telah dipresentasikan
Pada Tanggal : Agustus 2013

Menyetujui

dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

2
I. PENDAHULUAN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sokaraja Kulon RT 02/05 Banyumas
Agama : Islam
No. CM : 39-78-53

II. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 30 Juli 2013,pukul 11.30 WIB

Keluhan Utama : Gatal di punggung tangan dan kaki kanan dan kiri

Keluhan Tambahan : Kulit menjadi kasar dan tebal karena sering


digaruk

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien merasakan gatal di punggung tangan dan kaki kanan kiri
sejak dua minggu yang lalu. Gatal dirasakan semakin bertambah setiap
harinya sehingga pasien tidak tahan dan menggaruk-garuk daerah
punggung tangan dan kaki kanan kiri yang gatal.
Keluhan dirasakan pertama kali saat enam bulan yang lalu, hilang
timbul dan memperberat terutama saat pasien sedang memiliki masalah
yang menjadi beban pikiran biasanya permasalahan keluarga, gatal tidak
diperberat dengan berkeringat ataupun saat pasien kontak dengan detergen
untuk mencuci. Karena gatalnya tidak dapat ditahan, pasien menggaruk-
garuk daerah yang gatal hingga kemerahan bahkan menurut pasien tidak

3
terasa dapat sampai berair setelah itu rasa gatal hilang dan terasa enak.
Keluhan gatal pada malam hari sampai menggangu waktu tidur pasien,
sehingga menurut pasien waktu tidurnya terganggu.Menurut pasien daerah
yang digaruk menjadi merah dan lama kelamaan tebal, kemerahan dan
bersisik di bagian tengah serta berwarna kehitaman di tepinya.
Sebelum datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RS Margono
Soekardjo, pasien pernah berobat ke puskesmas dan mendapat obat ,
namun tidak sembuh. Keluhan gatal kemudian dirasakan membaik, namun
setelah obat habis dapat kembali timbul.Tetapi bekas garukan menetap
tidak pernah hilang.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak ada.Riwayat Alergi
Tidak ada Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.
Tidak ada yang menderita alergi
Tidak ada yang menderita Penyakit Asma pada keluarga pasien
Tidak ada yang menderita Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi

III. STATUS GENERALIS


Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik, BB : 60 kg, TB : 168 cm
Vital Sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 Celcius
Kepala : Normochepal, rambut hitam dan ada bagian yang
berwarna putih, distribusi merata

4
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler , murmur (-) , Gallop (-)
Paru : SN vesikuler , ronki (-/-) , wheezing (-)
Abdomen : Supel,datar,BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening: tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema ( )

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : Dorsum manus et palmar dekstra et sinistra


Effloresensi : Tampak bercak-bercak eritematosa, berbatas kurang tegas,
tampak likenifikasi dengan skuama halus pada bagian tepi,
ukuran plakat, gambaran annular, lokalisasi soliter.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI. RESUME
Pasien Ny. S, Laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan gatal
di punggung tangan dan kaki kanan kiri sejak dua minggu sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan dirasakan berulang sejak enam bulan yang lalu,
muncul terutama saat pasien sedang memiliki masalah, terutama masalah
keluarga. Keluhan gatal dirasa menganggu sampai mengurangi waktu tidur
pasien. Jika keluhan yang sama timbul, pasien berobat ke Puskesmas
kemudian keluhan gatal mereda. Pada pemeriksaan status generalis dalam
batas normal. Pada pemeriksaan status dermatologikus lokasi dorsum
palmar dekstra et sinistra didapatkan tampak bercak-bercak eritematosa,

5
berbatas kurang tegas, tampak likenifikasi dengan skuama pada bagian
tepi, ukuran plakat, gambaran annular, lokalisasi soliter.

VII. DIAGNOSA KERJA


Neurodermatitis Sirkumskripta (Liken simpleks kronikus)

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Liken Planus
Predileksi: permukaan fleksor pergelangan tangan, batang tubuh, kaki,
glans penis, medial paha, selaput lendir dan vagina.
UKK : lesi yang khas berupa papula kecil, datar, poligonal permukaan
mengkilap, warna keunguan, berangulasi dengan anyaman garis
keabu-abuan (wickham’s striae) pada permukaannya. Di atasnya
terdapat skuama halus.
2. Psoriasis
Predileksi: scalp. Tengkuk, interskapula, lumbosakral, bagian
ekstensor lutut dan siku, areola, mamae, lipatan mamae, umbilicus,
punggung kaki dekat pergelangan
UKK: macula eritematosa yang merata berbatas tegas dengan skuama
tebal diatasnya. Skuama kasar berlapis-lapis, warna putih transparan,
bentuk bulat atau lonjong, ukuran bervariasi.
3. Dermatitis Atopik
Predileksi: muka, kepala, tengkuk, lipat siku, pergelangan tangan, fosa
poplitea
UKK: edema, vesikel/bula, dapat disertai ekskoriasi. Pada keadaan
kronik dapat terjadi penebalan kulit/likenifikasi dan hiperpigmentasi.

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN


Histopatologi

6
X. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stress psikologis
e. Menjaga kebersihan kulit
f. Hindari dari gigitan serangga

2. Medikamentosa
Sistemik:
Antihistamin  Loratadine 10 mg tablet 1x1
Antidepresi Amitriptylin tab 1x1 (malam)
Topikal:
Inerson 15 gr ointment 2x1
Asam Salisilat 3%
LCD vaseline salep

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmeticum : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

7
Effloresensi Pada Pasien Ny.S

8
II. TINJAUAN PUSTAKA

LIKEN SIMPLEK KRONIKUS (NEURODERMATITIS


SIRKUMSKRPTA)
1.1. Definisi
Liken simpleks kronikus adalah Penebalan kulit dengan skala variable
yang timbul sekunder karena garukan atau gosokan berulang-ulang.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgim, 2008; Odom RB,2000)

1.2. Sinonim
Nama lain dari liken simpleks kronikusadalah neurodermatitis
sirkumskripta, istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu
disebut pula liken Vidal.(Djuanda Adhi,2006)

1.3. EtioPatogenesis& Patofisiologi


Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat
disebabkan oleh adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidea, penyakit
kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga,
dan aspek psikologik dengan tekanan emosi (Hogan,2011)
Pada prurigo nodularis jumlah eosinophil meningkat.Eosinophil berisi
protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel
mast.Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak.Saraf yang berisi CGRP
(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif,
jumlahya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada
neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamine dan sel

9
mast yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan
saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum meningkat, mungkin
ini menghasilkan hiperplasi neural.(Djuanda Adhi, 2006).
Faktor gangguan emosi dan psikologis telah dikaji dalam literatur.
Sebuah studi dari pasien dengan liken simpleks kronikus dan prurigo
nodularis menemukan bahwa setengah dari 46 pasien yang diteliti memiliki
riwayat depresi, kecemasan, dan penyakit psikologis ringan lainnya. Masih
belum jelas faktor emosi merupakan faktor sekunder atau bahkan primer dan
kausa dari timbulnya rasa gatal.Terdapat postulat bahwa neurotransmitter
yang mempengaruhi suasana hati, seperti dopamin, serotonin, atau peptida
opioid memodulasi persepsi rasa gatal melalui jalur spinal desenden.
Gangguan obsesif kompulsif turut dikaitkan dengan penyakit ini
(Hogan,2011)

Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit di daerah yang mudah


diakses untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang
menghasilkan lesi klinis, tetapi patofosiologi yang mendasar tidak
diketahui.Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit
yang cenderung menuju kondis eczema (yaitu, dermatitis atopic). Suatu
hubungan antara kemungkinan jaringan saraf pusat dan perifer dan produk sel
inflamasi dalam persiapan gatal di liken simpleks kronis. Ketegangan
emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran kunci dalam
mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat
menjadi reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, factor psikis,
dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken
simpleks kronis (odom RB, 2000; CA holden, 2004)

1.4. Epidemiologi
Frekuensi yang tepat pada populasi umum tidak diketahui. Dalam
suatu studi,12% dari pasien penuaan dengan kulit pruritus telah
mengalami liken simplekskronis.Tidak ada perbedaan dilaporkan dalam
frekuensi antara ras. Lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria..
Kebanyakan terjadi pada pertengahan akhir dewasa,dengan prevalensi

10
tertinggi pada orang berusia 30-50 tahun (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin,
2008)

1.5. Gejala Klinis


Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat
mengganggu tidur.Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada
waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita
merasa enak setelah digaruk; setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri) (Djuanda Adhi,2006)
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi; sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. Daerah yang terjadi
likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien tidak menyadari menggaruk dan menjadi kebiasaan
(Hogan,2011; Rajalaksmi,2011)

regio dorsum pedis dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter, bentuk


oval, ukuran 4 x 6 cm,batas tegas, ireguler, permukaan likenifikasi,
bagian sentral tampak eritem,sebagian erosi multipel, tepi permukaan
ditutupi skuama sedang selapis warna putih.

11
Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah
di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di
daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak
kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis (Hogan,2011)

Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat


garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu
tempat.Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih
gelap.Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran
mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.
Temuan histopatologi pada liken simpleks kronis adalah hyperplasia
epidermal, orthokeratosis, dan hipergranulosis dengan pemanjangan regular.
Ditemukan sebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh
darah dermis bagian atas fibroblast bertambah kolagenmenebal.(Hogan,2011)
12
Plak dari liken simpleks
berbatas tegas,
hiperpigmentasi

Lichen simplex chronicus


pada pergelangan kaki.
permukaan kasar tergores
(mengkritik), kulit
menebal hiperpigmentasi)

liken simplek kronis.


Batas tegas,
terdapat hiperpigmentasi

13
Gambaran Likenifikasi (Susan Burgin, 2008)

1.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a. Tes Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk
neurodermatitis sirkumskripta.Tetapi walaupun begitu, satu studi
mengemukakan bahwa 25 pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta
positif terhadap patch test.Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes bisa
terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi untuk
melakukan patch test. Pada pasien dengan pruritus generalisata yang kronik
yang diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan gangguan hematologi,
maka pemeriksaan hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi
ginjal dan hati, tes fungsi tiroid, elechtroporesis serum, tes zat besi serum, tes
kemampuan pengikatan zat besi (iron binding capacity), dan foto dada.
Kadar immunoglobulin E dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik,
tetapi normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien liken simpleks genital untuk
mengeleminasi tinea cruris.(Wolff Klauss, A Lowell. et.all.)

14
b. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis
neurodermatitis sirkumskripta adalah menunjukkan proliferasi dari sel
schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup besar. Juga
ditemukan neural hyperplasia. Didapatkan adanya hiperkeratosis dengan
area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang
irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papillo dermis. Spongiosis bisa
ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan.Papilomatosis kadang-kadang
ditemukan.Ekskoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi punctata karena
adanya jaringan nekrotik papila dermis superfisial. Fibrin dan neutrofil bisa
ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada penyakit
dermatosis yang lain. Pada papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah
fibroblas.Padalesiyang sudah sangatkronis, khususnya padalikenifikasiyang
gigantik besar , akantosis dan hiperkeratosis dapat dilihat secara
gross,danrete ridges tampak ireguler namuntetapmemanjang dan melebar.
(Wolff Klauss, A Lowell. et.all.)

Perubahan Histopatologi pada Likenifikasi Neurodermatitis Sirkumskripta (


Hogan,2011)

15
1.7. Diagnosis

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui


anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau
lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi.
Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku,
lutut, pergelangan kaki.Eritema biasanya muncul pada awal lesi.Rasa gatal
muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan
aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten. (Wolff Klauss, A Lowell.
et.all)
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas,
dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi
(Wolff Klauss, A Lowell. et.all)
Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papil dermis. (Djuanda Adhi, 2006)

1.8. Diagnosis Banding


Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :
a. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi
oleh bahan kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas
spesifik, pada kasus penderita umumnya mengeluh gatal pad daerah
pajanan.Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan
lokalisasinya.Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang
berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau
bulla.Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada
fase kronik kulit terlihat kering, skuama,papul,likenifikasi, fisura, berbatas
tidak tegas (Djuanda Adhi, 2006)
b. Plak psoriasis

16
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan
karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih
keperakan,skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Lokasi terbanyak ditemukan didaerah
ekstensor.Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa
telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif (Wolff
Klauss, A Lowell. et.all.)

c. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang
terdapat pada daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan
punggung.Dermatitis ini berhubungan dengan malassezia, abnormalitas
imunologis, dan aktivasi dari komplemen.Berhubungan erat dengan keaktifan
glandula sebasea.Biasa terjadi pada bayi umur bulan pertama dan mencapai
puncak pada umur 18-40 tahun.Kelainan kulit terdiri atas eritema dam
skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas
(Djuanda Adhi, 2006).

d. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna
kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas.Sering ditemukan
pada permukaan fleksor dari ekstremitas, genitalia dan membrane
mukus.Mirip dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai
dengan papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas.
Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.
Gambaran histopatologi: papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenrasi mencair membrane basal dan sel basal. Dapat pula ditemukan
infiltrate seperti pita yang terdiri dari limfosit dan histiosit pada lapisan
dermis bagian atas (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin, 2008)

e. Dermatitis atopi

17
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan.Gambaran lesi kulit pada
remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama
atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi dermatitis atopik pada lipat siku dan
lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2 tahun, pada neurodermatitis
sirkumskripta pada siku dan punggung kaki (ekstensor) dan berlanjut sampai
tua (Susan Burgin,2008; CA Holden, 2004)

f. Tinea corporis
Kelainan kulit yang berbatas tegas, dengan pinggir aktif dan bagian
tengah relative tenang ( Siregar,2004)

1.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer
adalah untuk mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan
menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara
terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong
kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau
intralesional, atau produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati
pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin (Wolff Klauss, A
Lowell. et.all)
a. Steroid topical (Richards, 2010)
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan
dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya.Karena
lesinya kronik.Pentalaksanaannya biasanya lama.Pada lesi yang besar dan
aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi
akut.Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla
dan wajah).Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit
yang lebih tebal.
1. Clobetasol

18
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah
sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan
vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.6,9
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.4
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

b. Obat oral anti anxietas , Sedasi, dan antidepresi


Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa
pasien.Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan
setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya.Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan.Doxepin dan
clonazepam dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus.
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklikAmitriptilin bekerja dengan
menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.Amitriptilin
mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif
terhadap depresi akibat kekurangan serotonin.Senyawa ini juga
mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.Obat ini
penggunanaya untuk memperbaiki kualitas tidur.Pada pemberian oral,
Amitriptilin diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90% berkaitan dengan
protein plasma dan tersebar luas dalam jaringan dan susunan saraf pusat.
Metabolisme di hati berlngsung lambat dan waktu paruh 10,3-25,3 jam,
kemudian diekskresi bersama urin (Stewarts, 2010)

19
c. Agen anti pruritus
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamine secara endogen.Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau
sedative dan merangsang untuk tidur.Obat topical menstabilisasi
membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf
sehingga memberi aksi anestesi lokal.
1. Dipenhidramin.
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamine.
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada
sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer.Dapat menekan aktifitas histamine
diregion subkortikal system sraf pusat.
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus.Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.Efeknya
bisa dimediasi melalui reseptor GABA.

d. Agen imunosupresor
Tacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak
diketahui. Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan
pelepasan sitokin dari sel T. juga menghambat transkripsi gen yang
mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF- alfa, yang semuanya
terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini. Juga dapat menghambat
pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan mengurangi regulasi
ekspresi FCeRI pada sel langerhans.Obat dari kelas ini lebih mahal dari
kortikosteroid topikal.Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi
0.03% dan 0.1%.indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.

e. Immunodilator

20
Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur
streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat
produksi dan pelepasan sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara
selektif dan berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12
(cytosolic immunophili receptor macrophilin-12).Menghambat kompleks
yang menghambat kalsineurin fofatase, yang kemudian memblokir
aktivasi sel T dan pelepasan sitokin.Atropi kutaneus tidak didapati pada
percobaan klinis yang merupakan kelebihan terhadap kortikosteroid
topical. Indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil (Wolff
Klauss, A Lowell. et.all)

1.10. Prognosis
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
- Lesi bisa sembuh dengan sempurna.
- Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi
dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
- Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional
yang meningkat.
- Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat
membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien.Penyebab utama
dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap
awal dapat menghambat proses penyakit ini (Pedoman diagnosis, 2007)

21
III. PEMBAHASAN

Diagnosis neurodermatitis didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik


status dermatologis sebagai berikut:
1. Usia pasien 56 tahun
2. Keluhan utama pasien gatal di punggung tangan dan kaki sebelah kanan
dan kiri
3. Onset sekitar enam bulan yang lalu
4. Keluhan gatal mengganggu tidur pasien
5. Muncul saat pasien mendapatkan masalah
6. Terdapat penebalan kulit akibat garukan.

Anamnesis ini Sesuai dengan Adhi Juanda Pada Ilmu Penyakit Kulit FKUI
bahwa: 
1. Penderita mengeluh gatal sekali, rasa gatal memang tidak terus
menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk
tidak digaruk. Penderita merasa enak setelah digaruk.
2. Timbul dipengaruhi dengan aspek psikologi dan tekanan emosi.

St. Dermatologis:
Lokasi : Dorsum manus et palmar dekstra et sinistra
Effloresensi :Tampak hiperpigmentasi, berbatas tegas, likenifikasi dengan
skuama halus pada bagian tepi, ukuran plakat, bentuk lingkaran tidak beraturan,
lokalisasi soliter.

Pemeriksaan status dermatologis ini sesuai dengan Adhi Juanda PadaIlmu


Penyakit Kulit FKUI :

1. Bahwa: Lesi bisa terjadi pada 1 daerah atau lebih.2.


2. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian

22
tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi;
sekitarnyahiperpigmentasi, batas dengan kulit tegas
Penatalaksanaan:
Antihistamin  Loratadine 10 mg tablet 1x1
Antidepresi Amitriptylin tab 1x1 (malam)
Topikal:
Inerson 15 gr ointment 2x1
Asam Salisilat 3%
LCD vaseline salep
Sesuai djuanda adhi, Wolff Klauss, A Lowell. et.allbahwa:
penatalaksanaan pada penyakit ini adalah tujuanya untuk mengurangi pruritus dan
meminimalkan lesi dengan
a. antipruritus (antihistamin --> Reseptor H1 yaitu contohnya
chlorpeniramin
b. Steroid Topikal contohnya Betametason untuk mengurangi peradangan
dan gatal serta memperbaiki permeabilitas kapiler
c. Antidepresi yang mempunyai aktivitas sedatif. contoh: Amitriptylin

Prognosis:
a. Lesi bisa sembuh dengan sempurna.
b. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan
pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
c. Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional
yang meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

23
Djuanda Adhi. Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi kelima.2006 Jakarta:FKUI:h. 147-148.

Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari  www.emedicine.com2Mei


2013.
Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, andnoninfectious
immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew¶s Diseasesof The Skin:
Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WBSaunders: 2000: 69-94
Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2007.

Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al. Lichen simplexchronicus of


anogenital region: Aclinico-etiological study. Indian J Dermat ol Venereol Leprol 2011
Jan-Feb; 77(1):28-36
Richards R N. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses.J Cutan Med
Surg 2010 Jan-Feb; 14(1)

Siregar.Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. 2004. Jakarta: EGC.

Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on onecommon


cause, lichen simplex chronicus.Dermat ol Clin 2010 Oct ;28(4):669-80
Susan Burgin, MD.Numular Eczema and Lichen Simplex Chronic/Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, Auten
KF, penyunting: Dermatology in generalmedicine, 7th ed,New York: Mc Graw
Hill. 2008: 158-162

Wolff Klauss, A Lowell. et.all. Lichen Simplex Chronicus and Prurigo Nodularis.
In: Fitzpatrick’s Dermatologyin General Medicine7th Edition volumes 1 &
2. New York: McGraw Hill Medical 2008: p. 198-200.

Wolff Klauss. Lichen Simplex Chronicus. In: Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill
Medical 2009: p. 42-43

24

Anda mungkin juga menyukai